Anda di halaman 1dari 140

ANXIETY DAN DEPRESI SEBAGAI MEDIATOR ATAS

PENGARUH PERSONALITY TERHADAP ALEXITHYMIA

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun Oleh:
Putri Lenggo Geni
NIM: 11150700000020

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 / 2020
2
iv
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Putri Lenggo Geni

NIM : 11150700000020

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANXIETY DAN DEPRESI

SEBAGAI MEDIATOR ATAS PENGARUH PERSONALITY TERHADAP

ALEXITHYMIA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan

tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam

penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 18 Desember 2019


Yang menyatakan,

Putri Lenggo Geni


NIM : 11150700000020

iv
MOTTO HIDUP

Musuh yang berbahaya di atas dunia adalah rasa takut dan


bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang
teguh.
– Andrew Jackson

v
ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2019
C) Putri Lenggo Geni
D) Anxiety dan Depresi Sebagai Mediator atas Pengaruh Personality Terhadap
Alexithymia
E) iii + 105 halaman + 12 lampiran
F) Alexithymia pada awal penelitian diindikasikan sebagai gangguan kepribadian
pada pasien psikiatri, namun pada penelitian selanjutnya kemudian diteliti pada
populasi normal, karena memang pada populasi normal pun bisa mengalami
alexithymia, tingkat keparahannya yang membedakan dengan pasien psikiatri.
Alexithymia merupakan konstruk gangguan kepribadian, dimana mereka yang
mengalaminya akan sulit untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan perasaan
dia maupun perasaan orang lain.
Tujuan penelitian ini akan menjelaskan model terjadinya gangguan
alexithymia, yang juga dialami pada common population, dan yang diteorikan
memengaruhi ialah personality dalam hal ini big five, kecemasan (trait dan
state), dan depresi. Melalui metode path analysis, ditemukan bahwa yang
paling kuat pengaruhnya secara langsung adalah extraversion, neuroticism dan
state anxiety. Variabel yang diduga berpengaruh tidak langsung hanya ada
openess to experience dan agreeablenes, itupun berpengaruh jika setiap jalur
dari masing-masing variabel dijumlahkan maka bernilai signifikan. Sampel
penelitian yang diambil yaitu usia perkuliahan berjumlah 250 sampel. Teknik
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling.
Orang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah, cenderung mereka
akan menarik diri dari lingkungan dan lebih introvert. Mereka yang introvert
akan sukar bersosialisasi sehingga itu melatih mereka untuk rendah secara
kecerdasan emosional. Kemudian neuroticism dan state anxiety yang
berpengaruh secara negatif, semakin mereka memiliki emosi negatif seperti
rasa khawatir, rasa tidak nyaman dan kecemasan ketika menghadapi suatu hal,
dan ini akan berujung pada ketidakmampuan mengalami emosi. Penelitian
mendatang perlu untuk menggali tingkat keparahan alexithymia pada diri
populasi normal untuk mengklasifikasikannya, juga menambah jumlah varian
sampel pada populasi normal.
Kata Kunci : Alexithymia, Populasi umum dan Personality .
G) Bahan bacaan : 67; buku: 20 + jurnal: 46 + artikel: 1

vi
ABSTRACT

A) Faculty of Psychology
B) December 2019
C) Putri Lenggo Geni
D) Anxiety and Depression as Mediator over the influence of the Personality of
Alexithymia
E) iii + 105 pages + 12 attachments
F) Alexithymia at the beginning of research was indicated as a personality disorder
in psychiatric patients, but in subsequent studies it was later researched in the
normal population, because indeed in the normal population can experience
alexithymia, his severity is distinguishing with psychiatry patients. Alexithymia
was a personality disorder, in which those who experienced it would be difficult
to define and describe the feelings of him and the feelings of others.
The aim of this study will explain the model of alexithymia disorder, which
is also experienced in common population, and that is described as affecting is
personality in this case Big five, anxiety (trait and state), and depression.
Through path analysis method, it is found that the most powerful effect directly
is extraversion, neuroticism and state anxiety. The suspected variables of indirect
effect are only openness to experience and agreeableness, It is also effect if each
path of each variable is added then significant value. Research samples are taken
as a lecture age of 250 samples. Sampling techniques use non-probability
sampling techniques.
People who have low levels of extraversion, tend to they will withdraw from
the environment and more introvert. Those who are introverted will be difficult
to socialize so it trains them to be low in emotional intelligence. Then
neuroticism and state anxiety negatively affect, the more they have negative
emotions such as worry, discomfort and anxiety when confronting a thing, and
this will lead to the inability of experiencing emotions. The upcoming research
needs to dig out the severity of alexithymia in the normal population to classify
it, also increasing the number of sample variants in the normal population.
Keywords: Alexithymia, General Population and Personality.
G) Reading material: 67; Books: 20 + Journals: 46 + articles: 1

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan
islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Anxiety Dan Depresi Sebagai Mediator Atas Pengaruh Personality
Terhadap Alexithymia“.
Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Dr. Zahrotun Nihayah, M. Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi
mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Kepada Jahja Umar Ph.D, dosen pembimbing 1 dari awal seminar proposal
hingga skripsi, sekaligus juga kepada Dr. Rena Latifa M.Psi selaku dosen
pembimbing skripsi 2. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu yang telah
membimbing penulis, memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak
masukkan selama menyelesaikan skripsi.
3. Kepada Desi Yustari Muchtar M.Psi, dosen Pembimbing Akademik Psikologi
kelas A angkatan 2015, terimakasih atas segala nasihat dan bimbingannya
kepada peneliti.
4. Kepada Responden Penelitian, para mahasiswa S1 sekitar Jakarta yang telah
berbaik hati membantu berkontribusi dalam mengisi kuesioner penelitian.
5. Kepada kedua orangtua yang tanpa henti memanjatkan doa di setiap ibadahnya,
kasih sayang yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan
untuk penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasihat yang baik
atas segala suka duka penulis.
6. Kepada kawan-kawan angkatan 2015, terkhususkan ke-empat sahabat
seperjuangan penulis dari awal masuk perkuliahan, Rana Parascantika, Nadyah
Pramestari, Indah Oktaviana, Teza Auliannisa yang tak pernah bosan selalu

viii
memberikan dukungan dan menjadi penyemangat disetiap proses pembuatan
skripsi ini.
7. Kepada teman terdekat sekaligus spesial bagi penulis, Oka Pangestu Adi.
Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan dalam hal apapun termasuk
perannya dalam membantu skripsi ini. Dengan tulus memberikan kasih
sayangnya sehingga selalu memberikan doa, semangat, energi yang positif bagi
penulis, serta menjadi tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah dan bertukar
cerita.
8. Kepada para senior tersayang, kak Dina Faradiena, kak Dian Mutia Dini, kak
Fiqah Soraya, Kak Imam Fachdrian, kak Achmad Afrizal Fauzan yang tanpa
bosan memberikan semangat dan bantuan dalam membimbing skripsi ini.
9. Kepada organisasi himpunan tercinta, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Psikologi Cabang Ciputat, tempat pertama kali peneliti belajar
mengenai organisasi, memberikan begitu banyak kepercayaan kepada peneliti
untuk berproses bersama dan berkat himpunan ini pula peneliti dengan mudah
mendapatkan responden dalam penelitian.
10. Kepada kawan-kawan seperjuangan pada forum training Latihan Kader 2 (LK
2) HMI cabang Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat, membantu
dalam penyebaran angket kuesioner serta ikut menemani dalam pengerjaan
skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkontribusi
dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun orang lain,
dan pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 21 Januari 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv

BAB 1 : PENDAHULUAN …...............................................................................1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................................9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................10

BAB 2 : LANDASAN TEORI ............................................................................ 13


2.1 Alexithymia ............................................................................................ 13
2.1.1 Definisi Alexithymia .................................................................... 13
2.1.2 Alexithymia Sebagai Konstruk Kepribadian ................................ 15
2.1.3 Dimensi Alexithymia ................................................................... 16
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alexithymia ......................... 17
2.1.5 Sudut Pandang Klinis Tentang Alexithymia ............................... 20
2.1.6 Pengukuran Alexithymia...............................................................21
2.2 Anxiety (Kecemasan) .............................................................................. 23
2.2.1 Definisi Anxiety ........................................................................... 23
2.2.2 Jenis-Jenis Anxiety ....................................................................... 25
2.2.3 Dimensi Anxiety........................................................................... 25
2.2.4 Pengukuran Anxiety......................................................................26
2.3 Depresi ................................................................................................... 26
2.3.1 Definisi Depresi .......................................................................... 26
2.3.3 Jenis-Jenis Depresi ..................................................................... 28
2.3.4 Pengukuran Depresi.................................................................... 30

x
2.4 Trait Kepribadian Big Five .................................................................... 31
2.4.1 Definisi Kepribadian Big Five .................................................... 31
2.4.2 Trait-Trait Dalam Big Five..........................................................34
2.4.3 Pengukuran Traits Kepribadian Big Five....................................42
2.5 Kerangka Berfikir................................................................................... 43
2.6 Hipotesis.................................................................................................49

BAB 3 : METODE PENELITIAN .................................................................... 50


3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 50
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 51
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 54
3.3.1 Skala Alexithymia ........................................................................ 54
3.3.2 Skala Anxiety ............................................................................... 55
3.3.3 Skala Depresi ............................................................................... 56
3.3.4 Skala Kepribadian Big Five..........................................................57
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 58
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Alexithymia ............................................. 59
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Depresi ......................................... 62
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala State Anxiety ................................. 63
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Trait Anxiety ................................. 65
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Skala Big Five Extraversion................... 68
3.4.6 Uji Validitas Konstruk Skala Big Five Agreeableness ................ 70
3.4.7 Uji Validitas Konstruk Skala Big Five Conscientiousness.......... 72
3.4.8 Uji Validitas Konstruk Skala Big Five Neuroticism.................... 74
3.4.9 Uji Validitas Konstruk Skala Big Five Openess to Experience .. 75
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................. 78
BAB 4 : HASIL PENELITIAN .......................................................................... 81
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian......................................................81
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .................................................81
4.3 Hasil Uji Path Analysis.......................................................................... 82
4.4 Analisis Pengaruh Antar Variabel Penelitian ........................................ 84
4.5 Hasil Analisis Pengaruh Langsung IV terhadap Alexithymia ................ 91
4.6 Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung Antara IV terhadap
Alexithymia .............................................................................................93
BAB 5 : DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................98
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 98
5.2 Diskusi .................................................................................................. 99
5.3 Saran .....................................................................................................102
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................102
5.3.2 Saran Praktis ...............................................................................104

xi
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................106-111
LAMPIRAN ................................................................................................112-125

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Penyebab Alexithymia ................................................ 18


Tabel 2.2 Deskripsi & Indikator dari Setiap trait pada Kepribadian Big Five....41
Tabel 3.1 Blueprint Skala item TAS-20 ............................................................ 58
Tabel 3.2 Blueprint Skala Anxiety ..................................................................... 59
Tabel 3.3 Blueprint Skala Depresi ......................................................................59
Tabel 3.4 Blueprint Skala Kepribadian Big Five ............................................... 60
Tabel 3.5 Uji Validitas Konstruk Alexithymia ................................................... 64
Tabel 3.6 Uji Validitas Konstruk Skala Depresi ................................................ 66
Tabel 3.7 Uji Validitas Konstruk Skala State Anxiety ....................................... 68
Tabel 3.8 Uji Validitas Skala Trait Anxiety ....................................................... 70
Tabel 3.9 Uji Validitas Skala Big Five Extraversion ......................................... 72
Tabel 3.10 Uji Validitas Skala Big Five Agreeableness .................................... 74
Tabel 3.11 Uji Validitas Skala Big Five Conscientiousness .............................. 76
Tabel 3.12 Uji Validitas Skala Big Five Neuroticism ........................................ 78
Tabel 3.13 Uji Validitas Skala Big Five Openess to Experiences ...................... 80
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian …………………………………85
Tabel 4.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................... 85
Tabel 4.3 Indeks Model Fit ................................................................................. 87
Tabel 4.4 Koefisien Dampak Langsung Antar Variabel ..................................... 89
Tabel 4.5 Koefisien Dampak Langsung IV terhadap Alexithymia ...................... 95
Tabel 4.6 Koefisien Dampak Tidak Langsung IV terhadap Alexithymia ............ 98

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Tentang Pengaruh Personality Terhadap Alexithymia dengan


Anxiety dan Depresi sebagai Mediator ............................................................... 49
Gambar 4.1 Skema Hasil Uji Model Fit .............................................................. 83

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ....................................................................... 113


Lampiran 2 Syntax, Path Diagram ..................................................................... 119
Lampiran 3 Syntax dan Ouput Path Analysis .................................................... 125

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emosi diberikan Tuhan sebagai cara untuk merasakan berbagai jenis perasaan

yang bisa individu rasakan dan diekspresikan. Dalam hal ini emosi mengacu

pada sebuah perasaan terhadap informasi akan suatu kejadian. Emosi menjadi

sinyal yang mempersiapkan subjek agar menampilkan respons sesuai tuntutan

lingkungan sekaligus mengarahkan atensi-nya kepada cues lingkungan yang ia

anggap penting (Morey, 2009).

Eisenberg et.al. (2010) menggambaran misalkan ada berbagai macam emosi

dalam hal ini ada emosi marah, adalah emosi dasar yang sukar dikendalikan,

ada emosi bahagia yaitu emosi yang positif, secara umum orang merasakan

bahagia karena tercapainya keinginan dan memperoleh keberuntungan, namun

bagaimana jika halnya emosi yang biasanya setiap individu bisa dengan mudah

diluapkan atau terekspresikan dengan mudah justru sulit diungkapkan atau

bahkan sulit terdefinisikan.

Kondisi dimana individu tersebut sulit untuk menyampaikan perasaan-

perasaan emosi, selain itu tuntutan lain yang lebih mendasar sebagai makhluk

sosial adalah pemahaman sosial. Pemahaman sosial adalah kemampuan inti

untuk hidup sukses di antara kelompok apa pun, pemahaman orang lain

terhadap emosi orang lain. Biasanya, pemahaman emosi dilihat sebagai

komponen inti empati dan pemahaman keyakinan orang lain sebagai komponen

inti dari penyebaran pikiran / theory of mind (Einsenberg, Eggum & Giunta,

1
2010). Setiap emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi yang ada

dihadapannya dan sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke waktu

diperhitungkan oleh perubahan depresi atau anxiety (Lumley, 2004).

Individu dalam kondisi ini disebut juga dengan alexithymia, individu

dengan kondisi seperti ini bukanlah orang-orang yang tidak sensitif, mereka

hanya tidak bisa menjelaskan perasaannya. Trait ini bukan merupakan

diagnosis psikiatri dan dapat ditemukan pada populasi normal atau baik

(Freund, 2012). Dalam situasi aktivitas yang ekstrim dalam kaitannya dengan

emosi, mereka terlihat tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Subjek dengan

kecenderungan alexithymia mengalami kesulitan mengidentifikasi,

mendeskripsikan, dan menginterpretasi-kan perasaannya sendiri (Bagby, Parker

& Taylor, 1994).

Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar mengungkap bahwa prevalensi

gangguan mental emosional adalah sebesar 6% (Badan Penelitian & Pengem-

bangan Kesehatan, 2013). Gangguan mental emosional amat terkait dengan

beragam kasus psikopatologi, maladaptasi sosial, dan bahkan penyakit fisik

Berdasarkan hasil penelitin sebeumnya menunjukan rata-rata skor alexithymia

subjek menunjukkan angka sebesar 32,2% dari 215 sample yang digunakan oleh

Harjanah dalam penelitiannya di Jogjakarta tahun 2018 (Harjanah, 2018).

Pada survey studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti mengenai

pandangan dan pengetahuan umum usia dewasa awal mengenai alexithymia,

yaitu dari 97 orang pada latar belakang usia pendidikan S1 ada 30% yang

mengatakan tidak dapat menjelaskan kepada orang lain alasan dibalik perasaan

2
yang hadir. Ini berarti mereka kesulitan menjelaskan perasaan mereka kepada

orang lain, ini sesuai dengan ciri konstruk alexithymia. Hal ini tentu penting

diteliti karna besarnya presentase yang dihasilkan tersebut menandakan bahwa

ada kecenderungan responden mengalami alexithymia.

Selain itu, pada survey pendahuluan yang peneliti lakukan ada 83%

menyatakan tidak pernah mengetahui alexithymia. Ini berarti penelitian ini

penting untuk diteliti, sebab kenyataannya secara fenomena juga, untuk

mengetahui apa saja yang menjadi penyebab hadirnya alexithymia didalam diri

individu, dengan kategori populasi umum (populasi non-klinis). Generasi muda

yang termasuk didalamnya adalah mahasiswa yang berkisar pada usia dewasa

awal mulai dituntut memiliki tanggungjawab sosial, yang menjadi salah satu

tugas perkembangan dewasa awal adalah mengembangkan keterampilan dalam

hubungan interpersonal seperti berbagi dan peduli (Caprara, 2000).

Diperkenalkan lebih dari 3 dekade lalu alexithymia konstruk mengacu pada

gangguan kognitif-afektif memanifestasikan dirinya dengan simbol yang sangat

kurang dalam berpikir kehidupan fantasi dan kemampuan terbatas untuk

mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara verbal (Picardi, 2005).

Manninen et.al., (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa individu yang

melakukan tindakan kejahatan atau kenakalan secara signifikan cenderung

memiliki alexithymia yang lebih tinggi dibanding individu pada populasi

umum. Sulitnya kemampuan individu dengan alexithymia tinggi dalam

berempati menyebabkan individu cenderung menunjukan sikap atau perilaku

tak acuh.

3
Selain sulitnya individu dalam berempati salah satu contoh lainnya yang

menjadi latar belakang penting penelitian ini adalah kemungkinan terbesar

individu untuk memutuskan hubungannya dengan sosialnya. Alexithymia

psikogenik disebabkan oleh berbagai trauma emosional, keterlambatan

perkembangan, atau pengkondisian budaya dan orang tua. Trauma emosional

dapat ditimbulkan oleh pengalaman seperti pelecehan seksual, penelantaran,

menyaksikan atau mengalami kekerasan, menjadi subjek rasa sakit fisik yang

terkait dengan cedera, atau penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung,

diabetes, dan rheumatoid arthritis (Woodman, 2009).

Kekhasan komunikasi pada individu alexithymia akan menyerang persepsi

nya sendiri yang berkaitan dengan respon emosional dengan menggusur,

menolak atau menghilangkan sinyal-sinyal yang digunakan untuk membangun

makna emosional. Ini juga memiliki efek menghalangi hubungan pribadi

dengan dunia dan orang-orang di dalamnya dan tanpa signifikansi emosional

(Lang, 1979). McDougall (1982) juga menyimpulkan upaya berkesinambungan

untuk memutus hubungan emosional dengan fantasi dan gagasan yang

bermuatan afektif, atau untuk hubungan dengan orang lain adalah aktivitas

psikis utama dalam kondisi alexithymic dan psychosomatic.

Tingkat dasar alexithymia mempengaruhi efek pengungkapan emosi.

Peningkatan perilaku agresif menunjukkan rendahnya empati. Empati

merupakan inhibitor kognitif yang mencegah individu berperilaku agresif

kepada orang lain. Analisis ini menunjukkan bahwa alexithymia mengganggu

atau melemahkan manfaat kesehatan. Alexithymia adalah istilah untuk

4
karakteristik gangguan kognitif-afektif dari orang-orang yang tidak dapat

menggambarkan perasaan mereka atau menguraikan fantasi mereka. Menurut

Sifneos (1973) alexithymia terdiri dari empat fitur: kesulitan mengidentifikasi

dan mendeskripsikan perasaan, kesulitan membedakan perasaan dari sensasi

tubuh, pengurangan atau ketiadaan pemikiran simbolik atau kurangnya

kemampuan imajinatif. Individu dengan tingkat alexithymia yang tinggi akan

kesulitan menghargai emosi orang lain sehingga cenderung bertindak kurang

empatik dan tidak mampu memberikan respons emosional yang efektif

(FeldmanHal, Dalghleish & Mobbs, 2013). Peneliti lainnya berpendapat bahwa

alexithymia adalah trait yang unik dan stabil (Hintikka, 2001).

Dalam penelitian Picardi, dkk (2005) yang menunjukkan bahwa yang

mempengaruhi alexithymia yaitu trait anxiety dan depresi. Dalam sampel

populasi umum Finlandia, tingkat alexithymia ditemukan delapan kali lebih

tinggi pada orang yang depresi. Selain itu, kepuasan hidup berkorelasi negatif

dengan derajat alexithymia (Honkalampi et al., 2000). Dalam hasil sebuah

penelitian menyatakan bahwa alexithymia merupakan hubungan yang lekat

dengan depresi pada populasi umum. Sebuah dampak dari alexithymia pada

faktor sosial dijelaskan oleh sebuah depresi (Honkalampi et al., 2000). Setiap

emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi yang ada dihadapannya dan

sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke waktu diperhitungkan oleh

perubahan depresi atau anxiety (Lumley, 2004). Kesulitan yang terlibat dalam

mengidentifikasi dan memodulasi aliran emosi, individu alexithymia mungkin

menderita tingkat anxiety dan depresi yang jauh lebih tinggi daripada individu

5
non-alexithymia (Thompson, 2009). Individu yang memperlakukan

rekonstruksi mental atas masa lalu dan masa depan sebagai ancaman nyata yang

harus diatasi saat ini. Akibatnya, suatu emosi menjadi episode yang

berkelanjutan tanpa kehadiran stimulus yang relevan, sementara cues

lingkungan yang seharusnya diberi atensi malah menjadi terabaikan.

Masalah pun terjadi ketika kepribadian individu berubah seiring waktu dan

sejauh mana perbedaan relatif antara individu, apakah tetap sama dari waktu ke

waktu atau apakah perubahan skor pada alexithymia ini terkait dengan

perubahan kesulitan psikologis. Big five merupakan tipe-tipe kepribadian yang

dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. suatu pendekatan yang

digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait

yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan

menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to

experiences (Feist dan Feist, 2009).

Sebagian besar penelitian empiris yang meneliti hubungan antara

alexithymia dan struktur kepribadian telah menggunakan konstruksi yang

termasuk dalam salah satu dari tiga model sifat kepribadian ini yaitu

Neuroticism, Extraversion, dan Psychoticism (Taylor, 1999). Dalam

pendekatan multidimensi pada struktur kepribadian ada banyak variasi konsep

potensial yang dapat dipelajari, meskipun biasanya memusatkan perhatian pada

sejumlah konstruk yang lebih terbatas.

6
Alexithymia telah ditemukan terkait secara teoritis cara dengan konstruksi

kepribadian faktor Big five. Terdapat perkembangan ukuran psikometrik yang

dapat diandalkan dan valid untuk alexithymia, yaitu Toronto Alexithymia Scale

(TAS), memungkinkan untuk studi sistematis dalam subjek laporan ini

menyelidiki hubungan dari alexithymia ke model lima factor kepribadian,

dimensi leksikal yang komprehensif (Wise, 1992). Dengan tingkat prevalensi

alexithymia pada populasi umum mencapai hingga hampir 19% (Mason et al.,

2005), gangguan ini telah menjadi topik yang semakin menarik.

Tinggi tingkat alexithymia telah dikaitkan dengan fungsi kekebalan tubuh

yang buruk (Uher, 2010), gangguan kepribadian (Berenbaum 1996), kreativitas

menurun (Czernecka dan Szymura, 2008), gangguan panik dan fobia sosial

(Fukunishi et al., 1997), patologis perjudian (Lumley dan Roby, 1995),

penyalahgunaan zat (Pinard et al., 1996), ketidakpuasan hubungan (Holder,

Love, dan Timoney 2013; Humphreys et al., 2009), gangguan tidur (Bauermann

et al. 2008), kebosanan (Eastwood et al., 2007).

Dengan demikian, alexithymia berpotensi merusak kualitas dan mungkin

bahkan panjang hidup bagi mereka yang mengalami gangguan. Lebih besar

penelitian dan pemahaman konstruk diperlukan dan penting untuk perawatan

klinis yang tepat dari alexithymia, karena fakta bahwa individu dengan tinggi

alexithymia seringkali sulit untuk diobati dan mungkin memerlukan bentuk

psikoterapi tertentu.

7
Dalam penelitian Picardi (2005) menjelaskan Trait Big five memiliki

pengaruh signifikan terhadap alexithymia dengan P-Value ≤ 0,05. Anxiety dan

depresi dengan P-Value ≤ 0,01. Ini berarti ketiga faktor ini menjadi penyebab

yang mempengaruhi alexithymia. Pentingnya anxiety sebagai pengaruh kuat

dalam kehidupan kontemporer semakin diakui. Selain itu, pada penelitian

sebelumnya, anxiety dan depresi dinyatakan berpengaruh secara signifikan

terhadap alexithymia, hanya saja variabel ini diukur terhadap masing masing

dimensi pada alexithymia seperti pada penelitian Hendryx (1991).

Perbedaan yang paling mendasar pada pentingnya penelitian ini dilakukan

yaitu, jika pada umum nya penelitian tentang alexithymia yang mengatakan

bahwa tipe kepribadian, kecemasan dan depresi merupakan faktor penyebab

munculnya alexithymia, dilakukan secara terpisah dibeberapa jurnal. Masih

jarang penelitian yang mengaitkan ketiga faktor penyebab tersebut menjadi

variabel yang diukur dalam satu kesatuan sebuah penelitian. Terlebih lagi,

alexithymia yang kebanyakan diukur merupakan alexithymia primer atau yang

sifatnya menetap seperti pada penelitian Krystal (2015).

Pada penelitian ini, juga akan menjelaskan bagaimana proses terbentuknya

kemungkinan seseorang mengalami alexithymia sehingga akan muncul lah

istilah sebuah mediator. Hal ini diasumsikan misal, bahwa belum tentu orang

yang mengalami tingkat neorotis yang tinggi akan langsung mengalami

alexithymia, karna bisa saja mereka akan melalui beberapa tahap dulu melalui

anxiety, dan kemudian anxiety terjadi hingga berlarut akan mengakibatkan

depresi. Ketika seseorang sudah mengalami depresi dia akan mudah terindikasi

8
mengalami alexithymia. Dengan ini peneliti merasa topik ini penting untuk

diteliti, terlebih lagi penelitian ini sebelumnya jarang diteliti di Indonesia.

Peneliti akan memberi judul “ Anxiety dan Depresi sebagai mediator atas

pengaruh personality terhadap Alexithymia “

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan agar penelitian ini fokus maka penulis

membatasi pembahasan ruang lingkup tentang penelitian ini dengan dependent

variable alexithymia. Dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Dari sekian banyak hal yang menjadi faktor penyebab Alexithymia,

peneliti hanya mengambil beberapa faktor penting yang bisa

digunakan sesuai dengan situasi lingkup dan sample yang peneliti

gunakan yaitu variabel independent yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah anxiety, depresi dan personality.

2) Personality yang dimaksud dalam penelitian ini adalah big five.

3) Sampel penelitian ini yaitu mahasiswa/i universitas sekitar Jakarta untuk

memperbanyak varian dari sampel.

1.2.2 Perumusan Masalah

Kondisi dimana individu tersebut sulit untuk menyampaikan perasaan-perasaan

emosi. Selain itu tuntutan lain yang lebih mendasar sebagai makhluk sosial adalah

pemahaman emosional. Pemahaman emosional adalah kemampuan inti untuk hidup

sukses di antara kelompok apa pun, pemahaman orang lain terhadap emosi orang

9
lain. Dalam hal ini ada faktor penyebab konstruk kepribadian alexithymia ini yaitu

anxiety, depresi dan big five personality :

1. Apakah ada pengaruh secara langsung dari depresi, anxiety baik trait

maupun state, dan tiga tipe kepribadian yaitu openness to experiences,

extraversion dan neuroticism terhadap alexithymia?

2. Apakah ada pengaruh secara langsung dari anxiety, baik secara trait maupun

state dan satu tipe kepribadian yaitu neuroticism terhadap depresi?

3. Apakah ada pengaruh secara langsung dari lima tipe kepribadian seseorang,

terhadap tingkat anxiety, baik trait maupun state?

4. Apakah dari seluruh tipe kepribadian memiliki pengaruh secara tidak

langsung secara signifikan terhadap alexithymia melalui anxiety dan/atau

depresi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh anxiety, depresi dan trait

big five terhadap Alexithymia pada mahasiswa disekitar Jakarta.

2) Penulis ingin mengetahui struktur hubungan yang mempengaruhi

alexithymia, sehingga dalam penelitian ini muncul istilah yang disebut

sebagai mediator pada mahasiswa disekitar Jakarta

3) Mengetahui bagaimanakah pengaruh struktur hubungan antar anxiety,

depresi dan big five ditinjau dari pengaruh langsung dan tidak langsung,

sehingga menggambarkan suatu bentuk model teoritis yang

10
menggambarkan struktur hubungan proses alexithymia pada mahasiswa

disekitar Jakarta.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

praktis, yaitu :

Manfaat Teoritis :

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan

memberikan masukan yang bermanfaat bagi ilmu psikologi klinis, serta

dapat menambah kajian teori mengenai pengaruhnya anxiety, depresi dan

trait Big five terhadap alexithymia, sekaligus, menambah khasanah kajian

ilmiah dalam pengembangan keilmuan.

2. Selain itu, dalam penelitian ini akan memperlihatkan bentuk pengaruh

langsung dan pengaruh tidak langsung, agar dapat memberi penjelasan yang

lebih rinci terkait jalur dari delapan faktor penyebab.

Manfaat Praktis :

Penelitian ini akan memberikan masukan atau intervensi gambaran sikap

yang dapat dilakukan oleh para pembaca. Pada saran penelitian akan dijabarkan

bentuk sikap seperti apa saja yang sesuai untuk dilakukan oleh mereka yang

mengalami hal seperti pada faktor penyebab, yang nantinya ditemukan signifikan.

Selain itu, kepada pengelola bidang pendidikan terhadap fenomena psikologis

untuk secara sadar selektif, jika diketahui mahasiswa yang memiliki alexithymia

11
terutama jika mahasiswa tersebut dalam bidang psikologi, nantinya akan

menghambat kemampuan mereka dalam mengobati pasien psikiatri.

12
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Alexithymia

2.1.1 Definisi Alexithymia

Konstruk alexithymia dikembangkan pada tahun 1973 oleh Sifneos dan berakar

dalam bahasa Yunani, yang berarti 'tidak ada kata untuk emosi' (a = kekurangan,

lexis = kata, thymos = mood atau emosi) (Sifneos, 1973). Pada tingkat terluasnya,

alexithymia menunjukkan defisit kognitif dan afektif dalam beberapa cara individu

mengenali dan mengkomunikasikan keadaan emosional (Krystal, 1979). Secara

kognitif, individu dengan alexithymia menggunakan gaya berpikir yang konkret

dan praktis (de M'uzan, 1974), dan secara efektif, mereka menunjukkan

berkurangnya kesadaran emosional yang berkurang dan tidak berbeda (Krystal,

1979).

Konstruk alexithymia meliputi empat fitur utama berikut: (1) kesulitan

mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan subjektif, (2) kesulitan

membedakan antara perasaan dan sensasi fisik dari rangsangan emosional, (3)

proses imajinatif terbatas, dan (4) eksternal- gaya kognitif berorientasi (Nemiah et

al., 1976). Saat ini, alexithymia dianggap sebagai konstruksi kepribadian

dimensional yang relatif stabil.

Alexithymia adalah ketidakmampuan untuk mengenali atau menggambarkan

emosi seseorang. Alexithymia adalah karakteristik kepribadian di mana individu

tidak dapat mengidentifikasi dan menggambarkan emosi mereka. Fitur utama

13
alexithymia adalah ketidaksadaran emosional, kurangnya keterikatan sosial, dan

hubungan interpersonal yang buruk. Selanjutnya, mereka yang menderita

alexithymia mengalami kesulitan mengenali dan memahami emosi orang lain

(Sifneos, 1973). Sifneos juga menjelaskan ciri-cirinya seperti:

a. Kesulitan mengidentifikasi perasaan dan membedakan antara perasaan dan

sensasi tubuh.

b. Kesulitan mendeskripsikan perasaan kepada orang lain.

c. Imajinasi terbatas dan, oleh karena itu, sedikit atau tidak ada fantasi dan

mimpi terbatas.

d. Ketidaktahuan apa yang terjadi dalam pikiran mereka sendiri dan cara

berpikir yang sangat konkret.

Alexithymia adalah bukan diagnosis, tetapi konstruk yang berguna untuk

mengkarakterisasi pasien yang tampaknya tidak memahami perasaan mereka jelas

mengalami, pasien yang tampaknya kurang kata-kata untuk menggambarkan

perasaan ini. (Taylor et al., 1985) menyatakan: "pasien alexithymic mengalami

kesulitan menggambarkan perasaan mereka, gaya kognitif mereka adalah konkret

dan berbasis realitas, dan mereka telah memudarkan kehidupan emosional dan

fantasi". Konstruk alexithymia awalnya merupakan konstelasi penyakit kepribadian

(Fischer, 1997). Definisi alexithymia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kepribadian yang ditandai dengan kesulitan dalam mengidentifikasi serta

mendefinisikan perasaan (Sifneos, 1973).

14
2.1.2 Alexithymia Sebagai Konstruk Kepribadian

Alexithymia membangun kepribadian yang berasal dari pengamatan klinis di bidang

psikiatri dan obat-obatan psikosomatis. Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1970-

an, konstruk telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris yang telah

memeriksa validitas, etiologi, korelasi saraf, hubungan dengan dimensi dan

karakteristik kepribadian lainnya, dan relevansi dalam situasi klinis (Taylor, 2012).

Alexithymia adalah konstruk kepribadian yang ditandai oleh kesulitan dalam

mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan subjektif, kapasitas imaginal yang

terbatas, dan gaya kognitif yang berorientasi eksternal. Konsisten dengan laporan

klinis, alexithymia dikaitkan dengan beberapa gangguan medis dan kejiwaan yang

umum, mempengaruhi hasil dari psikoterapi berorientasi wawasan, dan dapat

mempengaruhi respons terhadap beberapa perawatan medis. Meskipun studi

longitudinal diperlukan untuk menentukan apakah alexithymia merupakan faktor

risiko untuk gangguan medis dan psikiatri, individu dengan tingkat alexithymia

yang tinggi memiliki keterikatan yang tidak aman dengan orang lain dan

menerapkan pertahanan maladaptif dan gaya coping yang merupakan faktor risiko

penyakit itu sendiri (Manninen, 2011).

Alexithymia merupakan konstruk kepribadian yang menggambarkan kesulitan

dalam regulasi afek dan dikenal sebagai satu dari faktor pemicu gangguan medis

dan psikiatris (Taylor, Bagby & Parker, 1989).

15
2.1.3 Dimensi Alexithymia

Alexithymia adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan

emosi diri dan orang lain. Meskipun individu dengan alexithymia menampilkan

respon fisik yang khas yang terkait dengan emosi - seperti air mata, butterfly in my

tummy atau peningkatan denyut jantung - mereka tidak dapat mengenali tanggapan

ini dalam hal emosi mereka (Thompson, 2009).

Analisis TAS-20 (Toronto Alexithymia Scale) menghasilkan tiga dimensi: (a)

ketidakmampuan untuk mengidentifikasi perasaan dan membedakannya dari

sensasi tubuh (Identify Feelings); (b) gaya kognitif operatif yang berorientasi

eksternal (Berpikir Eksternal); dan (c) ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan

perasaan (Berkomunikasi Perasaan). Alexithymia menandakan konstruksi

kepribadian yang ditandai oleh kemampuan yang berkurang untuk mengidentifikasi

dan menggambarkan perasaan, imajinasi terbatas, dan keasyikan dengan pemikiran

yang berorientasi eksternal.

Alexithymia dikaitkan dengan berbagai penyakit somatik atau kualitas hidup

yang berhubungan dengan kesehatan yang rendah (Taylor, 1999). Pada orang

dewasa, perkiraan prevalensi alexithymia berkisar antara 9% hingga 17% di antara

pria dan 5% hingga 10% di antara wanita, sedangkan tidak ada perbedaan jenis

kelamin yang jelas telah ditemukan di kalangan remaja (Honkalampi et al., 2000).

16
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Alexithymia

Thompson (2009) dalam bukunya Emotionally Dumb: An Overview Alexithymia.

Menjelaskan empat faktor penyebab Alexithymia : biogenic alexithymia,

psychogenic alexithmia, primary and secondary alexithymia, an neurological

strcture yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Biogenic

Biogenik dari kelainan fisik dalam struktur otak. Kelainan ini dapat disebabkan oleh

cedera otak (mis. Karena kecelakaan mobil), oleh kurangnya oksigen ke otak

selama kelahiran, atau oleh pengenalan racun. Abnormalitas mungkin juga faktor

genetik atau otak yang mungkin tidak berkembang dengan baik sejak lahir atau

selama masa kanak-kanak. Jika struktur saraf rusak dan alexithymia tidak dapat

dipulihkan, maka fokus terapi harus pada belajar strategi koping kompensasi baru

sebagai lawan dari pendidikan psikologis dalam perasaan. Meskipun ada bukti kuat

untuk kasus biogenik alexithymia, ini hanya sebagian kasus kecil dari populasi

alexithymia.

b. Psychogenic

Alexithymia psikogenik disebabkan oleh berbagai oleh trauma emosional,

keterlambatan perkembangan, atau pengkondisian budaya dan kesalahan dalam

pola asuh orang tua. Trauma emosional yang kemudian menjadi anxiety lalu depresi

biasanya dapat ditimbulkan oleh pengalaman seperti pelecehan seksual,

penelantaran, menyaksikan atau mengalami kekerasan, menjadi sasaran rasa sakit

fisik yang terkait dengan cedera, atau penyakit kronis seperti kanker, penyakit

jantung, diabetes, dan artritis reumatoid. Mereka yang mengalami alexithymia

17
disebabkan oleh psychogenic ini biasanya menghapus semua aspek aspek

percakapan yang digunakan untuk membangun emosional diri dengan orang lain,

ini juga memiliki efek menghalangi hubungan pribadi dengan orang- orang

disekitarnya.

c. Alexithymia Primer dan Sekunder

Alexithymia primer mengacu pada kondisi abadi yang sedikit kemungkinan untuk

berubah dari waktu ke waktu. Bentuk alexithymia ini tidak tergantung pada situasi

lingkungan atau psikologis sementara. Ini disebabkan oleh efek neurologis atau

pertahanan yang berurat akar yang secara radikal mengubah fungsi neuron normal.

Alexithymia sekunder berasal dari reaksi terhadap trauma emosional, di mana

individu menekan representasi emosional sebagai pertahanan sementara terhadap

trauma lebih lanjut. Ini adalah bentuk alexithymia yang tergantung pada keadaan,

yang menghilang setelah situasi yang menimbulkan stres tersebut telah berubah.

Situasi stres mencakup berbagai penyakit fisiologis atau psikologis, seperti dalam

keadaan depresi atau anxiety yang parah, atau trauma atau stres yang dipelihara oleh

lingkungan. Alexithymia sekunder dianggap lebih mungkin dari pada alexithymia

primer untuk responsif terhadap terapi.

d. Struktur Neurological

Ada dua model alternatif disfungsi neurofisiologis untuk alexithymia. Pertama,

model limbik-neokortikal atau vertikal mengusulkan hubungan yang salah antara

apa yang disebut otak berpikir (neokorteks) dan apa yang disebut otak emosional

(sistem limbik). Dalam model ini pusat respons emosional sistem limbik tidak

berbagi informasi dengan cara biasa dengan pusat kognitif neokorteks yang lebih

18
tinggi. Ketika jalur saraf ini disfungsional, neokorteks tidak dapat mengakses

informasi yang memadai tentang keadaan emosi. Kedua, model interhemispheric

atau horizontal mengacu pada proses komunikasi antara dua belahan otak. Ketika

jalur komunikasi ini tidak berfungsi, mereka yang memiliki saraf penghubung besar

di antara belahan otak yang dipotong secara operasi untuk meringankan epilepsi

kronis dan kondisi lainnya mengungkap kekurangan fantasi seperti alexithymia,

kesulitan menggambarkan perasaan, dan gaya berpikir operatif. Ini telah mengarah

pada hipotesis bahwa nonkomuniksi interhemispheric fungsional dapat hadir dalam

alexithymia tanpa adanya kerusakan aktual pada struktur saraf.

Selain menurut Jason Thompson (2009), mengenai faktor penyebab

Alexithymia, penulis telah merangkum faktor-faktor penyebab Alexithymia menurut

tokoh-tokoh pada penelitian sebelumnya. Seperti penelitian Michael S., Hendryx,

Havilan, Dale G., Shaw (1991), menghasilkan faktor penyebab alexithymia yaitu

anxiety dan depresi. Pada penelitian Marko Manninen et.al (2011), yang menjadi

fktor penyebab alexithymia adalah Anxiety, depresi, masalah pikiran dan masalah

perhatian. Pada penelitian Aino K. Mattila et al. (2009), yang menjadi faktor

penyebab alexithymia adalah depresi dan diagnosis somatic. Pada penelitian

alexithymia yang dilakukan Lynn B. Myers (1995), yang menjadi faktor penyebab

adalah oping represif, pertahanan diri dan anxiety trait. Pada penelitian Jonathan D.

Prince et.al (1996), yang menjadi faktor penyebab alexithymia adalah kapasitas

hedonis, depresi dan afek negatif (anxiety). Pada penelitian J. Parker And G. Taylor

(1999), yang menjadi faktor penyebab alexithymia adalah lima faktor model,

anxiety dan depresi.

19
Berdasarkan rangkuman tentang faktor penyebab tentang alexithymia pada

kebanyakan sampel yakni populasi normal, dapat disimpulkan bahwa faktor

penyebab yang terbukti berpengaruh adalah tentang faktor kepribadian, anxiety dan

depresi. Dengan berlandaskan berbagai referensi tersebut, penulis memilih ketiga

faktor tadi yang akan menjadi fokus penelitian sebagai variabel penyebab

dikarenakan ketiga variabel tersebut yang telah terbukti signifikan mempengaruhi

alexithymia dalam populasi normal dibeberapa penelitian terdahulu.

2.1.5 Sudut Pandang Klinis tentang Alexithymia

Menurut Reusch tahun 1948 dalam (Timoney, 2013). Alexithymia pertama kali

dicatat, ia mengamati apa yang ia sebut sebagai 'kepribadian infantil'. Ini terjadi

pada pasien yang memiliki kemampuan yang belum matang untuk mengenali dan

menggambarkan dengan benar emosi mereka dan siapa yang sebaliknya akan

bergantung pada isyarat eksternal untuk menentukan apa reaksi yang sesuai. Pada

pasien psikosomatik yang fungsi mentalnya adalah dicirikan sebagai pragmatis,

hanya mementingkan peristiwa-peristiwa saat ini, dan kurang dalam imajinasi. Itu

adalah pengamatan karakteristik umum yang menyebabkan pengembangan

konstruk alexithymia oleh Nemiah dan Sifneos dalam awal 1970-an (Sifneos,

1973).

Bangunan di atas karya Nemiah dan Sifneos, Freyberger (1977) mengusulkan

pemisahan alexithymia menjadi dua kondisi berbeda: primer dan sekunder

alexithymia. Freyberger menggambarkan primary alexithymia sebagai sifat

disposisi. Beberapa penelitian mendukung gagasan bahwa alexithymia mungkin

merupakan kepribadian sifat dengan kemungkinan heritabilitas genetik (Jorgensen

20
et al., 2007), yang mungkin terkait dengan ciri-ciri kepribadian lainnya, termasuk

neurotisme tingkat tinggi (Bagby et al., 1994), extraversion rendah (Wise et al.,

1992), dan keterbukaan yang rendah terhadap pengalaman, serta gangguan

kepribadian tertentu.

Jenis yang kedua adalah secondary alexithymia menjadi cara sebagai

mekanisme pertahanan yang mirip dengan penolakan atau pertahanan. Mungkin

juga muncul sebagai respons terhadap trauma emosional yang parah, sebagai cara

untuk menghindarinya dampak menyakitkan.

2.1.6 Pengukuran Alexithymia

Beth Israel Questionnaire (BIQ) adalah salah satu alat yang paling banyak

digunakan dalam penilaian alexithymia. Dikembangkan oleh P.E.Sifneos pada

tahun 1973 untuk memberikan penilaian alexithymia yang sistematis dan

terstandarisasi, alat ini terdiri dari 17 pertanyaan pilihan-paksa yang meminta

pewawancara untuk mengevaluasi kehidupan fantasi dan komunikasi emosional

seseorang berdasarkan tanggapan mereka Baru-baru ini BIQ dimodifikasi (Bagby,

et.al., 1994) dengan menghilangkan sembilan pertanyaan yang tidak berhubungan

dengan alexithymia, dan menambahkan empat item baru yang menargetkan

alexithymia. Hasilnya adalah BIQ 12-item dirubah terdiri dari enam pertanyaan

menargetkan kesadaran emosional, dan enam pertanyaan menargetkan aktivitas

imajinal dan berpikir operatif.

21
Kuesioner alexithymia Bermond-Vorst (BVAQ) berevolusi dari kuisioner

Amsterdam 20-item yang dimaksudkan untuk menilai lima elemen alexithymia.

Bermond dan Vorst memperluas kuesioner dengan tujuan memiliki dua versi

paralel, yang mengarah pada penciptaan 40-item BVAQ. Kuisioner ini mengukur

sifat-sifat kepribadian yang terkait dengan pengalaman, verbalisasi, berfantasi,

identifikasi, dan pemikiran tentang emosi, sifat-sifat yang diusulkan menjadi

penting untuk mempengaruhi regulasi. BVAQ terdiri dari lima subskala faktor:

1. Emosionalising - sejauh mana seseorang secara emosional terangsang oleh

emosi yang mendorong peristiwa

2. Berfantasi - tingkat kecenderungan seseorang untuk berfantasi,

membayangkan, melamun, dll.

3. Mengidentifikasi - sejauh mana seseorang dapat mendefinisikan keadaan

gairah seseorang

4. Menganalisis - sejauh mana seseorang mencari penjelasan tentang reaksi

emosionalnya sendiri

5. Verbalisasi - sejauh mana seseorang mampu atau cenderung

menggambarkan atau berkomunikasi tentang reaksi emosionalnya sendiri.

Variabel Alexithymia juga memiliki alat ukur Toronto Alexithymia Scale-20

(TAS-20) merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Bagby, Taylor dan Parker

(1994) yang mengukur tiga factor alexithymia : Difficulty Identifying Feeling (DIF),

Difficulty Describing Feeling (DDF) dan Externally Oriented Thinking (EOT)

dalam 20 item. Semakin tinggi skor menunjukkan tingkat alexithymia yang semakin

tinggi. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah TAS-20 karena

22
umum digunakan dan sesuai untuk diaplikasikan kepada individu dalam kategori

normal.

2.2 Anxiety (Anxiety)

2.2.1 Definisi Anxiety

Salminen et.al. (1999) mengemukakan anxiety berasal dari kata Latin anxius,

yang berarti penyempitan atau pencekikan. Anxiety mirip dengan rasa takut tapi

dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap

beberapa ancaman langsung, sedangkan anxiety ditandai oleh kekhawatiran tentang

bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Anxiety merupakan keadaan

emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatic ketegangan

Menurut Freud (1977) mengatakan bahwa anxiety adalah fungsi ego untuk

memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga

dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Anxiety berfungsi sebagai mekanisme

yang melindungi ego karena anxiety memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya

dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat

sampai ego dikalahkan.

Konsep anxiety lainnya adalah sebagai alternatif dari teori impuls Freud (1977)

tentang anxiety, yaitu adalah rasa bersalah. Ia berpendapat bahwa anxiety datang

bukan dari tindakan yang individu akan lakukan, tetapi dari tindakan yang telah ia

lakukan tetapi ia berharap bahwa ia tidak. Dengan demikian anxiety dihasilkan dari

penolakan tuntutan hati nurani, bukan naluri dari represi yang telah berubah

menjadi superego dari pada id. Jika seseorang berperilaku tidak bertanggungjawab

23
dengan terlalu banyak mengumbar diri dan terlalu sedikit menahan diri, maka

anxiety akan dialami.

Anxiety adalah keadaan ketegangan yang sangat tidak menyenangkan yang

timbul karena mengalami ketidaksetujuan dalam hubungan interpersonal. Begitu

terangsang, anxiety mendistorsi persepsi individu tentang realitas, membatasi

rentang rangsangan yang dirasakan dan menyebabkan pada aspek kepribadian yang

tidak disetujui untuk dipisahkan (Freud, 1977)

Taylor (1989) mengatakan bahwa anxiety ialah suatu pengalaman subjektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan

ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti

gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala

psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan

sebagainya). Perbedaan intensitas anxiety tergantung pada keseriusan ancaman dan

efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang (Bagby et.al.,

1989).

Anxiety adalah ketakutan yang diakibatkan oleh ancaman terhadap nilai tertentu

yang dianggap penting oleh individu untuk eksistensinya sebagai kepribadian.

Anxiety diartikan sebagai suatu gejala kognitif, emosional dan fisiologis yang

dialami oleh individu dalam suatu kejadian yang dianggap stressful atau suatu

ancaman (Spielberger, 1983). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi

anxiety dari Spielberger tahun 1983.

24
2.2.2 Jenis-Jenis Anxiety

Menurut Freud (1977) mengemukakan tiga jenis anxiety yaitu:

a. Realistic Anxiety

Anxiety realistic adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Anxiety

realitik ini menjadi asal muasal timbulnya anxiety neurotic dan anxiety moral.

b. Neurotic Anxiety

Anxiety neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari

orang tua atau figure penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting

dengan cara sendiri yang diyakininya bakal menuai hukuman.

c. Moral Anxiety

Anxiety moral ini bersumber dari ancaman terhadap system super ego yang

berkembang baik sehingga individu akan merasa bersalah bila melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan ego idealnya yang selama ini telah

dimasukkan kedalam lingkungannya.

2.2.3 Dimensi Anxiety

Menurut Spielberger (1983) dalam bukunya Theory and research on anxiety.

Anxiety terdiri dari dua aspek:

1) State anxiety, intensitas reaksi anxiety sebanding dengan besarnya bahaya

eksternal yag ditimbulkan, semakin besar bahaya eksternal maka semakin kuat

reaksi yang dihasilkan. Ketidaknyamanan dari reaksi kegelisahan ditambah

dengan isyarat yang disediakan oleh persepsi sumbernya.

2) Trait anxiety, ditandai dengan perasaan takut dan ransangan fisiologis, tetapi

sumber yang membangkitkan reaksi ini adalah dari internal bukan dari

25
eksternal seperti anxiety objektif. Sumber ini tidak dirasakan secara sadar

karena telah ditekan.

2.2.4 Pengukuran Anxiety

Anxiety seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale

(ZSAS), Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,

1995), dan State-Trait Inventory for Cognitive and Somatic Anxiety (STICSA) (M.

J. Ree, C. MacLeod, D.French, & V. Locke, 2000). Menurut Hawari tahun 2001,

untuk mengetahui sejauh mana tingkat anxiety seseorang apakah ringan, sedang,

berat atau sangat berat dengan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Namun ika ingin melihat aspek dari segi

mana yang sesuai kondisi da mana yang sebagai anxiety menetap maka

menggunakan state dan trait inventory.

Peneliti memilih untuk menggunakan alat ukur STICSA. Alat ukur ini dapat

mengukur mana yang menjadi state anxiety dan mana yang menjadi trait anxiety,

selain itu STICSA menunjukkan bahwa alat ukur ini dapat menjadi ukuran lebih

murni anxiety. berisi 21 item pada masing-masing jenis anxiety.

2.3 Depresi

2.3.1 Definisi Depresi

Dalam DSM IV, depresi adalah lebih dari sekadar kesedihan. Orang dengan

depresi mungkin mengalami kurangnya minat dan kesenangan dalam aktivitas

sehari-hari, penurunan berat badan atau kenaikan berat badan yang signifikan,

insomnia atau tidur berlebihan, kurangnya energi, ketidakmampuan untuk

26
berkonsentrasi, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan dan

pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri. Depresi adalah gangguan mental

yang paling umum (DSM IV, 1994).

Kaplan dkk, (1997) menyebutkan bahwa depresi adalah “salah satu bagian dari

gangguan mood dan perasaan dengan mengalami rasa sedih, kehilangan energi,

tidak berharga, anxiety, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, dan menarik diri”.

Menurut PPDGJ – III (Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa - III) (2003),

menyebutkan depresi adalah “gangguan suasana yang mempunyai gejala utama

afek yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi

yang menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Ditambah dengan

gejala lainnya, yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan

kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,

pandangan masa depan suram dan pesimis, gagasan perbuatan yang membahayakan

diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang”.

Depresi merupakan perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan hal-

hal yang biasa dilakukannya dan tidak dapat mengekspresikan kegembiraan.

Biasanya terjadi pada awal sampai pertengahan usia dewasa. Dapat terjadi sekali,

dapat terjadi sering kali, dapat sebentar, dapat selama hidup, dapat bertahap, dan

dapat mendadak berat (Sarwono, 2010).

Menurut kriteria DSM-IV-TR (1994) depresi berat adalah suasana perasaan

ekstrem dan berlangsung paling tidak dua minggu, meliputi gejala-gejala kognitif

(seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu

(seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang

27
signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau

gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.

Depresi adalah gangguan mood di mana seseorang merasa tidak bahagia, tidak

bersemangat, memandang rendah diri sendiri, dan merasa sangat bosan. Individu

merasa selalu tidak enak badan, gampang kehilangan stamina, selera makan yang

buruk, tidak bersemangat, dan tidak memiliki motivasi (Santrock, 2007). Di dalam

skala klinis dan validitas pada Minnesota Multiphasic Personality Inventory

(MMPI-2), menyatakan depresi merupakan penolakan terhadap kebahagiaan dan

perasaan berharga, keterlambatan psikomotor dan penarikan diri, kehilangan minat

terhadap lingkungan sekitar, keluhan somatis, khawatir atau tegang, penolakan

terhadap kemarahan, kesulitan mengendalikan proses berpikir (Halgin &

Whitbourne, 2010).

Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti menggunakan definisi depresi adalah

gangguan mood di mana seseorang merasa tidak bahagia, tidak bersemangat,

memandang rendah diri sendiri, dan merasa sangat bosan. Individu merasa selalu

tidak enak badan, gampang kehilangan stamina, selera makan yang buruk, tidak

bersemangat, dan tidak memiliki motivasi (Santrock, 2007).

2.3.3 Jenis- Jenis Depresi

Jenis-jenis depresi berdasarkan DSM IV (1994) dibagi menjadi tiga, yaitu depresi

ringan, depresi sedang, depresi berat. Adapun gejala utama atau yang paling khas

atau sering disebut dengan depresi mayor adalah sebagai berikut: gangguan

perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah

lelah dalam melakukan kegiatan. Adapun jenis-jenis depresi adalah sebagai berikut:

28
a. Depresi Ringan

Pada depresi ringan ini harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala

depresi yang khas, selain itu juga ditambah sekurang-kurangnya dua dari

gejala depresi yang lainnya dan tidak boleh ada gejala yang berat dalam

depresi, biasanya lamanya berlangsung adalah kurang lebih sekitar dua

minggu. Pada umumnya orang yang mengalami depresi ringan akan

mengalami keadaan resah, serta sukar untuk melakukan pekerjaan dan

kegiatan sosial, namun pada depresi ringan ini seseorang atau individu

masih mampu untuk melakukan kegiatan.

b. Depresi Sedang

Harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala yang khas dari depresi,

kemudian ditambah sekurang-kurangnya tiga dari gejala depresi lainnya.

Beberapa dari gejala depresi sedang ini tampa terlihat atau menyolok.

Lamanya dari depresi sedang ini adalah minimal dua minggu. Pada

penderita depresi sedang biasanya individu sulit untuk melakukan kegiatan

sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

c. Depresi Berat

Pada depresi berat ini biasanya individu mengalami ketegangan atau

kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya

tidak berguna sangat nyata terlihat, dan bunuh diri merupakan hal yang

sangat nyata dialami oleh penderita depresi berat ini.

29
2.3.4 Pengukuran Depresi

Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan

(kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, anxiety,

perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. Depresi dapat diukur melalui skala

psikologi yang diadaptasi dari skala Beck Depressions Inventory (BDI). Skala

psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan spiritual dan

depresi. Indikator yang diungkap dalam skala depresi ini adalah labilitas perasaan,

anxiety, perasaan bersalah, keinginan bunuh diri.

Penggunaan Self-Rating Depression Scale (SDS) (1965) telah terbukti menjadi

alat yang berharga dalam penilaian gangguan depresi enggunaan skala seperti itu

sangat berharga dalam mendokumentasikan dan menghitung gejala dari keluhan

awal. Tujuan dari skala depresi peringkat diri Self-Rating Depression Scale (SDS)

yang digunakan berisi 20 item yang dibangun berdasarkan diagnostik klinis kriteria

yang paling umum digunakan untuk mengkarakterisasi gangguan depresi. Dalam

menggunakan SDS, subjek diminta untuk menilai masing-masing dari 20 item

tentang bagaimana hal itu berlaku baginya pada saat pengujian dalam empat istilah

kuantitatif, yang memiliki nilai numerik 1-4. Skala tersebut ditentukan sehingga

dari 20 item yang digunakan (Zung, 1965). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan SDS sebagi alat ukur depresi karena item lebih mudah

megkarakterisasi gangguan depresi sehingga juga mudah dalam pengaplikasian-

nya.

30
2.4 Trait Kepribadian Big five

Dalam pembahasan landasan teori dimulai dari definisi kepribadian Big five, trait-

trait dalam Big five personality, deskripsi & indikator dari setiap trait pada Big five

dan pengukuran Big five.

2.4.1 Definisi Kepribadian Big five

Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa Big five merupakan konstruk

lima tipe kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan

perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk

melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah

domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis

faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to experiences.

Caprara & Cervone (2000) mengatakan bahwa kepribadian big five

adalah teori kepribadian yang menjelaskan hubungan antara kognisi,

affect, dan tindakan. Di samping itu menyatakan bahwa big five faktor

dapat menjadi landasan bagi teori kepribadian yaitu dimensi dasar

kepribadian manusia, dimensi-dimensi dimana individu berada seperti

(openness, exstravertion, agreeableness, dan neurotisme) sering kali

tampak dalam perilaku sehari-hari.

Pervin (2005) menyatakan bahwa Big five in trait factor theory, the

five major trait categories including emotionality, activity, and sociability

factors. Artinya Big five adalah teori faktor trait (sifat, ciri), dengan lima

kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor social.

31
Kepribadian Big five adalah kepribadian yang dikembangkan oleh

McCrae dan Costa yang memiliki lima bentuk kepribadian yang

mendasari perilaku individu.

Kepribadian Big five merupakan Pendekatan yang diilustrasikan

dalam sebuah taksonomi yang komprehensif dari domain perilaku

interpersonal yang menghasilkan dimensi berlawanan (Wiggins, 1997).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian Big five

merupakan pendekatan psikologi yang memiliki lima trait kepribadian

neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, consenciousness

yang digunakan untuk menganalisis kepribadian seseorang. Model ini

merupakan kerangka kerja untuk melihat atau menguji secara sistematis

psiko-fisiologi, perilaku, psikologi dan genetik dengan trait yang

digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian (Mc Crae, 1999).

2.4.2 Trait-Trait dalam Kepribadian Big five

Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relative menetap secara

terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan.

McCrae & Costa (1999) menyatakan bahwa Trait-trait dalam domain-domain dari

Big five Personality meliputi sebagai berikut

a. Neuroticm (N)

Neuroticm menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi

yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional

mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah

perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat

32
neuroticm yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticm yang tinggi.

Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka

juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai

atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah

mengalami anxiety, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan

emotionally reactive (Mc Crae, 1999).

Individu yang memiliki kepribadian Neuroticism dengan skor tinggi

merupakan individu yang cenderung gugup, sensitif, tegang dan mudah cemas,

yang secara positif pada kepribadian tersebut terkait dengan keparahan gejala

anxiety dan depresi (Wright, 2006).

b. Extravertion (E)

Extravertion, atau bisa juga disebut faktor dominan- patuh

(dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang

penting dalam kepribadian, dimana extravertion ini dapat

memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian,

seseorang yang memiliki faktor extravertion yang tinggi, akan

mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak

orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extravertion

yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak

memegang kontrol dan keintiman. Pergroup mereka juga dianggap

sebagai orang-orang yang ramah, fun- loving, affectionate, dan

talkative (McCrae & Costa, 1999).

33
Extravertion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki

antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif,

energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah

terhadap orang lain. Extravertion memiliki tingkat motivasi yang

tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga

dominan dalam lingkungannya. Extravertion dapat memprediksi

perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat

extravertion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada

seseorang yang memiliki tingkat extravertion yang rendah.

Extravertion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup,

tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang- orang dengan tingkat

exstravertion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari

lingkungannya. Facet-facet yang terdapat dalam extravertion sebagai

berikut (McCrae & Costa, 1999).

1. Warmth (E1). Kecenderungan untuk mudah bergaul dan

membagi kasih sayang.

2. Gregariousness (E2). Kecenderungan untuk banyak berteman

dan berinteraksi dengan orang banyak.

3. Assertiveness (E3). Individu yang cenderung tegas.

4. Activity (E4). Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan,

memiliki energi dan semangat yang tinggi.

5. Excitement-seeking (E5). Individu yang suka mencari sensasi

dan suka mengambil resiko.

34
6. Positive emotion (E6). Kecenderungan untuk mengalami emosi-

emosi yang positif seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan.

Menurut penelitian sebelumnya, individu lebih mudah terkena anxiety

dan depresi apabila individu tersebut memiliki kepribadian Extraversion

dengan skor rendah (Wright, 2006).

c. Openness to experience (O)

Faktor openness to experience merupakan faktor yang paling sulit

untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa

yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain.

Openness to experience mengacu pada bagaimana seseorang bersedia

melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru

(McCrae & Costa, 1999).

Openness to experience mempunyai ciri mudah bertoleransi,

kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan

mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan

impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness to experience yang

tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi,

broadmindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang

memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai

kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor

openness to experience yang rendah juga menggambarkan pribadi

yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak

menyukai adanya perubahan (McCrae & Costa, 1999).

35
Openness to experience dapat membangun pertumbuhan pribadi.

Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat

openness to experience yang tinggi dan tingkat agreeableness yang

rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka

terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk

suatu masalah. McCrae & Costa (1999), Facet-facet yang terdapat

dalam openness to experience (O) sebagai berikut:

1. Fantasy (O1). Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan

aktif

2. Aesthetic (O2). Individu yang memiliki apresiasi yang

tinggi terhadap seni dan keindahan

3. Feelings (O3). Individu yang menyadari dan menyelami emosi

dan perasannya sendiri

4. Action (O4). Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal

baru

5. Ideas (O5). Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan

tidak konvensional.

Pada individu kepribadian Openness to experience dengan skor tinggi

merupakan individu yang cenderung kreatif, artistik, dan mencari penghargaan

dari pengalaman akan mempengaruhi timbulnya anxiety dan depresi (McCrae

& Costa, 1999).

36
d. Agreeableness (A)

Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility yang

mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang

selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan

untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang

yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai

seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan

penyayang (McCrae & Costa, 1999).

Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan

interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi,

dimana ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan

cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung

dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan

konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang

yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang

memiliki tingkat agreeableness yang tinggi dengan penggunaan

power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika

dibandingkan dengan wanita.

Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang

rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Facet-

facet yang terdapat dalam agreeableness sebagai berikut (McCrae &

Costa, 1999):

37
1. Trust: Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain

2. Straightforwardness: Individu yang terus terang, sungguh-sungguh

dalam menyatakan sesuatu

3. Altruism: Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk

membantu orang lain.

4. Compliance: Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal

5. Modesty: Individu yang sederhana dan rendah hati

6. Tender-mindedness: Simpati dan peduli terhadap orang lain

Kepribadian Agreeableness dengan skor rendah merupakan

individu yang cenderung terlihat dingin, konfrontatif, dan kejam akan

mempengaruhi timbulnya anxiety dan depresi (Goldberg, 1990).

e. Conscientiousness (C)

Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control,

dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan

self discipline seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai

kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan

oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize,

tepat waktu, dan ambisius (McCrae & Costa, 1999).

Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan

sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti

peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan

tugas. Disisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat

perfeksionis, kompulsif, workaholic,membosankan. Tingkat

38
conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak

terarah serta mudah teralih perhatiannya. Facet-facet yang terdapat

dalam conscientiousness sebagai berikut (McCrae & Costa, 1999).

1. Competence: Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan

dalam melakukan sesuatu

2. Order: Kemampuan mengorganisasi

3. Dutifulness: Memegang erat prinsip hidup

4. Achievement-striving: Aspirasi individu dalam mencapai

prestasi

5. Self-discipline: Mampu mengatur diri sendiri

6. Deliberation: Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak

Kepribdian Conscientiousness dengan skor rendah yaitu, individu yang

cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan akan

mempengaruhi timbulnya anxiety dan depresi (Wright, 2002; Koorevar et al.,

2013). Perbandingan skor tertinggi dan skor terendah pada Big five dapat

diketahui pada tabel di bawah ini (Costa & McCrae, 1999).

39
Tabel 2.2

Deskripsi & Indikator dari setiap trait pada Kepribadian Big five

Skor tinggi Skala Trait Skor rendah


Cemas, gugup, emosional, Neuroticism (N) Tenang, santai, merasa
Merasa tidak aman, merasa Menggambarkan stabilitas aman, puas terhadap
tidak mampu, mudah panik emosional dengan dirinya, tidak emosional,
cakupan-cakupan perasaan tabah.
negative yang kuat
termasuk anxiety,
kesedihan dan irritability
nervous tension.
Optimis, fun- Mudah Exstravertion (E) Tidak ramah, bersahaja,
menyesuaikan diri dengan Mengukur kuantitas dan suka menyendiri, orientasi
lingkungan social, aktif intensitas dari interaksi pada tugas, pendiam
lingkungan sosial, aktif, interpersonal, tingkatan
banyak bicara, orientasi aktifitas interpersonal,
pada hubungan sesama, kebutuhan akan ktifitas
menyayangi, affectionate dan dorongan serta
kapasitas kesenangan
Ingin tahu, minat luas, Openness to Konvensional, sederhana,
kreatif, original, imajinatif, Experience (O) minat sempit, tidak
untraditional. Gambaran keluasan, artistik, tidak analitis.
kedalaman, dan
kompleksitas mental
individu dan
pengalamannya.
Lembut hati, dapat Agreeableness (A) Sinis, kasar, curiga, tidak
dipercaya, suka menolong, Mengukur kualitas dari kooperatif, pendendam,
pemaaf, penurut. apa yang dilakukan kejam, manipulatif.
dengan orang lain dan apa
yang dilakukan terhadap
orang lain.
Teratur, pekerja keras, Conscientiousness(C) Tanpa tujuan, tidak dapat
dapat diandalkan, disiplin, Mendeskripsikan perilaku diandalkan, malas,
tepat waktu, rapi, hati- yang diarahkan pada tugas sembrono, lalai, mudah
hati. dan tujuan kontrol menyerah
dorongan secara sosial

40
Ketangguhan model lima faktor telah diamati melalui metode,

beberapa bahasa dan budaya (McCrae & Costa, dalam Caprara &

Cervone, 2000) dilakukan penelitian pada 1980-an dan 1990-an. Para

pendukung dari Big five (Goldberg &John, dalam Caprara & Cervone,

2000) dan model lima faktor (McCrae & Costa, dalam Caprara &

Cervone, 2000) menyatakan bahwa fakta yang paling mendasar dari

psikologi kepribadian adalah bahwa kecenderungan dapat

menggambarkan dengan baik oleh sifat dari lima dimensi.

Bukti tentang kekuatan dan validitas Big five telah terbukti, adalah :

a. Struktur Big five Factor telah sering diulang dalam penelitian oleh

beragam peneliti dengan menggunakan berbagai sample berbahasa

Inggris.

b. Terutama faktor N, E, dan A telah ditemukan dapat meniru dengan

baik bahkan ketika bahasa, budaya, dan format konten yang digunakan

berbeda.

c. Secara keseluruhan, hasilnya mengesankan dan dapat digeneralisasi di

beragam budaya (McCrae et al., 1998), meskipun ada beberapa faktor

yang dapat mengambil bentuk berbeda dalam sampel dan budaya yang

berbeda.

d. Struktur faktor dari gambaran individu yang dijelaskan oleh model ini

cenderung relatif stabil selama jangka waktu yang lama pada orang

dewasa.

41
Penelitian sebelumnya oleh Linden R. Timoney dan Mark D. Holder tahun

2013 menunjukkan bahwa alexithymia dikaitkan dengan beragam susunan dominan

faktor negatif. Dalam upaya untuk lebih memahami konstruk yang kompleks dari

alexithymia, peneliti telah menilai hubungan antara sifat-sifat kepribadian dan

tingkat alexithymia. Secara umum, penelitian menunjukkan kepribadian itu,

termasuk ciri-ciri kepribadian Lima Besar, dikaitkan dengan alexithymia. Satu

ukuran umum dari sifat kepribadian (Timoney & Holder, 2013).

2.4.3 Pengukuran Traits Kepribadian Big five

Salah Satu ukuran umum dari sifat kepribadian adalah NEO Personality

Inventory (NEO-PI), yang pertama kali dikembangkan oleh Costa dan McCrae pada

tahun 1985), dan sejak itu mengalami beberapa revisi (Costa et al. 1991; McCrae et

al. 2005). NEO-PI dirancang untuk memberikan penggambaran mendalam tentang

kepribadian individu. Itu memanfaatkan model kepribadian Lima Faktor yang

diterima secara luas, yang terdiri dari lima ciri utama (Big five) dianggap paling

menjelaskan perbedaan individu dalam kepribadian (Costa dan McCrae, 1992;

McCrae dan Costa, 2003).

