SOSIOLOGI INDUSTRI
Transformasi Menuju Masyarakat Post-Indusri
PENGANTAR
Bab 4
Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat ........................... 127
A. Konsep Dasar Masyarakat ............................................................... 128
B. Konsep Pembetukan Kelompok Masyarakat .................................... 133
C. Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat: Dalam Persefektif
Gerhard Lenski, Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim .......... 144
D. Proses Terbentuknya Masyarakat Berdasarkan Pendekatan Interaksi
Sosial ................................................................................................ 167
Bab 5
Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri ............... 173
A. Konsep Dasar Perubahan Perilaku Masyarakat ............................... 174
B. Perkembangan Perubahan Post Industrial ....................................... 181
C. Kecenderungan Menuju Masyarakat Pasca Industri ........................ 189
D. Masyarakat Jaringan (Network Society) Pasca Industri.................... 198
Bab 7
Interaksi Sosial Pada Masyarakat Industri ........................................ 255
A. Konsep Dasar Interaksi Sosial .......................................................... 256
B. Masyarakat Industri .......................................................................... 263
C. Interaksi Sosial dalam Masyarakat Industri ...................................... 258
D. Interaksi Sosial Dalam Lingkungan Industri/Perusahaan ................. 292
Bab 8
Dampak Sosial dari Perkembangan Industrialisasi .......................... 301
A. Konsep Dasar Dampak Sosial .......................................................... 302
B. Analisis Dampak Sosial .................................................................... 306
C. Dampak Perubahan Sosial ............................................................... 310
D. Dampak Sosial Perkembangan Industrialisasi .................................. 316
Bab 9
Dinamika Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia ................ 329
A. Konsep Dasar Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia ......... 330
B. Pola Peubahan Perilaku dalam Perubahan Sosial ........................... 333
C. Perkembangan Industri Pembentukan Perilaku Sosial .................... 347
D. Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia ................................. 351
Bab 10
Masalah-masalah yang dihadapi Masyarakat Industrial ................... 363
A. Terminologi Konsep Industrialisasi ................................................... 364
B. Masyarakat Industrial........................................................................ 371
C. Kehidupan Masyarakat Industrial ..................................................... 383
D. Permasalahan di hadapi Masyarakat Industri ................................... 388
Bab 13
Proses Industrialisasi Dalam Prespektif Ekonomi Politik ................ 481
A. Industrialisasi Ekonomi Politik di Inggris ........................................... 482
B. Industrialisasi Ekonomi Politik Di Asia .............................................. 488
C. Eksistensi Politik Pada Industrialisasi ............................................... 498
D. Industrialisasi Indonesia antara Cita dan Fakta ................................ 507
Bab 14
Kolaborasi Universitas-Industri: Menuju Industri berbasis
Pengetahuan ........................................................................................ 521
A. Konsep Dasar Kolaborasi Universitas dan Industri ........................... 522
B. Kepentingan, Karakteristik, dan Pesepektif Kolaborasi Universitas dan
Industri .............................................................................................. 529
C. Mekanisme Transfer Pengetahuan Dari Universitas Ke Industri ...... 537
D. Implementasi Kolaborasi Universitas dan Industri di Indonesia ........ 540
BAB I
Pendahuluan
K ajian tentang masyarakat dan industri meenarik untuk
diperbincangkan dan bersifat dinamis. Hal ini sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi dan industri.
Secara historis perkembangan masyarakat industri bermula dari
terjadinya revolusi industri di Inggris dan revolusi politik yang terjadi
di Prancis. Revolusi industri yang terjadi di Inggris yang pada
mulanya menggunakan alat produksi yang bersifat tradisional
beralih kepada alat yang modern dan kapitalistik. Begitupun dengan
adanya revolusi politik yang menerapkan sistem monarki absolut
menjadi republik demokratis.
Bab I Pendahuluan 1
Sosiologi Industri
pada yang telah dicapainya pada tahun-tahun lalu. Oleh karena itu,
sektor industri menjadi tumpuan harapan bagi pembangunan.2
Pada masa kini, tidak ada satu masyarakat atau negara pun
yang tidak menggunakan industri sebagai mesin penggerak
perubahan sosial ekonominya. Negara-negara maju, seperti Inggris,
Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Amerika Serikat, Kanada atau
Jepang telah jauh lebih awal bahkan menjadi pelopor dari
industrialisasi. Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura merupakan
pendatang baru dalam industrialisasi yang tidak kalah pesat
pertumbuhannya. Sementara itu, ratusan negara sedang
berkembang lain di Asia, Afrika, dan Amerika Latin juga menempuh
cara yang sama untuk mengubah kehidupan sosial ekonomi
masyarakatnya, tidak terkecuali Negara Indonesia .
2. Industrialisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi langkah
perubahan kehidupan
Industrialisasi berasal dari kata industri yang berarti memiliki
makna kegiatan memproses atau mengolah barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan, melalui mesin. Jadi
industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang
mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris (pertanian)
menjadi masyarakat industri. Industrialisasi di sini juga bisa diartikan
sebagai suatu keadaan dimana masyarakat lebih berfokus pada
ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi.
Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya
dengan inovasi teknologi.
3. Pengembangan Industrialisasi
yang muncul di dalam ranah pekerjaan dan sosial yang lebih luas
yang terkait dengan kegiatan produksi dari industri.
1. Masyarakat
Masyarakat menurut Soekanto (1990), diartikan sebagai
manusia yang hidup bersama, mereka sadar sebagai satu kesatuan
dan mereka merupakan suatu sistem yang hidup bersama.6
Masyarakat desa mempunyai hubungan yang lebih erat daripada
masyarakat kota. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan. Dalam masyarakat desa biasanya tertuju
pada keperluan kebutuhan yang bersifat primer seperti makanan,
pakaian, dan rumah.
