Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Determinan Kualitas Tidur pada Santri di Pondok Pesantren

Wulan Khoirul Rohmah1, Yunita Dyah Puspita Santik1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu. Kondisi seseorang dapat dipengaruhi oleh
Diterima 18 Juli 2020 kualitas tidurnya. Dari hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa 9 dari 10 mahasiswa yang berada
Disetujui 1 November di Pondok Pesantren memiliki kualitas tidur yang rendah. Tujuan untuk mengetahui faktor risiko
2020 yang berhubungan dengan kualitas tidur santri di Pondok Pesantren Al Asror. Jenis penelitian
Dipublikasikan 19 observasional (non eksperimental) dengan rancangan Cross sectional. Populasi Santri yang
November 2020 berstatuskan mahasiswa di Pondok Pesantren Al Asror dengan teknik pengambilan sampel random
________________ sampling. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian terdapat hubungan antara
Keywords: aktivitas fisik (p value = 0,003, PR = 0,078), kebiasaan penggunaan media sosial (p value 0,018, PR
Risk Factors, Sleep Quality, = 8,273), stres akademik (p value 0,003), kebiasaan konsumsi kopi (p value 0,005, PR = 0,54),
Santri kebiasaan merokok (p value = 0,001, PR = 0,3) dengan kualitas tidur. Tidak terdapat hubungan
antara status gizi (p value 0,864) dengan kualitas tidur. Saran menggunakan media sosial tidak
____________________
DOI: lebih dari 7 jam dalam sehari, tidak merokok, mengkonsumsi kopi maksimal 400 mg per hari, dan
istirahat yang cukup (7-8 jam).
https://doi.org/10.15294
/higeia.v4iSpecial%203/
41257
Abstract
____________________
___________________________________________________________________
Sleep is a basic need for every individual. A person's condition can be relied on by the quality of his sleep. From
the results of preliminary studies, it is known that 9 out of 10 students who are in Islamic boarding schools
have low sleep quality. The aim is to see the risk factors associated with the sleep quality of students at Al Asror
Islamic Boarding School. This type of research is observational (non-experimental) with a cross sectional
design. The population of Santri with the status of students at the Al Asror Islamic Boarding School was using
random sampling technique. Data analysis using chi square test. The results of the study showed a relationship
between physical activity (p value = 0.003, PR = 0.078), social media usage habits (p value 0.018, PR =
8.273), academic stress (p value 0.003), coffee consumption habits (p value 0.005, PR = 0.54), smoking habits
(p value = 0.001, PR = 0.3) with sleep quality. There was no relationship between nutritional status (p value
0.864) and sleep quality. Suggestions for using social media for no more than 7 hours a day, not smoking,
consuming a maximum of 400 mg of coffee per day, and getting enough.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: wulankhoirull31@gmail.com

649
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

PENDAHULUAN buruk juga dapat menyebabkan dampak


psikologis yang negatif seperti strees, depresi,
Kualitas tidur menurut Hidayat (2015), cemas, tidak konsentrasi dan koping yang tidak
adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, efektif (Nova, Indrawati B., 2012). Kurang
sehingga seseorang tersebut tidak tidur atau kualitas tidur yang buruk telah
memperlihatkan perasaan lelah, mudah dikaitkan dengan sejumlah penyakit
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, diantaranya yaitu diabetes tipe 2, penyakit
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata kardiovaskular, obesitas dan depresi (CDC,
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, 2019).
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan Banyak penelitian tentang hubungan
sering menguap atau mengantuk. Setiap tahun kualitas tidur dengan penyakit hipertensi.
di dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yan
dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan Wang (2015), tentang hubungan antara durasi
sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang tidur dengan hipertensi pada orang dewasa di
serius. Di Amerika sebanyak 46% orang dewasa Cina, mendapatkan hasil bahwa periode tidur
memiliki kualitas tidur yang buruk dan hanya yang lebih lama dan lebih singkat kedua nya
10% orang dewasa di Amerika yang dapat menjadi faktor risiko tekanan darah tinggi
memprioritaskan tidur dibandingkan dengan (OR pada individu yang waktu tidur ≤ 5 jam
kegiatan sehari-hari. sampai 7 jam yaitu 1,61 dan mereka yang tidur
Dewasa muda merupakan salah satu ≥ 9 jam sampai 7 jam adalah 1,29). Berdasarkan
tahapan dalam perkembangan kehidupan penelitian yang dilakukan oleh Roshifanni
manusia. Masa dewasa muda diawali dengan (2017), menunjukkan bahwa terdapat hubungan
masa transisi dari masa remaja menuju masa yang signifikan anatara pola tidur dengan
dewasa yang melibatkan eksperimentasi dan kejadian hipertensi dan hasil risiko
eksplorasi yang disebut sebagai emerging adulthood menunjukkan bahwa risiko menderita hipertensi
(Papalia, Old & Feldman, 2009). Kebanyakan pada orang yang mempunyai pola tidur buruk
orang dewasa membutuhkan 7-9 jam tidur per adalah 9,02 kali lebih besar dibandingkan
malam, meskipun variasi setiap individu dengan orang yang mempunyai kualitas tidur
terkadang berbeda, (NSF, 2018). Namun, baik.
didapatkan hasil bahwa prevalensi tidur pada Di seluruh dunia sekitar 972 juta orang
orang dewasa sangat rendah. Center for Disease atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap
Control (CDC) menganalisis data dari Behavioral hipertensi. Di Amerika 1 dari 3 orang dewasa
Risk Factor Surveillance System (BRFSS) pada atau sekitar 75 juta orang memiliki tekanan
tahun 2014 melaporkan hasil bahwa di 12 darah tinggi, (WHO, 2018). Di Indonesia hasil
negara antara 74.571 responden dewasa 35,3% prevalensi pengukuran hipertensi nasional pada
memiliki waktu tidur <7jam selama 24 jam; penduduk umur lebih dari 18 tahun mengalami
48,0% melaporkan mendengkur; 37,9% peningkatan dari hasil Riskesdas sebelumnya
dilaporkan secara tidak sengaja tertidur di siang yaitu 25,8% di tahun 2013 menjadi 34,1% pada
hari dan 4,6% dilaporkan mengantuk saat hasil Riskesdas tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
mengemudi dalam 30 hari sebelumnya. Di Kota Semarang kasus PTM tertinggi di
Kelebihan atau kekurangan tidur sama- Puskesmas dan FKTP tertinggi pada penyakit
sama dapat berbahaya bagi kesehatan. Dampak hipertensi yaitu sebanyak 161.283 kasus (Profil
dari kualitas tidur yang buruk diantaranya yaitu Kesehatan Kota Semarang, 2018). Jumlah
seperti penurunan aktivitas sehari-hari, rasa penderita hipertensi di wilayah Puskesmas
lelah, lemah, tanda vital tidak stabil, kondisi Sekaran sebanyak 1.126 orang baik kasus baru
neuromuscular yang buruk, proses dan kasus lama. Sedangkan jumlah penderita
penyembuhan luka lambat dan penurunan daya hipertensi pada usia 15 sampai dengan usia 44
imunitas tubuh. Selain itu, kualitas tidur yang tahun adalah sebanyak 152 orang (Profil

