Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN


SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
GEDUNG PRIJADI PRAPTOSUHARDJO I LANTAI 1 DAN 2 JL. LAPANGAN BANTENG TIMUR NO. 2-4 JAKARTA PUSAT
10710 TELEPON : (021) 344-9230 PSW. 5205, 5206, (021) 3843417 FAKSIMILI (021) 3454640 LAMAN:
WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID

NOTA DINAS
NOMOR ND-112/PB.1/2022

Yth : 1. Para Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharan


2. Para Kepala KPPN
Dari : Sekretaris Direktorat Jenderal
Sifat : Segera
Lampiran : Dua Berkas
Hal : Penyempurnaan Identifikasi Risiko Dalam Rangka Penyusunan Profil Risiko
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara Tahun 2022
Tanggal : 07 Januari 2022

Sehubungan dengan penyusunan laporan profil dan peta risiko tahun 2022 lingkup Unit
Pemilik Risiko (UPR) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) dan
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Sebagai wujud implementasi Manajemen Risiko di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, mulai tahun 2017, Kanwil DJPb dan KPPN ditetapkan sebagai Unit Pemilik
Risiko (UPR) yang bertanggung jawab melaksanakan manajemen risiko serta menyusun dan
menyampaikan laporan profil risiko dan laporan pemantauan.
2. Mengingat tugas dan fungsi Kanwil DJPb dan KPPN, profil risiko setiap Kanwil DJPb dan
KPPN cenderung memiliki rumusan yang relatif seragam meskipun untuk beberapa Kanwil
DJPb dan KPPN dapat memiliki profil risiko yang unik sesuai dengan karakteristik masyarakat,
sosial dan budaya daerah masing-masing.
3. Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah melakukan permintaan masukan dari Kanwil DJPb
dan KPPN atas refinement referensi identitas risiko 2021 melalui Nota Dinas Sekretaris
Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor ND-4845/PB.1/2021 untuk kemudian dilakukan
penyusunan standardisasi identifikasi risiko Kanwil DJPb dan KPPN dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Sebagai referensi UPR Kanwil DJPb dan KPPN dalam merumuskan profil risiko sesuai
dengan konsep dan ketentuan yang berlaku;
b. Untuk mendapatkan pemahaman yang relatif seragam terkait informasi yang tertuang dalam
profil risiko seluruh Kanwil DJPb dan KPPN; dan
c. Memudahkan penilaian penerapan manajemen risiko dalam hal kualitas dan kelengkapan
laporan.
4. Atas referensi tersebut, telah dilakukan reviu terhadap substansi dan relevansinya dengan
kondisi Direktorat Jenderal Perbendaharaan saat ini. Hasilnya diperlukan refinement terhadap
standardisasi identifikasi risiko tersebut, dengan pertimbangan:
a. Perkembangan proses bisnis yang sangat cepat di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berpengaruh secara langsung terhadap perubahan tugas dan fungsi
Kanwil DJPb dan KPPN sebagai kantor vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, antara
lain pembentukan Regional Chief Economist (RCE), penguatan program special mission di
daerah, digitalisasi layanan perbendaharaan.
b. Berdasarkan hasil evaluasi internal, perlu ada penyempurnaan rumusan referensi dari sisi
alur logic perumusan risiko, sebagian substansi dan redaksional; dan
c. Penambahan/penyempurnaan contoh rumusan IRU dan mitigasi risiko. Dalam menyusun
penyempurnaan identifikasi risiko tersebut, Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan telah melakukan pembahasan dengan perwakilan Kanwil DJPb dan KPPN.
5. Setiap UPR Kanwil DJPb dan KPPN dapat memutakhirkan identifikasi risiko mengacu kepada
referensi identifikasi risiko Kanwil DJPb dan KPPN yang telah disusun dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Setiap UPR dapat memilih/mengacu sebagian dari referensi risiko ini sebagai bahan
pertimbangan sehingga tidak seluruh referensi risiko harus diikuti. Selanjutnya, UPR dapat
menambahkan risiko baru di luar referensi ini selama relevan dan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan/sasaran Kanwil DJPb/KPPN atau risiko tersebut bersifat unik (tailored) di
lingkungan UPR masing-masing.
b. Setiap UPR agar mereviu kembali profil risiko periode sebelumnya. UPR dapat
menggunakan risiko dalam profil risiko periode sebelumnya selama masih relevan dengan
sasaran strategis. Apabila terdapat 2 (dua) risiko atau lebih yang hampir sama dalam
kejadian maupun penyebab, risiko tersebut dapat digunakan menyesuaikan dengan
referensi risiko. Sedangkan terhadap risiko yang tidak tepat, dapat disempurnakan dengan
menggunakan referensi risiko.
c. Rumusan Sasaran Organisasi mengikuti rumusan Sasaran Strategis dalam Kontrak Kinerja
Kemenkeu-Two Kanwil DJPb dan Kemenkeu-Three KPPN terkini.
d. Setiap risiko harus mengacu kepada Sasaran Organisasi dan IKU Kemenkeu-Two Kanwil
DJPb dan Kemenkeu-Three KPPN.
e. Identifikasi risiko harus mencerminkan minimal 3 (tiga) kategori risiko sesuai Keputusan
Menteri Keuangan nomor 577/KMK.01/2019 dengan salah satu kategori mandatory adalah
Risiko Fraud. Penentuan kategori risiko berdasarkan kejadian risiko.
f. Setiap risiko maksimal memiliki 3 (tiga) penyebab risiko terutama bagi risiko yang berada di
luar area penerimaan risiko (level sedang ke atas) agar lebih fokus dalam melakukan
mitigasi (penanganan) risiko tersebut.
g. Apabila terdapat rumusan penyebab risiko di luar standardisasi ini, dapat diperkenankan
dan didukung oleh sumber informasi risiko (Laporan hasil audit, Loss Event Database,
Expert Judgement atau Benchmarking data) serta dirumuskan berdasarkan metode
perumusan penyebab risiko, antara lain menggunakan metode fishbone diagram, 5 whys
analysis, maupun analisis pohon masalah.
h. Setiap UPR wajib memiliki paling kurang 2 (dua) risiko yang dimitigasi dengan rencana aksi
merupakan sesuatu hal yang baru dilakukan.
6. Referensi risiko yang tercantum dalam lampiran Nota ini dapat dipergunakan untuk membuat
Laporan Profil Risiko dan Peta Risiko tahun 2022 untuk seluruh Kanwil DJPb dan KPPN,
kecuali KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah, KPPN Khusus Penerimaan dan KPPN Khusus
Investasi.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Ditandatangani secara elektronik


Didyk Choiroel

Tembusan:
Direktur Jenderal Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai