Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN COMBUS DI RUANG BERZAM


(BERLIAN ZAMRUD)

RSUD PASIRIAN LUMAJANG

Disusun Oleh :

Nur Mutmainnah

14901.08.21039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN


GENGGONG PROBOLINGGO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN COMBUS DI RUANG BERZAM (BERLIAN ZAMRUD)

RSUD PASIRIAN LUMAJANG

Telah disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Lumajang, Desember 2021

Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUS

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

2. Fisiologi
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya
yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan
merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan
membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan
lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Lapisan kulit terbagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
2) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini
lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
3) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan
akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
5) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif. Sel kolumnar yaitu protoplasma basofilik inti lonjong
besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
6) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut.
1) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah
2) Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang
seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari
cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk
ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang
bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa
kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
4. Kelenjar Kulit
Terdapat beberapa macam kelenjar pada lapisan dermis :
1) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera): Keringat mengandung air, elektrolit,
asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8
2) Kelenjar Ekrin: kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan
bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi,
dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor
panas, stress emosional.
3) Kelenjar Apokrin: lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis,
labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir
ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
4) Kelenjar Palit (glandula sebasea) Terletak di seluruh permukaan kuli manusia
kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel
kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak,
jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara
aktif.Fungsi kulit sebagai berikut :
a. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang
dapat melindungi tubuh dari gangguan :
1) Fisis atau mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
2) Kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
3) Panas : radiasi, sengatan sinar UV
4) Infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
1) Melanosit: lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
2) Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
3) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum: perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
4) Proses keratinisasi: sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
b. Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui
muara saluran kelenjar.
c. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam
urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari
cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
d. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori
lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)
pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi
yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada
bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi
cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung
air dan Na).
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran
pigmen (melanosomes)
g. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi
sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
h. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit
D sistemik masih tetap diperlukan(Syaifuddin, 2011).
B. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa
karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu
tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. (Nugroho
Taufan Dkk, 2016).
C. Etiologi
1) Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka
bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api
secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
2) Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar
kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
3) Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai
tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius
dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana, 2014).
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).
D. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Luka bakar berdasarkan kedalamannya, antara lain:
1) Luka bakar derajat I, adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat 1
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat 1 hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam
5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka bakar derajat 1 akan
sembuh tanpa bekas.
2) Luka bakar derajat II, kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian
dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar
luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III, kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu- abu atau
coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Luka bakar berdasarkan tingkat keseriusan luka
1) Luka bakar ringan/minor
1. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
1. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
2. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
A. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
B. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
C. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum . Adanya cedera
pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
D. Luka bakar listrik tegangan tinggi
E. Disertai trauma lainnya
F. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
1) Kepala dan leher 9%
2) Lengan 18%.
3) Badan Depan 18%.
4) Badan belakang 18%.
5) Tungkai 36%.
6) Genitelia/perineum 1%. Total 100%.
E. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan ada 4 hal yaitu termal, kimia, radiasi, dan listrik. Luka
bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh
kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar electric (listrik)
disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui
tubuh. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif, dari 4
hal tersebut sehingga menyebabkan Kerusakan kapiler meningkat dan Inhalasi agen
penyebab. Kerusakan kapiler meningkat menyebabkan permebialitas kapiler meningkat
sehingga cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial dan inhalasi agen
menyebabkan cidera tranchheobronkial yang menyebbakan edema mukosa sehingga
terjadi obstruksi atau penyumbatan mengakibatkan sesak.
Kerusakan kapiler meningkat dapat menyebabkan vesikulasi yang menyebabkan
Vesikel pecah dalam keadaan luas epidermis dan dermis rusak sehingga bisa terjadi
kerusakan integritas kulit. Selain itu, permebialitas kapiler meningkat yang
menyebabkan cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial mengakibatkan
kehilangan protein dan cairan plasma ke dalam intertitial sehingga menyebabkan perfusi
perifer tidak efektif. Akibat dari cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitial
menyebbakan sel kekurangan cairan sehingga dehidrasi dan menyebabkan hipovolemia.
Luka terbuka akibat vesikel pecah dalam keadaan luas di epidermis maupun dermis
merangsang myelin C, SSP eferen dan perifer melepaskan reseptor nyeri yang
mengakibatkan terjadinya nyeri. Vesikel pecah dalam keadaan luas di epidermis maupun
dermis menyebabkan terjadinya luka terbuka, kulit terkelupas, epidermis dan dermis
rusak sehingga kulit fungsi kulit sebagai proteksi mudah terkena invasi bakteri sehingga
menyebabkan resiko infeksi.
F. Manifestasi Klinis

Kedalaman Bagian kulit Gejala Penampilan Perjalanan


luka bakar yang terkena luka kesembuhan
Derajat I Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(tersengat hiperestesia, menjadi putih lengkap dalam
matahari, nyeri mereda ketika ditekan waktu 1
terkena api jika minimal, atau minggu,
dengan didinginkan tanpa edema terjadi
intensitas pengelupasan
rendah) kulit

Derajat II Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan


(tersiram air dan bagian hiperestesia, dasar luka dalam waktu
mendidih, dermis sensitive bintik-binti k 2-3 minggu,
terbakar oleh terhadap merah, pembentukan
nyala api) udara yang epidermis parut dan
dingin retak, depigmentasi,
permukaan infeksi dapat
luka basah mengubahnya
seperti edema menjadi
derajat III
Derajat III Epidermis, Tidak nyeri, Kering, luka Pembentukan
(trbakar nyala keseluruhan syok berwarna eskar,
api, terkena dermis, hematuria, putih seperti diperlukan
cairan kadang- hemolisis bahan kulit pencangkokan,
mendidih kadang (destruksi sel atau gosong, pembentukan
dalam waktu subcutan darah merah), kulit retak parut dan
tang lama, kmungkinan dengan bagian hilangnya
tersengat arus terdapat luka lemak yang kontur serta
listrik) masuk dan tampak, fungsi kulit,
keluar (pada terdapat hilangnya jari
luka bakar edema tangan atau
listrik), bagian
ekstremitas.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan luka bakar, antara lain:
a) Pemeriksaan darah lengkap
Pada pasien dengan luka bakar, dapat ter jadi penurunan Hb (Hemoglobin) yang
menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
b) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
c) GDA (Gas Darah Arteri): pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d) Elektrolit Serum: kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e) Natrium Urin: apabila kadar natrium dalam urin lebih dari 20 mEq/L
mengindikasikan terjadinya kelebihan cairan, sedangkan apabila kadar natrium
dalam urin kurang dari 10 mEqAL mengindikasikan adanya ketidakadekuatan
cairan.
f) Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat berhubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g) Glukosa Serum: peningkatan glukosa serum menunjukkan respon stress.
h) Albumin Serum: untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
i) BUN atau Kreatinin: peningkatan nilai BUN atau kreatinin menunjukkan adanya
penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
j) Loop aliran volume: memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
k) EKG: untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
l) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
H. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan luka bakar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
A. Penanganan luka bakar ringan
Perawatan dibagian emergensi terdapat luka bakar minor meliputi : managemen
nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
1. Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dosis ringan, seperti
morphine atau mepedifine, dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral
diberikan untuk digunakan oleh pesien rawat jalan.
2. Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB
baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat
imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu lima tahun terakhir dapat diberikan
boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimiunisasi dengan tetanus
human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang
pertama dari sertangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
3. Perawatan luka
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka, yaitu
debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak (zat kimia, dll)
dan pemberian atau penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan
balutan secara steril. Selain itu perawat juga bertanggung jawab memberikan
pendidikan tentang perawatan luka dirumah dan manifestasi klinis dari infeksi
agar klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan
adalah tentang pentingnya melakukan ROM (Range OF Mation) secara aktif
untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan
pembentukan edema.
B. Penanganan Luka Bakar Berat
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian emergensi akan
meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain
yang mungkin terjadi : resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang),
pemasangan kateter urin, pemasangan NGT.
1) Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan trauma lain yang
mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan napas, kondisi pernapasan dan
sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk
memastikan penanganan secara dini.
2) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).
Bagi klien dewasa dengan LB lebih dari 15%, maka resusitasi cairan
intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan
melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian proksimal dari ekstremitas yang
terbakar. Sedangakan untuk klien yang mengalami LB yang cukup luas atau
pada klien dimana tempat- tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka
dengan pemassangan kanul pada vena sentral (seperti subklavia, jugularis
internal/eksternal, atau femoral) oleh dokter mungkin diperliukan. Luas atau
persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi cairan. adapun cara perhitungan resusitasi cairan adalah sbb : % BSA
x BB x 4.
3) Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap
jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan
keadekuatan dari resusitasi cairan.
4) Pemasangan NGT
Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu dilakukan untuk
mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien
tahap dini setelah LB. Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui oral
harus dibatasi pada waktu itu.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Balutan
Metode terbuka dan tertutup
Luka pada LB dapat ditreatmen dengan menggunakan metode/tehnik balutan
baik terbuka maupun tertutup. Untuk metode terbuka digunakan / dioleskan
cream antimikroba secara merata dandibiarkan terbuka terhadap udara tanpa
dibalut. Cream tersebut dapat diulang penggunaannya sesuai kebutuhan, yaitu
setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas obat tersebut. kelebihan dari metode ini
adalah bahwa luka dapat lebih mudah diobservasi, memudahkan mobilitas
dan ROM sendi,dan perawatan luka menjadi lebih sederhana / mudah.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya kemungkinan
terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya
dilihat. Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan
bermacam- macam tipe balutan yang digunakan. Balutan disiapkan untuk
digunakan sebagai penutup pada cream yang digunakan.Dalam menggunakan
balutan hendaknya hati-hati dimulai dari bagian distal kearah proximal untuk
menjamin agar sirkulasi tidak terganggu. Keuntungan dari metode ini adalah
mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas dari permukaan luka ,
balutan juga membantu dalam debridemen. Sedangkan kerugiannya adalah
membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas exercise ROM.
Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika
sedang mengganti balutan saja.
b) Posisi Terapeutik
Tabel dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan
terapeutik untuk klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu
selama periode tidak ada aktifitas (inactivity periode) atau immobilisasi.
Tehnik-tehnik posisi tersebut mempengaruhi bagian tubuh tertentu dengan
tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau deformitas.
c) Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk
mengurangi edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi.
Disamping itu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif
dalam mempertahankan fungsi dan ROM. Ambulasi dapat juga
mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas bawah dan harus
dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif termasuk
bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan
ROM aktif.
d) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah
atau memperbaiki kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali
digunakan, yaitu statis dan dinamis. Statis splint merupakan immobilisasi
sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi, selama tidur, dan pada klien yang
tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan baik.
Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint dapat melatih
persendian yang terkena.
I. Komplikasi
1) Infeksi. luka yang terbuka menyebabkan memudahkan kuman patogen masuk kedalam
tubuh.
2) Kehilangan anggota tubuh atau cacat fisik.
3) Sepsis. keadaan terinfeksi oleh mokroorganisme yang menghasilkan pus.
4) Gangguan fungsi organ.
5) Gangguan psikologis terhadap perubahan keadaan citra tubuh (cacat permanen)
6) Syok hipovolemik.
7) Kontraktur. pengerutan jaringan otot atau parut yang menyebabbkan deformitas
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Nama, umur, kebakaran menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah
dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya luka, nyeri pada bagian luka, nafsu
makan menurun.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yaitu hipertensi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencari diantara anggota keluarga ada yang menderita diabetes
maupun hipertensi
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
2) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pasien compos mentis
3) Berat badan:
Berat badan pasien mengalami penurunan
4) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah pasien meningkat
5) Suhu
Suhu pasien dengan luka bakar mengalami peningkatan karena dehidrasi
6) Pernafasan
Pasien dengan combustion diwajah pernafasan mengalami peningkatan atau
sesak
7) Nadi
Pasien mengalami denyut nadi meningkat
8) Kepala
Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan
9) Rambut
Pada klien combustio daerah kepala biasanya rambutnya ikut terbakar
10) Wajah
Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri dada yang dirasakannya
pada bagian luka
11) Mata
Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena kurang tidur
akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat,scleraikterik.pupil
bulat
12) Hidung
Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, dan tidak ada nafas cuping hidung.
13) Mulut
Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan biasanya ada caries pada gigi
14) Leher
Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.
15) Dada/Thorak
Inspeksi : biasanya tidak simetris kiri dan kanan,penurunan ekspansi paru,
tidak menggunakan otot asesori pernafasan, pernafasan normal
Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan sama,
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : biasanya tidak ada bunyi nafas tambahan ronkhi maupun wheezing
16) Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.
Perkusi : biasanya bunyi redup
Auskultasi : biasanya irama jantung normal
17) Perut atau Abdomen
Inspeksi : biasanya perut nya datar
Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising usus.
Palpasi :, tidak ada masa
Perkusi : baiasanya tidak kembung
18) Genitalia
Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.
19) Sistem integrumen
Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor kulit jelek karena
adanya luka warna kemerahan dan berbintik bintik
20) Ekstermitas
Biasanya ada gangguan pada ekstermitas atas dan bawah, dan kekuatan otot
lemah.
d) Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan persepsi
terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan menggambarkan
persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan persepsi terhadap arti
kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan
2) Pola Nurtisi-Metabolik
Menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit nafsu
makan,pola makan, diet, kesulitan menelan
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses,
pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih,
dll
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat dan sakit
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energy. Jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
9) Pekerjaan
10) Pola Reproduksi Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex.
11) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system
pendukung penggunaan obat untuk menangani stress.
12) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya.
2. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera yang ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri (meringis), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, dan sikap
melindungi area nyeri.
2) Resiko Infeksi d.d kerusakan integritas kulit
3) Gangguan intregitas kulit b.d suhu yang ekstrem d.d nyeri,perdarahan,
kemerahan
DAFTAR PUSTAKA

Adibah dan Winasis. 2014. Pertolongan Pertama Luka Bakar. Online : udoctor.co.id
Fitriana, R.N. 2014. Huungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Desa Jombor
Bendosari Sukoharjo, Surakarta :Stikes Kusuma Husada
Johnson, Christopher. 2018. Management of burn. Surgery for major incidents. Elsivier
Moenadjat Y. 2012. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Moorhead Sue. dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).Ed.5.Jakarta
Rahayuningsih,T., 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Jurnal Profesi
Volume 08 Februari September 2012.
Syaifuddin.H.2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi untuk
Keperawatan & Kebidanan. Ed.4. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Taufan Nugroho Dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:
Nuha Medik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai