ABSTRAK
Keragaman budaya yang ada di Indonesia dan kebebasan dalam
beragama memberikan ruang tersendiri terhadap perkembangan
kebudayaan Khonghucu. Kedatangan budaya Khonghucu berawal dari
kedatangan Portugis dan Belanda yang mana mereka telah memeluk
agama ini, tapi tidak menjadi bangsa Cina. Metode penulisan ini
menggunakan pendekatan historis dan studi pustaka menunjukan hasil
bahawa khonghucu merupakan bagian dari kebinekaan Indosesia
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara bagi masyarakat Indonesia Tionghoa selama
menjamin seluruh penduduk Indo nesia 32 tahun lebih. Termasuk terpasungnya hak
untuk memeluk dan menjalankan ibadah hak sipil masyarakat Indonesia Tionghoa di
sesuai agama dan kepercayaannya. Pada ta berbagai bidang kehidupan budaya
hun 1946 Presiden Soekarno sudah keagamaannya; antara lain dianulirnya
menetapkan hari hari besar berbagai agama. pencatatan perkawinan secara agama
Yang ke mudian pada tahun 1965 Presiden Khonghucu di kantor Catatan Sipil,
Soekarno juga menerbitkan Penetapan dihentikan pendidikan agama bagi
Presiden no.1/ 1965 yang pada penjelasannya siswa/mahasiswa beragama Khonghucu,
dicatat komunitas agama yang punya sejarah secara sistematis ditiadakannya kolom agama
di Indonesia. Khonghucu pada Kartu Tanda Penduduk
Budaya religius Khonghucu (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
memasuki masa penuh tantangan saat Hal ini adalah penggiringan paksa
dijatuhkannya pemerintahan Presiden Ir. oleh pemerintah dan pemerintah daerah
Soekarno serta digantikan pejabat presiden (sampai Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT)
Jenderal Soeharto. Jenderal Soeharto, pada terhadap warga negara Indonesia pemeluk
akhir 1967 selaku pejabat presiden agama Khonghucu. Mereka secara tidak
mengeluarkan Instruksi no.14Tahun 1967 langsung tetapi sengaja diarahkan untuk
tentang Agama, Kepercayaan dan Adat berpindah (konversi) ke agama lain yang
Istiadat Cina; menegaskan: ' Tanpa bukan diimaninya. Ini terjadi antara medio
mengurangi jaminan keleluasaan memeluk tahun 1970 - 1990 an, dikatakan
Agama dan menunaikan ibadahnya, tata demi'kepentingan negara' dibuatlah pseudo
cara ibadat Cina yang mempunyai aspek reasoning: (1) menangkal infiltrasi politik ko
affinitas culturil yang berpusat pada negeri munis dari daratan China; (2) kelenteng dan
leluhur nya, pelaksanaannya harus affinitas budaya religius Khonghucu diang
dilaksanakan secara intern dalam hubungan gap'dekat' dengan negara itu.
keluarga dan perorangan.' Juga sebuah Padahal faktanya ketika itu
instruksi Mendagri, mewakili cukup banyak pergolakan internal di daratan China sendiri
produk peraturan yang memarginalkan hak secara ha bis habisan 'menghancurkan
beragama waktu itu. (Lampiran 2a, b; budaya tradisi China yang berbau
hal.140-141). keagamaan dan Khonghucu'. Makam nabi
Dengan adanya Inpres.No.14/Tahun besar Kongzi sendiri berusaha dihancurkan
1967 tersebut di atas kemudian seperti yang pengikut 'kelompok empat Jiangqing c.s.'
sudah diduga bersama diikuti dengan Begitupun peninggalan historis religius
keluarnya produk peraturan yang budaya Rujiao yang di Indonesia bernama
mendiskriminasi hak hak sipil masyarakat agama Khonghucu itu menjadi korban
Indonesia dari etnik Tionghoa dan beragama kejahatan genosida dedengkot 'revolusi
Khonghucu. Secara sistematis dan masif kebudayaan Partai Komunis China.'