650
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Kesehatan Puskesmas Sekaran, 2019). dengan ciri adanya aktivitas yang minim,
Berdasarkan pengukuran tekanan darah yang memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
dilakukan oleh peneliti di Pondok Pesantren Al perubahan proses fisiologis, dan terjadi
Asror terhadap 35 santri mahasiswa sebanyak penurunan respons terhadap rangsangan dari
2,3 % mengalami hipertensi dan sebanyak 25,71 luar (Hidayat, A., 2015). Dari penyelidikan
% mengalami prehipertensi. yang telah dilakukan dengan menggunakan alat
Kualitas tidur disebabkan oleh beberapa elektroencephaloraph yang mencatat kegiatan
faktor. Secara umum faktor-faktor yang listrik otak selama tidur, didapat tipe 2 utama
mempengaruhi kualitas tidur adalah stres atau dari tidur, yaitu (Hidayat, A., 2015):
kecemasan, depresi, penyakit, efek samping a) Tidur REM
pengobatan, pola makan yang buruk, kafein, Tidur REM (Rapid-Eye Movement)
nikotin dan alkohol, kurang berolahraga dan merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
gaya hidup. Sedangkan faktor-faktor risiko yang paradoksial. Hal tersebut dapat disimpulkan
mempengaruhi kualitas tidur yang hanya bahwa seseorang dapat tidur dengan nyenyak
sementara diantaranya yaitu stress, suasana sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola
ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM
perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal terjadi disaat kita bermimpi dan hal tersebut
tidur dan bangun yang tidak teratur, dan juga ditandai dengan tingginya aktivitas mental dan
efek samping pengobatan (Rafknowledge, fisik. Ciri-cirinya antara lain ; detak jantung,
2004). Kualitas tidur yang buruk juga dialami tekanan darah dan cara bernapas sama dengan
oleh santri yang tinggal di Pondok Pesantren. yang dialami saat kita terbangun. Masa tidur
Penelitian yang dilakukan oleh Ludtianingma, REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi
A. (2019), di Pondok Pesantren Syafi‟ur selama empat sampai lima kali dalam sehari.
Rohman Jember menunjukkan bahwa hampir b) Tidur Non REM
seluruh santri yang tinggal di Pondok Pesantren Tidur Non REM merupakan tidur yang
mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu 106 nyaman dan dalam. Pada tidur non-REM
santri (97,2%). gelombang otak lebih lambat dibandingkan
Hasil observasi dan wawancara dengan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-
pengurus Pondok Pesantren Al Asror pada tanda tidur non-REM anatara lain ; mimpi
tanggal 2 Mei 2019 yang melibatkan 10 santri berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah
menyatakan bahwa mereka tidak nyenyak menurun, kecepatan pernapasan menurun,
selama tidur atau sering terbangun di malam metabolisme menurun dan gerakan bola mata
hari untuk mengerjakan tugas kuliah atau lambat. Pada tidur non-REM ini memiliki
menghafal Al Qur‟an dan tidak memiliki waktu empat tahapan yang masing-masing tahapan
tidur yang cukup (minimal enam jam dalam ditandai dengan pola perubahan aktivitas
sehari) sehinga masih merasa mengantuk ketika gelombang otak.
menjalani aktivitas. Sebanyak 30 % santri Instrumen pengukuran kualitas tidur
mengonsumsi kopi agar tetap terjaga serta santri untuk orang dewasa yang efektif adalah
seringkali menggunakan fasilitas media sosial The Pittsburgh leep Quality Index (PSQI).
hingga larut malam. PSQI dikembangkan untuk beberapa
Landasan Teori tujuan, seperti untuk memberikan ukuran
Tidur merupakan kondisi tidak sadar yang valid dan memiliki nilai yang baik
yakni individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau memiliki gangguan tidur dan mudah
atau sensoris yang sesuai (Guyton. 1986), atau untuk memudahkan peneliti untuk
juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak menafsirkan dan penilaian klinis yang
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan berguna untuk menentukan kualitas tidur
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih seseorang. PSQI adalah kuesioner yang
merupakan suatu urutan siklus berulang, digunakan untuk mengukur kualitas dan

