Anda di halaman 1dari 24

1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang

mempelajari lautan. Ilmu ini semata – mata bukalah merupakan suatu ilmu yang

murni. Tetapi merupakan perbedaaan dari bermacam – macam ilmu dasar yang

lain. Ilmu ilmu lain yang termasuk di dalamnya adalah ilmu tanah (geology), ilmu

bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry) ilmu hayat

( biology) dan ilmu iklim (metereology).

Secara umum pantai didefinisikan sebagai daerah yang bearada di tepi

perairan yang masih di pengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air pasang

terendah. Sedangkan perairan pantai merupakan perairan yang banyak menerima

beban masukan bahan oraganik, baik secara alami maupun suplay dari lautan dan

atau daratan. Bahan oraganik berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan

pertambakan, pertanian, pemukiman, industry, pertambangan, pelabuhan dan

aktifitas manusia yang akan masuk melalui aliran sungai atau run – off yang

berasal dari daratan (Septiyanti dkk., 2016).

Nitrat merupakan bahan organik yang dimanfaatkan oleh organisme laut.

Akan tetapi keberadaanya juga harus dijaga. Kelebihan nitrat dapat berdampak

buruk bagi lingkungan. Contoh dari kelebihan nitrat yaitu blomming alge

(Septiyanti dkk., 2016).

Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan

pembentukan protein. Fosfat yang merupakan salah satu senyawa nutrien yang

sangat penting di laut. Menurut Thomas (1955) dalam Kadim et al. (2017), fosfat

menjadi faktor pembatas yang sangat penting di perairan produktif dan tidak
produktif, fosfor memainkan peranan penting dalam determinasi jumlah

fitoplankton. di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas

sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut

(ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat

(Baigo Hamuna dkk., 2018).

Oksigen dalam air dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses

respirasi dan menguraikan zat oraganik menjadi an-organik oleh mikro

organisme banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi dan

penguraian zat – zat organik oleh mikro organisme dinyatakan dengan

Apparent oxygen utilization (AOU). dalam suatu perairan yang masih alami,

nilai AOU umumnya positip. Namun untuk perairan yang banyak mengandung

zat–zat organik, nilai AOU menjadi negatip yang berate jumlah oksigen yang

dibutuhkan lebih banyak dibandigkan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan

lebih banyak di bandigkan dengan jumlah oksigen yang tersedia (I simon, 2018).

Teluk Perairan Teluk Kendari merupakan perairan semi tertutup yang

dikelilingi oleh daratan Kota Kendari. Sebagai perairan yang berbatasan

langsung dengan wilayah perkotaan, maka perairan ini banyak dipengaruhi oleh

aktivitas manusia di daratan seperti permukiman penduduk, kegiatan

pertambakan dan beberapa kegiatan industri hasil perikanan, kegiatan

penambangan pasir di sekitar daerah aliran sungai, serta kegiatan pertanian yang

terdapat di sepanjang beberapa sungai besar dan kecil yang bermuara di Teluk

Kendari. Hal inilah yang mendasari diadakannya praktikum lapangan untuk

menguji kualitas air laut yang terdiri dari Nitart, Fosfat, dan Dissolved oxygen.

pada Teluk Kendari bagian Asrama Duyung.


