Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

PKPA INDUSTRI FARMASI


GELOMBANG 3
KOMPETENSI KHUSUS 2. 3 & 4

NAMA : SRI WAHYUNI

STAMBUK : 15120200136

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

PEMBIMBING : apt. ZAINAL ABIDIN, S.Farm., M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KK-2 “Mampu Melakukan Penelusuran Informasi Terkait Karakteristik Fisika, Kimia,
Fisikokimia, Farmakologi, Mikrobiologi serta Regulasi Sebagai Landasan Studi
Praformulasi”
Karakteristik
A. Bahan aktif
Nystatin microfine
Nama kimia : Nystatinum
Nama resmi : Nystatin
Pemerian : Serbuk berwarna kuning hingga cokelat muda; berbau biji-bijian;
higroskopik, dan dapat terpengaruh bila terpapar cahaya, panas dan
udara dalam waktu lama (FI VI, h. 1274).
Rumus molekul : C47H75NO17
Berat molekul : 926,09 g/mol
Rumus struktur :

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; sukar hingga agak sukar larut dalam
etanol, dalam metanol, dalam n-propanol, dan dalam n-butanol;
tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene (FI VI,
h. 1274).
pH :-
Stabilitas : Zat ini bersifat amfoter, tetapi larutan berair dan basa tidak stabil.
Nistatin menunjukkan stabilitas optimum dalam buffer fosfat - sitrat
pada pH 5,7. Jika disimpan dalam lemari es, zat murni dapat
disimpan selama beberapa bulan tanpa kehilangan aktivitas. Nistatin
memburuk pada paparan panas, cahaya, kelembaban, atau udara.
Titik lebur : 44-46 °C
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar terkontrol 15°C hingga 25°C
Secara Farmakologi
Golongan : Antijamur
Indikasi : Untuk mengatasi infeksi jamur, khususnya infeksi jamur Candida.
Nystatin adalah antibiotik antijamur poliena yang digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan kandidiasis kulit (Martindale, h. 590).
Dosis : 100.000 unit/g (15 g, 30 g) (DIH)
Oleskan ke daerah yang terkena 2 atau 3 kali sehari selama 2 minggu
(AHFS)
Untuk pengobatan infeksi vagina, nistatin diberikan dalam dosis 100
000 hingga 200 000 unit setiap hari selama 14 hari atau lebih lama
seperti pessarium atau krim vagina. Untuk lesi kulit, salep. gel, krim,
atau bedak tabur yang mengandung
100.000 unit/g dapat diterapkan 2 sampai 4 kali sehari (Martindale,
h.591)
Farmakologi : Nistatin adalah antibiotik antijamur baik fungistatik dan fungisida in
vitro terhadap berbagai macam ragi seperti jamur. Ini mungkin
bertindak dengan mengikat sterol dalam membran sel jamur dengan
perubahan yang dihasilkan dalam permeabilitas membran yang
memungkinkan kebocoran komponen intaceluller. Nistatin adalah
antibiotik poliena dengan formula struktural yang belum ditentukan
yang diperoleh dari steptomyces nousel, dan merupakan antibiotik
antijamur pertama yang dapat ditoleransi dengan baik dengan
kemanjuran yang dapat diandalkan untuk pengobatan infeksi kulit,
mulut dan usus yang disebabkan oleh candida albicans dan spesies
candida lainnya. dalam menunjukkan tidak ada aktivitas yang cukup
terhadap bakteri (Pubchem)
Mekanisme kerja : Nystatin adalah antibiotik antijamur poliena yang mengganggu
permeabilitas membran sel sensitive jamur dengan mengikat sterol,
terutama ergosterol. Tindakan utamanya melawan Candida spp
(Martindale, h.591)
Efek samping : Iritasi mulut atau sensitisasi dapat terjadi. Ruam, termasuk urtikaria
Iritasi mungkin jarang terjadi setelah penggunaan topical nistatin.
Reaksi hipersensitivitas (terbakar, gatal, ruam, eksim, nyeri (AHFS)
Peringatan : Hentikan segera jika tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terjadi
Hentikan jika terjadi iritasi di lokasi aplikasi Hanya untuk
pemakaian luar; bukan untuk penggunaan sistemik, oral,
intravaginal (Medscape & AHFS)
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap nistatin atau bahan apa pun dalam
formulasi (DIH & AHFS)
Farmakokinetik : Nystatin diserap dengan buruk dari saluran pencernaan. Nystatin
tidak diserap melalui kulit atau selaput lender bila diterapkan secara
topical (Martindale, h.591).
B. Bahan tambahan
1. Cetostearyl alcohol
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009 h. 150 & Pubchem
Nama Resmi Cetostearyl alcohol