dilakukan oleh para menteri dan pejabat Pemerintah Jenderal Soeharto dengan
terkait serta penguasa setempat oleh para orde barunya menutup mata terhadap
pelaku dan penerus kekuasaan pusat di setiap kenyataan kejahatan genosida yang
provinsi, kota dan kabupaten melancarkan mengambil korban paling sedikit
praktik diskriminasi tersebut di atas. dimarjinalkannya pemeluk agama
Secara konstitusional hal ini Khonghucu di China maupun di tanah air
bertentangan dengan Undang Undang Dasar Indone sia sendiri. Kata genocide berasal dari
1945, dan sekaligus melanggar Hak Azasi bahasa Yunani, yaitu genos (ras atau suku)
Manusia. Tantangan terhadap hak warga dan cide (membunuh). Dalam bahasa Latin
bangsa di bidang sosial budaya ini diikuti terdapat pula kata genus (suatu kelompok)
oleh berbagai peraturan yang dan caedere (membunuh). Dengan demikian,
mendiskriminasi kehidupan budaya genocide atau genosida sebagai padanan
keagamaan yang dipeluk bangsa Indonesia katanya dalam bahasa Indonesia, berarti:
keturunan Tionghoa sehingga berdampak kesengajaan untuk menghabisi kelompok ras,
termarginalnya budaya religius Khonghucu
agama atau suku. (Kejahatan Genosida; istilah 'agama baru' di Indonesia, sebab
Jayadi Damanik; 2003, 7). semua agama itu su dah ada dalam sejarah
Bangsa Jepang, Mongolia, Korea, umat manusia, jauh sebelum jaman modern
China, Melayu dan Nusantara purba juga ini.
memiliki sistem ritual arwah nenek moyang Seluruh kearifan budaya lokal (local
semacam ini. Dalam kebudayaan Dongson, cultural wisdom) maupun kearifan religius
yang sejarah juga menemukan persebarannya sifat universalnya (universal religious
pada budaya religius di Nusantara memang wisdom) yang memiliki sejarah perkembang
terca tat membawa pula sistem ritual doa annya di bumi Nusantara sejak awal
arwah nenek moyang, seperti yang diajarkan pencatatan sejarah harus mampu difahami
nabi besar Kongzi kepada masyarakat China, secara pro porsional. Disamping itu memiliki
Mongol, Jepang, Korea. Maka sistem ritual obyektifitas historis antara kedua values of
mendoakan arwah nenek moyang masyarakat wisdom di atas. Bahkan generasi muda
berkebudayaan Dongson itu dengan bangsa Indonesia ke depan diharapkan tidak
demikian memiliki kesamaan akar dengan lagi terjebak di kotomi antara agama yang
sumber kebudayaan religius Ru (Khonghucu) diakui negara dengan agama yang 'belum
tersebut. diakui'.
Jelas ini bukan sebuah kebetulan, Negara tidak pada sebuah posisi
melainkan fakta sejarah, bahwa ada sebuah konstitusional untuk mengakui suatu
sumber kebudayaan dan sistem keagamaan komunitas agama, sebaliknya negara
yang sama dari berbagai kelompok bangsa di memiliki kewajiban melindungi segenap
Nu santara, Indochina, India utara dan penduduk yang secara geografis eksis di
kawasan Tiongkok. Kebudayaan religius bumi Indonesia, sebab hal ini sudah dijamin
mereka itu semuanya sama-sama oleh konstitusi Indonesia.
bersentuhan secara kultural dengan
kebudayaan Dongson tersebut. Melalui data Kearifan budaya religius berbagai agama
kesejarahan asal-usul nenek-moyang besar dunia di Indonesia
bangsa-bangsa Asia, Asia timur Asia selatan Dalam kurun waktu yang setara
serta Asia tenggara termasuk bangsa dengan munculnya kebudayaan Dongson,
Indonesia tersebut, maka kini peneliti sampai ternyata telah eksis pula kearifan religius dari
pada sejumlah kesimpulan dari permasalahan agama agama tua seperti Hindu dan Buddha
yang memerlukan suatu kajian dan penelitian di kawasan Asia selatan (India) maupun
yang lebih spesifik bagaimana sejarah agama Ru (Khonghucu) di kawasan Asia,
lembga dan budaya khonghucu di Indonesia? Asia timur dan tenggara. Kemudian antara
millennium pertama dan kedua tarikh
Masehi, kearifan religius agama Islam
LANDASAN TEORI
memasuki tanah air Indonesia pada abad
Keragaman Budaya Agama Di Tanah Air 15-16 M. di Nusantara mulai pula
Indonesia berdatangan misionaris Kristen dan Katolik,
Sesuai penjelasan Penpres no.1 bersamaan dengan kedatangan para koloni
Tahun 1965 yang ditanda tangani oleh dagang dari Eropa.
Presiden Soekarno dan kemudian ditetapkan Dimulai dengan pendatang bangsa
sebagai undang undang PNPS 1 tahun 1969, Portugis (1513) memasuki pesisir Sunda
ditegaskan bahwa agama agama yang Kelapa. Disusul kemudian berlabuhnya kapal
memiliki sejarah perkembangannya di koloni Belanda tahun 1596 di Jacatra (Sunda
Indonesia ada enam, yaitu: Islam, Kristen, Kelapa) dipimpin:Corne lis de Houtman.
Katolik, Hindu, Buddha, Banyak yang menulis bahwa budaya religius
Khonghucu.Meskipun demikian, bilamana Ru (Khonghucu)itu selalu identik de ngan
ada pemeluk agama agama lainnya, seperti: bangsa China. Padahal Rujiao selain di peluk
Zoroas ter, Tao, Shinto dan sebagainya juga orang China, telah diketahui bangsa Korea,
akan dilindungi oleh negara Republik Jepang, Indochina dan bangsa lainnya di Asia
Indonesia. Ja di sesungguhnya tidak ada dan Asia Tenggara ada yang memeluk agama
Ru (Khonghucu). Jadi di antara bangsa agama yang sudah menjadi milik seluruh
bangsa besar itu ada yang memeluk agama kemanusiaan, yang universal
Ru (Khonghucu), namun mereka tidak lalu (universal/world religions).
menjadi bangsa China.
Demikian pula kiranya, orang Sino Kebudayaan Asia, Asia Timur dan Asia
Indonesia (dulu disebut Sino Melayu) yang Tenggara.
memeluk agama Ru (Khonghucu) di tanah air Secara historis corak masyarakat
Indonesia tidaklah kemudian berubah men dalam tubuh bangsa Indonesia inipun sudah
jadi bangsa China, mereka tetap bangsa mem bawa aspek kebhinekaan, keberagaman
Indonesia. Bukankah sejak kedatangan orang suku, golongan, yang masing masing
Ero pa ke Nusantara dengan koloninya memiliki ciri khas bahasa daerah, ciri khas
sekitar abad ke-15 (Portugis, Belanda, budaya dan karakteristik sesuai kondisi dan
Inggris), mi sionaris agama Kristen dan adat istiadat serta kearifan budaya lokal yang
Katolik menyebarkan agama Nasrani itu ke mempengaruhinya. Oleh karena itu peneliti
berbagai komuni tas di Nusantara. Banyak berpandangan, bahwa sangat diperlukan
kemudian saudara kita sebangsa setanah air adanya penelitian yang obyektif dan positif.
yang memeluk aga ma Kristen dan Katolik
ini, tetapi mereka tidak lalu menjadi orang Diantaranya, bahwa eksisnya agama
Eropa. agama besar dunia di Asia ikut memberi
warna kearifan budaya nenekmoyang bangsa
Dalam pandangan peneliti secara Indonesia, Tiongkok, India, Arabia, juga
empiris harus diakui, bahwa dalam Filipina, Malaka, Korea, Jepang dan lainnya.
perkembang an budaya keagamaan itu Mereka ialah komunitas bangsa bangsa di
diwarnai oleh ragam budaya yang berada di benua Asia. Di Asia terutama Asia Tenggara
dalam wilayah (di wahyukannya) dan juga perkembangan budaya religious berbagai
budaya masyarakat yang berada di lingkup agama itu bersentuhan dengan induk budaya
persebarannya. Con toh: agama Hindu dan yang sama, kebudayaan Dongson.
juga tentunya Buddha akan ada yang
diwarnai oleh kultur masyara kat India, Harapan dari para founding fathers
Nepal, Srilangka, Thailand dan sekitarnya. bangsa dan negara Indonesia, peneliti catat
Agama Ru (Khonghucu) dan Dao Jiao melalui sebuah buku 'Tradisi dan Kultur
(Taois) ada yang diwarnai oleh kultur Tionghoa' yang ditulis oleh Yoest MSH.