J. Segara Vol.13 No.3 Desember
2017: 141-148
145
2014. Pola sebaran konsentrasi
nitrat yang tinggi
pada Agustus 2014 (Gambar
5B) berada di lokasi
Desa Tanjung Berakit, stasiun
22, 23, 24, 25, 26 dan
27. Hal ini mungkin
disebabkan karena pengaruh
daratan yang dekat dengan
stasiun pengamatan juga
masukan nutrien yang dibawa
dari perairan Laut China
Selatan. Konsentrasi nitrat
yang tinggi menunjukkan
ketersediaan sumber nitrogen
yang cukup melimpah
bagi pertumbuhan toplankton.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan
ANOVA 2 jalur tanpa
interaksi menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata
antar stasiun (F hitung
< F tabel). Sebaliknya, secara
temporal menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan nyata
antar musim (F
hitung > F tabel).
Peningkatan pasokan nitrogen
(N) dan fosfat
(P) ke perairan pesisir
diakibatkan oleh meningkatnya
populasi manusia di wilayah
pesisir, industrialisasi,
dan intensikasi pertanian
(Ferreira et al., 2011).
Pupuk, limbah, limbah hewan,
masukan atmosfer, dan
budi daya pesisir berkontribusi
untuk peningkatan
konsentrasi nutrien di perairan
pesisir, dengan bukti
kuat bahwa peningkatan nutrien
telah menyebabkan
meningkatnya biomassa
toplankton dan produksi
primer di beberapa lokasi
(Gowen et al., 2012).
Tinggi rendahnya nitrat juga
sangat tergantung
pada kandungan oksigen
terlarut. Pada saat kadar
oksigen rendah, keseimbangan
bergerak menuju
ammonia, sedangkan pada saat
kadar oksigen tinggi
keseimbangan bergerak menuju
nitrat (Hamzah &
Saputro, 2013). Wilayah
pesisir lebih dekat dengan
daratan sehingga limpasan dari
daratan akan masuk
terlebih dahulu ke wilayah
pesisir kemudian akan
bergerak menuju laut.
Menurut Lalli & Parsons
(1997), toplankton
dapat tumbuh dengan baik pada
rentang konsentrasi
nitrat 0,028 - 0,140 mg/L dan
konsentrasi nitrat di
perairan Bintan masih berada
pada rentang tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa
di perairan Bintan
cukup subur untuk pertumbuhan
dan perkembangan
toplankton
J. Segara Vol.13 No.3 Desember
2017: 141-148
145
2014. Pola sebaran konsentrasi
nitrat yang tinggi
pada Agustus 2014 (Gambar
5B) berada di lokasi
Desa Tanjung Berakit, stasiun
22, 23, 24, 25, 26 dan
27. Hal ini mungkin
disebabkan karena pengaruh
daratan yang dekat dengan
stasiun pengamatan juga
masukan nutrien yang dibawa
dari perairan Laut China
Selatan. Konsentrasi nitrat
yang tinggi menunjukkan
ketersediaan sumber nitrogen
yang cukup melimpah
bagi pertumbuhan toplankton.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan
ANOVA 2 jalur tanpa
interaksi menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata
antar stasiun (F hitung
< F tabel). Sebaliknya, secara
temporal menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan nyata
antar musim (F
hitung > F tabel).
Peningkatan pasokan nitrogen
(N) dan fosfat
(P) ke perairan pesisir
diakibatkan oleh meningkatnya
populasi manusia di wilayah
pesisir, industrialisasi,
dan intensikasi pertanian
(Ferreira et al., 2011).
Pupuk, limbah, limbah hewan,
masukan atmosfer, dan
budi daya pesisir berkontribusi
untuk peningkatan
konsentrasi nutrien di perairan
pesisir, dengan bukti
kuat bahwa peningkatan nutrien
telah menyebabkan
meningkatnya biomassa
toplankton dan produksi
primer di beberapa lokasi
(Gowen et al., 2012).
Tinggi rendahnya nitrat juga
sangat tergantung
pada kandungan oksigen
terlarut. Pada saat kadar
oksigen rendah, keseimbangan
bergerak menuju
ammonia, sedangkan pada saat
kadar oksigen tinggi
keseimbangan bergerak menuju
nitrat (Hamzah &
Saputro, 2013). Wilayah
pesisir lebih dekat dengan
daratan sehingga limpasan dari
daratan akan masuk
terlebih dahulu ke wilayah
pesisir kemudian akan
bergerak menuju laut.
Menurut Lalli & Parsons
(1997), toplankton
dapat tumbuh dengan baik pada
rentang konsentrasi
nitrat 0,028 - 0,140 mg/L dan
konsentrasi nitrat di
perairan Bintan masih berada
pada rentang tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa
di perairan Bintan
cukup subur untuk pertumbuhan
dan perkembangan
toplankton
B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari Praktikum ini yaitu untuk mengetahui kualitas suatu perairan

yaitu berupa Nitrat, dan Disolved Oksigen terkhususnya di Perairan Teluk

Kendari sekitar Asrama duyung.