Nama lain Alcohol cetylicus et stearylicus; cetearyl alcohol; cetyl stearyl


alcohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma;
Tego Alkanol 1618; Tego Alkanol 6855.
RM/BM C34H72O2/512.9 g/mol

Rumus Struktur

Pemerian Putih, berwarna cream, serpihan atau butiran hampir putih,


bau manis yang khas. Saat dipanaskan, cetostearyl alkohol
meleleh menjadi cairan bening, tidak berwarna atau berwarna
kuning pucat, bebas dari benda tersuspensi
Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak; praktis tidak
larut dalam air.
Fungsi Bahan pelunak, bahan pengemulsi, bahan penambah
kekentalan
Digunakan sebagai basis salep yang berfungsi sebagai
emmoliebt dan increasing agent adalah 5%
Stabilitas Stabil di bawah kondisi penyimpanan normal

Penyimpanan Cetostearil alkohol harus disimpan dalam wadah yang


tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan garam logam.
Titik leleh 45°C -52°C
2. Mineral oil (liquid paraffin)
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009 h. 445-446 & FI VI, h.1181
Nama resmi Mineral oil
Nama lain Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid
petrolatum; liquid petrolatum; paraffin oil; Sirius; white
mineral oil.
BJ Antara 0,845 dan 0,905.
Struktur molekul

Pemeriaan Cairan berminyak, jernih, tidak berwarna, bebas atau praktis


bebas dari flourosensi. Dalam keadaan dingin tidak berbau,
tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut
dalam aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida, eter, dan
petroleum eter. Dapat bercampur dengan volatile minyak dan
minyak tetap, dengan pengecualian minyak jarak.
Fungsi Basis
Bahan pelunak, pelumas, pelarut.
Stabilitas Mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya. Harus
disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
disimpan ditempat yang sejuk dan kering
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
Inkompatibilitas Kompatibel dengan oksidator kuat.
Titik Leleh 75,3°C

3. Polyoxyl 20 cetostearyl ether


Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi : Polyoxyethylene Alkyl Ethers
Nama lain Cetomacrogol 1000, Polyoxyl 6 cetostearyl ether, Polyoxyl 20
cetostearyl ether, Polyoxyl 25 cetostearyl ether, Polyoxyl 2 cetyl
ether, Polyoxyl 10 cetyl ether, Polyoxyl 20 cetyl ether.

RM/BM Tidak tersedia


Rumus CH3(CH2)x(OCH2CH2)yOH

Struktur
Stabilitas Alkil eter polioksietilena secara kimia stabil dalam asam kuat
atau kondisi basa.
(kimia)
Pemerian Bahan Alkil eter polioksietilena sangat bervariasi dalam sifat fisiknya
(fisika) penampilan dari cairan, pasta, hingga zat lilin padat. Mereka
adalah bahan tidak berwarna, putih, berwarna krem atau kuning
pucat dengan sedikit bau.
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Agen pengemulsi; penambah penetrasi; agen pelarut;
membasahi
Penyimpanan disimpan dalam wadah kedap udara wadah, di tempat yang sejuk
dan kering

4. Methyl Paraben
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi Methylparaben
Nama lain Aseptoform M; CoSeptember M; E218; metil asam 4-
hidroksibenzoat ester; metagin; metil kemosept; metil
parahidroksibenzoas;metil p-hidroksibenzoat; Metil Parasept;
Nipagin M; Solbrol M; Tegosep M; Uniphen P- 23
RM/BM C8H8O3/152.15
Rumus Struktur
Stabilitas (kimia) Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan. Larutan metilparaben
dalam air pada pH 3–6 dapat disterilkan dengan: autoklaf pada
1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.(8) Larutan berair
pada pH 3–6 stabil (kurang dari 10%dekomposisi) hingga sekitar
4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan berair pada pH 8
atau lebih dapat mengalami hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar)
Pemerian Bahan Kristal tidak berwarna atau kristal putih bubuk. Tidak berbau
(fisika) atau hampir tidak berbau dan memiliki sedikit rasa terbakar.

Kelarutan Tidak tersedia


Fungsi Pengawet, antimikroba
Penyimpanan disimpan dalam wadah kedap udara wadah, di tempat yang sejuk
dan kering

5. Propylene Glycol
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi Petrolatum
Nama lain 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl
ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycol
RM/BM C3H8O2/ 76.09
Rumus

Struktur
Stabilitas Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam keadaan
(kimia) tertutup rapat wadah, tetapi pada suhu tinggi, di tempat
terbuka, cenderung teroksidasi, menghasilkan produk seperti
propionaldehid, asam laktat, piruvat, asam, dan asam asetat.
Pemerian Bahan bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau
(fisika)
cair, dengan rasa manis, sedikit tajam menyerupai gliserin
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Pengawet, antimikroba, desinfektan,pelembab,plasticizer,
pelarut, agen penstabil, kosolven yang dapat larut dalam air.

Penyimpanan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang
sejuk dan kering.

6. Propylparaben
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi Petrolatum
Nama lain 1 Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl
ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; PropylAseptoform;
propyl butex; Propyl Chemosept; propylis
parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23

RM/BM C10H12O3/ 180.20

Rumus Struktur

Stabilitas Stabil pada pH 3-6


(kimia)
Pemerian Bahan Berbentuk putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa
(fisika) bubuk
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Pengawet antimikroba
Penyimpanan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.
7. Dibasic Sodium Phospate
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi Sodium Phosphate, Dibasic
Nama lain Dinatrii phosphas anhydricus; dinatrii phosphas
dihydricus; dinatrii phosphas dodecahydricus; disodium
hydrogen phosphate; disodium phosphate; E339;
phosphoric acid, disodium salt; secondary sodium
phosphate; sodium orthophosphate.
RM/BM Na2HPO4/ 141.96
Rumus Struktur Tidak tersedia

Stabilitas (kimia Stabil. Bentuk anhidrat natrium fosfat dibasa adalah


higroskopis. Saat dipanaskan hingga 408C,
dodecahydrate melebur; pada 1008C itu kehilangan nya

air kristalisasi; dan pada panas merah kusam (sekitar


2408C) adalah diubah menjadi pirofosfat, Na4P2O7.
Solusi berair dari natrium fosfat dibasic stabil dan dapat
disterilkan dengan autoklaf.
Pemerian Bahan Bubuk putih. Dihidrat terjadi sebagai kristal putih atau
(fisika) hampir putih, tidak berbau.
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Agen penyangga (Buffering), agen pengasingan.
Penyimpanan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.
8. Monobasic Sodium Phospate

Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009


Nama Resmi Sodium Phosphate, Monobasic
Nama lain Acid sodium phosphate, E339; Kalipol 32, monosodium
orthophosphate, monosodium phosphate, natrii
dihydrogenophosphas dihydricus; phosphoric acid,
monosodium salt; primary sodium phosphate; sodium
biphosphate; sodium dihydrogen orthophosphate; sodium
dihydrogen phosphate.
RM/BM NaH2PO4 2H2O /156.01
Rumus Struktur Tidak tersedia

Stabilitas Stabil. Bentuk anhidrat natrium fosfat dibasa adalah


(kimia) higroskopis. Saat dipanaskan hingga 408C,
dodecahydrate melebur; pada 1008C itu kehilangan nya

air kristalisasi; dan pada panas merah kusam (sekitar


2408C) adalah diubah menjadi pirofosfat, Na4P2O7.
Solusi berair dari natrium fosfat dibasic stabil dan dapat
disterilkan dengan autoklaf.
Pemerian Bubuk putih. Dihidrat terjadi sebagai kristal putih atau
hampir putih, tidak berbau.
Bahan (fisika)
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Agen penyangga (Buffering),agen pengemulsi, agen
pengasingan.
Penyimpanan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.
9. Purifed Water
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009
Nama Resmi Water
Nama lain air; aqua purificata; hidrogen oksida
RM/BM Tidak tersedia
Rumus Struktur Tidak tersedia

Stabilitas(kimia) Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es,
cair, danuap air).
Pemerian air minum (minum), air murni, steril

Bahan (fisika)
Kelarutan Tidak tersedia
Fungsi Pelarut
Penyimpanan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.

