Anda di halaman 1dari 7

Volume 10 Nomor 2 Tahun 2019

INOVASI PELAYANAN PERIZINAN MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION


(OSS): STUDI PADA IZIN USAHA DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP) KABUPATEN BEKASI
Uchaimid Biridlo’i Robby1 dan Wiwin Tarwini2
1;2
Program Studi Ilmu Administrasi Publik, FIA Universitas Krisnadwipayana Jakarta
uchaimid@unkris.ac.id

Abstrak
Izin usaha terutama di wilayah kawasan industri menjadi kewajiban bagi setiap pengusaha yang memiliki asset di
kawasan tersebut. Maka fokus penelitian ini pada implementasi pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik terhadap percepatan perijinan usaha di Kabupaten Bekasi tahun 2018. Berdasarkan hasil identifikasi
yang didapatkan oleh peneliti, OSS merupakan kebijakan baru pemerintah yang memanfaatkan teknologi internet.
DPM-PTSP Kabupaten Bekasi menjadi pilot project pemerintah dalam menerapkan Online Single Submission
(OSS). Maka diperlukan kajian mendalam bagaimana DPM-PTSP Kabupaten Bekasi akan menjalankan Online
Single Submission (OSS) tersebut. Metode penelelitian yang dipilih adalah pendekatan kualitatif deskriptif.
Penelitian ini menggunakan teori Edward III yang mengukur variable keberhasilan implementasi kebijakan
dengan 4 hal yakni komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Berdasarkan hasil penelitian,
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik terhadap percepatan perijinan berusaha di
Kabupaten Bekasi sudah baik, namun memang upaya-upaya tersebut belum berjalan dengan optimal, hambatan-
hambatan masih sering dihadapi oleh DPM-PTSP terutama soal sarana penunjang.

Kata kunci: Perizinan Berusaha dan Online Single Submission (OSS)

Abstract
Business licenses, especially in the industrial area, are an obligation for every entrepreneur who has assets in the area.
So the focus of this research is on the implementation of licensing services trying to be integrated electronically to the
acceleration of business licensing in Bekasi Regency in 2018. Based on the identification results obtained by
researchers, OSS is a new government policy that utilizes internet technology. Bekasi Regency DPM-PTSP became the
government's pilot project in implementing the Online Single Submission (OSS). Then an in-depth study is needed on
how the Bekasi Regency DPM-PTSP will carry out the Online Single Submission (OSS). The research method chosen
was a descriptive qualitative approach. This study uses the Edward III theory which measures the success variables of
policy implementation with 4 things namely communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. Based
on the results of the study, licensing services are trying to integrate electronically to the acceleration of business
licensing in Bekasi Regency, but the efforts are not yet running optimally, obstacles are still often faced by DPM-PTSP,
especially about supporting facilities.

Keywords: Business Licensing, and Online Single Submission (OSS)

I. PENDAHULUAN pelayanan berusaha terintegrasi secara elektronik,


Pemerintah Indonesia berupaya semua pengurusan izin usaha bisa dilakukan
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha dengan dengan cara yang lebih mudah, cepat, tepat dan
percepatan pelaksanaan berusaha yang disusun efisien. Bagi perusahaan maka syarat seperti pada
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun umumnya yaitu harus terlebih dahulu mengurus
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha legalitas badan usaha melalui notaris dan bagi
Terintegrasi Secara Elektronik.Berdasarkan usaha perorangan cukup dengan menggunakan
kebijakan tersebut, semua pelayanan perizinan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Berdasarkan
usaha menjadi terintegrasi oleh pusat melalui 1 permasalahan tersebut, kini semua bisa teratasi
(satu) Sistem Perizinan Berusaha Secara Elektronik dengan cara mudah yaitu dengan mendatangi ke
Online Single Submission (OSS). Melalui sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terdekat.