Manfaat dari praktikum ini yaitu setelah melakukan praktikum ini, para

praktikan dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran kualitas perairan

berupa fosfat nitrat, dan disolved oksigen.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nitrat

Nitrat di perairan ini berasal dari amonium di perairan kemudian

terjadi proses nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi secara biologis dari

amonium menjadi nitrat dan nitrit. Proses nitrifikasi ini dilakukan dengan

bantuan bakteri yang dapat melakukan proses oksidasi. Proses pertama yaitu

mengoksidasi amonium menjadi nitrit dengan bantuan bakteri Nittrosomonas sp.


Hal ini sesuai dengan pernyataan (O. Korostynska et., al 2012.) Nitrat adalah

elemen kunci dalam siklus nitrogen karena merupakan penghubung antara

nitrifikasi dan proses denitrifikasi.

Nitrat (NO3 N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat

merupakan salah satu nutrient perairan alami. Nitrat merupakan salah satu nutrient

senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsetrasi

nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulsi pertumbuhan dan perkembangan

oragnisme perairan apasbila didukung oleh ketersedian nutrient. Nitrifikasi yang

merupakan proses oksidasi am onia yang menjadi nitrit dan nitrat adalah proses

yang penting dalam siklus nitrogen berlangsung pada kondisi aerob (Baigo dkk.,

2018).

Nitrat dibutuhkan untuk mendukung organisme perairan terutama

fitoplankton, sedangkan oksigen terlarut digunakan oleh organisme perairan

dalam proses respirasi dan perairan za–zat organik oleh mikro – organisme.

Secara alami kedua senyawa kimia ini terdapat dalm air laut pada kadar yang

sesuai. Perubahan kadar yang terjadi tentu akan mempengaruhi kehidupan

oraginsme yang hidup di dalam perairan (Patty Simon I, 2018).

Tinggi rendahnya nitrat juga sangat tergantung pada kandungan

oksigen terlarut. Pada saat kadar oksigen rendah, keseimbangan bergerak menuju

ammonia, sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi keseimbangan bergerak

menuju nitrat Wilayah pesisir lebih dekat dengan daratan sehingga limpasan

dari daratan akan masuk terlebih dahulu ke wilayah pesisir kemudian akan

bergerak menuju laut. fitoplankton dapat tum buh dengan baik pada rentang

konsentrasi nitrat 0,028 - 0,140 mg/L (Patty Simon I, 2018).


B. Fosfat

Fosfat di perairan dapat berasal dari kegiatan manusia, baik dari kegiatan

rumah tangga, kegiatan pertania, industri dan lain- lain. Fosfat di alam

terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan

dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat

organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh

pengurai akan membentuk fosfat anorganik (ortofosfat dan polifosfat).

Keberadaan fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis

dan mengendap di sedimen dasar perairan. Oleh karena itu, fosfat di laut

banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil akan

terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat

anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan.

Bentuk fosfat diperairan berubah terus-menerus. Hal ini diakibatkan

adanya proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk

anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Kesetimbangan bentuk fosfat anorganik

dipengaruhi oleh nilai pH. Selain pH juga bergantung pada suhu di perairan.

Jika suhu diperairan semakin meningkat maka perubahan fosfat anorganik

akan semakin cepat, begitupun sebaliknya. Cepatnya perubahan ini akan

menurunkan nilai pH diperairan. Oleh sebab itu perubahan fosfat anorganik

pada air limbah yang mengandung bakteri berlangsung lebih cepat dibanding

pada air bersih.