Menurut Nurdin dalam Setyawati (2002), masyarakat adalah
segolongan manusia yang saling berhubungan tetap atau agak tetap,
yang diorganisir untuk aktifiitas-aktifitas bersama dan terikat
padanya.7 Masyarakat desa terdiri dari individu dan keluarga-
keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial yang saling
berhubungan antara satu sama lain baik diorganisir maupun tidak
untuk mencapai tujuan tertentu (kepentingan pribadi atau kelompok)
jelas menunjukkan masyarakat desa hidup berkelompok dimana
secara normatif mereka diatur oleh norma-norma, nilai-nilai dan
kelembagaan yang bersifat tradisional, sehingga dalam kehidupan
sehari-harinya unsur kebersamaan, gotong royong yang bersifat
1. Keberadaan Industri
Pembangunan industri merupakan salah satu upaya
manusia dalam meningkatkan kualitas hidup, salah satu tujuan dari
pembangunan industri diantaranya untuk memperluas lapangan
kerja, menunjang pemerataan pembangunan, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Bab I Pendahuluan 23
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 24
Sosiologi Industri
1. Danpak Positif
Bab I Pendahuluan 25
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 26
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 27
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 28
Sosiologi Industri
2. Dampak Negatif
Bab I Pendahuluan 29
Sosiologi Industri
a. Pencemaran Linkungan
d. Polusi Udara
Bab I Pendahuluan 31
Sosiologi Industri
e. Potensi Konflik
a. Mata Pencaharian
b. Kesempatan Kerja
Berkembangnya industri di pedesaan memberikan berbagai
alternative peluang pekerjaan yang lebih luas, dimana sebelum
berkembangnya industri peluang kerja sangat terbatas baik jenis
pekerjaan maupun kesempatan kerjanya, tetapai setelah
Bab I Pendahuluan 32
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 33
Sosiologi Industri
Bab I Pendahuluan 40
Sosiologi Industri
BAB II
Terminologi Sosiologi Industri
1. Pengertian Sosiologi
tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja
tertentu. Industri menurut skalanya yaitu:4
Perindustrian.
Bab II Konsep Dasar Sosiologi Industri 44
Sosiologi Industri
a. Konsep Industrialisasi
4. Dinamika Industrialisme
a. Peran Manajemen
b. Teknologi
5. Sistem Produksi
6. Pekerjaan
a. Hakikat Kerja
7. Buruh Industri
c. Kerja Buruh
20Grint, Keith. 2000. “Sosiologi Industri” dalam Kuper, Adam & Kuper,
Jesica, (ed) (2000)”Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jilid 2,
Diterjemahkan Oleh Haris Munandar dkk, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, hlm.488,
Bab II Konsep Dasar Sosiologi Industri 73
Sosiologi Industri
BAB III
Teori dan Pendekatan Sosiologi
Industri
teori Dunlop. Selain itu, teori-teori Max Weber dan Karl marx,
sedangkan teori-teori berpendekatan hubungan industrial, terbagi ke
dalam kelompok pemikiran unitaris, pluralis, dan radikalis.
A. Perkembangan Teori Sosiologi Industri
Perkembangan sosiologi sejak revolusi industri sampai
perkembangannya Sosiologi menjadi ilmu, melalui beberapa tahapan
yaitu:
1. Kelahiran
Kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan dan
krisis yang terjadi di Eropa Barat. Proses perubahan dan krisis yang
diidentifikasi Laeyendecker adalah timbulnya kapitalisme pada abad
15, perubahan-perubahan dibidang sosial politik, perubahan
berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya
individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya
kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18,
serta terjadinya revolusi Prancis.1
Menurut Berger dan Berger (1981), sosiologi acap kali
disebut sebagai “ilmu kerancang sampah” (dengan nada memuji),
kerena membahas ikhwal atau masalah yang tidak dipelajari ilmu-
ilmu yang ada sebelumnya dan karena kajiannya lebih banyak
terfokus pada problem kemasyrakatan yang timbul akibat krisis-krisis
sosial yang terjadi. Karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial
yang selama ini dianggap sudah seharusnya demikian nyata dan
benar threats to the taken for granted world..2 Laeyendecker
mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi:3
dan agak tertip pada Zaman Pertengahan. Para pemikir yang lebih
canggih menyadari bahwa perubahan sosial telah memustahilkan
gerak kembali tersebut. Oleh karena itu, sebagai gantinya mereka
mencari landasan-landasan baru di dalam masyarakat yang telah
dijungkirbalikan oleh revolusi-revolusi politis abad kedelapan belas
dan kesembilan belas. Kepentingan untuk tatanan sosial tersebut
merupakan salah satu perhatian utama para teoritisi sosiologis klasik
khusunya Durkheim, Comte dan Parsons.4
Selanjutnya, George Ritzer (2012), menegaskan bahwa:5
a. Revolusi industri yang melanda banyak masyarakat Barat,
terutama pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua
puluh, tidak kalah pentingnya dengan revolusi politis didalam
membentuk teori sosiologis.
b. Revolusi industri bukan peristiwa tunggal melainkan banyak
perkembangan yang saling terkait yang berpuncak pada
transformasi dunia barat dari sistem yang sebagian besar
agikultural menjadi sistem industrial yang menyeluruh. Sejumlah
besar rakyat meninggalkan lahan pertanian dan pekerjaan
agikultural demi pekerjaan-pekerjaan industrial yang diberikan di
dalam pabrik-pabrik yang berkembang pesat.
c. Pabrik-pabrik dibentuk oleh rangkaian panjang perbaikan-
perbaikan teknologis. Birokrasi-birokrasi ekonomi yang besar
muncul untuk memberikan banyak layanan yang dibutuhkan
industri dan sistem ekonomi kapitalis yan sedang muncul.
d. Di dalam ekonomi tersebut, pasar bebas dianggap ideal sebagai
tempat untuk mempertukarkan banyak produk dari sistem
2. Munculnya Sosialisme
Munculnya sosialisme menurut George Ritzer dalam
bukunya yang berjudul “Teori Sosiologi” menuliskan bahwa
seperangkat perubahan yang ditujukan untuk mengatasi ekses
sistem industrial dan kapitalisme dapat disatukan di bawah judul
“sosialisme” 6
Meskipun beberapa sosiolog lebih menyukai sosialisme
sebagai suatu solusi bagi masalah-masalah industrial, sebagian
Teori-teori dasar
dalam Sosiologi
``Gambar 3.1.
18
Ritzer, George 2013. Sosiologi Ilmu ….., hlm. 194.
Bab III Teori dan Pendekatan Sosiologi Industri 94
Sosiologi Industri
masyarakat yang disebut dengan gereja, dari siapa saja yang setia
dengannya.19
Asal mula agama dari masyarakat itu sendiri, dengan
adanya pe rbedaan (yang dilakukan individu-individu) tentang hal-hal
yang sakral, bentuk esensi agama yang menjadi sumber referensi,
respek, misteri, rasa terpesona dan hormat, dan hal-hal yang profane
dalam kehidupan sehari-hari, tempat-tempat umum, kegunaan
sesuatu, kehidupan duniawi, yang masing-masing orang bersikap
tertentu. Penghargaan terhadap suatu fenomena dapat
mentransformasikan seseorang dari yang profane menjadi sakral.
