Anda di halaman 1dari 6

PERMASALAHAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ORGANISASI YANG KERAP TERJADI DALAM


PERUSAHAAN

Disusun Oleh :
Novijay Kurniawan : 64212496

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ‘Permasalahan Dan Pengambilan
Keputusan Organisasi Dalam
Perusahaan’.Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah dasar manaejemen dan bisnis Universitas Bina Sarana Informatika. Makalah ini
berisikan tentang informasi atau yang lebih khususnya membahas permasalahan dan cara
pengambil keputusan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang pentingnya ilmu atau sistem manajemen
dalam suatu perusahaan maupun badan usaha.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak dalam


bidang jasa maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan.
Selain itu perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada konsumen. Tetapi masih
banyak perusahaan yang hanya memikirkan kepuasan konsumen saja, tidak diiringi dengan
kepuasan para pekerja/buruh. padahal kepuasan para pekerja/buruh dalam hal kesejahteraan
dapat menjadi keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas, dan yang
diinginkan oleh konsumen.

Untuk masalah mengenai ketenagakerjaan sangat kompleks dan beragam.Hal tersebut


dikarenakan kenyataan bahwa hubungan kerja anatara pengusaha dengan pekerja/buruh tidak
selalu berjalan dengan harmonis.Masalah mengenai ketenagakerjaan mengandung dimensi
ekonomi, sosial kesejahteraan, dan sosial politik.Salah satu masalah ketenagakerjaan yang sering
terjadi hingga saat ini adalah Pemutusan Hubungan kerja (PHK).

Dalam hal ini perselisihan antara pengusaha dan buruh kerap menimbulkan perselisihan
mengenai PHK. Perselisihan PHK dilatar belakangi adanya tindakan pengusaha yang melakukan
PHK secara sepihak yang tidak sesuai dengan prosedur PHK sebagaimana diatur dalam undang-
undang.

Maka dari itu seharusnya setiap perusahaan dalam mengambil keputusan yang
menyangkut kesejahteraan pekerja harus didasari UU yang berlaku. Supaya tidak menimbulkan
perselisihan antar belah pihak.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam suatu perusahaan tenaga kerja memiliki peran yang penting sebagai salah satu
unsur penunjang dalam pembangunan.Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai
tanpa adanya jaminan hidup yang pasti untuk didapatkannya, dan peningkatan kualitas tenaga
kerja serta perlindungan terhadap tenaga kerja harus disesuaikan dengan harkat dan martabat
manusia

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 25


menjelasakan bahwa “Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha”. Peristiwa pemutusan hubungan kerja seringkali menimbulkan
permasalahan yang tidak mudah terselesaikan, baik mengenai pengakhiran hubungan itu sendiri
maupun akibat hukum dari pengakhiran hubungan kerja. Hubungan antara pekerja dan
pengusaha akan terganggu jika salah satu pihak memaksakan kehendak pada pihak lainnya,
sehingga pemenuhan kebutuhan ataupun kepentingan salah satu pihak dirugikan.

Aturan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak telah diterangkan dalam UU Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 151 ayat (1,2,3), pasal 155 ayat (1) dan pasal 170 bahwa
tidak ada yang namanya PHK Sepihak.Menurut ketentuan pasal 151 ayat (1) yang menerangkan bahwa
pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus
mengusahakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Pasal 151 ayat (2) juga menguraikan
bahwa jika Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak bisa dihindarkan wajib dilakukan perundingan oleh
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.Selanjutnya, menurut pasal 151 ayat
(3) apabila dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat
melakukan PHK setelah memperoleh penetapan dari lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PPHI).

Adapun lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) yang dimaksud adalah
Mediasi, Arbitrase, Konsiliasi dan Pengadilan Hubungan Industrial.Hal-hal mengenai Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial telah diatur lebih jauh di dalam UU No. 2 Tahun 2004
Dapat disimpulkan bahwa PHK Sepihak tanpa penetapan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan
kembali dan membayar upah serta hakhak pekerja/karyawan.Artinya, secara hukum PHK
tersebut dianggap belum terjadi.Dan selama lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial belum mengambil keputusan, baik pengusaha maupun pekerja/karyawan harus tetap
melaksanakan segala kewajibannya

Anda mungkin juga menyukai