Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN

NORMAL PARTUS+EPISIOTOMI DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

OLEH
BAYU INDRA SEPYANA
202110461011155

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN NORMAL PARTUS + EPISIOTOMI PADA NY. N DI RUANG


BERSALIN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK 49
NAMA : BAYU INDRA SEPYANA
NIM: 202110461011155

TANGGAL PRAKTEK/MINGGU KE : 27 Desember – 01 Januari 2021/ MINGGU


KE 2

Telah disetujui
Tanggal:

Mahasiswa,

(Bayu Indra Sepyana)

Pembimbing Akademik PembimbingLahan,

(Tri Lestari ) (Sunarni,SST.,M.MKes)


LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

A. DEFINISI

1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan,
presentasi belakang serta dengan tenaga ibu sendiri (Saifuddin, 2011).

2. Bentuk Persalinan
Menurut (Prawirohardjo, 2016)Terdapat beberapa bentuk persalinan, diantaranya :

a) Persalinan Spontan Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir.
b) Persalinan Buatan Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan.
3. Etiologi Persalinan
Menurut (Mitayani, 2011) Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti/jelas, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi, namun terdapat beberapa teori yang
mengungkapkan penyebab terjadinya persalinan yang meliputi:

1) Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon
progesterone dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron
menurun.
2) Teori plasenta menjadi tua Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik Dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterhauss).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5) Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecah ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

4. Manifestasi Klinis Persalinan


Menurut (Mitayani, 2011) Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering- 12 sering atau
susah buang air kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit
diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah di uterus (fase labor pain). Servik
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

Menurut (Rahayu, 2016) Tanda-tanda impartu meliputi:

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian servik
3) Kadang-kadang ketuban pecah
4) Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar
5) Faktor Persalinan
a) Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, servik dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri
dari : (1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul); (2) Bagian lunak : otot-
otot, jaringan dan ligament-ligame
b) Pintu panggul :
1) Pintu atas panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis
2) Ruang tengah panggul (RTP) = kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
3) Pintu bawah panggul (PBP) = dibatasi symphisis dan arkus pubis, disebut outlet
c) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) = berbeda pada inlet dan outlet Bidang-
bidang :
1) Bidang Hodge I :dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah symphisis
3) Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina Ischiadika kanan dan kiri
4) Bidang Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi oscoccyges
(Widia, 2015 : 16)

d) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama
yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang
mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi lebih kecil serta mendorong mendorong janin dan kantung amneon kearah
segmen bawah rahim dan servik.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotondum
e) Kontraksi Uterus / His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi diluar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis Perubahan-perubahan
akibat His :
 Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta menyebabkan servik
menjadi mendatar (affacement) dan terbuka (dilatasi)
 Pada ibu rasa nyeri karena iskemia rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan
darah
 Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (Bradikardi) dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus diperhatikan dari his :

a) Frekuensi his. Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit
b) Intensitas his, kekuatan his diukur dengan mmHg. Intensitas dan frekuensi kontraksi uterus
bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktivitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan-jalan sewaktu
persalinan masih dini.
c) Durasi atau lamanya his. Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, missalnya
selama 40 detik
d) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak
e) Interval jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampai 3 menit
f) Aktivitas his. Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo His palsu : His palsu
adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot
dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum
kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik
fisik maupun mental.
Menurut (Mitayani, 2011) terdapat beberapa kelainan kontraksi otot rahim yang meliputi:

a) Inertia Uteri
 His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi :
Inertia Uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
 Inertia Uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat
kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya
terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke
rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania Uteri His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan
reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
 Persalinan Presipitatus
 Persalinan yang berlangsung dalam waktu 3 jam. Akibat mungkin fatal
 Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
 Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan 18
 Trauma jalan lahir ibu yang luas dsn menimbulkan perdarahan inversion uteri ((3)
Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim
c) Inkoordinasi otot rahim. Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
 Faktor usia penderita relative tua
 Pimpinan persalinan
 Karena induksi persalinan dengan oksitosin
 Rasa takut dan cemas

d) Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta, janin merupakan passanger utama dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras
dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran
dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anenchephalus, kelainan letak seperti
letak muka ataupun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau
letak sungsang.

e) Psikologi
Perasaan positif dari kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
realitas “kewanitaan sejati” yaitu muncul rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :

 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual


 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu Sikap negative terhadap persalinan
dipengaruhi oleh : (1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan; (2) Persalinan
sebagai ancaman pada self-image; (3) Medikasi persalinan; (4) Nyeri persalinan dan
kelahiran
f) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
5. Proses Persalinan
Menurut (Prawirohardjo, 2016) proses persalinan meliputi sebagai berikut:

a) Kala I (Kala Pembukaan)


In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai
membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis
servikalis. Kala I pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

 Fase laten :
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
 Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap akurat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). (Ai Nursiah
dkk, 2014 : 66)

b) Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otototot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa mengejan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam. Mekanisme persalinan :

1) Engagement :
 Diameter biparietal melewati PAP
 Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
 Multipara terjadi permulaan persalinan
 Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP Flexi ringan
2) Descent (Turunnya Kepala) Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
 Tekanan cairan ketuban
 Tekanan langsung oleh fundus uteri
 Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
 Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3) Flexion Majunya kepala mendapat tekanan dari servik, dinding panggul atau dasar panggul,
flexi (dagu lebih mendekati dada)
4) Rotation Internal
 Bagian terendah memutar kedepan kebawah symphisis
 Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan
PBP)
 Terjadi bersama dengan majunya kepala
5) Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul
6) Extension Deflexi kepala, karena sumbu PBP mengarah kedepan dan atas
7) Rotation External Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali kearah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam. Ukuran bahu menempatkan pada
ukuran muka belakang dari PBP.
8) Expulsi Bahu depan dibawah symphisis sebagai hypomoklin, lahir bahu belakang, bahu
depan, badan seluruhnya. (Widia, 2015 : 128)
c) Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras, plasenta menjadi tebal
2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan
dari atas symphisis / fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Tanda-tanda
lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat memanjang, semburan darah
tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2 fase :