Berdasarkan penelitiannya terhadap masyarakat primitif,
suku Arunta di Australia berkesimpulan bahwa Tuhan hanya
idealisme masyarakat itu sendiri yang menganggap sebagai makhluk
paling sempurna. Agama merupakan lambang kolektif masyarakat
dalam bentuknya yang ideal. Karena itu, agama merupakan sarana
untuk memperkuat kesadaran kolektif yang diwujudkan melalui
upacara-upacara atau ritus -ritus. Dalam masyarakat primitif, agama
merupakan sumber intelektual dan moral konformitas terhadap
kesadaran kolektif. Tetapi dalam masyarakat modern agama
mengalami “penyempitan” makna, tidak lebih dari salah satu
representasi kolektif yang di samping sumber kesadaran atau
moralitas kolektif lainnya yang dibentuk dari institusi lain seperti
hukum dan pengetahuan.
Selain pemisahan dari yang profane dengan yang sakral,
dan proses transformasi aspek kehidupan sosial ke dalam kehidupan
yang sakral, terbentuknya agama masih membutuhkan tiga prasyarat
lainnya, yaitu pertama, keyakinan keagamaan, kedua, ritus atau
37
Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi ……, hlm. 160.
38
Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi ……, hlm. 163.
Bab III Teori dan Pendekatan Sosiologi Industri 107
Sosiologi Industri
teori ini dengan teori manajemen ilmiah tetapi di sisi lain juga
merupakan cerminan yang serupa. Berbeda dengan manajemen
ilmiah yang meletakkan peran manajer begitu besar dalam
mendesain, memobilisasi dan mengorganisir pada pekerja
sesistematis dan serasional mungkin demi efisiensi dan
maksimalisasi produktivitas, di dalam teori ini efisiensi organisasi
justru dapat dicapai melalui pendekatan partisipatif. Pencapaian ini
bisa terjadi karena bawahan menjadi terlibat dalam menetapkan
tujuan-tujuan mereka bekerja, pekerjaan diperkaya dengan
mengurangi tingkat pengawasan (supervisi) dan monitoring, adanya
pengembangan hubungan kolegial yang lebih terbuka (Watson,
1997). Perbedaan ini oleh McGregor digambarkan sebagai teori X
untuk manajemen ilmiah, dan teori Y untuk humanisme demokratis.
2. Pendekatan-Pendekatan Sosiologi Industri
Saudara mahasiswa, berbeda dengan teori-teori mengenai
organisasi kerja yang dibangun melalui asumsi-asumsi psikologis,
teori-teori berikut ini dibangun atas dasar asumsi sosiologis. Ada
tiga sosiolog besar klasik yang dianggap mempunyai pengaruh
penting dalam pengembangan teori-teori dalam sosiologi industri.
Ketiga tokoh pemikir tersebut adalah Emile
Durkheim, Max Weber, dan Karl Marx. Masih ingatkah Anda
pemikiranpemikiran pokok mereka? Durkheim mempengaruhi teori-
teori yang dikembangkan dalam sosiologi industri melalui tiga konsep
penting, yaitu integrasi, solidaritas, dan anomi. Durkheim memang
tidak melakukan pembahasan secara khusus dan mendalam tentang
organisasi kerja. Namun, melalui konsep integrasi dan solidaritas, ia
menjelaskan bahwa ciri penting dalam masyarakat industri adalah
adanya pembagian kerja yang bersifat organik (solidaritas organik)
demi mencapai kesatuan atau integrasi sosial. Integrasi sosial
Bab III Teori dan Pendekatan Sosiologi Industri 114
Sosiologi Industri
59Appley G.A & Salomon L. 1995. Orthopedi dan ….., hlm. 287
Bab III Teori dan Pendekatan Sosiologi Industri 125
Sosiologi Industri
BAB IV
Proses Pembentukan dan
Perubahan Masyarakat
M asyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama
manusia. Sebagai sebuah kelompok sosial masyarakat
berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan
antar aksi, dalam sistem dan prosesi tertentu. Sebagai suatu sistem,
individu-individu yang ada di dalam masyarakat saling berhubungan
atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan melakukan kerja
sama guna memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.
Apabila mengikuti pengertian masyarakat baik secara
natural maupun kultural, maka akan tampak bahwa keberadaan
kedua masyarakat itu merupakan satu-kesatuan. Sabagaiman
dipersepsikan Gerhard Lenski, Karl Marx, Max Weber dan Emile
Durkheim. Dengan itu, akan ditahui bahwa unsur-unsur yang ada di
dalam masyarakat yang masing-masing saling bergantung
merupakan satu-kesatuan fungsi. Adanya mekanisme yang saling
bergantung, saling fungsional, saling mendukung antara berbagai
unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain itulah yang kita sebut
sebagai sistem.
Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami
dinamika yang mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada
perubahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain
akan menerima konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif
maupun yang negatif. Oleh karena itu, melihat masyarakat atau
128
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
129
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
130
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
131
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
132
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
133
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
134
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
135
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
136
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
tersebut bisa berbentuk visi dan misi yang sama, ideologi serta
pemikiran yang sama dan lain sebagainya;
d. Mempunyai struktur, norma, kaidah, dan pola tingkah laku/
perilaku yang juga relatif sama;
e. Memiliki sebuah sistem dan prosesi tertentu.
Sebagai suatu sistem, individu-individu yang ada di dalam
masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain,
misalnya dengan melakukan kerja sama guna memenuhi kebutuhan
hidup masing-masing. Apabila kita mengikuti pengertian masyarakat
baik secara natural maupun kultural, maka akan tampak bahwa
keberadaan kedua masyarakat itu merupakan satu-kesatuan.
Dengan demikian, kita akan tahu bahwa unsur-unsur yang ada di
dalam masyarakat yang masing-masing saling bergantung
merupakan satu-kesatuan fungsi. Adanya mekanisme yang saling
bergantung, saling fungsional, saling mendukung antara berbagai
unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain itulah yang kita sebut
sebagai sistem.
Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami
dinamika yang mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada
perubahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain
akan menerima konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif
maupun yang negatif. Oleh karena itu, melihat masyarakat atau
perubahan pada masyarakat selalu dalam kerangka sistemik, artinya
perubahan yang terjadi di salasatu aspek akan memengaruhi faktor-
faktor lain secara menyeluruh dan berjenjang.