C. Disolved Oxygen (Do)


Oksigen terlarut (Disolved oxygen / DO) adalah total jumlah oksigen yang

ada (terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

proses metabolisme atau pertukran zat yang kemudian menghasilka energy untuk

pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, juga dibutuhkan untuk oksidasi

bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.umumnya oksigen

dijumpai pada lapiasan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat

secara langsung larut berdifusi kedalam air laut (Baigo dkk., 2018).

Oksigen dalam air dimanfaatkan oelh organisme perairan untuk proses

respirasi dan menguraikan zat oraganik menjadi an-organik oleh mikro organisme

banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi dan penguraian zat –

zat organik oleh mikro organisme dinyatakan dengan Apparent oxygen

utilization (AOU). Dalm suatu perairan yang masih alami, nilai AOU umumnya

positip. Namun untuk perairan yang banyak mengandung zat – zat organik, nilai

AOU menjadi negatip yang berate jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih banyak

dibandigkan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih banyak di bandigkan

dengan jumlah oksigen yang tersedia (Patty Simon I, 2018).

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan Pada Hari Rabu 1 Desember 2021 Pukul

10.00 13.00 WITA, Bertempat Teluk Kendari Sekitar Asrama Duyung dan

Laboratorium Produksi Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat di lihat

pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya :


No Alat dan Bahan Kegunaan
1. Alat :
- Gelas Ukur Mengambil sampel yang di amati
- Pipet Ukur Mengambil larutan dengan skala
tertentu
- Corong Kaca Menuang larutan agar tidak
tumpah
- Tabung Reaksi Mengamati obyek
- Rak Tabung Menyimpan tabung reaksi
- Vorteks Menghomogenkan larutan
- Spektrofotometer Mengukur hasil objek
2. - Bahan
- Air Laut Objek yang di amati
- Molibdat Monofanadat Larutan pengawet
- H2so4 Larutan pengawet
- Nacl 30% Larutan pengawet
- Brucin Pembersih
- Akuades Penyaring larutan
- Kertas Saring Objek yang di amati
- Sampel Nitrat Objek yang di amati
- Sampel Pospat Objek yang di amati
- Sampel Disolved Oksigen (Do) Objek yang di amati

C. Posedur Kerja

Prosedur kerja dari Nitrat, fosfat, dan Do yaitu sebagai berikut:

a. Nitrat

 Dituangkan larutan nitrat sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur

 Dituangkan larutan nitrat dari gelas ukur kedalam tabung reaski

 Dituangkan 1 ml Nacl 30 % dan H2SO4 70 %

 Dituangkan brucine sebanyak 0, 25 ml

 Dituangkan vortex agar semua larutan homogeny


 Dipanaskan kedalam air mendidih selama 12 menit setelah larutan

terhomogenkan

 Diginkan lalu membacanya di spektrofotometer denggan

menggunakan panjang gelombang 410 nm

b. Fosfat

 Dituangkan larutan Fosfat sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur

 Dituangkan larutan Fosfat dari gelas ukur kedalam tabung reaski

 Ditambahkan Amonium Folida Mono Pada 12.5 ml

 Digunakan vortex agar semua larutan homogeny

 Dipanaskan kedalam air mendidih selama 12 menit setelah larutan

terhomogenkan

 Didiginkan lalu membacanya di spektrofotometer denggan

menggunakan panjang gelombang 420 nm

c. DO

 Menambahkan H2SO4 1 ml, terdapat endapan setelah itu, berubah

warna menjadi orange.

 Dituangkan di dalam gelas ukur sebanyak 50 ml, da dimasukan ke

dalam Erlenmeyer.

 Setelah itu di tambahkan larutan indicator kanji. Terjadi perubahan

warna dari orange ke biru tua.

 Kemudian dititrasi menggunakan natrium tiosulfat sampai berwarna

bening.

