OLEH
BAYU INDRA SEPYANA
202110461011155
KELOMPOK 49
NAMA : BAYU INDRA SEPYANA
NIM: 202110461011155
Telah disetujui
Tanggal:
Mahasiswa,
POST PARTUM
A. DEFINISI
1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan,
presentasi belakang serta dengan tenaga ibu sendiri (Saifuddin, 2011).
2. Bentuk Persalinan
Menurut (Prawirohardjo, 2016)Terdapat beberapa bentuk persalinan, diantaranya :
a) Persalinan Spontan Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir.
b) Persalinan Buatan Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan.
3. Etiologi Persalinan
Menurut (Mitayani, 2011) Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti/jelas, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi, namun terdapat beberapa teori yang
mengungkapkan penyebab terjadinya persalinan yang meliputi:
1) Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon
progesterone dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron
menurun.
2) Teori plasenta menjadi tua Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik Dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterhauss).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5) Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecah ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian servik
3) Kadang-kadang ketuban pecah
4) Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar
5) Faktor Persalinan
a) Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, servik dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri
dari : (1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul); (2) Bagian lunak : otot-
otot, jaringan dan ligament-ligame
b) Pintu panggul :
1) Pintu atas panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis
2) Ruang tengah panggul (RTP) = kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
3) Pintu bawah panggul (PBP) = dibatasi symphisis dan arkus pubis, disebut outlet
c) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) = berbeda pada inlet dan outlet Bidang-
bidang :
1) Bidang Hodge I :dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah symphisis
3) Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina Ischiadika kanan dan kiri
4) Bidang Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi oscoccyges
(Widia, 2015 : 16)
d) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama
yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang
mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi lebih kecil serta mendorong mendorong janin dan kantung amneon kearah
segmen bawah rahim dan servik.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotondum
e) Kontraksi Uterus / His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi diluar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis Perubahan-perubahan
akibat His :
Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta menyebabkan servik
menjadi mendatar (affacement) dan terbuka (dilatasi)
Pada ibu rasa nyeri karena iskemia rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan
darah
Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (Bradikardi) dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus diperhatikan dari his :
a) Frekuensi his. Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit
b) Intensitas his, kekuatan his diukur dengan mmHg. Intensitas dan frekuensi kontraksi uterus
bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktivitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan-jalan sewaktu
persalinan masih dini.
c) Durasi atau lamanya his. Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, missalnya
selama 40 detik
d) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak
e) Interval jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampai 3 menit
f) Aktivitas his. Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo His palsu : His palsu
adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot
dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum
kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik
fisik maupun mental.
Menurut (Mitayani, 2011) terdapat beberapa kelainan kontraksi otot rahim yang meliputi:
a) Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi :
Inertia Uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
Inertia Uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat
kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya
terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke
rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania Uteri His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan
reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlangsung dalam waktu 3 jam. Akibat mungkin fatal
Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan 18
Trauma jalan lahir ibu yang luas dsn menimbulkan perdarahan inversion uteri ((3)
Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim
c) Inkoordinasi otot rahim. Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
Faktor usia penderita relative tua
Pimpinan persalinan
Karena induksi persalinan dengan oksitosin
Rasa takut dan cemas
d) Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta, janin merupakan passanger utama dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras
dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran
dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anenchephalus, kelainan letak seperti
letak muka ataupun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau
letak sungsang.
e) Psikologi
Perasaan positif dari kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
realitas “kewanitaan sejati” yaitu muncul rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
Fase laten :
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap akurat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). (Ai Nursiah
dkk, 2014 : 66)
1) Engagement :
Diameter biparietal melewati PAP
Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
Multipara terjadi permulaan persalinan
Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP Flexi ringan
2) Descent (Turunnya Kepala) Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
Tekanan cairan ketuban
Tekanan langsung oleh fundus uteri
Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3) Flexion Majunya kepala mendapat tekanan dari servik, dinding panggul atau dasar panggul,
flexi (dagu lebih mendekati dada)
4) Rotation Internal
Bagian terendah memutar kedepan kebawah symphisis
Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan
PBP)
Terjadi bersama dengan majunya kepala
5) Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul
6) Extension Deflexi kepala, karena sumbu PBP mengarah kedepan dan atas
7) Rotation External Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali kearah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam. Ukuran bahu menempatkan pada
ukuran muka belakang dari PBP.