3. Dasar Pembentukan Kelompok Masyarakat
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses
terbentuknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada
137
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
138
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
b. Sosialisasi (sosialization).
Ridwan Effendi (2006) mengemukakan bahwa syarat
terjadinya proses sosialisasi adalah: 17
1) Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya
kelak dimasyarakat.
2) Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannyauntuk membaca, menulis dan
berbicara.
3) Pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui
latihan-latihan wawas diri yang tepat.
4) Individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang ada pada masyarakat.
c. Enkulturasi (enculturation).
139
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
b. Fungsi integrasi
140
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
141
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
133.
142
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
143
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
144
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
Hartono dan Aziz Arnicun. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi
27
Aksara., hlm. 94
145
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
146
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
147
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
148
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
149
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
150
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
c. Agraris
34
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 84.
151
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
152
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
d. Industrial
153
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
154
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
37
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 86
155
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
156
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
157
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
38
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 87
158
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
159
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
160
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
39
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 88
161
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
40
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 89
162
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
163
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
164
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
41
John J. Macionis, 2009. Sociology ..., hlm. 91
165
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
166
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
167
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
168
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
169
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
170
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
171
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
172
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
173
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
45
Kimmel, Michael, Amy Aronson. 2004. Men and Masculinities: a
social, cultural, and historical encyclopedia. United States: ABC-
CLIO., hlm.122.
174
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
175
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
176
Bab IV Proses Pembentukan dan Perubahan Masyarakat
Sosiologi Industri
BAB V
Perubahan Perilaku Masyarakat
Industri ke Post-Industri
Gambar 6.1,
Pola terbentuknya Perilaku
5. Konteks Proses Pebentukan/Perubahan Perilaku Masyarakat
Manusia selalu mengalami perubahan-perubahan selama
hidup baik secara individu maupun secara kolektif dalam konteks
kehidupan bermasyarakat. Perubahan-perubahan, itu dapat berupa
perubahan dalam hal nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi
sosial dan lain sebagainya.12 Dalam hal ini, perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap,
13Toffler, Alvin. 1981. The Third Wave. London: Pan Books Ltd., hlm.
114.
14Sorjono Soekanto, 2006. Sosiologi Satu…., hlm. 303.
16
Bell, Danien. 1973. The Coming…….., hlm. 17.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 183
Sosiologi Industri
17
Balasubramanian, R. & Webster, J., 2006, “Retailer Perceptions on
Apparel Sizing. Issues and Customer Satisfaction” ANZMAC 2006
Conference Proceedings. New Zealand: ANZMAC, hlm. 30
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 184
Sosiologi Industri
18
Bell, Danien. 1973. The Coming…….., hlm. 19.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 185
Sosiologi Industri
a. Perluasan transportasi
c. Menaiknya pendapatan
tumbuh paling cepat antara tahun 1947 dan 1968, dan sekitar 10
persen dari lapangan pekerjaan pada jasa pelayanan umum
adalah lembaga-lembaga pendidikan swasta. Pekerjaan di bidang
jasa pendidikan secara keseluruhan, baik negeri maupun swasta,
mencapai 8 persen dari total lapangan pekerjaan di Amerika
Serikat. Dalam jasa pelayanan umum, kategori terbesarnya
adalah jasa pelayanan medik, di mana lapangan pekerjaan naik
dari 1,4 juta ditahun 1958 menjadi 2,6 juta pada dekade
kemudian.
27
Adam Kuper & Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi….., hlm. 155..
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 197
Sosiologi Industri
32 Castells, 2000. The Rise of The Network Society ….., hlm 138.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 203
Sosiologi Industri
a. Perekonomian Informasional
b. Perekonomian Global
Hal ini berlaku untuk pasar uang dan mata uang, jasa
pelayanan bisnis lanjutan, inovasi teknologi, manufaktur teknologi
tinggi, dan komunikasi media. Globalisasi ini pada kenyataannya
telah dikembangkan dengan sistem yang didasarkan pada teknologi
informasi dan komunikasi yang sudah semakin inovatif.
c. Jaringan Perusahaan
g. Politik
i. Ruang Mengalir
BAB VI
Perubahan Perilaku Masyarakat
Industri ke Post-Industri
Gambar 6.1,
Pola terbentuknya Perilaku
5. Konteks Proses Pebentukan/Perubahan Perilaku Masyarakat
Manusia selalu mengalami perubahan-perubahan selama
hidup baik secara individu maupun secara kolektif dalam konteks
kehidupan bermasyarakat. Perubahan-perubahan, itu dapat berupa
perubahan dalam hal nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi
sosial dan lain sebagainya.12 Dalam hal ini, perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap,
13Toffler, Alvin. 1981. The Third Wave. London: Pan Books Ltd., hlm.
114.
14Sorjono Soekanto, 2006. Sosiologi Satu…., hlm. 303.
16
Bell, Danien. 1973. The Coming…….., hlm. 17.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 183
Sosiologi Industri
17
Balasubramanian, R. & Webster, J., 2006, “Retailer Perceptions on
Apparel Sizing. Issues and Customer Satisfaction” ANZMAC 2006
Conference Proceedings. New Zealand: ANZMAC, hlm. 30
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 184
Sosiologi Industri
18
Bell, Danien. 1973. The Coming…….., hlm. 19.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 185
Sosiologi Industri
a. Perluasan transportasi
c. Menaiknya pendapatan
tumbuh paling cepat antara tahun 1947 dan 1968, dan sekitar 10
persen dari lapangan pekerjaan pada jasa pelayanan umum
adalah lembaga-lembaga pendidikan swasta. Pekerjaan di bidang
jasa pendidikan secara keseluruhan, baik negeri maupun swasta,
mencapai 8 persen dari total lapangan pekerjaan di Amerika
Serikat. Dalam jasa pelayanan umum, kategori terbesarnya
adalah jasa pelayanan medik, di mana lapangan pekerjaan naik
dari 1,4 juta ditahun 1958 menjadi 2,6 juta pada dekade
kemudian.
27
Adam Kuper & Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi….., hlm. 155..