masyarakat China, Korea, Jepang, Indochina Dalam kata pengantar disiteer dari pidato Ir
dan sekitarnya. Adapun agama Islam ada Soekarno 1 Juni 1945 di depan sidang
yang diwarnai oleh kultur masyarakat Dokuritsu Zyum bi Tyoosakai, yang antara
Arabia, Timur Tengah dan sekitarnya pula. lain: 'Marilah kita dalam
IndonesiaMerdekayang kita susun ini, sesuai
Begitupula agama Kristen, Katolik dengan itu menyatakan, bahwa prinsip
pastilah ada yang diwarnai oleh kultur kelima daripada negara kita adalah
Gregorian, Romawi, Eropa dan sekitarnya. keTuhanan yang berkebudayaan. Ke
Tetapi tentu setiap agama besar yang dipeluk Tuhanan yang hormat menghormati satu
berbagai komunitas bangsa di dunia itu tidak sama lain. Hatiku akan berpesta raya,
seluruh nilai nilai keaga maannya jikalau saudara saudara menyetujui, bahwa
sepenuhnya hanya diwarnai oleh satu kultur Negara Indonesia Merdeka berazaskan
bangsa, sehingga identik dan sama sebangun ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Di sinilah,
dengan satu bangsa itu saja. Walaupun dalam pengakuan azas yang kelima itulah,
memang ada agama yang hanya ada dalam saudara saudara, segenap agama yang ada
satu kultur sebuah bangsa tertentu, seperti di Indonesia sekarang ini mendapat
Shinto dengan Jepang dan Yahudi dengan tempatyang sebaik baiknya... ' (Yoest MSH,
Israel yang cenderung identik. Di luar kedua GIP, 2004;xv).
agama terakhir ini, maka Islam, Kristen, Ka
tolik, Hindu, Buddha, Khonghucu memiliki
pemeluk di lebih dari sebuah bangsa. Sebuah Aspek Kebhinekaan Bangsa Indonesia.
keagamaan kalangan istana menja di agama peradaban serta perkembangan budaya yang
yang bersifat universal ; dan sekaligus menyertainya. Begitu pula pada latar
merupakan reformasi religius, salah sebu ah belakang Rujiao sebagai sebu ah agama yang
spiritual reform yang spektakuler, yang eksis berdampingan dan saling
membutuhkan keberanian luar biasa. Apalagi mempengaruhi dengan pertumbuhan
hal tersebut dilakukan di jaman yang paralel peradaban serta kebudayaan masyarakat
dengan runtuhnya sistem feodal kekaisaran sekitarnya. Rujiao sebagai budaya religius
dinasti ketiga, Zhou, sekitar 500 tahun yang ke mudian di tanah air Indonesia lebih
sebelum Masehi. dikenal sebagai: agama Khonghucu.
Agama Khonghucu (Kong Jiao) pada
Latar Belakang Agama Khonghucu jaman kehidupan Zhisheng Kongzi maupun
(Rujiao M W) berabad abad sebelumnya disebut: agama Ru
Munculnya agama tak terlepas dari (Ru Jiao). Kelak pada era dinasti Han (206
kehendak Khalik Maha Pencipta, Tuhan SM-220 M.) selain disebut Ru Jiao, juga
Yang Maha Esa. Wahyu Tuhan (Tian Xi) mulai dipakai sebutan: Kong Jiao.
yang telah menjadi firmanNya dalam Watak Sebagaimana kita ketahui di era itu pulalah
Sejati (Xing ft) manusia bahkan segenap kaisar Han Wudi membuat keputusan yang
wujud. Dengan Jalan Suci Nya (Dao M) monumental. Agama Ru (Khonghucu)
menjadikan segenap manusia beroleh Iman diproklamirkan sebagai: sebuah sistem
(Cheng agar mampu menempuh Jalan pendidikan sosial religius kenegaraan
SuciNya manusia dalam kehidupannya (Guojiao). Dinasti Han bersifat Theokrasi
memperoleh bimbingan agama (Jiao W). khas agama Ru (Khonghucu), mendasari
Oleh karenanya tiap-tiap agama besar di sistem pemerintahannya dengan Kong Jiao
dunia ini membawakan Jalan suci berupa zhi Dao, yang dikenal juga dengan pola
bimbingan spiritual bagi manusia, memiliki kepemimpinan: nei sheng wai wang. Dengan
ciri khas masing masing dalam menyebut Tu istilah dalam Sishu, kepala pemerintahan
han Yang Maha Esa, melalui para orang suci adalah ayah bunda rakyat.
dan nabi nabi penerima wahyuNya dalam se Di dalam Kitab Sanjak tertulis:
jarah dan membawakan wahyuNya itu dalam 'Bahagialah seorang Junzi, karena dialah
kitabkitab suci serta sistem ibadah, altar dan ayah bunda rakyat.' Ia menyukai apa yang
tempat suci yang disakralkan. disukai rakyat dan membenci apa yang
Apabila kita mengikuti penelitian dibenci rakyat. Inilah yang dikatakan sebagai
antropologi, sebagaimana dinyatakan Prof. ayah bunda rakyat.
Dr. Koentjaraningrat dalam 'Pengantar Ilmu Shi yun: Le Zhi Junzi,
Antropologi'- edisi revisi (2009; 296),bahwa Min zhi Fu Mu
sistem upacara keagamaan secara khusus
mengandung empat aspek yang menjadi Min Zhi Suo Hao Hao Zhi,
perhatian khusus para ahli antropologi ialah: Min Zhi Suo E E Zhi
(a) tempat upacara keagamaan dilakukan; (b) Ci Zhi Wei Min Zhi Fu
saat-saat upacara keagamaan dijalankan; (c) Mu (Sishu bagian Da Xue, Bab X; 3)
benda benda dan alat upacara; (d) orang
orang yang melakukan dan memimpin Ada pula sumber lain menyatakan,
upacara. bahwa yang semula menyebut agama Ru
Semua aspek keagamaan itu seba gai agama Khonghucu atau Kong Jiao
merupakan suatu bentuk khas dalam setiap ialah para Ru scholars (Ru shi) di jaman ke
agama, sekaligus eksis dalam sejarah mudian, sebagai translasi dari Confusius dan
masyarakat pemeluknya. Dalam latar Confucianism / Confucian religion. Hal itu
belakang sejarah keagamaan terlihat jejak dicatat di dalam laporan peneliti dari western
jejaknya bukan saja pada ajaran, sistem religi observer, Nicholas Trigault. Dia
dan bentuk altar (misalnya altar berundak berpendapat, bahwa penyebutan
dalam budaya Dongson yang berasal dari Confucius/Confuciansm itu dari cara orang
Yunnan) maupun semua pola ritual masing barat Kongjiao artinya: agama Khonghucu,
masing, maupun juga pada latar belakang
cendekiawan maupun seluruh rakyat. Hormat (2) Di Empat Penjuru Lautan Semuanya
kepadanya melebihi bahkan penghormatan Bersaudara - Within The Four Seas
kepada seorang kaisar sebuah dinasti. Tapi All Are Brothers
beliau kembali menjalani tugas kenabian (3) Jadilah umat Ru yang beriman, luhur
beliau sebagai genta rohani pembimbing budi (Junzi), jangan menjadi umat
spiritual 3000 orang muridnya, serta Ru yang rendah budi.
masyarakat berbagai negeri di dalam dinasti
Zhou yang mulai melemah, baik kalangan Ketiga sabda Zhisheng Kongzi
rakyat jelata sampai para bangsawan istana tersebut memberikan paradigma baru bagi
sehingga akhir hayatnya (479 sM). penebar an sistem budaya religius Ru Jiao itu.
Dua tahun setelah kemangkatan Paradigma baru yang dicanangkan Kongzi
Kongzi (Tahun 477 seb.M.), raja Lu telah me nyiapkan Ru Jiao menjadi spiritual
mengabadi kan karya kenabian Kongzi dan guidance setiap umat manusia sebagai
membangun sebuah Kongzi Miao di Qufu. sebuah agama yang bersifat universal
Setelah itu banyak dibangun Kong Miao (universal religion).Masyarakat Ru tidak lagi
(Kelenteng Khonghucu) di berbagai negeri, dibedakan antara ke bangsawanannya atau
China, Taiwan, Korea, Jepang, semuanya di kerakyat-jelataannya. Tapi Umat Ru
utara garis katulistiwa. Satu satunya Kong dibedakan oleh iman dan kelu huran budinya,
Miao yang dibangun di selatan garis Junzi atau Xiaoren. Rakyat jelata dengan
katulistiwa adalah di kota Surabaya, iman Ru dapat mencapai karak ter mulia
Indonesia pada akhir abad XIX menembus ke seorang Junzi. Sebaliknya meski dia
awal abad XX, diresmikan tahun 1906 dan bangsawan berkedudukan tinggi, kalau tak
memakai nama Wen Miao. beriman dan rendah budinya akan jatuh
Kong Miao di Qufu dan berbagai dalam karakter Xiaoren rendah budi.
