Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN PAI DI PERGURUAN TINGGI UMUM (PTU)

Dhika Kames

Abstract

The implementation of Islamic Religious Education (PTU) at state universities has

become the foundation and goal of National Education since the enactment of MPRS

Decree No. II of 1960 and the Higher Education Law No. 22 of 1961, which obliges

the teaching of religious subjects at state universities. The purpose of including

Islamic Religious Lessons in General Universities is of course one of them to form

students who have noble personalities, faith and piety in accordance with national

education goals. Therefore, several interesting questions emerged that became the

focus of this study, namely: (1) How is the application of Islamic Religious Education

(PAI) in public universities? (2) How is the development of Islamic Religious

Education curriculum in Public Universities? (3) How is the management of teaching

Islamic Religious Education in public universities? (4) What are the problems that

occur in Islamic Religious Education in Public Universities?

Keyword: Islamic Religious Education, Public University

Abstrak

Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PTU) pada perguruan tinggi negeri


telah menjadi landasan dan tujuan Pendidikan Nasional sejak ditetapkannya
Ketetapan MPRS Nomor II Tahun 1960 dan Undang-Undang Perguruan Tinggi
Nomor 22 Tahun 1961, yang mewajibkan pengajaran mata kuliah agama di
perguruan tinggi negeri. Tujuan dimasukan Pelajaran Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum tentu saja salah satunya untuk membentuk peserta didik yang
berkepribadian mulia beriman dan bertakwa sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Oleh karenanya kemudian muncul beberapa pertanyaan menarik yang
menjadi fokus kajian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan Pendidikan Agama Islam
(PAI) di Perguruan Tinggi Umum? (2) Bagaimana pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum? (3) Bagaimana manajemen
pengajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum? (4) Apa saja
problematika yang terjadi dalam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum?

Kata Kunci: Pelajaran Agama Islam, Perguruan Tinggi Umum,

PENDAHULUAN

Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib dari Sekolah Dasar (SD)
melalui kurikulum Perguruan Tinggi (PT), dan pendidikan agama Islam merupakan
salah satu dari mata pelajaran wajib tersebut. Pasal 37 (2) UU 20/2003 menyatakan
bahwa kurikulum pendidikan harus mencakup pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa. Ketiga mata pelajaran wajib ini mewakili tujuan
pendidikan nasional untuk mencapai jati diri bangsa di negara yang menghormati
umat beragama Indonesia, warga negara, dan bahasa nasional. Pendidikan Pelajaran
Agama Islam juga untuk meningkatkan potensi mental atau kemampuan intelektual,
dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkepribadian mulia yang
beriman dan bertakwa kepada Yang Maha Esa.1

Pendidikan agama pada umumnya merupakan lanjutan dari pendidikan agama


pada jenjang pendidikan sebelumnya. Dengan kata lain, mata kuliah ini merupakan
pelajaran lanjutan dari pelajaran agama Islam di TK, SD, SMP, dan SMA. Dari
sekolah menengah ke perguruan tinggi. Dinamika pendidikan agama di perguruan

1
Sekretariat Negara RI, Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
hal. 20
tinggi umum di negeri ini telah ditorehkan dalam sejarah pendidikan di Indonesia
sejak perguruan tinggi mulai ada. Mulai dari mata kuliah yang dianggap yang
dianggap tidak penting, hingga mata kuliah yang "disajikan" sebagai mata kuliah
wajib.

Singkatnya, mata kuliah ini ialah untuk menjadikan manusian yang memiliki
semangat intelektual dan Berwawasan, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian menjadi individu bertindak sesuai ajaran agamanya dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, dan dalam menjalankan misi pembangunan negaranya.

Pemerintah secara efektif dan efisien berusaha untuk melaksanakan


pengajaran agama Islam melalui berbagai penyempurnaan seperti kurikulum, metode
dan sistem pembelajaran, perbaikan materi, dan penyediaan peralatan yang sesuai
untuk mencapai tujuan itu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menciptakan
kurikulum yang positif, termasuk lahirnya kurikulum Pelajaran Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum yang saat ini digunakan. Namun, kurikulum Pendidikan
Agama Islam (PAI) dinilai masih kurang memadai dan relevan (Madjid, 1999: 26).
Untuk mengembangkan pelajaran agama Islam di perguruan tinggi umum yang
efektif menurut Muhaimin (2003: 94), ada beberapa komponen yang harus
diperhatikan, yaitu input (siswa dengan latar belakang berbeda), program pendidikan
(kurikulum PAI), Tenaga Kependidikan Islam, Sarana/ Prasarana, Biaya, Manajemen,
Proses Pembelajaran PAI, dan Aktivasi Perolehan Lingkungan

