Anda di halaman 1dari 5

Analisis Mengenai Pertumbuhan Ekonomi di Tahun 2019 pada Masa Jabatan

Jokowi-Jusuf Kalla
A. Perekonomian Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
walaupun masih dikisaran 5% .
Perekonomian Indonesia di tahun 2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2018
angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% sedangkan pada tahun 2019 angka
pertumbuhan ekonomi hanya menyentuh 5,02%. Penurunan ini terjadi akibat Indonesia
berada di tengah perlambatan ekonomi global yang dipengaruhi oleh dinamika perang
dagang dan geopolitik, penurunan harga komoditi, serta perlambatan ekonomi di banyak
negara. Walaupun Indonesia menghadapi situasi eksternal tersebut, perekonomian tahun
2019 tetap dapat tumbuh di atas 5% karena terjaganya permintaan domestik, konsumsi
pemerintah, serta investasi. Kinerja perekonomian yang terjaga serta pelaksanaan
program pembangunan juga telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran,
mengurangi ketimpangan dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat.
B. Pertumbuhan tertinggi Perekonomian Indonesia pada tahun 2019
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55
persen; diikuti Jasa Perusahaan sebesar 10,25 persen; dan Informasi dan Komunikasi
sebesar 9,41 persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019,
sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar
0,80 persen; diikuti Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar
0,61 persen; Konstruksi sebesar 0,58 persen; dan Informasi dan Komunikasi sebesar
0,49 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya
sebesar 2,54 persen.
Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada
tahun 2019 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Indonesia masih
didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 19,70 persen;
Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 13,01 persen;
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 12,72; dan Konstruksi sebesar 10,75
persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia
mencapai 56,18 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial tahun 2019 masih didominasi
oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto sebesar 59,00 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
21,32 persen, Pulau Kalimantan 8,05 persen, Pulau Sulawesi 6,33 persen, dan sisanya
5,30 persen di pulau-pulau lainnya.
C. Pertumbuhan GDP tetap stabil di 5,1% di Q1 2019
Pada Q1 2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen yoy, sedikit lebih lambat
dari pada Q4 2018, dan di bawah perkiraan konsensus, keduanya sebesar 5,2 persen.
Pada qoq yang disesuaikan secara musiman basis tahunan, pertumbuhan moderat
menjadi 4,9 persen dari 5,1 persen pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan PDB stabil,
tetap dalam kisaran yang relatif sempit yaitu 4,9-5,3 persen untuk 14 kuartal terakhir.
Karena penundaan proyek investasi publik baru, ketidakpastian menjelang pemilihan
umum, seperti serta melemahnya harga komoditas dan siklus investasi yang semakin
matang di sektor pertambangan, pertumbuhan investasi melemah, berkontribusi pada
pertumbuhan PDB yang lebih lambat. Mengikuti signifikan akumulasi di Q4,
persediaan melihat beberapa penarikan di Q1.

Pada Q2 2019, terjadinya ketegangan perdagangan baru antara Amerika & China
menjadikan Q2 berakhir dengan keriangan. Setelah menurun pada Q4 2018 dan Q1
2019, komoditas energi mengalami beberapa pemulihan dalam beberapa bulan terakhir,
sementara harga logam dan pertanian relatif datar dari tahun ke tahun. Ke depan,
ketegangan perdagangan dan politik Amerika Serikat-China akan terus membuat
investor gelisah, dengan implikasi di seluruh dunia, khususnya, pada perdagangan di
Asia. Faktor risiko lain mungkin timbul dariperkembangan yang berbeda, termasuk
dampak dari hard Brexit di kawasan Euro, atau dari guncangan tiba-tiba yang
berdampak pada komoditas pasar, seperti kebuntuan Amerika Serikat-Iran baru-baru ini
di Selat Hormuz.

Ekonomi Indonesia pada Q4 2019 dibanding Q3 2019 (q-to-q) mengalami


kontraksi 1,74 persen. Hal ini disebabkan terkontraksinya Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan sebesar 20,52 persen; Lapangan Usaha Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 2,32 persen; Industri Pengolahan
sebesar 1,63 persen; dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,52 persen.

Sementara itu, penurunan juga terjadi jika dilihat dari periode pertumbuhan
ekonomi di Q4 2019 yang hanya sebesar 4,97%. Lebih rendah dari pertumbuhan Q4
2018 yang sebesar 5,17%, begitupula dari pertumbuhan di Q3 2019 yang sebesar
5,02%. Menurut Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of
Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan, turunnya pertumbuhan
ekonomi Q4 2019 di bawah 5%, menggambarkan semakin beratnya permasalahan
ekonomi yang dihadapi Indonesia.
D. Pertumbuhan investasi terus melunak
Pertumbuhan pada investasipun terus menurun menjadi 5,0 persen yoy dari 6,0
persen pada Q4 2018, di sebagian karena keputusan investasi yang tertunda menjelang
pemilihan. Publik yang cendeerung lebih lemah belanja infrastruktur, sebagian besar
karena kekhawatiran neraca berjalan dan penurunan bertahap dalam harga komoditas.
Efek dasar yang tinggi juga berkontribusi pada tenaga yang lebih lemah Investasi pada
bangunan dan struktur tetap menjadi kontributor utama untuk keseluruhan investasi
pertumbuhan di 4,1 pp naik dari 3,3 pp di Q4 2018. Pertumbuhan investasi mesin dan
peralatan moderat secara signifikan menjadi 8,4%dari 12,3%di Q4, mengakhiri
pertumbuhan dua digit berturut-turut selama enam kuartal terakhir. Investasi dalam
kendaraan dan peralatan lain yang dikontrak masing-masing sebesar 7,4% dan 6,8%,
membalikkan pertumbuhan positif yang terlihat setidaknya dalam empat tahun terakhir
perempat.

Anda mungkin juga menyukai