8) Expulsi Bahu depan dibawah symphisis sebagai hypomoklin, lahir bahu belakang, bahu
depan, badan seluruhnya. (Widia, 2015 : 128)
c) Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras, plasenta menjadi tebal
2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan
dari atas symphisis / fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Tanda-tanda
lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat memanjang, semburan darah
tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2 fase :
(1) Fase pelepasan uri Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang
lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak
uri mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan
tidak ada sebelum uri lahir.
Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
(2) Fase pengeluaran uri
Kutsner : dengan meletakkan tangan serta disertai tekanan pada/diatas symphysis. Tali
pusat ditegangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas.
Klien : sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas.
Diam atau turun atinya lepas.
Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya
belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas. (Ina Kuswanti dkk, 2014 : 199) 4. Kala
IV (kala pengawasan) Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan antara lain :
a) Tingkat kesadaran ibu
b) Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc. pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas
uterus ini dapat dibantu dengan obat-obatan oksitosin. (Dewi Asri dkk, 2012 : 95)
6. Mekanisme persalinan
Menurut (Prawirohardjo, 2016) mekanisme persalinan meliputi sebagai berikut:
a) Turunnya kepala yaitu maksudnya kepala dalam pintu atas panggul dan majunya
kepala.
b) Fleksi, dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar.
c) Rotasi, dalam Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar kedepan bawah symphysis.
d) Ekstensi, Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau deflekasi dari kepala.
e) Rotasi luar, Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
anak.
f) Ekspulsi, Setelah rotasi luar bahu depan sampai bawah symphysis dan menjadi
hypomochilionnya untuk kelahiran bahu belakang menyusul bahu depan dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir sesuai kurve jalan lahir.
7. Komplikasi
Menurut (Mitayani, 2011) komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi
karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya adalah :
2) Persalinan Preterm
3) Vasa Previa
5) Kehamilan Postmatur
6) Persalinan Disfungsional
7) Distosia Bahu
8) Ruptur Uterus
9) Plasenta Akreta
1) Antenatal Care
2) Status paritas
3) Usia
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mitayani, 2011) pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan
kehamilan meliputi:
1. USG
2. Pemeriksaan Hb
9. Penatalaksanaan
Menurut (Saifuddin, 2011) penatalaksanaan yang diberikan untuk persalinan normal yaitu :
a) Penanganan Umum
1) Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu
b) Prinsip Penanganan
1) Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kebersalinan, atau
c) Pengobatan / penanganan
Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr intravena dilanjutkan
dengan 1-3 gr/jam Efeksamping yang ditimbulkan yaitu depresi pernafasan, untuk antidatumnya
berupa calsi gluconas. Golongan andregenic untuk 30 merangsang reseptor pada otot polos uterus
sehingga terjadi relaksasi dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis 0,25
mg diberikan dibawah kulit setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau Ritodin diberikan secara infus
intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam setelah kontraksi hilang dengan dosis
pemeliharaan secara oral 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi
hilang. Selain itu perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.
d) Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada umur kebersalinan
34-38 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan.
e) Pemberian antibiotic Obat oral yang di anjurkan diberikan adalah eritromisin 3 x 500 mg
selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin. Tidak digunakan pemberian ko-
amoksiklaf karena resiko NEC.
