Akib Tugas Filsafat Pancasila
Akib Tugas Filsafat Pancasila
Disusun Oleh:
AKIB HADI SAPUTRA
NIM : 51418003
FAKULTAS EKONOMI/BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
MADIUN 2018
ABSTRAK
KATA KUNCI
Pembunuhan,Nyawa,Pelaku
Pembunuhan Satu Keluarga di Sumatera
Utara: Dugaan Motif Dendam Hingga 6
Orang Diamankan Polisi
Tribun Medan
Muhajir semasa hidup saat foto bersama anaknya.
Pihak kepolisian telah mengamankan enam orang yang terindikasi terkait dalam pembunuhan
keluarga Muhajir di Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang.
"Mereka kita amankan untuk dimintai keterangan dan sampai saat ini status mereka masih saksi,"
kata Kasat Reskrim Polres Deliserdang,
Enam orang tersebut, kata Bayu, dapat dinaikkan statusnya menjadi tersangka.
Kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif kepada enam orang tersebut.
Bayu mengatakan pelaku pembunuhan satu keluarga yang berada di Tanjungmorawa ini bisa
dipastikan dilakukan lebih dari satu orang.
"Kalau dilihat pelaku ini kita duga lebih dari satu orang. Itupun kalau sudah kita amankan
pelakunya, pasti akan kita beritahu. Kawan-kawan diharapkan bersabar,"ujarnya saat dihubungi
seperti dikutip dari Tribun Medan.
Mengenai lokasi pelaku menghabisi korban, Bayu menyatakan pihaknya belum melakukan
penyelidikan sampai ke arah situ.
"Yang pasti, saat personel Polsek ke rumah korban, tidak ada bercak darah," ujarnya.
Sebelumnya, Muhajir bersama Suniati serta anak mereka M Solihin dilaporkan hilang.
Ketiganya hilang dari rumah mereka di Dusun III Gang Rambutan, Desa Bangun Sari, Tanjung
Morawa, sejak Selasa (9/10/2018).
Selang beberapa hari, Muhajir ditemukan dalam keadaan tewas di sungai Blumei, STM Hilir,
Tanjung Morawa.
Tiga hari setelah penemuan jasad Muhajir, warga kembali menemukan jasad putranya Solihin di
aliran sungai Blumei.
Kemudian, jasad istri korban Suniarti ditemukan tewas mengapung di perairan laut Batu Bara.
Diketahui, pembunuhan tersebut dilakukan oleh tiga orang, dan satu pelaku tambahan yang
bertugas menghilangkan barang bukti.
Berikut sejumlah fakta terkait kasus pembunuhan satu keluarga di Deli Serdang dirangkum dari
Tribun Medan:
R mengatakan jika awalnya para tersangka datang ke rumah Muhajir untuk meminjam uang.
"Jadi pertama yang datang itu si A, dia mengetuk pintu rumah si Muhajir sekitar pukul sebelas
malam untuk meminjam duit," kata R kepada Kapolda Sumut di RS Bhayangkara Medan, Senin
(22/10/2018).
Setelah si Muhajir hendak masuk dan mengambil duit, A langsung memukul kepala belakang
Muhajir dengan gagang pistol rakitan
"Di situ baru saya datang dan masuk ke rumah Muhajir dan langsung mengikat tangannya ke
belakang dan menutup mulutnya dengan lakban," ujar R.
R menceritakan jika pembunuhan ini sudah direncanakan dua hari sebelum eksekusi para korban
yang mereka lakukan pada Senin (9/10/2018).
"Pada Jumat (7/10/2018) kami mengatur rencana sebelum membunuh Muhajir dan keluarganya,"
kata R yang berperan mengikat dan membuat takut para korban.
2. Motif Pembunuhan
Dua hari sebelum pihaknya melakukan pembunuhan, tersangka A mendatangi dirinya dan
bercerita tentang istri Muhajir, Suniati yang sering mengejeknya dengan sebutan 'Pasukan
Gajah'.
"Ya, karena teman, makanya saya mau. Lagian mereka sudah mengejek kami," katanya.
"Jadi keluarga Muhajir selalu mengejek kami dengan mengatakan 'Pasukan Gajah Wes Teko'
yang artinya pasukan Gajah datang," kata R.
Sementara itu, Kapolda Sumut Agus mengungkapkan motif pelaku diduga karena sakit hati dan
dendam pada korban.
"Pemeriksaan sementara karena mereka sakit hati. Karena bentuk fisik pelaku sering diolok-olok
lantaran besar," kata Kapolda Sumut Agus saat memberikan keterangan pers di RS Bhayangkara,
Senin (22/10/2018).
Kapolda Sumut Agus mengatakan korban Suniati, istri Muhajir Diduga sering mengejek
tersangka sekaligus otak pelaku Agus Hariyadi dengan sebutan 'Gajah Wes Teko' alias 'Gajah
Sudah Datang'.
Tak berhenti di situ, tersangka Agus pun membalas ejekan itu dengan mengejek para korban
dengan sebutan 'Tuyul'.
"Setelah pengembangan, kalau ada ditemukan motif yang lain akan terus didalami," sebut Agus.
3. Pelaku Punya Peran Masing-masing
Ia mengungkapkan pelaku berinisial A berperan sebagai otak pelaku pembunuhan, yang dibantu
R untuk mengikat dan mengancam para korban.
Sementara itu ada yang bertugas membuang korban ke sungai yaitu pria berinisial DS.
"Jadi tersangka lain, Yayan berperan untuk menyembunyikan sangkur dan senjata api rakitan,"
ujar Kapolda Sumut Agus.
"Sampai saat ini motif para tersangka melakukan pembunuhan, karena adanya unsur sakit hati
karena di olok-olok oleh korban. Dari hasil penyelidikan dan rekonstruksi nanti akan jelas peran
masing-masing pelaku," ujar Agus menambahkan.
Subdit Jatanras Ditreskrimum dan Sat Reskrim Polres Deliserdang dibantu Polsek Tapung Polres
Kampar Polda Riau melakukan penangkapan terhadap kedua tersangka (A dan R) yang
bersembunyi di sebuah Ruko di Jalan Flamboyan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar,
Minggu (21/10/2018) sekitar pukul 17.30 WIB.
Dikatakan Kapolda, saat tersangka A dibawa, ia menyerang personil yang mengendarai mobil
dengan cara mencekik dengan kondisi tangan tersangka terborgol sehingga salah satu personil
melakukan tindakan tegas dengan melakukan penembakan ke arah punggung tersangka.
"Sementara tersangka R dikendaraan lain mencoba melarikan diri sehingga diambil tindakan
tegas terukur di kaki dan kemudian kedua tersangka di bawa ke RS Bhayangkara Pekanbaru
Selanjutnya dibawa menuju RS Bhayangkara Medan," ujarnya.
A. TEORI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh bangsa Indonesia. pancasila dikatakan sebagai filsafat karena
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Notonagoro
berpendapat bahwa filsafat pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.
Jika ditilik dari soal tempat, filsafat pancasila merupakan bagian dari Filsafat Timur
(karena Indonesia kerap digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan bagian
Timur). Sebenarnya, ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam Pancasila,
misalnya soal pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentikan
dengan paham mengenai ‘ratu adil’ dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-
paham Barat, seperti : Kemanusiaan, demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem
filsafat, Filsafat Pancasila ternyata juga harus tunduk dalam formulasi Barat yang
sudah mapan sejak dulu. Jika Pancasila mau dipertanggungjawabkan secara salih,
logis, koheren, dan sistematis, di dalamnya harus memuat kaidah-kaidah filosofis.
Pancasila harus memuat juga dimensi metafisis, (ontologis), epistomologis, dan
aksiologis.
Pertama, secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar dasar Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat
dasar ontologis Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek
hukum pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat. Pancasila sebagai
dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila yang merupakan
suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang
berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai
makhluk sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri
sekaligus juga sebagai makhluk Tuhan.
Kedua, kajian epistemologi Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencaru hakikat Pancasil sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan
adanya karena epistemologi meupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu
pengetahuan (ilmu tentang ilmu).
Ketiga, kajian aksiologi Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas nilai
praksis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan
karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologi, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa
kita membahas filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologi, bangsa Indonesia merupaka
pendukung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan yang
terakhir keadilan. Pemilkiran filsafat kenegaraan ini bertolak dari pandangan bahwa
negara meupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakata,
dimana merupakan masyarakat hukum.
Pertama, bahwa kasus pembunuhan satu keluarga ini merupakan pelanggaran sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam sila ini bertujuan supaya setiap individu
masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan kepercayaan mereka
masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling menumbuhkan rasa
toleransi kepada agama lain. Di dalam agama apapun pasti di ajarkan hal yang di
larang dan harus di jauhi termasuk pembunuhan . pembunuhan merupakan tindakan
yang di larang. Dan mendapatkan dosa besar. kita sebagai bangsa Indonesia yang
menekankan nilai – nilai moral dan keagamaan dan kita sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang mempunyai akal budi, tidak mempunyai hak untuk menyabut nyawa
seseorang. Dan dalam sila ini juga dijelaskan bahwa manusia sebagai umat beragama
tidak diajarkan untuk membunuh sesama manusia, melainkan untuk hidup rukun antar
umat manusia dan saling mangasihi, menghargai satu dengan yang lain serta saling
bertoleransi bagi setiap umat beragama.
Ketiga, dalam kasus pembunuhan satu keluaga ini juga melanggar sila ke lima
yaitu, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pada sila ini pun sudah
dijelaskan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia, menekankan keadilan social yang
merata bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam hubungan mengenai kasus pembunuhan
tersebut adalah pelaku telah melanggar nilai - nilai keadilan, karena pelaku telah tega
menghabisi rekan kerjanya sendiri tersebut secara sadis dan tidak punya sikap adil
bagi korban yang telah dibunuh. Dan untuk pembelajaran bagi kita semua sebagai
bangsa Indonesia harus mempunyai sikap yang peduli, mengasihi, menghargai,
menjaga toleransi, serta mentaati peraturan atau norma – norma yang berlaku di
Indonesia agar kejadian ini tidak terulang lagi
Sumber Referensi :
http://wow.tribunnews.com/2018/10/23/motif-pembunuhan-satu-keluarga-di-sumut-
akhirnya-terungkap-berikut-fakta-faktanya?page=4.
(Diakses tanggal 1 Desember 2018)