51
Disana petugas akan membantu sampai beres. Hal a. Kesederhanaan,
ini sesuai dengan penjelasan dari penelitian Rizal b. Transparansi,
dkk Tahun 2018 tentang Implementasi Pelayanan c. Akuntabilitas,
Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Enrekang yang d. Menjamin kepastian biaya, waktu, serta
menjelaskan bahwa dalam melaksanakan adanya kejelasan prosedur secara hukum.
pelayanan perizinan dan non perizinan adalah
lembaga atau institusi yang mengelola sistem Dengan konsep kebijakan PTSP, pemohon cukup
pelayanan terpadu satu pintu. datang ke satu tempat dan bertemu dengan
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 petugas loket sehingga dapat meminimalkan
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu interaksi antara pemohon dan petugas perizinan
Pintu menyebutkan bahwa Pelayanan Terpadu dan menghindari adanya pungutan tidak resmi.
Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah Dilaksanakannya sistem PTSP, maka telah terjadi
pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan perubahan paragdima dalam penyelenggaraan
proses dimulai dari tahap permohonan sampai pelayanan publik, hal ini dapat dilihat dalam
dengan tahap penyelesaian produk pelayanan penyelenggaraannya sebagai berikut:
melalui satu pintu. Prinsip-prinsip PTSP di dalam 1. Tujuan hakiki adalah peningkatan kualitas
Perpres tersebut adalah prinsip keterpaduan, pelayanan (lebih baik, lebih murah, dan lebih
ekonomis, koordinasi, pendelegasian atau cepat).
pelimpahan wewenang, akuntabilitas dan 2. Reinventing government, proses transformasi
aksebilitas. Sehingga pemerintah mengeluarkan sektor publik ini didasari prinsip-prinsip: a.
kebijakan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemerintah pengatur dan pengendali, bukan
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman pelaksana; b. Pemerintah mendorong iklim
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kompetisi dalam memberikan pelayanan, c.
merupakan sebuah revisi terhadap kebijakan lebih berorientasi pada hasil, d. melayani
pemerintah sebelumnya yaitu mengenai Pelayanan masyarakat secara optimal, e. melimpahkan
Terpadu Satu Atap yang diterapkan sejak tahun tugasnya kepada partisipasi masyarakat dan
1997 melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri kerja tim, f. berorientasi kepada pasar
Nomor 503/125/PUOD tentang Pembentukan mengurangi hambatan birokrasi, dan
Pelayanan Terpadu Satu Atap dan Instruksi meningkatkan daya saing.
Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1998 3. Banishing Bureaucracy (memangkas
tentang Pelayanan Terpadu Satu Atap. Revisi ini birokrasi) dengan ditetapkan lima strategi
didasarkan kepada kenyataan di lapangan bahwa yakni: strategi inti (pendekatan pada
implementasi penyelenggaraan Pelayanan Terpadu kejelasan tujuan, peran, dan arahan), strategi
Satu Atap di daerah banyak mengalami kendala konsekuensi (pendekatan pada penilaian
terkait dengan mekanisme perizinan yang masih kerja), strategi pelanggaran (pendekatan pada
rumit dan kendala koordinasi lintas Satuan Kerja pilihan pelanggan, kompetensi, dan kualitas),
Perangkat Daerah (SKPD) yang sulit, sehingga strategi kekuatan (pendekatan pada
tidak berjalan dan berfungsi secara optimal. pemberdayaan dan partisipasi masyarakat,
Dengan demikian prosedur perizinan yang strategi kultur (pendekatan pada nilai,
kompleks di Indonesia menjadi beban tersendiri kebiasaan, visi, dan nurani).
bagi para pengusaha yang ingin memulai usaha 4. Penyederhanaan birokrasi penyelenggaraan
baru. Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri perizinan tersebut misalnya dalam bentuk;
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman pemangkasan tahapan dan prosedur lintas
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu instansi maupun dalam instansi yang
tersebut diharapkan memberi manfaat pengurusan bersangkutan, pemangkasan biaya,
izin usaha secara “one stop service” yakni pengurangan jumlah persyaratan,
menawarkan jasa pengurusan berbagai perizinan pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan
yang mengintegrasikan ke dalam sebuah layanan yang diperlukan, dan pengurangan waktu
terpadu, meningkatkan jumlah formalisasi usaha pemrosesan perizinan.
baru yang dalam jangka panjang bisa menyediakan
lapanganpekerjaan, bertambahnya pendapatan Salah satu inovasi sistem pelayanan publik
pemerintah, dan tercapainya pertumbuhan yang diterapkan PTSP adalah Pelayanan Perizinan
ekonomi yang lebih kuat. Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Melalui
Secara umum konsep Pelayanan Terpadu Satu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
Pintu (PTSP) merupakan salah satu kegiatan Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan, Terintegrasi Secara Elektronik menjadi dasar
dimana proses pengelolaannya mulai dari tahap kebijakan adanya Online Single Submission (OSS).
permohonan sampai kepada tahap penerbitan Online Single Submission (OSS) diluncurkan pada 8
dokumen izin dilakukan secara terpadu dalam satu Juli 2018 dalam rangka menyederhanakan proses
tempat dengan menganut prinsip-prinsip seperti: perizinan berusaha. adalah sistem perizinan