(1) Fase pelepasan uri Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
 Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang
lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak
uri mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan
tidak ada sebelum uri lahir.
 Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
(2) Fase pengeluaran uri
 Kutsner : dengan meletakkan tangan serta disertai tekanan pada/diatas symphysis. Tali
pusat ditegangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas.
 Klien : sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas.
Diam atau turun atinya lepas.
 Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya
belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas. (Ina Kuswanti dkk, 2014 : 199) 4. Kala
IV (kala pengawasan) Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan antara lain :
a) Tingkat kesadaran ibu
b) Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc. pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas
uterus ini dapat dibantu dengan obat-obatan oksitosin. (Dewi Asri dkk, 2012 : 95)

6. Mekanisme persalinan
Menurut (Prawirohardjo, 2016) mekanisme persalinan meliputi sebagai berikut:

a) Turunnya kepala yaitu maksudnya kepala dalam pintu atas panggul dan majunya
kepala.
b) Fleksi, dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar.
c) Rotasi, dalam Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar kedepan bawah symphysis.
d) Ekstensi, Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau deflekasi dari kepala.
e) Rotasi luar, Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
anak.
f) Ekspulsi, Setelah rotasi luar bahu depan sampai bawah symphysis dan menjadi
hypomochilionnya untuk kelahiran bahu belakang menyusul bahu depan dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir sesuai kurve jalan lahir.

7. Komplikasi
Menurut (Mitayani, 2011) komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi
karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya adalah :

1) Ketuban pecah dini

2) Persalinan Preterm

3) Vasa Previa

4) Prolaps Tali Pusat

5) Kehamilan Postmatur

6) Persalinan Disfungsional

7) Distosia Bahu

8) Ruptur Uterus

9) Plasenta Akreta

10) Inversi Uterus


11) Perdarahan Pasca Partum Dini

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian komplikasi persalinan adalah :

1) Antenatal Care

2) Status paritas

3) Usia

4) Penyakit Penyerta Ibu

5) Jarak tempat tinggal ke RS

6) Rumah Sakit / Instansi yang merujuk

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mitayani, 2011) pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan
kehamilan meliputi:

1. USG

2. Pemeriksaan Hb

9. Penatalaksanaan
Menurut (Saifuddin, 2011) penatalaksanaan yang diberikan untuk persalinan normal yaitu :

a) Penanganan Umum
1) Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu

2) Upaya melakukan konfirmasi umur kebersalinan bayi

b) Prinsip Penanganan
1) Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kebersalinan, atau

2) Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.

c) Pengobatan / penanganan
Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr intravena dilanjutkan
dengan 1-3 gr/jam Efeksamping yang ditimbulkan yaitu depresi pernafasan, untuk antidatumnya
berupa calsi gluconas. Golongan andregenic untuk 30 merangsang reseptor pada otot polos uterus
sehingga terjadi relaksasi dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis 0,25
mg diberikan dibawah kulit setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau Ritodin diberikan secara infus
intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam setelah kontraksi hilang dengan dosis
pemeliharaan secara oral 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi
hilang. Selain itu perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.

d) Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada umur kebersalinan
34-38 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan.
e) Pemberian antibiotic Obat oral yang di anjurkan diberikan adalah eritromisin 3 x 500 mg
selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin. Tidak digunakan pemberian ko-
amoksiklaf karena resiko NEC.
f) Cara persalinan Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam bisa
dilakukan episiotomy dari dengan menggunakan forcep mengurangi 31 trauma kepala dan
melindungi kepala janin. Section caesarea tidak memberikan prognosis yang lebih baik bagi
bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk
melakukan section caesarea. Oleh karena itu, section caesarea hanya dilakukan atas indikasi
obstetric. Pada kebersihan letak sunsang 30-34 minggu, section caesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kebersalinan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi
karena morbiditas dianggap sama dengan kebersalinan aterm.
g) Metode kanguru untuk merawat bayi premature Metode kanguru mampu memenuhi
kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip
dengan rahim ibu, sehingga member peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar
(Saifuddin, 2009; Rukiyah, 2010).
h) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu. Pada masa nifas akan mengalami perubahan baik fisik
maupun psikis. Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik untuk ibu
maupun bayi, apabila tidak ditangani segera dengan efektif dapat membahayakan kesehatan
atau kematian bayi ibu ( Rasumawati, 2018 ).
i) Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. Masa
nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi
dalam tiga periode, yaitu:
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh

melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.

2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu

kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu

3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan

bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

B. PERIODE

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

2. Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

3. Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.


C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan

selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk

bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.

4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi (Bari Abdul, 2000)

D. PERUBAHAN MASA NIFAS

Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang

meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:

1. Perubahan fisik

a. Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena

peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan
berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak

menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

b. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau

uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum

hamil.

1) Proses involusi terjadi karena adanya:

 Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya

hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan

menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai

keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian

dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah

melahirkan.

 Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir

yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan

plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena

kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang


mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan

otot menjadi lebih kecil.

 Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan

otot uterus.

2) Involusi pada alat kandungan meliputi:

 Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter

Involusi TFU Berat Bekas Melekat Keadaan

Uterus Plasenta Cervix


Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik

plasenta

lahir

1 minggu Pertengah 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui

an pusat 2 jari

symphisis

2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm

6 minggu Sebesar 50 gr 2,5 cm Dapat

hamil 2 dimasuki 1

minggu jari

8 minggu Normal 30 gr
Sumber: Rustam muchtar, 2015

3) Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang

tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena

dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan

luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar

luka.

c. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena

setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus

mengecil lagi dalam masa nifas.

d. Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir

minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari

cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat

laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak

kembali.

Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi

rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu

mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.

e. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.

Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau

anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra

berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,

pp.78-79)

1 Lochea Rubra ( Cruenta) Lochea ini akan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, dan selsel darah desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan

hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau

semacam noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu

halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan

yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau).

2 Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi

pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

3 Lochea Serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

4 Lochea Alba Cairan putih yang akan terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

5 Lochea Purulenta Ini akan terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah

berbau busuk.

6 Locheohosis Lochea yang tidak lancar keluarnya.


f. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan

pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus

jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk

memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.

g. Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah

3 minggu post partum.

h. Sistem Gastrointestinal

- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

- Nafsu makan kembali normal.

- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

i. Sistem Urinaria

- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.

- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

j. Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-

4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.


k. Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

l. Sistem Imun

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

m. Sistim Kardiovasculer

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan

aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari

estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat

pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.

Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi

retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan

(Prawirohardjo S, 2002)

n. Sistim Hormonal

1) Oxytoxin

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan

jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan

plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil

bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih

untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan

ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir,

sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,

keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise

anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita

yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.

Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post

partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior

untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron

dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.

3) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu

ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi

bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan

bagi bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan

kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua

hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat

merangsang laktasi.

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air

susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan

penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan

menghasilkan oxytocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.

Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai

permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting

dari puting susu.


Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air

susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.

(Sastrawinata Sulaiman, 1983)

o. Tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Tabel 1.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90

mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg

tingkat disaat persalinan 1 – 3

hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C

Denyut nadi: 60-100 x/menit Denyut nadi: >100 x/menit

2. Perubahan Psikologi

Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan psikologis pada masa

nifas dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Taking in

a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan

tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya karena jahitan

pada perineum, afterpain, haemorroid, kelelahan setelah persalinan

b) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan

c) Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan daripada

dilakukan sendiri

d) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur

e) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya

bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu

tidak berlangsung normal.

2. Taking hold

a) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya

menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi

b) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh

c) Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan dir

d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya

menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam

melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari tenaga kesehatan

karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

3. Letting go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan

perhatian yang diberikan oleh keluarga.


Hal-hal yang terjadi pada fase letting go, yaitu :

a) Bisa mendefinisikan perannya yang baru

b) Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan

c) Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya

d) Phase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun

e) Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya yang baru

f) Perkembangan parental yang positif

Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu yang

baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan karena parental

love hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau

dalam beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi

kehamilan, merasakan gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan

merawat anak.

E. PERAWATAN MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan

kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini

a. Mobilisasi dini pada ibu post partum normal

Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu ibu tidak

dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat menyebabkan pingsan akibat

sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena sehabis melahirkan ibu merasa lelah, dan

harus beristirahat. Pergerakan dilakukan dengan miring kanan atau kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli.

Biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan

melakukan aktifitas seperti biasa. Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari

gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. dan Cobalah untuk duduk

di tepi tempat tidur, setelah itu ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri atau bisa pergi

kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,

mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran

darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism (NK,

Hutapea, 2013).

b. Mobilisasi dini pada ibu postpartum seksio sesarea

Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini menurut Hutapea, (2013)

akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :

Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah baring dulu.

Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,

menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan kaki, mengangkat tumit,

menenangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah

thrombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar

untuk duduk. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).

Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :


 Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa menyebabkan

ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung.

Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat menyebabkan terganggunya fungsi

organ tubuh, aliran darah, serta terganggunya fungsi otot.

 Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap.

 Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan mobilisasi

dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh bisa berfungsi normal.

 Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani jantung.

2. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak

memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran

ASI lebih terjamin.(Winkjosastro, 2006)

3. Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran

penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

 Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu

 Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

 Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

 Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,

lochia alba
 Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.

(Saifuddin, 2002)

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

a. Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu

dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,

protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.

b. Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah

perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.

Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi

pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh

dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.

c. Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva

dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang

air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa

nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah

belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok

memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.

d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang

kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin

dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih

penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi (Heardman T, 2012)

e. Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat

mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau

bila belum berhasil lakukan klisma (Heardman T, 2012)

f. Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras

dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu

mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah

lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta

colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.

g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu.

Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.

h. Cuti Hamil dan Bersalin

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin

selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB

untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada

umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan (Bari Abdul,2000).