f) Cara persalinan Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam bisa
dilakukan episiotomy dari dengan menggunakan forcep mengurangi 31 trauma kepala dan
melindungi kepala janin. Section caesarea tidak memberikan prognosis yang lebih baik bagi
bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk
melakukan section caesarea. Oleh karena itu, section caesarea hanya dilakukan atas indikasi
obstetric. Pada kebersihan letak sunsang 30-34 minggu, section caesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kebersalinan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi
karena morbiditas dianggap sama dengan kebersalinan aterm.
g) Metode kanguru untuk merawat bayi premature Metode kanguru mampu memenuhi
kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip
dengan rahim ibu, sehingga member peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar
(Saifuddin, 2009; Rukiyah, 2010).
h) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu. Pada masa nifas akan mengalami perubahan baik fisik
maupun psikis. Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik untuk ibu
maupun bayi, apabila tidak ditangani segera dengan efektif dapat membahayakan kesehatan
atau kematian bayi ibu ( Rasumawati, 2018 ).
i) Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. Masa
nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi
dalam tiga periode, yaitu:
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan
B. PERIODE
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
1. Perubahan fisik
a. Payudara
peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan
berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak
b. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil.
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
plasenta
lahir
an pusat 2 jari
symphisis
hamil 2 dimasuki 1
minggu jari
8 minggu Normal 30 gr
Sumber: Rustam muchtar, 2015
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar
luka.
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir
minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari
cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat
laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi
rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
e. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,
pp.78-79)
1 Lochea Rubra ( Cruenta) Lochea ini akan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, dan selsel darah desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan
hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu
halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan
yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau).
2 Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
3 Lochea Serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
4 Lochea Alba Cairan putih yang akan terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
5 Lochea Purulenta Ini akan terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah
berbau busuk.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan
pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
g. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah
h. Sistem Gastrointestinal
i. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
j. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-
l. Sistem Imun
m. Sistim Kardiovasculer
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat
pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
(Prawirohardjo S, 2002)
n. Sistim Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil
bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan
ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir,
sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita
yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi
bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.
susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
o. Tanda-tanda vital
2. Perubahan Psikologi
Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan psikologis pada masa
a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan
dilakukan sendiri
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu
2. Taking hold
menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari tenaga kesehatan
karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3. Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
e) Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya yang baru
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu yang
baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan karena parental
love hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau
kehamilan, merasakan gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan
merawat anak.
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu ibu tidak
dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat menyebabkan pingsan akibat
sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena sehabis melahirkan ibu merasa lelah, dan
harus beristirahat. Pergerakan dilakukan dengan miring kanan atau kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan
melakukan aktifitas seperti biasa. Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari
gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. dan Cobalah untuk duduk
di tepi tempat tidur, setelah itu ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri atau bisa pergi
kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik.
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism (NK,
Hutapea, 2013).
Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini menurut Hutapea, (2013)
akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :
Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah baring dulu.
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan kaki, mengangkat tumit,
Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
thrombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar
untuk duduk. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).
ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung.
Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan mobilisasi
dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh bisa berfungsi normal.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
4. Pemeriksaan Khusus
lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
(Saifuddin, 2002)
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu
dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah
perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.
Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi
pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang
air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah
belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang
kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi (Heardman T, 2012)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu
mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah
lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta
colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu.
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB
untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan. Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa
keperawatan :
Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi.
Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu
SDKI 2017
Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan D.0077
Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan karena laktasi F.0019
Ansietas bd tanggung jawab menjadi orang tua D.0080
Gangguan intergritas kulit/jaringan bd luka episiotomi perineum D.0128
Resiko infeksi bd luka episiotomi post partum spontan D.0141
Gangguan pola tidur bd tanggung jawab memberi asuhan pada bayi D.0055
Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa post partum
D.0110
Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI D.0029
3. Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari
asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil
keperawatan berdasarkan SMART,yaitu: S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda). M
:Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau). A :Achievable
(dapat dicapai). R :Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah). T :Time (punya
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 5
batasan waktu yang jelas). Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah: 1. Berdasarkan
prinsip-prinsip ilmiah (rasional). 2. Berdasarkan kondisi klien. 3. Digunakan untuk
menciptakan situasi yang aman dan terapeutik. 4. Menciptakan situasi pengajaran. 5.
Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
Bayu Indra Sepyana
NIM. 202110461011155
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. N
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa
i. Alamat : Gresik
a. Nama : Tn. I
d. Pendidikan Terakhir : S1
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa
Jenis Penolong BB
Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Hidup/
No Persalina Persalina Penyulit Lahi
Partus Partus Hamil Mati
n n r
Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama : -tahun
Pasien mengatakan habis melahirkan jam 13.00 dan yang di rasakan sekarang adalah nyeri
pada bagian kelamaluan serta adanya darah nifas yang membuat tidak nyaman.
b. Menarche : 12 tahun
c. HPHT : 10/04/2021
f. Berat Badan : 57 Kg
h. Tanda-tanda Vital :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut : () merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya () tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya () tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :
b. Wajah :
c. Mata :
d. Hidung :
f. Telinga :
Sebutkan :
g. Leher :
h. Ketiak : :
j. Payudara :
k. Abdomen :
Involusio Uteri
1. Tinggi fundus uteri : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi : () Ya ( ) Tidak
2. Diastasis rektus Abdominis : () < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2 cm
3. Kandung kemih :
4. Keluhan : ( ) Ya () tidak ada
Sebutkan : kontraksi post persalianan
1. Vagina : Bersih
2. Edema : ( ) Ya () tidak
3. Memar : ( ) Ya () tidak
4. Hematom : ( ) Ya () tidak
5. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur (lingkari)
Tanda REEDA
R : Kemerahan :( ) Ya () tidak
E : Bengkak : ( ) Ya () tidak
E : Echimosis : ( ) Ya () tidak
D: Discharge : ( ) Ya () tidak
Serum/Pus/Darah
A : Approximate : () Baik ( ) tidak
6. Kebersihan : () Ya ( ) tidak
7. Lochea :
Jumlah : kurang lebuh 25 cc
Jenis/warna : merah
Konsistensi : cair
Bau : seperti darah menstruasi
8. Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : , Lokasi :
Berapa lama : , Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah Khusus :
9. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :
l. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
m. Masalah Khusus :
1. Eliminasi :
Istirahat : pasien dirumah tidur 7-8 Jam, tidak ada masalah. Pasien di RS kualitas tidurnya
tidak bias tidur karena nyeri hilang timbul.
Kenyamanan :
Latihan : -
Pasien dirumah makan 3-4x/hari makan, nasi sebanyak 1/2 piring dengan lauk ayam,
daging merah, dan sayur sayur seperti bayam. Minum air putih 7-8 gelas
6. Kemampuan Menyusui :-
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis,
berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat.