52
berusaha yang terintegrasi secara elektronik memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah
dengan seluruh kementerian/lembaga (K/L) suatu program dinyatakan berlaku atau
negara hingga pemerintah daerah (pemda) di dirumuskan merupakan fokus perhatian
Indonesia. implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-
Di Kabupaten Bekasi tren pemohon izin kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul
secara eletronik ini terus mengalami peningkatan sesudah disahkannya pedoman - pedoman
secara signifikan dari semula hanya 30 pemohon kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-
saat bulan peluncuran hingga mencapai ribuan usaha untuk mengadministrasi-kannya maupun
pemohon sampai bulan September 2018. untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata
Peningkatan ini terjadi karena kemudahan pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi dalam Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat
pelaksanaannya yang dapat diakses sendiri oleh disimpulkan bahwa implementasi kebijakan tidak
pelaku usaha melalui online. Namun sebagaimana akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-
penerapan suatu kebijakan baru tidak bisa lepas sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh
dari adanya kendala-kendala yang menghambat keputusan-keputusan kebijakan. Jadi implementasi
efektifitas dan kualitas pelayanan. Meski merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
bagaimanapun, tanggungjawab serta peran DPM- oleh berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan
PTSP Kabupaten Bekasi tetap berlaku sesuai mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan itu
yang ada dalam meningkatkan kualitas sendiri.
pelayanannya. George C. Edward. Edward III (dalam
Subarsono, 2011) berpandangan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variabel, yaitu:
a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi
Konsep Kebijakan Publik
kebijakan mensyaratkan agar implementor
Thomas R Dye sebagaimana dikutip Irfan
mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana
Islamy (2009: 19) mendefinisikan kebijakan public
yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
sebagai “is whatever government choose to do or not
harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran
to do” (apapun yang dipilih pemerintah untuk
(target group), sehingga akan mengurangi
dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Definisi ini
distorsi implementasi.
menekankan bahwa kebijakan public adalah
b. Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah
mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan
dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau
tetapi apabila implementor kekurangan
pejabat public semata. Di samping itu pilihan
sumberdaya untuk melaksanakan, maka
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga
implementasi tidak akan berjalan efektif.
merupakan kebijakan public karena mempunyai
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber
pengaruh atau dampak yang sama dengan pilihan
daya manusia, misalnya kompetensi
pemerintah untuk melakukan sesuatu. Menurut
implementor dan sumber daya finansial.
Budi Winarno (2005:101) implementasi kebijakan
c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang
merupakan alat adminitrasi hukum, dimana
dimiliki oleh implementor, seperti komitmen,
sebagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik
kejujuran, sifat demokratis. Apabila
yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan
implementor memiliki disposisi yang baik,
kebijakan untuk meraih dampak atau tujuan yang
maka implementor tersebut dapat menjalankan
diinginkan. Dalam proses implementasi, kontribusi
kebijakan dengan baik seperti apa yang
dan peran street level bureaucracy sangatlah
diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
penting. Dari persfektif bottom up, implementasi
implementor memiliki sikap atau perspektif
kebijakan publik tidak selalu sesuai dengan apa
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka
yang digariskan dalam tujuan kebijakan karena ada
proses implementasi kebijakan juga menjadi
ragam kendala jalur hierarki yang berpotensi
tidak efektif.
mereduksi tujuan asal dari sebuah kebijakan
d. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang
publik. Kemudian situasi realitas yang majemuk di
bertugas mengimplementasikan kebijakan
tingkat bawah, sang implementing agency harus
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
menyesuaikan dengan situasi kondisi tertentu
implementasi kebijakan. Aspek dari struktur
(Faedlulloh, 2016:24).
organisasi adalah Standard Operating Procedure
(SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi
Implementasi Kebijakan Publik yang terlalu panjang akan cenderung
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian melemahkan pengawasan dan menimbulkan
dan Paul Sabatier (1979) sebagaimana dikutip red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit
dalam buku Solihin Abdul Wahab (2008),
mengatakan bahwa: Implementasi adalah

