Anda di halaman 1dari 59

TUGAS KELOMPOK

BADAN USAHA MILIK DESA TIRTA MANDIRI, DAN


KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PONGGOK,
KECAMATAN POLANHARJO, KABUPATEN KLATEN

Dosen Pembimbing: Aswin Palis, S.Sos., M.A.P


Untuk Memenuhi Tugas Individu dari Mata Kuliah Kewirausahaan

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Fajar Maulana (C1B200076)
2. Ahmad Nurasa (C1B200092)
3. Sopi Nugraha (C1B200088)
4. Mukhamad Syarifal Maqom (C1B200073)
5. Asep Supriatna (C1B200085)
6. Dahrul Effendi (C1B200060)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2021

i
ABSTRAK

Dalam meningkatkan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat

desa, Pemerintah mengeluarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang pembentukan Badan

Usaha Milik Desa atau BUMDes yang merupakan badan usaha di mana seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan untuk mengelola asset,

jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Terbukti, dari 700 keluarga, sudah 210 keluarga yang bergabung dengan BUMdes.

Setiap keluarga berinvestasi hingga Rp.5 juta sehingga total penyertaan modal dari

masyarakat mencapai Rp.1,2 miliar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi keberadaan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) terhadap kesejahteraan masyarakat di Desa Ponggok, Kecamatan

Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) di daerah Desa Ponggok hanya ada satu BUMDes yaitu BUMDes Tirta

Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif analisis

dari hasil penelitian. Objek dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu,

tempat, pelaku dan aktifitas. Tempat pada penelitian ini dilakukan di Desa

Ponggok. Pelaku pada penelitian ini terdapat tiga sudut pandang yaitu pemerintah,

tokoh masyarakat, dan pelaku usaha. Terakhir adalah aktivitas yang dilakukan pada

penelitian ini adalah melihat keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

terdapat kesejahteraan masyarakat di Desa Ponggok. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan metode studi

ii
dokumentasi sebagai perolehan data berupa tulisan maupun gambar untuk

menambah informasi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan, tentang peran BUMDes Tirta Mandiri

sangat berpengaruh untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa

ponggok. Hal ini dibuktikan dari terciptanya lapangan pekerjaan baru, unit-unit

usaha yang dijalankan berkembang pesat dan warga diberi kesempatan untuk

membuka usaha dengan difasilitasi oleh BUMDes. Disamping itu pemerintah juga

turut mendapatkan manfaatnya berupa peningkatan pendapatan asli desa (PAD)

yang sangat signifikan setelah adanya BUMDes. Program bantuan sosial juga turut

membantu masyarakat menjadi lebih sejahtera. Adapun program bantuan sosial

yang digulirkan antara Pemerintah Desa dengan BUMDes Tirta Mandiri antara lain

satu rumah sarjana, bantuan uang untuk penduduk lansia, program renovasi rumah

yang tidak layak huni, program listrik gratis bagi warga yang rumahnya belum

teraliri listrik dan biaya premi BPJS Kesehatan yang ditanggung oleh Pemerintah

Desa. Keberadaan BUMDes mampu memberikan manfaat kepada masyarakat Desa

Ponggok dari segi kesejahteraan Pendidikan, Kesehatan, dan pendapatan yang

meningkat. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan program dan kinerja BUMDes

yang membantu meningkatkan pembangunan Desa Ponggok menjadi lebih baik.

Kata kunci: UU No. 6 Tahun 2014, Kesejahteraan Masyarakat, dan BUMDes

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdullilaahi robbil a’lamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah ‫ ﷻ‬atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa sholawat dan salam penulis

curahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬beserta keluarganya, sahabat dan seluruh

pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan penelitian makalah yang berjudul

“BADAN USAHA MILIK DESA TIRTA MANDIRI, DAN

KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PONGGOK,

KECAMATAN POLANHARJO, KABUPATEN KLATEN)” dibuat untuk

menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Kewirausahaan.

Penulisan Laporan Penelitian Makalah ini disusun berdasarkan hal-hal yang

telah penulis lakukan selama melakukan penelitian. Selama pelaksanaan penelitian

tersebut penulis mendapat banyak pengetahuan, teman dan pengalaman yang sangat

bermanfaat juga berkesan bagi penulis. Dalam penulisan Laporan Penelitian

Makalah ini penulis mendapat arahan dan bimbinganya, oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pembimbing: Bpk. Aswin Palis,

S.Sos., M.A.P Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan atas bimbingan, arahan dan

masukan mulai sebelum melaksanakan Penelitian Makalah hingga sampai

menyelesaikan tugas kelompok ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan tugas kelompok Penelitian Makalah ini karena kesempurnaan hanyalah

milik Allah ‫ﷻ‬. Oleh sebab itu apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah

ini, penulis memohon maaf kepada pembaca serta mengharapkan kritik dan saran

iv
yang membangun untuk memenuhi kekurangan dalam penulisan makalah ini demi

perbaikan makalah dikemudian hari.

Besar harapan penulis semoga Penelitian Makalah ini dapat menjadi bahan

referensi dan memberikan banyak informasi yang bermanfaat, serta, menambah

ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Bandung, November 2021

(Penulis)

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 8

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 8

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 15

2.1. Grand Theory ............................................................................................. 15

2.2. Middle Theory ............................................................................................ 20

2.3. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 25

3.1. Metode Pendekatan .................................................................................... 25

3.2. Jenis Penelitian ........................................................................................... 25

3.3. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 26

3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 26

3.5. Metode Analisi Data .................................................................................. 29

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 30

vi
4.1. Sejarah BUMDes Wisata Ponggok dan Gambaran Umum Desa Ponggok 30

4.2. Peran Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri dalam

Meningkatkan Pemberdayaan Kesejahteraan di Bidang Ekonomi dan Wisata

Ponggok ............................................................................................................ 37

4.3. Implementasi BUMDes Tirta Mandiri untuk Kesejahteraan Desa Ponggok

........................................................................................................................... 41

Bagan 7. Implementasi BUMDes Tirta Mandiri dari Perspektif Grindle ..... 46

4.4. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Klaten Berdasarkan UU No. 6 tahun

2014 tentang Desa ............................................................................................. 49

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

DATA NAMA KELOMPOK 2 .......................................................................... 56

FOTO PROFIL BUMDes TIRTA MANDIRI UMBUL PONGGOK ............ 58

vii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Desa merupakan unit terkecil dari negara yang terdekat dengan masyarakat

dan secara riil langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk disejahterakan.

Sebagai wakil negara, desa wajib melakukan pembangunan baik pembangunan

fisik maupun pembangunan sumber daya manusia, sebagai upaya peningkatan

kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

desa.1 BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai

Lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). Selain

itu BUMDes juga berperan sebagai Lembaga sosial yang berpihak pada kepetingan

masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan

sebagai Lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran

sumber daya local ke pasar.2

Pendirian BUMDes dilandasi oleh UU No. 32 tahun 2001 jo. UU No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa serta

PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa. Dalam UU No. 32 tahun 2004 juncto UU No.

23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada Pasal 213 ayat (1) disebutkan

bahwa, “Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan

dan potensi desa”.3

1
Maria Rosa Ratna Sri Anggraeni, Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pada
Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDes Di Gunung Kidul, Yogyakarta (jurnal
MODUS Vol.28 (2): 155-167,2016)
2
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP), 2007,
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, hlm. 3.
3
Pasal 213 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 jo. UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

8
Pendirian BUMDes juga didasari oleh UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa

daalam Pasal 87 ayat (1) yang berbunyi, “Desa dapat mendirikan Badan Usaha

Milik Desa yang disebut BUMDes,” dan ayat (2) yang berbunyi, “BUMDes

dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan,” dan ayat (3) yang

berbunyi, “BUMDes dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan atau

pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.4

Menurut Undang-Undang Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014) Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepetingan masyarakat setempat

berdasarkan Prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisonal yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Sebagai unit terkecil dari negara, desa secara riil langsung menyentuh

kebutuhan masyarakat. Indonesia memiliki 74.093 desa, di mana lebih daari 32 ribu

desa masuk dalam kategori desa tertinggal. Salah satu strategi untuk menanggulangi

hal ini adalah mewujudkan kewirausahaan dan pengembangan pariwisata desa di

mana sumber daya dan fasilita yang di sediakan secara spontan oleh komunitas

masyarakat desa untuk merubah kondisi sosial pendesaan.

Adanya pengembangan itulah diharapkan bahwa pemberdayaan masyarakat

sekitar obyek wisata mampu meningkatkan mutu dan tarif hidupnya melalui

pengembangan obyek wisata yang ada di daerahnya. Pengembangan pariwisata

tentu saja akan memberikan dampak, baik itu dampak positif maupun dampak

4
Pasal 87 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa

9
negative. Perubahan-perubahan yang terjadi di Kawasan wisata akan bersentuhan

langsung dengan kepetingan masyarakat. Masyarakat lokal atau masyarakat sekitar

obyek wisata ini sudah lebih dahulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata.

Oleh sebab itu peran mereka tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan

penyediaan tenaga kerja. Dari semua kegiatan pasiwisata ini sepenuhnya dikelola

oleh masyarakat lokal atau masyarakat yang ada disekitar obyek wisata.5

Dalam meningkatkan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat

desa, Pemerintah mengeluarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang pembentukan Badan

Usaha Milik Desa atau BUMDes. Badan usaha yang seluruh atau Sebagian besar

modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan desa. Modal dipisahkan untuk mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha

lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adanya BUMDes

masyarakat dilibatkan dalam pengelolaannya sehingga akan mendorong ekonomi

dan juga mengurangi tingkat pengangguran di desa.6

Potensi yang dimiliki BUMDes sebagai Lembaga usaha mandiri masyarakat

desa dalam memberikan kesejahteraan masyarakat desa sendiri.7

Agar rakyat pedesaan dapat mengembangkan potensi, sehingga tidak

dirugikan dan lebih diuntungkan, maka diperlukan arus balik dalam pemerataan

5
Adelia Shinta Dewi, Dampak Pengembangan Obyek Wisata Umbul Ponggok Terhadap
Perekonomian Masyarakat Desa Ponggok (skripsi Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2015)
6
Putri Febri Astuti, Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok
Keccamatan Polanharjo Kabupaten Klaten (Jurnal Penelitian Departemen Politik Dan Pemerintah
Universitas Diponegoro, Semarang, 2015)
7
Zulkarnain Ridlwan, “Payung Hukum Pembentukan BUMDes,” Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum
Vol 7, No.3 (September-Desember, 2013), hlm. 356

10
sumber daya alam dan kebijakan.8 Salah satu BUMDes yang didirikan dengan

tujuan sebagai penopang atau penguat ekonomi desa adalah BUMDes Tirta Mandiri

yang didirikan pada Desember 2009 sebagai penguatan ekonomi desa Ponggok.

Sebagai salah satu desa di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, desa Ponggok

dinilai mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya terutama di bidang

pariwisata. Usaha yang dimiliki oleh Desa Ponggok di antaranya wisata alam

(Umbul Ponggok), Kolam perikanan, pengelolaan air bersih, kios kuliner, dan

perkreditan. Salah satu wisata unggulan di desa Ponggok adalah Pemandian Umbul

Ponggok. Atas dasar tersebut, kemudian didirikanlah Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Tirta Mandiri pada tanggal 15 Desember 2009. Umbul Ponggok

merupakan salah satu objek wisata andalan di Desa Ponggok yang dimanfaatkan

sebagai pemandian. Kolam renang, dan sebagainya. Selain itu wisata umbul

ponggok mempunyai fasilitas yang cukup lengkap sehingga jumlah wisatawan

selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga tidak heran jika keuntungan yang

didapat BUMDes Tirta Mandiri hingga jutaan rupiah. Namun yang tidak kalah

pentingnya adalah upaya BUMDes Tirta Mandiri sendiri dalam pengelolaan dan

pelestarian wisata air di Umbul Ponggok yang dijalankan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yakni UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air. Keuntungan yang di dapat dari wisata air tersebut seharusnya mampu

untuk mempertahankan sumber daya air itu sendiri agar dalam pengelolaannya

tetap terjaga kebersihannya.

8
Robert Chambers, 1988, Pembangunan Desa Mulai dari Belakang, Jakarta: LP3ES (Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), hlm. 216

11
Desa selalu punya potensi untuk dikembangkan, alamnya yang masih asri

dan orang-orangnya ramah merupakan modal yang baik dalam pengembangan

wisata. Melihat potensi itu, pemerintah pusat menyadari akan segala potensi yang

bisa dijadikan andalan bagi kemajuan desa, dan sejak Tahun 2014 dengan

dilahirkannya Undang-Undang Nomor 6, membawa angin segar bagi pengelola dan

masyarakat desa. Pasalnya Dana desa sejak tahun 2015-2019 telah dianggarkan dan

dikucurkan sebanyak Rp. 187 Triliun. Dari Evaluasi tiga tahunan berdasarkan Buku

Saku Desa Tahun 2017, Dana Desa telah memberikan banyak sumbangsih dalam

terbangunnya 95,2 ribu jalan desa, 914 ribu jembatan, 22 ribu lebih sambungan air

bersih, 10 ribu lebih unit Posyandu dan sebagainya.9 Kenyataannya sekarang justru

menjadi Desa dengan salah satu penghasilan tertinggi yaitu dengan pemasukan

sekitar Rp. 14 Miliar setahun dan menyabet Desa Wisata Terbaik tahun 2017.

BUMDes Tirta Mandiri yang menjadi penggerak dalam pengelolaan Umbul

Ponggok yang membuat inovasi yaitu menyajikan berbagai spots photo unik di

dalam kolam air tawar dengan berbagai property seperti yang ada di darat, misalnya

skuter, sepeda onthel, laptop, bangku dan sebagainya. Kolam yang dimiliki desa ini

adalah alami yang merupakan warisan dari Belanda yang memiliki luas 50x25

meter dengan kedalaman antara 1,5 sampai 2,5 meter. Tidak hanya berhenti pada

pemanfaatan kolam alami, pemuda dan masyarakat sekitar Desa juga membuat

paket-paket yang bisa dinikmati semisal paket wedding, paket foto tematik,

permainan anak, penginapan dan sebagainya. Nilai plus juga diberikan yaitu dengan

9
https://mikaylabinar.com/profil-desa-umbul-ponggok-mengubah-yang-biasa-menjadi-luar-
biasa/2021-10-30 , diakses pada tanggal 30 oktober 2021

12
adanya akses wifi, sehingga bagi pengunjung yang telah selesai berfoto dapat

dengan cepat mengunggah aktivitas mereka di Umbul Ponggok. Selain sebagai desa

wisata ternyata juga mengembangkan UKM dengan didirikannya Toko ‘Sumber

Panguripan’ yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang

mengganden Perum Bulog dalam penyediaan suplai sembako. Dengan segala

keunikan dan kreativitas yang telah dilakukan pengelola Umbul Ponggok, Ganjar,

Gubernur Jawa Tengah menjadikan Desa Ponggok menjadi Desa Pintar atau smart

village.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian pembahasan dengan Judul “Badan Usaha Milik Desa Tirta Mandiri,

dan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Ponggok, Kecamatan

Polanharjo, Kabupaten Klaten”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mempermudah pemahaman dalam

pembahasan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran BUMDes Tirta Mandiri dalam pengembangan kesejahteraan

ekonomi masyarakat Desa dan wisata Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten

Klaten?

2. Bagaimana Implementasi BUMDes Tirta Mandiri untuk Kesejahteraan

Masyakarat Desa Ponggok?

13
3. Apakah pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Klaten telah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam

permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran BUMDes Tirta Mandiri dalam pemberdayaan

kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa dan wisata Ponggok Kecamatan

Polanharjo Kabupaten Klaten

2. Untuk implemetasi BUMDes Tirta Mandiri untuk kesejahteraan Masyarakat

Desa Ponggok

3. Untuk menjelaskan pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Klaten apakah telah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang penting dalam sebuah karya

ilmiah, dengan tinjauan Pustaka penelitian dapat terhindar dari hal-hal yang tidak

diinginkan seperti plagiarisme. Tinjauan Pustaka memiliki beberapa tujuan utama:

menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat

dengan penelitian yang dilakukan saai itu, menghubungkan penelitian dengan

literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian

sebelumnya.10

2.1. Grand Theory

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah sebuah lembaga di desa yang

menjalankan fungsi pengelolaan potensi dan asset desa; dan sebagai penyedia

layanan usaha bagi masyarakat desa. BUMDes merupakan instrument

pendayagunaan ekonomi lokal dengan beragam jenis potensi. Pendayagunaan

potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi

masyarakat desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Di samping itu,

keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber

pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.11

Di balik tujuan BUMDes yang sangat baik, sangat disayangkan belum ada

paying hukum bagi BUMDes. Saat ini, masalah BUMDes belum sepenuhnya diatur

10
John W. Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 40
11
(Ramadana, Ribawanto, dan Suwondo, 2013)

15
secara lengkap dalam peraturan perundang-undangan. Akibatnya BUMDes belum

memiliki dasar lega;itas yang kuat sebagai Lembaga ekonomi desa. Padahal peran

dan fungsi BUMDes sangat penting dalam meningkatkan taraf ekonomi warga

masyarakat (Dewi, 2014). Pembentukan BUMDes dapat dilakukan dengan alokasi

dana desa. Namun, hal ini tidak sepenuhnya dipahami oleh para kepala desa dan

masyarakat. Pelaksanaan BUMDes agar berujung pada pemberdayaan

kesejahteraan masyarakat desa memerlukan mobiliasasi dari pemerintah desa dan

partisipasi masyarakat. Mobilisasi masyarakat adalah salah satu tahapan dalam

Community Organizing (pengorganisasian masyarakat) yang bertujuan

menggerakkan masyarakat untuk mencapai cita-cita atau tujuan bersama. Pada

tahap ini, masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kegiatan yang dilaksanakan (Andini, 2013).

Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam suatu kegiatan

kelompok, masyarakat, ataupun pemerintah. Menurut Ife (2006) partisipasi

masyarakat merupakan hal penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Sebab,

partisipasi merupakan bentuk kesadaran yang harus ada dalam diri individu sebagai

syarat dalam terjadinya pemberdayaan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi

tingkat pasrtisipasi dan kesadaran masyarakat dalam proses pemberdayaan

kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan pemberdayaan kesejahteraan masyarakat merupakan model

pembangunan alternatif yang menempatkan masyarakat sebagai subjek dengan

menerapkan pendekatan Bottom Up. Namun, tidak semua kegiatan pemberdayaan

kersejahteraan masyarakat berhasil. Faktor penghambat keberhasilan biasanya

16
adalah kurangnya fasilitas yang menunjang kegiatan pemberdayaan, kurangnya

control atau pendampingan terhadap subjek pemberdayaan kesejahteraan, dan

kurangnya keberlanjutan dari masyarakat dalam mengembangkan usaha yang

diberdayakan adalah faktor-faktor yang dapat menghambat keberhasilan.12

a. Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

Empat tujuan utama pendirian BUMDes adalah:

1. Meningkatkan perekonomian desa.

2. Meningkatkan pendapatan asli desa

3. Meningkatkan pengelohan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa adalah merupakan

perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara

kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable.

Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjelaskan pengelolaan badan usaha

tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, professional dan mandiri untuk

mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif

dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang

dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini di upayakan tidak

memberatkan masyarakat mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang

12
Fajar Subehi, A. L. (2018). Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten.

17
paling dominan dalam mengerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut

mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (diluar desa) dengan

menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar artinya terdapat

mekanisme kelembagaan tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak

menimbulkan distorsi ekonomi dipedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh

BUMDES.BUMDES dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

Yang dimaksud kebutuhan dan potensi desa adalah:

a. Tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai

asset penggerak perekonomian masayarakat.

b. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat

yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang

di maksud dengan usaha desaa adalah jenius usaha yang meliputi pelayanan

ekonomi dessa anatara lain:

a. Usaha jasa keungan, jasa angkutan darat dan air, listrik dessa, dan usaha sejenis

lainnya.

b. Pennyaluran Sembila bahan pokok ekonomi desa.

c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan,

perikanan dan agribisnis.

18
d. Industri dan kerajinan rakyat

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa upaya

pengembangan dan pengelolaan BUMDes harus dilaksanakan dengan Langkah-

langkah yang terencana serta terpadu antara satu dengan yang lainnya dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk diuraikan agar

dipahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota

(penyertaan modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat enam prinsip dalam

mengelola BUMDes yaitu:

1. Koorperatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu

melakukan kerja sama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup

usahanya.

2. Partisipatif, semua komponen yang terlibat didalam BUMDes harus bersedia

secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat

mendorong kemajuan usaha BUMDes.

3. Emansipatif, semua komponen yang terlibat didalam BUMDes harus

diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama,

4. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum

harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

19
5. Akuntanbel, seluruh kegiatan usaha harus bisa di pertanggungjawabkan secara

teknis maupun administrative.

6. Sustainable, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh

masyarakat dalam wadah BUMDes.

2.2. Middle Theory

Badan usaha milik desa (atau diakronimkan menjadi BUMDes) merupakan

usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah

Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan

potensi Desa. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan

Desa. Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan

masyarakat desa setempat. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari

Pemerintah Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau

kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik Desa

dapat melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan

BPD.

BUMDes merupakan sebuah jenis usaha yang dikelola serta diprioritaskan

untuk perkembangan desa. BUMDes ini sebenarnya merupakan salah satu Langkah

dari pemerintah pusat dalam upaya pemerataan pembanggunan ekonomi. Dengan

pemerataan ini diharapkan tidak akan terjadi lagi kesenjangan antara masyarakat di

perkotaan dan pedesaan. Selain itu, diharapkan masyarakat pedesaan bisa memiliki

kemandirian dalam memajukan desanya. Dengan adanya BUMDes ini diharapkan

20
bisa melahirkan industri-industri kreatif yang mampu memberdayakan masyarakat

desa tersebut. Pada akhirnya tidak akan lagi ada masyarakat pedesaan yang

merantau ke kota hanya untuk mencari pekerjaan.13

Menurut Herry (2016:2) mengatakan BUMDes merupakan usaha desa yang

bercirikan kepemilikan kolektif, bukan hanya dimiliki oleh pemerintah desa, bukan

hanya dimiliki masyarakat, bukan juga hanya dimiliki oleh individu, melainkan

menjadi milik pemerintah desa dan masyarakat. Berbeda dengan koperasi yang

dimiliki dan bermanfaat hanya untuk anggotanya, BUMDes dimiliki dan

dimanfaatkan baik oleh pemerintah desa dan masyarakat secara keseluruhan. Hal

tersebut berarti pembentukan BUMDes didasarkan pada kebutuhan, potensi dan

kapasitas desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.14

13
Andy Prasetiawan Hamzah, A. P. (2019). Pendampingan Perencangan Kebijakan Akuntansi
Berdasarkan dalam Pelaporan Keungan pada BUMDes Tirta Mandiri, Desa Ponggok, Klaten.
14
Jefri (2019) IMPLIKASI BADAN USAHA MILIK DESA TIRTA MANDIRI BAGI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, Penelitian di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten.

21
2.3. Kerangka Berpikir

BUMDes Tirta Mandiri

Tujuan Pendirian BUMDes

Prinsip Umum Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Pihak-Pihak yang Terlibat

Pemerintah Desa

Masyarakat Desa

Manajer BUMDes

Karyawan

Kesejahteraan Masyarakat Desa


Ponggok

UU No. 6 tahun 2014 tentang


Desa

Pembangunan masyarakat desa pada umumnya telah berlangsung

berdampingan dengan perubahan ekologis, sosial-budaya manusianya serta aspirasi

22
material dan spiritualnya. Pembangunan masyarakat desa diharapkan bersumber

pada manusia sendiri tanpa campur tangan dari pihak luar. Perkembangan harus

berupa metamorphose sosial-ekonomi dan budaya yang wajar, yang meningkatkan

kualitas hidup.15 Sehingga pembangunan desa haruslah Kembali kepada

masyarakat desa sendiri yang lebih sejahtera. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No.

6 tahun 2014 tentang Desa, desa diartikan sebagai berikut:

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan / atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
NKRI.16
Berdasarkan pasal tersebut, maka pengurusan dan pengembangan desa

menjadi kewenangan desa sendiri. Pembangunan pedesaan tentunya tidak hanya

berorientasi pada pembangunan manusia, unsur-unsur ekonomi dan pembangunan

fisik juga memegang peran penting.17 Dalam pasal 78 UU No. 6 tahun 2014 tujuan

pembangunan desa dijelaskan sebagaimana berikut:

(1) Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa


dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
(2) Pembangunan Desa meliputi tahao perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
(3) Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

15
N. Daldjoeni dan A. Suyitno, 1986, Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan, Bandung:
Alumni, hlm. xiv
16
Pasal 1 angka 1 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
17
Prof. Dr. Mubyarto dan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, 1988, Pembangunan Pedesaan di
Indonesia, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, hlm. 71

23
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan desa, Desa dapat mendirikan

BUMDes yang dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Hasil usaha BUMDes dimanfaatkan untuk: (a) meningkatkan perekonomian desa;

(b) meningkatkan PAD; (c) meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan

kebutuhan masyarakat; (d) menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi pedesaan. Pengelolaan BUMDes harus dijalankan dengan menggunakan

prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan

sustainable dengan perolehan modal yang berasal dari masyarakat dan Pemdes.18

Secara umum terdapat pihak-pihak yang berperan penting dalam pengembangan

BUMDes Tirta Mandiri di antaranya adalah pemerintah Desa Ponggok, Bagian

Keuangan, Manajer BUMDes, Karyawan, maupun masyarakat Desa Ponggok

sendiri yang mengelola bersama. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri pada

dasarnya harus bertujuan dalam pembangunan Desa Ponggok itu sendiri dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Desa Ponggok. Dalam kaitannya

dengan kesejahteraan desa, kesejahteraan masyarakat itu sendiri mencakup

pengertian, bahwa seseorang itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama

kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan sehari-hari.19 Sehingga inilah

yang akan diteliti penulis lebih lanjut mengenai mekanisme pengelolaan BUMDes

Tirta Mandiri dan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa

Ponggok, kecamatan polanharjo, kabupaten klaten.

18
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP), Op.
Cit, hlm. 11
19
Prof. Dr. Bahrein T. Sugihen, 1996, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, hlm. 88

24
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan

empiris, menggunakan metode deskripsi analisis dan studi literature yakni

penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan

mengadakan penelitian data pimer di lapangan. Penelitian ini mengacu pada

peraturan-peraturan tertulis untuk kemudian dikaji penerapan atau implementasi di

lapangan, dalam hal ini terkiat dengan Badan Usaha Milik Desa Tirta Mandiri, dan

Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan fenomena sosial. Meringkas berbagai kondisi,

berbagai situasi yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dab

berupaya menarik realitas itu di permukaan sebagai, ciri, karakter, sifat, model,

tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau

objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak.20

20
Soerjono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 23

25
3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Usaha Milik Desa Tirta Mandiri yang

berada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Alasan

dipilihnya lokasi penelitian ini karena BUMDes Tirta Mandiri mempunyai prestasi

dan rekam jejak yang dapat dikatakan berhasil dalam mengelola anggaran serta

mengembangkan unit usahanya sehingga bermanfaat bagi masyarakat Desa

Ponggok. Hal tersebut dibuktikan dengan BUMDes Tirta Mandiri menjadi

BUMDes terbaik secara nasional dan dijadikan percontohan nasional pada tahun

2017. Disamping itu Pemberdayaan kesejahteraan masyarakat des aini dapat

dikatakan berhasil berdasarkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan BUMDes.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan Teknik pengumpulan daya yang dirasa

cukup untuk menggali permasalahan penelitian.

a. Observasi

Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan terjun ke lokasi untuk

mengamati kehidupan masyarakat. Hasil observasi kemudian dituangkan dalam

bentuk catatan lapangan, baik berupa interaksi, kegiatan, perilaku, organisasi,

ataupun aspek yang lainnya seperti pengalaman manusia yang dapat diamati.21

Observasi dilakukan oleh peneliti secara berkala, hal ini untuk mengumpulkan data

sehingga didapatkan data yang akurat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

21
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.65.

26
BUMDes di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dan

masyarakat desa Ponggok. Dalam jenis observasi terus terang ini peneliti

menyatakan keterusteranggannya kepada narasumber data terkait bahwa peneliti

sedang melakukan penelitian. Akan tetapi dalam melakukan pengumpulan data,

terkadang juga tidak harus berterus terang saat melakukan observasi atau secara

tersamar untuk menjaga keobyektifan data dari sumber data. Kemungkinan kalua

dilakukan secara terus terang peneliti tidak diizinkan untuk melakukan observasi

terkait tentang segala bentuk kegiatan tentang pemberdayaan kesejahteraan

masyarakat yang dilaksanakan oleh BUMDes.

Tabel 1.1 Tahap Observasi

No Tahap Waktu

1. Observasi pertama di objek wisata Umbul 15 Oktober 2021


Ponggok yang dikelola oleh BUMDes
2. Observasi kedua di Unit usaha yang 16 Oktober 2021
dikelola BUMDes
3. Observasi ketiga di unit usaha Toko Desa 16 Oktober 2021
yang dikelola Oleh BUMDes

b. Wawancara

Wawancara yang telah dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung

melalui tatap muka dengan informan untuk memperoleh informasi yang

mendalam.22 Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semistruktur.23

22
Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Jurnal EQUILIBRIUM, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni
2009: 6.
23
Anis Fuad, Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktisa Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014), hlm. 13.

27
Adapun representasi informan sebagai berikut: Kepala Desa Ponggok, Direktur

Umum BUMDes Tirta Mandiri, Staf pengelola BUMDes Tirta Mandiri, pelaku

usaha yang bekerjasama dengan BUMDes, tokoh masyarakat seperti Kepala Dusun,

Ketua RW, Ketua RT, Ketua PKK atau Kader Posyandu, tokoh agama, pelaku

usaha yang menjadi mitra BUMDes, masyarakat desa yang merasakan dampaknya,

pengunjung wisata yang dikelola BUMDes, masyarakat yang ikut mengelola

BUMDes, pedagang kecil yang berjualan di sekitar obyek wisata, juru parkir yang

ada di Kawasan wisata dan orang yang terlibat dalam BUMDes. Wawancara telah

dilakukan pada bulan Oktober tahun 2021.

Tabel 1.2 Tahap Wawancara

No Tahap Waktu

1. Wawancara kedua dengan Mas Dodi penjaga 15 Oktober 2021


pintu masuk Umbul Ponggok
2. Wawancara kesatu dengan Mbak Acik 15 Oktober 2021
(pedagang makanan di Umbul Ponggok)
3. Wawancara ketiga dengan Sekretaris 16 Oktober 2021
Direktur Utama (Emi Kurniasari)
4. Wawancara keempat dengan Direktur Utama 16 Oktober 2021
BUMDes Tirta Mandiri (Joko Winarno)

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat digunakan untuk membuktikan data-data dalam bentuk

seperti gambar, catatan harian dan lain sebagainya yang dapat di jadikan bukti

penelitian.24 Kegiatan masyarakat baik sosial maupun ekonomi telah di

24
Emzir, Metode Peneltian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 61.

28
dokumentasikan dalam bentuk foto, catatan harian, catatan observasi yang telah

dilakukan.

Tabel 1.3 Tahap Dokumentasi

No Tahap Waktu

1. Dokumentasi gambar di salah satu unit usaha 15 Oktober 2021


BUMDes yaitu Umbul Ponggok
2. Dokumentasi arsip tentang BUMDes dari Sekretaris 16 Oktober 2021
Direktur Utama (Emi Kurniasari)
3. Dokumentasi arsip AD/ART BUMDes dari Direktur 16 Oktober 2021
Utama BUMDes Tirta Mandiri (Joko Winarno)
4. Dokumentasi arsip BUMDes Tirta Mandiri melalui 16 Oktober 2021
website resmi BUMDes

3.5. Metode Analisi Data

Analisa data dilakukan secara kualitatif yang berupa data dalam bentuk

kata-kata atau kalimat. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan logika

deduktif, untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus

yang bersifat khusus atau individual.25 Proses analisis data yang diperoleh dari

penelitian lapangan dan studi kepustakaan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Hasil analisis kemudian disajikan secara deskriptif, untuk disusun sebagai

kesimpulan dalam menjawab permasalahan terkait BUMDes Tirta Mandiri dalam

meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Desa Ponggok yang berdasarkan UU No.

6 tahun 2014 tentang Desa.

25
Jhonny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang Banyumedia
Publishing, hlm. 242

29
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Sejarah BUMDes Wisata Ponggok dan Gambaran Umum Desa Ponggok

Desa Ponggok merupakan salah satu desa wisata yang terletak di

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Awal mula perkembangan Desa Wisata

Ponggok sendiri berawal dari adanya sumber mata air yang terdapat di Desa

Ponggok atau biasa disebut dengan umbul oleh masyarakat sekitar. Desa Ponggok

memiliki beberapa umbul, yaitu Umbul Ponggok, Umbul Besuki, Umbul Sigedang,

dan Umbul Kapilaler. Umbul pertama yang dikelola dan menjadi lokasi wisata

adalah Umbul Ponggok, yang mempunyai lebar 50 m dan panjang 100 m. Air

Umbul Ponggok disuplai dari 40 titik mata air yang berada di sekitar Umbul

Ponggok. Umbul Ponggok memiliki dasar kolam yang masih alami, berupa

hamparan pasir, bebatuan, dan di dalamnya terdapat ikan air tawar. Salah satu

keunikan dari Umbul Ponggok meskipun di dalamnya terdapat banyak ikan, namun

airnya tidak amis. Hal Berikut adalah proses terbentuknya Desa Wisata Ponggok

mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2020 (saat ini):

Gambar 1. Proses terbentuknya Desa Wisata Ponggok

Berdasarkan wawancara di lapang, Umbul Ponggok sudah ada sejak zaman

penjajahan Belanda, dilihat dari perkembangannya sejak tahun 2000-2020 Umbul

30
Ponggok sudah banyak mengalami perubahan. Berawal pada tahun 2000 Umbul

Ponggok hanya digunakan masyarakat untuk pemenuhan sehari-hari (mandi dan

cuci). Umbul Ponggok juga pernah digunakan untuk usaha budidaya lumut pakan

ikan yang dikelola warga Ponggok. Tahun berikutnya yaitu 2005, Umbul Ponggok

mulai dikelola oleh Pemerintah Desa Ponggok. Umbul mulai digunakan untuk

berenang, namun belum ada tiketing atau gratis untuk siapa saja yang berenang di

sana.

Gambar 2. Wisata Umbul Ponggok

Umbul Ponggok di kelola oleh pemerintah desa mulai tahun 2005-2009,

kemudian setelah itu Umbul Ponggok dikelola oleh BUMDes Tirta Mandiri yang

didirikan di bulan Desember tahun 2009 hingga sekarang. BUMDes Tirta Mandiri

didirikan atas inisiatif dari Kepala Desa Ponggok, Bapak Junaidi Mulyono, S.H.,

yang sampai saat ini masih menjabat sebagai kepala desa.