10. Petrolatum (white soft paraffin)


Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, 2009 h. 471 & FI VI, h.1771 &
Martindale h. 2032
Nama Resmi WHITE SOFT PARAFFIN
Nama Lain (mineral hydrocarbons); Paraffinum Molle Album; Parafina
blanda blanca; Valkovaseliini; Vaselin, vitt; Vaselina blanca;
Vaselina filante; Vaseline blanche; Vaseline Officinale;
Vaselinum album;
BM/RM -
Struktur molekul
Pemerian Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0º.
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin atau
panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam
benzen, dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam
heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak
atsiri.
Fungsi Basis
Bahan pelunak, bahan dasar salep
Penyimpanan Terlindung dari cahaya
inkompatibilitas Petrolatum adalah bahan inert dengan sedikit
inkompatibilitas.
Titik leleh 38°C - 60 °C
Stabilitas Relatif stabil dan tidak bereaksi dengan bahan aktif lainnya,
seperti API atau komponen lainnya.

Regulasi/ Aturan Sebagai Landasan Studi Praformulasi


Studi Praformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi, yang mengkaji, dan
mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat aktif bila
dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang
stabil, efektif dan aman. Studi ini mengharuskan seorang formulator harus mengetahui apakah
zat aktif tersebut cocok atau tidak incomp (ketidak bercampuran) dengan zat aktif.
- Organoleptis
Dalam istilah organoleptis ini menekankan bahwa preformulasi harus dimulai dengan
pemerian zat aktif, warna, bau, dan rasa zat aktif harus dicatat dengan menggunakan
terminologi deskriptif.
- Analisis Fisikokimia
Analisis fisikokimia merupakan bagian penting dalam preformulasi. Analisis fisikokimia
ini dilakukan untuk identitas dan kadar zat aktif. Untuk penetapan kualitatif digunakan
kromatografi lapis tipis, spektrum serapan inframerah, reaksi warna, spektrum serapan
ultraviolet, dan reaksi lainnya. Penetapan kadar dilakukan dengan metode
spektrofotometri, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, titrasi
kompleksometri, asam basa, argentometri, dan iodometri.
- Karakteristik Mikrobiologi
Diperlukan untuk menjamin keamanan bahan obat untuk dikonsumsi oleh manusia.
Jumlah minimum bakteri yang terkandung dalam suatu bahan obat sudah menjadi
persyaratan yang harus dipenuhi.
Regulasi zat aktif
 Menurut PIONAS :
Termasuk dalam obat golongan Antifungi merupakan obat dengan golongan obat K (Obat
Keras)

 Menurut Peraturan BPOM No 4 tahun 2018 :


Penyerahan obat golongan Obat Keras kepad pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter.
KK-3 “Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar, Teknik dan Peralatan Yang Digunakan Dalam
Pembuatan Sediaan Farmasi”
a. Prinsip dasar ( FI hal. 55)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengan padat yang mempunyai konsistensi relative cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam air (o/w). Sekarang
ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air
atau disperse mikrokristal asam asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air yang
dapat dicuci dengan air dan estetika.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (ForNas)
b. Teknik
Pada umumnya krim dibuat dengan melelehkan bahan – bahan krim berupa lemak pada suhu
70 derajat selsius. Memanaskan bahan-bahan krim larut air pada suhu 70 derajat selsius.
Kemudian perlahan lahan menuangkannya ke dalam lelehan lemak, diaduk homogeny
hingga dingin (Depkes, 1985).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.
Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang
tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan
komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan lahan ditambahkan ke dalam
campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-
10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan lahan
didinginkan dengan pengadukan yang terus menerus sampai campuran mengental. Bila
larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan
menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson,
1991).
c. Peralatan

( Alat Penimbang Bahan)

(Alat Pencampur krim)

Mesin Pengisi krim ke tube


KK-4 “Menjelaskan Peran Bahan Tambahan Dalam Formulasi Sediaan Farmasi”
1. Cetostearyl alcohol
Cetostearyl alcohol memiliki berfungsi untuk meningkatkan viskositas dan
bertindak sebagai emulgator minyak dalam air atau air dalam minyak bersifat non
toksik dan noniritarif, pengemulsi atau emulgator anionik ini mengandung 80%
cetostearyl alcohol dan 7% sodium Cetostearyl sulfat yang digunakan dalam
formula kosmetik dan topical (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Cetostearyl alcohol merupakan Stiffening agent yang larut dalam air,
sehingga digunakan sebagai emulgator untuk fase air untuk memfasilitasi produksi
emulsi minyak dalam air yang tidak berminyak. (Rowe, Sheskey and Quinn,
2009).Bahan ini dibutuhkan karena viskositas yang terlalu rendah tidak diharapkan
sebab bila sediaan terlalu encer maka sediaan akan menetes saat diaplikasikan pada
kulit sehingga sediaan tidak tinggal seluruhnya pada kulit yang menyebabkan
waktu kontak cream dengan kulit menurun akibatnya efek terapi yang diinginkan
tidak tercapai (Daud dan Musdalipah, 2018), dan juga, viskositas dari cream
diharapkan tidak terlalu tinggi karena dapat menyebabkan daya sebar cream akan
semakin kecil. Sehingga, pada saat cream diaplikasikan ke permukaan kulit akan
sulit untuk menyebar (Saryanti, Setiawan, Safitri, 2019).
Cetostearyl alcohol stabil secara kimiawi dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering. Inkompatibilitas dari Cetostearyl
alcohol kompatibel dengan sebagian besar asam di atas pH 2,5 zat ini juga
kompatibel dengan alkali dan air keras lilin (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil karena fase terdispersi pada
pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulat-bulatan yang memiliki
kecendrungan yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar
emulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri. Terjadinya bulat-bulatan
seperti itu disebut creaming. Peristriwa creaming dari suatu emulsi dalam farmasi
tidak dapat diterima secara estetik baik oleh ahli farmasi maupun oleh konsumen.
Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah ukuran partikel fase
terdispersi, perbedaan kerapatan antarfase, dan viskositas fase luar. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan stabilitas suatu emulsi ukuran partikel harus dibuat sehalus
mungkin, perbedaan fase terdispers dan fase luar harus sekecil mungkin,, dan
viskositas fase luar harus cukup tinggi. Maka dari itu, dalam formulasi ini
digunakan Cetostearyl alcohol sebagai peningkat viskositas untuk mencegah
penyatuan fase dispersi sehingga dapat menghasilkan emulsi yang stabil dengan
penampilan yang menarik (Ansel, 2011). Inkompatibilitas dari magnesium
alumnium silikat yaitu tidak cocok dengan larutan asam di bawah pH
3.5 (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
2. Polyoxyl 20 cetostearyl ether (Cetomacrogol 1000)
Polyoxyl 20 cetostearyl ether merupakan surfaktan nonionik yang
digunakan sebagai emulgator untuk emulsi a/m dan M/A berfungsi sebagai agen
pengemulsi, Solubilizer untuk zat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah
(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).sehingga digunakan sebagai emulgator untuk
fase air (Husein dan Lestari, 2019). Bahan ini ditambahkan untuk mengurangi
tegangan permukaan antara minyak dan air, mengelilingi tetesan terdispersi dengan
lapisan yang kuat sehingga mencegah koalesens dan pemecahan fase terdispersi.
Kestabilan emulsi dipengaruhi oleh variasi dan jumlah emulgator (Hasniar,
Yusriadi, dan Khumaidi, 2015). Stabilitas Alkil eter polioksietilena secara kimia
stabil dalam asam kuat atau kondisi basa (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Polioksil 20 setostearil eter dapat larut dalam air, alkohol, dan aseton yang
banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, terutama sebagai
agen pengemulsi untuk emulsi air dalam minyak dan minyak dalam air, dan
stabilisasi mikroemulsi dan beberapa emulsi (Sweetman, 2009). Adapun
inkompatibilitas dari polioksil 20 setostearil eter yaitu Perubahan warna atau
pengendapan dapat terjadi dengan iodida, merkuri garam, zat fenolik, salisilat,
sulfonamida, dan tanin.Polioksietilen alkil eter juga tidak sesuai dengan benzokain,
tretinoin. Adapun sifat fisik dari Polioksil 20 setostearil eter yaitu bahan tidak
berwarna, putih, berwarna krem atau kuning pucat dengan sedikit bau (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009).
3. Metil Paraben
Metil paraben merupakan antimikroba, paraben efektif pada rentan pH
yang luas memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas, metil paraben
banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetika, produk
pangan, dan formulasi farmasi. Adapun inkompatibilitas dari metil paraben
yaitu aktivitas antimikroba methylparaben dan paraben lainnya. Stabilitas
larutan metilparaben dalam air pada pH 3–6 (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Dalam kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang
paling sering digunakan. Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan
memiliki spektrum luas aktivitas antimikroba, meskipun mereka paling efektif
terhadap ragi dan jamur. Aktivitas antimikroba meningkat sebagai panjang
rantai dari bagian alkil meningkat, tapi berair kelarutan menurun; oleh karena
itu campuran paraben sering digunakan untuk memberikan pelestarian yang e
fektif. Khasiat pengawet juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol
(2–5%) (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