53
dan kompleks, yang menjadikan aktivitas Submission (OSS) di Dinas Penanaman Modal dan
organisasi tidak fleksibel. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Menurut pendapat Edwards (dalam Budi Kabupaten Bekasi, dianalisis dengan menggunakan
Winarno, 2008) sumber-sumber yang penting teori George C. Edward III berdasarkan beberapa
meliputi, staff yang memadai serta keahlian- variabel. Di antaranya adalah sebagai berikut:
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-
tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas Komunikasi
yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul Setiap kebijakan tidak akan sampai kepada
di atas kertas guna melaksanakan pelayanan- masyarakat tanpa melalui proses sosialisasi
pelayanan publik. kebijakan. Komunikasi menurut Edward III,
merupakan salah satu faktor keberhasilan
III. METODE PENELITIAN implementasi kebijakan yang mensyaratkan agar
Rencana melakukan penelitian terlebih implementor mengetahui apa yang harus
dahulu perlu mempertimbangkan asumsi-asumsi dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan
pandangan-dunia (worldview) filosofis, rancangan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
penelitian berhubungan dengan worldview kelompok sasaran (target group), sehingga akan
tersebut, dan metode penelitian maupun prosedur- mengurangi distorsi implementasi. Dalam konteks
prosedur yang digunakan spesifik dapat ini, sosialisasi kebijakan ataupun program oleh
menerjemahkan pendekatan tersebut ke dalam pemerintah merupakan peran strategis bagaimana
penelitian. Adapun 4 worldview dalam suatu penerapannya berjalan.
penelitian antara lain: post-positivisme, Kepala DPM-PTSP menyebutkan bahwa
konstruktivisme, transformatif, dan pragmatisme pemerintah Kabupaten Bekasi melakukan
(Creswell, 2016 : 6-7). Penelitian yang dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai OSS
melibatkan worldview konstruktivisme dengan dimulai sejak Juli 2018 dan semakin digencarkan
mencerminkan pemahaman individu-individu pada September 2018. Sebelum Pelayanan
selalu berusaha memahami dunia, Perizinan Berusaha Secara Terintegrasi Melalui
mengembangkan makna beragam dari partisipan, Online Single Submission (OSS) dilaksanakan,
memberikan makna melalui konstruksi sosial dan Pemerintah Kabupaten Bekasi melakukan kegiatan
historis serta menciptakan atau menafsirkan teori berupa sosialisasi. Kegiatan ini dilaksanakan di
(Creswell, 2016 : 10-11). kantor-kantor kecamatan Kabupaten Bekasi.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Kejelasan komunikasi yang disampaikan yaitu
penelitian kualitatif, Creswell (2016 : 4) materi tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
mendefinisikan “Penelitian kualitatif merupakan Terintegrasi Secara Elektronik Online Single
metode-metode untuk mengeksplorasi dan Submission (OSS). Penyampaian materi pada
memahami makna yang – oleh sejumlah individu kegiatan yang dinilai baru ini menggunakan bahasa
atau sekelompok orang – dianggap berasal dari yang mampu dipahami oleh kelompok sasaran.
masalah sosial atau kemanusiaan”. Penelitian Berdasarkan penjelasan Kabid Sosialisasi
kualitatif ini menggunakan teknik wawancara DPM-PTSP menjelaskan lebih detil mengenai upaya
mendalam, yang dinyatakan oleh Dun seorang sosialisasi OSS. Menurutnya, sosialisasi OSS
responden maupun kelompok responden dilakukan kepada Calon Investor dengan tiga cara,
mengkomunikasikan bahan-bahan dan mendorong pertama, para pemohon datang ke kantor langsung
untuk didiskusikan secara bebas serta diberikan pendampingan oleh Tim 13 yang
pewawancara sering kali dilatih untuk dapat dibentuk oleh PTSP. Lalu secara bergilir melakukan
menggali perasaan dan sikap yang tersembunyi sosialisasi ke Pengelola Kawasan beserta
dari responden (Ardianto, 2014 : 61). Wawancara pengusaha-pengusaha yang ada di dalam Kawasan
mendalam menekankan beberapa pengalaman Industri. Dan juga, melayani konsultasi baik secara
individu yang menyajikan data berbentuk kata- langsung maupun tidak langsung.
kata maupun aktivitas-aktivitas yang berfokus Selain itu satu pelaku usaha di Bekasi
pada proses memahami bagaimana suatu menyatakan bahwa ia mendapatkan informasi
fenomena muncul dan mencari solusi pemecahan mengenai OSS dari tenant gathering kerjasama
masalahnya. Namun, penelitian kualitatif dapat pihak swasta dan Pemerintah. Sosialisasi terkait
saja menyajikan data berupa angka-angka apabila kebijakan percepatan pelaksanaan berusaha
dalam suatu kondisi tertentu diperlukan. melalui sistem digelar pada Oktober 2018 yang
terselenggaran atas kerjasama Lippo Cikarang dan
BPM_PTSP. Sebagai dasar dari regulasi yang ada,
IV. HASIL PENELITIAN DAN tenant gathering ini membahas Peraturan
PEMBAHASAN Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
Implementasi Pelayanan Perizinan Berusaha OSS. Melalui peraturan ini dijelaskan bahwa izin
Secara Terintegrasi Melalui Online Single berusaha yaitu izin komersional atau operasional

