Oleh:
KELOMPOK 1
ANGGOTA:
NURZAIDATI (1520121008)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatserta karunia-Nya
kepada kami sehinnga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “ MIKOLOGI ”
Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai dasar-dasar mikologi, reproduksi, dan
pertumbuhannya, kemudian mejelaskan juga jamur yang mempengaruhi kesehatan pada ibu hamil dan obat-
obat anti jamur.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami sendiri sebagai penulis dan kepada pihak lain
yang nantinya membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI .................................................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan logos=ilmu. Menurut
Alexopoulos et al (1996), sebenarnya istilah mikologi kurang tepat, karena mykes
berdasarkan tatabahasa Yunani adalah myceto. Fungi makroskopik memiliki tubuh buah
besar, yang sekarang dikenal sebagai makrofungi dan juga banyak dihidangkan (bisa
dimakan). Sedangkang fungi mikroskopik memiliki tubuh yang sangat kecil sehingga kita
dapat melihatnnya menggunakan mikroskop.
Jumlah jenis jamur menurut Hawksworth (1991) sejumlah 1.500.000 itu termasuk
fungi mikroskopis dan makroskopis dan jumlahnya seiring meningkat dengan
perkembangan penggunaan data molekuler.
Pada awalnya fungi dibagi dalam 4 divisi (Cambell. 2008) yaitu : Zygimycota,
Ascomycota, Basideomycota, Deuteromycota. Namun dengan perkembangan sistem
klasifikasi yang baru membagi fungi menjadi enam divisi, yaitu : Chytridiomycota,
Zygomycota, Glomeromycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota.
Fungi yang patogen biasanya adalah eksogenus, mereka hidup dialam bebas seperti
air, tanah, dan debris organik. Manusia terinfeksi melalui inhalasi spora atau masuk
kedalam jaringan tubuh melalui trauma. Faktor utama yang dapat menyebabkan
meningkatnya infeksi fungi adalah perubahan sistem imun.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah menjelaskan tentang dasar-dasar
mikologi, pertumbuhan dan perkembangannya. Kemudian menjelaskan jamur
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui, dan juga menjelaskan jenis-jenis obat
anti jamur.
C. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan
mikologi, mengetahui jenis jamur apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil
dan menyusui, dan mengetahui jenis obat-obatan yang dapat mengatasi penyakit jamur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar Mikologi
a. Definisi Mikologi
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fungi
(jamur) atau sering disebut juga cendawan. Fungi atau jamur adalah organisme
heterotrofik yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari
benda mati yang terlarut disebut dengan Saprofit. Saprofit ini memiliki keuntungan dan
kerugian, dimana kuntungannya mereka dapat menguraikan zat-zat kimia menjadi lebih
sederhana, menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, yang
kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan meingkatkan kesuburan tanah. Kerugiannya,
mereka dapat membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan lainya. Ada beberapa
istilah yang digunakan pada fungi, antara lain :
1. Fungi = adalah semua jenis jamur/ fungi baik yang makroskopis maupun yang
mikroskopis.
2. Mushroom = adalah jamur/fungi yang bersifat makroskopik
3. Kapang atau molds = adalah jamur yang bersifat mikroskopik berfilamen
multiseluler.
4. Yeast = ini sama dengan khamir yaitu jamur yang bersifat mikroskopik
uniseluler
5. Cendawan = jamur yang bersifat bisa makroskopik atau mikroskopik
1. Hifa bersepta, merupakan hifa yang bagian isi dalam selnya terdapat sekat
pemisah yang disebut septa
2. Hifa tidak bersepta, disebut juga dengan coenocytic fungi, dimana didalam hifa
tersebut tidak ada septa atau penyekat. (Robles-Carrion et al.,2016)
c. Habitat Mikologi
Fungi memiliki habitat yang beragam karena memiliki sifat hidup yang berbeda.
Jenis fungi makroskopis dan mikroskopis paling banyak ditemukan pada lantai hutan serta
daratan yang lembab dan terdapat bahan organik misalnya pohon tumbang dan tumpukan
daun.
Selain itu untuk jenis fungi yang bersimbiosis seperti mikoriza dan fungi endofit
maka keberadaanya dapat ditemukan pada organ tumbuhan seperti akar, batang dan daun
tumbuhan. Jamur yang menempel pada batu-batuan disebut dengan Lichen, dan ada juga
beberapa fungi parasit yang hidup pada inangnya diantaranya tanaman budidaya ataupun
hewan dan manusia.
d. Reproduksi Mikologi
Umumnya reproduksi adalah pembentukan individu-individu baru yang
mempunyai semua sifat yang khas dalam suatu species. Ada dua cara reproduksi pada
mikologi, yaitu :
Beberapa species fungi menghasilkan kelamin jantan dan betina yang jelas
dan dapat dibedakan pada setiap thallus, species ini dinamakan Hermaprodit.