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 197
Sosiologi Industri
32 Castells, 2000. The Rise of The Network Society ….., hlm 138.
Bab V Perubahan Perilaku Masyarakat Industri ke Post-Industri 203
Sosiologi Industri
a. Perekonomian Informasional
b. Perekonomian Global
Hal ini berlaku untuk pasar uang dan mata uang, jasa
pelayanan bisnis lanjutan, inovasi teknologi, manufaktur teknologi
tinggi, dan komunikasi media. Globalisasi ini pada kenyataannya
telah dikembangkan dengan sistem yang didasarkan pada teknologi
informasi dan komunikasi yang sudah semakin inovatif.
c. Jaringan Perusahaan
g. Politik
i. Ruang Mengalir
BAB VII
Interaksi Sosial Pada Masyarakat
Post-Industri
1) Kerja Sama
2) Akomodasi
B. Masyarakat Industri
1. Hakikat Masyarakat Industri
politik dan sistem sosial dinilai lebih radikal dari kaum komunis
ortodoks. Para pengagumnya malah menjulukinya sebagai ‘sang
nabi’: nabi yang menjadi inspirator revolusi mahasiswa tahun 1968.
Marcuse yang dikenal juga sebagai perintis dari Mazhab Frankfurt
juga melihat ciri perkembangan masyarakat industri saat ini.
Menurutnya ada tiga ciri masyarakat industri atau teknologi modern:9
1) Administrasi Total
2) Bahasa Fungsional.
3) Penghapusan Sejarah
4) Kebutuhan Palsu.
5) Imperium Citra
2) Potensi-potensi kehidupan
16
Herbert Marcuse, 1971. One-Dimensional Man.,…… hal. 115
Bab VII Iteraksai Sosial Pada Masyarakat Post Industri 273
Sosiologi Industri
b. Mata Pencaharian
Selain itu juga, menurut Suharto (2009), dapat dilihat dari latar
belakang munculnya pekerjaan sosial industri:21
(a) Konselor
(b) Broker
(c) Pembela
(d) Mediator
(a) Konsultan
(c) Pelatih
a. Interaksi Sosial
b. Simbol
a. Rasionalitas instrumental.
c. Tindakan Tradisional
d. Tindakan afektif.
Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan alektif sifatnya
spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional dari
individu. Seseorang yang menangis tersedu-sedu karena sedih atau
seseorang yang gemetar dan wajahnya pucat pasi karena ketakutan
adalah beberapa contoh yang bisa disebut.
Max Weber mengakui bahwa empat jenis tndakan social
yang diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa
ditemukan dalam kenyataan. Tetapi, lepas dari soal itu, apa yang
hendak disampaikan Weber adalah tindakan social-apa pun
wujudnya-hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-
pola motivasional yang berkaitan dengan itu. untuk mengetahui arti
subjektif dan motivasi individu yang bertndak,yang diperlukan adalah
kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.
3. Pengambilan Peranan Dalam Interaksi Sosial
Secara teoritis, tindakan social dan interaksi social adalah
dua konsep yang berbeda arti. Tindakan sosial adalah hal-halyang
dilakukan individu atau kelompok di dalam interaksi dan situasi sosial
tertentu. Sedang yang dimaksud dengan interaksi social adalah
proses dimana antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu
dengan yang lain. Banyak ahli sosiologi sepakat bahwa interaksi
sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan
hadirnya kenyataan sosial. Max Weber melihat kenyataan sosial
sebadai sesuatu yang didasarkan paa motivasi individu dan
tindakan-tindakan social.30
30
Johnson, P Doyle. 1994. Teori Sosiologi….., hlm. 216..
Bab VII Iteraksai Sosial Pada Masyarakat Post Industri 291
Sosiologi Industri
The Liang Gie dan Miftah Toha. 1976. Efisiensi Kerja bagi
31
a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
BAB VIII
Dampak Sosial Perkembangan
Industrialisasi
2. Masalah-masalah Sosial
3
Soerjono Sokanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:
Rajawali Perss. hlm. 62
Bab VIII Dampak Sosial dari Perkembangan Industri 303
Sosiologi Industri
a. Faktor ekonomi
b. Faktor Budaya
c. Faktor biologis
d. Faktor Psikologis
hlm. 177.
15 Stynes, Daniel J , Vanessa Arnold, editor. 1997. Economic Impacts
3) Kenakalan Remaja
(f) Polusi suara yang dihasilkan oleh deru-deru mesin produksi yang
tak henti-henti, Polusi suara dapat membisingkan telinga warga
yang tinggal disekitar areal perindustrian.
Bab VIII Dampak Sosial dari Perkembangan Industri 314
Sosiologi Industri
2. Kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial adanya kesenjangan sosial yang
semakin hari semakin memprihatinkan membuat banyak orang
makin amburadul,khususnya di lingkungan perkotaan. Orang-orang
desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal
ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin
kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap
sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok
antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang
memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin
dan juga kotor,jangankan menolong,sekedar melihatpun mereka
enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat
tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-
leha tidur di hotel berbintang ,banyak orang diluar sana yang
kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi
lebih bnyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai
makanan enak yang harganya selangit.
Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena
pakaian yang tidak layak mereka pakai,namun banyak orang kaya
yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan
baju dari para designer seharga 250.000 juta,dengan harga sebnyak
itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang miskin
yang kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah yang
seperti ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat
kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan bangsa,harusnya orang-orang yang berada di
pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa
yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka,tapi dari
Bab VIII Dampak Sosial dari Perkembangan Industri 318
Sosiologi Industri
a. Etimologi
b. Primordialisme
c. Tantangan Ideologi
BAB IX
Dinamika Perkembangan Masyarakat
Industri di Indonesia
3 S.R., RK. Brown, J. Child, dan MA. Smith. 1190. Sosiologi Industri.
Jakarta: Rineka Cipta., hlm. 29.
4 Agus Salim. 2002. Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan Refleksi
6
Soerjono Soekanto, 2003. Sosiologi: Satu Pengantar….., hlm. 157.
Bab IX Dinamika Perkembangan Masyakat Industri 333
Sosiologi Industri
b. Manusia-manusia Besar
c. Revolusi
1. Masa Kolonial
2. Orde Lama
23
Dumairy, 2004. Perekonomian Indonesia,…, hlm. 231
Bab IX Dinamika Perkembangan Masyakat Industri 354
Sosiologi Industri
3. Orde Baru
37.
Bab IX Dinamika Perkembangan Masyakat Industri 356
Sosiologi Industri
28
Subandi, 2011, Ekonomi Pembangunan., hlm. 44.