651
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

gangguan tidur dengan interval 1 bulan yang simple random sampling yaitu pengambilan
terdiri atas 7 komponen : sampel acak sederhana seperti undian dan setiap
a) Kualitas Tidur individu memiliki peluang yang sama (Dahlan,
b) Latensi Tidur M. Sopiyudin 2016).
c) Durasi Tidur Sumber data dalam penelitian ini dalah
d) Efisiensi Kebiasaan Tidur sumber data primer dan sekunder. Teknik
e) Gangguan Tidur pengambilan data dalam penelitian ini adalah
f) Penggunaan Obat wawancara, dokumentasi dan kuesioner.
g) Disfungsi di Siang Hari Analisis data menggunakan analisis univariat
Kualitas tidur dikatakan baik atau buruk dan bivariat dilakukan dengan uji Cji Square.
dapat dipengaruhi beberapa fator, baik faktor
internal dari individu maupun faktor eksternal HASIL DAN PEMBAHASAN
dari luar individu. Faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi faktor fisiologis, psiklogis dan Pondok pesantren Al Asror terletak di
lingkungan (Potter&Perry, 2005). Faktor-faktor Jalan Kauman No. 1 Patemon Gunungpati
yang dapat memengaruhi kualitas tidur dalah Semarang. Lokasi Pondok Pesantren dekat
sebagai berikut : dengan Kampus Universitas Negeri Semarang
a) Penyakit (UNNES) berjarak 2 km. Walaupun dekat
b) Aktivitas fisik dan Kelelahan dengan UNNES banyak juga santri yang
c) Stress Akademik berkuliah di Universitas Wahid Hasyim
d) Obat (UNWAHAS), IAIN Wali Songo dan Akademi
e) Status Gizi Kebidanan (AKBID). Pondok Pesantren Al
f) Motivasi Asror ini dibangun untuk mewadai mahasiswa
g) Faktor Lingkungan yang berkuliah disekitar Gunungpati yang juga
h) Jenis Kelamin ingin mendalami ilmu agama. Walaupun
i) Gaya Hidup (penggunaan media sosial, sekarang juga terdapat banyak santri yang
kebiasaan mengkonsumsi kopi, dan berstatuskan siswa. Jumlah santri putra yaitu
kebiasaan merokok) 239 santri sedangkan jumlah santri putri yaitu
Tujuan penelitian mengetahui faktor 250 santri. Sedangkan jumlah santri putra yang
yang berhubungan dengan kualitas tidur pada bestatuskan mahasiswa adalah 86 santri dan
santri di Pondok Pesantren Al Asror Kota jumlah santri putri yang berstatuskan
Semarang. mahasiswa adalah 118 santri ( Badruttamam,
M).
METODE Berdasarkan analisis bivariat diketahui
bahwa faktor risiko yang berhubungan
Jenis penelitian yang digunakan dalam dengan kualitas tidur pada Santri di Pondok
penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif Pesantren Al Asror diantaranya aktivitas fisik
dengan desain penelitian survei analitik dengan (p value = 0,003, PR = 0,078), kebiasaan
rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penggunaan media sosial (p value 0,018, PR =
penelitian ini adalah seluruh adalah Santri putra 8,273), stres akademik (p value 0,003),
yang berstatuskan Mahasiswa di Pondok kebiasaan konsumsi kopi (p value 0,005, PR =
Pesantren Al Asror yang berjumlah 204 orang. 0,54), kebiasaan merokok (p value = 0,001, PR
Perhitungan besar sampel minimal pada = 0,3) dengan kualitas tidur dan yang tidak
penelitian menggunakan rumus Stanley ada hubungan yaitu status gizi (p value 0,864)
Lameshow (1997:54). Perhitungan besar sampel dengan kualitas tidur. Ada hubungan
minimal pada penelitian menggunakan rumus hubungan antara aktivitas fisik dengan
Stanley Lameshow (1997:54). Pada penelitian kualitas tidur pada santri yang berstatuskan
ini sampel diambil dengan mengunakan teknik mahasiswa di Pondok Pesantren Al Asror.