54
serta mekanisme dalam pelaksanaan system OSS. memiliki sikap atau perspektif yang berbeda
Ia juga menceritakan bahwa pada kesempatan ini, dengan pembuat kebijakan, maka proses
seluruh pengusaha industri punya kesempatan implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
bertanya langsung terkait OSS. Bahkan kami Sesuai dengan yang disampaikan kepada dinas
melakukan simulasi penggunaan OSS. Mereka DPMPTSP bahwa, ujung tombak dari pelaksanaan
cukup antusias dan cukup aktif terlibat maka ruang pelayanan izin berusaha yang terintegrasi secara
simulasi yang bisa di praktekkan. elektronik ini (OSS) adalah para staf perizinan di
kantor DPMPTSP. Mereka melayani para calon
Sumber Daya investor di kabupaten Bekasi. Para staf bekerja
Sumberdaya, menurut Edward III meskipun sesuai dengan standar dan prosedur yang telah
isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas ditetapkan. Komitmen dan kejujuran menjadi sikap
dan konsisten, tetapi apabila implementor dan hal utama yang harus dimiliki para staf dalam
kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, menjalankan tugasnya melayani para calon
maka implementasi tidak akan berjalan efektif. investor untuk mengurus izin usaha.
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber Sikap penerimaan atau penolakan dari agen
daya manusia, misalnya kompetensi implementor pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi
dan sumber daya finansial. keberhasilan atau kegagalan implementasi
Sumber daya dalam memberikan pelayanan di kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi
DPMPTS Kabupaten Bekasi dinilai sudah cukup karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil
baik, kompeten, dan ketersediaan staf pun cukup formulasi warga setempat yang mengenal betul
memadai. Adapun pemberian informasi mengenai permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan.
pelayanan perizinan berusaha melalui OSS untuk Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top
pelaksana maupun kelompok sasaran dilaksanakan down yang sangat mungkin para pengambil
melalui pemberian materi pada kegiatan keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu
sosialisasi, pembagian brosur dan pemasangan menyentuh kebutuhan, keinginan atau
spanduk. Sesuai dengan yang disampaikan Kepala permasalahan yang harus diselesaikan. Sikap dari
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu para staff sangat dipengaruhi dari sudut pandang
Satu Pintu (DPMPTS) bahwa staf yang di miliki mereka terhadap suatu kebijakan dan cara melihat
untuk kegiatan pelayanan izin berusaha pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan-
terintegrasi yang secara dilakukan secara online kepentingan organisasinya dan kepentingan -
(OSS) cukup memadai secara kuantitas dan kepentingan pribadinya. Edward III menjelaskan
kualitas. Dalam artian jumlahnya mencukupi untuk disposisi bahwa implementasi kebijakan diawali
melayani permintaan pelayanan izin berusaha. penyaringan (befiltered) lebih dahulu melalui
Juga kemampuan dan kompetensi yang dimiliki persepsi dari pelaksana (implementors) dalam
para staf juga telah sesuai dengan standar untuk batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat
mengikuti sistem yang telah ditetapkan. tiga macam elemen respon yang dapat
Wewenang mengenai Pelayanan Perizinan mempengaruhi kemampuan dan kemauannya
Berusaha Secara Terintegrasi Melalui Online Single untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain
Submission (OSS) di DPM-PTSP Kabupaten Bekasi terdiri dari pertama, pengetahuan (cognition),
yaitu berada pada pimpinan atau Kepala Dinas dan pemahaman dan pendalaman (comprehension and
pelaksanaan pelayanannya, seperti staf Bidang understanding) terhadap kebijakan, kedua, arah
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Selain itu, respon mereka apakah menerima, netral atau
fasilitas penunjang pelaksanaan pelayanan OSS di menolak (acceptance, neutrality, and rejection), dan
DPM-PTSP Kabupaten Bekasi juga terdiri dari ketiga, intensitas terhadap kebijakan.
fasilitas peralatan dan fasilitas fisik. Di antara Pemahaman tentang maksud umum dari
fasilitas peralatan terdiri dari komputer yang suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.
berjumlah 7, printer yang berjumlah 7 dan Karena, bagaimanapun juga implementasi
terhubung jaringan internet. Adapun fasilitas fisik kebijakan yang berhasil, bisa jadi
berupa kantor atau gedung DPMPTSP yang gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials),
dilengkapi dengan ruang tunggu yang bersih dan tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan
nyaman. tujuan kebijakan. Arah disposisi para
pelaksana (implementors) terhadap standar dan
Disposisi tujuan kebijakan. Arah disposisi para
Disposisi, menurut Edward III adalah watak pelaksana (implementors) terhadap standar dan
dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, tujuan kebijakan juga merupakan hal yang krusial.
seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka
maka implementor tersebut dapat menjalankan menolak apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan.
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan Pentingnya disposisi disadari oleh DPMPTSP
oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor Kabupaten Bekasi. Kepala Dinasnya memastikan

