Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGENAL GLOBALISASI DAN


KETIMPANGAN SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sosiologi yang dibina Oleh
Ustad Agus Riyadi

Oleh:
LAILATUR ROFIQOH

MA, NURUL ULUM


PONPES AL-MUBAROK MANDALA
RUBARU - SUMENEP
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Globalisasi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Globalisasi ini. Dan saya juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Globalisasi ini sehingga saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Globalisasi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan atau
penyatuan seluruh aspek kehidupan di dunia ini. Penyatuan ini dilakukan
melalui upaya penyeragaman yang mendunia meliputi seluruh negara yang
ada. Ketika suatu istilah baru menjadi populer, hal ini seringkali meliputi
suatu perubahan penting sebagai bagian dari dunia ini. Ide baru ini
dibutuhkan untuk menggambarkan kondisi baru. Sebagai contoh, ketika
seorang filsof, Jeremy Bentham mengistilahkan “internasional” pada tahun
1780, dianggap sebagai suatu pencerahan, dari apa yang merupakan
pendalaman dari kenyataan hidup keseharian, yaitu berkembangnya
negara/bangsa dan transaksi yang terjadi melintasi batas di antara
masyarakat di dunia.
Pada tahun 1980, terjadi perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini
dilihat dari perbincangan mengenai globalisasi telah tersebar luas. Istilah
ini kemudian secara cepat menjadi standar kata-kata di berbagai bidang,
baik di lingkungan akademis, jurnalis, politisi, bankir, periklanan,
ekonomi, dan hiburan. Lambat-laun, globalisasi menjadi suatu proses
hubungan sosial secara relatif yang menemukan tidak adanya batasan jarak
dan menghilangnya batasan-batasan secara nyata, sehingga ruang lingkup
kehidupan manusia semakin bertambah dengan memainkan peranan yang
lebih luas di dalam dunia sebagai satu kesatuan tunggal.

Kemiskinan, Ketimpangan Sosial tampaknya telah menjadi bagian


dari kehidupan Masyarakat. Kondisi masyarakat yang berbagai macam
dari yang miskin sampai yang kaya dan terlebih lagi dengan perbedaan
sikap dan moral masyarakat berbeda-beda pula, kita harus mempunyai
penyaring (filter) untuk menghadapinya agar kita tidak terlindas oleh
kondisi ketimpangan. Kita harus tetap menjadi manusia yang berjiwa

1 Ketimpangan Sosial
manusiawi. Beberapa penyebab kemiskinan dan ketimpangan sosial adalah
adanya tingkat pendidikan, tingkat status social dan tingkat moral .Dimana
kedua hal tersebut saling berkaitan.
Disini saya akan membuat mencoba membahas tentang
Kemiskinan dan ketimpangan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Globalisasi?
2. Bagaimana Proses globalisasi Terjadi?
3. Apa saja Aspek-aspek Positif dan Negatif Globalisasi?
4. Bagaimana dan berapa tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial?
5. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya Kemiskinan dan Ketimpangan
Sosial?
C. Tujuan
1. Memahami apa itu Globalisasi
2. Memahami Proses Globalisasi Terjadi
3. Mengetahui Apa saja Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
4. Mengetahui tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial
5. Mengetahui fakto-faktor penyebab terjadinya Kemiskinan dan
Ketimpangan Sosial

BAB II

2 Ketimpangan Sosial
PEMBAHASAN

A. Pengertian Globalisasi

Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang globalisasi, alangkah baiknya


kita harus memahami terlebih dahulu pengertian globalisasi. Kamus Bahasa
Inggris Longman Dictionary of Contemporary English, mengartikan global
dengan concerning the whole earth. Maksudnya sesuatu yang berkaitan dengan
dunia internasional atau seluruh alam jagad raya.Sesuatu hal yang dimaksud disini
dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan, atau bahkan sikap yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan yang lebih luas.
Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses dengan mana
kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu
konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.
Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional
bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomi global.
Menurut Prijono Tjjiptoherijanto, konsep globalisasi pada dasarnya
mengacu pada pengertian ketiadaan batas antar negara (stateless). Konsep ini
merujuk pada pengertian bahwa suatu negara (state) tidak dapat membendung
“sesuatu” yang terjadi di negara lain. Pengertian “sesuatu” tersebut dikaitkan
dengan banyak hal seperti pola perilaku, tatanan kehidupan, dan sistem
perdagangan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa “globalisasi”
merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek-
aspeknya ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih besar.