Tulisan ini berusaha untuk mengkaji bagaimana kedudukan pendidikan agama


Islam di perguruan tinggi umum, kurikulum yang digunakannya dan manajemen
pengajaran serta problematika yang terjadi dalam pendidikan agama Islam di
Indonesia.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Perguruan Tinggi Negeri (PTU) merupakan lanjutan dari pembinaan yang diterima
oleh siswa SD, SMP, dan SMA. Namun, ada beberapa masalah dengan proses
pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan monoton dengan banyaknya materi dan
kurangnya kreativitas di antara guru maupun dosen, ditambah dengan manajemen
waktu yang tidak memadai, mengurangi antusiasme siswa untuk mengikuti
perkuliahan. (Mardiatmaja, 1996).

Mahasiswa sering mendapat kesan bahwa mata kuliah "wajib lulus" menjadi
mata kuliah "wajib diluluskan". Hal ini karena jika gagal, maka akan menjadi
penghambat jalannya di atas. Sederhananya, siswa dapat mengatakan "wajib lulus"
dan dosen dapat mengatakan "wajib meluluskan". Ini, tentu saja, merupakan masalah
yang cukup serius. Padahal pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk
meningkatkan kualitas PAI di PTU, baik untuk fakultas dan materi kurikulum, dan
sarana untuk peningkatan kredit. Namun, selalu terkendala di lapangan oleh berbagai
faktor. Misalnya, dosen tidak konsisten dalam pendekatan pembelajaran PAI karena
latar belakang masing-masing disiplin ilmu agama yang berbeda. (Mardiatmaja,
1996).

Belum lagi, materi kurikulum nasional seringkali membuat dosen tidak bisa
berimprovisasi, sehingga tidak jarang pelajaran menjadi monoton. Dilihat dari
jumlah pertemuan tatap muka, jelas 2 sks sangat tidak cukup. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menambah jam pelajaran PAI tetapi beragam upaya seakan
termentahkan oleh alasan bahwa tidak ada tambahan jam karena mahasiswa harus
menyelesaikan begitu banyak jam mata pelajaran, terutama jurusan non-keagamaan.
(Mardiatmaja, 1996).

2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum
a) Masa Sebelum Reformasi
Pemerintah Orde Baru meletakkan dasar yang kokoh bagi pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Negeri (PTU), karena telah
dikeluarkan dengan SK. MPRS nomor 1960 II dan undang-undang perguruan tinggi
nomor 22 tahun 1961 yang mengamanatkan pendidikan agama di Perguruan Tinggi.
Ketentuan ini semakin mengukuhkan keberadaan PAI sebagai sarana pembentukan
individualitas. (Husna, 2011:56).

Sebagai bagian dari kurikulum inti Universitas mata kuliah PAI tidak lepas
dari kendali pemerintah. Oleh karena itu, kurikulum PAI tidak terlepas dari
kepentingan politik yang berkembang ketika kurikulum diperkenalkan. Oleh karena
itu, perbedaan arah, visi, dan misi sistem pemerintahan mempengaruhi isi kurikulum
PAI itu sendiri. Di era orde baru, PAI PTN dikhususkan pada konsep dasar
pendidikan Islam normatif murni. Area pendidikan berisi tiga pilar utama ajaran
Islam: Aqidah, Syariah, dan moralitas. Hal ini dijelaskan dalam kurikulum PAI PTU
Namun, sejak tahun 2002 utamanya sebagai akibat dari kejatuhan rezim orde baru, isi
kurikulum PAI Universitas mengalami perubahan yang signifikan. (Husna, 2011:56).

b) Setelah Reformasi

Perubahan situasi politik Indonesia di masa-masa awal reformasi, konflik


sosial di berbagai daerah, dan lahirnya semacam fobia terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan orde baru, semuanya berimbas pada dalam hal ini kurikulum PAI di
PTU. Jika merupakan konsep penyempurnaan kurikulum PAI tahun 2000, namun
paradigma yang digunakan masih merupakan warisan orde baru, maka paradigma
kurikulum tahun 2002 akan sangat berbeda.

Pelajaran Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum tidak hanya berbicara


tentang rukun iman dan rukun Islam tetapi juga tentang isu-isu terkini seperti hak
asasi manusia, demokrasi, dan hukum, sistem politik, masyarakat sipil dan toleransi
antaragama. (Dikti, 2002: Pasal 2)
Dalam SK Dikti No. 38 tahun 2002 disebutkan beberapa misi dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ialah “Visi Matakuliah
Kelompok Pengembagan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi menjadi sumber
nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi dalam mengantar mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya (Dikti, 2002: Pasal 1). Misi utamanya adalah
membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaan
serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang dikuasainya dengan rasa tanggung jawab kemanusiaan
(Dikti, 2002: Pasal 2) Selain itu, keterampilan dasar yang dibutuhkan adalah
kemampuan berpikir, rasional dan dinamis, dengan visi sebagai intelektual. (Dikti,
2002: Pasal 3).

Paradigma yang mendasari kurikulum PAI 2002 adalah paradigma yang


memandang agama sebagai sesuatu yang dinamis dan hidup dalam setiap aspek
kehidupan. Agama bukanlah seperangkat aturan normatif untuk memenuhi
kebutuhan spiritualitas manusia. Agama adalah pandangan hidup, dan agama tersebut
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pembentukan pandangan tentang
realitas kehidupan. Dan pengembangan sistem pendidikan agama Islam di PTU
Realitas terus berubah, sehingga konsep-konsep keagamaan perlu bereaksi secara
dinamis terhadap situasi saat ini. (Nanang Budianto, 2016:105)

Krisis multiaspek yang melanda Indonesia pada era reformasi menuntut


lahirnya perubahan paradigma berbangsa dan bernegara. Penghormatan terhadap hak
asasi manusia, penegakan demokrasi, supremasi hukum, dan penguatan masyarakat
sipil merupakan agenda reformasi penting yang harus “dibina” melalui pendidikan.
Selain itu, konflik-konflik sosial di berbagai pelosok tanah air memerlukan
peninjauan kembali terhadap pandangan kita tentang pluralisme agama, budaya, etnis,
dan etnis. Yang diperlukan adalah memahami perbedaannya, bukan menciptakan
keseragaman dalam kebhinekaan seperti pada masa Orde Baru. Berdasarkan
paradigma baru ini, muncul konsep pendidikan agama dengan perspektif budaya. Hal
ini terdapat dalam Zakiyuddin Baidhawy (2007) "Pendidikan Agama Berwawasan
Multikultural." Konsep ini merupakan pendekatan interaktif untuk meningkatkan
kesadaran akan keragaman dan koeksistensi, berdasarkan semangat kesetaraan dan
persaman, saling percaya, saling pengertian, menghargai kesamaan, perbedaan,
keunikan dan kemandirian. Model pendidikan jenis ini menawarkan komposisi baru
yang bebas dari prasangka dan stereotip tentang agama orang lain, dan bebas dari
prasangka atau diskriminasi atas nama apapun, seperti agama, jenis kelamin, ras,
warna kulit, budaya, atau kelas sosial meningkat. Pendekatan multikultural dalam
pendidikan agama didukung oleh akademisi sebagai pendekatan yang tepat untuk
menyikapi konteks sosial masyarakat Indonesia yang multidimensi. Dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya kurikulum Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum 2002 telah menunjukkan pergeseran paradigma yang sangat kuat.
(Nanang Budianto, 2016:105).

Perlu diketahui Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari MPK,
Resolusi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa pendidikan
agama Islam terdiri dari mata pelajaran sebagai berikut:

1. Manusia dan Agama

2. Agama Islam

3. Sumber ajaran Islam

4. Kerangka Dasar Ajaran Islam

5. Aqidah

6. Syari’ah, Ibadah dan Mu’amalah

7. Akhlaq

8. Taqwa

9. Ilmu Pengetahuan dalam Islam


10. Disiplin Ilmu dalam Islam.

Dari pokok-pokok bahasan itu Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Modul


Referensi telah dibuat sebagai berikut:

1. Konsep Ketuhanan dalam Islam


a. Filsafat Ketuhanan
b. Keimanan dan ketakwaan
c. Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Moderen
2. Hakikat Manusia Menurut Islam
a. Konsep manusia
b. Eksistensi dan martabat manusia
c. Tanggungjawab manusia sebagai hamba dan Khalifah Allah
3. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi Dalam Islam
a. Konsep hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi

b. Sumber Hukum Islam

c. Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat

d. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum

4. Etika, Moral, dan Akhlak

a. Konsep etika, moral, dan akhlak

b. Karakteristik etika Islam (akhlak)

c. Hubungan tasauf dengan akhlak

d. Aktualisasi akhlak dalam

kehidupan masyarakat.

5. Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan Seni dalam Islam


a. Konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

b. Integrasi iman, Ipteks, san amal

c. Keutamaan orang yang beriman dan berilmu

d. Tanggungjawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungan

6. Kerukunan Antar Umat Beragama

a. Agama Islam Merupakan Rahmat bagi Seluruh Alam

b. Ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah

c. Kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial (tasamuh)

7. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

a. Konsep masyarakat madani

b. Peranan umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani

c. Sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan umat

d. Manajemen zakat dan wakaf

8. Kebudayaan Islam

a. Konsep kebudayaan dalam Islam

b. Sejarah intelektual Islam

c. Masjid sebagai pusat kebudayaan Islam

d. Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia.

Universitas membuat Lecture Program Unit (SAP) atau RPP selama


implementasi. Ini adalah rincian materi pembelajaran, atau modul kuliah yang dibuat.
Dengan SAP dan modul, pembelajaran PAI diharapkan lebih fokus dan sesuai
dengan kebutuhan lokal masing-masing universitas. Mata kuliah diajarkan dengan
minimal 2SKS. Idealnya, materi dapat dicakup dengan 4 sks atau lebih. Untuk sangat
diperlukan penambahan sks ke Pembelajaran PAI. (STKIP Sungai Penuh, 2011:12)

3. Manajemen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum

Karena kelas Pendidikan Agama Islam adalah fakultas lintas fakultas, beberapa PTN
seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Lambung Mangkurat (UNLAM) memiliki kebijakan untuk mengoordinasikan
pengajaran kelas dalam satu program. Penyesuaian ini sebenarnya diamanatkan oleh
SK Mendiknas No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang pelaksanaan mata kuliah
pembentukan kepribadian di perguruan tinggi tertanggal 2 Juni 2006. Pasal 12
menyatakan bahwa: "Penyelenggaraan perkuliahan pengembangan pribadi dan dan
kegiatan terkait lainnya dikelola oleh universitas dalam satu unit".

Walaupun, jauh sebelum SK tersebut disahkan, beberapa perguruan tinggi


negeri telah mengoordinasikan penyelenggaraan pendidikan Islam. Misalnya di UI,
tidak semua guru pendidikan agama Islam di UI bekerja di fakultas tertentu. Mereka
"dimiliki" oleh universitas, bukan oleh fakultas. Di kampus UI Depok, para ustadz
berkantor di Kompleks Masjid Ukhuwah Islamiyah UI. Lokasi tersebut dipilih
karena banyak di antara mereka yang juga pengelola masjid. Di ITB penguatan
kepemimpinan keagamaan Islam dikoordinir oleh Sosio Teknologi. Sosio
Technology adalah koordinator tingkat institusi yang membawahi SosioReligi,
SosioDinamika dan SosioKomunikasi. SosioReligius bertanggung jawab penuh atas
perkuliahan agama di ITB, termasuk Islam. Salah satu tugasnya adalah membuat
kurikulum kuliah agama yang akan digunakan sebagai panduan perkuliahan.

Dari penyesuaian tersebut, berharap agar semua guru PAI memiliki visi yang
sama dalam merencanakan dan menyelenggarakan perkuliahan PAI di kampusnya
masing-masing. Mereka juga dapat bekerja sama dan saling mendukung dalam
menjalankan pekerjaan profesionalnya.Di tingkat nasional, pengajar perguruan tinggi
negeri dan swasta (PTU) telah mengumpulkan baik negeri maupun swasta, dalam
sebuah forum yang disebut Asosiasi Pengajar Pendidikan Islam (ADPISI) Saat ini
tim manajemen sudah terbentuk di berbagai daerah, dan DPW Kalsel sudah dibentuk
di Banjarmasin pada April 2007, dan juga menjangkau wilayah Kalimantan.

4. Problematika Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Dr. Komaruddin Hidayat memperkenalkan buku ajar Pendidikan Agama


Islam di Perguruan Tinggi Negeri dan menunjukkan bahwa ada masalah dengan
Pendidikan Agama Islam. Salah satunya adalah Pendidikan Islam salah arah. Selain
itu, Komarudin mengemukakan tiga hal yang bisa dijadikan indikator kesalahan.
Artinya, pertama-tama, pendidikan agama sekarang lebih fokus pada pembelajaran
ilmu agama. Maka tidak heran jika di negeri ini banyak orang yang mengetahui nilai
ajaran agama. Namun tindakan mereka tidak mencerminkan nilai-nilai agama yang
mereka ketahui.

Kedua tidak memiliki strategi untuk mempersiapkan dan menyeleksi materi


pendidikan agama untuk sehingga tidak jarang hal terpenting yang seharusnya
diajarkan sebelumnya justru diabaikan. Ketiga, kurangnya penjelasan yang
komprehensif dan rinci dan kurangnya pemahaman simanistik dan umum tentang
konsep penting dan pokok dalam ajaran agama. Dengan demikian, penjelasannya
sangat jauh sehingga sering melenceng dari makna, semangat, dan konteksnya.

Menurut Muhammad Zaki (2015:50) ada beberapa hal yang masih menjadi
merupakan problematika dalam pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum
yakni,

1. Pemahaman utama siswa tentang nilai dan pendidikan Islam adalah sebagai
berikut: Rendah. Hal ini terlihat jelas dalam beberapa hal, seperti tidak dapat
membaca Al-Qur'an dengan benar, atau tidak dapat membedakan apa yang
diwajibkan oleh hukum atau sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
Islam tidak dilaksanakan secara optimal pada jenjang sebelumnya. Rendahnya
tingkat pemahaman siswa membuat semakin sulitnya untuk mendidik nilai-
nilai agama.
2. Khusus di perguruan tinggi swasta, kemampuan pengajar agama Islam tidak
mencukupi, tetapi guru merupakan ipelaksanaan pengajaran agama Islam.
Pengajar Agama Islam menurut tidak cukup hanya tamat kuliah Agama, tetapi
yang lebih penting adalah penguasaan ilmu agama dan cabangnya. Dengan
cara ini, pengajar dapat membedakan antara sifat dasar dan yang tidak boleh
diajarkan, penulis percaya bahwa setidaknya satu instruktur Islam memenuhi
persyaratan
3. Persentase mata kuliah agama sangat rendah, terbukti dari mata kuliah ini
diambil hanya pada semester pertama dan hanya 2 sks. Dalam waktu
sesingkat itu, akan sangat sulit bagi perguruan tinggi untuk mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dari gelar tersebut. Dalam sejarah Islam, ada para
sahabat seperti Abu Bakar Ash Sidik, Umar bin kHattab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Berkat pelatihan langsung Nabi Muhammad, nama-
nama ini bisa dengan cepat menjadi luar biasa setelah belajar Islam rata-rata
selama 20 tahun.

Penutup

Perlu adanya koordinasi yang intensif dalam penyelenggaraan pendidikan


agama Islam baik itu lembaga pendidikan tinggi maupun pemerintah. Agar
mahasiswa secara utuh memahami, mengevaluasi dan mengamalkan ajaran Islam
yang terkadung dalam pendidikan agama Islam itu. Berdasarkan posisinya,
Pendidikan Agama Islam adalah mata kuliah yang membekali mahasiswa dengan
kemampuan pemahaman dasar. Kesadaran dan pengalaman akan nilai-nilai dasar
manusia sebagai makhluk Tuhan, sebagai individu, keluarga, masyarakat, warga
negara, dan sebagai sebagai bagian dari alam. Sehingga Perguruan Tinggi Umum
(PTU) melalui Pendidikan Agama Islam mampu menciptkan insan yang bertakwa
kepada Allah SWT, berkepribadian mulia, berpikir filosofis, bertindak rasional dan
dinamis, berwawasan luas.

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2000. Keputusan Dikti Nomor;263/DIKTI/KEP 200 tentang


Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama pada Perguruan Tinggi di Indonesia.

Budianto, Nanang. 2016. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.


Jember:Falasifa.

Husnan, Djaenan. 2011. Standarisasi Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi


Umum. Makalah Pelatihan Dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Dikti
Kemendikbud.

Mardiatmaja. 1996. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius.

Sekretariat Negara RI, Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional SK Dirjen Dikti Depdiknas No: 43/DIKTI/Kep/2006, Tentang
Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok MatakuIiah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, tertanggal 2 Juni 2006.

STKIP Sungai Penuh. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di


Perguruan Tinggi Umum.

Zaki Muhammad. 2015. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum


Berbasis Multikulturalisme. Muara Bungo:Nur El Islam.

Anda mungkin juga menyukai