4. Mineral Oil
Mineral oil (paraffin liquid) memiliki fungsi sebagai emolien, Emolien
berfungsi sebagai moisturizers atau pelembab yang membantu untuk
melembutkan kulit atau untuk merawat kulit yang kering (Lalita dan Shalini
2020; Anwar, 2015). Mineral Oil Kompatibel dengan oksidator kuat dan untuk
stabilitas bahan mineral oil mengalami oksidasi saat terkena panas dan cahaya.
(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Pada kasus pengobatan yang disebabkan oleh
jamur candida albicans gejalanya berupa terjadi pada permukaan kulit, organ
intim (vagina) dan disekitar bibir dengan gejala berupa kulit kering,
memerah,rasa gatal yang ekstrem dan kulit terasa terbakar (pubchem).
Sehingga, dibutuhkan bahan yang mampu meringankan gejala tersebut
yaitu dengan penambahan emolien. Emolien bekerja dengan meningkatkan
kemampuan kulit untuk menahan air, membuat lapisan minyak untuk mencegah
hilangnya air, dan melubrikasi kulit (Lalita dan Shalini 2020; Anwar, 2015).
Komponen pelembab terdiri dari oklusif, humektan, emolien dan bahan
tambahan. Oleh karena itu, dalam formulasi ini ditambahkan humektan dan
emolien untuk memaksimalkan hidrasi kulit atau kelembaban yang dihasilkan
(Sinulingga, Budiastuti, dan Widodo, 2018).
5. Petrolatum
Petrolatum berfungsi sebagai bahan emolien, fungsi sebagai emolien,
Emolien berfungsi sebagai moisturizers atau pelembab yang membantu untuk
melembutkan kulit atau untuk merawat kulit yang kering (Lalita dan Shalini
2020; Anwar, 2015). Petrolatum digunakan terutama dalam formulasi farmasi
sediaan topical. Petrolatum juga digunakan dalam krim dan formulasi
transdermal dan sebagai bahan dalam formulasi pelumas untuk industri obat-
obatan bersama dengan minyak mineral. Secara terapeutik, pembalut kasa steril
yang mengandung petrolatum dapat digunakan untuk pembalut luka yang tidak
melekat atau sebagai kemasan (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Stabilitas dari
bahan petrolatum yaitu bahan yang stabil secara inheren karena tidak reaktif sifat
komponen hidrokarbonnya, sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena
adanya sejumlah kecil pengotor. Petrolatum merupakan bahan inert dengan
sedikit inkompatibilitas (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Emolien bekerja dengan meningkatkan kemampuan kulit untuk
menahan air, membuat lapisan minyak untuk mencegah hilangnya air, dan
melubrikasi kulit (Lalita dan Shalini 2020; Anwar, 2015). Komponen pelembab
terdiri dari oklusif, humektan, emolien dan bahan tambahan. Oleh karena itu,
dalam formulasi ini ditambahkan humektan dan emolien untuk memaksimalkan
hidrasi kulit atau kelembaban yang dihasilkan (Sinulingga, Budiastuti, dan
Widodo, 2018).
6. Propylen glycol
Propilen glycol digunakan sebagai Enhancer dimana sebagai pelarut
organic yang bisa melarutkan bahan aktif nystatin nantinya, ketika bersama
dengan pengemulsi lain dalam formulasi farmasi topikal dan merupakan zat
hidrofilik yang stabil yang pada dasarnya tidak menimbulkan iritasi pada kulit,
mudah menembus kulit, dan mudah dihilangkan dengan cara mencuci.
Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,01-0,6%
(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Permasalahan yang sering ditemui pada sediaan topikal seperti krim sulit
untuk berpenetrasi masuk ke dalam kulit karena adanya pertahanan kulit sehingga
dibutuhkan usaha agar bahan aktif dapat menembus stratum korneum kulit
(Siampa, Lebang, Antasionasti, dan Nurmiati, 2021). Keunggulan propilen glikol
selain bisa melarutkan bahan yang susah larut dalam air tapi dia juga bisa
bercampur dengan minyak, dimana propilen glikol digunakan sebagai bahan
tambahan untuk bahan yang susah larut (Dwiastuti 2010; Rowe, et al., 2009).
Propilenglikol ditambahkan ke dalam formulasi sediaan Nystatin krim
sebagai humektan yang akan menjaga kestabilan sediaan melalui absorbsi lembab
dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan, sehingga selain
menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit.
Untuk sediaan topikal yang akan digunakan pada kulit jika memiliki pH lebih
kecil dari 4,5 dapat menimbulkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH lebih besar
dari 6,5 dapat menyebabkan kulit bersisik (Rahmawanty dkk., 2015). Stabilitas
propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
7. Propylen glycol
Propilen glycol digunakan sebagai Enhancer dimana sebagai pelarut
organic yang bisa melarutkan bahan aktif nystatin nantinya, ketika bersama
dengan pengemulsi lain dalam formulasi farmasi topikal dan merupakan zat
hidrofilik yang stabil yang pada dasarnya tidak menimbulkan iritasi pada kulit,
mudah menembus kulit, dan mudah dihilangkan dengan cara mencuci. Dalam
sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,01-0,6% (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009).
Permasalahan yang sering ditemui pada sediaan topikal seperti krim sulit
untuk berpenetrasi masuk ke dalam kulit karena adanya pertahanan kulit sehingga
dibutuhkan usaha agar bahan aktif dapat menembus stratum korneum kulit
(Siampa, Lebang, Antasionasti, dan Nurmiati, 2021). Keunggulan propilen glikol
selain bisa melarutkan bahan yang susah larut dalam air tapi dia juga bisa
bercampur dengan minyak, dimana propilen glikol digunakan sebagai bahan
tambahan untuk bahan yang susah larut (Dwiastuti 2010; Rowe, et al., 2009).
Propilenglikol ditambahkan ke dalam formulasi sediaan Nystatin krim
sebagai humektan yang akan menjaga kestabilan sediaan melalui absorbsi lembab
dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan, sehingga selain
menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit.
Untuk sediaan topikal yang akan digunakan pada kulit jika memiliki pH lebih
kecil dari 4,5 dapat menimbulkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH lebih besar
dari 6,5 dapat menyebabkan kulit bersisik (Rahmawanty dkk., 2015). Stabilitas
propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. Propilen glikol tidak
kompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti, kalium permanganat (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009).
8. Propylparaben
Propylparaben berfungsi sebagai pengawet antimikroba. Propilparaben
banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetika,
Propylparaben Ini dapat digunakan sendiri, dalam kombinasi dengan ester
paraben lainnya, atau dengan agen antimikroba lainnya. Propylparaben
merupakan salah satu yang paling sering pengawet yang digunakan dalam
kosmetik. Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum luas
aktivitas antimikroba, meskipun mereka paling efektif terhadap ragi dan jamur.
Stabilitas dan kondisi penyimpanan larutan propilparaben berair pada pH 3–6.
Adapun inkompatibilitas dari metilparaben yaitu propilparaben berubah warna
dengan adanya besi dan tunduk hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat. (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009). Namun kelarutan paraben yang buruk maka formula
ini harus ditambahkan bahan humektan agar mudah larut dengan bahan yang lain,
Hal ini dapat menyebabkan pH formulasi buffer yang buruk menjadi lebih basa.
Pengawet digunakan untuk mencegah perubahan pada produk yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan kontaminasi selama formulasi, pengantaran,
penyimpanan, dan pennggunaan oleh konsumen (Lalita dan Shalini, 2020).
Umumnya zat pengawet yang digunakan yaitu metil paraben 0,12% hingga
0,18%,atau propil paraben 0,02% hingga 0,05% (Ditjen POM, 1979).
9. Dibasic sodium phosphate
Dibasic sodium phosphate digunakan sebagai bahan pendapar, penambahan pH
buffer pada sediaan krim bertujuan untuk memepertahankan pH pada bahan aktif yaitu
bahan aktif yang digunakan pada formula ini adalah Nystatin (Bambang, 2019). Stabilitas
bahan higroskopis sehingga disimpan dalam wadah kedap udara, dalam tempat yang sejuk
dan kering. Adapun inkompatibilitas dari dibasic sodium phosphate adalah tidak sesuai
dengan alkaloid, anti pyrine, chloral hydrate, lead acetate, pyrogallol, resorcinol dan
kalsium glukonat, dan ciprofloxacin. Selain itu alasan menggunakan pendapar yaitu karena
pada zat tambahan yaitu cetostearyl alcohol memiliki stabilitas berupa terhadap asam dan
harus disimpan pada wadah tertutup rapat dengan suhu yang sejuk dan kering. Zat aktif
yang digunakan yaitu nystatin stabil pada pH antara 5,5-7,5 (Rowe, Sheskey and Quinn,
2009). Pada formuasi sediaan krimjjuga harus sesuai dengan pH kulit dimana pH kulit
yaitu 4,5-6,8 (Winarti,2010).
10. Monobasic sodium phosphate
Monobasic sodium phosphate digunakan sebagai bahan pendapar, penambahan
pH buffer pada sediaan krim bertujuan untuk memepertahankan pH pada bahan aktif yaitu
bahan aktif yang digunakan pada formula ini adalah Nystatin (Bambang, 2019). Adapun
kestabilan dari bahan tambahan Natrium fosfat monobasa stabil secara kimia, ,maka dari
itu Natrium fosfat monobasa harus disimpan dalam wadah kedap udara wadah di tempat
yang sejuk dan kering (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Adapun inkompatibilitas dari
bahan ini adalah natrium sodium monobasic merupakan garam asam oleh karena itu
umumnya tidak cocok dengan bahan alkali dan karbonat, larutan encer natrium fosfat
monobasa bersifat asam dan akan menyebabkan karbonat berbuih. Selain itu alasan
penggunaan bahan ini karena zat aktif yang digunakan yaitu nystatin tidak stabil pada
antara 5,5 -7,5 (Winarti,2010).
11. Purified water
Air banyak digunakan sebagai pelarut dalam sediaan farmasi karena sifatnya yang
inert pada hampir semua bahan baku sediaan farmasi. Air yang digunakan dalam formulasi
sediaan topikal merupakan purified water (air yang terpurifikasi) yang telah disaring
menggunakan filter 0,45 µm yang diolah menggunakan sistem loop. Nilai spesifik
air digunakan untuk aplikasi khusus konsentrasi hingga 100% (Rowe, Sheskey and Quinn,
2009).
Air digunakan sebagai pelarut atau melarutkan bahan lain dalam krim. Air
digunakan dalam pembentukan emulsi tapi tergantung pada berapa banyak air yang
digunakan. Kadang-kadang dibuat sebagai emulsi minyak dalam air dan dapat juga dibuat
emulsi air dalam minyak tergantung kuantitias fase air dan minyak (Lalita dan Shalini,
2020). Inkompatibilitas dari air yaitu dapat bereaksi hebat dengan logam alkali dan cepat
dengan logam alkali dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air
juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi,
dan dengan organik tertentu bahan dan kalsium karbida (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

AHFS, Drug Information Essentials, Point Of Care Drug Information for Health Care
Profesional.

Departemen Kesehatan RI 2020, “Farmakope Indonesia Edisi VI”, Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

DIH, 2009, Drug Information Handbook, 17th Edition, American Phamacist Association.

Martindale 2009, The complete Drug reference Thirty sixth Edition, Pharmaceutical Press,
USA.
Pubchem.ncbi.nlm.nih.gov
Rowe, RC et al, 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipient sixth edition, Pharmaceutical
Press

Sinko, P 2011, Martin’S Physical Pharmacy And Pharmaceutical Sciences Sixth Edition,
Walters Kluwer, Philadelphia.

Younis, P,M, Recham, K,U, Rashid, B, 2015, Stability Testing In Pharmacy: A Review,
International Journal Of Institutional Pharmacy and Life Sciences, 5 (1).

Anda mungkin juga menyukai