B. Proses globalisasi

Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena


proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya.Di akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai
negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan
transportasi.Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-

3 Ketimpangan Sosial
20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone)
dengan segala fasilitasnya.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal
dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang
menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara
asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai
diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang
menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur
telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala
internasional serta cabang-cabangnya.

C. Aspek-aspek Positif dan Negatif Globalisasi

Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan akan membuat setiap bangsa


menjadi bagian dari sistem nilai dunia. Globalisasi ekonomi memungkinkan
terjadinya sinergi positif antara beberapa kelompok ekonomi dalam negeri dengan
kelompok ekonomi luar negeri.Sinergi ekonomi positif yang berciri multilateral
ini perlu diarahkan untuk tidak mematikan kelompok-kelompok ekonomi yang
sejenis di negara-negara yang beraliansi ekonomi secara multilateral tersebut.
Aspek negatif globalisasi dapat dicontohkan sebagai berikut : Berhadapan
dengan kekuatan global negara-negara dunia ketiga akan sulit mempertahankan
pola produksinya dan sulit meningkatkan taraf hidupnya. Pada umumnya negara-
negara berkembang akan terperangkap dengan hutang-hutangnya yang semakin
lama semakin menggelembung.

D. MENGUKUR KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN

Kalau kita merenungkan kembali krisis ekonomi yang kita alami 10 tahun
lalu, tampaknya kita mempunyai cukup alasan untuk mengatakan bahwa krisis
tersebut telah menimbulkan dampak sosial-ekonomi-politik yang luar biasa bagi
Indonesia. Kendati kinerja ekonomi pascakrisis cenderung membaik, indikator

4 Ketimpangan Sosial
ketimpangan dan kemiskinan menunjukkan bukti adanya eksklusi sosial-ekonomi
bagi kebanyakan manusia Indonesia. Eksklusi tersebut timbul karena redistribusi
pendapatan dan tentunya juga redistribusi kekuatan ekonomi-politik yang
berlangsung secara tiba-tiba dalam perekonomian kita, ketika krisis itu
menghantam (Abdullah, 2007; Kuncoro, 2012). Eksklusi bagi mereka yang sudah
miskin dan mereka yang menjadi miskin karena krisis, tidaklah teatrikal, tapi amat
kasat mata dan nyata. Hasil akhir dari redistribusi tersebut masih terasa sangat
menyesakkan bagi mereka yang berada di bagian bawah dari piramida sosial-
ekonomi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa indikator yang sering digunakan oleh
para peneliti untuk mengukur ketimpangan di suatau negara atau daerah.

1. Size distributions (quintiles, deciles)


Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima
oleh setiap individu atau rumah tangga. Cara mendapatkan penghasilan itu
tidak dipermasalahkan. Oleh karena itu para ekonom cenderung
mengurutkan semua individu berdasarkan pendapatan yang diterimanya,
lantas membagi total populasi kedalam beberapa nkelompok atau ukuran.
Biasanya populasi dibagi menjadi 5 kelompok atau kuantil dan 10
kelompok atau desil.

5 Ketimpangan Sosial
2. Lorenz curves
Indeks gini seringkali ditampilkan bersamaan dengan kurva Lorenz, yang
menggambarkan hubungan antara pangsa kumulatif pendapatan dan
penduduk. G adalah indeks gini yang diturunkan dari kurva Lorenz dengan
cara membagi daerah yang dibatasi oleh garis diagonal dan kurva Lorenz
dengan total daerah pada segitiga yang lebih rendah

3. Gini coefficients and aggregate measures of inequality

6 Ketimpangan Sosial
Dari semua pengukur ketimpangan, indeks gini adalah yang paling sering
dipakai sebagai indikator ketimpangan. Salah satu yang menarik dari
indeks gini ialah pendekatannya yang sangat langsung terhadap ukuran
ketidakmerataan, memuat perbedaan di antara setiap pasangan pendapatan,
yang sejauh ini merupakan ukuran ketidakmerataan ekonomi yang paling
populer. Pada kenyataannya, pasangan-pasangan yang diobservasi yang
dipakai dalam penghitungan Indeks gini digunakan untuk menghasilkan
Kurva Lorenz. Hal ini dilakukan dengan mem-plot pasangan pangsa
(kumulatif) pendapatan dan penduduk dalam sebuah kotak.

Nilai dari indeks gini berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan


bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata terhadap seluruh unit
masyarakat (perfect equality), sedang nilai 1 berarti seluruh pendapatan
hanya dimiliki oleh satu orang atau satu unit saja pada keseluruhan
distribusi (perfect inequality). Ketimpangan yang rendah mempunyai nilai
indeks gini sebesar 0,4 atau di bawahnya. Ketimpangan yang tinggi
apabila mempunyai indeks gini di atas 0,4 dalam distribusinya.
4. Functional distributions
Ukuran ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima
oleh masing-masing faktor produksi. Relevansi teori fungsional kurang
tajam, karena tidak memperhitungkan peranan dan pengaruh kekuatan
diluar pasar.