652
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian nilai p value = 0,006 dan Odd Ratio (OR) =
Variabel N % 4,136. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
Program Tahfiduzul terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05)
Qur’an antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur.
Mengikuti 6 13,0 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Tidak Mengikuti 46 87,9 yang dilakukan oleh (Tanir, 2019) dengan
Umur sampel 200 mahasiswa di Universitas Adnan
17 2 4,3 Menderes mendapatkan hasil bahwa terdapat
18 6 13,0 hubungan positif antara aktivitas fisik dengan
19 12 26,1 kualitas tidur (r = 0,172), antara durasi tidur (r =
20 9 19,6 0,196), kebiasaan efisiensi tidur ( r = 0,159)
21 5 10,9 yang merupakan karakteristik dari kualitas
22 1 2,2 tidur.
23 7 15,2 Setelah beraktivitas fisik seharian
24 1 2,2 seharusnya responden dapat dengan mudah
25 3 6,5 merasa mengantuk dan tertidur. Namun,
Aktivitas Fisik dikarenakan aktivitas fisik yang dilakukan
Aktivitas ringan 11 23,9 secara berlebihan menyebabkan kesulitan tidur.
Aktivitas sedang 22 47,8 Hal ini dibuktikan dari kebanyakan responden
Aktivitas berat 13 28,3 mengalami disfungsi siang hari 1 kali dalam
Kebiasaan Penggunaan seminggu sebanyak 24 responden (52.2%).
Media Sosial Disfungsi di siang hari ini seperti mengalami
Sangat lama 9 19,6 kesulitan untuk tetap terjaga/segar/tidak
Lama 16 34,8 merasa ngantuk ketika berkendara, makan, atau
Sedang 21 45,7 dalam aktivitas sosial. Aktivitas fisik dapat
Stres Akademik menghasilkan hormon endorphin dan serotonin
Stres ringan 12 26,1 yang dapat mempermudah timbulnya rasa
Stres sedang 27 58,7 kantuk pada diri seseorang. Akan tetapi,
Stres berat 7 15,2 aktivitas fisik yang dilakukan secara berlebihan
Status Gizi dapat menyebabkan ketegangan pada otot,
Kurus 8 17,4 sehingga menyebabkan kesulitan pada saat tidur
Normal 34 73,9 (Maulida, 2017).
Obesitas 4 8,7 Berdasarkan wawancara yang dilakukan
Kebiasaan Konsumsi peneliti dengan responden Selain tugasnya
Kopi sebagai mahasiswa yang biasanya mengerjakan
tugas kuliah, setiap harinya di pondok terdapat
Tidak mengonsumsi kopi 12 26,1
Mengonsumsi kopi 34 73,9 piket harian bersih-bersih. Mulai dari aktivitas
Kebiasaan Merokok yang ringan hingga aktivitas yang berat yaitu
seperti membersihkan kamarnya seperti
Tidak Merokok 13 28,3
menyapu, menata dan merapikan kasur, bantal
Merokok 33 71,7
Kualitas Tidur serta guling yang digunakan untuk tidur,
Baik 9 19,6 menyapu halaman pondok dan masjid,
mengepel pondok dan masjid, menguras bak
Buruk 37 80,4
mandi mengambil makanan yang beratnya
kurang lebih 20kg, menguras kolam tempat
Hasil penelitian ini sejalan dengan wudlu dan lain-lain. Apalagi jika di pondok
penelitian yang dilakukan oleh (Iqbal, 2017). sedang terdapat pembangunan pondok, maka
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh seluruh santri putra diwajibkan untuk ikut

653
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Tabel 2. Hubungan Berbagai Faktor Risiko dengan Kualitas Tidur pada Santri di Pondok Pesantren
Al Asror
Kualitas Tidur Total P-value R 95%CI
Variabel Buruk Baik
Lower Uper
n/(%) n(%) n(%)
Aktivitas Fisik
Tidak Aktif 5 (45,5) 6 (54,5) 1
0,003 0,078 0,015 0,418
Aktif 32 (91,4) 3(8,6) 5
Kebiasaan Penggunaan
Media Sosial
Sangat lama 26 (92,9) 2 (5,5) 8 4
0,018 8,273 1,47
Sedang 11 (14,5) 7(38,9) 8 6,30
Stres Akademik
Stres ringan 6 (50,0) 6 (50,0) 12
Stres sedang 26 (96,3) 1 (3,7) 7 0,003
Stres berat 5 (71,4) 2 (28,6) 7
Status Gizi
Kurus 6 (75,0) 2 (25,0) 8
Normal 28 (82,4) 6 (17,6) 4 0,864
Obesitas 3 (75,0) 1 (25,0) 4
Kebiasaan Konsumsi Kopi
Tidak menkonsumsi 6 (50) 6 (50) 2
0,005 0,54 0,308 0,975
Mengkonsumsi 31 (91,2) 3 (8,8) 4
Kebiasaan Merokok
Tidak merokok 5 (38,5) 8 (61,5) 3
0,001 0,39 0,199 0,791
Merokok 32 (97) 1 (3) 3

membantu kegiatan tersebut, seperti mengaduk pada santri yang berstatuskan mahasiswa di
adonan semen dan adonan semen dan Pondok Pesantren Al Asror. Hasil penelitian ini
membawa nya ke Pak tukang. Selain itu, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terdapat beberapa responden tepatnya 2 (Kirtanti, 2017). Berdasarkan hasil penelitian
responden (4,3%) yang ternyata merupakan atlet tersebut diketahui bahwa nilai p value sebesar
olahraga, setiap paginya minimal 10-15 menit 0,005. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan
selalu melakukan pemanasan dan setiap 2-3 kali antara kebiasaan penggunaan media sosial
dalam seminggunya selalu fitness untuk dengan kualitas tidur. Penelitian ini juga sejalan
menjaga tubuhnya. Terdapat juga 1 responden dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gulden,
(2,1%) yang kampus kuliahnya cukup jauh dari 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
pondok yaitu di UIN Wali Songo, yang kira- (Gulden, 2018) tentang penggunaan media
kira berjarak 14 km dari pondok. Dari sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa di
wawancara sekitar 12 responden (25,5%) Turki dengan sampel sebanyak 204 mahasiswa
merupakan “abdi ndalem”. Mereka ini bertugas menunjukkan bahwa tingkat kualitas tidur
untuk mengurusi semua aktivitas abah kyai mahasiswa yang menggunaan sosial media
mulai dari menyetir mobil hingga ke pasar untuk jangka waktu yang lama lebih buruk
untuk membeli bahan – bahan menu pondok daripada penggunaan sosial media jangka
setiap harinya. Hal ini membuat responden pendek dan responden yang menggunakan
memiliki aktivitas fisik yang berat. media sosial lebih jarang memiliki kualitas tidur
Ada hubungan antara kebiasaan yang lebih baik dari pada yang sering
penggunaan media sosial dengan kualitas tidur menggunakan media sosial pada siang hari.