55
agar pelaksanaan OSS dapat berjalan dengan bagus melalui Online Single Submission (OSS)
maka, penyiapan kapasitas SDM terlebih dahulu berpedoman pada Peraturan tersebut diatur pada
diselenggarakan. Berdasarkan struktur dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
wewenang, petugas Pelayanan Perizinan Berusaha tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
melalui OSS di DPMPTSP Kabupaten Bekasi Secara Elektronik. Adapun pertanggungjawaban
terdapat pada bidang PTSP, yang ditetapkan atau fragmentasi petugas DPMPTSP Kabupaten
berdasarkan surat tugas oleh Kepala Dinas. Para Bekasi mengenai pemberian pelayanan perizinan
petugas, seperti yang disyaratkan oleh Edward III, berusaha melalui OSS yaitu pada bidang Pelayanan
akan dibekali pemahaman mengenai SOP Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang terdiri dari Seksi
pelaksanaan. Selain itu dalam pelaksaannya, tidak Pelayanan Izin Usaha dan Izin Non Usaha dan Seksi
ada insentif terhadap kinerja pelaksana, karena Pengaduan dan Pelayanan Informasi. Sementara
pelayanan ini tidak dipungut biaya apapun. Dengan tanggungjawab Seksi Pelayanan Izin Usaha dan Izin
demikian, tidak ada insentif khusus bagi petugas di Non Usaha yaitu ada pada setiap customer atau
DPMPTSP Kabupaten Bekasi. pelaku usaha yang mengurus perizinannya melalui
DPMPTSP Kabupaten Bekasi. Adapun
Struktur Birokrasi tanggungjawab Seksi Pengaduan dan Pelayanan
Struktur Birokrasi yang dimaksud oleh Informasi yaitu membantu memberikan informasi
Edrawd III adalah struktur organisasi yang terkait dengan pelayanan perizinan kepada
bertugas mengimplementasikan kebijakan masyarakat dan memfasilitasi pengaduan atau
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permasalahan dari masyarakat (customer).
implementasi kebijakan. Aspek dari struktur
organisasi adalah SOP (Standard Operating V. PENUTUP
Procedures) dan fragmentasi. Standard Operating
Procedures dikembangkan sebagai respon internal Simpulan
terhadap keterbatasan waktu dan sumber daya Kesimpulan yang didapat berdasarkan
dari pelaksana dan keinginan untuk keseragaman penelitian ialah:
dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang 1. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat disimpulkan bahwa implementasi pelayanan
rutin didesain untuk situasi tipikal di masa lalu perizinan berusaha terintegrasi secara
mungkin mengambat perubahan dalam kebijakan elektronik melalui Online Single Submission
karena tidak sesuai dengan situasi atau program (OSS) di Dinas Penanaman Modal dan