 Mencatat hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengujian kualitas air laut dilihat pada tabel 2 dibawah:

Tabel 2 Hasil kualitas pengujian air laut


NO Parameter Air Satuan Keterangan
Stasiun I

1. Nitrat Mg/L 0, 220


2. Fosfat 0, 94
3. Disolved Oxygen (DO) Mg/L 5, 30

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil kualitas pengujian dari air laut di Lab Pengujian hasil

perikanan dan Ilmu Kelautan. peroleh nilai Nitrat sebesar 0,220 Mg/L Fosfat

0,94 Mg/L dan Disolved Oksigen sebesar 5,30 Mg/L.

Konsentrasi Nitrat yang di peroleh dari perairan Benu-benua Kendari

sebesar 0, 220 Mg/L secara umum nilai kadar nitrat ini masih sangat rendah.

Kadar nitrat yang normal di suatu perairan laut umumnya berkisar antara 0,10-

0,50 µ.at /l atau setara dengan 0,001 – 0,007 mg/l.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, diketahui bahwa konsentrasi fosfat

yang berada di perairan Benu-Benua yaitu 0, 94 Mg/L. Kisaran ini sangat tinggi

sebab masih baku mutu lingkungan untuk fosfat adalah 0.015 mg/L menurut

Effendi (2003).

Kadar oksigen terlarut (DO) di perairan Benu-Benua sebesar 5,30 Mg/L.

Rendahnya kadar oksigen dari stasiun 1 berkaitan erat dengan tingginya

kekeruhan air di lokasi tersebut dan juga mungkin di sebabkan oleh

meningkatnya aktivitas mikro organisme dalam menguraikan zat organik

menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Pengamtan pada Praktikum terdapat beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Nitrat dan fosfat yang terdapat di Teluk Kendari Asrama Duyung

masing tergolong Tinggi.


2. Kadar Oksigen terlarut yang terdapat pada Teluk Kendari Asrama

Duyung berdasarkan pengamatan kelompok satu tergolong

tercemar ringan.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum khususnya untuk

praktikan yaitu praktikan wajib mempelajari serta memahami materi yang akan di

praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini N, Asmika H S, & Clemens S. 2014. Dissolved Oxygen Contcentration


From The Water Around The Floating Cage Fish Culture Area And From
The Area With No Cage In The DAM Site Of The Koto Panjang
Reservoir. 1. 1-7.
Fadjar Tsani M. 2020. Studi Akumulasi Amonia, Fosfat Dan Nitrat Dari Air
Limbah Tambak Udang Vaname Pada Akar Mangrove Avicennia Marina.
Uin Sunan Ampel Surabaya.
Hamuna B, Rosye H R Tanjung, Suwito, Hendra K Maury, & Alianto. 2018.
Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter
Fisika - Kimia di Peairan Distrik Depapre, Jayapura. Ilmu Lingkungan. 16
(1). 35-43.
Korostynska O, A Mason A, Al-Shamma’a. 2012. Monitoring Of Nitrates And
Phosphates In Wastewater : Current Technologies And Further
Challenges. Journal On Smart Sensing And Intelligent Systems Vol 5. No
1. Hal 149-176.
Hamuna B, Rosye H R, Tanjung, Suwito, Hendra K, dan Maury. 2018. Vol 14.
No 1. Hal 8-15. Konsentrasi Amoniak Nitrat Dan Fosfat Di Perairan
Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Jurnal Enviro Scienteae.
I Patyy S, Hariati A, Malik S, & Abdul. 2015. Zat Hara (Fosfat Nitrat) Oksigen
Terlarut dan Ph Kaitannya Dengan Kesuburan Di Perairan Jikumerasa
Pulau Buru.Pesisir. 1. 1-8.
I Simon, Patty. 2018. Oksigen terlarut dan apparent oxygen utilization di perairan
Selat Lembeh Sulawesi Utara. Ilmiah Platax. Hal 6. 1-7.
Ramadhan, Anggraini I, & Yusanti., 2020. Studi Kadar Nitrat Dan Fosfat Perairan
Rawa Banjiran Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten
Banyuasin. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. Vol 15.
No 1. Hal 37-41.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai