SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun Oleh:
Putri Lenggo Geni
NIM: 11150700000020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 / 2020
2
iv
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11150700000020
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANXIETY DAN DEPRESI
ALEXITHYMIA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan
iv
MOTTO HIDUP
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2019
C) Putri Lenggo Geni
D) Anxiety dan Depresi Sebagai Mediator atas Pengaruh Personality Terhadap
Alexithymia
E) iii + 105 halaman + 12 lampiran
F) Alexithymia pada awal penelitian diindikasikan sebagai gangguan kepribadian
pada pasien psikiatri, namun pada penelitian selanjutnya kemudian diteliti pada
populasi normal, karena memang pada populasi normal pun bisa mengalami
alexithymia, tingkat keparahannya yang membedakan dengan pasien psikiatri.
Alexithymia merupakan konstruk gangguan kepribadian, dimana mereka yang
mengalaminya akan sulit untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan perasaan
dia maupun perasaan orang lain.
Tujuan penelitian ini akan menjelaskan model terjadinya gangguan
alexithymia, yang juga dialami pada common population, dan yang diteorikan
memengaruhi ialah personality dalam hal ini big five, kecemasan (trait dan
state), dan depresi. Melalui metode path analysis, ditemukan bahwa yang
paling kuat pengaruhnya secara langsung adalah extraversion, neuroticism dan
state anxiety. Variabel yang diduga berpengaruh tidak langsung hanya ada
openess to experience dan agreeablenes, itupun berpengaruh jika setiap jalur
dari masing-masing variabel dijumlahkan maka bernilai signifikan. Sampel
penelitian yang diambil yaitu usia perkuliahan berjumlah 250 sampel. Teknik
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling.
Orang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah, cenderung mereka
akan menarik diri dari lingkungan dan lebih introvert. Mereka yang introvert
akan sukar bersosialisasi sehingga itu melatih mereka untuk rendah secara
kecerdasan emosional. Kemudian neuroticism dan state anxiety yang
berpengaruh secara negatif, semakin mereka memiliki emosi negatif seperti
rasa khawatir, rasa tidak nyaman dan kecemasan ketika menghadapi suatu hal,
dan ini akan berujung pada ketidakmampuan mengalami emosi. Penelitian
mendatang perlu untuk menggali tingkat keparahan alexithymia pada diri
populasi normal untuk mengklasifikasikannya, juga menambah jumlah varian
sampel pada populasi normal.
Kata Kunci : Alexithymia, Populasi umum dan Personality .
G) Bahan bacaan : 67; buku: 20 + jurnal: 46 + artikel: 1
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December 2019
C) Putri Lenggo Geni
D) Anxiety and Depression as Mediator over the influence of the Personality of
Alexithymia
E) iii + 105 pages + 12 attachments
F) Alexithymia at the beginning of research was indicated as a personality disorder
in psychiatric patients, but in subsequent studies it was later researched in the
normal population, because indeed in the normal population can experience
alexithymia, his severity is distinguishing with psychiatry patients. Alexithymia
was a personality disorder, in which those who experienced it would be difficult
to define and describe the feelings of him and the feelings of others.
The aim of this study will explain the model of alexithymia disorder, which
is also experienced in common population, and that is described as affecting is
personality in this case Big five, anxiety (trait and state), and depression.
Through path analysis method, it is found that the most powerful effect directly
is extraversion, neuroticism and state anxiety. The suspected variables of indirect
effect are only openness to experience and agreeableness, It is also effect if each
path of each variable is added then significant value. Research samples are taken
as a lecture age of 250 samples. Sampling techniques use non-probability
sampling techniques.
People who have low levels of extraversion, tend to they will withdraw from
the environment and more introvert. Those who are introverted will be difficult
to socialize so it trains them to be low in emotional intelligence. Then
neuroticism and state anxiety negatively affect, the more they have negative
emotions such as worry, discomfort and anxiety when confronting a thing, and
this will lead to the inability of experiencing emotions. The upcoming research
needs to dig out the severity of alexithymia in the normal population to classify
it, also increasing the number of sample variants in the normal population.
Keywords: Alexithymia, General Population and Personality.
G) Reading material: 67; Books: 20 + Journals: 46 + articles: 1
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan
islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Anxiety Dan Depresi Sebagai Mediator Atas Pengaruh Personality
Terhadap Alexithymia“.
Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Dr. Zahrotun Nihayah, M. Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi
mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Kepada Jahja Umar Ph.D, dosen pembimbing 1 dari awal seminar proposal
hingga skripsi, sekaligus juga kepada Dr. Rena Latifa M.Psi selaku dosen
pembimbing skripsi 2. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu yang telah
membimbing penulis, memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak
masukkan selama menyelesaikan skripsi.
3. Kepada Desi Yustari Muchtar M.Psi, dosen Pembimbing Akademik Psikologi
kelas A angkatan 2015, terimakasih atas segala nasihat dan bimbingannya
kepada peneliti.
4. Kepada Responden Penelitian, para mahasiswa S1 sekitar Jakarta yang telah
berbaik hati membantu berkontribusi dalam mengisi kuesioner penelitian.
5. Kepada kedua orangtua yang tanpa henti memanjatkan doa di setiap ibadahnya,
kasih sayang yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan
untuk penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasihat yang baik
atas segala suka duka penulis.
6. Kepada kawan-kawan angkatan 2015, terkhususkan ke-empat sahabat
seperjuangan penulis dari awal masuk perkuliahan, Rana Parascantika, Nadyah
Pramestari, Indah Oktaviana, Teza Auliannisa yang tak pernah bosan selalu
viii
memberikan dukungan dan menjadi penyemangat disetiap proses pembuatan
skripsi ini.
7. Kepada teman terdekat sekaligus spesial bagi penulis, Oka Pangestu Adi.
Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan dalam hal apapun termasuk
perannya dalam membantu skripsi ini. Dengan tulus memberikan kasih
sayangnya sehingga selalu memberikan doa, semangat, energi yang positif bagi
penulis, serta menjadi tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah dan bertukar
cerita.
8. Kepada para senior tersayang, kak Dina Faradiena, kak Dian Mutia Dini, kak
Fiqah Soraya, Kak Imam Fachdrian, kak Achmad Afrizal Fauzan yang tanpa
bosan memberikan semangat dan bantuan dalam membimbing skripsi ini.
9. Kepada organisasi himpunan tercinta, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Psikologi Cabang Ciputat, tempat pertama kali peneliti belajar
mengenai organisasi, memberikan begitu banyak kepercayaan kepada peneliti
untuk berproses bersama dan berkat himpunan ini pula peneliti dengan mudah
mendapatkan responden dalam penelitian.
10. Kepada kawan-kawan seperjuangan pada forum training Latihan Kader 2 (LK
2) HMI cabang Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat, membantu
dalam penyebaran angket kuesioner serta ikut menemani dalam pengerjaan
skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkontribusi
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun orang lain,
dan pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 21 Januari 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
2.4 Trait Kepribadian Big Five .................................................................... 31
2.4.1 Definisi Kepribadian Big Five .................................................... 31
2.4.2 Trait-Trait Dalam Big Five..........................................................34
2.4.3 Pengukuran Traits Kepribadian Big Five....................................42
2.5 Kerangka Berfikir................................................................................... 43
2.6 Hipotesis.................................................................................................49
xi
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................106-111
LAMPIRAN ................................................................................................112-125
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Emosi diberikan Tuhan sebagai cara untuk merasakan berbagai jenis perasaan
yang bisa individu rasakan dan diekspresikan. Dalam hal ini emosi mengacu
pada sebuah perasaan terhadap informasi akan suatu kejadian. Emosi menjadi
dalam hal ini ada emosi marah, adalah emosi dasar yang sukar dikendalikan,
ada emosi bahagia yaitu emosi yang positif, secara umum orang merasakan
bagaimana jika halnya emosi yang biasanya setiap individu bisa dengan mudah
perasaan emosi, selain itu tuntutan lain yang lebih mendasar sebagai makhluk
untuk hidup sukses di antara kelompok apa pun, pemahaman orang lain
komponen inti empati dan pemahaman keyakinan orang lain sebagai komponen
inti dari penyebaran pikiran / theory of mind (Einsenberg, Eggum & Giunta,
1
2010). Setiap emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi yang ada
dihadapannya dan sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke waktu
dengan kondisi seperti ini bukanlah orang-orang yang tidak sensitif, mereka
diagnosis psikiatri dan dapat ditemukan pada populasi normal atau baik
(Freund, 2012). Dalam situasi aktivitas yang ekstrim dalam kaitannya dengan
emosi, mereka terlihat tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Subjek dengan
subjek menunjukkan angka sebesar 32,2% dari 215 sample yang digunakan oleh
yaitu dari 97 orang pada latar belakang usia pendidikan S1 ada 30% yang
mengatakan tidak dapat menjelaskan kepada orang lain alasan dibalik perasaan
2
yang hadir. Ini berarti mereka kesulitan menjelaskan perasaan mereka kepada
orang lain, ini sesuai dengan ciri konstruk alexithymia. Hal ini tentu penting
Selain itu, pada survey pendahuluan yang peneliti lakukan ada 83%
mengetahui apa saja yang menjadi penyebab hadirnya alexithymia didalam diri
yang termasuk didalamnya adalah mahasiswa yang berkisar pada usia dewasa
awal mulai dituntut memiliki tanggungjawab sosial, yang menjadi salah satu
tak acuh.
3
Selain sulitnya individu dalam berempati salah satu contoh lainnya yang
menyaksikan atau mengalami kekerasan, menjadi subjek rasa sakit fisik yang
terkait dengan cedera, atau penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung,
bermuatan afektif, atau untuk hubungan dengan orang lain adalah aktivitas
4
karakteristik gangguan kognitif-afektif dari orang-orang yang tidak dapat
tinggi pada orang yang depresi. Selain itu, kepuasan hidup berkorelasi negatif
dengan depresi pada populasi umum. Sebuah dampak dari alexithymia pada
faktor sosial dijelaskan oleh sebuah depresi (Honkalampi et al., 2000). Setiap
emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi yang ada dihadapannya dan
sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke waktu diperhitungkan oleh
perubahan depresi atau anxiety (Lumley, 2004). Kesulitan yang terlibat dalam
menderita tingkat anxiety dan depresi yang jauh lebih tinggi daripada individu
5
non-alexithymia (Thompson, 2009). Individu yang memperlakukan
rekonstruksi mental atas masa lalu dan masa depan sebagai ancaman nyata yang
harus diatasi saat ini. Akibatnya, suatu emosi menjadi episode yang
Masalah pun terjadi ketika kepribadian individu berubah seiring waktu dan
sejauh mana perbedaan relatif antara individu, apakah tetap sama dari waktu ke
waktu atau apakah perubahan skor pada alexithymia ini terkait dengan
yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan
termasuk dalam salah satu dari tiga model sifat kepribadian ini yaitu
6
Alexithymia telah ditemukan terkait secara teoritis cara dengan konstruksi
dapat diandalkan dan valid untuk alexithymia, yaitu Toronto Alexithymia Scale
alexithymia pada populasi umum mencapai hingga hampir 19% (Mason et al.,
menurun (Czernecka dan Szymura, 2008), gangguan panik dan fobia sosial
Love, dan Timoney 2013; Humphreys et al., 2009), gangguan tidur (Bauermann
bahkan panjang hidup bagi mereka yang mengalami gangguan. Lebih besar
klinis yang tepat dari alexithymia, karena fakta bahwa individu dengan tinggi
psikoterapi tertentu.
7
Dalam penelitian Picardi (2005) menjelaskan Trait Big five memiliki
depresi dengan P-Value ≤ 0,01. Ini berarti ketiga faktor ini menjadi penyebab
terhadap alexithymia, hanya saja variabel ini diukur terhadap masing masing
yaitu, jika pada umum nya penelitian tentang alexithymia yang mengatakan
variabel yang diukur dalam satu kesatuan sebuah penelitian. Terlebih lagi,
istilah sebuah mediator. Hal ini diasumsikan misal, bahwa belum tentu orang
alexithymia, karna bisa saja mereka akan melalui beberapa tahap dulu melalui
depresi. Ketika seseorang sudah mengalami depresi dia akan mudah terindikasi
8
mengalami alexithymia. Dengan ini peneliti merasa topik ini penting untuk
Peneliti akan memberi judul “ Anxiety dan Depresi sebagai mediator atas
Berdasarkan latar belakang masalah dan agar penelitian ini fokus maka penulis
emosi. Selain itu tuntutan lain yang lebih mendasar sebagai makhluk sosial adalah
sukses di antara kelompok apa pun, pemahaman orang lain terhadap emosi orang
9
lain. Dalam hal ini ada faktor penyebab konstruk kepribadian alexithymia ini yaitu
1. Apakah ada pengaruh secara langsung dari depresi, anxiety baik trait
2. Apakah ada pengaruh secara langsung dari anxiety, baik secara trait maupun
3. Apakah ada pengaruh secara langsung dari lima tipe kepribadian seseorang,
depresi?
1) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh anxiety, depresi dan trait
depresi dan big five ditinjau dari pengaruh langsung dan tidak langsung,
10
menggambarkan struktur hubungan proses alexithymia pada mahasiswa
disekitar Jakarta.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu :
Manfaat Teoritis :
langsung dan pengaruh tidak langsung, agar dapat memberi penjelasan yang
Manfaat Praktis :
yang dapat dilakukan oleh para pembaca. Pada saran penelitian akan dijabarkan
bentuk sikap seperti apa saja yang sesuai untuk dilakukan oleh mereka yang
mengalami hal seperti pada faktor penyebab, yang nantinya ditemukan signifikan.
untuk secara sadar selektif, jika diketahui mahasiswa yang memiliki alexithymia
11
terutama jika mahasiswa tersebut dalam bidang psikologi, nantinya akan
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Alexithymia
Konstruk alexithymia dikembangkan pada tahun 1973 oleh Sifneos dan berakar
dalam bahasa Yunani, yang berarti 'tidak ada kata untuk emosi' (a = kekurangan,
lexis = kata, thymos = mood atau emosi) (Sifneos, 1973). Pada tingkat terluasnya,
alexithymia menunjukkan defisit kognitif dan afektif dalam beberapa cara individu
dan praktis (de M'uzan, 1974), dan secara efektif, mereka menunjukkan
1979).
membedakan antara perasaan dan sensasi fisik dari rangsangan emosional, (3)
proses imajinatif terbatas, dan (4) eksternal- gaya kognitif berorientasi (Nemiah et
13
alexithymia adalah ketidaksadaran emosional, kurangnya keterikatan sosial, dan
sensasi tubuh.
c. Imajinasi terbatas dan, oleh karena itu, sedikit atau tidak ada fantasi dan
mimpi terbatas.
d. Ketidaktahuan apa yang terjadi dalam pikiran mereka sendiri dan cara
dan berbasis realitas, dan mereka telah memudarkan kehidupan emosional dan
(Fischer, 1997). Definisi alexithymia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
14
2.1.2 Alexithymia Sebagai Konstruk Kepribadian
psikiatri dan obat-obatan psikosomatis. Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1970-
an, konstruk telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris yang telah
karakteristik kepribadian lainnya, dan relevansi dalam situasi klinis (Taylor, 2012).
terbatas, dan gaya kognitif yang berorientasi eksternal. Konsisten dengan laporan
klinis, alexithymia dikaitkan dengan beberapa gangguan medis dan kejiwaan yang
risiko untuk gangguan medis dan psikiatri, individu dengan tingkat alexithymia
yang tinggi memiliki keterikatan yang tidak aman dengan orang lain dan
menerapkan pertahanan maladaptif dan gaya coping yang merupakan faktor risiko
dalam regulasi afek dan dikenal sebagai satu dari faktor pemicu gangguan medis
15
2.1.3 Dimensi Alexithymia
emosi diri dan orang lain. Meskipun individu dengan alexithymia menampilkan
respon fisik yang khas yang terkait dengan emosi - seperti air mata, butterfly in my
tummy atau peningkatan denyut jantung - mereka tidak dapat mengenali tanggapan
sensasi tubuh (Identify Feelings); (b) gaya kognitif operatif yang berorientasi
yang berhubungan dengan kesehatan yang rendah (Taylor, 1999). Pada orang
pria dan 5% hingga 10% di antara wanita, sedangkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin yang jelas telah ditemukan di kalangan remaja (Honkalampi et al., 2000).
16
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Alexithymia
a. Biogenic
Biogenik dari kelainan fisik dalam struktur otak. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
cedera otak (mis. Karena kecelakaan mobil), oleh kurangnya oksigen ke otak
selama kelahiran, atau oleh pengenalan racun. Abnormalitas mungkin juga faktor
genetik atau otak yang mungkin tidak berkembang dengan baik sejak lahir atau
selama masa kanak-kanak. Jika struktur saraf rusak dan alexithymia tidak dapat
dipulihkan, maka fokus terapi harus pada belajar strategi koping kompensasi baru
sebagai lawan dari pendidikan psikologis dalam perasaan. Meskipun ada bukti kuat
untuk kasus biogenik alexithymia, ini hanya sebagian kasus kecil dari populasi
alexithymia.
b. Psychogenic
pola asuh orang tua. Trauma emosional yang kemudian menjadi anxiety lalu depresi
fisik yang terkait dengan cedera, atau penyakit kronis seperti kanker, penyakit
17
disebabkan oleh psychogenic ini biasanya menghapus semua aspek aspek
percakapan yang digunakan untuk membangun emosional diri dengan orang lain,
ini juga memiliki efek menghalangi hubungan pribadi dengan orang- orang
disekitarnya.
Alexithymia primer mengacu pada kondisi abadi yang sedikit kemungkinan untuk
berubah dari waktu ke waktu. Bentuk alexithymia ini tidak tergantung pada situasi
lingkungan atau psikologis sementara. Ini disebabkan oleh efek neurologis atau
pertahanan yang berurat akar yang secara radikal mengubah fungsi neuron normal.
trauma lebih lanjut. Ini adalah bentuk alexithymia yang tergantung pada keadaan,
yang menghilang setelah situasi yang menimbulkan stres tersebut telah berubah.
Situasi stres mencakup berbagai penyakit fisiologis atau psikologis, seperti dalam
keadaan depresi atau anxiety yang parah, atau trauma atau stres yang dipelihara oleh
d. Struktur Neurological
apa yang disebut otak berpikir (neokorteks) dan apa yang disebut otak emosional
(sistem limbik). Dalam model ini pusat respons emosional sistem limbik tidak
berbagi informasi dengan cara biasa dengan pusat kognitif neokorteks yang lebih
18
tinggi. Ketika jalur saraf ini disfungsional, neokorteks tidak dapat mengakses
atau horizontal mengacu pada proses komunikasi antara dua belahan otak. Ketika
jalur komunikasi ini tidak berfungsi, mereka yang memiliki saraf penghubung besar
di antara belahan otak yang dipotong secara operasi untuk meringankan epilepsi
kesulitan menggambarkan perasaan, dan gaya berpikir operatif. Ini telah mengarah
Havilan, Dale G., Shaw (1991), menghasilkan faktor penyebab alexithymia yaitu
anxiety dan depresi. Pada penelitian Marko Manninen et.al (2011), yang menjadi
fktor penyebab alexithymia adalah Anxiety, depresi, masalah pikiran dan masalah
perhatian. Pada penelitian Aino K. Mattila et al. (2009), yang menjadi faktor
alexithymia yang dilakukan Lynn B. Myers (1995), yang menjadi faktor penyebab
adalah oping represif, pertahanan diri dan anxiety trait. Pada penelitian Jonathan D.
Prince et.al (1996), yang menjadi faktor penyebab alexithymia adalah kapasitas
hedonis, depresi dan afek negatif (anxiety). Pada penelitian J. Parker And G. Taylor
(1999), yang menjadi faktor penyebab alexithymia adalah lima faktor model,
19
Berdasarkan rangkuman tentang faktor penyebab tentang alexithymia pada
penyebab yang terbukti berpengaruh adalah tentang faktor kepribadian, anxiety dan
faktor tadi yang akan menjadi fokus penelitian sebagai variabel penyebab
Menurut Reusch tahun 1948 dalam (Timoney, 2013). Alexithymia pertama kali
dicatat, ia mengamati apa yang ia sebut sebagai 'kepribadian infantil'. Ini terjadi
pada pasien yang memiliki kemampuan yang belum matang untuk mengenali dan
menggambarkan dengan benar emosi mereka dan siapa yang sebaliknya akan
bergantung pada isyarat eksternal untuk menentukan apa reaksi yang sesuai. Pada
hanya mementingkan peristiwa-peristiwa saat ini, dan kurang dalam imajinasi. Itu
konstruk alexithymia oleh Nemiah dan Sifneos dalam awal 1970-an (Sifneos,
1973).
20
et al., 2007), yang mungkin terkait dengan ciri-ciri kepribadian lainnya, termasuk
neurotisme tingkat tinggi (Bagby et al., 1994), extraversion rendah (Wise et al.,
kepribadian tertentu.
juga muncul sebagai respons terhadap trauma emosional yang parah, sebagai cara
Beth Israel Questionnaire (BIQ) adalah salah satu alat yang paling banyak
alexithymia. Hasilnya adalah BIQ 12-item dirubah terdiri dari enam pertanyaan
21
Kuesioner alexithymia Bermond-Vorst (BVAQ) berevolusi dari kuisioner
Bermond dan Vorst memperluas kuesioner dengan tujuan memiliki dua versi
paralel, yang mengarah pada penciptaan 40-item BVAQ. Kuisioner ini mengukur
penting untuk mempengaruhi regulasi. BVAQ terdiri dari lima subskala faktor:
gairah seseorang
emosionalnya sendiri
(TAS-20) merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Bagby, Taylor dan Parker
(1994) yang mengukur tiga factor alexithymia : Difficulty Identifying Feeling (DIF),
dalam 20 item. Semakin tinggi skor menunjukkan tingkat alexithymia yang semakin
tinggi. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah TAS-20 karena
22
umum digunakan dan sesuai untuk diaplikasikan kepada individu dalam kategori
normal.
Salminen et.al. (1999) mengemukakan anxiety berasal dari kata Latin anxius,
yang berarti penyempitan atau pencekikan. Anxiety mirip dengan rasa takut tapi
bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Anxiety merupakan keadaan
emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatic ketegangan
Menurut Freud (1977) mengatakan bahwa anxiety adalah fungsi ego untuk
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Anxiety berfungsi sebagai mekanisme
yang melindungi ego karena anxiety memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya
dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat
Konsep anxiety lainnya adalah sebagai alternatif dari teori impuls Freud (1977)
tentang anxiety, yaitu adalah rasa bersalah. Ia berpendapat bahwa anxiety datang
bukan dari tindakan yang individu akan lakukan, tetapi dari tindakan yang telah ia
lakukan tetapi ia berharap bahwa ia tidak. Dengan demikian anxiety dihasilkan dari
penolakan tuntutan hati nurani, bukan naluri dari represi yang telah berubah
menjadi superego dari pada id. Jika seseorang berperilaku tidak bertanggungjawab
23
dengan terlalu banyak mengumbar diri dan terlalu sedikit menahan diri, maka
rentang rangsangan yang dirasakan dan menyebabkan pada aspek kepribadian yang
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
1989).
Anxiety adalah ketakutan yang diakibatkan oleh ancaman terhadap nilai tertentu
Anxiety diartikan sebagai suatu gejala kognitif, emosional dan fisiologis yang
dialami oleh individu dalam suatu kejadian yang dianggap stressful atau suatu
24
2.2.2 Jenis-Jenis Anxiety
a. Realistic Anxiety
Anxiety realistic adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Anxiety
realitik ini menjadi asal muasal timbulnya anxiety neurotic dan anxiety moral.
b. Neurotic Anxiety
Anxiety neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari
orang tua atau figure penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting
c. Moral Anxiety
Anxiety moral ini bersumber dari ancaman terhadap system super ego yang
sesuatu yang bertentangan dengan ego idealnya yang selama ini telah
eksternal yag ditimbulkan, semakin besar bahaya eksternal maka semakin kuat
2) Trait anxiety, ditandai dengan perasaan takut dan ransangan fisiologis, tetapi
sumber yang membangkitkan reaksi ini adalah dari internal bukan dari
25
eksternal seperti anxiety objektif. Sumber ini tidak dirasakan secara sadar
Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale
(ZSAS), Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,
1995), dan State-Trait Inventory for Cognitive and Somatic Anxiety (STICSA) (M.
J. Ree, C. MacLeod, D.French, & V. Locke, 2000). Menurut Hawari tahun 2001,
untuk mengetahui sejauh mana tingkat anxiety seseorang apakah ringan, sedang,
berat atau sangat berat dengan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Namun ika ingin melihat aspek dari segi
mana yang sesuai kondisi da mana yang sebagai anxiety menetap maka
Peneliti memilih untuk menggunakan alat ukur STICSA. Alat ukur ini dapat
mengukur mana yang menjadi state anxiety dan mana yang menjadi trait anxiety,
selain itu STICSA menunjukkan bahwa alat ukur ini dapat menjadi ukuran lebih
2.3 Depresi
Dalam DSM IV, depresi adalah lebih dari sekadar kesedihan. Orang dengan
sehari-hari, penurunan berat badan atau kenaikan berat badan yang signifikan,
26
berkonsentrasi, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan dan
pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri. Depresi adalah gangguan mental
Kaplan dkk, (1997) menyebutkan bahwa depresi adalah “salah satu bagian dari
gangguan mood dan perasaan dengan mengalami rasa sedih, kehilangan energi,
tidak berharga, anxiety, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, dan menarik diri”.
afek yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi
yang menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Ditambah dengan
gejala lainnya, yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan suram dan pesimis, gagasan perbuatan yang membahayakan
Biasanya terjadi pada awal sampai pertengahan usia dewasa. Dapat terjadi sekali,
dapat terjadi sering kali, dapat sebentar, dapat selama hidup, dapat bertahap, dan
ekstrem dan berlangsung paling tidak dua minggu, meliputi gejala-gejala kognitif
(seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu
(seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang
27
signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau
gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.
Depresi adalah gangguan mood di mana seseorang merasa tidak bahagia, tidak
bersemangat, memandang rendah diri sendiri, dan merasa sangat bosan. Individu
merasa selalu tidak enak badan, gampang kehilangan stamina, selera makan yang
buruk, tidak bersemangat, dan tidak memiliki motivasi (Santrock, 2007). Di dalam
Whitbourne, 2010).
memandang rendah diri sendiri, dan merasa sangat bosan. Individu merasa selalu
tidak enak badan, gampang kehilangan stamina, selera makan yang buruk, tidak
Jenis-jenis depresi berdasarkan DSM IV (1994) dibagi menjadi tiga, yaitu depresi
ringan, depresi sedang, depresi berat. Adapun gejala utama atau yang paling khas
atau sering disebut dengan depresi mayor adalah sebagai berikut: gangguan
perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah
lelah dalam melakukan kegiatan. Adapun jenis-jenis depresi adalah sebagai berikut:
28
a. Depresi Ringan
Pada depresi ringan ini harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala
depresi yang khas, selain itu juga ditambah sekurang-kurangnya dua dari
gejala depresi yang lainnya dan tidak boleh ada gejala yang berat dalam
kegiatan sosial, namun pada depresi ringan ini seseorang atau individu
b. Depresi Sedang
Harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala yang khas dari depresi,
Beberapa dari gejala depresi sedang ini tampa terlihat atau menyolok.
Lamanya dari depresi sedang ini adalah minimal dua minggu. Pada
c. Depresi Berat
kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya
tidak berguna sangat nyata terlihat, dan bunuh diri merupakan hal yang
29
2.3.4 Pengukuran Depresi
perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. Depresi dapat diukur melalui skala
psikologi yang diadaptasi dari skala Beck Depressions Inventory (BDI). Skala
psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan spiritual dan
depresi. Indikator yang diungkap dalam skala depresi ini adalah labilitas perasaan,
alat yang berharga dalam penilaian gangguan depresi enggunaan skala seperti itu
awal. Tujuan dari skala depresi peringkat diri Self-Rating Depression Scale (SDS)
yang digunakan berisi 20 item yang dibangun berdasarkan diagnostik klinis kriteria
tentang bagaimana hal itu berlaku baginya pada saat pengujian dalam empat istilah
kuantitatif, yang memiliki nilai numerik 1-4. Skala tersebut ditentukan sehingga
dari 20 item yang digunakan (Zung, 1965). Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan SDS sebagi alat ukur depresi karena item lebih mudah
nya.
30
2.4 Trait Kepribadian Big five
Dalam pembahasan landasan teori dimulai dari definisi kepribadian Big five, trait-
trait dalam Big five personality, deskripsi & indikator dari setiap trait pada Big five
Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa Big five merupakan konstruk
melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah
affect, dan tindakan. Di samping itu menyatakan bahwa big five faktor
Pervin (2005) menyatakan bahwa Big five in trait factor theory, the
factors. Artinya Big five adalah teori faktor trait (sifat, ciri), dengan lima
kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor social.
31
Kepribadian Big five adalah kepribadian yang dikembangkan oleh
Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relative menetap secara
terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan.
McCrae & Costa (1999) menyatakan bahwa Trait-trait dalam domain-domain dari
a. Neuroticm (N)
yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional
mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah
32
neuroticm yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup
juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai
merupakan individu yang cenderung gugup, sensitif, tegang dan mudah cemas,
yang secara positif pada kepribadian tersebut terkait dengan keparahan gejala
b. Extravertion (E)
33
Extravertion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki
34
6. Positive emotion (E6). Kecenderungan untuk mengalami emosi-
35
Openness to experience dapat membangun pertumbuhan pribadi.
rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka
aktif
baru
5. Ideas (O5). Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan
tidak konvensional.
36
d. Agreeableness (A)
konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang
Costa, 1999):
37
1. Trust: Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain
e. Conscientiousness (C)
38
conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak
prestasi
2013). Perbandingan skor tertinggi dan skor terendah pada Big five dapat
39
Tabel 2.2
Deskripsi & Indikator dari setiap trait pada Kepribadian Big five
40
Ketangguhan model lima faktor telah diamati melalui metode,
beberapa bahasa dan budaya (McCrae & Costa, dalam Caprara &
pendukung dari Big five (Goldberg &John, dalam Caprara & Cervone,
2000) dan model lima faktor (McCrae & Costa, dalam Caprara &
Bukti tentang kekuatan dan validitas Big five telah terbukti, adalah :
a. Struktur Big five Factor telah sering diulang dalam penelitian oleh
Inggris.
baik bahkan ketika bahasa, budaya, dan format konten yang digunakan
berbeda.
yang dapat mengambil bentuk berbeda dalam sampel dan budaya yang
berbeda.
d. Struktur faktor dari gambaran individu yang dijelaskan oleh model ini
cenderung relatif stabil selama jangka waktu yang lama pada orang
dewasa.
41
Penelitian sebelumnya oleh Linden R. Timoney dan Mark D. Holder tahun
faktor negatif. Dalam upaya untuk lebih memahami konstruk yang kompleks dari
Salah Satu ukuran umum dari sifat kepribadian adalah NEO Personality
Inventory (NEO-PI), yang pertama kali dikembangkan oleh Costa dan McCrae pada
tahun 1985), dan sejak itu mengalami beberapa revisi (Costa et al. 1991; McCrae et
diterima secara luas, yang terdiri dari lima ciri utama (Big five) dianggap paling
Skala kedua tambahan yang juga telah banyak digunakan dalam penilaian
kuesioner yang direvisi dengan 35 item (EPQ-R; Eysenck et al., 1985). Pengukuran
lain traits Kepribadian Big five menggunakan alat ukur yang mengadaptasi skala
BFI Big five inventory (John & Srivastava, 1999) yang terdiri dari 44 item
pernyataan, yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala 1) sampai sangat
sesuai (skala 4). Pada kepribadian Big five dibagi lima variable yaitu neuroticm,
42
extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness (28
favorable dan 16 unfavorable). Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur
BFI karena alat ukur ini merupakan alat ukur paling terbaru yaitu di tahun 1999.
yang terbatas, dan gaya kognitif yang berorientasi eksternal. Mereka kesulitan
Anxiety merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat
dan somatic ketegangan. Individu dengan perasaan seperti ini, dia akan sulit
tentunya dalam memahami situasi, kondisi maupun emosi orang lain sebab didalam
dirinya saja sedang terjadi masalah. Anxiety menurut Spielberger ada anxiety
menetap dan ada anxiety yang hadir karena kondisi tertentu ketika sedang
syndrom somatic yang ia miliki akan menetap atau trait anxiety kecenderungan ia
bersikap selalu dalam kegelisahan, baik dalam hal kurang serius sekalipun.
Anxiety yang hadir ketika seseorang sedang menghadapi suatu kondisi tertentu
atau state anxiety, misalnya seseorang tahu bahwa ia akan menerima sebuah
43
langgar, maka ia akan merasa cemas selama masalah itu selesai. Individu seperti ini
karena perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan hal-hal yang biasa
dengan anxiety, atau bahkan lebih berat dan serius. Perasaan tertekan, stress patah
semangat dan selalu merasa kehilangan gairah dalam menjalani hidup merupakan
dasar gangguan alexithymia. Setiap emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi
yang ada dihadapannya dan sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke
waktu dan diperhitungkan oleh perubahan depresi atau anxiety. Oleh karena itu
dua hal ini berhubungan terhadap gangguan emosi dimana tentunya alexithymia
Ada trait dari sebuah konsep kepribadian yang dibentuk untuk mengukur aspek
sifat seseorang yaitu trait kepribadian yang disebut juga dengan Big five Personality
merupakan salah satu faktor penyebab dari munculnya alexithymia pada diri
individu. Variabel Big five, atau yang bisa disingkat dengan sebutan (OCEAN) akan
44
berpengaruh melalui 3 cara yaitu petama berpengaruh terhadap trait anxiety dan
melalui state anxiety terlebih dahulu baru kemudian dari kelompok anxiety ini
alexithymia. Variabel Big five ini tentu tidak dapat berpengaruh langsung terhadap
alexithymia karena ada faktor lain yang menjadi mediator diantara keduanya yaitu
Selain berpengaruh tidak langsung, dalam lima faktor kepribadian Big five
hanya ada tiga dimensi pada Big five yang berpengaruh langsung terhadap
ketiga variabel ini memiliki penyebab yang sangat kuat untuk menyebabkan
ditemukan terkait secara teoritis dengan konstruksi kepribadian faktor Big five pada
pembahasan sebelumnya. Big five atau konsep personality ini akan diukur guna
mempermudah jalur sebuah faktor penyebab alexithymia dilihat dari masing masing
Openess to experience, seseorang yang jika tipe kepribadian ini rendah dimiliki
maka mereka akan memiliki minat yang sempit dan sederhana dalam berfikir, dan
ketika mendapatkan masalah mereka akan mudah mengalami anxiety, jika anxiety
terus berlanjut makan akan mengakibatkan depresi dalam diri, perasaan tertekan
alexithymia.
45
Conscientiousness, jika dalam kadar normal mereka akan dapat
mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan dorongan kontol manusia,
namun jika dalam keadaan rendah atau negatif, mereka akan menjadi sembrono dan
tidak dapat diandalkan. Perilaku yang cenderung negatif seperti ini, mudah
merasakan anxiety sebab dia kesulitan dalam hal tugas dan dorongan kontrol
manusia. Setelah mengalami anxiety akan mudah berlarut menjadi depresi jika
penanganan tidak cukup kuat. Depresi tidak akan teratasi jika tidak segera diberikan
sebab mereka yang memiliki rendah pada tipe kepribadian ini akan cenderung
introvert, suka menyendiri dan tidak ramah. Ketika mereka tidak ramah dan suka
menyendiri tidak akan ada banyak teman yang mau menjadi tempat berkeluh kesah
hingga dapat muncul lah anxiety lalu kemudian depresi. Depresi tidak akan hilang
jika tidak segera diberikan penanganan khusus psikologi. Jika tetap berlanjut,
anxiety jika tipe ini rendah dimiliki oleh seseorang. Mereka akan menjadi seorang
yang kasar, sinis dan penuh kecurigaan. Kecurigaan jika berlarut akan timbul
anxiety. Anxiety tidak teratasi akan mempengaruhi timbulnya depresi. Depresi jika
Neuroticism, Ini merupakan salah satunya tipe kepribadian yang jika dimiliki
dengan skor yang tinggi maka akan mudah mengalami anxiety, sebab ciri perilaku
46
yang ditunjukan sama, seperti emosional, merasa tidak aman dan panik. Perasaan
seperti ini bahkan bukan hanya bisa memunculkan anxiety, tetapi akan berlanjut
alexithymia
Selain mencari tahu apa penyebab langsung, melakukan Analisa dengan tepat
berdasarkan hasil bacaan teori dan analisa berfikir penyang dilakukan tentang
alexithymia, ternyata penyebab tidak langsung perlu diteorikan, mana yang menjadi
pengaruh timbulnya alexithymia, dan ini tidak boleh kita abaikan karena untuk bisa
mengetahui dengan jelas dan pasti, kita mesti men-spesifikasikan pula secara jelas
dengan cara membuat spesifikasi model variabel, agar hasil yang diperoleh dapat
sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran. Sembilan
variabel ini akan dijabarkan setiap masing-masing jalurnya pada gambar 2.1
dibawah
47
KETERANGAN :
DIF: Difficult Identifying Feelings
DDF: Difficult Describing Feelings
EOT: Externally Oriented Thingking
48
4.6 Hipotesis
Hipotesis Umum :
Model tentang pengaruh Big five personality terhadap tingkat alexithymia dengan
anxiety dan depresi sebagai mediator seperti tergambar pada gambar 2.1 adalah fit
dengan data.
Hipotesis Khusus :
b. Depresi secara langsung dipengaruhi oleh anxiety, baik secara trait maupun
c. Tingkat anxiety, baik trait maupun state dipengaruhi oleh tipe kepribadian
49
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah individu yang sedang dalam usia dewasa awal
yaitu rentang umur 18-24 tahun. Pembatasan tersebut karena rentang usia 18-24
tidak terlalu lebar sehingga karakteristik subjek cenderung memiliki kesamaan baik
sekitar Jakarta, dengan tujuan untuk memberi kesan heterogen pada populasi.
Sampel yang peneliti ambil yaitu usia perkuliahan yang direncanakan terdiri
menggunakan simple random sampling yaitu harus memiliki daftar dari seluruh
mahasiswa sekitar Jakarta tanpa seorangpun yang tidak terdata, dan jika sample
terpilih secara acak, belum tentu bertemu dengan responden atau responden tidak
bersedia. Dengan alasan ini, maka penulis memilih teknik non probability
sampling, dimana peluang untuk terpilihnya seseorang pada anggota populasi tidak
50
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
dijadikan sebagai dependent variable, kemudian trait anxiety, state anxiety dan
depresi sebagai mediator variable, serta lima traits personality yaitu openness to
Definisi Operasional :
1) Alexithymia
style (Sifneos, 1973; Taylor & Bagby, 2014). Dengan indikator : memahami
rasa nya perasaan ketika menangis, memahami ketika sebuah emosi yang
seharusnya hadir justru tidak hadir, megetahui sensasi fisik yang dirasakan
fakor eksternal
51
2) Definisi State Anxiety
mengalami anxiety.
yang membangkitkan reaksi ini adalah dari internal bukan dari eksternal
individu yang bukan dipengaruhi karena situasi terentu, tetapi stabil dan
cenderung menetap.
4) Definisi Depresi
ingin menangis di situasi apapun, merasa sulit ketika hendak tidur, merasa
selalu ada efek secara fisik yang terasa, tubuh selalu terasa gelisah dan tidak
52
5) Definisi Openness to experience
suatu ide atau situasi yang baru. Openness to experience mempunyai ciri
fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan
6) Definisi Conscientiousness
7) Definisi Extraversion
laku sosial. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang
kontrol dan keintiman (Feist dan Feist, 2009). Dengan indiktor: Mengukur
53
8) Definisi Agreebleness
lain (Feist dan Feist, 2009). Dengan indikator : Mengukur kualitas dari apa
9) Definisi Neuroticm
negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka
perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan (Feist dan Feist, 2009). Dengan
1) Skala Alexithymia
dalam penelitian ini. Skala yang dipakai adalah Toronto Alexithymia Scale-20
baik pada populasi klinis maupun populasi umum. Skala ini dianggap paling valid,
pertama kali diciptakan oleh Bagby, Taylor & Parker pada tahun 1994. Terdapat 20
54
Externally Oriented Thingking (EOT) menggunakan skala likert: Sangat sesuai,
2) Skala Anxiety
Skala Anxiety yan digunakan yaitu STICSA (M. J. ree, C. MacLeod, D.Perancis, V.
& Locke, 2000), bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat anxiety yang
menjadi trait dan mana yang menjadi state dalam pengaruhnya terhadap
sesuai, sesuai, atau sangat sesuai. Dengan 2 macam instruksi yang berbeda di
55
Tabel 3.2 Blue Print Skala Anxiety
Total 42
3) Skala Depresi
Dalam penilaian gangguan depresi penggunaan skala seperti itu sangat berharga
Keterangan: *Unfavorable
56
4) Skala Kepribadian Big five
Big five inventory (John & Srivastava, 1999) yang terdiri dari 44 item
pernyataan, yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala 1) sampai sangat
sesuai (skala 4). Pada kepribadian Big five dibagi lima variable yaitu neuroticm,
Validitas konstruk dari kelima alat ukur tersebut akan diukur menggunakan CFA
(confirmatory factor analysis) yang nanti akan diuraikan dalam metode analisis
data.
57
3.4 Metode Analisis Data
kontruk dari pengukuran pada setiap variabel atau setiap instrumen, seperti
dilaporkan. Begitu pula dengan variabel lainnya seperti state anxiety, trait anxiety,
depresi dan kelima faktor kepribadian, juga akan dilakukan uji validitas konstruk
Hanya item-item yang valid yang datanya akan digunakan untuk analisis
penelitian, dengan begitu ada kemungkinan tidak semua item tersebut valid dan
mungkin ada yang di drop. Metode untuk menentukan apakah sebuah item tersebut
akan di drop atau tidak adalah melalui CFA. Dimana pertama, CFA harus fit dengan
model uni dimensional, dan tidak ada butir soal yang muatan loading faktornya
negatif. Jika sudah terbukti validitasnya maka untuk setiap sembilan variabel akan
dihitung true score untuk setiap orang, sebanyak jumlah sampel dalam bentuk
faktor score yang disebut juga true score, hanya menggunakan item-item yang
valid. Data berupa true score, itulah yang akan dianalisis dengan analisis regresi
berstruktur yang dikenal dengan sebutan path analisis atau dengan teknik analisis
apakah teori struktur itu telah fit dengan data, kemudian jika sudah fit, akan
58
Dalam analisis modeling seperti ini terdapat 2 tingkatan analisis seperti:
1. Pengukuran model teori seperti gambar 2.1 apakah fit dengan data
2. Setelah diperoleh atau terbukti fit dengan data baru anxiety itulah diuji
hipotesis penelitian yang lebih spesifik yaitu pengaruh dari satu variabel
Untuk menentukan apakah model fit atau tidak digunakan 2 indeks statistik
seperti Chi Squre dan RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation).
Model dinyatakan fit jika kai square yang dihasilkan tidak signifikan (P ≥ 0.05) atau
jika nilai RMSEA yang dihasilkan lebih kecil dari pada 0.05 atau jika probabilitas
bahwa RMSEA lebih kecil dari pada 0.05 tidak signifikan (P ≥ 0.05).
Semua proses pengujian model fit terhadap apa yang diteorikan maupun
pengujian hipotesis tentang hal yang secara langsung ataupun tidak langsung
item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel
170, P-value = .000, RMSEA = .103, dengan 90% C.I. = .094 – .112, probability
RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .789 dan TLI = .764. Dilihat dari nilai P-value yang
kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa
59
model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model
tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi 5 item yang nilai
estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang hendak diukur.
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 12 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
square = 152.074, degrees of freedom = 78, P-value = .000, RMSEA = .062, dengan
90% C.I. = .047 – .076, probability RMSEA (≤ .05) = .093, CFI = .965 dan TLI =
.953. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai
dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala alexithymia dapat dilihat pada tabel 3.5
60
Tabel 3.5 Uji Validitas Konstruk Alexithymia
koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item
variabel alexithymia.
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-3, 6-9, 12-17 dan 20.
dan diperoleh nilai 1.037, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan
61
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Depresi
item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel
yaitu depresi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus. Pada
P-value = .000, RMSEA = .116, dengan 90% C.I. = .107 – .125, probability
RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .617 dan TLI = .572. Dilihat dari nilai P-value yang
kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model
tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi 6 item yang nilai
estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang hendak diukur.
143.735, degrees of freedom = 71, P-value = .000, RMSEA = .064, dengan 90%
C.I. = .049 – .079, probability RMSEA (≤ .05) = .063, CFI = .934 dan TLI = .915.
Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence interv nya mulai dari
.049, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa model
tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut hanya
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
62
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala alexithymia dapat dilihat pada table 3.6
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 7-10, 13, 16, 18-20.
dan diperoleh nilai 1.033, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan
Uji validitas konstruk skala state anxiety, dilakukan untuk mengetahui apakah
21 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel
yaitu state anxiety. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus.
63
189, P-value = .000, RMSEA = .078, dengan 90% C.I. = .069 – .087, probability
RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .918 dan TLI = .909. Dilihat dari nilai P-value yang
kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model
tersebut.
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 9 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
dengan 90% C.I. = .049 – .068, probability RMSEA (≤ .05) = .079, CFI = .956 dan
TLI = .949. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya
mulai dari .049, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan
bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala state anxiety dapat dilihat pada table 3.7:
64
3.7 Tabel Uji Validitas Konstruk Skala State Anxiety
Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .380 .056 6.768 .000 √
2 .606 .042 14.354 .000 √
3 .581 .044 13.291 .000 √
4 .497 .048 10.276 .000 √
5 .478 .052 9.174 .000 √
6 .581 .042 18.788 .000 √
7 .710 .038 9.297 .000 √
8 .730 .037 19.699 .000 √
9 .557 .047 11.890 .000 √
10 .466 .051 9.214 .000 √
11 .480 .051 9.494 .000 √
12 .706 .042 16.853 .000 √
13 .707 .039 17.906 .000 √
14 .864 .027 31.818 .000 √
15 .703 .039 17.886 .000 √
16 ,209 .062 3.350 .000 √
17 .610 .043 14.228 .000 √
18 .609 .043 14.103 .000 √
19 .638 .041 15.659 .000 √
20 .626 .046 13.496 .000 √
21 .216 .063 3.416 .000 √
value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-8, 10, 16-17, 19 dan
21. Diperoleh nilai 1.032, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan
65
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Trait Anxiety
Uji validitas konstruk skala trait anxiety, dilakukan untuk mengetahui apakah 21
item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel
yaitu trait anxiety. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus.
189, P-value = .000, RMSEA = .087, dengan 90% C.I. = .078 – .095, probability
RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .923 dan TLI = .915. Dilihat dari nilai P-value yang
kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model
tersebut.
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 17 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
dengan 90% C.I. = .048 – .068, probability RMSEA (≤ .05) = .081, CFI = .968 dan
TLI = .961. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya
mulai dari .048, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan
bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
66
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala trait anxiety dapat dilihat pada table
Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki t-value
koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-11, 13, 15-17, 19-
67
20. dan diperoleh nilai 1.052, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit
apakah 8 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu
Mplus. Skala Ekstraversion tersebar pada 8 item yaitu ada pada item 1, 11, 16, 26,
36, 6, 21, 31. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 147.147, degrees
of freedom = 20, P-value = .000, RMSEA = .159, dengan 90% C.I. = .136– .184,
probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .866 dan TLI = .813. Dilihat dari nilai P-
value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat
disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi
1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 2 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
square = 17.855, degrees of freedom = 12, P-value = .1202, RMSEA = .044, dengan
90% C.I. = .000 – .084, probability RMSEA (≤ .05) = .544, CFI = .994 dan TLI =
.989. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai
dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut
68
Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala extraversion dapat dilihat pada table dibawah.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%
confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari
.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item
yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu
dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1, 2, 3, 7. dan diperoleh
69
nilai 1.038, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data dan
mengukur extraversion.
apakah 9 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu
aplikasi Mplus. Skala Agreeableness tersebar pada 9 item yaitu ada pada item 7, 17,
22, 32, 42, 2, 12, 27, 37. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 200.522,
degrees of freedom = 27, P-value = .000, RMSEA = .160, dengan 90% C.I. = .140–
.181, probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .732 dan TLI = .642. Dilihat dari
nilai P-value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat
disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 7 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
square = 47.798, degrees of freedom = 20, P-value = .0005, RMSEA = .075, dengan
90% C.I. = .048 – .102, probability RMSEA (≤ .05) = .065, CFI = .957 dan TLI =
.923. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai
dari .048, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
70
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala agreeableness dapat dilihat pada table
dibawah.
Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%
confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari
.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item
yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Agreeableness
seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar
dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 9 item
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1, 2-3, 5-9. dan
71
diperoleh nilai 1.078, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data
ada pada item 3, 13, 28, 33, 38, 8, 18, 23, 43. Pada analisis pertama diperoleh nilai
dengan 90% C.I. = .072– .116, probability RMSEA (≤ .05) = .001, CFI = .905 dan
TLI = .874. Dilihat dari nilai P-value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang
lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu
adalah meneliminasi 1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan
mengukur variabel yang hendak diukur. Item yang dieliminasi yaitu item ke 6
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 3 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
square = 41.634, degrees of freedom = 17, P-value = .0008, RMSEA = .076, dengan
90% C.I. = .047 – .106, probability RMSEA (≤ .05) = .067, CFI = .960 dan TLI =
.935. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai
dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa
72
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala Conscientiousness dapat dilihat pada tabel.
Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%
confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari
.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item
yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu
positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat
Conscientiousness.
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
73
dilakukan sebanyak 8.500 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 5, 7-9. dan diperoleh
nilai 1.032, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data dan
mengukur Conscientiousness.
apakah 8 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu
Mplus. Skala Neuroticism tersebar pada 8 item yaitu ada pada item 4, 14, 19, 29,
39, 9, 24, 34. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 111.316, degrees
of freedom = 20, P-value = .000, RMSEA = .135, dengan 90% C.I. = .111– .160,
probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .922 dan TLI = .891. Dilihat dari nilai P-
value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat
disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi
1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang
hendak diukur. Item yang dieliminasi antara lain item ke 6 yaitu item nomor 9.
degrees of freedom = 14, P-value = .0015, RMSEA = .077, dengan 90% C.I. = .046
– .110, probability RMSEA (≤ .05) = .075, CFI = .980 dan TLI = .970. Dilihat dari
nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai dari .046, dimana
74
nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah
fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala Neuroticism dapat dilihat pada tabel dibawah.
Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%
confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari
.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item
yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Neuroticism
seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar
dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 7 item
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
75
dilakukan sebanyak 20.000 kali. Model tersebut dianalisis tanpa menggunakan
pendekatan bifactor, karena tidak ada item yang menjadi faktor bias. Hasil iterasi
yang diperoleh adalah nilai 1.049, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit
10 item yaitu ada pada item 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 44, 35, 41. Pada analisis
.000, RMSEA = .150, dengan 90% C.I. = .132– .169, probability RMSEA (≤ .05)
= .000, CFI = .762 dan TLI = .694. Dilihat dari nilai P-value yang kurang dari .05
serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut
untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 9 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-
square = 58.645, degrees of freedom = 26, P-value = .0003, RMSEA = .071, dengan
90% C.I. = .047 – .095, probability RMSEA (≤ .05) = .075, CFI = .961 dan TLI =
.932. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai
dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut
76
Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi
validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang
bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.
Signifikansi setiap item dalam skala Openess to Experiences dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%
confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari
.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item
yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Openess to
Experiences seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan
lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan
estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi
77
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam
hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 4, 5, 6-10. dan
diperoleh nilai 1.069, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data
Metode analisisa statistika dalam penelitian ini adalah path analysis menggunakan
software Mplus versi 8.0 oleh Muthen & Muthen (2017). Path analysis merupakan
variasi dari analisis regresi berganda (multiple regression analysis) yang ditujukan
pengaruh langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) secara bersamaan antara
2004). Penggunaan metode path analysis dilakukan karena peneliti hendak meneliti
pengaruh langsung (direct effect) dan tidak langsung (indirect effect) terhadap
variabel terikat, yaitu alexithymia. Berikut merupakan prosedur pada path analysis:
Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah dengan membuat model atau
Adapun path diagram terdiri dari 10 variabel yang digunakan dalam penelitian.
78
3. Mengestimasi parameter model.
2017).
Uji model fit (test of goodness of fit) merupakan tahap untuk menguji apakah
data yang diperoleh dari lapangan sesuai dengan model yang dibuat. Penelitian
(RMSEA) dalam menentukan fit atau tidaknya suatu model. Adapun model
dapat dikatakan fit apabila dua diantara tiga output dari RMSEA berikut ini
adalah signifikan, yaitu RMSEA Estimate < 0.05, RMSEA 90 percent C.I <
0.05, dan probability RMSEA > 0.05. Apabila kriteria tersebut terpenuhi maka
model fit.
5. Model Modifikasi
Tahap modifikasi dilakukan jika model yang dibuat tidak fit dengan data.
Adapun langkah pertama dalam tahap ini, yaitu dengan melihat muatan
Mplus berdasarkan dengan output tersebut, langkah ini dapat diulang sampai
79
6. Menguji hipotesis penelitian
Dalam hal ini adalah melakukan uji signifikan terhadap parameter dari model
1. Koefisien dampak langsung dari satu variabel ke variabel lain, yaitu Beta (β)
dan Gamma (γ). 2. Koefisien dampak tidak langsung dari satu variabel ke
variabel dependen yang dalam hal ini ketidakjujuran akademik (KA) pada
setiap jalurnya. Adapun terdapat 19 jalur yang tersedia dalam Mplus, yaitu: a.)
ada pula melalui mediator trait anxiety dan/atau state anxiety, dan juga
langsung dan ada pula melalui mediator depresi, State anxiety terhadap
80
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 mahasiswa/i aktif disekitar Jakarta.
Subjek penelitian ini diambil menggunakan teknik non probability sampling dari
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Variabel Sampel N=250
UIN Syarif Hidayatullah 20 tahun 75
Jakarta 21 tahun 25
22 tahun 25
Universitas Indonesia 21 tahun 50
Iniversitas Pertamina 20 tahun 50
IISIP Jakarta 22 tahun 25
Laki-laki 125
Perempuan 125
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Alexithymia 250 20 80 50.82 15.2
Big five 250 44 176 121.12 30.147
State Anxiety 250 21 84 43.66 18.096
Trait Anxiety 250 21 84 43.34 18.164
Depresi 250 20 80 52.43 14.278
81
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini hanya memiliki dua mean
yang melebihi 50, yaitu pada variabel Big five dan depresi, selain itu semua standar
deviasi memiliki nilai paling tinggi 30 yaitu pada Big five. Skor terendah dari
alexithymia adalah 20 dan skor tertinggi adalah 80. Skor terendah dari State Anxiety
adalah 21 dan skor tertinggi adalah 84. Skor terendah dari Trait Anxiety adalah 21
dan skor tertinggi adalah 84. Skor tertnggi depresi adalah 20 dan skor tertinggi
adalah 80. Skor terendah dari Big five adalah 44 dan skor tertinggi adalah 176.
alexithymia dan 21 pengaruh yang bersifat tidak langsung (indirect) yang diperoleh
melalui metode analisis jalur (path analysis). Dalam path analysis terdapat tiga hal
yang dilihat, pada tahap pertama memastikan model fit dengan melihat indeks
RMSEA. Ada tiga kriteria yang berkaitan dengan hal ini, yaitu koefisien RMSEA
< 0.050, batas bawah 90 per cent C.I. < 0.050, dan probability RMSEA (<0.05)
adalah lebih besar dari 0.050. Peneliti akan menyimpulkan model fit dengan data,
pengaruh langsung (indirect) dengan melihat diagram pada model yang terbukti fit.
Dalam menguji model fit, peneliti tidak menggunakan indeks chi-square (ꭕ2)
sebagai ukuran, dikarenakan indeks tersebut sangat sensitif terhadap besar sampel
(Joreskog dan Sorbom, 1996). Maka dari itu, dalam penelitian ini digunakan indeks
RMSEA. Hal ini dikarenakan penelitian dengan sampel yang cukup besar
kemungkinan model fit jika menggunakan ꭕ2 tentu sangat kecil. Tahap ketiga
82
(setelah terbukti model fit), yaitu menguji hipotesis apakah masing-masing jalur
direct dan indirect signifikan secara statistik. Hal ini dilakukan melalui uji dengan
nilai T yaitu jika t >1.96 atau dengan kata lain p < 0.05.
Pada tahap pengujian model diperoleh koefisien RMSEA = 0.069, 90% C.I=
0.000 sampai 0.142 ( batas bawah <0.05), dan probability RMSEA <0.05 = 0.261
(p >0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model teoritis yang diuji fit
dengan data karena ketiga kriteria diatas telah terpenuhi. Ringkasan dari uji model
fit tersebut disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini, sedangkan diagram dari model
83
Gambar 4.1 Skema Hasil Uji Model Fit
Keterangan:
Open : Openness
Consc: Conscientiousness
Ext : Extraversion
Agree: Agreeableness
Neuro: Neuroticism
Trait : Trait Anxiety
State : State Anxiety
Dep : Depresi
Ale : Alexithymia
Karena model telah terbukti fit dengan data maka ini berarti bahwa hipotesis
(Model tentang pengaruh Big five personality terhadap tingkat alexithymia dengan
anxiety dan depresi sebagai mediator) adalah fit dengan data dalam memengaruhi
Setelah semua kriteria model fit dapat terpenuhi, tahap selanjutnya peneliti melihat
84
Tabel 4.4
Koefisien Dampak Langsung Antar Variabel
Dampak Koefisien S.E T-value P-value
arah hubungan yang positif (0.174) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal
ini dapat dilihat dari T-Value = 2.463 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p <
85
tipe kepribadian openess to experience semakin mereka memiliki anxiety
positif (0.052) tapi tidak signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat
dilihat dari T-Value = 0.708 (p > 1.96) dan P-value = 0.479 (p < 0.05).
negatif (-0.082) tapi tidak signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat
dilihat dari T-Value = -1.213 (p > 1.96) dan P-value = -0.225 (p < 0.05).
negatif (-0.290) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = -4104 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,
(0.172) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat dilihat dari T-
Value = 2.783 (p > 1.96) dan P-value = 0.005 (p < 0.05). Artinya,
arah hubungan yang positif (0.199) dan signifikan terhadap state anxiety,
86
hal ini dapat dilihat dari T-Value = 2.780 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p
anxiety tanpa melalui variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe
negatif (-0.045) tapi signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = -0.553 (p > 1.96) dan P-value = 0.580 (p < 0.05).
negatif (-0.091) tapi tidak signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat
dilihat dari T-Value = -1.260 (p > 1.96) dan P-value = 0.208 (p < 0.05).
negatif (-0.202) dan signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = -2.400 (p > 1.96) dan P-value = 0.016 (p < 0.05). Artinya,
dirinya.
10. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif
(0.172) dan signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat dari T-
Value = 2.655 (p > 1.96) dan P-value = 0.008 (p < 0.05). Artinya,
87
neuroticism maka semakin sangat memiliki anxiety kondisional dalam
dirinya.
11. Variabel gangguan trait anxiety memiliki arah hubungan yang negatif (-
0.065) tapi tidak signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-
12. Variabel gangguan state anxiety memiliki arah hubungan yang positif
(0.232) dan signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-Value =
2.467 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p < 0.05). Artinya, state anxiety secara
13. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif
(0.225) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-
Value = 4.426 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya, tipe
dirinya.
negatif (-0.288) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = -5.121 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,
88
yang mereka miliki maka semakin tinggi memiliki gangguan depresi dalam
dirinya.
negatif (-0.210) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = 3.424 (p > 1.96) dan P-value = 0.001 (p < 0.05). Artinya,
yang negative (-0.161) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat
dilihat dari T-Value = 2.548 (p > 1.96) dan P-value = 0.011 (p < 0.05).
yang negative (-0.076) dan tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini
dapat dilihat dari T-Value = -1.262 (p > 1.96) dan P-value = 0.207 (p <
0.05).
negatif (-0.259) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat
dari T-Value = -4.243 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,
89
tipe kepribadian extraversion secara langsung memengaruhi alexithymia
19. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif
(2.259) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-
Value = 4.761 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya, tipe
dirinya.
20. Variabel gangguan trait anxiety memiliki arah hubungan yang positif
(0.170) tapi tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari
21. Variabel gangguan state anxiety memiliki arah hubungan yang positif
(0.215) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-
Value = 2.194 (p > 1.96) dan P-value = 0.028 (p < 0.05). Artinya, gangguan
22. Variabel gangguan depresi memiliki arah hubungan yang negatif (-0.059)
tapi tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-Value
90
4.5 Hasil Analisis Pengaruh Langsung IV terhadap Alexithymia
Berdasarkan penjelasan pada uji analisis data, dapat diketahui bahwa terdapat enam
disusul dengan extraversion yang bersifat negative sebesar -0.253 (25,3%), state
anxiety positif sebesar 0.221 (22,1%), trait anxiety bersifat positif sebesar 0.17 atau
(17%), variabel depresi bersifat negatif sebesar -0.058 (5.8%) dan yang terakhir
Tabel 4.5
Koefisien Dampak Langsung IV terhadap Alexithymia
Dampak Koefisien S.E T-value P-value
Open→Ale -0.073 0.058 -1.264 0.206
Ext→Ale -0.253 0.059 -4.313* 0.000
Neuro→Ale 0.259 0.053 4.860* 0.000
Trait→Ale 0.176 0.099 1.777 0.076
State→Ale 0.221 0.100 2.205* 0.027
Dep→Ale -0.058 0.063 -0.925 0.355
*) = signifikan (T-value > 1.96)
alexithymia karena orang yang memiliki tipe kepribadian dengan emosi yang
negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil,
perasaan dia maupun perasaan orang lain atau yang disebut alexithymia (Sifneos,
91
1973; Taylor & Bagby, 2014). Semakin kuat tipe kepribadian neuroticism yang
alexithymia.
dipengaruhi secara langsung oleh depresi, anxiety (baik trait maupun state) dan tiga
hasil penelitian, hanya ada 3 yang terbukti berpengaruh secara signifikan yaitu tipe
Pada hipotesis khusus poin ke-2, Depresi secara langsung dipengaruhi oleh
anxiety, baik secara trait maupun state dan satu tipe kepribadian yaitu neuroticism.
Berdasarkan hasil penelitian, depresi dipengaruhi secara signifikan oleh satu tipe
anxiety saja yaitu state anxiety dan tipe kepribadian neuroticism dan keduanya
signifikan. Ini sesuai dengan pemodelan yang sudah diteorikan, bahwa anak yang
mengalami tipe anxiety state anxiety (sesuai dengan kondisi mereka yang memiliki
masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman), akan
sangat mudah menghadirkan depresi dalam diri. Namun tidak demikian hal nya
dengan pada trait anxiety dimana pengaruhnya tidak signifikan. Selanjutnya juga
ditemukan hal lain yang berbeda diluar dengan apa yang telah diteorikan dan justru
92
perlu untuk diungkap, yaitu tiga tipe kepribadian yang lain seperti extraversion,
terhadap depresi walaupun secara negatif. Ini artinya mereka yang mempunyai nilai
yang rendah pada tiga kepribadian tersebut, akan semakin mengalami depresi.
Pada hipotesis khusus poin ke-3, Tingkat anxiety baik trait maupun state
dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang, yang dalam hal ini ada lima tipe
kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian, hanya ada tiga yang signifikan yaitu
mempengaruhi secara negatif, artinya semakin rendah nilai social adaptibility yang
selalu mengalah, maka akan semakin tinggi mereka mengalami anxiety baik trait
Selanjutnya, peneliti melihat pengaruh secara tidak langsung dari variabel lima
extraversion, agreeableness, neuroticism, dua tipe anxiety yaitu trait anxiety, state
anxiety dan depresi terhadap alexithymia. Adapun hasil pengaruh tidak langsung
(indirect effect) secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
93
Tabel 4.6
Koefisien Dampak Tidak Langsung IV terhadap Alexithymia
Dampak Koefisien S.E T-Value P-Value Sig
Effect from Open to Ale
Sum of indirect .073 .029 2.534 .011
Specific Indirect
Open→Trait→Ale .031 .021 1.436 .151 x
Open→State→Ale .044 .026 1.717 .086 x
Open→Trait→Dep→Ale .001 .001 .542 .588 x
Open→State→Dep→Ale -.003 .003 -.826 .409 x
Effect from Consc to Ale
Sum of indirect .001 .029 .028 .978
Specific Indirect
Consc→Trait→Ale .009 .014 .657 .511 x
Consc→State→Ale -.009 .017 -.536 .592 x
Consc→Trait→Dep→Ale .000 .000 .437 .662 x
Consc→State→Dep→Ale .001 .001 .466 .641 x
Effect from Ext to Ale
Sum of indirect -.033 .026 -1.277 .202
Specific Indirect
Ext→Trait→Ale -.014 .014 -1.005 .315 x
Ext→State→Ale -.019 .018 -1.099 .272 x
Ext→Trait→Dep→Ale .000 .001 -.506 .613 x
Ext→State→Dep→Ale .001 .002 .715 .474 x
Effect from Agree to Ale
Sum of indirect -.089 .032 -2.804 .005
Specific Indirect
Agree→Trait→Ale -.051 .032 -1.624 .104 x
Agree→State→Ale -.039 .024 -1.625 .104 x
Agree→Trait→Dep→Ale -.001 .002 -.551 .582 x
Agree→State→Dep→Ale .002 .003 .815 .415 x
Effect from Neuro to Ale
Sum of indirect .052 .029 1.896 .069
Specific Indirect
Neuro→Trait→Ale .030 .020 1.500 .134 x
Neuro→State→Ale .037 .022 1.708 .088 x
Neuro→Trait→Dep→Ale .001 .001 .545 .586 x
Neuro→State→Dep→Ale -.002 .003 -.825 .409 x
Neuro→Dep→Ale -.013 .015 -.905 .365 x
Keterangan
Open : Openness
Consc: Conscientiousness
Ext : Extraversion
Agree: Agreeableness
Neuro: Neuroticism
Trait : Trait Anxiety
State : State Anxiety
Dep : Depresi
Ale : Alexithymia
√ :Signifikan (T-Value ˃ 1.96 dan P-Value ˂ 0.05)
x : Tidak signifikan
94
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 21 jalur tidak
langsung yang memengaruhi alexithymia, dan dari 21 jalur tersebut tidak ada jalur
effect). Selanjutnya untuk menjawab berbagai hipotesis pada jalur tidak langsung
dalam penelitian ini dan berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel
alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.
(T-value= 1.436 dan P-value= 0.151). Selain itu ada tiga jalur lainnya yang
alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.
signifikan (T-value= .657 dan P-value= .511). Selain itu ada tiga jalur lainnya
95
Consc→Trait→Dep→Ale (T-value= 0.437 P-value= 0.662),
secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety. Namun
value= -1.005 dan P-value= .315). Selain itu ada tiga jalur lainnya yang diduga
value= 0.474).
alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.
signifikan (T-value= -1.624 dan P-value= 0.104). Selain itu ada tiga jalur
secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety. Namun
96
setelah melakukan uji signifikan, jalur Neuro→Trait→Ale tidak signifikan (T-
value= 1.500 dan P-value= 0.314). Selain itu ada empat jalur lainnya yang
Pada hipotesis ke-4, Seluruh tipe kepribadian secara tidak langsung memiliki
Berdasarkan hasil penelitian seluruh tpe kepribadian tidak ada yang berpengaruh
depresi. Itu artinya depresi berdiri sendiri dan sama sekali tidak menjadi pengaruh
97
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Dalam model penelitian ini terdapat variabel-variabel mediator, maka dari itu
untuk dapat melihat pengaruh langsung (direct effects) dan pengaruh tidak langsung
teknik path analysis. Adapun uji model menggunakan path analysis menghasilkan
model fit dengan enam variabel yang memiliki dampak langsung (direct effects).
Pada model direct dari enam variabel yang diduga mempengaruhi secara
signifikan terhadap alexithymia, ternyata hanya ada tiga variabel yang signifikan
langsung secara signifikan oleh state anxiety dan neuroticism. Pada trait anxiety
neuroticism.
Dampak tidak langsung atau model (indirect effect) terdapat dua variabel yang
memiliki total indirect yang signifikan yaitu variabel yang jika melalui semua jalur
98
Selain dari uji hipotesis yang dilakukan, telah ditemukan variabel lain yang
terhadap depresi. Dimana, ketiga variabel ini tidak ada diteorikan sebelumnya
bahwa berpengaruh terhadap depresi, namun pada hasil analisis yang dilakukan
terhadap depresi.
5.2 Diskusi
Sesuai dengan tujuan penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah model path
analysis alexithymia yang diteorikan sesuai dengan hasil data penelitian. Beberapa
state, dan depresi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel yang
negatif, neuroticism berkorelasi positif, yang masing-masing sebesar 25% dan state
Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung gagasan
heritabilitas genetik (Jorgensen et al. 2007), yang mungkin terkait dengan ciri-ciri
extraversion rendah (Wise et al. 1992), dan keterbukaan yang rendah terhadap
99
fakor extraversion yang rendah, dalam berinteraksi mereka akan sukar mengingat
Begitu juga dengan orang yang memiliki masalah dengan emosi negatif seperti
rasa khawatir dan rasa tidak nyaman, sacara emosional mereka labil, mereka
penelitian nya (Parker et. al 1989) bahwa individu yang memiliki neuroticism
memiliki kemampuan emosi dan reaksi berlebihan, individu yang memiliki skor
tinggi cenderung responsif secara emosional dan kesulitan untuk kembali kedalam
Selain itu secara langsung alexithymia juga dipengaruhi secara positif oleh
state anxiety, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Taylor (1996) bahwa
anxiety berawal dari ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi dari
(1991) bahwa anxiety adalah prediktor yang kuat dari konstruk perasaan
itu sendiri.
100
Untuk depresi didapatkan hasil dipengaruhi secara signifikan oleh state anxiety
dan neuroticism. Ini dikarenakan orang yang mengalami ketegangan dan rasa
cemas, merasa selalu tidak aman, maka tidak akan dapat berfikir jernih ketika
depresi. Untuk trait dan state anxiety didapatkan hasil bahwa dipengaruhi langsung
lagi yaitu extraversion (sebagai penyebab state anxiety). Ini dikarenakan mereka
tidak memiliki rasa keingin tahuan yang luas, tidak dapat dipercaya, mudah panik
Untuk (indirect effect) yang telah diteorikan dan diprediksi bahwa lima tipe
pada hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada satupun dari variabel yang
ditemukan, karena pemilihan sampel pada penelitian ini ialah common population
dimana tidak semua individu pada sampel ada yang mengalami anxiety menetap
(trait anxiety) atau bahkan depresi. Selain itu, pemilihan sampel yang dituju ini
menyebabkan hasil varian pada sampel yang kecil, maka dengan ini sulit untuk
Begitu pula dengan jalur depresi terhadap alexithymia yang terputus, ini
ada yang signifikan, ini yang menyebabkan depresi seolah berdiri sendiri dan tidak
mempengaruhi alexithymia. Akan tetapi dari hasil penelitian yang didapat hanya
ada 2 tipe kepribadian yaitu openess to experience dan agreeableness yang jika
101
dijumlahkan semua jalur akan menghasilkan angka yang signifikan. Hal lainnya
yang perlu untuk diungkap ialah dimana depresi ini ternyata bukan hanya
dipengaruhi oleh trait anxiety, state anxiety dan neuroticism saja, tetapi juga
yang bernilai negatif. Setiap kultur, pengaruh budaya, juga bahkan cara
pengambilan sampel yang kadang membuat hasil penelitian berbeda dengan teori,
ini juga mungkin yang menyebabkan ketiga variabel pada tipe kepribadian yang
baru ditemukan setelah dilakukannya penelitian ini, padahal pada bab sebelumnya
Berdasarkan diskusi yang telah peneliti uraikan di atas, adanya suatu model
alexithymia, baik secara langsung dan tidak langsung menggunakan metode path
analysis menjadi suatu nilai tambah dalam penelitian ini. Adapun kelemahan dalam
penelitian ini adalah adanya kesimpulan lain dari hasil penelitian pengaruh terhadap
depresi yang didapat, namun tidak diteorikan pada bab sebelumnya, kemudian
5.3 Saran
sebagai berikut:
102
1. Dalam penelitian ini, variabel lima tipe kepribadian awalnya diteorikan
tidak signifikan. Hal ini dikarenakan populasi sampel yang digunakan ialah
sampel kecil maka dari itu, untuk penelitian selanjutnya dapat memberi
awal.
Ini bisa dijadikan sebagai alasan untuk membuat penelitian selanjutnya agar
bisa untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini terjadi apakah karena ada perbedaan
faktor budaya yang digunakan teori luar, jika di Indonesia orang dapat
3. Hal baru yang ditemukan dalam hasil penelitian ini juga ialah variabel yang
3 variabel pada faktor kepribadian dalam hal ini ialah Big five, yang ternyata
103
5.3.2 Saran Praktis
populasi dewasa awal berada pada mahasiswa kampus, diharapkan peka terhadap
fenomena psikologis untuk secara sadar selektif, jika diketahui mahasiswa yang
dapat lebih membuka diri dan berusaha untuk menjalin relasi dengan hangat. Bagi
seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi, bisa diusahakan dengan selalu
memiliki solusi dalam menenangkan pikiran sehingga rasa gugup atau cemas
berlebih bisa dihindarkan. Bagi seseorang yang memiliki state anxiety atau
kecemasan kondisional, diharapkan bisa lebih mudah mengatur emosional diri dan
mencari solusi pada setiap masalah yang hadir dengan kepala dingin sehingga
neuroticism tinggi diusahakan agar tidak mudah cemas dan panik. Bagi yang
memiliki extraversion yang rendah, diharapkan bisa lebih optimis dan fun melalui
hari-hari. Agar bisa menghindari trait ataupun state anxiety, orang yang memiliki
openness to experience nya rendah maka diusakan untuk lebih leluasa dalam rasa
ingin tahu dan lebih kreatif lagi dalam mencari solusi masalah. Bagi orang yang
104
memiliki agreeableness yang rendah, diharapkan dapat berperilaku positif terhadap
orang lain, misal dengan suka menolong dan bertutur kata lembut. Bagi orang yang
memiliki neuroticism tinggi bisa lebih tidak emosional dalam menanggapi masalah.
Bagi orang yang memiliki extraversion yang rendah, diharapkan bisa lebih mudah
105
DAFTAR PUSTAKA
Bagby, R. M., Parker, J. D., & Taylor, G. J. (1994). The twenty-item Toronto
Alexithymia Scale—I. Item selection and cross-validation of the factor
structure. Journal of psychosomatic research, 38(1), 23-32.
Bagby, R. M., Taylor, G. J., & Parker, J. D. (1997). Disorders of affect regulation:
Alexithymia in medical and psychiatric illness. UK: Cambridge University
Press.
Bauermann, T. M., Parker, J. D. A., & Taylor, G. J. (2008). Sleep problems and
sleep hygiene In young adults with alexithymia. Journal of Personality and
Individual Differences, 45, 318–322.
Eastwood, J. D., Cavaliere, C., Fahlman, S. A., & Eastwood, A. E. (2007). A desire
for desires: Boredom and its relation to alexithymia. Journal of Personality
and Individual Differences, 42(6), 1035-1045.
106
Feist, J., Feist, G. (2009). Theories of Personality (7th edition). New York:
McGraw-Hill.
Frewen, P. A., Dozois, D. J., Neufeld, R. W., & Lanius, R. A. (2008). Meta-analysis
of alexithymia in posttraumatic stress disorder. Journal of Traumatic Stress:
Official Publication of The International Society for Traumatic Stress
Studies, 21(2), 243-246.
Fukunishi, I., Kikuchi, M., Wogan, J., & Takubo, M. (1997). Secondary
alexithymia as a state reaction in panic disorder and social phobia. Journal
of Comprehensive Psychiatry, 38(3), 166-170.
Holder, M. D., Love, A. B., & Timoney, L. R. (2013). Subjective well-being and
deficits in emotional processing: Relations between alexithymia, well-
being, social relationships and personality. Manuscript submitted for
publication.
107
Honkalampi, K., Hintikka, J., Tanskanen, A., Lehtonen, J., & Viinamäki, H. (2000).
Depression is strongly associated with alexithymia in the general
population. Journal of Psychosomatic Research, 48, 99–104.
John, O. P., & Srivastava, S. (1999). Chapter 4: The Big Five trait taxonomy:
History, measurement, and theoretical perspectives. Dalam Lawrece A.
Pervin, Oliver P.John (eds). Handbook of personality: Theory and research,
2, 102-138.
Jørgensen, M. M., Zachariae, R., Skytthe, A., & Kyvik, K. (2007). Genetic and
environmental factors in alexithymia: a population based study of 8.785
Danish twin pairs. Journal of Psychotherapy and psychosomatics, 76(6),
369-375.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. Synopsis of volume 1 psychiatry. Sinopsis
Psikiatri Jilid 1 Edisi ke-7. Widjaja Kusuma (terj). 1995. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Krystal, H. (2015). Integration and self healing: Affect, trauma, alexithymia. US:
Routledge.
108
Manninen, M., Therman, S., Suvisaari, J., Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen, M.,
& Joukamaa, M. (2011). Alexithymia is common among adolescents with
severe disruptive behavior. Journal of nervous and mental disease, 199(7),
506-509.
Mason, O., Tyson, M., Jones, C., & Potts, S. (2005). Alexithymia: Its prevalence
and correlates in a British undergraduate sample. Journal of Psychology and
Psychotherapy: Theory, Research and Practice, 78, 113–125.
Mattila, A. K., Saarni, S. I., Salminen, J. K., Huhtala, H., Sintonen, H., & Joukamaa,
M. (2009). Alexithymia and health-related quality of life in a general
population. Journal of Psychosomatics, 50(1), 59-68.
Mason, O., Tyson, M., Jones, C., & Potts, S. (2005). Alexithymia: its prevalence
and correlates in a British undergraduate sample. Journal of Psychology
and Psychotherapy: Theory, Research and Practice, 78(1), 113-125.
Morey, R. A., Dolcos, F., Petty, C. M., Cooper, D. A., Hayes, J. P., LaBar, K. S.,
& McCarthy, G. (2009). The role of trauma-related distractors on neural
systems for working memory and emotion processing in posttraumatic
stress disorder. Journal of psychiatric research, 43(8), 809-817.
Muthén, B. O., Muthén, L. K., & Asparouhov, T. (2017). Regression and mediation
analysis using Mplus. Los Angeles, CA: Muthén & Muthén.
Parker, J. D. A., Taylor, G. J., & Bagby, R. M. (1989). The alexithymia construct:
Relationship with sociodemographic variables and intelligence. Journal of
Comprehensive Psychiatry, 30, 434- 441.
Pervin, L., Daniel Cervone, Oliver P. John. (2005). Personality theory and research
9 Edition. New York, US: Wiley.
109
Picardi, A., Toni, A., & Caroppo, E. (2005). Stability of alexithymia and its
relationships with the ‘big five’factors, temperament, character, and
attachment style. Journal of Psychotherapy and psychosomatics, 74(6),
371-378.
Pinard, L., Negrete, J. C., Annable, L., & Audet, N. (1996). Alexithymia in
substance abusers: Persistence and correlates of variance. The American
Journal on Addictions, 5, 32–39.
Salminen, J. K., Saarijärvi, S., Äärelä, E., Toikka, T., & Kauhanen, J. (1999).
Prevalence of alexithymia and its association with sociodemographic
variables in the general population of Finland. Journal of Psychosomatic
Research, 46, 75–82.
Spielberger, C. D., & Gorsuch, R. L. (1983). State-trait anxiety inventory for adults:
Manual and sample: Manual, instrument and scoring guide. US: Consulting
Psychologists Press.
Stout, D. (2003). Five Factor Constellations and Popular Personality Types. Journal
of Psychology, 106, 1-29.
Taylor, G. J., Bagby, R. M., & Parker, J. D. (1989). Disorders of affect regulation:
Alexithymia in medical and psychiatric illness. UK: Cambridge University
Press.
Taylor, G. J., Ryan, D., & Bagby, M. (1985). Toward the development of a new
self-report alexithymia scale. Psychotherapy and psychosomatics,
44(4), 191-199.
Taylor, S., Koch, W. J., Woody, S., & McLean, P. (1996). Anxiety sensitivity and
depression: how are they related?. Journal of abnormal psychology, 105(3),
474.
110
Thompson, J. (2009). Emotionally Dumb: An Overview of Alexithymia. Australia:
Soul Books.
Wiggins, J. S., & Trapnell, P. D. (1997). Personality structure: The return of the Big
Five. Dalam R. Hogan, J. A. Johnson, & S. R. Briggs (Eds). Handbook of
personality psychology (737-765). Washington: Academic Press.
Wise, T. N., Mann, L. S., & Shay, L. (1992). Alexithymia and the five-factor model
of personality. Comprehensive Psychiatry, 33(3), 147-151.
Woodman, T., Huggins, M., Le Scanff, C., & Cazenave, N. (2009). Alexithymia
determine the anxiety experienced in skydiving. Journal of affective
disorders, 116(1-2), 134-138.
Wright, C. I., Williams, D., Feczko, E., Barrett, L. F., Dickerson, B. C., Schwartz,
C. E., & Wedig, M. M. (2006). Neuroanatomical correlates of extraversion
and neuroticism. Cerebral cortex, 16(12), 1809-1819.
111
LAMPIRAN
112
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth.
Saudara/i mahasiswa
Sekitar Jakarta
Di tempat
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Email :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jurusan Saat Ini :
Kuesioner Penelitian
Petunjuk Pengisian
Pada pengisian kuesioner ini saudara/i diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah
disediakan yang sesuai dengan diri saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda checklist
(√ ). Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Sesuai (Jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i).
TS : Tidak Sesuai (Jika tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i).
S : Sesuai (Jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i)
SS : Sangat Sesuai (Jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i)
113
Skala 1 Depresi
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya agak merasa sedih dan terpuruk
2 Saya pernah menangis tanpa sebab
3 Saya merasa segar di pagi hari
4 Saya memiliki masalah tidur di malam hari
5 Nafsu makan saya cukup baik
6 Saya merasa kehilangan berat badan
7 Saya senang ketika berdekatan dengan lawan jenis
8 Saya sering memiliki masalah dengan sembelit
9 Saya sering merasa berdebar-debar
10 Saya sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas
11 Saya sering merasa gelisah
12 Saya merasa mudah melakukan banyak kegiatan
13 Saya masih bisa berfikir jernih dalam menghadapi suatu hal
14 Hidup saya penuh kebahagaiaan
15 Saya termasuk orang yang optimis
16 Tidak sulit bagi saya dalam mengambil keputusan
17 Saya lebih mudah marah juga mudah redam
18 Saya merasa senang ketika menghirup udara pagi yang segar
19 Saya merasa bahwa saya dibutuhkan
20 Kematian saya tidak akan membuat orang bersedih
Petunjuk Pengisian
Baca setiap pernyataan dan beri tanda silang (X) pada kolom jawaban pada setiap pernyataan yang
menunjukkan bagaimana perasaan anda saat ini. Tidak ada jawaban benar atau salah. Jangan
menghabiskan waktu terlalu lama pada setiap pernyataan, berikan jawaban yang paling sesuai
dalam menggambarkan perasaan anda saat ini (sekarang).
114
13 Saya berpikir bahwa hal yang terburuk
akan terjadi
14 Saya merasa lengan dan kaki saya terasa
kaku
15 Saya merasa tenggorokan saya kering
16 Saya menghindari pikiran tidak nyaman
17 Saya merasa ada pikiran yang tidak
relevan mengganggu
18 Saya merasa pernapasan saya cepat dan
dangkal
19 Saya khawatir bahwa saya tidak dapat
mengendalikan pikiran saya
20 Saya merasa ada hal yang menggelitik
terasa diperut
21 Saya merasa telapak tangan saya basah
Kecemasan (T)
Petunjuk Pengisian
Baca setiap pernyataan dan beri tanda silang (X) pada kolom jawaban pada setiap pernyataan yang
menunjukkan bagaimana perasaan yang anda rasakan biasanya atau pada umumnya. Tidak
ada jawaban benar atau salah. Jangan menghabiskan waktu terlalu lama pada setiap pernyataan,
berikan jawaban yang paling baik dalam menggambarkan perasaan anda biasanya.
115
18 Saya merasa pernapasan saya cepat dan
dangkal
19 Saya khawatir bahwa saya tidak dapat
mengendalikan pikiran saya
20 Saya merasa ada hal yang menggelitik
terasa diperut
21 Saya merasa telapak tangan saya basah
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
No Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1 Saya mampu menghidupkan suasana
2 Saya merasa sedikit peduli terhadap orang lain
3 Saya merasa siap dalam menjalankan tugas
4 Saya mudah stress
5 Saya memiliki banyak kosakata
6 Saya tidak banyak bicara
7 Saya tertarik pada orang lain
8 Saya meletakkan barang dimana saja
9 Saya tetap tenang dalam situasi apapun
10 Saya kesulitan untuk memahami ide-ide abstrak
11 Saya merasa nyaman di sekitar orang lain
12 Saya merendahkan orang lain
13 Saya mengerjakan tugas dengan teliti
14 Saya mudah khawatir tentang suatu hal
15 Saya memiliki imajinasi yang kuat
16 Saya menjaga latar belakang keluarga
17 Saya simpati dengan perasaan orang lain
18 Saya membuat kekacauan
19 Saya tidak mudah merasa sedih
20 Saya tidak tertarik pada ide-ide abstrak
21 Saya senang memulai pembicaraan
22 Saya tidak tertarik pada masalah orang lain
23 Saya melakukan tugas dengan cepat
24 Saya mudah merasa gelisah
25 Saya memiliki ide yang cemerlang
26 Saya lebih suka diam
27 Saya memiliki hati yang lembut
28 Saya mudah lupa untuk meletakkan barang
kembali di tempatnya
116
29 Saya mudah marah
30 Saya tidak memiliki imajinasi yang baik
31 Saya berbicara dengan banyak orang yang
berbeda di keramaian.
32 Saya tidak tertarik pada orang lain
33 Saya suka memerintah
34 Suasana hati saya mudah berubah
35 Saya cepat memahami sesuatu
36 Saya tidak suka menarik perhatian
37 Saya meluangkan waktu untuk orang lain
38 Saya mengabaikan tugas
39 Saya mudah mengalami perubahan mood
40 Saya menggunakan kalimat yang sukar
41 Saya tidak keberatan menjadi pusat perhatian
42 Saya merasakan emosi orang lain
43 Saya mengikuti jadwal tugas
44 Saya mudah tersinggung
45 Saya meluangkan waktu untuk merefleksikan
diri
46 Saya merasa tenang berada disekitar orang lain
47 Saya membuat orang lain merasa nyaman
48 Saya menghabiskan banyak tenaga dalam
bekerja
49 Saya mudah merasa sedih
50 Saya memiliki banyak ide
Skala 4 Alexithymia
N Pernyataan STS TS S SS
o.
1. Saya sering bingung mengenai emosi apa yang sebenarnya
sedang saya rasakan
2 Saya kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
menggambarkan perasaan saya
3 Saya memiliki sensasi fisik yang bahkan tidak bisa
dimengerti oleh seorang dokter
4 Saya mampu menggambarkan apa yang saya rasakan dengan
mudah
5 Saya cenderung lebih mudah menganalisa sebuah masalah
daripada harus menggambarkan dengan kata-kata
6 Ketika emosi memuncak, saya tidak tahu apakah saya sedih,
ketakutan ataukah marah
7 Saya sering dibingungkan dengan sebuah sensasi yang
terjadi pada tubuh saya
8 Saya cenderung membiarkan hal-hal terjadi begitu saja
daripada memahami mengapa hal tersebut terjadi
9 Saya memiliki perasaan yang benar-benar tidak dapat saya
pahami
10 Merasakan berbagi macam luapan perasaan adalah hal yang
sangat penting
117
11 Sulit bagi saya untuk menggambarkan apa yang saya
rasakan tentang orang lain
12 Orang-orang meminta saya untuk lebih mengekspresikan
perasaan saya
13 Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam diri saya
14 Saya sering tidak mengetahui alasan mengapa saya marah
15 Ketika berbicara dengan orang lain, saya cenderung lebih
suka membicarakan kegiatan sehari-hari mereka daripada
perasaan mereka
16 Saya lebih senang menoton acara hiburan yang ringan
daripada drama yang penuh emosi
17 Saya kesulitan mengungkapkan perasaan terdalam saya,
bahkan pada teman dekat sekaipun
18 Saya dapat merasa dekat dengan seseorang, bahkan ketika
saya merasa tenang dalam keheningan
19 Saya menyadari bahwa meninjau kembali perasaan apa yang
saya rasakan, akan membantu menyelesaikan masalah
pribadi saya
20 Mencari-cari makna tersembunyi dalam film atau drama
justru mengalihkan dari kenikmatan dalam menonton
118
LAMPIRAN 2
119
CATEG = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM8;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=15000;
DEFINE: ITEM7=5-ITEM7; ITEM8=5-ITEM8;
MODEL: EKS BY ITEM1* ITEM2-ITEM5 ITEM7-ITEM8*;
EKS@1;
BIAS BY ITEM1* ITEM2 ITEM3 ITEM7*;
EKS WITH BIAS@0;
!ITEM3 WITH ITEM2;
!ITEM7 WITH ITEM1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (5);
SAVEDATA: FILE IS EKS.DATA; SAVE=FSCORES(100);
120
MODINDICES (2);
SAVEDATA: FILE IS TRAIT.DAT; SAVE=FSCORES(100);
121
Syntax Uji Validitas Alexithymia (Bayes/Iteration)
MODEL INDIRECT:
ALE IND TRAIT OPEN;
ALE IND TRAIT CONSC;
ALE IND TRAIT EXT;
ALE IND TRAIT AGREE;
ALE IND TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND STATE OPEN;
ALE IND STATE CONSC;
ALE IND STATE EXT;
ALE IND STATE AGREE;
ALE IND STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
122
ALE IND DEP TRAIT OPEN;
ALE IND DEP TRAIT CONSC;
ALE IND DEP TRAIT EXT;
ALE IND DEP TRAIT AGREE;
ALE IND DEP TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP STATE OPEN;
ALE IND DEP STATE CONSC;
ALE IND DEP STATE EXT;
ALE IND DEP STATE AGREE;
ALE IND DEP STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP NEURO;
123
PATH DIAGRAM ALEXITHYMIA (MODEL FIT)
124
LAMPIRAN 3
SYNTAX dan OUTPUT MODEL PATH ANALYSIS
MODEL INDIRECT:
ALE IND TRAIT OPEN;
ALE IND TRAIT CONSC;
ALE IND TRAIT EXT;
ALE IND TRAIT AGREE;
ALE IND TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND STATE OPEN;
ALE IND STATE CONSC;
ALE IND STATE EXT;
ALE IND STATE AGREE;
ALE IND STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP TRAIT OPEN;
ALE IND DEP TRAIT CONSC;
ALE IND DEP TRAIT EXT;
ALE IND DEP TRAIT AGREE;
ALE IND DEP TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP STATE OPEN;
ALE IND DEP STATE CONSC;
ALE IND DEP STATE EXT;
ALE IND DEP STATE AGREE;
ALE IND DEP STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP NEURO;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (5);
125