baru. SOP sangat mungkin menghalangi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
implementasi kebijakan-kebijakan baru yang Kabupaten Bekasi telah berjalan dengan
membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe semestinya. Hal ini dapat dilihat dari analisa
personil baru untuk mengimplementasikan peneliti menggunakan indikator komunikasi,
kebijakan. Semakin besar kebijakan membutuhkan sumber daya, disposisi, dan struktur
perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu birokrasi. Komunikasi yang bagus antar
organisasi, semakin besar probabilitas SOP struktur dan juga struktur dengan pihak yang
menghambat implementasi (Edward III, 1980). dituju. Sumber daya manusia yang mencukupi
Fragmentasi dijelaskan oleh Edward III dalam menjalankan sistem tersebut. Disposisi
berasal terutama dari tekanan-tekanan di luar unit- yang jelas dengan standar yang telah
unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, ditetapkan. Sturktur birokrasi yang telah
kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-pejabat ditetapkan. Kombinasi dari keempat indikator
eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan tersebut menjadikan implementasi pelayanan
yang mempengaruhi organisasi birokrasi publik. berusaha terintegrasi secara elektronik dapat
Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab dijalankan dengan semestinya.
terhadap suatu wilayah kebijakan di antara 2. Kendala yang dihadapi dan harus segera
beberapa unit organisasi. “fragmentation is the untuk dicarikan solusinya adalah pada
dispersion of responsibility for a policy area among sosialisasinya. Model dan sistem perizinan
several organizational units.” (Edward III, 1980). berusaha sudah berubah ke arah yang lebih
Semakin banyak aktor-aktor dan badan-badan efisien. Perizinan bisa dilakukan dengan
yang terlibat dalam suatu kebijakan tertentu dan cepat. Tetapi para pelaku usaha masih banyak
semakin saling berkaitan keputusan-keputusan yang tidak menyelesaikannya hingga akhir,
mereka, semakin kecil kemungkinan keberhasilan yaitu memenuhi komitmen pada syarat-syarat
implementasi. Edward menyatakan bahwa secara yang ada untuk seutuhnya mendapatkan izin
umum, semakin koordinasi dibutuhkan untuk usaha. Hal tersebut terjadi karena masalah
mengimplementasikan suatu kebijakan, semakin pada sosialisasi yang dilakukan kepada para
kecil peluang untuk berhasil (Edward III, 1980). yang ingin berusaha belum menyeluruh.
Petugas DPMPTSP Kabupaten Bekasi yang Mereka para calon investor tersebut masih
memberikan Pelayanan Perizinan Berusaha menganggap tahapan pelayanan izin berusaha