j. Pathway

k. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
(Budiyono, 2015).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental sosial dan lingkungan. Pada tahap
pengkajian, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan data sekunder lainnya (Catatan hasil pemeriksaan diagnostik, dan
literatur).
Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalalah diagnosis. Diagnosa keperawatan adalah
terminologi yang digunakan oleh perawat profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan,
tingkat kesehtan, respon klien terhadap penyakit atau kondisi klien (aktual/potensial) sebagai
akibat dari penyakit yang diderita. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memvalidasi
data, menginterprestasikan dan mengidentifikasi masalah dari kelompok data dan merumuskan
diagnosa keperawatan.
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih
strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain dan menuliskan
atau mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap implementasi adalah
tahap melakukan rencana yang telah di buat pada klien. Adapun kegiatan yang ada pada tahap
implementasi ini adalah pengkajian ulang untuk memperbaharui data dasar, meninjau atau
merevisi rencana asuhan yang telah di buat dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 1
direncanakan.
Tahap evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah
dilakukan intervensi keperawatan, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan dengan hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan keperawatan
yang telah di berikan.
Tahap akhir adalah proses dokumentasi, adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan yang telah
dilakukan. Dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan karena berguna untuk
menhindari kejadian tumpang tindih, memberikan informasi ketidaklengkapan asuhan
keperawatan, dan terbinanya koordinasi antar teman sejawat atau pihak lain.
Pemeriksaan fisik dilakukan empat cara yaitu inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi
(IPPA). Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan, memerlukan pencahayaan
yang baik, dan pengamatan yang teliti. Perkusi adalah pemeriksaan yang menggunakan prinsip
vibrasi dan getaran udara, dengan cara mengetuk mengetuk permukaan tubuh dengan tangan
pemeriksa untuk memperkirakan densitas organ tubuh jaringan yang diperiksa. Palpasi
menggunakan serabut saraf sensori di permukaan telapak tangan untuk mengetahui kelembaban,
suhu, tekstur, adanya massa dan penonjola, lokasi dan ukuran organ, serta pembengkakan.
Auskultasi merupakan indra pendengaran, bisa menggunakan alat bantu (stetoskop) ataupun tidak.
Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya suara nafas) atau gerakan organ
(misalnya peristaltik usus). (Debora, 2012).
1. Pengkajian
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons pasien
terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum. Pengkajian awal
mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :
 Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
 Lamanya ketuban pecah dini
 Adanya episiotomi dan laserasi
 Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
 Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
 Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post partum
 Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia uteri, retensi
plasenta. 23 Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi
Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan yang
merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum.
b. Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat
menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel
(fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
c. Pengkajian fisik
 Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda vital tersebut
setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian
periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat
menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat
karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 2
diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post partum.
- Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita
mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal ini
seperti itu jarang terjadi.
- Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu
Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
- Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang
nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
- Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat
atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (> 30
x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
 Kepala dan wajah
- Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.
- Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam. 25
- Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.
- Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
- Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi yang
berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan
bisa beredar secara sistemik.
- Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar
limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.
- Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga
 Pemeriksaan thorak
- Inspeksi payudara - Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi,
perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan. - Kaji kondisi permukaan,
permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit
payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. 26 - Warna kulit, kaji adanya
kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.
- Palpasi Payudara Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak
banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui,
perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada
tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan.
Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah
menyusui.
 Pemeriksaan abdomen
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 3
- Inspeksi Abdomen - Kaji adakah striae dan linea alba. - Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan
dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
- Palpasi AbdomenFundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari. Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2
cm dibawah pusat Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis Hari ke
10 post partum TFU tidak teraba lagi. - Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba
lunak menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan. - Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral
biasanya terdorong oleh bladder yang penuh. - Uterus, setelah kelahiran plasenta,
uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus
yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian
secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014). -
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah memanjang dari
prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.
Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat
dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah 28 dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan
mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
- Keadaan kandung kemih Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih.
Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung
banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
 Ekstremitas atas dan bawah
- Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises sangat
penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan
hormonal. 2
- Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat
menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan adalah
memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan
tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif
dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks patella
mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer
ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan
vitamin B1. Bilagerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre eklamsi.
- Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum
menunjang penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu
hamil dan pasca persalinan.
 Pengkajian status nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data ibu saat
sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai (misal :
konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan. Perawat juga perlu mengkaji
beberapa faktor komplikasi yang memperburuk status nutrisi, seperti kehilangan darah
yang berlebih saat persalinan.
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 4
 Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat
dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di rumah sakit. Ibu
mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.
 Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post partum biasanya
menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues” ditunjukan oleh gejala
menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan oleh
banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu.
Ini adalah bagian normal dari pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini
berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi
nonfungsional atau mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri,
pasien harus diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan. Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa
keperawatan :
 Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
 Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi.
 Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
 Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu

SDKI 2017
 Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan D.0077
 Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan karena laktasi F.0019
 Ansietas bd tanggung jawab menjadi orang tua D.0080
 Gangguan intergritas kulit/jaringan bd luka episiotomi perineum D.0128
 Resiko infeksi bd luka episiotomi post partum spontan D.0141
 Gangguan pola tidur bd tanggung jawab memberi asuhan pada bayi D.0055
 Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa post partum
D.0110
 Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI D.0029

3. Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari
asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil
keperawatan berdasarkan SMART,yaitu: S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda). M
:Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau). A :Achievable
(dapat dicapai). R :Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah). T :Time (punya
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 5
batasan waktu yang jelas). Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah: 1. Berdasarkan
prinsip-prinsip ilmiah (rasional). 2. Berdasarkan kondisi klien. 3. Digunakan untuk
menciptakan situasi yang aman dan terapeutik. 4. Menciptakan situasi pengajaran. 5.
Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.