654
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Pada saat akan tidur seseorang buruk sebesar 8,273 kali lebih besar
membutuhkan waktu untuk pre-sleep selama 10 dibandingkan dengan santri yang berstatuskan
sampai 30 menit (Potter & Perry 2006). Jika mahasiswa yang tidak menggunakan media
waktu pre-sleep digunakan untuk aktivitas sosial.
menggunakan media sosial maka waktu untuk Ada hubungan antara stres akademik
pre-sleep akan lebih dari 30 menit. Secara dengan kualitas tidur pada santri yang
fisiologi tubuh, tidur diatur di pusat otak berstatuskan mahasiswa di Pondok Pesantren
dibagian Reticular Activating System (RAS) dan Al Asror. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Bulbar Synchronizing Region (BSR). BSR akan penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningtyas
aktif saat kondisi lingkungan yang tenang dan (2019). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
nyaman sehingga seseorang akan tidur diketahui bahwa responden yang memiliki
(Ibrahim, 2013). Pada saat responden kualitas tidur yang buruk yaitu sebesar 21 dari
menggunakan media sosial maka otak akan 27 responden (77,8%) begitu juga dengan
menerima stimulus dari luar yang berupa suara, responden yang mengalami stres pada tingkat
cahaya dan getaran dari gadged. Selanjutnya berat memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu
otak mengirimkan sinyal tersebut yang dapat sebesar 100 dari 106 responden (94,3%) dan
mengaktifkan RAS sehingga menyebabkan memiliki nilai p value sebesar 0,016. Penelitian
responden tetap terjaga di malam hari. Jika hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
tersebut terus menurus berlangsung dalam dilakukan oleh (Almojali, 2017) kepada
waktu yang lama maka dapat mengganggu mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan
kualitas tidur pada responden. Hal ini dapat di Universitas King Saud bin Abdulaziz
dilihat dari hasil pengisian kuesioner PSQI, didapatkan hasil bahwa prevalensi kualitas tidur
responden mengalami gangguan tidur 2 kali yang buruk (76%) dan stres (53%) dengan
dalam seminggu sebanyak 18 responden hubungan yang signifikan secara statistik p value
(39.1%). Gangguan ini kebanyakan berupa = 0,001 dan OR = 0,28.
sering terbangun di tengah malam karena suara Menurut teori Lukaningsih dan Bandiyah
dari gadged. Dan responden yang memiliki (2011), stres merupakan respon tubuh yang
latensi tidur kurang sebanyak 5 responden bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
(10.9%), serta yang memiliki latensi tidur cukup atau beban kerja. Seseorang yang mengalami
sebanyak 19 responden (41.3%). Latensi tidur stres akan timbul gejala-gejala seperti sakit
adalah periode awal antara persiapan untuk kepala, mudah marah, penurunan berat badan,
tidur dan awal tidur yang sebenarnya. gelisah atau kecemasan yang berlebihan, sulit
Berdasarkan analisis peneliti, kebanyakan tidur dan sulit berkonsentrasi. Stress dapat
responden menggunakan media sosial di malam disebabkan oleh kegagalan mencapai sesuatu
hari untuk mengerjakan tugas kuliah, bermain yang diinginkan. Pada saat stres, terjadi
game, chatting dengan teman di media sosial, peningkatan hormon epinefrin, neropinefrin dan
browsing dan downloading hal-hal yang hormon kortisol yang mempengaruhi susunan
berkaitan dengan hobi. Meskipun media sosial saraf pusat sehingga menimbulkan keadaan
memiliki dampak positif untuk mencari tugas terjaga dan meningkatkan kewaspadaan pada
kampus di malam hari, namun hal tersebut sistem saraf pusat. Hal ini dapat mempengaruhi
dapat mengganggu kualitas tidur pada kualitas tidur individu. Selain itu perubahan
responden jika menggunakan media sosial lebih hormon tersebut juga mempengaruhi siklus
dari durasi penggunaan media sosial yang tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid
normal. Eye Movement (REM) sehingga dapat membuat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan orang sering terbangun pada malam hari dan
PR 8,273 yang artinya santri yang berstatuskan bermimpi buruk (Ibrahim, 2013).
mahasiswa yang menggunakan media sosial Hal ini dapat dilihat dari durasi tidur
memiliki risiko mengalami kualitas tidur yang responden, yaitu kebanyakan dari responden