E. KEMISKINAN, KETIMPANGAN DAN KESEJAHTERAAN


SOSIAL

Wacana tentang ketimpangan dan kemiskinan sering dicampuradukkan


meskipun kedua istilah ini bukan sesuatu yang sama. Kemiskinan umumnya
menunjukkan tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan tertentu. Penduduk
disebut miskin bila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

7 Ketimpangan Sosial
garis kemiskinan. Ketimpangan (inequality) mendeskripsikan mengenai jurang
antara mereka yang kaya (baca: pendapatan tinggi) dan miskin (baca: pendapatan
rendah) (Taylor, 2012). Bisa jadi kemiskinan turun namun tingkat ketimpangan
dalam suatu masyarakat meningkat. Ini terjadi ketika suatu perekonomian
membaik sehingga mampu membantu si miskin sedikit lebih kaya namun
membuat si kaya semakin kaya. Sebaliknya ketika perekonomian baru menurun,
ketika pasar modal turun drastis, bisa saja si miskin membaik tingkat
pendapatannya, namun banyak pemodal kaya yang mengalami kerugian dari
transaksi di pasar modal, sehingga ketimpangan malah membaik.

Gambar 6.1 menunjukkan bagaimana perkembangan pertumbuhan


ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan di Indonesia sejak tahun
2002. Masalah klasik growth versus equity nampaknya terjadi. Ketika
pertumbuhan ekonomi meningkat ternyata ketimpangan pendapatan, yang diukur
dengan indeks gini, juga meningkat, namun kemiskinan cenderung menurun.
Dengan kata lain, makin tinggi pertumbuhan memang jumlah dan tingkat
kemiskinan cenderung menurun, namun ketimpangan antar si kaya dan miskin
cenderung semakin lebar saat pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.

Masalah ketimpangan ini dalam praktik sering memicu kecemburuan


sosial dan kekerasan yang sering terjadi berbagai daerah di Indonesia. Sumber
daya alam yang melimpah di Indonesia seyogyanya mampu memberikan
kesejahteraan masyarakat jika regulasi berpihak kepada rakyatnya. Namun, yang
terjadi sebaliknya kesenjangan terjadi di mana-mana. Misalnya, di daerah yang
miskin dan APBD-nya rendah, para pejabat dan kepala dinasnya mengendarai
mobil-mobil mewah. Tak ketinggalan para kontraktor sebagai mitra kerja Pemda
juga ikut menampilkan gaya hidup mewah di tengah kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Belum lagi perusahaan-perusahaan yang
mengeksploitasi alam secara besar-besaran di daerah, masyarakat di sekitarnya
hanya bisa menjadi penonton, mendorong mulculnya kecemburuan sosial, dan
terus memicu kesenjangan. Akibatnya masyarakat mengalami frustrasi sosial yang

8 Ketimpangan Sosial
berujung pada perbuatan kriminal atau kekerasan lainnya (Sismosoemarto, 2012:
478-484).

Selain ketimpangan dan kecemburuan sosial, kekerasan pada hakekatnya


merupakan persoalan pemenuhan kebutuhan dasar. Studi beberapa ekonom dan
sosiolog dunia tentang kekerasan lebih sering terjadi di negara-negara Afrika dan
negara berkembang. Mereka melakukan kekerasan karena frustasi akibat akses
lapangan kerja yang sangat minim. Akibatnya, mereka tidak bisa mendapatkan
pemenuhan kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari. Pada gilirannya kekerasan
muncul ketika masyarakat tidak tahu lagi ke mana dan bagaimana caranya
memenuhi kebutuhan hidup bahkan untuk yang paling mendasar sekalipun. Oleh
karena itu, pemerintah harus melihat kekerasan sebagai persoalan yang berdiri
sendiri dan sesegera mungkin mengatasinya. Bukan tidak mungkin ketimpangan
dan kemiskinan yang akan dibahas dalam makalah ini merupakan faktor utama
pemicu kekerasan dan tindak kriminal lainnya.