No Diagnosa Luaran Intervensi


1. Ketidaknyamanan Setalah dilakukan Defenisi : Mengidentifikasi dan
pasca partum tindakan keperawatan merawat ibu segera setelah
berhubungan diharapkan masalah melahirkan sampai dengan enam
dengan involusi tentang ketinyamanan minggu.
uterus, proses pasca partum teratasi Tindakan :
pengembalian dengan kriteria hasil : Observasi :
ukuran rahim ke Definisi : Perasaan - Monitor tanda-tanda vital
ukuran semula nyaman yang - Monitor keadaan lokia (misal :
Definisi : berhubungan dengan warna, jumlah, bau dan bekuan)
Perasaan tidak kondisi setelah - Periksa perineum atau robekan
nyaman yang melahirkan (kemerahan, edema, ekimosis,
berhubungan 1. Keluhan tidak pengeluaran, penyatuan jahitan)
dengan kondisi nyaman menurun - Monitor nyeri
setelah 2. Meringis cukup - Monitor status pencernaan
melahirkan menurun - Monitor tanda human
3. Luka episiotomi - Identifikasi kemampuan ibu
menurun merawat bayi
4. Kontraksi uterus - Identifikasi adanya masalah
meningkat adaptasi psikologis ibu post partum
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologi
tentang latihan senam nifas
- Kontak lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( suhu,pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
- Jelasakan strategi pereda nyeri
- Anjurkan monitor nyeri
secaramandiri
- Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk, mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Nyeri melahirkan Setalah dilakukan Definisi : Mengidentifikasi dan
berhubungan tindakan mengelola pengalaman sensorik atau
dengan keperawatan1 x 24 emosionalyang berkaitan dengan
pengeluaran janin jam diharapkan kerusakan jaringan atau fungsional
masalah tentang nyeri dengan onset mendadak atau lambat
yang dirasakan dapat dan berintensitas ringan hingga berat
teratasi dengan dan konstan.
kriteria hasil : Tindakan :
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 6
Definisi : Observasi :
Tindakan untuk - Identifikasi lokasi, karakteristik,
meredakan durasi, frekuensi, kualitas,
pengalaman sensorik intensitas nyeri
atau emosional yang - Identifikasi skala nyeri
tidak menyenangkan - Identifikasi respon nyeri non verbal
akibat kerusakan - Identifikasi faktor yang
jaringan memperberat dan memperingan
- Melaporkan nyeri nyeri
terkontrol cukup - Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
- Kemampuan - Identifikasi pengaruh budaya
mengenali onset terhadap respon nyeri
nyeri cukup - Identifikasi pengaruh nyeri pada
meningkat kualitas hidup monitor keberhasilan
- Kemampuan terapi komplementer yang sudah
mengenali penyebab diberikan
nyeri meningkat - Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapautik :
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
Akupresur, terapi musik, teknik
imajinasi terbimbing)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
danpemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko Setelah dilakukan Definisi :
Hipovolemia tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
berhubungan diharapkan masalah penurunan volume cairan
dengan tentang intravaskuler
kekuranganintake resikohipovolemia Tindakan :
cairan Definisi : dapat teratasi dengan Observasi :
Berisiko kriteria hasil : - Periksa tanda dan gejala
mengalami Definisi : Kondisi hipovolemia (mis : frekuensi nadi
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 7
penurunan volume cairan meningkat, nadi teraba lemah,
volume cairan intravaskuler, tekanan darah menurun, tekanan
intravaskuler, interstisiel, dan/atau nadi menyempit, turgor kulit
interstisiel intraseluler menurun, membran mukosa kering,
dan/atau - Kekuatan nadi volume urin menurun, hematokrit
intraseluler cukup meningkat meningkat, haus, lemah)
- Turgor kulit cukup - Monitor intake dan output cairan
meningkat Terapeutik :
- Output urin sedang - Hitung kubutuhan cairan
- Keluhan haus - Berikan posisi modifled
meningkat trendelenburg
- Konsentrasi urin - Berikan asupan cairan oral
sedang Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis : NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis : albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
4. Defisit Setalah dilakukan Tindakan :
pengetahuan tindakan keperawatan Observasi : -
berhubungan diharapkan masalah - Identifikasi kesiapan dan
dengan kurang tentang pengetahuan kemampuan menerimainformasi
terpapar dapat teratasi dengan - Identifikasi faktor-faktor yang
informasi kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
Definisi - Perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku
:Ketiadaan atau anjuran hidup bersih dan sehat
kurangnya verbalisasiminat Terapeutik :
informasi kognitif dalam belajar cukup - Sediakan materi dan media
yang barkaitan meningkat pendidikan kesehatan
dengan topik - Kemampuan - Jadwalkan pendidikan kesehatan
tertentu menjelaskan tentang sesuai kesepakatan
suatu topik - Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat
Edukasi :
- Kemampuan
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
menggambarkan
mempengaruhi kesehatan
pengalaman
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sebelumnya yang
sehat
sesuai dengan topik
- Ajarkan strategi yang dapat
cukup meningkat
digunakan untuk meningkatkan
- Perilaku sesuai
perilaku hidup bersih dan sehat
dengan pengetahuan
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pengontrolan infeksi
berhubungan asuhan keperawatan, Observasi :
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 8
dengan trauma faktor resiko infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi -
jaringan/luka pada klien dengan Monitor adanya luka
episiotomi post kriteria hasi: - Kaji adanya luka
partum - Tidak ada tanda- Terapeutik
tanda infeksi - Pertahankan teknik aseptik
- Status imune klien - Cuci tangan setiap sebelum dan
adekuat sesudah tindakan
- Tingkatkan intake cairan
- Inspeksi kulit dan mukosa terhadap
panas, drainase
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Kolaborasi penggunaan analgetik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 9


Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 10
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATANPADA NY. NG1 P0000 Ab000 DENGAN NORMAL PARTUS +


EPISIOTOMIDI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
Bayu Indra Sepyana
NIM. 202110461011155

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU


G1 P000 Ab000 dengan post normal partus
di kaber RS UMM

Nama : Bayu Indra Sepyana NIM202110461011155

Tgl Praktek : 27 / 12/ 2021 Tgl Pengkajian : 27/ 12 / 2021

Ruang Praktek : Kamar Bersalin Rumah Sakit : RSU UMM

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. N

b. No. Rekam Medis : 188xxxx

c. Tanggal Lahir : 03 maret 1997

d. Usia :24 Tahun

e. Pendidikan Terakhir : Dipoloma

f. Pekerjaan : Karyawan Swasta

g. Agama : Islam

h. Suku/bangsa : Jawa

i. Alamat : Gresik

j. No. Telp : 0813-xxxx-xxxx

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)

a. Nama : Tn. I

b. Hubungan dengan klien : Suami

c. Usia :33 Tahun

d. Pendidikan Terakhir : S1

e. Pekerjaan : Karyawan Swasta

f. Agama : Islam

g. Suku/bangsa : Jawa

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


III. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada kemaluan pada luka bekas jahitan , terasa panas seperti disayat
pisau, nyeri hilang timbul, skala nyeri 5, nyeri saat di pakai BAB/BAK dan nyeri saat dibuat
jalan, nyeri tearasa hilang timbul berkurang jika di buat istirahat
P : luka episiotomy
Q : nyeri terasa di sayat sayat
R : bagian jalan lahir
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul
RIWAYAT PERKAWINAN :
Status Menikah : () Ya ( ) Tidak
Menikah : 1 kali, umur 23 Tahun
Lama Pernikahan : 1 Tahun
Lain-lain, sebutkan :
IV. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : -
b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : -
c. Keluhan KB : (-) Ada, sebutkan () tidak ada

V. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :

Jenis Penolong BB
Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Hidup/
No Persalina Persalina Penyulit Lahi
Partus Partus Hamil Mati
n n r
Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama : -tahun

VI. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan habis melahirkan jam 13.00 dan yang di rasakan sekarang adalah nyeri
pada bagian kelamaluan serta adanya darah nifas yang membuat tidak nyaman.

VII. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN


GINEKOLOGI TERDAHULU :

Pasien mengatakan selama hamil ini mengalami mual muntah di trimester 1

VIII. PEMERIKSAAN UMUM :

a. Status Obstetrik : G1 P0000 Ab000

b. Menarche : 12 tahun

c. HPHT : 10/04/2021

d. Keadaan Umum : Cukup

e. Kesadaran : Compos Metis E : 4 V : 5 M : 6

f. Berat Badan : 57 Kg

g. Tinggi Badan : 155 cm

h. Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi :110 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,7 ºCSPO2 98%

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


IX. PEMERIKSAAN FISIK :

a. Kepala :
1. Distribusi rambut : () merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya () tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya () tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :
b. Wajah :

1. Edema wajah :( ) Ya () tidak ada


2. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

c. Mata :

1. Sklera ikterik :( ) Ya () tidak


2. Konjuntiva anemis :( ) Ya () tidak
3. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

d. Hidung :

1. Sekret :( ) Ya () tidak


2. Polip :( ) Ya () tidak
3. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

e. Mulut dan Bibir :

1. Rongga mulut : () bersih ( ) kotor ( ) radang


2. Bibir : () lembab ( ) kering ( ) sianosis
3. Caries gigi :( ) Ya () tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

f. Telinga :

1. Serumen :( ) Ya () tidak ada


2. Sekresi :( ) Ya () tidak ada
3. Keluhan :( ) Ya () tidak ada

Sebutkan :

g. Leher :

1. Kelejar tiroid :( ) membesar () tidak


2. Keluhan : ( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

h. Ketiak : :

1. Kelenjar limfe :( ) membesar () tidak

2. Keluhan :( ) Ya () tidak ada


Sebutkan :

i. Oksigenasi dan ventilasi :

1. Frekuensi pernafasan (RR) : 20 x/m


2. Irama nafas : () reguler ( ) irreguler
3. Suara nafas : () vesikuler ( ) ronchi ( ) wheezing
4. Suara jantung S1-S2 : () normal ( ) murmur ( ) galop
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
5. Capilary refil : () < 3 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah : 110/80 mmhg
7. frekuensi nadi : 110 x/mnt
8. Irama nadi : () reguler ( ) irreguler
9. Keluhan : ( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

j. Payudara :

1. Puting : () eksverted ( ) datar ( ) inverted ( ) lecet


2. Pengeluaran ASI : () Ya ( ) tidak ada
3. Bentuk : () simetris ( ) tidak simetris
4. Teraba : () ada massa ( ) hangat ( ) tidak ada massa
5. Kebersihan : Bersih
6. Keluhan : () Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : Pengeluaran Asi Sedikit, bendungan asi -

k. Abdomen :

Involusio Uteri
1. Tinggi fundus uteri : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi : () Ya ( ) Tidak
2. Diastasis rektus Abdominis : () < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2 cm
3. Kandung kemih :
4. Keluhan : (  ) Ya () tidak ada
Sebutkan : kontraksi post persalianan

Perineum dan Genetalia :

1. Vagina : Bersih
2. Edema : ( ) Ya () tidak
3. Memar : ( ) Ya () tidak
4. Hematom : ( ) Ya () tidak
5. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur (lingkari)
Tanda REEDA
R : Kemerahan :( ) Ya () tidak
E : Bengkak : ( ) Ya () tidak
E : Echimosis : ( ) Ya () tidak
D: Discharge : ( ) Ya () tidak
Serum/Pus/Darah
A : Approximate : () Baik ( ) tidak
6. Kebersihan : () Ya ( ) tidak
7. Lochea :
Jumlah : kurang lebuh 25 cc
Jenis/warna : merah
Konsistensi : cair
Bau : seperti darah menstruasi
8. Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : , Lokasi :
Berapa lama : , Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah Khusus :
9. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

l. Extremitas :

1. Ektremitas Atas :

a) Edema :( ) Ya () tidak


b) Varises :( ) Ya () tidak
2. Ektremitas Bawah :

a) Edema :( ) Ya () tidak


Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
b) Varises :( ) Ya () tidak
c) Tanda Hoffman :( ) + ( ) -
3. Keluhan :( ) Ya () tidak ada
Sebutkan :

m. Masalah Khusus :

1. Eliminasi :

BAK : Pasien mengatkan 1 bak setelah melahirkan

BAB : Pasien mengatakan bab terakhir sebelum MRS

2. Istirahat dan kenyamanan :

Istirahat : pasien dirumah tidur 7-8 Jam, tidak ada masalah. Pasien di RS kualitas tidurnya
tidak bias tidur karena nyeri hilang timbul.

Kenyamanan :

3. Mobilisasi dan latihan :

Mobilisasi : pasien mobilisasi si tempat tidur sesekali ke kamar mandi.

Latihan : -

4. Nutrisi dan cairan :

Pasien dirumah makan 3-4x/hari makan, nasi sebanyak 1/2 piring dengan lauk ayam,
daging merah, dan sayur sayur seperti bayam. Minum air putih 7-8 gelas

Pasien dirumah sakit mendapat diit TKTP

5. Keadaan Psikologis :pasien mengatakan antusias dengan kelahiran sekarang.

6. Kemampuan Menyusui :-

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium : 27 Desember 2021

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


Imunoserologi
22. IgG SARS-Cov19 Non-Reaktif
23. IgM SARS-Cov19 Non-Reaktif

b. Foto Thorax, USG (lain-lain, sebutkan) :


XI. TERAPI (Advice Dokter, dll, sebutkan) :
1. Inf rehidrasi RL 500 cc selanjutnya 20 tpm
PO Asam mefenamat 3x 500
PO Domperidone 3x1
PO Methilergo 3x1
XII. Lain-lain:

Malang, 27 Desember 2021

Bayu indra sepyana

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI SDKI


1. DS: Agen pencedera fisik Nyeri Akut (D.0077) b.d
- Pasien mengeluh nyeri di Agen pencedera fisik d.d
daerah kemaluan mengeluh nyeri, ekspresi
P : nyeri karena tindakan wajah meringis, berposisi
episiotomy pada perineum meringankan nyeri, uterus
Q : nyeri terasa seperti di teraba membulat.
tusuk-tusuk
R : daerah perineum
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
berkurang saat di buat
istirahat
T:
DO:
- Tampak Meringis
- Berposisi meringankan
nyeri
- Uterus teraba membulat
- Gelisah

2. DS : Efek prosedur invasif/ Resiko Infeksi (D.0142)


- Pasien mengatakan nyeri luka episiotomy b.d efek prosedur invasif/
pada daerah kemaluan luka episiotomi
DO :
- Terdapat luka episiotomy
pada perineum
3. DS: Trauma perineum Ketidaknyamanan Pasca
- Pasien mengeluh tidak selama persalinan dan Partum (D.0075) b.d
nyaman karena nyeri di kelahiran Involus Uterus, proses
perineum pengembalian ukuran
DO: rahim ke ukuran semula
- Tampak meringis d.d Trauma perineum
- Terdapat kontraksi uterus selama persalinan dan
- TD : 110/80 mmHg kelahiran
- N : 101 x/menit
- TFU 1 jari di bawah pusat
- PPV 25cc
- Luka episiotomy (sayatan
yang dibuat di perineum)
Diagnosa Prioritas :

1. Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis,
berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat.
2. Resiko Infeksi (D.0142) b.d efek prosedur invasif/ luka episiotomi
3. Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075) b.d Involus Uterus, proses pengembalian ukuran
rahim ke ukuran semula d.d Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


SDKI – SLKI – SIKI

No SDKI SLKI SIKI IMPLEMENTASI EVALUASI


1. N/yeri Akut Saat dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 27-12-2021 27-12-2021 jam 16.00
keperawatan 2x 24 jam (I.08238)
(D.0077) b.d Agen
Tingkat Nyeri (L.08065) Observasi 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
pencedera fisik d.d menurun, dengan kriteria - Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan masih nyeri
hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri kualitas, intensitas nyeri P : nyeri karena tindakan
mengeluh nyeri,
Keluhan nyeri (menurun) - Identifikasi skala nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri episiotomy pada perineum
ekspresi wajah - Meringis (menurun) - Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Mengidentifikasi factor yang Q : nyeri terasa seperti di tusuk-
- Sikap protektif - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperberat dan
meringis, berposisi tusuk
(menurun) memperingan nyeri memperingan nyeri
meringankan nyeri, - Gelisah (menurun) 4. Mengidentifikasi pengaruh R : daerah perineum
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Kesulitan tidur tentang nyeri nyeri pada kualitas hidup S : skala nyeri 4-5
uterus teraba
(menurun) - Identifikasi pengaruh budaya terhadap 5. Memonitor efek samping T : Nyeri dirasakan hilang
membulat. - Uterus teraba membulat respon nyeri penggunaan analgetik timbul
(menurun) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 6. Mengontrol lingkungan yang
- Frekuensi nadi hidup memperberat rasa nyeri (mis.
(membaik) Suhu ruangan, pencahayaan, O:
- Monitor keberhasilan terapi komplementer - TD: 110/80 mmHg
- Pola nafas (membaik) yang sudah diberikan kebisingan)
- Tekanan darah 7. Menjelaskan penyebab, - N: 101 x/m
- Monitor efek samping penggunaan - S: 36,2 c
(membaik) analgetik periode, dan pemicu nyeri
- Pola tidur (membaik) 8. Menganjurkan menggunakan - RR: 20x/m
Terapeutik - TFU: 1jr dibawah pusat
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk analgetik secara tepat
9. Mengajarkan teknik - Meringis
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri A:
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, Masalah nyeri belum teratasi
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain) P:
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa Lanjutkan intervensi no 2, 5, 6,
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, 7, 8, 9
kebisingan)

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
28-12-2021 28-12-2021 jam 14.00

1. Mengidentifikasi skala nyeri S:


2. Memonitor efek samping Pasien mengatakan nyeri sudah
penggunaan analgetik berkurang
3. Mengontrol lingkungan yang P : nyeri karena tindakan
memperberat rasa nyeri (mis. episiotomy pada perineum
Suhu ruangan, pencahayaan, Q : nyeri terasa seperti di tusuk-
kebisingan)
4. Menjelaskan penyebab, tusuk
periode, dan pemicu nyeri R : daerah perineum
5. Menganjurkan menggunakan S : skala nyeri 3-4
analgetik secara tepat T : hilang timbul
6. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri O:
- TD: 110/80 mmHg
- N: 89 x/m
- S: 36,2 c
- RR: 20x/m
- TFU: 1jr dibawah pusat