31
Gambar 3. Dokumentasi Wisata Umbul Ponggok walker

Potensi yang ditemukan adalah atraksi, yaitu berupa foto di bawah air

(underwater). Foto underwater menjadikan Umbul Ponggok mulai dikenal oleh

masyarakat luas. Pengelolaan Umbul kemudian diserahkan kepada BUMDes Tirta

Mandiri pada tahun 2010. Perbaikan manajemen pengelolaan dan fasilitas lokasi

wisata mulai dilakukan. Pendanaan pertama dalam upaya pengembangan desa

wsisata diberikan oleh pemerintah desa dalam bentuk hibah, karena pada saat itu

BUMDes belum mempunyai pemasukan.

Pengembangan Desa Wisata Ponggok berlanjut pada tahun 2016-2020,

pada tahun 2016 pengunjung di Umbul Ponggok mengalami kenaikan dan terhitung

paling banyak dibandingan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini jadi karena

keberhasilan tingkat promosi dan penambahan atraksi wisata yang dilakukan oleh

32
pengelola Umbul Ponggok, sehingga banyak masyarakat luas yang mulai mengenal

wisata Umbul Ponggok dan tertarik untuk berkunjung.

Desa Wisata Ponggok merupakan desa wisata air dimana aktivitas utamanya

adalah bermain air atau berenang dengan daya tarik utama foto underwater.

Penambahan daya tarik dilakukan pada tahun 2015 BUMDes Tirta Mandiri dengan

mendatangkan wahana Ponggok walker dimana pengunjung dapat berjalan di atas

air.

Gambar 4. Ponggok warrior

Ponggok walker bisa dinikmati pengunjung dengan membayar uang sewa

sebesar Rp. 150.000;/20 menit, dengan fasilitas yang diberikan yaitu helm bawah

air, file dokumentasi berupa foto dan video bagi pengunjung. Pengunjung ketika

melakukan aktivitas walker akan didampingi oleh operator di dalam air. Adanya

Ponggok walker menjadikan Umbul Ponggok dikenal sebagai “Bunakennya

Klaten”. Umbul Ponggok juga menawarkan aktivitas di atas air, yaitu wahana

Ponggok warrior.

33
Seiring berjalannya waktu Desa Wisata Ponggok tidak hanya tentang

Umbul Ponggok saja, tetapi juga ada Ponggok Ciblon dan Study Desa yang

semuanya dibawah naungan BUMDes Tirta Mandiri. Study desa merupakan salah

satu kegiatan yang dilakukan oleh BUMDes Tirta Mandiri bekerjasama dengan

pemerintah Desa Ponggok dalam rangka memfasilitasi desa-desa lain yang belajar

mengenai manjemen BUMDes dan pengembangan desa wisata. Kegiatan study

desa tidak hanya melibatkan pemerintah desa, tetapi juga melibatkan PKK dan juga

kelompok sadar wisata.

Gambaran Umum Desa Ponggok

1. Keadaan Geografis dan Batas Wilayah

Desa Ponggok adalah salah satu desa di Kecamatan Polanharjo Kabupaten

Klaten. Desa Ponggok tidak mencapai angka 77,23 Ha, namun karena desa

Ponggok melepaskan tanah desa sebesar 1,15 Ha kepada pihak PERUSHAAN TIV

(Aqua). Desa Ponggok mendapatkan pergantian lahan seluas 7,82 Ha. Hingga saat

ini luas desa Pongok mencapai 77,23 Ha dan berbatasan dengan desa Cokro,

Kecamatan Tulung di sebelah utara, desa Jeblog Kecamatan Karanganom di

sebelah selatan, desa Dalangan kecamatan Tulu ng di sebelah Barat dan desa

Nganjat di Kecamatan Polanharjo di sebelah Timur.

Secara geografis, desa Ponggok ini berada di ketingian 156 dari permukaan

air laut. Dari segi monografi, desa ini berada pada daratan rendah dengan suhu

udara rata-rata 32 . Jika dilihat dari orbitasi jarak dari pusat Pemerintahan

Kecamatan sejauh 4 Kilometer, 68 sedang dari pusat Pemerintahan Kabupaten

34
berada sejauh 15 Kilometer berada sebelah utara Kota Klaten. 10 kilometer dari

sebelah barat Jalan Raya Yogya-Solo.

Jarak desa Ponggok menuju ibu kota kabupaten sejauh 17 Km. Desa

Ponggok terbagi menjadi 4 dukuh termasuk di dalamnya 6 RW dan 12 RT. Dukuh

terssebut yaitu Dukuh Umbulsari, Dukuh Kiringan, Dukuh Ponggok, Dukuh

Jeblogan. Batas wilayah desa Ponggok yaitu:

Sebelah Utara : Desa Cokro, Kecamatan Tulung

Sebelah Timur : Desa Dalangan, Kecamatan Polanharjo

Sebelah Selatan : Desa Njeblag, Kecamatan Karanganom

Sebelah Barat : Desa Dalangan, KecamatanTulung

Desa Pongok ini berada di kaki Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Oleh

sebab itu, desa ini memiliki tanah yang sangat subur dan cocok untuk lahan

pertanian. Lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian pun sebesar 61,76 Ha dan

bentuk sawah dan ladang. Desa Ponggok juga memiliki air yang melimpah serta

memiliki beberapa mata air atau yang dikenal dengan umbul. Banyaknya sumber

air yang terdapat di desa Ponggok membuat desa ini sistem perairan (irigasi)

lengkap, mulai dari irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi

tadah hujan dan sawah pasang surut. Demi kemanfaatan perairan, desa Pongok

memiliki lahan yang digunakan untuk kolam ikan seluas 15,53 Ha.

Visi Desa Pongggok

a. Terwujudnya desa wisata ponggok yang mandiri

35
b. Mampu mengelola potensi desa dan pembangunan keberlanjutan untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera, berkualitas, berbudaya, maju, adil,

demokratis, dan peduli terhadap lingkungan

Misi Desa Ponggok

a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat

c. Meningkatkan partisipasi masyarakat

d. Mengembangkan teknologi informasi

e. Membangun infrastruktur, saran dan prasarana desa

f. Mengembangkan seluruh potensi desa

g. Melestarikan kearifan lokal

h. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

i. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

j. Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

k. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan strategis

l. Mengembangkan kegiatan keagamaan

2. Pemanfaatan Tata Ruang

Pemanfaatan tanah untuk pertanian di desa Ponggok lebih cenderung

menghasilkan tanaman padi sawah dengan total wilayah 146 Ha, dan tanaman

36
kelapa dengan total wilayah 1,33 Ha. Desa Ponggok juga memiliki kolam ikan

dengan total luas kolam sebessar 120.783m. pemanfaatan kolam dan produksi ikan

nila sebanyak 107.0999 kg dan produksi ikan bawal sebanyak 11.400 kg pada awal

tahun januari 2016. Sedangkan pada Desember 2016 luas kolam mengalami

penyusutan menjadi 52.550m dengan produksi ikan nila sebanyak 39.453 kg dan

produksi ikan bawal sebanyak 15.200 kg.

3. Kondisi Demografi

a. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin Jumlah penduduk desa

Ponggok terhitung sejak 2016 berdasarkan laporan monografi desa sebanyak 609

KK yang terdiri dari 2.085 orang. Seluruhnya berwarganegara Indonesia dengan

jumlah laki-laki 1.4042 orang dan jumlah perempuan 1.043 orang.

4.2. Peran Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri dalam

Meningkatkan Pemberdayaan Kesejahteraan di Bidang Ekonomi dan Wisata

Ponggok

Peran program BUMDes Tirta Mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa di bidang ekonomi terlihat melalui upaya pengelolaan potensi

Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) secara maksimal.

BUMDes Tirta Mandiri tidak hanya meiliki unit usaha, namun juga memiliki

program-program yang ditujukan kepada warga Ponggok dimana program tersebut

menunjang berbagai aspek-aspek yang dibutuhkan warga Ponggok. Hal ini dapat

mempengaruhi kesejahteraan masyarakat desa di bidang ekonomi yang akan

semakin memperkuat peranan program BUMDes Tirta Mandiri sesuai dengan

37
indikator kesejahteraan masyarakat desa di bidang ekonomi meliputi sebagai

berikut:

A. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sudah berhasil dicapai melalui beberapa program.

Program tersebut merupakan pengelolaan unit usaha yang terdiri dari pariwisata

Umbul Ponggok, Kawasan kuliner/kios kuliner, toko desa, investasi saham, sektor

perikanan, homestay dan rentak mobil, persewaan Gedung dan Event Organizer

(EO), dan Jasa Pinjaman/Kredit Usaha. Dari unit usaha tersebut BUMDes berhasil

mendongkrak PADes Ponggok dan pendapatan warga Ponggok.

b. Tingkat Pendidikan

BUMDes Tirta Mandiri bersama dengan Pemdes berinisiatif membuat

program yang dapat meningkatkan Pendidikan di Desa Ponggok guna

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu program yang

disara efektif adalah program “Satu Rumah Satu Mahasiswa”. Warga Ponggok

mayoritas memiliki latar belakang lulusan SMA. Adanya program “Satu Rumah

Satu Mahasiswa” diharapkan dapat menjadikan warga Ponggok untuk melanjutkan

ke jenjang Perguruna perguruan Tingi.

c. Tingkat Kesehatan

Tingkat Kesehatan juga menjadi perhatian BUMDes Tirta Mandiri bagi

warga Ponggok yang kurang mampu. BUMDes Tirta Mandiri berupaya

meningkatkan Kesehatan masyarakat desa dan memberikan fasilitas yang

dibutuhkan. BUMDes bersama dengan Pemdes memiliki program jangka Panjang

38
yang bermanfaat bagi warga ponggok yaitu dengan mengcover biaya BPJS secara

keseluruhan. Sehingga warga tidak lagi terbebani dengan biaya BPJS. BUMDes

Tirta Mandiri juga memiliki program yang diperuntukkan kepada manula sebagai

bentuk kepedulian yang merata kepada warga Ponggok yaitu program “Uang Lauk

Pauk”. Pemberian santunan ini dilakukan setiap sebulan sekali. Santunan bukan

berupa uang melainkan bahan pangan yaitu beras dan telur. Bahan pangan dipasok

dari Perum Bulog yang meiliki hubungan kerja sama dengan BUMDes Tirta

Mandiri. Selain itu juga memiliki program “Satu Rumah Satu Jamban” bagi warga

yang belum memiliki tempat BAB yang layak.

Proses Terbentuknya BUMDes Tirta Mandiri Badan Usaha Milik Desa atau

selanjutnya disebut BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebgaian besar

modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha

lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa (UU No. 6 tahun

2014 tentang Desa). Pemerintah Desa Ponggok pada tahun 2009 mendirikan

BUMDes dengan nama BUMDes Tirta Mandiri. Secara umum pendirian BUMDes

memiliki empat tujuan utama, yaitu meningkatkan perekonomian desa,

meningkatkan pendapatan asli desa, meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, dan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi pedesaan (PKDSP,2007). Tujuan didirikan BUMDes Tirta

Mandiri di Desa Ponggok yaitu, untuk mengurangi angka pengangguran,

meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat, membuka kesempatan masyarakat

39
untuk berinvestasi, dan sebagai sumber pendapatan asli desa (RPJMDes Desa

Ponggok 2014-2019).

Usaha yang dikelola oleh BUMDes Tirta Mandiri semenjak dibntuk pada

tahun 2009 hingga tahun 2019 sudah berbagai macam. Namun fokus utama jenis

usaha BUMDes yaitu di holding. Berikut merupakan usaha yang sudah dilakukan

BUMDes Tirta Mandiri sejak tahun 2009-2019:

Gambar 5. Jenis usaha yang dikelola BUMDes Tirta Mandiri sejak tahun 2009-2020

Keterlibatan masyarakat Ponggok dalam pengembangan Desa Wisata

diwadahi oleh BUMDes Tirta Mandiri. Peran BUMDes Tirta Mandiri dalam

pengembangan Desa Wisata Ponggok dirumuskan menjadi tiga, yaitu peran dalam

penyadaran (conscientization), pengorganisasian masyarakat (community

organizing), dan penghantaran sumber daya manusia (resorce delivery). Adanya

peran BUMDes dalam pengembangan desa wisata diharapkan dapat mengubah

masyarakat yang awalnya hanya obyek bisa menjadi subyek pembangunan.

40
4.3. Implementasi BUMDes Tirta Mandiri untuk Kesejahteraan Desa Ponggok

a. Mencapai Kesejahteraan Melalui BUMDES Tirta Mandiri

Dalam membangun kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Desa Ponggok

menyadari, bahwasanya keikutsertaan (partisipasi) dari masyarakat itu sendiri

selaku subyek dan obyek dari pembangunan adalah bersifat fatal. Yang mana hal

ini menjadikan tingkat keberhasilan program tergantung pada indikator ini sebagai

poin utamanya. Tercatat bahwasanya saat ini telah terdaftar kurang lebih berkisar

200 kepala keluarga (KK) yang tergabung dalam kegiatan BUMDes dari jumlah

total 700 KK di ponggok. Jika ingin ditelusuri, maka kesuksesan ini dapat di lihat

dari bagaimana alur progam upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa Ponggok.

Kepala Desa Ponggok menuturkan bahwasanya memang diharuskan akan

kesadaran dari masyarakat desa untuk berubah, kemudian hal ini akan merupakan

titik awal dari perlunya pembangunan masyarakat yang mandiri.26 Terlebih dengan

usaha masyarakat yang mau dan berani untuk melepaskan diri dari keegoisan

menikmati secara pribadi fasilitas program untuk kepentingan bersama.

26
Wawancara dilakukan kepada Juenaedhi Mulyono selaku Kepala Desa Ponggok pada 17 Oktober
2021

41
Bagan 6. Mekanisme kerja BUMDes Tirta Mandiri

Berdasarkan kenyataan pembangunan desa selama ini, dapat kita lihat

bahwasanya terdapat hubungan kecenderungan antara dua faktor yakni individu

maupun kelompok masyarakat desa dengan hubungannya dalam tingkat partisipasi

pencapaian pembangunan desa, yaitu: pertama, partisipasi yang timbul dari inisiatif

diri sendiri baik secara individual maupun kelompok, dan kedua, ialah partisipasi

digerakkan dan dimunculkan atas dasar keinginan dan dimobilisasi pemerintah.

Dalam menjalankan konsep buttom-up yang dilakukan oleh BUMDes Tirta

Mandiri, usaha yang digeluti untuk meningkat kesejahteraan masyarakat diambil

dari program–program yang telah ada, sebagian pula menjalankan dan mewujudkan

kelebihan yang dimiliki desa berupa program kerja. Diantaranya ialah, bidang

pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk program pengelolaan sumber air Umbul

Ponggok untuk wisata air (Snorkling, Diving, Fotografi dan renang). Bidang

42
keuangan dalam bentuk program Pinjaman/Kredit Usaha. Bidang persewaan dalam

bentuk program Rental Kendaraan dan Gedung. Bidang Perikanan dalam bentuk

program Budidaya Ikan. Bidang Air Bersih dalam program Penyediaan air bersih.

Dengan demikian, pendekatan bottom-up dalam setiap perencanaan

pembangunan desa haruslah ditingkatkan secara terus-menerus dalam

pelaksanaannya dalam tatanan era pemerintahan saat ini.Disebutkan dalam sebuah

kebijakan,27 bahwasanya perencanaan pembangunan desa disusun secara

partisipatif oleh pemerintahan desa.

Dari pengamatan yang selama ini telah dilakukan, dapat kita lihat

bahwasanya pembangunan desa yang dicerminkan dalam kegiatan program

BUMDes Tirta Mandiri, masih memiliki kendala. Yakni diantaranya ialah,

pembangunan desa masih bersifat sentralistik dan dapat dirasakan oleh masyarakat

terdekat yang tergabung dalam program, berikut pula kepala desa sebagai jajaran

pemerintahan yang memiliki legitimasi tertinggi seolah memiliki pengaruh paling

kuat sehingga hal (program) tersebut terwujud atas permintaan dan kekuasannya

yang mana berikut serta pula pengurus LMD dan LPM didalmanya, maka wajar,

jika masih didapati masyarakat yang masih tidak mendukung berjalannya program.

Dalam menjelaskan hal tersebut, maka penjelasan mengenai tingkat

keberhasilan implementasi suatu kebijakan dibahas dalam penjelasan selanjutnya.

27
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang Desa Pasal 63

43
b. Tingkat Keberhasilan Implementasi Kebijakan Perspektif Grindlee

Dalam menjelaskan peristiwa yang terjadi di Desa Ponggok dan BUMDes Tirta

Mandiri yang membawa serta keberhasilan nyatanya tetap memiliki hambatan,

sehingga menarik untuk didiskusikan secara teoritis. Dalam menganalisis, penulis

mencoba memfokuskan pada teori Implementasi kebijakan dalam perspektif

Grindle. Menurut Grindle, hasil implementasi kebijakan dipengaruhi oleh konten

dan konteks kebijakan.

Desa Ponggok melalui BUMDes Tirta Mandiri terus menapaki

perkembangan yang efektif. Namun dengan intervensi pemerintah yang terlalu

besar mengakibatkan terhambatnya upaya pengelolaan mesin ekonomi di pedesaan

dimana daya inovasi dan kreativitas juga ikut terhambat. Sehingga upaya tersebut

tidak membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana yang diinginkan bersama.

Adanaya ketergantungan terhadap bantuan pemerintah, hal ini dapat

mengakibatkan matinya semangat kemandirian sekaligus menunjukkan

bahwasanya sistem dan mekanisme dalam kelembagaan ekonomi masih belum

berjalan efektif. Hal inilah yang menjadikan pemerintah Desa Ponggok sadar akan

keharusan mereka dalam merubah pendirian dan bertumpu pada kekuatan sendiri.

Seperti halnya pada aspek potensi ekonomi yang mana berdampak pada

jenis usaha yang dikelola oleh BUMDes, bahwa pengelola BUMDes mengalami

kesulitan ketika mengusulkan pelebaran jenis usaha pengairan. Mereka menyadari

bahwa pengelolaan aspek ini memiliki hambatan yang dikarenakan pengurus dan

penanggung jawab program tersebut ialah anggota internal pemerintahan desa.

44
Namun, setelah pergantian jabatan dan didukung oleh Undang–Undang maupun

peraturan desa, pada akhirnya program tersebut berada di bawah kendali BUMDes

yang mana di harapkan akan mendorong pemasukan bagi desa dan juga hasil

pertanian masyarakat.

Kembali pada persoalan kenteks kebijakan yang diterapkan, maka

kebijakan ini berpacu pada sasaran dimensi dalam penerapan kebijakan. Dimana

kebijakan tersebut ditujukan demi pembangunan desa dengan pendekatan bottom-

up atau sering juga disebut pendekatan partisipatif. Akan lebih jelas jika pendekatan

ini diartikan sebagai suatu proses penyusunan perencanaan pembangunan desa oleh

pemerintah desa bersama lembaga kemasyarakatan desa dan melibatkan berbagai

unsur terkait dalam masyarakat.28

Metode bottom-up dalam penerapan BUMDes Tirta Mandiri ini dapat

terlihat dari, pertama adanya bentuk dari kemitraan yang didasari oleh keinginan

pemerintah dan masyarakat setempat, dan mewujudkannya dalam implementasi

suatu program; kedua tanggung jawab penuh atas program adalah dibawah

tanggungan masyarakat setempat sendiri, yang menjadikan masyarakat desa

semakin mandiri dalam membuat keputusan, perencanaan, implementasi, berikut

juga monitoring dan evaluasi program dengan dukungan pemerintah.

Untuk menjelaskan secara lebih rinci maka dapat kita telusuri melalui bagan

berikut

28
Marzuki Muhammad, 2004,Pendekatan dan Proses Pembangunan Partisipatif, Modul PKM,
Jakarta,Departemen Dalam Negeri.

45
Bagan 7. Implementasi BUMDes Tirta Mandiri dari Perspektif Grindle

UU No 6 Tahun 2014
Rencana Pembangunan Nasional Kesadaran masyarakat akan
dimulai dari Pembangunan Desa potensi desa

Dana Sebesar 1 Miliar dari Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh:


Pemerintah berdasarkan
UU/6/2014 1. Isi Kebijakan
Hadir dan tetap berjalannya BUMDes Tirta Mandiri
Tercapainya penyerapan SDM dan berkurangnya pengangguran,
kemiskinan, terpenhinya kebutuhan masyarakat.
Meningkatkan Peluang Usaha Bagi Masyarakat
Membuka Kesempatan Masyarakat Untuk Berinvestasi
Sebagai Sumber Pendapatan Asli Desa
2. Konteks Kebijakan
Aktor yang terlibat:
Disetor ke APBDes sebesar 30%
Pengembangan Usaha BUMDessebesar 25 %
Komisaris, Direksi, dan staf karyawan sebesar 15%
Cadangan modal sebesar 10%
Danapendidikan dan Kesehatan 10%
Badan pengawas sebesar 10 %
Memiliki karakteristik sebagai usaha bersama dan pembagian
untung
Rasa saling percaya menjadikan BUMDes Tirta Mandiri sukses

Hasil Implementasi Kebijakan


Bentuk program yang
a. Peningkatan pendapatan dan pengurangan
berjalan:
pengangguran
Pariwisata (3 Umbul) b. Menjadi salah satu Desa dengan tingkat kesuksesan
Keuangan pembangunan desa yang berhasil
Persewaan
Perikanan
Air Bersih
Toko Desa Mengukur Keberhasilan Dari: Penerimaan PAD dari
Hasil Bumdes

Dari bagan diatas dapat kita lihat bahwasanya implementasi kebijakan

Perdes Ponggok No 6 Tahun 2009 tentang BUMDes dapat berjalan sesuai

perspektif Grindle. Namun, terdapat dua perspektif dalam analisis implementasi,

yaitu perspektif administrasi publik dan perspektif ilmu politik.

46
Dijelaskan dalam perspektif ilmu politik, maka implementasi kebijakan ini

mendapatkan korelasi yang signifikan dengan sistem yang digunakan dalam aspek

politik. Hal ini dikarenakan perspektif organisasi dalam administrasi publik mulai

terbantahkan jika dianggap sebagai aspek tunggal, sehingga hal ini mulai

memberikan hasil yang maksimal terhadap arena baik diluar ataupun di dalam

administrasi itu sendiri.29

Sesuai dengan problematika yang sudah digambarkan sebelumnya bahwa

persoalan pengelolaan menjadi problem serius pada pembangunan Desa Ponggok.

Persoalan ini kemudian dijadikan pijakan untuk mengevaluasi persoalan

pengelolaan berbagai sektor riil yang ada. Salah satu problem yang fundamental

adalah pertanian. Corak produksi Desa Ponggok adalah pertanian, tetapi pertanian

tidak mampu menjadi sektor untuk penopang ekonomi Desa. Tentu saja lembaga

itu adalah BUMDes Tirta Mandiri, yang telah membuktikan funsinya sebagai motor

pembangunan ekonomi di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

Telah tercatat dalam berbagai media bahwasanya BUMDes Tirta Mandiri

merupakan bukti nyata kesuksesan pembangunan desa. Hal ini diperkuat

pendapatan asli Desa Ponggok yang diterima pusat yang menyatakan bahwasanya

desa Ponggok memlalui BUMDes Tirta Mandiri mampu memperoleh sebesar

Rp.350.000.000 di tahun 2014 lalu. Memang benar bahwasanya Desa Ponggok kini

menjadi salah satu contoh nyata dari kemandirian masyarakat desa dalam

29
Astuti. Putri Febri, Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Bumdes Tirta Mandiri Desa
Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Departemen Politik Dan
Pemerintahan. Universitas Diponegoro. Hlm. 5.

47
mengelola daerahnya sehingga menjadikan dan mewujudkan perkembangan yang

signifikan dalam beberapa aspek. Dal beberapa bentuk usaha yang dikelola

BUMDes Tirta Mandiri ialah diantanya merupakan pengeloaan air bersih,

perikanan, pariwisata umbul ponggok, perkreditan, kios kuliner dan minimarket.

Telah dimengerti oleh sebagian masyarakat Indonesia, bahwasannya konsep

yang diambil pemerintah dalam pembangunana nasional ialah menjadikan desa dan

masyarakatnya sebagai objek sasaran sekaligus pelaku atau subyek dari proses

pembangunan desa itu sendiri. Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut

mengunakan konsep bottom-up ini menjadikan pemerintah dalam posisi hanya

sebatas pemeri arahan dan pengawas serta kontroling beserta pula bimbingan dan

pemberi fasilitas di dalamnya. Dengan kata lain, inisiatif, prakarsa dan partisipasi

masyarakat merupakan faktor paling penting dalam laju pembangunan desa.

Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri dilakukan secara baik, dana yang

terkumpul masuk kedalam Kas Desa, yang kemudian dana tersebut dialokasikan

untuk kebutuhan masyarakat secara fisik maupun non fisik. Adanya berbagai unit

usaha yang di kelola oleh BUMDes Tirta Mandiri memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk mengembangkan usahanya dengan bekerjasama dengan

BUMDes.

Strategi yang digunakan di Desa Panggok adalah komitmen pelaksana

jajaran pemegang kebijakan di Kabupaten Klaten sampai dengan pelaksana di

lapangan yang sangat tinggi. BUMDes Tirta Mandiri ini berhasil menyelamatkan

48
Desa Ponggok dari kemiskinan, salah satunya adalah pengurangan jumlah

pengangguran.

4.4. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Klaten Berdasarkan UU No. 6 tahun

2014 tentang Desa

4.4.1. Sejarah tentang Desa Ponggok dan Kehadiran UU No. 6 Tahun

2014 tentang Desa

BUMDes Tirta Mandiri merupakan BUMDes di bawah pengelolaan

Pemerintah Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Gambaran

umum mengenai Desa Ponggok terletak di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten dengan luas wilayah 77,2255 Ha yang terbagi dalam 4 dukuh

dan terbagi dalam 6 RW dan 12 RT, yang meliputi Dukuh Umbulsari, Kiringan,

Ponggok, dan Jeblogan. Kehadiran UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan

harapan baru sekaligus tantangan bagi desa. Harapan dari kehadiran UU Desa

adalah diterimanya dana desa (DD) dalam jumlah yang relatif besar ± 1 Milyar,

selain itu peluang desa semakin terbuka dalam menjalankan pembangunan, dan

desa lebih berdaya dalam menjalankan kewenangan desa, pelayanan publik,

pengelolaan aset desa dan pembangunan ekonomi lokal. Tantangan bagi desa

adalah kemampuan desa itu sendiri dalam melakukan pengelolaan anggaran secara

profesional, akuntabel, transparan, dan efektif sesuai dengan regulasi yang ada.

Apabila desa mampu mengelola dana desa dengan tepat pastinya akan membawa

kesejahteraan bagi warganya. Desa Ponggok dalam menyikapi UU Desa No. 6

tahun 2014 adalah dengan melakukan pembangunan melalui 4 pendekatan: a)

Pendekatan Spasial (Tata Ruang), b) Pendekatan Sektoral (BUMDes), c)

49
Pendekatan Pembangunan SDM, d) Pendekatan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK). Kesimpulan konsep pembangunan adalah pendekatan spasial

(tata ruang) sebagai dasar atau acuan arah pembangunan desa, pendekatan sektoral

(BUMDes) untuk membangun ekonomi desa sehingga menjadi desa yang mandiri,

pendekatan SDM untuk memperkuat kapasitas pemerintah desa dan masyarakat

dalam mengelola potensi desa, dan pendekatan teknologi informasi dan komunikasi

(TIK) untuk meningkatkan kualitas pelayanan, transparansi, dan akuntabilitas.

4.4.2. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan

BUMDes merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan

berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk

peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha

ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan

sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan

desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat

secara optimal. Pembentukan BUMDes dimaksudkan guna mendorong /

menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang

berkembang menurut adat istiadat / budaya setempat, maupun kegiatan

perekonomian yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui program

proyek pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana tersebut dalam AD

BUMDes. Di dalam hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Ponggok, terkait

dengan pembentukan BUMDes. Beliau menjelaskan bahwa Pendirian BUMDes

sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Hal ini dijelaskan bahwa

50
pendirian BUMDes Tirta Mandiri Klaten telah berdasarkan pada Peraturan Desa

Nomor 6 tahun 2009 yang dibuat tanggal 15 Desember 2009. BUMDes dibentuk

didasarkan karena amanat UU dan Permendes Tahun 2015 yang mengatur bahwa

Desa dapat mendirikan sebuah Badan Usaha Milik Desa. Dari berbagai jenis unit

usaha yang dikelola BUMDes Tirta Mandiri yang meliputi pengelolaan air bersih

(PAB), perikanan, pariwisata umbul ponggok, perkreditan, dan kios kuliner dan

toko, setiap akhir tahun BUMDes harus menyetor bagi hasil kerja sama unit-unit

usaha ke pemerintahan Desa Ponggok sesuai dengan perjanjian dengan

pemerintahan Desa Ponggok. Tantangan mendatang yang dipersiapkan BUMDes

Tirta Mandiri dalam pengelolaan SDA Desa Ponggok adalah pelestarian secara

alami potensi desa Ponggok.

BAB V KESIMPULAN

Setelah melakukan penggalian data dan menganalisa dengan menggunakan

teori yang relevan terkait Badan Usaha Milik Desa Tirta Mandiri, dan

Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan serta diuraikan pokok-

pokok yang terdapat pada rumusan masalah yang ada dalam penelitian.

1. Peran BUMDes seperti, terciptanya lapangan pekerjaan baru, unit-unit usaha

yang dijalankan berkembang pesat dan warga diberi kesempatan untuk membuka

usaha dengan difasilitasi oleh BUMDes. Disamping itu pemerintah juga turut

mendapatkan manfaatnya berupa peningkatan pendapatan asli desa (PAD) yang

sangat signifikan setelah adanya BUMDes. Program bantuan sosial juga turut

membantu masyarakat menjadi lebih sejahtera. Adapun program bantuan sosial

51
yang digulirkan antara Pemerintah Desa dengan BUMDes Tirta Mandiri antara lain

satu rumah satu sarjana, bantuan uang untuk pendududk lansia, program renovasi

rumah yang tidak layak huni, program listrik gratis bagi warga yang rumahnya

belum teraliri listrik dan biaya premi BPJS Kesehatan yang ditanggung oleh

Pemerintah Desa. Untuk meningkatkan peran BUMDes dalam pengembangan desa

wisata perlu adanya kegiatan pelatihan terkait pengelolaan limbah (sampah).

2. Implementasi kebijakan BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok tak terlepas dari

pengambilan strategi yang menerapakan model proses politik dan administrasi

dengan cara mengimplementasikan sesuai dengan isi kebijakan, jenis manfaat yang

dapat dirasakan sehingga dapat menghasilkan perubahan yang lebih baik untuk

masyarakat desa. Bagian itu merupakan dari dimensi konteks implementasi dalam

proses model politik dan adsminitrasi yang berpengaruh terhadap implementasi

kebijakan. Penerapan kebijakan BUMDes membangkitkan kesadaran masyarakat

akan pentingnya menyadari potensi desa yang mana hal ini mampu meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam mengembangkan usaha yang dimilikinya. Dilain isi

keberadaan BUMDes memberikan pengalaman sehingga memotivasi dan

menstimulus masyarakat untuk mengembangkan segala bentuk usaha sehingga

meningkatkan pendapatan perkapita.

3. BUMDes Tirta Mandiri merupakan BUMDes di bawah pengelolaan Pemerintah

Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Gambaran umum

mengenai Desa Ponggok terletak di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten dengan luas wilayah 77,2255 Ha yang terbagi dalam 4 dukuh

dan terbagi dalam 6 RW dan 12 RT, yang meliputi Dukuh Umbulsari, Kiringan,

52
Ponggok, dan Jeblogan. Kehadiran UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan

harapan baru sekaligus tantangan bagi desa. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri

Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan BUMDes merupakan instrumen

pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi.

Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran

ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping

itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber

pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal. Beliau

menjelaskan bahwa Pendirian BUMDes sudah sesuai dengan peraturan

perundangundangan. Hal ini dijelaskan bahwa pendirian BUMDes Tirta Mandiri

Klaten telah berdasarkan pada Peraturan Desa Nomor 6 tahun 2009 yang dibuat

tanggal 15 Desember 2009. BUMDes dibentuk didasarkan karena amanat UU dan

Permendes Tahun 2015 yang mengatur bahwa Desa dapat mendirikan sebuah

Badan Usaha Milik Desa.

DAFTAR PUSTAKA

(PKDSP), D. P. (2007). Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Andy Prasetiawan Hamzah, A. P. (2019). PENDAMPINGAN PERANCANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BERDASARKAN DALAM PELAPORAN

KEUANGAN PADA BUMDES TIRTA MANDIRI. DESA PONGGOK,

KLATEN.

53
Anggraeni, M. R. (2016). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pada

Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDes Di Gunung

Kidul. jurnal MODUS Vol.28 (2): 155-167,2016, 28.

Astuti, P. F. (2015). Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Bumdes Tirta Mandiri Desa

Ponggok Keccamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Semarang: Jurnal

Penelitian Departemen Politik Dan Pemerintah Universitas Diponegoro.

Chambers, R. (1988). Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES

(Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial).

Dewi, A. S. (2015). Dampak Pengembangan Obyek Wisata Umbul Ponggok

Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Ponggok. Yogyakarta: skripsi

Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Atma Jaya.

Fajar Subehi, A. L. (2018). Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Ponggok, Kabupaten

Klaten. Kabupaten Klaten.

Febri, A. P. (2019). Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Bumdes Tirta Mandiri Desa

Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Klaten: Departemen

Politik Dan Pemerintahan. Universitas Diponegoro.

Jefri. (2019). IMPLIKASI BADAN USAHA MILIK DESA TIRTA MANDIRI BAGI

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Penelitian di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

54
Muhammad, M. (2004). Pendekatan dan Proses Pembangunan Partisipatif.

Jakarta: Modul PKM,Departemen Dalam Negeri.

Nindyatmoko, A. (2021, Oktober 30). Aryogito Nindyatmoko. Retrieved from

https://mikaylabinar.com/profil-desa-umbul-ponggok-mengubah-yang-

biasa-menjadi-luar-biasa/

Ridlwan, Z. (2013). Payung Hukum Pembentukan BUMDes. Fiat Justitia Jurnal

Ilmu Hukum Vol 7, No.3.

Sugihen, P. D. (1996). Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Suyitno, N. D. (1986). Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan. Bandung.

55
Lampiran 1

DATA NAMA KELOMPOK 2

1. Nama : FAJAR MAULANA


NIM : C1B200076
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Ketua Kelompok
2. Nama : AHMAD NURASA
NIM : C1B200092
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Anggota Kelompok
3. Nama : SOPI NUGRAHA
NIM : C1B200088
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Anggota Kelompok

56
4. Nama : MUKHAMAD SYARIFAL MAQOM
NIM : C1B200073
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Anggota Kelompok
5. Nama : ASEP SUPRIATNA
NIM : C1B200085
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Anggota Kelompok
6. Nama : DAHRUL EFFENDI
NIM : C1B200060
Prodi : Administrasi Negara
Kampus : Universitas Al-Ghifari
Tugas sebagai : Anggota Kelompok

Pembentukan anggota kelompok 2 ini untuk memenuhi tugas mata kuliah

KEWIRAUSAHAAN pada Semester III dan Dosen Pembimbing: Aswin Palis, S.

Sos., M.A.P Kampus Universitas Al-Ghifari Bandung.

57
Lampiran 2

FOTO PROFIL BUMDes TIRTA MANDIRI UMBUL PONGGOK

58
59

Anda mungkin juga menyukai