2. Resiko Infeksi (D.0142) b.d efek prosedur invasif/ luka episiotomi
3. Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075) b.d Involus Uterus, proses pengembalian ukuran
rahim ke ukuran semula d.d Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi no 2, 5, 6,
7, 8, 9
A:
Masalah teratasi, pasien KRS
P:
-
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pengontrolan infeksi 27-12-2021 27-12-2021 jam 14.00
(D.0142) b.d efek keperawatanselama 2x24 Observasi :
jam, Resiko Infeksi 1. Memonit S:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur invasif/ luka or tanda dan gejala infeksi - Pasien mengatakan luka
(D.0142) menurun - Monitor adanya luka 2. Mengkaji jahitan masih nyeri
episiotomi dengan kriteria hasi: - Kaji adanya luka kondisi luka
- Tidak ada tanda-tanda Terapeutik 3. Mencuci O:
infeksi tangan sebelum dan sesudah - Terdapat jahitan pada luka
- Pertahankan teknik aseptik
- Status imune klien tindakan episiotomy pada perineum
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 4. Mengajar - Darah nifas (+)
adekuat tindakan kan pasien dan keluarga tentang - Demam (-)
- Tingkatkan intake cairan gejala infeksi - Kemerahan (-)
- Inspeksi kulit dan mukosa terhadap panas, 5. Menganju
rkan pasien untuk istirahat A:
drainase
Masalah teratasi sebagian
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan P:
gejala infeksi Lanjutkan intervensi no
- Dorong masukan cairan 1,2,3,4,5
- Dorong istirahat
Kolaborasi penggunaan analgetik
28-12-2021 S:
-
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi O:
2. Mengkaji kondisi luka - Terdapat jahitan pada luka
3. Mencuci tangan sebelum dan episiotomy pada perineum
sesudah tindakan - Darah nifas (+)
4. Mengajarkan pasien dan - Demam (-)
keluarga tentang gejala infeksi - Kemerahan (-)
Menganjurkan pasien untuk
istirahat A:
P:
Hentikan intervensi
4. Ketidaknyamanan Saat dilakukan tindakan Terapi Relaksasi 27-12-2021 27-12-2021 jam 14.00
keperawatan 2 x 24 jam (I.09236) - Mengobservasi pasien
Pasca Partum
Status Kenyamanan Observasi - Mengobservasi tinglat S:
(D.0075) b.d Involus Pascapartum (L.07061) - Identifikasi penurunan tingkat energy, nyeri pasien - Pasien mengeluh tidak
meningkat, dengan ketidaknyamanan berkonsentrasi, atau - Memonitot tanda-tanda nyaman karena nyeri di
Uterus, proses
kriteria hasil : gejala lain yang mengganggu kemampuan vital pada pasien perineum
pengembalian ukuran - Meringis (menurun) kognitif - Memberikan pasien
- Kontraksi (menurun) - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah ketenangan ditemoat tidur O:
rahim ke ukuran
- Tekanan darah efektif digunakan misal: pasang penghalang - Tampak meringis
semula d.d Trauma (membaik) - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tempat tidur - Terdapat kontraksi uterus
- Frekusnei nadi tekanan darah, dan suhu sebelum dan - Posisiskan pasien - TD: 110/80 mmHg
perineum selama
(membaik) sesudah latihan senyaman mungkin - N: 89 x/m
persalinan dan - Monitor respons terhadap terapi relaksasi 6. - S: 36,2 c
Terapeutik - RR: 20x/m
kelahiran
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa - TFU 2 jari di bawah pusat
gangguan dengan pencahayaan dan suhu - Luka episiotomy (sayatan
ruang nyaman, jika memungkinkan yang dibuat di perineum)
- Berikan informasi tertulis tentang -
persiapan dan prosedur teknik relaksasi A:
- Gunakan pakaian longgar Masalah teratasi sebagian
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgesic atau tindakan P:
medis lain, jika sesuai Lanjutkan intervensi no. 1, 3, 4,
Edukasi 5, 6
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis. music, nafas
dalam)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
1. Menyediakan lingkungan S:
yang nyaman - Pasien mengatakan sudah
2. Meganjurkan menggunakan lebih nyaman
pakaian yang longgar
3. Memberikan posisi yang O:
nyaman - TD: 100/80 mmHg
4. Menganjurkan pasien rileks - N: 88 x/m
dan merasakan sensasi - S: 36,2 c
relaksasi - RR: 20x/m
5. Menganjurkan sering - Luka episiotomy (sayatan
mengulangi melatih teknik yang dibuat di perineum)
yang dipilih -
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi no. 1, 3, 4,
5, 6
1. S:
nyaman - Pasien mengatakan sudah
2. Meganjurkan menggunakan lebih nyaman dan kondisinya
pakaian yang longgar sudah membaik
3. Memberikan posisi yang
nyaman O:
4. Menganjurkan pasien rileks - TD : 100/80 mmHg
P:
Hentikan intervensi
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.
Saifuddin, A.B dkk. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Edisi I,
Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari Dkk. 2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.