Bab IX Dinamika Perkembangan Masyakat Industri 358
Sosiologi Industri
4. Era Reformasi
BAB X
Permasalahan yang dihadapi
Masyarakat Industrial
dalam negeri, juga untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Dari hal ini,
maka tercipta lapangan kerja industri yang banyak menyerap tenaga
kerja, sehingga transmigrasi yang diberangkatkan ke luar pulau Jawa
tidak untuk menjadi masyarakat agraris sebagai petani semata-mata,
melainkan menjadi tenaga kerja agroindustri. Mereka yang dikirim
sebagai transmigran adalam mereka sebagai tenaga kerja trampil
dan terdidik sesuai dengan kebutuhan.
Akan tetapi kenyataannya di Indonesia sebagai negara
yang banyak mengalami berbagai masalah industri seperti lokasi
industri yang berada di tengah pemukiman, menggeser lahan
pertanian, pencemaran lingkungan, dan pemutusan hubungan kerja,
menyebabkan keberadaan industri harus dikaji kembali jangan
sampai masalah tersebut terus berlanjut, sehingga bukan
keuntungan yang diperoleh melainkan kerugian bagi negara,
pengusaha dan masyarakat.
A. Terminologi Konsep Industrialisasi
1. Pengertian Industri
2. Hakikat Industrialisasi
Revolusi Industri di Eropa Barat, yang mula-mula
ditemukan adalah tenaga uap dan kemudian tenaga air. Tenaga
dipergunakan untuk menggerakan mesin dan peralatan yang sifatnya
mekanis. Secara sosial, sistem pabrik itu ditandai oleh terbentuknya
hubungan produksi antara buruh dan majikan. Menurut Rahardjo
(1999) “dalam prosesnya sistem ini didukung oleh cara kerja yang
mempergunakan pembagian kerja (division of labour) yang
terspealisasi dan makin luas diterapkan.”5
Pendapat Rahadjo ini mengemukakan bahwa pada negara
industri sudah terjadi spesialisasi terhadap bidang pekerjaan yang
sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Industri telah
merubah perekonomian suatu negara seperti negara Indonesia,
yaitu merubah suatu negara agraris menjadi sebuah negara industri
yang memiliki pola kerja dan pembagian kerja secara terspesialisasi.
Dharmawan (1986), mengemukakan tentang pengertian
industrialisasi yaitu: “Berarti adanya pergantian teknik produksi dari
cara yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam
pengertian Revolusi Industri. Pada saat inilah terjadi proses
transformasi yaitu suatu perubahan masyarakat dalam segala segi
bidang kehidupan.” 6
Berdasarkan pemikiran tersebut terlihat bahwa Indus
trialisasi adalah suatu cara yang akan mengubah masyarakat dari
masyarakat tradisional menjadi masyarkat modern dan yang berubah
tersebut bukan hanya masalah pekerjaan atau permasalahan
ekonomi semata akan tetapi juga akan mengubah segala segi
kehidupan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya dan lain
sebagainya.
Industrialisasi merupakan alternatif lain yang dapat
ditempuh dan memang ditempuh oleh negara-negara terbelakang
dan sedang berkembang. Hal tersebut pun telah diakui dan disadari
3. Kondisi Industrial
tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja
tertentu.7
B. Masyarakat Industrial
yang telah hidup dan bekerja cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sementara itu, menurut M.J. Herskovits masyarakat adalah
kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara
hidup tertentu.13
Dari beberapa definisi-definisi masyarakat yang ada,
menurut Soerjono Soekanto14 ada empat substansi yang menjadi
karakteristik masyarakat, yaitu:
a. masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;
b. bercampur untuk waktu yang cukup lama;
c. mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan; serta;
d. memiliki sistem hidup bersama.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam
suatu wilayah dan saling berinteraksi satu sama lain untuk waktu
yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu sistem hidup
bersama.
Dalam pengertian yang luas, industri mencakup semua
usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif.
Sementara, dalam pengertian secara sempit industri adalah kegiatan
mengubah barang dasar baik secara mekanis, kimia, ataupun
dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi.15
16
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga, hlm.
227
17
Jamaludin, 2015. Sosiologi Perkotaan ....., hlm. 216
18S.R. Parker dkk, 1992. Sosiologi Industri, Jakarta: Rineka Cipta,
hlm. 92.
Bab X Masalah-masalah dihadapi Masyarakat Industri 373
Sosiologi Industri
b. Masyarakat Industri
integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas
tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
106.
24Ranjabar, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial dalam Teori Makro
2. Psikologis
3. Hukum
4. Ekonomi
5. Demografi
BAB XI
Permasalahan yang dihadapi
Masyarakat Post-Industrial
1
Balasubramanian, R. & Webster, J., 2006, “Retailer Perceptions on
Apparel Sizing. Issues and Customer Satisfaction” ANZMAC 2006
Conference Proceedings. New Zealand: ANZMAC, hlm. 141
Bab XI Masalah yang Dihapi Masyarakat Post Industri 398
Sosiologi Industri
8
Edward Cornish, at.al. 1977, The World Future Society,…, hlm. 169
Bab XI Masalah yang Dihapi Masyarakat Post Industri 404
Sosiologi Industri
17
Daniel Bell, 1973. The Cultural Contradictions ….., hlm. 42.
Bab XI Masalah yang Dihapi Masyarakat Post Industri 415
Sosiologi Industri
Tapi dari sisi yang berbeda, dan ini yang sama sekali tidak
pernah disadari oleh Daniel Bell, kenyataan seperti itu juga bisa
dilihat sebagai bukti lain tentang bagaimana kapitalisme bisa
melakukan apa saja untuk mempertahankan stabilitasnya. Untuk
alasan yang sama, para kapitalis fundamentalis bukan hanya bisa
memproduksi produk-produk untuk kesenangan hedonistis,
melainkan bahkan mengobarkan peperangan, dan membunuh ribuan
manusia di seluruh dunia sambil tetap berdalih mempromosikan
demokrasi dan hak asasi manusia.
19
Mike Featherstone, 1991. Consumer Culture & Postmodernism,
London: Sage, hlm., 21
Bab XI Masalah yang Dihapi Masyarakat Post Industri 419
Sosiologi Industri
a. Sektor Ekonomi
Berkaitan dengan sektor ekonomi, dimana masyarakat
penghasil barang jadi beralih menjadi masyarakat penghasil jasa.