Sedangakan, species Dioecius alat kelaminnya terpisah dalam dua individu thallus
yang berbeda. Satu dioecious biasanya tidak dapat berkembang biak secara kawin
sendiri karena thallus tersebut hanya berfungsi sebagai kelamin jantan atau betina
saja.
Apabila sel-sel gamet mempunyai bentuk yang sama, baik jantan maupun
betina maka disebut Isogamet. Sedangkan, berbeda disebut Anisogamet atau
Heterogamet. Ada beberapa cara perkawinan yang sering terjadi pada fungi/jamur :
Spora yang terbentuk dari miselium somatic dapat berbentuk berbagai jenis macam,
anatar lain :
1. Sporangiofora
terjadi karena diferensiasi dalam jumlah yang tak tentu dari protoplasma sel
besar yang disebut sporangium. Spora yang terbentuk dadri dua macam yaitu
yang dapat bergerak disebut Zoospora dan yang tidak bergerak disebut
Aplanospora.
2. Konodium
Dibentuk diujung atau disamping perkecambahan hifa yang disebut
Konidiofora.
e. Klasifikasi Mikologi
Penggolongan umum yang sering digunakan dalam megklasifikasi jamur adalah
sebagai berikut : Kerajaan (Kingdom), Divisi (Division), Kelas (Class), Bangsa (Orde),
Suku (Family), Marga (Genus), Jenis (Species). Kerajaan adalah golongan terbesar dan
meliputi beberapa divisi. Tiap-tiap divisi meliputi banyak kelas dan demikian
seterusnya sampai jenis kesatuan terkecil dari klasifikasi (sampai famili). Jamur dibagi
menjadi 5 divisi :
1. Divisio oomycotina
- Reproduksi secara seksual dengan cara oogami yang menghasilkan oospora
- Reproduksi seksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihasilkan dalam
sporangium
- Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak berseptat)
- Contohnya :
Phytophthora infestans (yaitu menyebabkan penyakit pada tanaman
kentang, coklat, lada, dll).
Saprolegnia (sering ditemukan pada bangkai serangga)
2. Divisio zygomycotina
- Reproduksi seksual dengan cara konjungsi yang menghasilkan zigospora
- Reproduksi aseksual dengan menghasilkan spora yang terkandung dalam
konidium atau sporangium
- Hifa pada fungi ini yaitu non-septat (tidak bersepta)
- Biasanya hidup terestial
- Contohnya :
Rhyzopus oryzae (fungi untuk buat tempe)
Mucor javanicus (terdapat dalam ragi tempe)
3. Divisio ascomycotina
- Reproduksi seksual menghasilkan spora yang disebut askospora
- Askospora dihasilkan dalam suatu struktur usus yang disebut Askus
- Reproduksi aseksual dilakukan dengan mengahsilkan konidia
- Hifanya bersepta
- Contohnya :
Penicillium (penghasil bahan antibiotik penisilin)
Piedraia hortai (penyebab infeksi rambut pada manusia)
Candida albicans (menimbulkan penyakit pada selaput lendir, mulut,
vagina dan saluran pencernaan)
4. Divisio basidiomycotina
- Reproduksi seksual menghasilkan basidiospora
- Reproduksi aseksual membentuk konidium
- Bersifat saprofit dan parasit
- Contohnya : Volvariella volvaceae (jamur merang)
5. Divisio deuterommycotina
- Reproduksi seksual belum diketahui sehingga dikenal sebagai jamur tidar
sempurna (fungi imperfect)
- Reproduksi aseksual dengan konidium seperti pada ascomytina
- Hifanya bersekat (septat)
- Beberapa anggota fungi ini hidup parasit pada manusia atau hewan
- Contonya :
Histoplasma capsulatum
Epidermiphyton floocosum
Epodermiphyton microsporum
Tricophyton
B. Pertumbuhan Mikologi
Purtumbuhan fungi memerlukan nutrien-nutrien dan vitamin-vitamin dari
lingkungannya. Ada fungi yang dapat mensintesis vitaminnya sendiri, misalnya Rhizopus
oligosporus yang menghasilkan vitamin sendiri untuk metabolisme dan pertumbuhannya
(Hesseltine,1965).
Umumnya fungi mengekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan untuk mengurai
subtrat yang kompleks agar memperoleh nutrien-nutrien yang diperlukan. Transportasi
nutrien ke dalam sel fungi dapat berlangsung melalui beberapa cara, antara lain melalui
transportasi aktif. Pertumbuhan fungi pada suatu subtrat ditandai dengan adanya
penambahan massa sel, proses metabolisme yang menyebabkan perubahan subtrat, antara
lain subtrat menjadi lunak, basah, timbul bau, perubahan warna, dan kekeruhan pada
suatu subtrat cair.
Pertumbuhan fungi di alam terjadi dalam keadaan diam, misalnya pada kayu lapuk
atau pada serangga mati dan pertumbuhan khamir pada buah yang mulai membusuk.
Pertumbuhan kapang dan khamir di laboratorium dapat diatur dengan suhu, aerasi, dan
menggunakan pengocokan atau tidak.
Selama pertumbuhan fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukan
lagi dan dikelurkan ke lingkungan. Senyawa tersebut merupakan sutu pengaman bagi
dirinya terhadap serangan organisme lainnya termasuk sesama mikroorganisme. Manusia
memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk
mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Setiap mikroooganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi. Kurva
perutumbuhan pada fungi ada beberapa fase, antara lain :
1. Fase Lag
Yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-
enzim untuk mengurai subtrat.
2. Fase Akselerasi
Yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif
3. Fase Eksponensial
Yaitu fase memperbanyak jumlah sel , aktivitas sel sangat meningkat, dan
fase ini merupakan fase penting dalam kehidupan fungi. Pada fase ini fungi
mendapatkan banyak enzim-enzim.
4. Fase Deselerasi
Yaitu sel-selnya mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa
sel atau senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel.
5. Fase Stasioner
Yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif
seimbang. Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase ini.
Kurva pada fase ini garis lurus horizontal.
6. Fase Kematian Dipercepat
Jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif lebih banyak jumlahnya daripada
sel-sel yang masih hidup.
2. Kelembapan
Pada fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan
dengan kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
dan banyak Hyphomucetes dapat hidup di kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu
80%. Fungi golongan xerofilik dapat bertahan hidup di kelmbapan 70%, seperti
Aspergillus glaucus, Wallemia sebi, dll. Dengan mengetahui sifat kelembapan fungi kita
dapat mencegah kerusakan pada fungi tersebut.
3. Suhu
berdasarkan lingkungan, fungi dikelompokkan menjadi fungi psikrofil, mesofil, dan
termofil. Fungi termofil atau termotoleran (Candida tropicalis, Mucor miehei dan
Paecilomyces variotii) dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi
peningkatan suhu karena metabolisme funginya.
4. Derajat Keasaman Lingkungan
pH subtrat sangat penting bagi fungi karena enzim-enzim tertentu hanya akan
mengurai suatu subtrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi
suka hidup di pH < 7,0. Jenis khamir bahkan tumbuh pada pH yang sangat rendah (4.5
- 5,5).
5. Bahan Kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Misalnya,
natriumbenzoat dimasukka ke dalam bahan pangan sebagai pengawet karena senyawa
tersebut tidak bersifat toksik untuk manusia. Senyawa formalin juga disemprotkan
pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum dijual.
4. Hubungan vagina
5. Darah atau air mani
Infeksi jamur yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu infeksi jamur vagina (vaginitis
monilial/kandidiasis vagina). Infeksi jamur ini terjadi karena pada masa kehamilan tubuh
mengalami begitu banyak perubahan dan sulit bagi tubuh untuk mengikuti perubahan
kimia di vagina. Dimana, di dalam cairan vagina itu lebih banyak mengandung gula yang
membuat vagina menjadi lembab dan menjadi tempat yang nyaman bagi jamur.
Dengan meningkatnya produksi gula, maka mengakibatkan kadar glikogen menjadi
tinggi. Kadar glikogen yang tinggi ini bisa mengubah spora tersebut menjadi hifa dan hifa
inilah yang menyebabkan daerah sekitar vagina menjadi gatal sehingga memicu timbulnya
infeksi jamur. Gejala – gejala yang terjadi pada saat ibu hamil terinfeksi jamur yaitu :
1. Ruam merah, gatal atau iritasi pada bibir vagina
2. Kotoran/fases berubah warna menjadi kehijauan atau kekuningan, mirip dengan
keju cottage dan mungkin berbau seperti ragi/roti.
3. Tekstur keputihan yang biasanya bewarna putih/coklat, berubah menjadi warna
keju cottage dan berbau seperti ragi
Dampak yang terjadi pada bayi yaitu dapat menyebabkan bayi mengalami sariawan
mulut akibat tertelan cairan yang mengandung jamur tersebut. Cara mengatasi agar ibu
hamil dapat terhindar dari infeksi jamur, yaitu :
1. Menjaga daerah sekitar vagina agar tetap kering dan tidak lemab, sehingga
menghambat pertumbuhan jamur dan mencegah infeksi.
2. Segera mengganti pakaian yang berkeringat serta gunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat.
3. Usahakan arah bilas buang air kecil dari depan ke belakang, karena jika dari
belakang ke depan dapat berisiko terinfeksi jamur atau bakteri lainnya.
4. Segera mandi setelah berenang dan ganti baju renang sebelum area vagina
semakin lembab.
Jenis – jenis obat yang dapat membantu mengobati infeksi jamur ini yaitu bisa
berbentuk krim atau salep, seperti :
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena infeksi jamur payudara,yaitu :
1. Selalu menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi agar
jamur maupun bakteri yang menempel pada tangan tidak berpindah pada
payudara.
2. Area payudara dan puting selalu dalam kondisi bersih dan kering
3. Hindari menggunakan bra atau breast pad yang basah dan lembab.
4. Jaga kebersihan payudara dan puting setiap mandi.
5. Batasi penggunaan gula karena jamur atau ragi menyukai gula.
Secara klinis, infeksi jamur dapat digolongkan menurut lokasi infeksinya, yaitu :
1. Mikosis sistemik (infeksi jamur sistemik) terdiri dari deep mycosis (misalnya
aspergilosis, blastomikosis, koksidioidomikosis, kriptokokosis, histoplasmosis,
mukormikosis, parakoksidio-idomikosis, dan kandidiasis) dan sub-cutan mycosis
(misalnya, kromomikosis, mesitoma, dan sporotrikosis).
2. Dermatofit, yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan kuku. Biasanya
disebabkan oleh epidermofiton dan mikrosporum.
3. Mikosis mukokutan, yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatan kulit yang lembap,
biasanya disebabkan oleh Candida.
Menurut indikasi klinis, obat-obat anti jamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Anti jamur untuk infeksi sistemik, termasuk : amfoterisin B, flusitosin, imidazol
(ketokonazol, flukonazol, mikonazol), dan hidroksistilbamidin.
2. Anti jamur untuk infeksi Dermatofit dan Mokokutan, termasuk gresiovulvin, golongan
imidazol, nistatin, tolnaftat, dan antijamur topikal lainnya.
5. Flukonazol (Imidazol)
Flukonazol diindikasikan untuk (1) meningitis kriptokokus pada klien AIDS, (2)
kandidiasis sistemik dan infeksi jamur di saluran nafas dan saluran cerna, (3)
kandidiasis orofaringeal dan, (4) kandidiasis vaginal. Manfaat obat ini yaitu untuk
menghentikan atau menghambat pertumbuhan jamur Candida dan Crytococcus. Obat
ini dapat berupa tablet, kapsul, dan suntik. Efek sampingnya yaitu sakit kepala, nyeri
perut, perubahan pada lidah, pusing, dan diare. Infeksi jamur ini bisa terjadi di bagina,
mulut, tenggorokan, kerongkongan, rongga perut, paru, saluran kemih atau aliran
darah.
6. Flusitosin (Antimetabolik)
Flusitosin adalah 5-fluorotitositn yang merupakan anti jamur sistemik yang dapat
dierikan per oral. Jika flusitosin digunakan bersamaan dengan amfoterisin B dapat
meningkatkan efek terapeutik, demikian pula halnya dalam toksisitas. Efek samping
yang sering dijumpai yaitu mual, muntah dan diare. Mekanisme kerjanya menghambat
sitesa DNA jamur. Obatnya berbentuk kapsul yang diserap cepat dan baik lewat
saluran cerna.
BAB III
PENUTUP
Jamur atau cendawan adalah organisme yang tersebar merata di setiap wilayah, baik di
daerah tropik, subtropik, kutub utara, maupun antartika. Jamur juga ditemukan di darat, perairan
tawar, laut, mangrove, dibawah permukaan tanah, kedalaman laut, maupun udara. Ciri – ciri
fungi selnya bersifat eukariotik uniseluler atau multiseluler, fungi ada yang berukuran
mikroskopis dan makroskopis, fungi bersifat heterotrof, dan menghasilkan nutrisi dengan cara
mengabsorbsi.
Fungi Candida albicans merupakan fungi yang sering terinfeksi pada ibu hamil dan
menyusui. Banyak juga jenis obat yang dapat mengobati infeksi-infeksi yang diakibatkan oleh
jamur/fungi , salah satunya adalah amfoteresin B, nistanin, ketokenazol, dan lain-lain.
REFERENSI
Dr. Lianah, M.Pd. Dasar-Dasar Mikologi. Wonosari, Ngaliyan, Semarang, November 2021, CV.
Alinea Media Dipantara
Prof. Dr. Ir. Ika Rochjatun Sastrahidayat. Mikologi Ilmu Jamur. Malang, April 2011. Elektronik
Pertama & Terbesar di Indonesia.
Indrawati Gandjar, Wellyzar Sjamsuridzal, Ariyanti Oetari. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta,
November 2006. Yayasan Obor Indonesia.
Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes. Farmakologi : pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta 1996.
Buku Kedokteran EGC.