Disusun Oleh :
Nur Mutmainnah
14901.08.21039
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUS
2. Fisiologi
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya
yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan
merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan
membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan
lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Lapisan kulit terbagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
2) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini
lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
3) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan
akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
5) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif. Sel kolumnar yaitu protoplasma basofilik inti lonjong
besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
6) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut.
1) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah
2) Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang
seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari
cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk
ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang
bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa
kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
4. Kelenjar Kulit
Terdapat beberapa macam kelenjar pada lapisan dermis :
1) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera): Keringat mengandung air, elektrolit,
asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8
2) Kelenjar Ekrin: kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan
bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi,
dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor
panas, stress emosional.
3) Kelenjar Apokrin: lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis,
labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir
ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
4) Kelenjar Palit (glandula sebasea) Terletak di seluruh permukaan kuli manusia
kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel
kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak,
jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara
aktif.Fungsi kulit sebagai berikut :
a. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang
dapat melindungi tubuh dari gangguan :
1) Fisis atau mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
2) Kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
3) Panas : radiasi, sengatan sinar UV
4) Infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
1) Melanosit: lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
2) Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
3) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum: perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
4) Proses keratinisasi: sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
b. Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui
muara saluran kelenjar.
c. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam
urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari
cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
d. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori
lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)
pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi
yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada
bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi
cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung
air dan Na).
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran
pigmen (melanosomes)
g. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi
sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
h. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit
D sistemik masih tetap diperlukan(Syaifuddin, 2011).
B. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa
karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu
tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. (Nugroho
Taufan Dkk, 2016).
C. Etiologi
1) Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka
bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api
secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
2) Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar
kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
3) Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai
tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius
dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana, 2014).
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).
D. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Luka bakar berdasarkan kedalamannya, antara lain:
1) Luka bakar derajat I, adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat 1
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat 1 hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam
5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka bakar derajat 1 akan
sembuh tanpa bekas.
2) Luka bakar derajat II, kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian
dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar
luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III, kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu- abu atau
coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Luka bakar berdasarkan tingkat keseriusan luka
1) Luka bakar ringan/minor
1. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
1. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
2. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
A. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
B. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
C. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum . Adanya cedera
pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
D. Luka bakar listrik tegangan tinggi
E. Disertai trauma lainnya
F. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
1) Kepala dan leher 9%
2) Lengan 18%.
3) Badan Depan 18%.
4) Badan belakang 18%.
5) Tungkai 36%.
6) Genitelia/perineum 1%. Total 100%.
E. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan ada 4 hal yaitu termal, kimia, radiasi, dan listrik. Luka
bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh
kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar electric (listrik)
disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui
tubuh. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif, dari 4
hal tersebut sehingga menyebabkan Kerusakan kapiler meningkat dan Inhalasi agen
penyebab. Kerusakan kapiler meningkat menyebabkan permebialitas kapiler meningkat
sehingga cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial dan inhalasi agen
menyebabkan cidera tranchheobronkial yang menyebbakan edema mukosa sehingga
terjadi obstruksi atau penyumbatan mengakibatkan sesak.
Kerusakan kapiler meningkat dapat menyebabkan vesikulasi yang menyebabkan
Vesikel pecah dalam keadaan luas epidermis dan dermis rusak sehingga bisa terjadi
kerusakan integritas kulit. Selain itu, permebialitas kapiler meningkat yang
menyebabkan cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial mengakibatkan
kehilangan protein dan cairan plasma ke dalam intertitial sehingga menyebabkan perfusi
perifer tidak efektif. Akibat dari cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial
menyebbakan sel kekurangan cairan sehingga dehidrasi dan menyebabkan hipovolemia.
Luka terbuka akibat vesikel pecah dalam keadaan luas di epidermis maupun dermis
merangsang myelin C, SSP eferen dan perifer melepaskan reseptor nyeri yang
mengakibatkan terjadinya nyeri. Vesikel pecah dalam keadaan luas di epidermis maupun
dermis menyebabkan terjadinya luka terbuka, kulit terkelupas, epidermis dan dermis
rusak sehingga kulit fungsi kulit sebagai proteksi mudah terkena invasi bakteri sehingga
menyebabkan resiko infeksi.
F. Manifestasi Klinis
Adibah dan Winasis. 2014. Pertolongan Pertama Luka Bakar. Online : udoctor.co.id
Fitriana, R.N. 2014. Huungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Desa Jombor
Bendosari Sukoharjo, Surakarta :Stikes Kusuma Husada
Johnson, Christopher. 2018. Management of burn. Surgery for major incidents. Elsivier
Moenadjat Y. 2012. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Moorhead Sue. dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).Ed.5.Jakarta
Rahayuningsih,T., 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Jurnal Profesi
Volume 08 Februari September 2012.
Syaifuddin.H.2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi untuk
Keperawatan & Kebidanan. Ed.4. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Taufan Nugroho Dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:
Nuha Medik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.