655
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

memiliki durasi tidur kurang dari 5 jam sehari Orang dengan obesitas memiliki
sebanyak 20 responden (43.5%). Berdasarkan frekuensi kualitas tidur yang buruk lebih
analisis peneliti, Santri yang berstatuskan dibandingkan dengan kelompok orang yang
mahasiswa yang mengalami stres dapat normal atau sehat. Mereka yang tergolong
disebabkan karena tuntutan akademik, seperti dalam status gizi normal dan kurus tidak akan
tuntutan banyaknya tugas kuliah yang harus mengalami sleep apnea, sehingga menjadikan
diselesaikan dengan waktu yang telah mereka lebih mudah langsung tidur, serta
ditentukan oleh pihak kampus dan juga tuntutan memberikan efek pada individu tersebut seperti
akademik dari pesantren yang mewajibkan merasa segar saat bangun, tidak mengantuk saat
semua santri mengikuti MADIN serta hafalan beraktivitas dan tidak merasakan keletihan saat
wajib yang harus disetorkan setiap minggunya, beraktivitas. Dimana, apnea tidur ini
sehingga membuat responden merasa cemas merupakan suatu kelainan yang memiliki
ketika akan maju menyetorkan hafalannya karakteristik pernafasan abnormal berupa
apalagi ketika hafalan yang dihafalkan tersebut berhentinya nafas sesaat selama tidur. Apabila
belum sempurna dalam menghafalkannya. Hal seseorang dalam kondisi obesitas , maka mereka
ini akan membuat responden menunda waktu akan menjadi lebih rentan terserang apnea tidur
tidur nya yang menjadikan durasi tidurnya (Ibrahim, 2013).
kurang dari waktu normalnya yaitu 7-8 jam Analisis dari peneliti, dalam penelitian ini
perhari. obesitas tidak berhubungan dengan kualitas
Tidak terdapat hubungan antara status tidur karena kebanyakan responden
gizi dengan kualitas tidur pada santri yang mengkonsumsi kopi. Di kalangan santri
berstatuskan mahasiswa di Pondok Pesantren terdapat statemen bahwa ketika mengerjakan
Al Asror. Hasil penelitian ini sejalan dengan tugas, rapat, mengaji atau hanya sekedar
penelitian yang dilakukan oleh (Kawi, 2018). berbincang-bincang dengan teman mereka tidak
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh lengkap jika tanpa kopi. Sebagai antagonis
nilai p value = 0, 483. Hal ini menunjukkan reseptor adenosinergik, kafein yang terkandung
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan di dalam kopi merupakan substansi psikoaktif
(p>0,05) antara obesitas dengan kualitas tidur. yang paling awam dikenal di masyarakat serta
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan paling banyak dikonsumsi untuk
penelitian yang dilakukan (Sulistiyana, 2012). mengembalikan tingkat kesadaran yang rendah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan mampu meningkatkan performa pribadi.
oleh Sulistiyani yang berjudul Beberapa Faktor Sehingga konsumsi minuman yang
yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada mengandung kafein memiliki pengaruh
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat terhadap kualitas tidur responden.
Universitas Diponegoro Semarang didapatkan Menurut hasil wawancara peneliti
hasil bahwa nilai p value = 0,0013 dan nilai OR dengan responden, responden yang memiliki
= 6.1. Sehingga dari hasil tersebut nilai p < 0,05 status gizi kurus disebabkan pada saat penelitian
maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dilangsungkan terdapat 2 responden (4,2%) dan
hubungan antara status gizi dengan kualitas 4 responden (8,3%) yang memiliki status gizi
tidur. Namun, penelitian ini tidak sejalan kurus dikarenakan mereka merupakan santri
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang mengikuti program tahfidzul qur‟an dan
(Nachvak, 2016) dengan 190 sampel karyawan melakukan puasa selama satu tahun penuh
Universitas Ilmu Kedokteran Kermanshah tanpa terputus. Sering kali mereka tidak sahur di
mendapatkan hasil kualitas tidur pada subjek malam harinya. Jadi hanya makan ketika buka
dengan berat badan normal 3 kali lebih tinggi puasa saja. Namun, terdapat 1 responden (2,1%)
dibandingkan dengan orang yang kelebihan yang juga mengikuti program tahfidzul qur‟an
berat badan atau obesitas (p-value = 0.04, OR = dan melakukan puasa memiliki status gizi
3, CI = 1.04-8.63). obesitas. Hal ini dikarenakan ketika malam hari,

656
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

responden selalu menyiapkan makanan ataupun Al Asror. Hal ini sejalan dengan penelitian (
jajan di malam hari dan rutn untuk sahur ketika Diana dkk, 2016) yang menunjukkan hasil
malam hari nya. bahwa sebagian besar (50%) orang dewasa (usia
Ada hubungan yang signifikan antara 25-45 tahun) dinyatakan mengalami perokok
konsumsi kopi terhadap kualitas tidur pada berat, sedangkan sebagian besar responden
santri yang berstatuskan mahasiswa di Pondok (52,5%) dinyatakan mengalami gangguan tidur
Pesantren Al Asror. Penelitian ini sejalan dengan nilai p value = 0,004 yang artinya
dengan penelitian Oktaria (2019) yang terdapat hubungan antara perokok aktif dengan
mendapatkan hasil bahwa mahasiswa tidak gangguan tidur. Penelitian ini juga sejalan
mengkonsumsi kafein sebanyak 34 (23,9%), dengan penelitian yang dilakukan oleh (Liao,
mahasiswa yang tidak rutin mengkonsumsi 2019) di daerah pedesaan dan perkotaan
kafein 75 (52,8%) dan mahasiswa yang sedang Provinsi Huan, Cina terhadap 27.300 subyek.
dalam mengkonsumsi kafein 33 (23,2%) dengan Dari penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
nilai p value dari uji chi square 0,004. Hal ini prevalensi merokok yang berusia 18 hingga 29
menunjukkan terdapat hubungan antara tahun sebanyak 36.9% dan hasil analisis dari
konsumsi kafein dengan kualitas tidur. merokok setiap hari dengan kualitas tidur
Efek kesulitan tidur didasari oleh mendapatkan nilai p value = 0,004 dan OR =
mekanisme kafein sebagai antagonis adenosin. 1.107. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Pengikatan reseptor adenosin secara kompetitif hubungan antara perokok dengan kualitas tidur.
akan menyebabkan peningkatan kadar adenosin Salah satu zat yang terkandung dalam rokok
dalam plasma dan stimulasi kemoreseptor sehingga dapat menyebabkan kualitas tidur
sirkulasi yang bersifat simpatetik. Stimulasi ini buruk adalah nikotin. Nikotin akan
ditandai dengan peningkatan katekolamin, meningkatkan denyut jantung dan frekuensi
peningakatan resistensi perifer vaskuler, dan pernafasan. Hal ini menyebabkan seorang
sekresi renin. Pelepasan neropinefrin akibat perokok akan merasa lebih segar setelah
blokade reseptor Adenosin dan peningkatan merokok dan susah memulai tidur. Hal ini
aktivitas dopaminergik akibat blokade reseptor dibuktikan dengan penelitian Punjabi dkk
Adenosin A2a memberikan efek stimulan yang ditahun 2006 dalam Sanchi, 2009 yang meneliti
ditandai oleh kesulitan tidur setelah efek nikotin pada pola tidur seseorang. Perokok
mengkonsumsi kafein (Ibrahim, 2013). ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tertidur dibandingkan orang yang tidak
PR 0,54 yang artinya santri yang berstatuskan merokok.
mahasiswa yang mengkonsumsi kopi memiliki Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
risiko mengalami kualitas tidur yang buruk hasil bahwa responden yang merokok <10
sebesar 0,54 kali lebih besar dibandingkan batang sehari sebanyak 15 responden (32,6%)
dengan santri yang berstatuskan mahasiswa dan responden yang yang merokok 11-20 batang
yang tidak mengkonsumsi kopi. Menurut sehari sebanyak 5 responden (10,9%) dengan PR
analisis peneliti terdapat berbagai alasan bagi 0,39 yang artinya santri yang berstatuskan
santri yang berstatuskan mahasiswa untuk mahasiswa yang merokok memiliki risiko
mengkonsumsi kopi antara lain kebiasaan atau mengalami kualitas tidur yang buruk sebesar
untuk menambah energi (16,6%), menjelang 0,39 kali lebih besar dibandingkan dengan santri
ujian atau menyelesaikan tugas (55,2%), yang berstatuskan mahasiswa yang tidak
rekreasional (25,3%) dan lain lain (2,9%). merokok.
Alasan lainnya adalah untuk sekedar
memperbaiki mood. PENUTUP
Ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kualitas tidur pada santri yang Berdasarkan hasil penelitian di atas, yang
berstatuskan mahasiswa di Pondok Pesantren dilakukan terhadap 46 santri yang berstatuskan

657
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

mahasiwa di Pondok Pesantren Al Asror maka DAFTAR PUSTAKA


diperoleh simpulan bahwa variabel yang
berhubungan dengan kualitas tidur diantara Almojali, A.I., Almalki, S.A., Alothman, A.S., dkk.
yaitu aktivitas fisik dengan nilai p value = 0,003 (2017). The Prevalence and Association of
dan PR = 0,078, kebiasaan penggunaan media Stress with Sleep Quality among Medical
sosial dengan nilai p value 0,018 dan PR = Strudents. Journal of Epidemiology and Global
Health, 7: 169-174.
8,273, stres akademik dengan kualitas tidur
Daswin, N.B.T. & Samosir, N.E.. Pengaruh Kafein
dengan nilai p value 0,003, kebiasaan konsumsi
terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas
kopi dengan kualitas tidur dengan nilai p value Kedokteran Universitas Sumatera Utara. E-
0,005 dan PR = 0,54 dan kebiasaan merokok Jurnal FK USU, 1(1).
dengan kualitas tidur dengan nilai p value = Dewanti, Dhea Eka. (2016). Tingkat Stres Akademik
0,001 dan PR = 0,3. Sedangkan variabel yang pada Mahasiswa Bidikmisi dan Non Bidikmisi
tidak berhubungan dengan kualitas tidur pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Yogyakarta.
santri di Pondok Pesantren Al Asror yaitu status Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
gizi dengan nilai p value 0,864. Yogyakarta.
Diana, Hariyanto, T., Ardiyani. V. M., (2016).
Saran yang dapat diberikan kepada santri
Hubungan antara Perokok Aktif dengan
antara lain membatasi diri dalam menggunakan
Gangguan Kualitas Tidur (Insomnia) pada
media sosial yaitu tidak boleh lebih dari 7 jam Dewasa (Usia 25-45 Tahun) di RW 04 Desa
dalam sehari, diharapkan menjaga kesehatan Kalisngo Kecamatan Dau Kabupaten
dengan tidak merokok, tidak terlalu banyak Malang. Nursing News, 1(1).
dalam mengkonsumsi kopi maksimal 4 cangkir Grandner, M., Mullington, J.M., Hashmi, S.D., &
dalam sehari atau 400 mg per hari, istirahat Redeker, N, S.. Sleep Duration and
yang cukup untuk mengendalikan stres, Hypertension: Analysis of >700.000 Adults by
memberikan dukungan kepada sesama santri Age and Sex. Journal of Clinical Sleep Medicine,
14(6).
berupa dukungan perhatian, emosi, informasi,
Gulden, A., & Kubra, Y.. (2018). Relationship
nasihat/motivasi maupun pemahaman.
between Social Media Use and Sleep Quality
Sedangkan saran bagi Pondok Pesantren Al in University Students. Scholars Journal of
Asror adalah membuat peraturan untuk Appied Medical Sciences, 6(8): 2960-2965.
pembatasan menggunakan sosial media. Ketika Hidayat, Aziz A., & Uliyah, Musrifatul. (2015).
jam- jam wajib kegitan di pondok dan ketika Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi ke 2.
sudah lewat malam hari agar semua gadged Jakarta: Salemba Medika.
dikumpulkan kepada pengurus dan bisa diambil Ibrahim, Ahmad S.. (2013). Misteri Tidur. Jakarta:
kembali ketika pagi hari. Kemudian saran bagi Zaman.
Iqbal, Muhammad D.. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik
Puskesmas Sekaran adalah dengan melakukan
dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Perantau di
monitoring sebagai agenda rutin Puskesmas dan
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
penyuluhan tentang gaya hidup sehat kepada Negeri Yogyakarta.
santri untuk mencegah terjadinya kualitas tidur Kadita, Febianda, Wijayanti, H. S..(2017). Hubungan
yang buruk pada santri yang nantinya akan Konsumsi Kopi dan Screen-Time dengan
menyebabkan gangguan tidur ataupun penyakit Lama Tidur dan Status Gizi pada Dewasa.
yang tidak diinginkan seperti hipertensi. Dan Journal of Nutrition College, 6(4): 301-306.
saran bagi peneliti selanjutnya melakukan Kawi, Y. A., Wihandani, D. M., & Surudarma, W..
penelitian yang sama pada santri putri (2019). Pengaruh Obesitas pada Kualitas
Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran
berstatuskan mahasiswa atau kepada santri saja.
Universitas Udayana Periode 2018. Intisari
penambahan variabel yang belum diteliti pada
Sains Medis, 10(3): 524-529.
penelitian ini yaitu faktor lingkungan dan juga Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama
penggunaan obat, melakukan penelitian tentang RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementrian
hipertensi pada santri yang berstatuskan Kesehatan RI.
mahasiswa.