Skala kedua tambahan yang juga telah banyak digunakan dalam penilaian

kepribadian adalah kuesioner kepribadian eysenck (EPQ) dan kepribadian eysenck

kuesioner yang direvisi dengan 35 item (EPQ-R; Eysenck et al., 1985). Pengukuran

lain traits Kepribadian Big five menggunakan alat ukur yang mengadaptasi skala

BFI Big five inventory (John & Srivastava, 1999) yang terdiri dari 44 item

pernyataan, yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala 1) sampai sangat

sesuai (skala 4). Pada kepribadian Big five dibagi lima variable yaitu neuroticm,

42
extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness (28

favorable dan 16 unfavorable). Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur

BFI karena alat ukur ini merupakan alat ukur paling terbaru yaitu di tahun 1999.

2.5 Kerangka Berfikir

Alexithymia merupakan sifat kepribadian dimensi yang ditandai oleh kesulitan

dalam mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan subjektif, kapasitas imaginal

yang terbatas, dan gaya kognitif yang berorientasi eksternal. Mereka kesulitan

dalam mendefinisikan emosi dan perasaan seseorang, tentunya ini akan

mempersulit mereka yang memiliki alexithymia untuk peka terhadap lingkungan

sosialnya yang membutuhkan bantuan atau pertolongan individu tersebut.

Faktor terkuat penyebab munculnya alexithymia yaitu anxiety dan depresi.

Anxiety merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat

dan somatic ketegangan. Individu dengan perasaan seperti ini, dia akan sulit

tentunya dalam memahami situasi, kondisi maupun emosi orang lain sebab didalam

dirinya saja sedang terjadi masalah. Anxiety menurut Spielberger ada anxiety

menetap dan ada anxiety yang hadir karena kondisi tertentu ketika sedang

menghadapinya. Individu yang mengalami kemurungan dan kegelisahan akibat

syndrom somatic yang ia miliki akan menetap atau trait anxiety kecenderungan ia

bersikap selalu dalam kegelisahan, baik dalam hal kurang serius sekalipun.

Anxiety yang hadir ketika seseorang sedang menghadapi suatu kondisi tertentu

atau state anxiety, misalnya seseorang tahu bahwa ia akan menerima sebuah

hukuman akibat ketidaksengajaan melanggar norma yang biasanya tidak pernah ia

43
langgar, maka ia akan merasa cemas selama masalah itu selesai. Individu seperti ini

jika dalam kesehariannya terbelenggu dalam masalah anxiety akan menjadikan

seseorang tersebut kecenderungan mengalami alexithymia.

Bentuk depresi, depresi ini akan berpengaruh langsung terhadap alexithymia

karena perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan hal-hal yang biasa

dilakukannya dan tidak dapat mengekspresikan kegembiraan itu akan

memunculkan kecenderungan alexithymia pada individu. Depresi sama hal nya

dengan anxiety, atau bahkan lebih berat dan serius. Perasaan tertekan, stress patah

semangat dan selalu merasa kehilangan gairah dalam menjalani hidup merupakan

jadi penyebab besar seseorang hingga akhirnya memiliki kecenderungan

alexithymia jika depresi tidak segera ditangani.

Alexithymia berhubungan dengan segala aspek terkait emosi yang menjadi

dasar gangguan alexithymia. Setiap emosi tentunya akan terjadi seiring kondisi

yang ada dihadapannya dan sebagian kecil dari perubahan mereka dari waktu ke

waktu dan diperhitungkan oleh perubahan depresi atau anxiety. Oleh karena itu

konstruk kepribadian ini berperan penting dalam mempengaruhi alexithymia karena

dua hal ini berhubungan terhadap gangguan emosi dimana tentunya alexithymia

pun terpengaruh terhadapnya.

Ada trait dari sebuah konsep kepribadian yang dibentuk untuk mengukur aspek

sifat seseorang yaitu trait kepribadian yang disebut juga dengan Big five Personality

merupakan salah satu faktor penyebab dari munculnya alexithymia pada diri

individu. Variabel Big five, atau yang bisa disingkat dengan sebutan (OCEAN) akan

44
berpengaruh melalui 3 cara yaitu petama berpengaruh terhadap trait anxiety dan

melalui state anxiety terlebih dahulu baru kemudian dari kelompok anxiety ini

berpengaruh terhadap depresi hingga kemudian depresi berpengaruh terhadap

alexithymia. Variabel Big five ini tentu tidak dapat berpengaruh langsung terhadap

alexithymia karena ada faktor lain yang menjadi mediator diantara keduanya yaitu

anxiety kemudian depresi lalu akhirnya pada alexithymia.

Selain berpengaruh tidak langsung, dalam lima faktor kepribadian Big five

hanya ada tiga dimensi pada Big five yang berpengaruh langsung terhadap

alexithymia yaitu openness to experience, extraversion dan neuroticism karena

ketiga variabel ini memiliki penyebab yang sangat kuat untuk menyebabkan

langsung timbulnya alexithymia pada diri individu. Alexithymia juga telah

ditemukan terkait secara teoritis dengan konstruksi kepribadian faktor Big five pada

pembahasan sebelumnya. Big five atau konsep personality ini akan diukur guna

mempermudah jalur sebuah faktor penyebab alexithymia dilihat dari masing masing

kecenderungan sifat individu yang didalamnya ada openess to experience,

conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism.

Openess to experience, seseorang yang jika tipe kepribadian ini rendah dimiliki

maka mereka akan memiliki minat yang sempit dan sederhana dalam berfikir, dan

ketika mendapatkan masalah mereka akan mudah mengalami anxiety, jika anxiety

terus berlanjut makan akan mengakibatkan depresi dalam diri, perasaan tertekan

dan stress lalu memperkuat seseorang pula untuk memiliki kecenderungan

alexithymia.

45
Conscientiousness, jika dalam kadar normal mereka akan dapat

mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan dorongan kontol manusia,

namun jika dalam keadaan rendah atau negatif, mereka akan menjadi sembrono dan

tidak dapat diandalkan. Perilaku yang cenderung negatif seperti ini, mudah

merasakan anxiety sebab dia kesulitan dalam hal tugas dan dorongan kontrol

manusia. Setelah mengalami anxiety akan mudah berlarut menjadi depresi jika

penanganan tidak cukup kuat. Depresi tidak akan teratasi jika tidak segera diberikan

penanganan psikologis yang tepat dan akan berlanjut hingga ke alexithymia.

Extraversion, tipe kepribadian ini menjadi jelas terukur mempengaruhi anxiety

sebab mereka yang memiliki rendah pada tipe kepribadian ini akan cenderung

introvert, suka menyendiri dan tidak ramah. Ketika mereka tidak ramah dan suka

menyendiri tidak akan ada banyak teman yang mau menjadi tempat berkeluh kesah

hingga dapat muncul lah anxiety lalu kemudian depresi. Depresi tidak akan hilang

jika tidak segera diberikan penanganan khusus psikologi. Jika tetap berlanjut,

mereka kemudian akan dapat cenderung mengalami alexihymia.

Agreeableness, tipe kepribadian ini pun sulit teridentifikasi akan mengalami

anxiety jika tipe ini rendah dimiliki oleh seseorang. Mereka akan menjadi seorang

yang kasar, sinis dan penuh kecurigaan. Kecurigaan jika berlarut akan timbul

anxiety. Anxiety tidak teratasi akan mempengaruhi timbulnya depresi. Depresi jika

tidak diatasi akan menjadi penyebab kecenderungan alexithymia.

Neuroticism, Ini merupakan salah satunya tipe kepribadian yang jika dimiliki

dengan skor yang tinggi maka akan mudah mengalami anxiety, sebab ciri perilaku

46
yang ditunjukan sama, seperti emosional, merasa tidak aman dan panik. Perasaan

seperti ini bahkan bukan hanya bisa memunculkan anxiety, tetapi akan berlanjut

pada depresi. Akhirnya depresi akan mempengaruhi timbulnya kecenderungan

alexithymia

Selain mencari tahu apa penyebab langsung, melakukan Analisa dengan tepat

berdasarkan hasil bacaan teori dan analisa berfikir penyang dilakukan tentang

alexithymia, ternyata penyebab tidak langsung perlu diteorikan, mana yang menjadi

pengaruh timbulnya alexithymia, dan ini tidak boleh kita abaikan karena untuk bisa

mengetahui dengan jelas dan pasti, kita mesti men-spesifikasikan pula secara jelas

dengan cara membuat spesifikasi model variabel, agar hasil yang diperoleh dapat

sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran. Sembilan

variabel ini akan dijabarkan setiap masing-masing jalurnya pada gambar 2.1

dibawah

47
KETERANGAN :
DIF: Difficult Identifying Feelings
DDF: Difficult Describing Feelings
EOT: Externally Oriented Thingking

48
4.6 Hipotesis

Hipotesis Umum :

Model tentang pengaruh Big five personality terhadap tingkat alexithymia dengan

anxiety dan depresi sebagai mediator seperti tergambar pada gambar 2.1 adalah fit

dengan data.

Hipotesis Khusus :

a. Alexithymia dipengaruhi secara langsung oleh depresi, anxiety baik trait

maupun state, dan tiga tipe kepribadian yaitu openness to experiences,

extraversion dan neuroticism.

b. Depresi secara langsung dipengaruhi oleh anxiety, baik secara trait maupun

state dan satu tipe kepribadian yaitu neuroticism.

c. Tingkat anxiety, baik trait maupun state dipengaruhi oleh tipe kepribadian

seseorang, yang dalam hal ini ada lima tipe kepribadian.

d. Seluruh tipe kepribadian secara tidak langsung memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap alexithymia melalui anxiety dan/atau depresi.

49
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah individu yang sedang dalam usia dewasa awal

yaitu rentang umur 18-24 tahun. Pembatasan tersebut karena rentang usia 18-24

tidak terlalu lebar sehingga karakteristik subjek cenderung memiliki kesamaan baik

secara psikologis maupun tugas perkembangannya, sehingga bisa digeneralisir pada

populasi mahasiswa, peneliti akan mengambil lingkup populasi untuk Univeritas

sekitar Jakarta, dengan tujuan untuk memberi kesan heterogen pada populasi.

Sampel yang peneliti ambil yaitu usia perkuliahan yang direncanakan terdiri

dari sekurang-kurangnya 250 sampel sesuai dengan deskripsi populasinya.

Kemudian teknik pengambilan sampel dalam penelitian dipilih menggunakan

teknik non-probability sampling karena akan banyak kesulitan jika harus

menggunakan simple random sampling yaitu harus memiliki daftar dari seluruh

mahasiswa sekitar Jakarta tanpa seorangpun yang tidak terdata, dan jika sample

terpilih secara acak, belum tentu bertemu dengan responden atau responden tidak

bersedia. Dengan alasan ini, maka penulis memilih teknik non probability

sampling, dimana peluang untuk terpilihnya seseorang pada anggota populasi tidak

diketahui atau dihitung.

50
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat sembilan variabel utama, dimana alexithymia

dijadikan sebagai dependent variable, kemudian trait anxiety, state anxiety dan

depresi sebagai mediator variable, serta lima traits personality yaitu openness to

experiences, conscientiousness, extraversion, agreebleness, neuroticism sebagai

variabel eksogenous. Adapun definisi operasional dari sembilan variabel tersebut

adalah sebagai berikut:

Definisi Operasional :

1) Alexithymia

Definisi alexithymia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah trait

kepribadian yang ditandai dengan kesulitan dalam mengidentifikasi serta

mendefinisikan perasaan. Alexithymia ditandai beberapa karakteristik yaitu

kesulitan mengidentifikasi emosi dan perasaan, kesulitan verbalisasi

perasaan, keterbatasan fantasi/imajinasi dan externally oriented thinking

style (Sifneos, 1973; Taylor & Bagby, 2014). Dengan indikator : memahami

rasa nya perasaan ketika menangis, memahami ketika sebuah emosi yang

seharusnya hadir justru tidak hadir, megetahui sensasi fisik yang dirasakan

sekalipun dokter tidak memahami, dapat menjelaskan apa ciri-ciri hadirnya

sebuah emosi, dapat menunjukan emosi dn perasaan tanpa bingung, dapat

menjelaskan emosi orang lain yang terlihat, tertarik menganalisis masalah

ketimbang sumber permasalahan, melihat kejadian emosinal dinilai dari

fakor eksternal

51
2) Definisi State Anxiety

Intensitas reaksi anxiety sebanding dengan besarnya bahaya eksternal yag

ditimbulkan, semakin besar bahaya eksternal maka semakin kuat reaksi

yang dihasilkan (Spielberger, 1983). Dengan indikator : Anxiety yang timbul

bila individu berhadapan dengan situasi tertentu yang menyebaban individu

mengalami anxiety.

3) Definisi Trait anxiety

Ditandai dengan perasaan takut dan ransangan fisiologis, tetapi sumber

yang membangkitkan reaksi ini adalah dari internal bukan dari eksternal

(Spielberger, 1983). Dengan Indikator : Anxiety yang menetap dalam diri

individu yang bukan dipengaruhi karena situasi terentu, tetapi stabil dan

cenderung menetap.

4) Definisi Depresi

Depresi adalah gangguan mood di mana seseorang merasa tidak bahagia,

tidak bersemangat, memandang rendah diri sendiri, dan merasa sangat

bosan. (Santrock, 2007). Dengan dimensi yaitu tertekan, ungkapan

kesedihan, gangguan ritmis, gangguan lainnya, aktifitas psikomotorik,

ideasional. Dengan indikator : selalu merasakan gelisah dan merana, selalu

ingin menangis di situasi apapun, merasa sulit ketika hendak tidur, merasa

selalu ada efek secara fisik yang terasa, tubuh selalu terasa gelisah dan tidak

bisa diam, memiliki ide positif untuk masa depan.

52
5) Definisi Openness to experience

Mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada

suatu ide atau situasi yang baru. Openness to experience mempunyai ciri

mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat

fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan

impulsivitas (Feist dan Feist, 2009). Dengan indikator: Gambaran keluasan

penglaman individu dan kompleksitas mental

6) Definisi Conscientiousness

Dapat disebut juga dependability, impulse control, dan pencapaian diri,

yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang.

Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi (Feist

dan Feist, 2009). Dengan indikator: Mendeskripsikan perilaku yang

diarahkan pda tugas dan kontrol sosial.

7) Definisi Extraversion

Extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan- patuh (dominance-

submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam

kepribadian, dimana extravertion ini dapat memprediksi banyak tingkah

laku sosial. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang

kontrol dan keintiman (Feist dan Feist, 2009). Dengan indiktor: Mengukur

kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal.

53
8) Definisi Agreebleness

Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility yang mengindikasikan

seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah,

menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang

lain (Feist dan Feist, 2009). Dengan indikator : Mengukur kualitas dari apa

yang dilakukan dengan orang lain

9) Definisi Neuroticm

Menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang

negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka

labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah

perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan (Feist dan Feist, 2009). Dengan

indikaator : Menggambarkan prasaan dengan perasaan negatif yang kuat.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian terdiri dari:

1) Skala Alexithymia

Peneliti menggunakan self report questionnaire sebagai metode pengumpulan data

dalam penelitian ini. Skala yang dipakai adalah Toronto Alexithymia Scale-20

(TAS-20) yang merupakan skala paling sering mengukur alexithymia seseorang

baik pada populasi klinis maupun populasi umum. Skala ini dianggap paling valid,

pertama kali diciptakan oleh Bagby, Taylor & Parker pada tahun 1994. Terdapat 20

item pernyataan yang menggambarkan 3 dimensi utama konstruk Alexithymia yaitu

Difficulties Identifying Feelings (DIF), Difficulties Describing Feelings (DDF) dan

54
Externally Oriented Thingking (EOT) menggunakan skala likert: Sangat sesuai,

sesuai, tidak sesuai atau sangat tidak sesuai.

Tabel 3.1 Blue Print Skala item TAS-20


No Dimensi Indikator Item Jumlah
1. Difficulty Identifying - Kesulitan memahami rasa nya perasaan 1,6,9,14 4
Feelings (DIF) ketika emosi hadir 13
- Kesulitan memahami situasi dan kondisi 1
diri 3,7
- Kesulitan mengetahui sensasi fisik yang 2
dirasakan
2. Difficulties - Kesulitan menjelaskan dan menunjukan, 2,11,12,* 4
Describing Feelings apa ciri-ciri hadirnya sebuah emosi 4
(DDF) - Dapat menjelaskan emosi diri dan orang
lain 17 1
3. Externally Oriented - Cenderung mengabaikan pengalaman 8,15,16,2 8
thinking (EOT) afektif, cenderung merespons stimulus 0,5,*10,*
eksternal 18,19
Total item TAS-20 20
Keterangan: *Unfavorable

2) Skala Anxiety

Skala Anxiety yan digunakan yaitu STICSA (M. J. ree, C. MacLeod, D.Perancis, V.

& Locke, 2000), bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat anxiety yang

menjadi trait dan mana yang menjadi state dalam pengaruhnya terhadap

alexithymia.menggunakan skala Likert 4 poin yaitu sangat tidak sesuai, tidak

sesuai, sesuai, atau sangat sesuai. Dengan 2 macam instruksi yang berbeda di

masing-masing kedua skala state dan trait.

55
Tabel 3.2 Blue Print Skala Anxiety

No Dimensi Indikator Item Jumlah


1. Anxiety - Anxiety yang timbul bila individu 1,2,3,4,5, 21
State berhadapan dengan situasi tertentu yang 7,8,9,6,1
menyebaban individu mengalami anxiety. 0,11,12,1
3,14,15,1
6,17,18,1
9,20,21
2. Anxiety - Anxiety yang menetap dalam diri individu 1,2,3,4,5, 21
Trait yang bukan dipengaruhi karena situasi 7,8,9,6,1
terentu, tetapi stabil dan cenderung 0,11,12,1
menetap. 3,14,15,1
6,17,18,1
9,20,21

Total 42

3) Skala Depresi

Dalam penilaian gangguan depresi penggunaan skala seperti itu sangat berharga

dalam mendokumentasikan dan menghitung gejala dan keluhan awal. Peneliti

menggunakan SDS (Self-Rating Depression Scale) tahun 1965.

Tabel 3.3 Blue Print Skala Depresi

No Dimensi Indikator Item Jumlah


1. Pervasif Afek - Depresi, sedih dan terpuruk 1 1
- Menangis tanpa sebab 2 1
2. Gangguan Ritmis - Ganguan seiring berjalannya hari *3 1
fisik - Karateristik setiap tidur 4 1
- Nafsu makan *5
- Kehilangan berat badan 6 1
- Sex : Mengurangi libido *7 1

3. Gangguan fisik - Pencernaan : sembelit 8 1


lainnya - Kardiovaskular 9 1
- Kelelahan 10 1
4. Gangguan - Agitasi 11 1
Psikomotor - Retardasi *12 1
5. Ideasional -Memiliki ide positif untuk masa depan *13, *14, 8
*15, *16,
17,*18,*
19,20
Total 20

Keterangan: *Unfavorable

56
4) Skala Kepribadian Big five

Big five inventory (John & Srivastava, 1999) yang terdiri dari 44 item

pernyataan, yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala 1) sampai sangat

sesuai (skala 4). Pada kepribadian Big five dibagi lima variable yaitu neuroticm,

extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness (28

favorable dan 16 unfavorable).

Tabel 3.4 Blue Print Skala kepribadian Big five (sambungan)


No Dimensi Indikator Item Jumlah
1. Neuroticism (N) - Menggambarkan prasaan dengan 4,*9,14,1 8
perasaan negatif yag kuat 9,*24,29,
*34,39
2. Extraversion (E) - Mengukur kuantitas dan intensitas dari 1,*6,11,1 8
interaksi interpersonal 6,*21,26,
*31,36
3. Openness to - Gambaran keluasan penglaman individu 5,10, 10
Experience (O) dan kompleksitas mental 15,20,25,
30,*35,4
0,*41,44
4. Agreebleness (A) - Mengukur kualitas dari apa yang *2,7,*12, 9
dilakukan dengan orang lain 17,22,*2
7,32,*37,
42
5. Concientiousness - Mendeskripsikan perilaku yang diarahkan 3,*8,13,* 9
(C) pda tugas dan kontrol sosial 18,*23,2
8,33,38,*
43
Total 44
Keterangan: *Unfavorable

Validitas konstruk dari kelima alat ukur tersebut akan diukur menggunakan CFA

(confirmatory factor analysis) yang nanti akan diuraikan dalam metode analisis

data.

57
3.4 Metode Analisis Data

Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas

kontruk dari pengukuran pada setiap variabel atau setiap instrumen, seperti

alexithymia uji validitasnya menggunakan CFA yang nanti hasilnya akan

dilaporkan. Begitu pula dengan variabel lainnya seperti state anxiety, trait anxiety,

depresi dan kelima faktor kepribadian, juga akan dilakukan uji validitas konstruk

menggunakan CFA. Akan dilakukan uji CFA sebanyak 9 variabel.

Hanya item-item yang valid yang datanya akan digunakan untuk analisis

penelitian, dengan begitu ada kemungkinan tidak semua item tersebut valid dan

mungkin ada yang di drop. Metode untuk menentukan apakah sebuah item tersebut

akan di drop atau tidak adalah melalui CFA. Dimana pertama, CFA harus fit dengan

model uni dimensional, dan tidak ada butir soal yang muatan loading faktornya

negatif. Jika sudah terbukti validitasnya maka untuk setiap sembilan variabel akan

dihitung true score untuk setiap orang, sebanyak jumlah sampel dalam bentuk

faktor score yang disebut juga true score, hanya menggunakan item-item yang

valid. Data berupa true score, itulah yang akan dianalisis dengan analisis regresi

berstruktur yang dikenal dengan sebutan path analisis atau dengan teknik analisis

statistik yang dikenal SEM (structural equation modeling) untuk membuktikan

apakah teori struktur itu telah fit dengan data, kemudian jika sudah fit, akan

dilanjutkan untuk menguji hipotesis khusus terbukti atau tidak.

58
Dalam analisis modeling seperti ini terdapat 2 tingkatan analisis seperti:

1. Pengukuran model teori seperti gambar 2.1 apakah fit dengan data

2. Setelah diperoleh atau terbukti fit dengan data baru anxiety itulah diuji

hipotesis penelitian yang lebih spesifik yaitu pengaruh dari satu variabel

terhadap variabel lainnya, apakah signifikan atau tidak.

Untuk menentukan apakah model fit atau tidak digunakan 2 indeks statistik

seperti Chi Squre dan RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation).

Model dinyatakan fit jika kai square yang dihasilkan tidak signifikan (P ≥ 0.05) atau

jika nilai RMSEA yang dihasilkan lebih kecil dari pada 0.05 atau jika probabilitas

bahwa RMSEA lebih kecil dari pada 0.05 tidak signifikan (P ≥ 0.05).

Semua proses pengujian model fit terhadap apa yang diteorikan maupun

pengujian hipotesis tentang hal yang secara langsung ataupun tidak langsung

mempengaruhi alexithymia dilakukan dengan menggunakan software MPlus

(Muthen and Muthen, 2017).

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Alexithymia

Uji validitas konstruk skala alexithymia dilakukan untuk mengetahui apakah 20

item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel

yaitu alexithymia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus.

Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 619.029, degrees of freedom =

170, P-value = .000, RMSEA = .103, dengan 90% C.I. = .094 – .112, probability

RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .789 dan TLI = .764. Dilihat dari nilai P-value yang

kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa

59
model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model

tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi 5 item yang nilai

estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang hendak diukur.

Item yang dieliminasi antara lain item 4, 5, 10, 18 dan 19.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 12 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 152.074, degrees of freedom = 78, P-value = .000, RMSEA = .062, dengan

90% C.I. = .047 – .076, probability RMSEA (≤ .05) = .093, CFI = .965 dan TLI =

.953. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai

dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut

hanya mengukur satu variabel, yaitu alexithymia.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala alexithymia dapat dilihat pada tabel 3.5

60
Tabel 3.5 Uji Validitas Konstruk Alexithymia

Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi


1 .622 .043 14.327 .000 √
2 .691 .042 16.579 .000 √
3 .438 .056 7.885 .000 √
6 .661 .041 16.235 .000 √
7 .434 .047 9.297 .000 √
8 .408 .056 7.295 .000 √
9 .782 .030 25.776 .000 √
11 .633 .041 15.558 .000 √
12 .582 .047 12.452 .000 √
13 .691 .043 15.962 .000 √
14 .631 .041 15.292 .000 √
15 .371 .057 6.492 .000 √
16 ,233 .058 4.016 .000 √
17 .458 .050 9.089 .000 √
20 .279 .060 4.692 .000 √
Keterangan: tanda √ = signifikan, tanda × = tidak signifikan

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki t-value

koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item

tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 15 item tersebut signifikan mengukur

variabel alexithymia.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 10.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-3, 6-9, 12-17 dan 20.

dan diperoleh nilai 1.037, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan

data dan mengukur alexithymia.

61
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Depresi

Uji validitas konstruk skala depresi, dilakukan untuk mengetahui apakah 20

item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel

yaitu depresi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus. Pada

analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 741.365, degrees of freedom = 170,

P-value = .000, RMSEA = .116, dengan 90% C.I. = .107 – .125, probability

RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .617 dan TLI = .572. Dilihat dari nilai P-value yang

kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model

tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi 6 item yang nilai

estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang hendak diukur.

Item yang dieliminasi antara lain item 1, 4, 6, 8, 11 dan 17.

Setelah dilakukan eliminasi sebanyak 6 item, diperoleh nilai chi-square =

143.735, degrees of freedom = 71, P-value = .000, RMSEA = .064, dengan 90%

C.I. = .049 – .079, probability RMSEA (≤ .05) = .063, CFI = .934 dan TLI = .915.

Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence interv nya mulai dari

.049, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa model

tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut hanya

mengukur satu variabel, yaitu depresi.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

62
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala alexithymia dapat dilihat pada table 3.6

Tabel 3.6 Uji validitas Konstruk Skala Depresi

Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi


2 .148 .058 2.537 .011 √
3 .541 .047 11.448 .000 √
5 .338 .058 5.858 .000 √
7 .271 .060 4.534 .000 √
8 .130 .066 1.968 .000 √
9 .170 .057 3.004 .000 √
10 .207 .056 3.707 .000 √
12 .472 .054 8.714 .000 √
13 .683 .041 16.600 .000 √
14 .742 .035 21.453 .000 √
15 .852 .029 29.245 .000 √
16 .468 .053 8.801 .000 √
18 .555 .054 10.287 .000 √
19 .623 .044 14.312 .000 √
20 .377 .059 6.380 .000 √

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 15.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 7-10, 13, 16, 18-20.

dan diperoleh nilai 1.033, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan

data dan mengukur depresi.

3.4.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala State Anxiety

Uji validitas konstruk skala state anxiety, dilakukan untuk mengetahui apakah

21 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel

yaitu state anxiety. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus.

Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 476.137, degrees of freedom =

63
189, P-value = .000, RMSEA = .078, dengan 90% C.I. = .069 – .087, probability

RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .918 dan TLI = .909. Dilihat dari nilai P-value yang

kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model

tersebut.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 9 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 333.427, degrees of freedom = 180, P-value = .000, RMSEA = .058,

dengan 90% C.I. = .049 – .068, probability RMSEA (≤ .05) = .079, CFI = .956 dan

TLI = .949. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya

mulai dari .049, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan

bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala

tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu state anxiety.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala state anxiety dapat dilihat pada table 3.7:

64
3.7 Tabel Uji Validitas Konstruk Skala State Anxiety
Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .380 .056 6.768 .000 √
2 .606 .042 14.354 .000 √
3 .581 .044 13.291 .000 √
4 .497 .048 10.276 .000 √
5 .478 .052 9.174 .000 √
6 .581 .042 18.788 .000 √
7 .710 .038 9.297 .000 √
8 .730 .037 19.699 .000 √
9 .557 .047 11.890 .000 √
10 .466 .051 9.214 .000 √
11 .480 .051 9.494 .000 √
12 .706 .042 16.853 .000 √
13 .707 .039 17.906 .000 √
14 .864 .027 31.818 .000 √
15 .703 .039 17.886 .000 √
16 ,209 .062 3.350 .000 √
17 .610 .043 14.228 .000 √
18 .609 .043 14.103 .000 √
19 .638 .041 15.659 .000 √
20 .626 .046 13.496 .000 √
21 .216 .063 3.416 .000 √

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki t-

value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga

semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 21 item tersebut

signifikan mengukur variabel state anxiety.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 10.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-8, 10, 16-17, 19 dan

21. Diperoleh nilai 1.032, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan

data dan mengukur State Anxiety.

65
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Trait Anxiety

Uji validitas konstruk skala trait anxiety, dilakukan untuk mengetahui apakah 21

item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu variabel

yaitu trait anxiety. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mplus.

Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 544.298, degrees of freedom =

189, P-value = .000, RMSEA = .087, dengan 90% C.I. = .078 – .095, probability

RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .923 dan TLI = .915. Dilihat dari nilai P-value yang

kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model

tersebut.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 17 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 319.166, degrees of freedom = 172, P-value = .000, RMSEA = .059,

dengan 90% C.I. = .048 – .068, probability RMSEA (≤ .05) = .081, CFI = .968 dan

TLI = .961. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya

mulai dari .048, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan

bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala

tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu trait anxiety.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

66
dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala trait anxiety dapat dilihat pada table

Tabel 3.8 Uji Validitas Skala Trait Anxiety


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .609 .044 13.842 .000 √
2 .858 .024 35.908 .000 √
3 .516 .044 11.744 .000 √
4 .397 .054 7.311 .000 √
5 .511 .047 10.786 .000 √
6 .636 .036 17.751 .000 √
7 .639 .040 16.162 .000 √
8 .802 .029 28.108 .000 √
9 .422 .052 8.031 .000 √
10 .558 .045 12.282 .000 √
11 .490 .050 9.810 .000 √
12 .691 .037 18.755 .000 √
13 .605 .042 14.334 .000 √
14 .878 .026 33.346 .000 √
15 .678 .036 18.906 .000 √
16 .301 .060 4.974 .000 √
17 .742 .036 20.730 .000 √
18 .768 .030 25.713 .000 √
19 .628 .040 15.555 .000 √
20 .654 .037 17.826 .000 √
21 .290 .058 4.982 .000 √

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki t-value

koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item

tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 21 item tersebut signifikan mengukur

variabel trait anxiety.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 10.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1-11, 13, 15-17, 19-

67
20. dan diperoleh nilai 1.052, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit

dengan data dan mengukur Trait Anxiety.

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Skala Big five Extraversion

Uji validitas konstruk skala dimensi Extraversion, dilakukan untuk mengetahui

apakah 8 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu

variabel yaitu extraversion. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi

Mplus. Skala Ekstraversion tersebar pada 8 item yaitu ada pada item 1, 11, 16, 26,

36, 6, 21, 31. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 147.147, degrees

of freedom = 20, P-value = .000, RMSEA = .159, dengan 90% C.I. = .136– .184,

probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .866 dan TLI = .813. Dilihat dari nilai P-

value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat

disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi

terhadap model tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi

1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang

hendak diukur. Item yang dieliminasi yaitu item ke 6.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 2 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 17.855, degrees of freedom = 12, P-value = .1202, RMSEA = .044, dengan

90% C.I. = .000 – .084, probability RMSEA (≤ .05) = .544, CFI = .994 dan TLI =

.989. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai

dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut

hanya mengukur satu variabel, yaitu extraversion.

68
Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala extraversion dapat dilihat pada table dibawah.

Tabel 3.9 Uji Validitas Skala Big five Extraversion


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .598 .040 14.949 .000 √
2 .442 .053 8.295 .000 √
3 .559 .054 10.316 .000 √
4 .817 .036 22.698 .000 √
5 .749 .040 18.664 .000 √
7 .509 .054 9.393 .000 √
8 .581 .051 11.282 .000 √

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%

confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari

.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item

yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu

ekstraversion.seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif

dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat

disimpulkan bahwa 7 item tersebut signifikan mengukur variabel extraversion.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 15.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1, 2, 3, 7. dan diperoleh

69
nilai 1.038, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data dan

mengukur extraversion.

3.4.6 Uji Validitas Konstruk Skala Big five Agreeableness

Uji validitas konstruk skala dimensi Agreeableness, dilakukan untuk mengetahui

apakah 9 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu

variabel yaitu Agreeableness. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

aplikasi Mplus. Skala Agreeableness tersebar pada 9 item yaitu ada pada item 7, 17,

22, 32, 42, 2, 12, 27, 37. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 200.522,

degrees of freedom = 27, P-value = .000, RMSEA = .160, dengan 90% C.I. = .140–

.181, probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .732 dan TLI = .642. Dilihat dari

nilai P-value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat

disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi

terhadap model tersebut.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 7 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 47.798, degrees of freedom = 20, P-value = .0005, RMSEA = .075, dengan

90% C.I. = .048 – .102, probability RMSEA (≤ .05) = .065, CFI = .957 dan TLI =

.923. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai

dari .048, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut

hanya mengukur satu variabel, yaitu Agreeableness.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

70
hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala agreeableness dapat dilihat pada table

dibawah.

Tabel 3.10 Uji Validitas Skala Agreeableness


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .718 .041 17.670 .000 √
2 .593 .054 10.942 .000 √
3 .157 .078 2.015 .044 √
4 .732 .051 14.399 .000 √
5 .543 .057 9.593 .000 √
6 .228 .074 3.071 .002 √
7 .291 .077 3.785 .000 √
8 .415 .055 3.895 .000 √
9 .233 .060 3.895 .000 √

Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%

confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari

.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item

yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Agreeableness

seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar

dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 9 item

tersebut signifikan mengukur variabel Agreeableness.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 10.000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 1, 2-3, 5-9. dan

71
diperoleh nilai 1.078, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data

dan mengukur Agreeableness.

3.4.7 Uji Validitas Konstruk Skala Big five Conscientiousness

Uji validitas konstruk skala dimensi Conscientiousness, dilakukan untuk

mengetahui apakah 9 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya

mengukur satu variabel yaitu Conscientiousness. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan aplikasi Mplus. Skala Conscientiousness tersebar pada 9 item yaitu

ada pada item 3, 13, 28, 33, 38, 8, 18, 23, 43. Pada analisis pertama diperoleh nilai

chi-square = 85.803, degrees of freedom = 27, P-value = .000, RMSEA = .093,

dengan 90% C.I. = .072– .116, probability RMSEA (≤ .05) = .001, CFI = .905 dan

TLI = .874. Dilihat dari nilai P-value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang

lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu

dilakukan modifikasi terhadap model tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan

adalah meneliminasi 1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan

mengukur variabel yang hendak diukur. Item yang dieliminasi yaitu item ke 6

berada pada item nomor 8 pada skala.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 3 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 41.634, degrees of freedom = 17, P-value = .0008, RMSEA = .076, dengan

90% C.I. = .047 – .106, probability RMSEA (≤ .05) = .067, CFI = .960 dan TLI =

.935. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai

dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa

72
model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut

hanya mengukur satu variabel, yaitu Conscientiousness

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala Conscientiousness dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.11 Uji Validitas Skala Big Conscientiousness


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .611 .044 13.803 .000 √
2 .641 .058 11.145 .000 √
3 .745 .040 18.599 .000 √
4 .731 .041 17.976 .000 √
5 .657 .047 13.912 .000 √
7 .418 .061 6.802 .000 √
8 .253 .063 4.027 .000 √
9 .225 .058 3.875 .000 √

Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%

confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari

.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item

yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu

Conscientiousness seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang

positif dan lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat

disimpulkan bahwa 8 item tersebut signifikan mengukur variabel

Conscientiousness.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

73
dilakukan sebanyak 8.500 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 5, 7-9. dan diperoleh

nilai 1.032, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data dan

mengukur Conscientiousness.

3.4.8 Uji Validitas Konstruk Skala Big five Neuroticism

Uji validitas konstruk skala dimensi Neuroticism, dilakukan untuk mengetahui

apakah 8 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur satu

variabel yaitu Neuroticism. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi

Mplus. Skala Neuroticism tersebar pada 8 item yaitu ada pada item 4, 14, 19, 29,

39, 9, 24, 34. Pada analisis pertama diperoleh nilai chi-square = 111.316, degrees

of freedom = 20, P-value = .000, RMSEA = .135, dengan 90% C.I. = .111– .160,

probability RMSEA (≤ .05) = .000, CFI = .922 dan TLI = .891. Dilihat dari nilai P-

value yang kurang dari .05 serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat

disimpulkan bahwa model tersebut belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi

terhadap model tersebut. Modifikasi pertama yang dilakukan adalah meneliminasi

1 item yang nilai estimasi nya minus dan tidak signifikan mengukur variabel yang

hendak diukur. Item yang dieliminasi antara lain item ke 6 yaitu item nomor 9.

Setelah dilakukan pengurangan item, diperoleh nilai chi-square = 34.951,

degrees of freedom = 14, P-value = .0015, RMSEA = .077, dengan 90% C.I. = .046

– .110, probability RMSEA (≤ .05) = .075, CFI = .980 dan TLI = .970. Dilihat dari

nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai dari .046, dimana

74
nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah

fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur

satu variabel, yaitu Neuroticism.

Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala Neuroticism dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 3.12 Uji Validitas Skala Neuroticism


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .311 .057 5.481 .000 √
2 .794 .030 26.237 .000 √
3 .895 .028 31.922 .000 √
4 .514 .052 9.933 .000 √
5 .770 .037 20.822 .000 √
7 .324 .054 6.012 .000 √
8 .451 .052 8.650 .000 √

Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%

confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari

.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item

yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Neuroticism

seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan lebih besar

dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa 7 item

tersebut signifikan mengukur variabel Neuroticism.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

75
dilakukan sebanyak 20.000 kali. Model tersebut dianalisis tanpa menggunakan

pendekatan bifactor, karena tidak ada item yang menjadi faktor bias. Hasil iterasi

yang diperoleh adalah nilai 1.049, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit

dengan data dan mengukur Neuroticism.

3.4.9 Uji Validitas Konstruk Skala Big five Openess to Experiences

Uji validitas konstruk skala dimensi Openess to Experiences, dilakukan untuk

mengetahui apakah 10 item dalam skala bersifat unidimensional, artinya hanya

mengukur satu variabel yaitu Openess to Experiences. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan aplikasi Mplus. Skala Openess to Experiences tersebar pada

10 item yaitu ada pada item 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 44, 35, 41. Pada analisis

pertama diperoleh nilai chi-square = 231.549, degrees of freedom = 35, P-value =

.000, RMSEA = .150, dengan 90% C.I. = .132– .169, probability RMSEA (≤ .05)

= .000, CFI = .762 dan TLI = .694. Dilihat dari nilai P-value yang kurang dari .05

serta nilai RMSEA yang lebih dari .05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut

belum fit, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap model tersebut.

Modifikasi dilakukan dengan membebaskan kesalahan pengukuran tiap item

untuk saling berkorelasi. Setelah dilakukan 9 kali modifikasi, diperoleh nilai chi-

square = 58.645, degrees of freedom = 26, P-value = .0003, RMSEA = .071, dengan

90% C.I. = .047 – .095, probability RMSEA (≤ .05) = .075, CFI = .961 dan TLI =

.932. Dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90% confidence intervalnya mulai

dari .047, dimana nilai tersebut adalah kurang dari .05, dapat disimpulkan bahwa

model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item yang ada dalam skala tersebut

hanya mengukur satu variabel, yaitu Openess to Experiences.

76
Setelah diperoleh model fit, langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi

validitas item, yaitu apakah setiap item signifikan dalam mengukur variabel yang

hendak diukur. Signifikansi item dilihat dari t-value koefisien muatan faktor yang

bernilai positif serta lebih besar dari 1.96. Item yang signifikan akan digunakan

dalam analisis data selanjutnya, sedangkan yang tidak signifikan akan dieliminasi.

Signifikansi setiap item dalam skala Openess to Experiences dapat dilihat pada tabel

Tabel 3.13 Uji Validitas Skala Openess to Experiences


Item Estimate S.E. t-value P-value Signifikansi
1 .560 .060 9.284 .000 √
2 .325 .070 4.655 .000 √
3 .676 .054 12.524 .000 √
4 .574 .049 11.698 .000 √
5 .710 .040 17.965 .000 √
6 .553 .048 11.499 .000 √
7 .148 .066 2.240 .000 √
8 .754 .053 14.318 .000 √
9 .133 .061 2.175 .000 √
10 .260 .081 3.222 .000 √

Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari nilai RMSEA yang rentangan 90%

confidence intervalnya mulai dari .000, dimana nilai tersebut adalah kurang dari

.05, dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah fit. Dengan kata lain, semua item

yang ada dalam skala tersebut hanya mengukur satu variabel, yaitu Openess to

Experiences seluruh item memiliki t-value koefisien muatan faktor yang positif dan

lebih besar dari 1.96, sehingga semua item tersebut signifikan. Dapat disimpulkan

bahwa 8 item tersebut signifikan mengukur variabel Openess to Experiences.

Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga menggunakan

estimator Bayesian agar mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. Iterasi

dilakukan sebanyak 10000 kali. Model tersebut dianalisis dengan pendekatan

bifactor, dimana item-item dalam skala diasumsikan mengukur variabel yang

77
hendak diukur, serta mengukur variabel lainnya yang kemudian disebut bias. Dalam

hal ini, terdapat variabel yang menjadi bias diukur oleh item 2, 4, 5, 6-10. dan

diperoleh nilai 1.069, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data

dan mengukur Openess to Experiences.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisisa statistika dalam penelitian ini adalah path analysis menggunakan

software Mplus versi 8.0 oleh Muthen & Muthen (2017). Path analysis merupakan

variasi dari analisis regresi berganda (multiple regression analysis) yang ditujukan

untuk menganalisa persoalan-persoalan dalam analisis kausal dan dapat mengetahui

pengaruh langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) secara bersamaan antara

variabel-variabel independen dengan variabel dependen (Stage, Carter, & Nora,

2004). Penggunaan metode path analysis dilakukan karena peneliti hendak meneliti

pengaruh langsung (direct effect) dan tidak langsung (indirect effect) terhadap

variabel terikat, yaitu alexithymia. Berikut merupakan prosedur pada path analysis:

1. Menetapkan spesifikasi model

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah dengan membuat model atau

path diagram secara konseptual berdasarkan kajian literatur dalam penelitian.

Adapun path diagram terdiri dari 10 variabel yang digunakan dalam penelitian.

2. Mengidentifikasi parameter model

Selanjutnya, peneliti melakukan identifikasi parameter pada model dengan

menentukan variabel endogen (η) dan eksogen (ξ) dalam penelitian.

78
3. Mengestimasi parameter model.

Pada metode CFA estimasi dilakukan dengan menggunakan estimator

Maximum Likelihood. Untuk mengestimasi parameter model path analysis

peneliti juga menggunakan estimator Maximum Likelihood. Sedangkan dalam

hal skoring, menggunakan estimator Bayesian. Adapun estimasi parameter

tersebut dilakukan menggunakan software Mplus 8.0 (Muthen & Muthen,

2017).

4. Menguji model fit berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh

Uji model fit (test of goodness of fit) merupakan tahap untuk menguji apakah

data yang diperoleh dari lapangan sesuai dengan model yang dibuat. Penelitian

ini menggunakan indeks dari root mean square error of approximation

(RMSEA) dalam menentukan fit atau tidaknya suatu model. Adapun model

dapat dikatakan fit apabila dua diantara tiga output dari RMSEA berikut ini

adalah signifikan, yaitu RMSEA Estimate < 0.05, RMSEA 90 percent C.I <

0.05, dan probability RMSEA > 0.05. Apabila kriteria tersebut terpenuhi maka

model fit.

5. Model Modifikasi

Tahap modifikasi dilakukan jika model yang dibuat tidak fit dengan data.

Adapun langkah pertama dalam tahap ini, yaitu dengan melihat muatan

terbesar pada output on statements pada Mplus, lalu memodifikasi syntax

Mplus berdasarkan dengan output tersebut, langkah ini dapat diulang sampai

mendapatkan model fit.

79
6. Menguji hipotesis penelitian

Dalam hal ini adalah melakukan uji signifikan terhadap parameter dari model

path analysis, yaitu:

1. Koefisien dampak langsung dari satu variabel ke variabel lain, yaitu Beta (β)

dan Gamma (γ). 2. Koefisien dampak tidak langsung dari satu variabel ke

variabel dependen yang dalam hal ini ketidakjujuran akademik (KA) pada

setiap jalurnya. Adapun terdapat 19 jalur yang tersedia dalam Mplus, yaitu: a.)

Openess to Experiences terhadap alexithymia secara langsung dan melalui

variabel mediator trait anxiety dan/atau state anxiety, Concientiousness

terhadap alexithymia melalui mediator trait anxiety dan/atau state anxiety,

extraversion terhadap alexithymia secara langsung dan melalui mediator trait

anxiety dan/atau state anxiety, agreeableness melalui mediator trait anxiety

dan/atau state anxiety, neuroticism terhadap alexithymia secara langsung dan

ada pula melalui mediator trait anxiety dan/atau state anxiety, dan juga

terhadap depresi secara langsung. Trait Anxiety terhadap alexithymia secara

langsung dan ada pula melalui mediator depresi, State anxiety terhadap

alexithymia secara langsung, dan adapula melalui mediator depresi, terakhir,

depresi terhadap alexithymia

80
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 mahasiswa/i aktif disekitar Jakarta.

Subjek penelitian ini diambil menggunakan teknik non probability sampling dari

mayoritas 4 kampus besar di Jakarta. Ada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Universitas Indonesia, Universitas Pertamina dan IISIP Jakarta. Gambaran umum

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Variabel Sampel N=250
UIN Syarif Hidayatullah 20 tahun 75
Jakarta 21 tahun 25
22 tahun 25
Universitas Indonesia 21 tahun 50
Iniversitas Pertamina 20 tahun 50
IISIP Jakarta 22 tahun 25
Laki-laki 125
Perempuan 125

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Alexithymia 250 20 80 50.82 15.2
Big five 250 44 176 121.12 30.147
State Anxiety 250 21 84 43.66 18.096
Trait Anxiety 250 21 84 43.34 18.164
Depresi 250 20 80 52.43 14.278

81
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini hanya memiliki dua mean

yang melebihi 50, yaitu pada variabel Big five dan depresi, selain itu semua standar

deviasi memiliki nilai paling tinggi 30 yaitu pada Big five. Skor terendah dari

alexithymia adalah 20 dan skor tertinggi adalah 80. Skor terendah dari State Anxiety

adalah 21 dan skor tertinggi adalah 84. Skor terendah dari Trait Anxiety adalah 21

dan skor tertinggi adalah 84. Skor tertnggi depresi adalah 20 dan skor tertinggi

adalah 80. Skor terendah dari Big five adalah 44 dan skor tertinggi adalah 176.

4.3 Hasil Uji Path Analysis

Terdapat enam jalur yang menggambarkan pengaruh langsung (direct) terhadap

alexithymia dan 21 pengaruh yang bersifat tidak langsung (indirect) yang diperoleh

melalui metode analisis jalur (path analysis). Dalam path analysis terdapat tiga hal

yang dilihat, pada tahap pertama memastikan model fit dengan melihat indeks

RMSEA. Ada tiga kriteria yang berkaitan dengan hal ini, yaitu koefisien RMSEA

< 0.050, batas bawah 90 per cent C.I. < 0.050, dan probability RMSEA (<0.05)

adalah lebih besar dari 0.050. Peneliti akan menyimpulkan model fit dengan data,

jika sekurang-kurangnya dua dari tiga kriteria di atas terpenuhi.

Selanjutnya tahap kedua, menentukan model pengaruh langsung (direct) dan

pengaruh langsung (indirect) dengan melihat diagram pada model yang terbukti fit.

Dalam menguji model fit, peneliti tidak menggunakan indeks chi-square (ꭕ2)

sebagai ukuran, dikarenakan indeks tersebut sangat sensitif terhadap besar sampel

(Joreskog dan Sorbom, 1996). Maka dari itu, dalam penelitian ini digunakan indeks

RMSEA. Hal ini dikarenakan penelitian dengan sampel yang cukup besar

kemungkinan model fit jika menggunakan ꭕ2 tentu sangat kecil. Tahap ketiga

82
(setelah terbukti model fit), yaitu menguji hipotesis apakah masing-masing jalur

direct dan indirect signifikan secara statistik. Hal ini dilakukan melalui uji dengan

nilai T yaitu jika t >1.96 atau dengan kata lain p < 0.05.

Pada tahap pengujian model diperoleh koefisien RMSEA = 0.069, 90% C.I=

0.000 sampai 0.142 ( batas bawah <0.05), dan probability RMSEA <0.05 = 0.261

(p >0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model teoritis yang diuji fit

dengan data karena ketiga kriteria diatas telah terpenuhi. Ringkasan dari uji model

fit tersebut disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini, sedangkan diagram dari model

yang terbukti fit dapat dilihat pada gambar 4.3.

Tabel 4.3 Indeks Model Fit


Berbagai indeks yang dapat digunakan untuk menguji model fit
Indeks Indeks Kesesuaian Indeks Model Evaluasi Model
Koefisien RMSEA < 0.05 0.069 Memenuhi kriteria fit
90% C.I < 0.05 0.000 Memenuhi kriteria fit
Probability RMSEA > 0.05 0.261 Memnuhu kriteria fit
CFI 1 0.994 Memenuhu kriteria fit
TLI 1 0.945 Memenuhi kriteria fit
Keterangan:
RMSEA : Root Mean Square
C.I : Confident Interval
CFI : Comparative fit index
TLI : Tucker lewis index

83
Gambar 4.1 Skema Hasil Uji Model Fit
Keterangan:
Open : Openness
Consc: Conscientiousness
Ext : Extraversion
Agree: Agreeableness
Neuro: Neuroticism
Trait : Trait Anxiety
State : State Anxiety
Dep : Depresi
Ale : Alexithymia

Karena model telah terbukti fit dengan data maka ini berarti bahwa hipotesis

mayor dalam pemodelan alexithymia yang berbunyi “model yang diteorikan

(Model tentang pengaruh Big five personality terhadap tingkat alexithymia dengan

anxiety dan depresi sebagai mediator) adalah fit dengan data dalam memengaruhi

alexithymia” dapat diterima.

4.4 Analisis Pengaruh Antar Variabel Penelitian

Setelah semua kriteria model fit dapat terpenuhi, tahap selanjutnya peneliti melihat

masing-masing koefisien dampak langsung antar variabel. Berikut di bawah ini

koefisien standardized yang dirangkum pada tabel 4.4 :

84
Tabel 4.4
Koefisien Dampak Langsung Antar Variabel
Dampak Koefisien S.E T-value P-value

Open→Trait 0.174 0.071 2.463 0.014


Consc→Trait 0.052 0.074 0.708 0.479
Ext→Trait -0.082 0.068 -1.213 0.225
Agree→Trait -0.290 0.071 -4.104 0.000
Neuro→Trait 0.172 0.062 2.783 0.005

Open→State 0.199 0.072 2.780 0.005


Consc→State -0.042 0.075 -0.553 0.580
Ext→State -0.087 0.073 -2.424 0.015
Agree→State -0.177 0.073 -2.424 0.015
Neuro→State 0.169 0.063 2.689 0.007

Trait→Depresi -0.068 0.097 -0.695 0.487


State→Depresi 0.241 0.097 2.478 0.013
Neuro→Depresi 0.229 0.051 4.489 0.000
Ext→Depresi -0.285 0.054 -5.254 0.000
Consc→Depresi -0.203 0.059 -3.457 0.001
Open→Depresi -0.155 0.060 -2.561 0.010

Open→Ale -0.073 0.058 -1.264 0.206


Ext→Ale -0.253 0.059 -4.313 0.000
Neuro→Ale 0.259 0.053 4.860 0.000
Trait→Ale 0.176 0.099 1.777 0.076
State→Ale 0.221 0.100 2.205 0.027
Dep→Ale -0.058 0.063 -0.925 0.355
Keterangan:
Open : Openness
Consc: Conscientiousness
Ext : Extraversion
Agree: Agreeableness
Neuro: Neuroticism
Trait : Trait Anxiety
State : State Anxiety
Dep : Depresi
Ale : Alexithymia

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa:

1. Variabel tipe kepribadian Openess to experience to experience memiliki

arah hubungan yang positif (0.174) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal

ini dapat dilihat dari T-Value = 2.463 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p <

0.05). Artinya, openess to experience secara langsung memengaruhi trait

anxiety tanpa melalui variabel mediator dan semakin seseorang memiliki

85
tipe kepribadian openess to experience semakin mereka memiliki anxiety

yang sifatnya menetap dalam diri..

2. Variabel tipe kepribadian Conscientiousness memiliki arah hubungan yang

positif (0.052) tapi tidak signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat

dilihat dari T-Value = 0.708 (p > 1.96) dan P-value = 0.479 (p < 0.05).

3. Variabel tipe kepribadian extraversion memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.082) tapi tidak signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat

dilihat dari T-Value = -1.213 (p > 1.96) dan P-value = -0.225 (p < 0.05).

4. Variabel tipe kepribadian Agreeableness memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.290) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = -4104 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,

openess to experience secara langsung memengaruhi trait anxiety tanpa

melalui variabel mediator dan semakin rendah tipe kepribadian

agreeableness yang mereka miliki, maka akan semakin tinggi memiliki

anxiety yang sifatnya menetap.

5. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif

(0.172) dan signifikan terhadap trait anxiety, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = 2.783 (p > 1.96) dan P-value = 0.005 (p < 0.05). Artinya,

neuroticism secara langsung memengaruhi trait anxiety tanpa melalui

variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe kepribadian

neuroticism maka semakin memiliki anxiety yang menetap dalam dirinya.

6. Variabel tipe kepribadian Openess to experience to experience memiliki

arah hubungan yang positif (0.199) dan signifikan terhadap state anxiety,

86
hal ini dapat dilihat dari T-Value = 2.780 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p

< 0.05). Artinya, openess to experience secara langsung memengaruhi state

anxiety tanpa melalui variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe

kepribadian openess to experience maka semakin memiliki anxiety

kondisional dalam dirinya.

7. Variabel tipe kepribadian conscientiousness memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.045) tapi signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = -0.553 (p > 1.96) dan P-value = 0.580 (p < 0.05).

8. Variabel tipe kepribadian extraversion memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.091) tapi tidak signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat

dilihat dari T-Value = -1.260 (p > 1.96) dan P-value = 0.208 (p < 0.05).

9. Variabel tipe kepribadian agreeableness memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.202) dan signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = -2.400 (p > 1.96) dan P-value = 0.016 (p < 0.05). Artinya,

agreeableness secara langsung memengaruhi state anxiety tanpa melalui

variabel mediator dan semakin rendah tipe kepribadian agreeableness yang

mereka miliki maka semakin tinggi memiliki anxiety kondisional dalam

dirinya.

10. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif

(0.172) dan signifikan terhadap state anxiety, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = 2.655 (p > 1.96) dan P-value = 0.008 (p < 0.05). Artinya,

neuroticism secara langsung memengaruhi state anxiety tanpa melalui

variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe kepribadian

87
neuroticism maka semakin sangat memiliki anxiety kondisional dalam

dirinya.

11. Variabel gangguan trait anxiety memiliki arah hubungan yang negatif (-

0.065) tapi tidak signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = -0.695 (p > 1.96) dan P-value = 0.487 (p < 0.05).

12. Variabel gangguan state anxiety memiliki arah hubungan yang positif

(0.232) dan signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-Value =

2.467 (p > 1.96) dan P-value = 0.014 (p < 0.05). Artinya, state anxiety secara

langsung memengaruhi depresi tanpa melalui variabel mediator dan

semakin mereka memiliki gangguan anxiety state anxiety maka semakin

sangat memiliki gangguan depresi dalam dirinya.

13. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif

(0.225) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = 4.426 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya, tipe

kepribadian neuroticism secara langsung memengaruhi depresi tanpa

melalui variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe kepribadian

neuroticism maka semakin sangat memiliki gangguan depresi dalam

dirinya.

14. Variabel tipe kepribadian extraversion memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.288) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = -5.121 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,

tipe kepribadian extraversion secara langsung memengaruhi depresi tanpa

melalui variabel mediator dan semakin rendah tipe kepribadian extraversion

88
yang mereka miliki maka semakin tinggi memiliki gangguan depresi dalam

dirinya.

15. Variabel tipe kepribadian conscientiousness memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.210) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = 3.424 (p > 1.96) dan P-value = 0.001 (p < 0.05). Artinya,

tipe kepribadian conscientiousness secara langsung memengaruhi depresi

tanpa melalui variabel mediator dan semakin rendah tipe kepribadian

conscientiousness yang mereka miliki maka semakin tinggi memiliki

gangguan depresi dalam dirinya.

16. Variabel tipe kepribadian openess to experience memiliki arah hubungan

yang negative (-0.161) dan sangat signifikan terhadap depresi, hal ini dapat

dilihat dari T-Value = 2.548 (p > 1.96) dan P-value = 0.011 (p < 0.05).

Artinya, tipe kepribadian openess to experience secara langsung

memengaruhi depresi tanpa melalui variabel mediator dan semakin rendah

tipe kepribadian openess to experience yang mereka miliki maka semakin

tinggi memiliki gangguan depresi dalam dirinya.

17. Variabel tipe kepribadian openess to experience memiliki arah hubungan

yang negative (-0.076) dan tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini

dapat dilihat dari T-Value = -1.262 (p > 1.96) dan P-value = 0.207 (p <

0.05).

18. Variabel tipe kepribadian extraversion memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.259) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat

dari T-Value = -4.243 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya,

89
tipe kepribadian extraversion secara langsung memengaruhi alexithymia

tanpa melalui variabel mediator dan semakin rendah tipe kepribadian

extraversion yang mereka miliki maka akan semakin tinggi alexithymia

yang mereka miliki.

19. Variabel tipe kepribadian neuroticism memiliki arah hubungan yang positif

(2.259) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = 4.761 (p > 1.96) dan P-value = 0.000 (p < 0.05). Artinya, tipe

kepribadian neuroticism secara langsung memengaruhi alexithymia tanpa

melalui variabel mediator dan semakin mereka memiliki tipe kepribadian

neuroticism maka semakin sangat memiliki gangguan alexithymia dalam

dirinya.

20. Variabel gangguan trait anxiety memiliki arah hubungan yang positif

(0.170) tapi tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari

T-Value = 1.771 (p > 1.96) dan P-value = 0.076 (p < 0.05).

21. Variabel gangguan state anxiety memiliki arah hubungan yang positif

(0.215) dan signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-

Value = 2.194 (p > 1.96) dan P-value = 0.028 (p < 0.05). Artinya, gangguan

state anxiety secara langsung memengaruhi alexithymia tanpa melalui

variabel mediator dan semakin mereka memiliki gangguan state anxiety

maka semakin memiliki gangguan alexithymia dalam dirinya.

22. Variabel gangguan depresi memiliki arah hubungan yang negatif (-0.059)

tapi tidak signifikan terhadap alexithymia, hal ini dapat dilihat dari T-Value

= -0.925 (p > 1.96) dan P-value = 0.355 (p < 0.05).

90
4.5 Hasil Analisis Pengaruh Langsung IV terhadap Alexithymia

Berdasarkan penjelasan pada uji analisis data, dapat diketahui bahwa terdapat enam

variabel yang mempengaruhi alexithymia secara langsung tanpa melalui mediator,

yaitu openess to experience (open), extraversion (extra), neuroticism (neuro), trait

anxiety (trait), state anxiety (state) dan depresi (dep).

Dari keenam variabel tersebut neuroticism merupakan vaiabel yang paling

mempengaruhi alexithymia namun bersifat positif yaitu sebesar -0.259 (25,9%),

disusul dengan extraversion yang bersifat negative sebesar -0.253 (25,3%), state

anxiety positif sebesar 0.221 (22,1%), trait anxiety bersifat positif sebesar 0.17 atau

(17%), variabel depresi bersifat negatif sebesar -0.058 (5.8%) dan yang terakhir

openness to experiences -0.073 (7.3%). Adapun koefisien dampak langsung IV

terhadap alexithymia terangkum dalam tabel 4.5 :

Tabel 4.5
Koefisien Dampak Langsung IV terhadap Alexithymia
Dampak Koefisien S.E T-value P-value
Open→Ale -0.073 0.058 -1.264 0.206
Ext→Ale -0.253 0.059 -4.313* 0.000
Neuro→Ale 0.259 0.053 4.860* 0.000
Trait→Ale 0.176 0.099 1.777 0.076
State→Ale 0.221 0.100 2.205* 0.027
Dep→Ale -0.058 0.063 -0.925 0.355
*) = signifikan (T-value > 1.96)

Secara langsung, neuroticism memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

alexithymia karena orang yang memiliki tipe kepribadian dengan emosi yang

negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil,

mereka dapat membentuk gangguan kesulitan mendeskripsikan dan mendefinisikan

perasaan dia maupun perasaan orang lain atau yang disebut alexithymia (Sifneos,

91
1973; Taylor & Bagby, 2014). Semakin kuat tipe kepribadian neuroticism yang

dimiliki seseorang maka akan semakin kuat mereka memiliki gangguan

alexithymia.

Selanjutnya pada hipotesis khusus point ke-1 pada bab2, alexithymia

dipengaruhi secara langsung oleh depresi, anxiety (baik trait maupun state) dan tiga

tipe kepribadian yaitu opennes to experiences, extraversion dan neuroticism. Pada

hasil penelitian, hanya ada 3 yang terbukti berpengaruh secara signifikan yaitu tipe

kepribadian extraversion, neuroticism dan state anxiety. Selanjutnya tipe

kepribadian extraversion ditemukan mempengaruhi secara negatif yang artinya

semakin rendah tipe kepribadian extraversion yang dimiliki seseorang, maka

semakin tinggi kemungkinan mereka memiliki gangguan alexithymia. Ternyata tipe

kepribadian openess to experience to experience, trait anxiety dan depresi tidak

berdampak langsung secara signifikan terhadap alexithymia.

Pada hipotesis khusus poin ke-2, Depresi secara langsung dipengaruhi oleh

anxiety, baik secara trait maupun state dan satu tipe kepribadian yaitu neuroticism.

Berdasarkan hasil penelitian, depresi dipengaruhi secara signifikan oleh satu tipe

anxiety saja yaitu state anxiety dan tipe kepribadian neuroticism dan keduanya

signifikan. Ini sesuai dengan pemodelan yang sudah diteorikan, bahwa anak yang

mengalami tipe anxiety state anxiety (sesuai dengan kondisi mereka yang memiliki

masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman), akan

sangat mudah menghadirkan depresi dalam diri. Namun tidak demikian hal nya

dengan pada trait anxiety dimana pengaruhnya tidak signifikan. Selanjutnya juga

ditemukan hal lain yang berbeda diluar dengan apa yang telah diteorikan dan justru

92
perlu untuk diungkap, yaitu tiga tipe kepribadian yang lain seperti extraversion,

conscientiousness, dan openess to experience justru berpengaruh secara signifikan

terhadap depresi walaupun secara negatif. Ini artinya mereka yang mempunyai nilai

yang rendah pada tiga kepribadian tersebut, akan semakin mengalami depresi.

Pada hipotesis khusus poin ke-3, Tingkat anxiety baik trait maupun state

dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang, yang dalam hal ini ada lima tipe

kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian, hanya ada tiga yang signifikan yaitu

openess to experience, agreebleness dan neuroticism. Openess to experience dan

neuroticism mempengaruhi secara positif, sedangkan agreeableness

mempengaruhi secara negatif, artinya semakin rendah nilai social adaptibility yang

mereka miliki, mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang

selalu mengalah, maka akan semakin tinggi mereka mengalami anxiety baik trait

ataupun state. Selebihnya untuk conscientiousness dan extraversion tidak

signifikan berpengaruh terhadap anxiety baik trait maupun state.

4.6 Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung Antara IV terhadap Alexithymia

Selanjutnya, peneliti melihat pengaruh secara tidak langsung dari variabel lima

tipe kepribadian yaitu openess to experience to Experience, conscientiousness,

extraversion, agreeableness, neuroticism, dua tipe anxiety yaitu trait anxiety, state

anxiety dan depresi terhadap alexithymia. Adapun hasil pengaruh tidak langsung

(indirect effect) secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

93
Tabel 4.6
Koefisien Dampak Tidak Langsung IV terhadap Alexithymia
Dampak Koefisien S.E T-Value P-Value Sig
Effect from Open to Ale
Sum of indirect .073 .029 2.534 .011
Specific Indirect
Open→Trait→Ale .031 .021 1.436 .151 x
Open→State→Ale .044 .026 1.717 .086 x
Open→Trait→Dep→Ale .001 .001 .542 .588 x
Open→State→Dep→Ale -.003 .003 -.826 .409 x
Effect from Consc to Ale
Sum of indirect .001 .029 .028 .978
Specific Indirect
Consc→Trait→Ale .009 .014 .657 .511 x
Consc→State→Ale -.009 .017 -.536 .592 x
Consc→Trait→Dep→Ale .000 .000 .437 .662 x
Consc→State→Dep→Ale .001 .001 .466 .641 x
Effect from Ext to Ale
Sum of indirect -.033 .026 -1.277 .202
Specific Indirect
Ext→Trait→Ale -.014 .014 -1.005 .315 x
Ext→State→Ale -.019 .018 -1.099 .272 x
Ext→Trait→Dep→Ale .000 .001 -.506 .613 x
Ext→State→Dep→Ale .001 .002 .715 .474 x
Effect from Agree to Ale
Sum of indirect -.089 .032 -2.804 .005
Specific Indirect
Agree→Trait→Ale -.051 .032 -1.624 .104 x
Agree→State→Ale -.039 .024 -1.625 .104 x
Agree→Trait→Dep→Ale -.001 .002 -.551 .582 x
Agree→State→Dep→Ale .002 .003 .815 .415 x
Effect from Neuro to Ale
Sum of indirect .052 .029 1.896 .069
Specific Indirect
Neuro→Trait→Ale .030 .020 1.500 .134 x
Neuro→State→Ale .037 .022 1.708 .088 x
Neuro→Trait→Dep→Ale .001 .001 .545 .586 x
Neuro→State→Dep→Ale -.002 .003 -.825 .409 x
Neuro→Dep→Ale -.013 .015 -.905 .365 x

Keterangan
Open : Openness
Consc: Conscientiousness
Ext : Extraversion
Agree: Agreeableness
Neuro: Neuroticism
Trait : Trait Anxiety
State : State Anxiety
Dep : Depresi
Ale : Alexithymia
√ :Signifikan (T-Value ˃ 1.96 dan P-Value ˂ 0.05)
x : Tidak signifikan

94
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 21 jalur tidak

langsung yang memengaruhi alexithymia, dan dari 21 jalur tersebut tidak ada jalur

yang benilai signifikan memengaruhi alexithymia secara tidak langsung (indirect

effect). Selanjutnya untuk menjawab berbagai hipotesis pada jalur tidak langsung

dalam penelitian ini dan berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel

4.6 diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel openess to experience to experience yang diduga mempengaruhi

alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.

Namun setelah melakukan uji signifikan, jalur open→trait→ale tidak signifikan

(T-value= 1.436 dan P-value= 0.151). Selain itu ada tiga jalur lainnya yang

diduga mempengaruhi alexithymia namun ternyata tidak signifikan,

diantaranya: Open→State→Ale(T-value= 1.717 P-value= 0.086),

Open→Trait→Dep→Ale (T-value= 0.542 P-value= 0.588),

Open→State→Dep→Ale ( T-value= -0.826 P-value= 0.409). Namun jika total

indirect melalui semua jalur yang dijumlahkan dari openess to experience ke

alexithymia adalah signifikan (T-value= 2.534 P-value= 0.011). Openess to

experience hanya mempengaruhi penyebab dari alexithymia.

2. Variabel Conscientiousness yang diduga mempengaruhi mempengaruhi

alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.

Namun setelah melakukan uji signifikan, jalur Consc→Trait→Ale tidak

signifikan (T-value= .657 dan P-value= .511). Selain itu ada tiga jalur lainnya

yang diduga mempengaruhi alexithymia namun ternyata tidak signifikan,

diantaranya:Consc→State→Ale(T-value= -.536 P-value= .592),

95
Consc→Trait→Dep→Ale (T-value= 0.437 P-value= 0.662),

Consc→State→Dep→Ale ( T-value= 0.466 P-value= 0.641).

3. Variabel Extraversion yang diduga mempengaruhi mempengaruhi alexithymia

secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety. Namun

setelah melakukan uji signifikan, jalur Ext→Trait→Ale tidak signifikan (T-

value= -1.005 dan P-value= .315). Selain itu ada tiga jalur lainnya yang diduga

mempengaruhi alexithymia namun ternyata tidak signifikan, diantaranya: Ext

→State→Ale (T-value= -1.099 P-value= 0.272), Ext →Trait→Dep→Ale (T-

value= -0.506 P-value= 0.613), Ext →State→Dep→Ale ( T-value= 0.715 P-

value= 0.474).

4. Variabel Agreeableness yang diduga mempengaruhi mempengaruhi

alexithymia secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety.

Namun setelah melakukan uji signifikan, jalur Agree→Trait→Ale tidak

signifikan (T-value= -1.624 dan P-value= 0.104). Selain itu ada tiga jalur

lainnya yang diduga mempengaruhi alexithymia namun ternyata tidak

signifikan, diantaranya: Agree →State→Ale (T-value= -1.625 P-value=

0.104), Agree →Trait→Dep→Ale (T-value= -0.551 P-value= 0.582), Agree

→State→Dep→Ale ( T-value= 0.815 P-value= 0.415). Namun jika total

indirect melalui semua jalur yang dijumlahkan dari agreeableness ke

alexithymia adalah signifikan (T-value= -2.804 P-value= 0.005).

Agreeableness hanya mempengaruhi penyebab dari alexithymia.

5. Variabel Neuroticism yang diduga mempengaruhi mempengaruhi alexithymia

secara tidak langsung melalui jalur variabel mediator trait anxiety. Namun

96
setelah melakukan uji signifikan, jalur Neuro→Trait→Ale tidak signifikan (T-

value= 1.500 dan P-value= 0.314). Selain itu ada empat jalur lainnya yang

diduga mempengaruhi alexithymia namun ternyata tidak signifikan,

diantaranya: Neuro →State→Ale (T-value= 1.708 P-value= 0.088), Neuro

→Trait→Dep→Ale (T-value= 0.545 P-value= 0.586), Neuro

→State→Dep→Ale ( T-value= -0.825 P-value= 0.409), Neuro→Dep→Ale (

T-value= -0.905 P-value= 0.365).

Pada hipotesis ke-4, Seluruh tipe kepribadian secara tidak langsung memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap alexithymia melalui anxiety dan/atau depresi.

Berdasarkan hasil penelitian seluruh tpe kepribadian tidak ada yang berpengaruh

secara tidak langsung terhadap alexithymia melalui depresi anxiety dan/atau

depresi. Itu artinya depresi berdiri sendiri dan sama sekali tidak menjadi pengaruh

terhadap alexithymia, hanya saja depresi menerima pengaruh langsung secara

signifikan dari empat tipe kepribadian, yaitu openess to experience,

conscientiousness, extraversion dan neuroticism.

97
BAB 5

DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam model penelitian ini terdapat variabel-variabel mediator, maka dari itu

untuk dapat melihat pengaruh langsung (direct effects) dan pengaruh tidak langsung

(indirect effect) dari setiap variabel terhadap alexithymia, peneliti menggunakan

teknik path analysis. Adapun uji model menggunakan path analysis menghasilkan

model fit dengan enam variabel yang memiliki dampak langsung (direct effects).

Pada model direct dari enam variabel yang diduga mempengaruhi secara

signifikan terhadap alexithymia, ternyata hanya ada tiga variabel yang signifikan

yaitu extraversion, neuroticism dan state anxiety. Pada depresi dipengaruhi

langsung secara signifikan oleh state anxiety dan neuroticism. Pada trait anxiety

yang mempengaruhi langsung secara signifikan hanya openness to experience,

agreeableness dan neuroticism. Pada state anxiety yang mempengaruhi langsung

secara signifikan hanya openness to experience, extraversion, agreeableness dan

neuroticism.

Dampak tidak langsung atau model (indirect effect) terdapat dua variabel yang

memiliki total indirect yang signifikan yaitu variabel yang jika melalui semua jalur

yang dijumlahkan, diantaranya openess to experience dan agreeableness yang

memengaruhi alexithymia melalui variabel mediator. Sedangkan, untuk setiap

masing-masing jalur indirect, tidak ada yang signifikan.

98
Selain dari uji hipotesis yang dilakukan, telah ditemukan variabel lain yang

mempengaruhi depresi yaitu tiga tipe kepribadian, diantaranya extraversion,

concientiousness dan openess to experience yang mempengaruhi secara negatif

terhadap depresi. Dimana, ketiga variabel ini tidak ada diteorikan sebelumnya

bahwa berpengaruh terhadap depresi, namun pada hasil analisis yang dilakukan

peneliti, ketiga variabel tersebut ternyata juga mempengaruhi secara signifikan

terhadap depresi.

5.2 Diskusi

Sesuai dengan tujuan penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah model path

analysis alexithymia yang diteorikan sesuai dengan hasil data penelitian. Beberapa

variabel yang diprediksi memengaruhi alexithymia adalah lima tipe kepribadian

yang terdiri dari dimensi diantaranya openess to experience, conscientiousness,

extraversion, agreeableness, neuroticism; anxiety yang terdiri dari trait mapun

state, dan depresi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel yang

paling kuat pengaruhnya terhadap alexithymia adalah extraversion yang berkorelasi

negatif, neuroticism berkorelasi positif, yang masing-masing sebesar 25% dan state

anxiety berkorelasi negatif sebesar 22%.

Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung gagasan

bahwa alexithymia mungkin merupakan kepribadian sifat dengan kemungkinan

heritabilitas genetik (Jorgensen et al. 2007), yang mungkin terkait dengan ciri-ciri

kepribadian lainnya, termasuk neurotisme tingkat tinggi (Bagby et al. 1994),

extraversion rendah (Wise et al. 1992), dan keterbukaan yang rendah terhadap

pengalaman, serta gangguan kepribadian tertentu. Bahwa orang yang memiliki

99
fakor extraversion yang rendah, dalam berinteraksi mereka akan sukar mengingat

semua interaksi sosial yang didalamanya tentu menghadirkan emosional dalam

berinteraksi karna ini menyangkut keintiman dalam bersosialisasi.

Begitu juga dengan orang yang memiliki masalah dengan emosi negatif seperti

rasa khawatir dan rasa tidak nyaman, sacara emosional mereka labil, mereka

mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Mereka yang memiliki

neuroticism akan mudah mengalami alexithymia karena ini sesuai dengan

penelitian nya (Parker et. al 1989) bahwa individu yang memiliki neuroticism

memiliki kemampuan emosi dan reaksi berlebihan, individu yang memiliki skor

tinggi cenderung responsif secara emosional dan kesulitan untuk kembali kedalam

keadaan normal dalam emosional.

Selain itu secara langsung alexithymia juga dipengaruhi secara positif oleh

state anxiety, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Taylor (1996) bahwa

anxiety berawal dari ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi dari

ketidakmampuan menanggapi masalah yang berujung dari ketidakmampuan

mengidentifikasikan emosi, selain itu dalam penelitian yang dilakukan Hendryx

(1991) bahwa anxiety adalah prediktor yang kuat dari konstruk perasaan

alexithymia karena perasaan dalam berkomunikasi menjadi asosiasi langsung,

karena untuk mengkomunikasikan perasaan mendapat efek langsung dari anxiety

itu sendiri.

100
Untuk depresi didapatkan hasil dipengaruhi secara signifikan oleh state anxiety

dan neuroticism. Ini dikarenakan orang yang mengalami ketegangan dan rasa

cemas, merasa selalu tidak aman, maka tidak akan dapat berfikir jernih ketika

meghadapi sebuah masalah, sehingga mereka akan mudah menghadirkan bentuk

depresi. Untuk trait dan state anxiety didapatkan hasil bahwa dipengaruhi langsung

secara signifikan oleh openness to experience, agreeableness, neuroticism dan satu

lagi yaitu extraversion (sebagai penyebab state anxiety). Ini dikarenakan mereka

tidak memiliki rasa keingin tahuan yang luas, tidak dapat dipercaya, mudah panik

dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Untuk (indirect effect) yang telah diteorikan dan diprediksi bahwa lima tipe

kepribadian akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap alexithymia, dan

pada hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada satupun dari variabel yang

berpengaruh tidak langsung terhadap alexithymia. Ini merupakan keunikan yang

ditemukan, karena pemilihan sampel pada penelitian ini ialah common population

dimana tidak semua individu pada sampel ada yang mengalami anxiety menetap

(trait anxiety) atau bahkan depresi. Selain itu, pemilihan sampel yang dituju ini

menyebabkan hasil varian pada sampel yang kecil, maka dengan ini sulit untuk

mendapatkan hasil yang signifikan.

Begitu pula dengan jalur depresi terhadap alexithymia yang terputus, ini

disebabkan karena setiap masing-masing jalur indirect dari IV terhadap DV tidak

ada yang signifikan, ini yang menyebabkan depresi seolah berdiri sendiri dan tidak

mempengaruhi alexithymia. Akan tetapi dari hasil penelitian yang didapat hanya

ada 2 tipe kepribadian yaitu openess to experience dan agreeableness yang jika

101
dijumlahkan semua jalur akan menghasilkan angka yang signifikan. Hal lainnya

yang perlu untuk diungkap ialah dimana depresi ini ternyata bukan hanya

dipengaruhi oleh trait anxiety, state anxiety dan neuroticism saja, tetapi juga

memiliki pengaruh dari extraversion, conscientiousness dan openess to experience

yang bernilai negatif. Setiap kultur, pengaruh budaya, juga bahkan cara

pengambilan sampel yang kadang membuat hasil penelitian berbeda dengan teori,

ini juga mungkin yang menyebabkan ketiga variabel pada tipe kepribadian yang

baru ditemukan setelah dilakukannya penelitian ini, padahal pada bab sebelumnya

tidak ada diteorikan.

Berdasarkan diskusi yang telah peneliti uraikan di atas, adanya suatu model

yang menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel memiliki pengaruh terhadap

alexithymia, baik secara langsung dan tidak langsung menggunakan metode path

analysis menjadi suatu nilai tambah dalam penelitian ini. Adapun kelemahan dalam

penelitian ini adalah adanya kesimpulan lain dari hasil penelitian pengaruh terhadap

depresi yang didapat, namun tidak diteorikan pada bab sebelumnya, kemudian

kurangnya varian sampel pada penelitian.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran

yang terbagi menjadi teoritis dan praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Untuk pengembangan pada penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

102
1. Dalam penelitian ini, variabel lima tipe kepribadian awalnya diteorikan

secara tidak langsung signifikan mempengaruhi variabel alexithymia namun

tidak signifikan. Hal ini dikarenakan populasi sampel yang digunakan ialah

common population terkhususkan ialah mahasiswa. Karena varian dari

sampel kecil maka dari itu, untuk penelitian selanjutnya dapat memberi

keragaman pada populasi sampel, tidak hanya mahasiswa tetapi bisa

masyarakat umum yang terpenting mereka masih dalam kategori dewasa

awal.

2. Dalam penelitian ini pula, telah diteorikan sebelumnya bahwa depresi

kemudian akan berpengaruh terhadap alexithymia, namun nyatanya tidak.

Ini bisa dijadikan sebagai alasan untuk membuat penelitian selanjutnya agar

bisa untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini terjadi apakah karena ada perbedaan

faktor budaya yang digunakan teori luar, jika di Indonesia orang dapat

mengalami depresi dikarenakan alexithymia, bukan justru sebaliknya

seperti didalam teori pada bab sebelumnya.

3. Hal baru yang ditemukan dalam hasil penelitian ini juga ialah variabel yang

tidak diduga akan mempengaruhi depresi sebelumnya, justru

mempengaruhi secara signifikan terhadap depresi dengan arah negatif.

Variabel diantaranya adalah extraversion, conscientiousness dan openess to

experience. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan bisa meneliti kembali

3 variabel pada faktor kepribadian dalam hal ini ialah Big five, yang ternyata

juga ikut mempengaruhi depresi secara signifikan.

103
5.3.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai variabel-variabel yang telah terbukti

mempengaruhi alexithymia. Peneliti menyarankan beberapa intervensi dibawah ini

untuk meminimalisir gangguan alexithymia dikalangan dewasa awal khususnya

mahasiswa, kepada pengelola bidang pendidikan yaitu pihak kampus dimana

populasi dewasa awal berada pada mahasiswa kampus, diharapkan peka terhadap

fenomena psikologis untuk secara sadar selektif, jika diketahui mahasiswa yang

memiliki alexithymia terutama jika mahasiswa tersebut dalam bidang psikologi,

nantinya akan menghambat kemampuan mereka dalam mengobati pasien psikiatri.

Kemudian, bagi seseorang yang memiliki extraversion yang rendah, mungkin

dapat lebih membuka diri dan berusaha untuk menjalin relasi dengan hangat. Bagi

seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi, bisa diusahakan dengan selalu

memiliki solusi dalam menenangkan pikiran sehingga rasa gugup atau cemas

berlebih bisa dihindarkan. Bagi seseorang yang memiliki state anxiety atau

kecemasan kondisional, diharapkan bisa lebih mudah mengatur emosional diri dan

mencari solusi pada setiap masalah yang hadir dengan kepala dingin sehingga

kecemasan bisa diminimalisir.

Agar depresi bisa dihindari atau ditangani, seseorang yang memiliki

neuroticism tinggi diusahakan agar tidak mudah cemas dan panik. Bagi yang

memiliki extraversion yang rendah, diharapkan bisa lebih optimis dan fun melalui

hari-hari. Agar bisa menghindari trait ataupun state anxiety, orang yang memiliki

openness to experience nya rendah maka diusakan untuk lebih leluasa dalam rasa

ingin tahu dan lebih kreatif lagi dalam mencari solusi masalah. Bagi orang yang

104
memiliki agreeableness yang rendah, diharapkan dapat berperilaku positif terhadap

orang lain, misal dengan suka menolong dan bertutur kata lembut. Bagi orang yang

memiliki neuroticism tinggi bisa lebih tidak emosional dalam menanggapi masalah.

Bagi orang yang memiliki extraversion yang rendah, diharapkan bisa lebih mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan terlibat aktif dengan

pembawaan yang lebih fun.

105
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (1994). Task Force on DSM-IV. Diagnostic and


statistical manual of mental disorders: DSM-IV. Washington: American
Psychiatric Pub.

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


Kementrian Kesehatan. Diunduh tanggal 28 Januari 2019 dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.

Bagby, R. M., Parker, J. D., & Taylor, G. J. (1994). The twenty-item Toronto
Alexithymia Scale—I. Item selection and cross-validation of the factor
structure. Journal of psychosomatic research, 38(1), 23-32.

Bagby, R. M., Taylor, G. J., & Parker, J. D. (1997). Disorders of affect regulation:
Alexithymia in medical and psychiatric illness. UK: Cambridge University
Press.

Bauermann, T. M., Parker, J. D. A., & Taylor, G. J. (2008). Sleep problems and
sleep hygiene In young adults with alexithymia. Journal of Personality and
Individual Differences, 45, 318–322.

Berenbaum, H. (1996). Childhood abuse, alexithymia and personality disorder.


Journal of psychosomatic research, 41(6), 585-595.

Caprara, G. V., & Cervone, D. (2000). Personality: Determinants, dynamics, and


potentials. UK: Cambridge University Press.

Czernecka, K., & Szymura, B. (2008). Alexithymia imagination creativity. Journal


of Personality and Individual Differences, 45(6), 445-450.

De Muzan, M. (1974). Psychodynamic mechanisms in psychosomatic symptom


formation. Journl of Psychotherapy and psychosomatics, 23(1-6), 103-110.

Eastwood, J. D., Cavaliere, C., Fahlman, S. A., & Eastwood, A. E. (2007). A desire
for desires: Boredom and its relation to alexithymia. Journal of Personality
and Individual Differences, 42(6), 1035-1045.

Eisenberg, N., Eggum, N. D., & Di Giunta, L. (2010). Empathy-related responding:


Associations with prosocial behavior, aggression, and intergroup relations.
Journal of social issues and policy review, 4(1), 143-180.

106
Feist, J., Feist, G. (2009). Theories of Personality (7th edition). New York:
McGraw-Hill.

Freud, S. (1977). Inhibitions, symptoms and anxiety. Germany: WW Norton &


Company Press.

Freund, S. (2012). An examination of the cognitive, affective, and physiological


aspects of alexithymia. US: Newest Press.

Fischer, A. R., & Good, G. E. (1997). Men and psychotherapy: An investigation of


alexithymia, intimacy, and masculine gender roles. Journal of
Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training, 34(2), 160.

Frewen, P. A., Dozois, D. J., Neufeld, R. W., & Lanius, R. A. (2008). Meta-analysis
of alexithymia in posttraumatic stress disorder. Journal of Traumatic Stress:
Official Publication of The International Society for Traumatic Stress
Studies, 21(2), 243-246.

Fukunishi, I., Kikuchi, M., Wogan, J., & Takubo, M. (1997). Secondary
alexithymia as a state reaction in panic disorder and social phobia. Journal
of Comprehensive Psychiatry, 38(3), 166-170.

Goldberg, L. R. (1990). An alternative" description of personality": the big-five


factor structure. Journal of personality and social psychology, 59(6), 12-
16.

Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis


pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika.

Harjanah, T. M. (2018). Bab 4 Hasil Penelitian. Hubungan Alexithymia Dengan


Perilaku Prososial Dewasa Muda. Jogjakarta: UPN.

Hendryx, M. S., Haviland, M. G., & Shaw, D. G. (1991). Dimensions of


alexithymia and their relationships to anxiety and depression. Journal of
personality assessment, 56(2), 227 - 237.

Hintikka, Jukka. Kirsi Honkalampi, Johannes Lehtonen, and Heimo Viinamaki.


(2001). Alexithymia and Depression Distinct or Overlapping Constructs: A
Study in a General Population. Journal of Comprehensive Psychiatry, 42(3),
234 -239.

Holder, M. D., Love, A. B., & Timoney, L. R. (2013). Subjective well-being and
deficits in emotional processing: Relations between alexithymia, well-
being, social relationships and personality. Manuscript submitted for
publication.

107
Honkalampi, K., Hintikka, J., Tanskanen, A., Lehtonen, J., & Viinamäki, H. (2000).
Depression is strongly associated with alexithymia in the general
population. Journal of Psychosomatic Research, 48, 99–104.

Humphreys, T. P., Wood, L. M., & Parker, J. D. A. (2009). Alexithymia and


satisfaction in a British undergraduate sample. Journal of psychology and
Psychotherapy: Theory, Research Individual Differences, 45, 445–450.

John, O. P., & Srivastava, S. (1999). Chapter 4: The Big Five trait taxonomy:
History, measurement, and theoretical perspectives. Dalam Lawrece A.
Pervin, Oliver P.John (eds). Handbook of personality: Theory and research,
2, 102-138.

Joreskog, K.G. dan Sorbom, D. (1996). LISREL 8: Users Reference Guide.


Chicago: Scientific Software International In.

Jørgensen, M. M., Zachariae, R., Skytthe, A., & Kyvik, K. (2007). Genetic and
environmental factors in alexithymia: a population based study of 8.785
Danish twin pairs. Journal of Psychotherapy and psychosomatics, 76(6),
369-375.

Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (1995). Comprehensive textbook of psychiatry/VI


(Vol. 2). UK: Wiliams & Wilkins.

Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. Synopsis of volume 1 psychiatry. Sinopsis
Psikiatri Jilid 1 Edisi ke-7. Widjaja Kusuma (terj). 1995. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Krystal, H. (1979). Alexithymia and psychotherapy. American journal of


psychotherapy, 33(1), 17-31.

Krystal, H. (2015). Integration and self healing: Affect, trauma, alexithymia. US:
Routledge.

Lang, P. J. (1979). A bio informational theory of emotional imagery. Journal of


Psychophysiology, 16(6), 495-512.

Lumley, M. A., & Roby, K. J. (1995). Alexithymia and pathological gambling.


Journal of Psychotherapy and Psychosomatics, 63, 201–206.

Lumley, M. A. (2004). Alexithymia, emotional disclosure, and health: A program


of research. Journal of personality, 72(6), 1271-1300.

108
Manninen, M., Therman, S., Suvisaari, J., Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen, M.,
& Joukamaa, M. (2011). Alexithymia is common among adolescents with
severe disruptive behavior. Journal of nervous and mental disease, 199(7),
506-509.

Mason, O., Tyson, M., Jones, C., & Potts, S. (2005). Alexithymia: Its prevalence
and correlates in a British undergraduate sample. Journal of Psychology and
Psychotherapy: Theory, Research and Practice, 78, 113–125.

Mattila, A. K., Saarni, S. I., Salminen, J. K., Huhtala, H., Sintonen, H., & Joukamaa,
M. (2009). Alexithymia and health-related quality of life in a general
population. Journal of Psychosomatics, 50(1), 59-68.

Mason, O., Tyson, M., Jones, C., & Potts, S. (2005). Alexithymia: its prevalence
and correlates in a British undergraduate sample. Journal of Psychology
and Psychotherapy: Theory, Research and Practice, 78(1), 113-125.

McCrae, R. R., & Costa Jr., P. T. (1999). A Five-Factor Theory of Personality.


Dalam Pervin, & O. P. John (eds.). Handbook of Personality Psychology.
(139-153). New York: Guilford.

McDougall, J. (1982). Alexithymia: a psychoanalytic viewpoint. Journal of


Psychotherapy and psychosomatics, 38(1-4), 81-90.

Morey, R. A., Dolcos, F., Petty, C. M., Cooper, D. A., Hayes, J. P., LaBar, K. S.,
& McCarthy, G. (2009). The role of trauma-related distractors on neural
systems for working memory and emotion processing in posttraumatic
stress disorder. Journal of psychiatric research, 43(8), 809-817.

Muthén, B. O., Muthén, L. K., & Asparouhov, T. (2017). Regression and mediation
analysis using Mplus. Los Angeles, CA: Muthén & Muthén.

Myers, L. B. (1995). Alexithymia and repression: The role of defensiveness and


trait anxiety. Journal of Personality and Individual Differences, 19(4),
489-492.

Nemiah, J. C. (1976). Alexithymia: a view of the psychosomatic process. Modern


trends in psychosomatic medicine, 3, 430-439.

Parker, J. D. A., Taylor, G. J., & Bagby, R. M. (1989). The alexithymia construct:
Relationship with sociodemographic variables and intelligence. Journal of
Comprehensive Psychiatry, 30, 434- 441.

Pervin, L., Daniel Cervone, Oliver P. John. (2005). Personality theory and research
9 Edition. New York, US: Wiley.

109
Picardi, A., Toni, A., & Caroppo, E. (2005). Stability of alexithymia and its
relationships with the ‘big five’factors, temperament, character, and
attachment style. Journal of Psychotherapy and psychosomatics, 74(6),
371-378.

Pinard, L., Negrete, J. C., Annable, L., & Audet, N. (1996). Alexithymia in
substance abusers: Persistence and correlates of variance. The American
Journal on Addictions, 5, 32–39.

Salminen, J. K., Saarijärvi, S., Äärelä, E., Toikka, T., & Kauhanen, J. (1999).
Prevalence of alexithymia and its association with sociodemographic
variables in the general population of Finland. Journal of Psychosomatic
Research, 46, 75–82.

Santrock, J. W., & Santrock, J. W. (2007). Educational Psychology second edition.


Psikologi Pendidikan edisi kedua. Tri Wibowo (terj). Jakarta: Kecana.

Sarwono, S. W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sifneos, P. E. (1973). The prevalence of ‘alexithymic’characteristics in


psychosomatic patients. Psychotherapy and psychosomatics, 22(2-6), 255-
262.

Spielberger, C. D., & Gorsuch, R. L. (1983). State-trait anxiety inventory for adults:
Manual and sample: Manual, instrument and scoring guide. US: Consulting
Psychologists Press.

Stout, D. (2003). Five Factor Constellations and Popular Personality Types. Journal
of Psychology, 106, 1-29.

Taylor, G. J., Bagby, R. M., & Parker, J. D. (1989). Disorders of affect regulation:
Alexithymia in medical and psychiatric illness. UK: Cambridge University
Press.

Taylor, G. J., Ryan, D., & Bagby, M. (1985). Toward the development of a new
self-report alexithymia scale. Psychotherapy and psychosomatics,
44(4), 191-199.

Taylor, G. J., & Bagby, R. M. (2012). The alexithymia personality dimension.


Dalam T. A. Widiger (Ed). Oxford library of psychology. The Oxford
handbook of personality disorders (648–673). UK: Oxford University Press.

Taylor, S., Koch, W. J., Woody, S., & McLean, P. (1996). Anxiety sensitivity and
depression: how are they related?. Journal of abnormal psychology, 105(3),
474.

110
Thompson, J. (2009). Emotionally Dumb: An Overview of Alexithymia. Australia:
Soul Books.

Timoney, L. R., & Holder, M. D. (2013). Emotional processing deficits and


happiness: Assessing the measurement, correlates, and well-being of people
with alexithymia. US: Springer Science & Business Media.

Uher, T. (2010). Alexithymia and immune dysregulation: A critical review.


Activitas Nervosa Superior, 52, 40–44.

Wiggins, J. S., & Trapnell, P. D. (1997). Personality structure: The return of the Big
Five. Dalam R. Hogan, J. A. Johnson, & S. R. Briggs (Eds). Handbook of
personality psychology (737-765). Washington: Academic Press.

Wise, T. N., Mann, L. S., & Shay, L. (1992). Alexithymia and the five-factor model
of personality. Comprehensive Psychiatry, 33(3), 147-151.

Woodman, T., Huggins, M., Le Scanff, C., & Cazenave, N. (2009). Alexithymia
determine the anxiety experienced in skydiving. Journal of affective
disorders, 116(1-2), 134-138.

Wright, C. I., Williams, D., Feczko, E., Barrett, L. F., Dickerson, B. C., Schwartz,
C. E., & Wedig, M. M. (2006). Neuroanatomical correlates of extraversion
and neuroticism. Cerebral cortex, 16(12), 1809-1819.

Zung, W. W. (1965). A self-rating depression scale. Archives of general psychiatry,


12(1), 63-70.

111
LAMPIRAN

112
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth.
Saudara/i mahasiswa
Sekitar Jakarta
Di tempat

Assalamu’alaikum wr. wb.


Salam sejahtera untuk kita semua, semoga anda senantiasa berada dalam lindungan Allah
SWT. Saya Putri Lenggo Geni, mahasiswa Program Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melaksanakan
penelitian untuk tugas akhir skripsi. Peneliti mengharapkan kesediaan anda untuk dapat menjadi
responden dalam penelitian. Anda diminta untuk mengisi setiap pernyataan sesuai dengan petunjuk
pengisian. TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Data diri dan semua jawaban
anda dalam penelitian ini akan dijamin KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan
penelitian. Atas Kesediaan anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Hormat saya,
Putri Lenggo Geni

IDENTITAS DIRI

Silahkan isi data sesuai dengan diri anda.

Nama/Inisial :
Email :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jurusan Saat Ini :

Kuesioner Penelitian

Petunjuk Pengisian

Pada pengisian kuesioner ini saudara/i diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah
disediakan yang sesuai dengan diri saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda checklist
(√ ). Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Sesuai (Jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i).
TS : Tidak Sesuai (Jika tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i).
S : Sesuai (Jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i)
SS : Sangat Sesuai (Jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i)

No. Pernyataan STS TS S SS


1. Saya menjalani hidup dengan terarah dan bermakna √

113
Skala 1 Depresi
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya agak merasa sedih dan terpuruk
2 Saya pernah menangis tanpa sebab
3 Saya merasa segar di pagi hari
4 Saya memiliki masalah tidur di malam hari
5 Nafsu makan saya cukup baik
6 Saya merasa kehilangan berat badan
7 Saya senang ketika berdekatan dengan lawan jenis
8 Saya sering memiliki masalah dengan sembelit
9 Saya sering merasa berdebar-debar
10 Saya sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas
11 Saya sering merasa gelisah
12 Saya merasa mudah melakukan banyak kegiatan
13 Saya masih bisa berfikir jernih dalam menghadapi suatu hal
14 Hidup saya penuh kebahagaiaan
15 Saya termasuk orang yang optimis
16 Tidak sulit bagi saya dalam mengambil keputusan
17 Saya lebih mudah marah juga mudah redam
18 Saya merasa senang ketika menghirup udara pagi yang segar
19 Saya merasa bahwa saya dibutuhkan
20 Kematian saya tidak akan membuat orang bersedih

Petunjuk Pengisian

Baca setiap pernyataan dan beri tanda silang (X) pada kolom jawaban pada setiap pernyataan yang
menunjukkan bagaimana perasaan anda saat ini. Tidak ada jawaban benar atau salah. Jangan
menghabiskan waktu terlalu lama pada setiap pernyataan, berikan jawaban yang paling sesuai
dalam menggambarkan perasaan anda saat ini (sekarang).

Skala 2 Kecemasan (S)


N Pernyataan Sama Sedikit Cukup Sangat
o. sekali merasa merasa merasa
tidak kan kan kan
merasakan
1. Jantung saya berdegup kencang
2 Saya mengalami otot yang tegang
3 Saya merasa menderita atas masalah saya
4 Saya berpikir bahwa orang lain tidak akan
menyetujui saya
5 Saya tidak dapat mengambil keputusan
6 Saya merasa pusing
7 Saya merasa otot saya lemah
8 Saya merasa gemetar dan lemas
9 Saya membayangkan kemalangan saya di
masa depan
10 Saya tidak bisa menyingkirkan beberapa
pikiran saya
11 Saya mengalami kesulitan mengingat
sesuatu
12 Saya merasa wajah saya terasa panas

114
13 Saya berpikir bahwa hal yang terburuk
akan terjadi
14 Saya merasa lengan dan kaki saya terasa
kaku
15 Saya merasa tenggorokan saya kering
16 Saya menghindari pikiran tidak nyaman
17 Saya merasa ada pikiran yang tidak
relevan mengganggu
18 Saya merasa pernapasan saya cepat dan
dangkal
19 Saya khawatir bahwa saya tidak dapat
mengendalikan pikiran saya
20 Saya merasa ada hal yang menggelitik
terasa diperut
21 Saya merasa telapak tangan saya basah

Kecemasan (T)

Petunjuk Pengisian
Baca setiap pernyataan dan beri tanda silang (X) pada kolom jawaban pada setiap pernyataan yang
menunjukkan bagaimana perasaan yang anda rasakan biasanya atau pada umumnya. Tidak
ada jawaban benar atau salah. Jangan menghabiskan waktu terlalu lama pada setiap pernyataan,
berikan jawaban yang paling baik dalam menggambarkan perasaan anda biasanya.

N Pernyataan Sama Sedikit Cukup Sangat


o. sekali tidak merasa merasa merasa
merasakan kan kan kan
1. Jantung saya berdegup kencang
2 Saya mengalami otot yang tegang
3 Saya merasa menderita atas masalah saya
4 Saya berpikir bahwa orang lain tidak akan
menyetujui saya
5 Saya tidak dapat mengambil keputusan
6 Saya merasa pusing
7 Saya merasa otot saya lemah
8 Saya merasa gemetar dan lemas
9 Saya membayangkan kemalangan saya di
masa depan
10 Saya tidak bisa menyingkirkan beberapa
pikiran saya
11 Saya mengalami kesulitan mengingat
sesuatu
12 Saya merasa wajah saya terasa panas
13 Saya berpikir bahwa hal yang terburuk
akan terjadi
14 Saya merasa lengan dan kaki saya terasa
kaku
15 Saya merasa tenggorokan saya kering
16 Saya menghindari pikiran tidak nyaman
17 Saya merasa ada pikiran yang tidak
relevan mengganggu

115
18 Saya merasa pernapasan saya cepat dan
dangkal
19 Saya khawatir bahwa saya tidak dapat
mengendalikan pikiran saya
20 Saya merasa ada hal yang menggelitik
terasa diperut
21 Saya merasa telapak tangan saya basah

Skala 3 Big Five

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1 Saya mampu menghidupkan suasana
2 Saya merasa sedikit peduli terhadap orang lain
3 Saya merasa siap dalam menjalankan tugas
4 Saya mudah stress
5 Saya memiliki banyak kosakata
6 Saya tidak banyak bicara
7 Saya tertarik pada orang lain
8 Saya meletakkan barang dimana saja
9 Saya tetap tenang dalam situasi apapun
10 Saya kesulitan untuk memahami ide-ide abstrak
11 Saya merasa nyaman di sekitar orang lain
12 Saya merendahkan orang lain
13 Saya mengerjakan tugas dengan teliti
14 Saya mudah khawatir tentang suatu hal
15 Saya memiliki imajinasi yang kuat
16 Saya menjaga latar belakang keluarga
17 Saya simpati dengan perasaan orang lain
18 Saya membuat kekacauan
19 Saya tidak mudah merasa sedih
20 Saya tidak tertarik pada ide-ide abstrak
21 Saya senang memulai pembicaraan
22 Saya tidak tertarik pada masalah orang lain
23 Saya melakukan tugas dengan cepat
24 Saya mudah merasa gelisah
25 Saya memiliki ide yang cemerlang
26 Saya lebih suka diam
27 Saya memiliki hati yang lembut
28 Saya mudah lupa untuk meletakkan barang
kembali di tempatnya

116
29 Saya mudah marah
30 Saya tidak memiliki imajinasi yang baik
31 Saya berbicara dengan banyak orang yang
berbeda di keramaian.
32 Saya tidak tertarik pada orang lain
33 Saya suka memerintah
34 Suasana hati saya mudah berubah
35 Saya cepat memahami sesuatu
36 Saya tidak suka menarik perhatian
37 Saya meluangkan waktu untuk orang lain
38 Saya mengabaikan tugas
39 Saya mudah mengalami perubahan mood
40 Saya menggunakan kalimat yang sukar
41 Saya tidak keberatan menjadi pusat perhatian
42 Saya merasakan emosi orang lain
43 Saya mengikuti jadwal tugas
44 Saya mudah tersinggung
45 Saya meluangkan waktu untuk merefleksikan
diri
46 Saya merasa tenang berada disekitar orang lain
47 Saya membuat orang lain merasa nyaman
48 Saya menghabiskan banyak tenaga dalam
bekerja
49 Saya mudah merasa sedih
50 Saya memiliki banyak ide

Skala 4 Alexithymia
N Pernyataan STS TS S SS
o.
1. Saya sering bingung mengenai emosi apa yang sebenarnya
sedang saya rasakan
2 Saya kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
menggambarkan perasaan saya
3 Saya memiliki sensasi fisik yang bahkan tidak bisa
dimengerti oleh seorang dokter
4 Saya mampu menggambarkan apa yang saya rasakan dengan
mudah
5 Saya cenderung lebih mudah menganalisa sebuah masalah
daripada harus menggambarkan dengan kata-kata
6 Ketika emosi memuncak, saya tidak tahu apakah saya sedih,
ketakutan ataukah marah
7 Saya sering dibingungkan dengan sebuah sensasi yang
terjadi pada tubuh saya
8 Saya cenderung membiarkan hal-hal terjadi begitu saja
daripada memahami mengapa hal tersebut terjadi
9 Saya memiliki perasaan yang benar-benar tidak dapat saya
pahami
10 Merasakan berbagi macam luapan perasaan adalah hal yang
sangat penting

117
11 Sulit bagi saya untuk menggambarkan apa yang saya
rasakan tentang orang lain
12 Orang-orang meminta saya untuk lebih mengekspresikan
perasaan saya
13 Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam diri saya
14 Saya sering tidak mengetahui alasan mengapa saya marah
15 Ketika berbicara dengan orang lain, saya cenderung lebih
suka membicarakan kegiatan sehari-hari mereka daripada
perasaan mereka
16 Saya lebih senang menoton acara hiburan yang ringan
daripada drama yang penuh emosi
17 Saya kesulitan mengungkapkan perasaan terdalam saya,
bahkan pada teman dekat sekaipun
18 Saya dapat merasa dekat dengan seseorang, bahkan ketika
saya merasa tenang dalam keheningan
19 Saya menyadari bahwa meninjau kembali perasaan apa yang
saya rasakan, akan membantu menyelesaikan masalah
pribadi saya
20 Mencari-cari makna tersembunyi dalam film atau drama
justru mengalihkan dari kenikmatan dalam menonton

118
LAMPIRAN 2

Syntax dan Path Diagram

Syntax Uji Validitas Openess to experience (Bayes/Iteration)

TITLE: VALIDASI OPENESS;


DATA: FILE IS OPENESS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE ITEM1-ITEM10;
USEVAR = ITEM1-ITEM10;
CATEG = ITEM1-ITEM10;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=10000;
DEFINE: ITEM10=5-ITEM10;
MODEL: OPENESS BY ITEM1* ITEM2-ITEM10*;
OPENESS@1;
BIAS BY ITEM2* ITEM3 ITEM4 ITEM6-ITEM10*;
OPENESS WITH BIAS@0;
!ITEM3 WITH ITEM2;
!ITEM4 WITH ITEM3;
!ITEM8 WITH ITEM3;
!ITEM10 WITH ITEM6;
!ITEM10 WITH ITEM8;
!ITEM9 WITH ITEM2;
!ITEM9 WITH ITEM3;
!ITEM8 WITH ITEM2;
!ITEM7 WITH ITEM4;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
MODINDICES (2);
SAVEDATA: FILE IS OPENESS.DAT; SAVE=FSCORES (100);

Syntax Uji Validitas Conscientiousness (Bayes/Iteration)

TITLE: VALIDASI CONSCIENTIOUSNESS;


DATA: FILE IS CONSCIENTIOUSNESS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE ITEM1-ITEM9;
USEVAR = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM9;
CATEG = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM9;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=8500;
DEFINE: ITEM8=5-ITEM8;
MODEL: CONSC BY ITEM1* ITEM2-ITEM5 ITEM7-ITEM9*;
CONSC@1;
BIAS BY ITEM2* ITEM5 ITEM7-ITEM9*;
CONSC WITH BIAS@0;
!ITEM9 WITH ITEM7;
!ITEM8 WITH ITEM5;
!ITEM5 WITH ITEM2;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
MODINDICES (2);
SAVEDATA: FILE IS CONSC.DAT; SAVE=FSCORES (100);

Syntax Uji Validitas Extraversion (Bayes/Iteration)

TITLE: VALIDASI EKSTRAVERSION;


DATA: FILE IS EKS.DAT;
VARIABLE: NAMES ARE ITEM1-ITEM8;
USEVAR = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM8;

119
CATEG = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM8;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=15000;
DEFINE: ITEM7=5-ITEM7; ITEM8=5-ITEM8;
MODEL: EKS BY ITEM1* ITEM2-ITEM5 ITEM7-ITEM8*;
EKS@1;
BIAS BY ITEM1* ITEM2 ITEM3 ITEM7*;
EKS WITH BIAS@0;
!ITEM3 WITH ITEM2;
!ITEM7 WITH ITEM1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (5);
SAVEDATA: FILE IS EKS.DATA; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Neuroticism (Bayes/Iteration)

TITLE: VALIDASI NEUROTICISM;


DATA: FILE IS NEUROTICISM.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE ITEM1-ITEM8;
USEVAR = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM8;
CATEG = ITEM1-ITEM5 ITEM7-ITEM8;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=20000;
DEFINE: ITEM7=5-ITEM7; ITEM8=5-ITEM8;
MODEL: NEURO BY ITEM1* ITEM2-ITEM5 ITEM7-ITEM8*;
NEURO@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
MODINDICES (ALL);
!SAVEDATA: FILE IS NEURO.DAT; SAVE=FSCORES (100);

Syntax Uji Validitas Trait Anxiety (Bayes/Iteration)

TITLE:UJI VALIDITAS TRAIT;


DATA: FILE IS TRAIT.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE TRAIT1-TRAIT21;
USEVAR ARE TRAIT1-TRAIT21;
CATEGORICAL ARE TRAIT1-TRAIT21;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=10000;
!DEFINE:
MODEL: TRAIT BY TRAIT1* TRAIT2-TRAIT21*;
TRAIT@1;
BIAS BY TRAIT1* TRAIT2-TRAIT11 TRAIT13 TRAIT15-TRAIT17 TRAIT19-TRAIT20*;
TRAIT WITH BIAS@0;
!TRAIT13 WITH TRAIT9;
!TRAIT17 WITH TRAIT16;
!TRAIT4 WITH TRAIT3;
!TRAIT8 WITH TRAIT7;
!TRAIT10 WITH TRAIT3;
!TRAIT19 WITH TRAIT9;
!TRAIT9 WITH TRAIT3;
!TRAIT17 WITH TRAIT1;
!TRAIT17 WITH TRAIT8;
!TRAIT7 WITH TRAIT6;
!TRAIT11 WITH TRAIT5;
!TRAIT13 WITH TRAIT2;
!TRAIT15 WITH TRAIT4;
!TRAIT20 WITH TRAIT5;
!TRAIT11 WITH TRAIT9;
!TRAIT17 WITH TRAIT2;
!TRAIT17 WITH TRAIT7;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;

120
MODINDICES (2);
SAVEDATA: FILE IS TRAIT.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas State Anxiety (Bayes/Iteration)

TITLE:UJI VALIDITAS STATE ANX;


DATA: FILE IS STATE.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE STATE1-STATE21;
USEVAR ARE STATE1-STATE21;
CATEGORICAL ARE STATE1-STATE21;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=10000;
!DEFINE:
MODEL: STATE BY STATE1* STATE2-STATE21*;
STATE@1;
BIAS BY STATE1* STATE2-STATE8 STATE10 STATE16-STATE17 STATE19 STATE21*;
STATE WITH BIAS@0;
!STATE17 WITH STATE16;
!STATE4 WITH STATE3;
!STATE21 WITH STATE1;
!STATE2 WITH STATE1;
!STATE7 WITH STATE6;
!STATE8 WITH STATE7;
!STATE5 WITH STATE4;
!STATE19 WITH STATE17;
!STATE17 WITH STATE10;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
MODINDICES (ALL);
SAVEDATA: FILE IS STATE.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Depresi (Bayes/Iteration)

TITLE:UJI VALIDITAS DEPRESI;


DATA: FILE IS DEPRESI.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE DEP1-DEP20;
USEVAR ARE DEP2 DEP3 DEP5 DEP7 DEP9 DEP10 DEP12-DEP16 DEP18-DEP20;
CATEGORICAL ARE DEP2 DEP3 DEP5 DEP7 DEP9 DEP10 DEP12-DEP16 DEP18-DEP20;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=25000;
DEFINE: IF DEP20>3 then DEP20=3;
IF DEP19>3 then DEP19=3;
IF DEP18>3 then DEP18=3;
IF DEP13>3 then DEP13=3;
IF DEP5>3 then DEP5=3;
MODEL: DEP BY DEP2* DEP3 DEP5 DEP7 DEP9 DEP10 DEP12-DEP16 DEP18-DEP20*;
DEP@1;
!BIAS BY DEP7* DEP9 DEP10 DEP2 DEP13 DEP16 DEP18-DEP20*;
!BIAS@1;
!DEP WITH BIAS@0;
DEP10 WITH DEP9;
DEP18 WITH DEP13;
DEP10 WITH DEP2;
DEP16 WITH DEP7;
DEP18 WITH DEP10;
DEP19 WITH DEP12;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
MODINDICES (5);
!SAVEDATA: FILE IS DEPNEW.DAT; SAVE=FSCORES(100);

121
Syntax Uji Validitas Alexithymia (Bayes/Iteration)

TITLE:UJI VALIDITAS ALEXITHYMIA;


DATA: FILE IS ALEXITHYMIA.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE ALE1-ALE20;
USEVAR ARE ALE1-ALE3 ALE6-ALE9 ALE11-ALE17 ALE20;
CATEGORICAL ARE ALE1-ALE3 ALE6-ALE9 ALE11-ALE17 ALE20;
ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATION=10000;
!DEFINE:
MODEL: ALE BY ALE1* ALE2-ALE3 ALE6-ALE9 ALE11-ALE17 ALE20*;
ALE@1;
BIAS BY ALE1* ALE2-ALE3 ALE6-ALE9 ALE12-ALE17 ALE20*;
ALE WITH BIAS@0;
!ALE2 WITH ALE1;
!ALE14 WITH ALE13;
!ALE7 WITH ALE3;
!ALE17 WITH ALE13;
!ALE20 WITH ALE16;
!ALE20 WITH ALE3;
!ALE20 WITH ALE15;
!ALE15 WITH ALE8;
!ALE17 WITH ALE12;
!ALE8 WITH ALE6;
!ALE9 WITH ALE3;
!ALE6 WITH ALE3;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX;
!MODINDICES (2);
SAVEDATA: FILE IS ALE.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Model Tentang Alexithymia (Direct & Indirect)

TITLE:UJI MODEL TENTANG ALEXITHYMIA;


DATA: FILE IS NEWDATA2.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE OPEN CONSC EXT AGREE NEURO TRAIT STATE DEP ALE;
USEVAR ARE OPEN CONSC EXT AGREE NEURO TRAIT STATE DEP ALE;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES;
MODEL: TRAIT ON OPEN CONSC EXT AGREE NEURO;
STATE ON OPEN CONSC EXT AGREE NEURO;
DEP ON TRAIT STATE NEURO EXT CONSC OPEN;
ALE ON OPEN EXT NEURO TRAIT STATE DEP;

STATE WITH TRAIT;

MODEL INDIRECT:
ALE IND TRAIT OPEN;
ALE IND TRAIT CONSC;
ALE IND TRAIT EXT;
ALE IND TRAIT AGREE;
ALE IND TRAIT NEURO;

MODEL INDIRECT:
ALE IND STATE OPEN;
ALE IND STATE CONSC;
ALE IND STATE EXT;
ALE IND STATE AGREE;
ALE IND STATE NEURO;

MODEL INDIRECT:

122
ALE IND DEP TRAIT OPEN;
ALE IND DEP TRAIT CONSC;
ALE IND DEP TRAIT EXT;
ALE IND DEP TRAIT AGREE;
ALE IND DEP TRAIT NEURO;

MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP STATE OPEN;
ALE IND DEP STATE CONSC;
ALE IND DEP STATE EXT;
ALE IND DEP STATE AGREE;
ALE IND DEP STATE NEURO;

MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP NEURO;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (5);

123
PATH DIAGRAM ALEXITHYMIA (MODEL FIT)

PATH DIAGRAM ALEXITHYMIA (MODEL SIGNIFIKAN)

124
LAMPIRAN 3
SYNTAX dan OUTPUT MODEL PATH ANALYSIS

TITLE:UJI MODEL TENTANG ALEXITHYMIA;


DATA: FILE IS NEWDATA2.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE OPEN CONSC EXT AGREE NEURO TRAIT STATE DEP ALE;
USEVAR ARE OPEN CONSC EXT AGREE NEURO TRAIT STATE DEP ALE;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES;
MODEL: TRAIT ON OPEN CONSC EXT AGREE NEURO;
STATE ON OPEN CONSC EXT AGREE NEURO;
DEP ON TRAIT STATE NEURO EXT CONSC OPEN;
ALE ON OPEN EXT NEURO TRAIT STATE DEP;

STATE WITH TRAIT;

MODEL INDIRECT:
ALE IND TRAIT OPEN;
ALE IND TRAIT CONSC;
ALE IND TRAIT EXT;
ALE IND TRAIT AGREE;
ALE IND TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND STATE OPEN;
ALE IND STATE CONSC;
ALE IND STATE EXT;
ALE IND STATE AGREE;
ALE IND STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP TRAIT OPEN;
ALE IND DEP TRAIT CONSC;
ALE IND DEP TRAIT EXT;
ALE IND DEP TRAIT AGREE;
ALE IND DEP TRAIT NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP STATE OPEN;
ALE IND DEP STATE CONSC;
ALE IND DEP STATE EXT;
ALE IND DEP STATE AGREE;
ALE IND DEP STATE NEURO;
MODEL INDIRECT:
ALE IND DEP NEURO;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (5);

MODEL FIT INFORMATION


Number of Free Parameters 31
Chi-Square Test of Model Fit
Value 6.536
Degrees of Freedom 3
P-Value 0.0883
RMSEA (Root Mean Square Error Of Approximation)
Estimate 0.069
90 Percent C.I. 0.000 0.142
Probability RMSEA <= .05 0.261
CFI/TLI
CFI 0.994
TLI 0.945

125

Anda mungkin juga menyukai