Karena industry suatu bangsa semakin maju, semakin besar
prosentase angkatan kerja yang bergerak menuju ke sektor
manufaktur ekonomi.
b. Lapangan pekerjaan
Di lapangan pekerjaan, akan ada perubahan dalam jenis
kerja yaitu keunggulan kelas professional dan teknis.
c. Fokus perubahan dimensi masyarakat
Masyarakat post ialah pemusatan pengetahuan teoritis
inovasi dan pembentukan kebijaksanaan bagi masyarakat.
Perubahan dalam dimensi pengetahuan dapat dilihat dari perbedaan
masyarakat post industry dan masyrakat industry.
d. Orientasi masa depan Masyarakat
Orintasi masa depan, yang mengendalikan teknologi dan
penaksiran teknologis. Dengan kata lain masyarakat post industry
bisa berencana dan mengontrol pertumbuhan teknologi itu dari pada
hanya membiarkan segalanya terjadi.
e. Cakupan pengambilan keputusan dan penciptaan teknologi
intelektual baru
Dimensi ini berhubungan metode atau cara-cara
memperoleh pengetahuan. Teknologi intelektual mencakup
penggunaan pengetahuan ilmiah untuk memperinci cara melakukan
e. Rintangan-Rintangan
ini penting, sebab dari sinilah dapat dibuat garis besar peringkat
kemungkinan dari berbagai pengalaman yang lalu. Dalam peristiwa
masa lalu, terdapat keajegan dan keteraturan fenomena yang dari
situ dapat dibuat kecenderungan akan peristiwa dimasa mendatang.
Namun, dalam realitasnya tidak semua peristiwa itu ajeg dan teratur,
seperti peristiwa pemberantasan korupsi.
a. Mode Economizing
b. Mode Sosiologizing
30
Bell, Danil1973. The Coming of ….., hlm. 280.
Bab XI Masalah yang Dihapi Masyarakat Post Industri 433
Sosiologi Industri
1. Teori Moderntitas
2. Teori Structural
3. Teori Sosilogis
BAB XII
Membangun Masyarakat Industri
Dalam Perspektif Sosiologi
1. Pengertian
1. Perspektif Evolusionis
2. Perspektif Interaksionis
sebagian orang sangat baik atau sangat keji, apakah polisi pelindung
atau penindas, apakah perusahaan swasta melayani kepentingan
umum atau kepentingan pribadi. Ini adalah persepsi yang mereka
bentuk dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri, dan persepsi
ini merupakan “kenyataan” bagi mereka yang memberikan penilaian
tersebut.
Para ahli dalam bidang perspektif interaksi modern, seperti
Erving Goffman (1959) dan Herbert Blumer (1962) menekankan
bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung;
sebaliknya mereka menanggapi orang lain sesuai dengan
“bagaimana mereka membayangkan orang itu.”
3. Perspektif Fungsionalis
4. Perspektif Konflik
atau frame yang membuat ilmuwan terfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya berkaitan dengan suatu kondisi atau objek.
a. Dekomposisi modal
20
Balasubramanian, R. & Webster, J., 2006, “Retailer Perceptions on
Apparel Sizing. Issues and Customer Satisfaction” ANZMAC 2006
Conference Proceedings. New Zealand: ANZMAC, hlm. 30
Bab XII. Membangun Masyarakat Industri 472
Sosiologi Industri
a. Teori Modernisasi
b. Teori dependensi
BAB XIII
Proses Industrialisasi Dalam Perspektif
Ekonomi Politik
tukang dan majikan yang terbentuk pada abad pertengahan. Inti dari
teori Smith pada industrialisasi adalah ide dimana peningkatan
produktifitas bergantung pada peningkatan spesialisasi jenis produk
ataupun kegunaan input-input tertentu.
Inti dari teori ini adalah susunan institusi dari sebuah negara
yang memfokuskan pada per kembangan akan menjadi konvergen
secara perlahan-lahan, karena industrialisasi bergantung pada difusi
dari produksi teknologi, dan peranan kuat dari teknologi dalam
membentuk kemampuan, pembagian kerja tenaga kerja, dan struktur
kekuasaan.6
Dengan kata lain, teori ini melihat politik sebagai alat untuk
mempercepat proses industrialisasi, yang pada akhirnya dapat dilihat
melalui keberadaan kondisi berikut: industrialisasi berskala besar
dengan keberadaan intervensi pemerintah.
1. Industrial Order
Piore M.J. and Sabel CF. 1984. The Second Industrial Divide. New
19
a. Diluar Voluntarisme
Pandangan bahwa negara ‘membentuk’ sektor swasta,
bukanlah hal baru. Faktanya, pandangan ini ada pada inti dari
developmental state theories (Gold, 1986). Dalam literatur tersebut
secara implisit terdapat pendapat voluntaristic yang berpendapat
bahwa industrialisasi pada sebuah negara tergantung pada
keputusan pemerintah, dengan tetap mempertanyakan apakah
Negara menganalisa konteks politik dimana negara melaksanakan
fungsinya. Beberapa voluntarisme secara erat berkaitan dengan
konsep sebuah negar a yang diekspresikan oleh visi sebuah negara.
a. Institusi legacies
b. Instrumental legacies
Kondisi ini secara kolektif, tak terpisahkan, dan dialami oleh seluruh
masyarakat. Bagaimanapun ada trik pada tipe ini, yaitu: 27
1. Industrialisasi Indonesia
Semenjak pembangunan ekonomi dimulai secara terencana
mulai tahun 1969, Indonesia mulai menggunakan pendekatan
strategi Industrialisasi.28 Citacita industrialisasi nasional adalah
berkembang sampai saat ini. Hal ini terjadi karena masih relevannya
konsep spesialisasi ini untuk memenuhi kebutuhan berbagai individu
yang ada dalam perekonomian diduania ini. Spesialisasi adalah
metode produksi di mana bisnis, wilayah, atau ekonomi berfokus
untuk menghasilkan produk barang atau jasa dalam lingkup terbatas,
untuk mendapatkan tingkat efisiensi produktif yang lebih besar.30
Banyak negara mengkhususkan dalam menghasilkan
barang dan jasa yang “alamiah” berdasarkan lokasi mereka di dunia,
kemudian mereka akan melakukan perdagangan untuk barang dan
jasa yang lain. Di mana ada spesialisasi, sudah seharusnya ada
perdagangan, dan pasar adalah institusi di mana perdagangan
terjadi.31
Spesialisasi sempurna terjadi ketika setiap individu,
perusahaan, atau negara, hanya memproduksi produk yang memiliki
keunggulan komparatif, dan bergantung dengan perdagangan untuk
mendapatkan produk lain yang mereka butuhkan.32
Spesialisasi dalam ekonomi adalah suatu bentuk pembagian
tenaga kerja di mana individu atau perusahaan memusatkan usaha-
usaha produktif mereka pada sebuah kegiatan atau sejumlah
kegiatan-kegiatan yang terbatas. Misalnya dokter spesialis anak atau
Ford yang menjadi spesialis di bidang industri otomotif.