negeri itu menjadi awal dibangunnya Miao Nilai akhlak kebajikan ini
( i ) atau Kelenteng sebagai rumah ibadah menjadikan agama Ru (Khonghucu), dari
umat berlandas agama leluhurnya. Seluruh semula merupakan agama kaum istana
sistem altar kepada Tian, para Shengren kemudian berkembang luas menjadi sebuah
(Nabi Nabi) maupun Shenming (Para Suci, acuan etika peme rintahan berbangsa dan
Malaikat) di semua Miao atau Kelenteng di bernegara (guojiao, public religion) dan di
seluruh dunia mengacu pada standar altar dan jaman modern ini menempatkannya sebagai
peribadatan yang ada di sebuah Kongzi Miao bimbingan spiritual secara universal.
tersebut.
Zhisheng Kongzi melestarikan
penebaran budaya keagaman Ru Nilai Monoteistik Dalam Kitab Suci
(Khonghucu) se hingga mencapai suatu Agama Khonghucu
tingkatan penebaran yang belum pernah Budaya religius ini teraktualisasi
dilakukan para pendahu lunya; yaitu dalam bentuk ketakwaan kepada Tuhan
memperluas penebaran budaya religius Ru Maha Pencipta, yang eksis sebagai motto
yang semula hanya diantara para bangsawan hidup keseharian mereka, a.l. : "Mati hidup
istana ditingkatkan sedemikian luas, ada tak dirNya, kaya mulia ada pada
sehingga berperan serta secara dinamis Tuhan", "Manusia harus berusaha, tapi
memberi warna baru budaya religius segenap Tuhan yang menentukari". Ketakwaan
rakyat negeri. kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
Tiga buah sabda kenabian dari pokok iman di dalam budaya keagamaan Ru
Kongzi, yang belum pernah diungkapkan (Khonghucu), yang tercatat dalam kitab suci
para nabi dan raja suci (Shengren SA, Sheng agama Khonghucu:
Wang) lain dalam sejarah Rujiao, yakni: Di dalam Kitab Sanjak tertulis, "Hanya
Firman Tuhan YME sajalah Maha
(1) Tiada Perbedaan di dalam Mulia dan kekal." Kalimat ini hendak
Pendidikan - No Discrimination on menyatakan 'Demikianlah sebabnya
Education mengapa kita menyeru Tuhan YME
dengan nama Tuhan YME' Tertulis
pula, "Ah, tidak jelaskah Kebajikan Maha Rokh hayatilah pula akan
Murni Raja Wen (Nabi purba kehadiranNya. Nabi Kongzi bersabda
Jichang)?" Kalimat ini hendak pula: Kalau Aku tidak ikut
menyatakan 'Demikianlah sebabnya bersembahyang sendiri, Aku tidak
mengapa Raja Wen disebut Wen, merasa sudah sembahyang. (Sishu,
kemurniannya itu tidak berkesudahan.' Lun Yu/Sabda Suci; III, 12)
(Sishu, Zhong Yong/Tengah Ritual berdoa memuliakan arwah
Sempurna Bab XXV, 9) leluhur kepada Tuhan Maha Khalik, yang
diajar kan di dalam agama Ru (Khonghucu)
Kenyataan lain menunjukkan di peneliti menemukan dalam sejarah Nusantara
semua rumah ibadat Kelenteng, umat juga menjadi bagian dari budaya Dongson.