Kemiskinan Absolut: Cakupan dan Ukuran

Sebagian besar proyeksi menyatakan bahwa jumlah orang yang hidup


dalam kemiskinan akan meningkat selama dekade berjalan sebelum menurun
selama sisa abad, dengan harapan akan hilang selamanya dengan bergantinya
abad. Hasil ini sangat tergantung pada dua faktor: pertama, tingkat pertumbuhan
ekonomi—dengan syarat bahwa hal ini berjalan secara berkesinambungan dan
kedua, jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk program-program
pengentasan kemiskinan dan kualitas dari program-program tersebut.
Pertumbuhan yang cepat dan berkesinambungan, serta pengentasan kemiskinan
yang terancang baik dan dilaksanakan tepat waktu benar-benar dapat mengurangi
kemiskinan absolut dengan lebih cepat; namun tanpa kedua faktor ini, tujuan
tersebut tidak akan tercapai sama sekali.

Pertumbuhan dan Kemiskinan

Ada beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dan kemiskinan. Biasanya


banyak yang berpendapat bahwa pertumbuhan yang cepat berakibat buruk kepada

9 Ketimpangan Sosial
kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan
struktural pertumbuhan modern. Disamping itu, terdapat pendapat yang santer
terdengar di kalangan pembuat kebijakan bahwa pengeluaran publik yang
digunakan untuk menanggulangi kemiskinan akan mengurangi dana yang dapat
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan. Pendapat yang mengatakan bahwa
konsentrasi penuh untuk mengurangi kemiskinan akan memperlambat tingkat
pertumbuhan sebanding dengan argumen yang menyatakan bahwa derajat
ketimpangan yang rendah akan mengalami tingkat pertumbuhan yang juga
lambat.

Hubungan yang dekat antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan


yang terjadi diantara golongan miskin tidak begitu saja mengindikasikan
hubungan sebab akibat. Sebagian dari kemajuan yang dinikmati golongan miskin
dapat saja berasal dari pendapatan, pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik
diantara golongan miskin untuk mempercepat pertumbuhan secara menyeluruh.
Lebih lanjut, pengurangan kemiskinan mungkin tanpa pertumbuhan yang tinggi.
Namun apapun sebabnya, yang jelas pertumbuhan dan pengangguran kemiskinan
merupakan dua tujuan yang bisa dicapai secara bersamaan.

Karakteristik Ekonomi Kelompok Masyarakat Miskin

Perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah dan distribusi


pendapatan yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolut yang
parah. Jelas bahwa pada tingkat distribusi pendapatan tertentu, semakin tinggi
pendapatan perkapita yang ada, akan semakin rendah jumlah kemiskinan absolut.
Akan tetapi, tingginya tingkat pendapatan perkapita tidak menjamin lebih
randahnya tingkat kemiskinan absolut. Namun penggambaran kemiskinan absolut
secara garis besar saja tidaklah cukup. Sebelum kita memuaskan program dan
kebijakan-kebijakan yang efektif untuk memerangi sumber-sumber kemiskinan,
perlu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai siapa yang termasuk dalam
kelompok miskin itu, dan apa saja karakteristik ekonomi mereka.

Kemiskinan dan Pedesaan

10 Ketimpangan Sosial
Biasanya penduduk miskin bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan,
dengan mata pencaharian pokok di bidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional, mereka
kebanyakan wanita dan anak-anak daripada laki-laki dewasa, dan mereka sering
terkonsentrasi diantara kelompok etnis minoritas dan penduduk pribumi.

Kaum Wanita dan Kemiskinan

Mayoritas penduduk miskin di dunia adalah kaum wanita. Yang paling


menderita dalam kemiskinan serta kekurangan adalah kaum wanita dan anak-
anak, mereka juga kekurangan gizi, dan mereka pula yang paling sedikit
memerima pelayanan kesehatan, air bersih, sanitasi, dan berbagai bentuk jasa
sosial lainnya. Banyaknya wanita yang menjadi kepala rumah tangga, randahnya
kesempatan menikmati pendidikan, pekerjaan yang layak di sektor formal,
berbagai tunjangan sosial, dan program-program penciptaan lapangan kerja yang
dilancarkan oleh pemerintah. Kenyataan ini turut mempersempit sumber-sumber
keuangan bagi mereka, sehingga posisi mereka secara finansial kurang stabil
apabila dibandingkan dengan pria.

Berbeda dengan di perkotaan, tenaga kerja yang bekerja di pedesan antara


laki-laki dan perempuan cenderung perbedaan persentasenya tidak begitu
signifikan. Hal tersebut mangindikasikan bahwa peluang kerja di pedesaan untuk
perempuan besar sekali, oleh karena itu kaum perempuan tidak mempunyai
kesempatan yang besar untuk bekerja di perkotaan yang kemudian mengalami
kemiskinan.