658
Wulan, K, R., Yunita, D, P, S. / Determinan Kualitas Tidur / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Liao, Y., Xie, L., Cjen, X., dkk. (2019). Sleep Quality Sastroasmoro, Sudigdo, 2011. Dasar-dasar Metodologi
in Cigarette Smokers and Nonsmokers: Penelitian Klinis Edisi ke-4, Jakarta : Sagung
Findings from The General Population in Seto.
Central China. BMC Public Health, 19: 808. Sinaga, Y. Y., Bebasari, Eka, & Ernalita, Yanti.
Lutdianingma, A. S.. (2019). Gambaran Kualitas Tidur (2014). Hubungan Kualitas Tidur dengan
Mahasiswa yang Tinggal di Pondok Pesantren Obesitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Syafi’ur Rohman Jember. Skripsi. Jember: Universitas Riau Angkatan 2014. Journal Fk,
Universitas Jember. 2(2).
Nachvak, S. M., Mostafai, R., dan Pasdar, Y..(2016). Sulistiyani, Cicik. 2012. Beberapa Faktor yang
Te Association between Nutritional Status Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada
and Sleep Health. International Journal of Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pharmacy & Technology, 8(2): 12848-12857. Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal
Martini, S., Roshifanni, S., & Marzela, F.. Pola Tidur Kesehatan Masyarakat e-Journal, 7(1): 2356-
yang Buruk Meningkatkan Risiko Hipertensi. 3346.
Jurnal MKMI, 14(3). Syamsoedin, W.K.P., Bidjuni. H., & Wowiling.
Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset F..(2015). Hubungan Durasi Penggunaan
Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada
University Press. Remaja di SMA Negeri 9 Manado. E-jurnal
Nafah, Nurniati. (2018). Hubungan Durasi Penggunaan keperawatan, 3(1).
Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Remaja Tanir, G., Karacabey, K., & Tanir, H.. (2019). The
Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Relationship Physical Activity and Sleep in
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas University Students. International Journal of
„Aisyiyah. Appied Exercise Physiology.
National Sleep Foundation. 2018. 2018 International Ulfiana, Nurhalija. (2018). Hubungan Penggunaan
Badroom Poll Summary of Findings. Amerika: Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada
National Sleep Foundation. Mahasiswa Jurusan Keperawatan. Skripsi.
O‟Callaghan, F., Muurlink, O., & Reid, N.. (2018). Makassar: Universitas Negeri Alauddin.
Efeects of Caffeine on Sleep Quality and Vaora, M., Sabrian, F., & Dewi, Y. I., (2014).
Daytime Functioning. Risk Management and Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja
Healthcare Policy, 11: 263-271. dengan Gangguan Pola Tidur. Jurnal
Oktaria, Selly . (2019). Hubungan antara Konsumsi Keperawatan Jiwa, 2(1): 58-66.
Minuman Berkafein dengan Pola Tidur pada Wang, Y., Mei, H., Jian, Y., Sun, W., Song, Y., Liu,
Mahasiswa Teknik. Jurnal Kesehatan S., Jiang, F..Relationship between Duration
Masyarakat & Gizi, 1(2):2655-0849. of Sleep and Hypertension in Adults: A Meta-
Pungkasanngtiyas, Resti. (2017). Hubungan Analysis. Journal of Clinical Sleep Medicine,
Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur, 11(9).
Kestabilan Emosi dan Kecemasan Sosial pada Wicaksono, D. W., Yusuf, A., Widyawati, I.
Remaja di SMA 20 Surabaya. Skripsi. Y..(2013). Faktor Dominan yang
Surabaya:Universitas Airlangga. Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada
Rinda, Hariyanto, T., & Ardiyani, V.M..(2017). Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas
Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Airlangga. Critical, Medical and Surgical Nursing
Darah pada Remaja Putera di Asrama Journal, 1(2). 2355-1992.
Sanggau Landungsari Malang. Jurnal Nursing, Yolanda, A. A., Wuryanto, M.A., Kusariana, N., &
2 (2). Saraswati, L.D.. (2019). Hubungan Aktivitas
Sanlier, N. & Sabuncular. G., (2020). Relationship Fisik, Screen Based Activity dan Sleep Hyien
between Nutrition and Sleep Quality, dengan Kualitas Tidur pada Remaja Usia 15-
Focusing on The Melatonin Biosynthesis. 18 Tahun (Studi pada Siswa di SMA Negeri
Sleep and Biological Rhythms, 18: 89-99. Ungaran). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1):
2356-3346.

659

Anda mungkin juga menyukai