56
secara elektronik sudah selesai ketika telah Faedlulloh, D. (2016). Implementasi Undang
mendapat Nomor Induk Berusaha (NIB). Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Padahal masih banyak komitmen yang harus Perkoperasian di Kabupaten Banyumas: Studi
dipenuhi untuk bisa menjalankan usahanya. Transisi Pasca Regulasi yang Inkonstitusional.
Jikalau sosialisasi bisa diperbaiki, pelayanan The Indonesian Journal of Public Administration
OSS akan berdampak lebih baik pada (IJPA), 2(2).
peningkatan usaha di Kabupaten Bekasi. Islamy, Irfan. (2009). Prinsip-prinsip Perumusan
Kebijakan Negara. Bina Aksara. Jakarta.
Saran Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik:
Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Bagi Pemerintah atau petugas DPMPTSP, Gramedia. Jakarta.
hendaknya sering melakukan sosialisasi lebih Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Evaluasi
gencar dan kreatif, sehingga para pelaku Kebijakan Publik (Penjelasan, Analisis dan
usaha mau melakukan pengurusan izin Transformasi Pikiran Nagel). Balaiuring dan Co,
berusaha sampai tuntas dengan memenuhi Yogyakarta.
komitmen perizinan. Wahab, Solichin Abdul, 2008. Analisis
2. Bagi pelaku usaha, hendaknya selalu Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
mengupdate dan mengikuti prosedur yang Kebijakan Negara.Jakarta : PT. Bumi Aksara
ditetapkan pemerintah dalam menjalankan Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan
usahanya. Publik. Media Pressindo. Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
VI. DAFTAR PUSTAKA Penanaman Modal
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017
Creswell, J.W. (2016). Penelitian Kualitatif dan Tentang Percepatan Pelaksanaan Usaha dan
Desain Riset, Cetakan Pertama, Pedoman Penerapannya
Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
Dunn, William N., 2000, Pengantar Analisis Kementerian Koordinator Bidang
Kebijakan Publik, Cetakan Kedua,Yogyakarta: Perekonomian Republik Indonesia. 2018.
Gadjah Mada University Press. Pedoman Perizinan Berusaha Melalui Sistem OSS
Emzi r. 2012, Analisis Data: Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.

57

Anda mungkin juga menyukai