Etnik Minoritas, Penduduk Pribumi, dan Kemiskinan

Dari berbagai penelitian, sebagian besar penduduk pribumi itu sangat


miskin dan mengalami malnutrisi, buta huruf, hidup dalam lingkungan kesehatan
yang buruk, serta menganggur.

Cakupan Pilihan Kebijakan: Beberapa Pertimbangan dan Pilihan Kebijakan

11 Ketimpangan Sosial
Negara-negara berkembang yang berkeinginan untuk mengentaskan
kemiskinan serta menanggulangi ketimpangan distribusi pendapatan haruslah
mengetahui segenap pilihan cara yang tersedia, dan memilih yang terbaik
diantaranya, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Bidang-bidang intervensi

Dapat diidentifikasi empat bidang luas yang terbuka bagi intervensi


kebijakan pemerintah yang memungkinkan, yang masing-masingnya berkaitan
erat dengan keempat elemen pokok yang merupakan faktor penentu utama atas
baik tidaknya kondisi-kondisi distribusi pendapatan di negara-negara berkembang.
Adapun keempat elemen tersebut adalah:

1. Mengubah distribusi fungsional—tingkat hasil yang diterima dari faktor-


faktor produksi tenaga kerja, tanah, dan modal yang sangat dipengaruhi
oleh harga dari masing-masing faktor produksitersebut, tingkat
pendayagunaannya, dan bagian atau persentase dan pendapatan nasional
yang diperoleh oleh para pemilik masing-masing faktor produksi.
2. Memeratakan distribusi ukuran—distribusi pendapatan fungsional dari
suatu perekonomian yang dinyatakan sebagai distribusi ukuran, yang
disandarkan pada kepemilikan dan penguasaan atas aset produktif serta
keterampilan sumber daya manusia yang terpusat dan tersebar ke segenap
lapisan masyarakat. Distribusi kepemilikan aset dan keterampilan tersebut
pada akhirnya akan menentukan merata atau tidaknya distribusi
pendapatan secara perorangan.
3. Meratakan (mengurangi) distribusi ukuran golongan penduduk
berpenghasilan tinggi melalui pemberlakuan pajak progresif terhadap
pendapatan dan kekayaan pribadi mereka.
4. Meratakan (meningkatkan) distribusi ukuran golongan penduduk
berpenghasilan rendah, melalui pengeluaran publik yang dananya
bersumber dari pajak untuk meningkatkan pendapatan kaum miskin secara
langsung maupun tidak langsung

12 Ketimpangan Sosial
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan masalah yang


sangat penting untuk dicermati dalam tatanan masyarakat yang beradab. Secara

13 Ketimpangan Sosial
normatif hal tentang penghapusan ihwal kemiskinan dan kesenjangan adalah
termasuk hal yang harus dicermati dalam perencanaan pembangunan Ekonomi.
Sebelum mengambil kebijakan, terlebih dahulu pengambil kebijakan harus
mengetahui bagaimana kondisi kemiskinan dan kesenjangan terjadi di dalam
wilayahnya. Salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi kedua hal tersebut
dengan metode statistik pengukur kesenjangan; yakni menggunakan metode
statistik kuantil, desil, kurva lorenz, gini, dan lainnya. Juga dalam mengukur
kemiskinan, terdapat metode berupa penghitungan pendapatan, kemiskinan
absolut, dan yang lain.
Metode penghitungan kemiskinan dalam perkembangannya juga
mengalami banyak penyempurnaan dalam teorinya. Hal ini karena masalah
tentang kemiskinan juga ternyata melibatkan banyak aspek yang
multidimensional.
Selain itu juga masalah kemiskinan dihadapkan dengan karakteristiknya
yang spesifik pada berbagai jenis masyarakat, seperti masyarakat desa, kota,
ataupun golongan gender wanita. Dalam jenis-jenis masyarakat yang berbeda,
kemiskinan dapat ditafsirkan sesuai konteks sosial yang dihadapi.
Dalam strategi pembangunan, diperlukan strategi pertumbuhan yang
inklusif. Inklusif berarti bahwa "trickle down effect" dari pertumbuhan juga harus
dapat dinikmati oleh mereka yang berada dalam golongan income rendah. Dengan
strategi itu diharapkan kemiskinan dan kesenjangan bisa dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Melisa Aulia, 2004. Sosiologi 1, Jakarta :

PT. Galaxy Puspa Mega.

14 Ketimpangan Sosial
https://www.scribd.com/doc/97769933/Makalah-Globalisasi-Kemiskinan-Dan-
Ketimpangan

15 Ketimpangan Sosial

Anda mungkin juga menyukai