Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sosiologi yang dibina Oleh
Ustad Agus Riyadi
Oleh:
LAILATUR ROFIQOH
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Globalisasi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Globalisasi ini. Dan saya juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Globalisasi ini sehingga saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Globalisasi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan atau
penyatuan seluruh aspek kehidupan di dunia ini. Penyatuan ini dilakukan
melalui upaya penyeragaman yang mendunia meliputi seluruh negara yang
ada. Ketika suatu istilah baru menjadi populer, hal ini seringkali meliputi
suatu perubahan penting sebagai bagian dari dunia ini. Ide baru ini
dibutuhkan untuk menggambarkan kondisi baru. Sebagai contoh, ketika
seorang filsof, Jeremy Bentham mengistilahkan “internasional” pada tahun
1780, dianggap sebagai suatu pencerahan, dari apa yang merupakan
pendalaman dari kenyataan hidup keseharian, yaitu berkembangnya
negara/bangsa dan transaksi yang terjadi melintasi batas di antara
masyarakat di dunia.
Pada tahun 1980, terjadi perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini
dilihat dari perbincangan mengenai globalisasi telah tersebar luas. Istilah
ini kemudian secara cepat menjadi standar kata-kata di berbagai bidang,
baik di lingkungan akademis, jurnalis, politisi, bankir, periklanan,
ekonomi, dan hiburan. Lambat-laun, globalisasi menjadi suatu proses
hubungan sosial secara relatif yang menemukan tidak adanya batasan jarak
dan menghilangnya batasan-batasan secara nyata, sehingga ruang lingkup
kehidupan manusia semakin bertambah dengan memainkan peranan yang
lebih luas di dalam dunia sebagai satu kesatuan tunggal.
1 Ketimpangan Sosial
manusiawi. Beberapa penyebab kemiskinan dan ketimpangan sosial adalah
adanya tingkat pendidikan, tingkat status social dan tingkat moral .Dimana
kedua hal tersebut saling berkaitan.
Disini saya akan membuat mencoba membahas tentang
Kemiskinan dan ketimpangan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Globalisasi?
2. Bagaimana Proses globalisasi Terjadi?
3. Apa saja Aspek-aspek Positif dan Negatif Globalisasi?
4. Bagaimana dan berapa tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial?
5. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya Kemiskinan dan Ketimpangan
Sosial?
C. Tujuan
1. Memahami apa itu Globalisasi
2. Memahami Proses Globalisasi Terjadi
3. Mengetahui Apa saja Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
4. Mengetahui tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial
5. Mengetahui fakto-faktor penyebab terjadinya Kemiskinan dan
Ketimpangan Sosial
BAB II
2 Ketimpangan Sosial
PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi
B. Proses globalisasi
3 Ketimpangan Sosial
20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone)
dengan segala fasilitasnya.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal
dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang
menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara
asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai
diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang
menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur
telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala
internasional serta cabang-cabangnya.
Kalau kita merenungkan kembali krisis ekonomi yang kita alami 10 tahun
lalu, tampaknya kita mempunyai cukup alasan untuk mengatakan bahwa krisis
tersebut telah menimbulkan dampak sosial-ekonomi-politik yang luar biasa bagi
Indonesia. Kendati kinerja ekonomi pascakrisis cenderung membaik, indikator
4 Ketimpangan Sosial
ketimpangan dan kemiskinan menunjukkan bukti adanya eksklusi sosial-ekonomi
bagi kebanyakan manusia Indonesia. Eksklusi tersebut timbul karena redistribusi
pendapatan dan tentunya juga redistribusi kekuatan ekonomi-politik yang
berlangsung secara tiba-tiba dalam perekonomian kita, ketika krisis itu
menghantam (Abdullah, 2007; Kuncoro, 2012). Eksklusi bagi mereka yang sudah
miskin dan mereka yang menjadi miskin karena krisis, tidaklah teatrikal, tapi amat
kasat mata dan nyata. Hasil akhir dari redistribusi tersebut masih terasa sangat
menyesakkan bagi mereka yang berada di bagian bawah dari piramida sosial-
ekonomi.
Berikut ini akan diuraikan beberapa indikator yang sering digunakan oleh
para peneliti untuk mengukur ketimpangan di suatau negara atau daerah.
5 Ketimpangan Sosial
2. Lorenz curves
Indeks gini seringkali ditampilkan bersamaan dengan kurva Lorenz, yang
menggambarkan hubungan antara pangsa kumulatif pendapatan dan
penduduk. G adalah indeks gini yang diturunkan dari kurva Lorenz dengan
cara membagi daerah yang dibatasi oleh garis diagonal dan kurva Lorenz
dengan total daerah pada segitiga yang lebih rendah
6 Ketimpangan Sosial
Dari semua pengukur ketimpangan, indeks gini adalah yang paling sering
dipakai sebagai indikator ketimpangan. Salah satu yang menarik dari
indeks gini ialah pendekatannya yang sangat langsung terhadap ukuran
ketidakmerataan, memuat perbedaan di antara setiap pasangan pendapatan,
yang sejauh ini merupakan ukuran ketidakmerataan ekonomi yang paling
populer. Pada kenyataannya, pasangan-pasangan yang diobservasi yang
dipakai dalam penghitungan Indeks gini digunakan untuk menghasilkan
Kurva Lorenz. Hal ini dilakukan dengan mem-plot pasangan pangsa
(kumulatif) pendapatan dan penduduk dalam sebuah kotak.
7 Ketimpangan Sosial
garis kemiskinan. Ketimpangan (inequality) mendeskripsikan mengenai jurang
antara mereka yang kaya (baca: pendapatan tinggi) dan miskin (baca: pendapatan
rendah) (Taylor, 2012). Bisa jadi kemiskinan turun namun tingkat ketimpangan
dalam suatu masyarakat meningkat. Ini terjadi ketika suatu perekonomian
membaik sehingga mampu membantu si miskin sedikit lebih kaya namun
membuat si kaya semakin kaya. Sebaliknya ketika perekonomian baru menurun,
ketika pasar modal turun drastis, bisa saja si miskin membaik tingkat
pendapatannya, namun banyak pemodal kaya yang mengalami kerugian dari
transaksi di pasar modal, sehingga ketimpangan malah membaik.
8 Ketimpangan Sosial
berujung pada perbuatan kriminal atau kekerasan lainnya (Sismosoemarto, 2012:
478-484).
9 Ketimpangan Sosial
kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan
struktural pertumbuhan modern. Disamping itu, terdapat pendapat yang santer
terdengar di kalangan pembuat kebijakan bahwa pengeluaran publik yang
digunakan untuk menanggulangi kemiskinan akan mengurangi dana yang dapat
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan. Pendapat yang mengatakan bahwa
konsentrasi penuh untuk mengurangi kemiskinan akan memperlambat tingkat
pertumbuhan sebanding dengan argumen yang menyatakan bahwa derajat
ketimpangan yang rendah akan mengalami tingkat pertumbuhan yang juga
lambat.
10 Ketimpangan Sosial
Biasanya penduduk miskin bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan,
dengan mata pencaharian pokok di bidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional, mereka
kebanyakan wanita dan anak-anak daripada laki-laki dewasa, dan mereka sering
terkonsentrasi diantara kelompok etnis minoritas dan penduduk pribumi.
11 Ketimpangan Sosial
Negara-negara berkembang yang berkeinginan untuk mengentaskan
kemiskinan serta menanggulangi ketimpangan distribusi pendapatan haruslah
mengetahui segenap pilihan cara yang tersedia, dan memilih yang terbaik
diantaranya, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Bidang-bidang intervensi
12 Ketimpangan Sosial
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13 Ketimpangan Sosial
normatif hal tentang penghapusan ihwal kemiskinan dan kesenjangan adalah
termasuk hal yang harus dicermati dalam perencanaan pembangunan Ekonomi.
Sebelum mengambil kebijakan, terlebih dahulu pengambil kebijakan harus
mengetahui bagaimana kondisi kemiskinan dan kesenjangan terjadi di dalam
wilayahnya. Salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi kedua hal tersebut
dengan metode statistik pengukur kesenjangan; yakni menggunakan metode
statistik kuantil, desil, kurva lorenz, gini, dan lainnya. Juga dalam mengukur
kemiskinan, terdapat metode berupa penghitungan pendapatan, kemiskinan
absolut, dan yang lain.
Metode penghitungan kemiskinan dalam perkembangannya juga
mengalami banyak penyempurnaan dalam teorinya. Hal ini karena masalah
tentang kemiskinan juga ternyata melibatkan banyak aspek yang
multidimensional.
Selain itu juga masalah kemiskinan dihadapkan dengan karakteristiknya
yang spesifik pada berbagai jenis masyarakat, seperti masyarakat desa, kota,
ataupun golongan gender wanita. Dalam jenis-jenis masyarakat yang berbeda,
kemiskinan dapat ditafsirkan sesuai konteks sosial yang dihadapi.
Dalam strategi pembangunan, diperlukan strategi pertumbuhan yang
inklusif. Inklusif berarti bahwa "trickle down effect" dari pertumbuhan juga harus
dapat dinikmati oleh mereka yang berada dalam golongan income rendah. Dengan
strategi itu diharapkan kemiskinan dan kesenjangan bisa dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
14 Ketimpangan Sosial
https://www.scribd.com/doc/97769933/Makalah-Globalisasi-Kemiskinan-Dan-
Ketimpangan
15 Ketimpangan Sosial