Spesialisasi merupakan urat nadi dalam sistem
perekonomian bebas, dimana menurut kaum klasik peran swasta
30
Case et al., 2011, “Scarcity, Choice, and Opportunity Cost,”
Principles of Economics, 10th edition, Boston, MA.Prentice Hall,
31 Mankiw, N. G., 2014, “Comparative advantage: the Driving Force
35
Barro dan Sala-i-Martin, 1992. Economic Growth……: hlm. 44
Bab XIII Proses Industrialisasi dlm Pesefekti Ekonomi Ppolitik 513
Sosiologi Industri
36
Barro dan Sala-i-Martin, 1992. Economic Growth……: hlm. 49
37Mount Joy Alan B. 1983, Industrialisasi dan Negara-negara Dunia
Ketiga, Jakarta: PT. Bina Aksara., hlm. 117.
Bab XIII Proses Industrialisasi dlm Pesefekti Ekonomi Ppolitik 514
Sosiologi Industri
BAB XIV
Kolaborasi Universitas-Industri:
Menuju industri berbasis pengetahuan
3. Program pertukaran
6. Lisensi
7. Kontrak penelitian
20Mowery, D.C. Nelson, R.R., Sampat, B., Ziedonis, A.A., 2001. “The
growth of patenting and licensing by U.S. universities: an
assessment of the effect of the Bayh-Dole act 1980”. Research
Policy 30, hlm. 107.
Bab XIV Kolaborasi Universitas-Industri 540
Sosiologi Industri
Daftar Pustaka
A.S. Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Depok:.
Universitas Indonesia (UI Press).,
Abdul Syani. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar
lampung: Pustaka Jaya
Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta:
Bumi. Aksara
Abdurachmat, Idris. 2011. Geografi Industri. Bandung: Jurusan
Pendidikan Geografi FPIPS IKI
Abdurrahmat Fathoni, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Rineka. Cipta.
Abu, Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Acemoglu et al., 2015, “The Basis for Trade: Comparative Advantage,”
Journal: Microeconomics, U.S: Pearson Education, Inc.
Adam Kuper & Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Rajawali Press.
Adon Nasrullah Jamaludin, 2015. Sosiologi Perkotaan: Memahami
Masyarakat Kota dan Problematikanya, Bandung: Pustaka
Setia.
Agus Salim. 2002. Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan Refleksi
Metodologi Kasus di. Indoneisa. Yogyakata: Tiara Wacana.
Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Alvin dan Suwarsono. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan.
Jakarta: Pustaka. LP3ES.
Alwasilah, A. C. & Alwasilah, 2007. Pokoknya menulis cara baru
menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: Kiblat.
Amabile, T.M., Nasco, C.P., Mueller, J., Wojcik., T., Odomirok, P.W.,
Marsh,M., Kramer, S.J., 2001. “Academic practitioner
collaboration in management research:acase of cross
profession collaboration”.Academy of Management Journal, 44
(2), .
Amsden, A, 1989. Asia's Next Giant: South Korea dan Late
Industrialization. London: Oxford University Press.
An Nabhani, Taqiyuddin, 2012. Sistem Pergaulan Dalam islam. Terj.
M.Nashir. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia.
Ankie M.M.. Hoogvelt: 1985. Sosiologi Masyarakat Sedang
Berkembang, Jakarta,. RajaGrafindo Persada.
Anwar, Yesmil & Adang, 2013, Sosiologi Untuk Universitas, Cetakan
Pertama, Bandung: Refika Aditama.
Appley G.A & Salomon L. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem. Appley.
Terjemahan edisi ketujuh. Jakrta: Widya Medika.
Arsyad, Lincolin. 1992. Pembangunan Ekonomi, Edisi 2. Yogyakarta:
STIE. YKPN.
Arthur L. Stinchcombe, 1968. Constructing Social Theories. New York:
Harcourt Brace and. World.
Athan Theoharis, 1988. “The Politics of Scholarship: Liberals, Anti-
Communism, and McCarthyism” -REVIEW: of Liberalism and
Its Discontents by Alan Brinkley.
Atkinson, E. R. Hilgard. 1987. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakry, Suryadi Umar. 2015. Ekonomi Politik internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Balasubramanian, R. & Webster, J., 2006, “Retailer Perceptions on
Apparel Sizing. Issues and Customer Satisfaction” ANZMAC
2006 Conference Proceedings. New Zealand: ANZMAC.
Bammer, G., 2008. “Enhancing research collaboration; three key
management challenges”. Research Policy, 37.
Barbara A. Strassberg, 2005. “Science, Religion, and Seculairty in a
Technological Society: Magic, Religion, Science, Technology,
and Ethics in the Postmodern World” Fortieth Anniversary
Symposium (Publication Board of Zygon, 2005)., .
Barnes RSK and Hughes RN. 1988. An Introduction to Marine
Ecology. 2 nd edition. Oxford: Balckwell Scientific.
Barro, Robert J & Xavier Sala-i-Martin. 1992. Economic Growth 3rd
ed.,. Cambridge: The MIT Press.
Beilharz, Peter. 2002. Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap
Para Filosof. Terkemuka. (Ter. Sigit Jatmiko). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bell, Daniel. 1962. The End of Ideology: On the Exhaustion of Political
Ideas in the. Fifties. New York: Collier Books ,
___________. 1973. The Coming of Postindustrial Society: a venture
in social. Forecasting. New York: Basic Books
___________. 1976. The Cultural Contradictions of Capitalism, New
York: Basic Books.
Bellah, Robert N. 1973. Tokugawa Religion. Boston: Beacon Press.
Bernard Raho, 2000. Teori Sosioligi Modern. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Bintarto, R. 1980. Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa
Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.
Brannock, J.C, Denny, A.,M., 1998. “Basic Guidelines for university-
industry research partnership” SRA Journal, 30 (2), .
13-Daftar Pustaka 548
Sosiologi Ekonomi