Khonghucu dan masyarakat Tionghoa Sebuah bentuk budaya yang dibawa oleh
umumnya selalu berdoa ke altar Tuhan di nenek moyang bangsa Indonesia, yang
ruang depan terlebih dahulu, sebelum berakar dari kebudayaan Yunnan.
bersembahyang di altar para malaikat dan
para suci di ruang altar yang tersedia di Kelembagaan Agama Khonghucu di
bagian dalam Kelenteng. Mereka selalu tak Indonesia
lupa untuk mendoakan arwah para nenek Kelembagaan agama
moyang. Di altar Tuhan itu tak ada patung Ru(Khonghucu) dalam proses terbentuknya
altar, menyatakan kenyataan Tuhan tak dapat masyarakat Indonesia modern oleh banyak
diperkirakan. Sebagaimana tercatat di dalam penulis hanya dibatasi dalam lingkup etnik
kitab suci agama Ru (Khonghucu): tertentu, dalam hal ini komunitas Tionghoa.
Nabi Kongzi bersabda, "Sungguh Meskipun hal itu tidak boleh dikatakan sama
Maha Besarlah Kebajikan Tuhan Yang sekali keliru, tetapi kurang tepat benar.
Maha Rokh" Dilihat tiada nampak, Bangsa bangsa di luar China juga ada
didengar tidak terdengar, namun tiap pemeluk agama Khonghucu di dalamnya.
wujud tiada yang tanpa Dia. Sebelum adanya imigran China dari
Demikianlah menjadikan umat era Tang sampai dinasti Qing/Manchu (618
manusia di dunia berpuasa, M-1644 M), nilai-nilai budaya keagamaan
membersihkan hati dan Mengenakan Ru purba sudah terbawa oleh kelompok
pakaian lengkap sujud bersembahyang nenek-moyang bangsa bangsa Asia dan Asia
kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, Tenggara yang bermigrasi era Deutro
terasakan di atas dan di kanan-kiri kita. Melayu pembawa budaya religius dan
Di dalam Kitab Sanjak tertulis, peradaban logam yang dikenal sebagai
"Adapun kenyataan Tuhan Yang Maha peradaban Dongson sekitar 500-300 tahun
Rokh itu tidak boleh diperkirakan, seb.M.
lebih-lebih tidak dapat ditetapkan."
Maka sungguhlah jelas sifatNya yang
halus itu, Tidak dapat disembunyikan l.Sistem Religi Ru (Khonghucu) era
dari Iman kita; demikianlah Dia. peradaban Dongson dan awal Masehi.
(Sishu bag.Zhong Yong/Tengah Sistem keagamaan yang terbawa di
Sempurna Bab XV, 1-5) dalam kebudayaan Dongson itu tercatat
dalam sejarah Nusantara adanya altar
berundak pra Hindu, juga sering ditemukan
Dalam ajaran Ru (Khonghucu) para arkeolog situs situs pemakaman jenasah
sistem religi takwa kepada Tuhan termasuk nenek moyang bangsa Indonesia. Orang barat
kekhusukan berdoa memuliakan arwah biasa menamakan itu sebagai 'pemujaan'
nenek moyang ini merupakan bagian sentral (worship) arwah nenek moyang. Hal ini
ibadah, sebagaimana tercatat sebagai sabda kurang tepat, sebab situs pemakaman itu
nabi besar Kongzi berikut di bawah ini : berbeda dengan situs altar berundak. Altar
Pada waktu berdoa bagi arwah leluhur, berundak itu adalah merupakan tempat sakral
hayatilah akan kehadirannya. Waktu untuk bersujud kepada Tuhan sebagai Maha
bersembahyang kepada Tuhan Yang Pencipta.
bahwa wilayah teluk Tonkin tatkala itu dalam (Gus Dur) dalam tulisan ilmiah beliau
pemerintahan dinasti Han sebagai berikut: 'Konfusianisme Di Indonesia - Sebuah
'Dari tahun 179SMsampai 111SM Pengantar' mencatat sebagai berikut:
wilayah Tonkin, yang terletak di 'Dilihat dari sudut perkembangan
jantung kebudayaan Dong Son agama, hubungan antara Cina dan
(Dongson, pen.)menjadi daerah Indonesia sejak dahulu kala
bawahan (vasaal) dinasti Zhou dari merupakan perkembangan yang
China. Pada 111SM, di bawah menarik. Sejak abad abadpertama
kekuasaan kaisar Han, Wudi, perkembangan agama Buddha
pasukan Han menyerbu Vietnam diIndonesia, kita sudah mengenal
Utara, yang kemudian dibagi adanya para pengembara Cina yang
menjadi berbagai prefektur dan mempelajari agama Buddha secara
populasi populasi lokal diperintah mendalam di kerajaan Sriwijaya
oleh gubernur dan elit elit lokalyang seperti Fa Hin. Kemudian kita melihat
ditunjuk..... Mengikuti kekalahan perkembangan agama Kong Hu Cu di
Viet, wilayah itu lantas dicaplok negeri ini sebagai agama yang utama
sebagai salah satu provinsi China dipeluk oleh para keturunan Cina
oleh Guang Di dari Dinasti Han Ti yang merantau atau Hoa Kiau di
mur dan pemerintahan Han kawasan ini'
ditetapkan terhadap orang orang
Vietnam secara langsung. Ini 2.Sistem Religi Ru (Khonghucu)
dibarengi dengan sebuah akumulasi era Akulturasi Budaya
difusi kebudayaan China diantara Kerajaan Nusantara.
populasi Viet nam
'(PaulM.Munoz,2006;41) Akulturasi antara budaya Dongson
dan sosio kultural Ru (Khonghucu) ikut
Bersamaan dengan penyebaran dan terbawa oleh nenek moyang bangsa
migrasi kelompok kelompok manusia di mu Indonesia memang nyata terlihat dari
ka bumi, turut pula tersebar unsur unsur keseharian cara hi dup masyarakat Tionghoa,
kebudayaan dan sejarah dari proses yang secara sosio kultural menerima
penyebaran unsur unsur ke seluruh penjuru pengaruh ciri ciri budaya bahasa, bahkan
dunia yang disebut proses difusi kesenian dan selera makanan masyarakat
(ddifussiori), yang merupa kan salah satu luas di sekitar mereka tinggal. Ambil contoh
obyek penelitian ilmu antropologi, terutama orang Tionghoa di Jawa (tengah maupun
subilmu antropologi diakronis salah satu timur) mendapat pengaruh yang kuat unsur
bentuk difusi adalah penyebaran unsur unsur budaya, kebiasaan berbahasa, bahkan ikut
kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di menikmati kesenian dan makanan Jawa.
muka bumi oleh kelompok kelompok Begitu pula di Ibukota Jakarta,
manusia yang bermigrasi. Terutama dalam masyarakat Tionghoa 'peranakan' sudah lama
zaman prehistori, puluhan ribu tahun yang berintegrasi bahkan berasimilasi dengan
lalu, ketika kelompok kelompok manu sia seni-budaya, makanan,bahasa Betawi.
yang berburu pindah dari satu tempat ke Terlihat pula antara kearifan budaya
tempat lain hingga jauh sekali. Bekas bekas Khonghucu di kalangan Tionghoa itu saling
difusi itu sekarang menjadi salah satu bertukar sosial buda ya Betawi dan pesisir
penelitian ilmu prehistori kepulauan Nusantara selama berabad-abad.
(Dr.Koentjaraningrat, 2009; 199) Pada upacara besar di
Dengan fakta sejarah di atas, adanya Kelenteng/Miao, disamping mereka
peran sosio kultural agama Ru (Khonghucu) beribadah, diramaikan juga dengan kegiatan
yang kemudian terbawa dalam migrasi nenek seni budaya barongsai dan naga liong (long),
moyang bangsa Nusantara dalam bentuk bu seni silat (di jaman dahulu) dan
daya religius Dongson ke wilayah tanah air wayangpotehi. Kegiatan seni budaya
Indonesia itu. K.H.Abdurrahman Wahid semacam ini semenjak jaman dahulu sudah
menjadi tempat keramaian umum.
DAFTAR PUSTAKA
ChanWing-tsit,
PrincetoneUniversity,NY.1963;'A
Source book in Chinese Philosophy'
Fung Yu-lan, The Free Press, NY.1966; 'A
Source book in Chinese Philosophy'
XinZhong,Yao; first published 2000,
CambridgeUniversity Press; 'An
Introduction to Confucianism'
Lin Yu-tang, The Modern Library,NY.1994; '
The Wisdom of Confucius'
Xinzhong Yao, senior Lecturer in and Chair
of the Department of Theology and
Religious Studies at the University