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


- Meringis berkurang

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi no 2, 5, 6,
7, 8, 9

29-12-2121 29-12-2021 jam 14.00

1. Mengidentifikasi skala nyeri S:


2. Memonitor efek samping Pasien mengatakan nyeri sudah
penggunaan analgetik berkurang
3. Mengontrol lingkungan yang P : nyeri karena tindakan
memperberat rasa nyeri (mis. episiotomy pada perineum
Suhu ruangan, pencahayaan, Q : nyeri terasa seperti di tusuk-
kebisingan)
4. Menjelaskan penyebab, tusuk
periode, dan pemicu nyeri R : daerah perineum
5. Menganjurkan menggunakan S : skala nyeri 2
analgetik secara tepat T hilang timbul
6. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri O:
- TD: 100/80 mmHg
- N: 88 x/m
- S: 36,2 c
- RR: 20x/m
- TFU: 2jr dibawah pusat

A:
Masalah teratasi, pasien KRS

P:

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


Hentikan intervensi

-
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pengontrolan infeksi 27-12-2021 27-12-2021 jam 14.00
(D.0142) b.d efek keperawatanselama 2x24 Observasi :
jam, Resiko Infeksi 1. Memonit S:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur invasif/ luka or tanda dan gejala infeksi - Pasien mengatakan luka
(D.0142) menurun - Monitor adanya luka 2. Mengkaji jahitan masih nyeri
episiotomi dengan kriteria hasi: - Kaji adanya luka kondisi luka
- Tidak ada tanda-tanda Terapeutik 3. Mencuci O:
infeksi tangan sebelum dan sesudah - Terdapat jahitan pada luka
- Pertahankan teknik aseptik
- Status imune klien tindakan episiotomy pada perineum
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 4. Mengajar - Darah nifas (+)
adekuat tindakan kan pasien dan keluarga tentang - Demam (-)
- Tingkatkan intake cairan gejala infeksi - Kemerahan (-)
- Inspeksi kulit dan mukosa terhadap panas, 5. Menganju
rkan pasien untuk istirahat A:
drainase
Masalah teratasi sebagian
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan P:
gejala infeksi Lanjutkan intervensi no
- Dorong masukan cairan 1,2,3,4,5
- Dorong istirahat
Kolaborasi penggunaan analgetik
28-12-2021 S:
-
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi O:
2. Mengkaji kondisi luka - Terdapat jahitan pada luka
3. Mencuci tangan sebelum dan episiotomy pada perineum
sesudah tindakan - Darah nifas (+)
4. Mengajarkan pasien dan - Demam (-)
keluarga tentang gejala infeksi - Kemerahan (-)
Menganjurkan pasien untuk
istirahat A:

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi
4. Ketidaknyamanan Saat dilakukan tindakan Terapi Relaksasi 27-12-2021 27-12-2021 jam 14.00
keperawatan 2 x 24 jam (I.09236) - Mengobservasi pasien
Pasca Partum
Status Kenyamanan Observasi - Mengobservasi tinglat S:
(D.0075) b.d Involus Pascapartum (L.07061) - Identifikasi penurunan tingkat energy, nyeri pasien - Pasien mengeluh tidak
meningkat, dengan ketidaknyamanan berkonsentrasi, atau - Memonitot tanda-tanda nyaman karena nyeri di
Uterus, proses
kriteria hasil : gejala lain yang mengganggu kemampuan vital pada pasien perineum
pengembalian ukuran - Meringis (menurun) kognitif - Memberikan pasien
- Kontraksi (menurun) - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah ketenangan ditemoat tidur O:
rahim ke ukuran
- Tekanan darah efektif digunakan misal: pasang penghalang - Tampak meringis
semula d.d Trauma (membaik) - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tempat tidur - Terdapat kontraksi uterus
- Frekusnei nadi tekanan darah, dan suhu sebelum dan - Posisiskan pasien - TD: 110/80 mmHg
perineum selama
(membaik) sesudah latihan senyaman mungkin - N: 89 x/m
persalinan dan - Monitor respons terhadap terapi relaksasi 6. - S: 36,2 c
Terapeutik - RR: 20x/m
kelahiran
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa - TFU 2 jari di bawah pusat
gangguan dengan pencahayaan dan suhu - Luka episiotomy (sayatan
ruang nyaman, jika memungkinkan yang dibuat di perineum)
- Berikan informasi tertulis tentang -
persiapan dan prosedur teknik relaksasi A:
- Gunakan pakaian longgar Masalah teratasi sebagian
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgesic atau tindakan P:
medis lain, jika sesuai Lanjutkan intervensi no. 1, 3, 4,
Edukasi 5, 6
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis. music, nafas
dalam)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. nafas dalam, peregangan)
29-12-2021 29-12-2021 jam 14.00

1. Menyediakan lingkungan S:
yang nyaman - Pasien mengatakan sudah
2. Meganjurkan menggunakan lebih nyaman
pakaian yang longgar
3. Memberikan posisi yang O:
nyaman - TD: 100/80 mmHg
4. Menganjurkan pasien rileks - N: 88 x/m
dan merasakan sensasi - S: 36,2 c
relaksasi - RR: 20x/m
5. Menganjurkan sering - Luka episiotomy (sayatan
mengulangi melatih teknik yang dibuat di perineum)
yang dipilih -
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi no. 1, 3, 4,
5, 6

29-12-2021 29-12-2021 jam 14.00

1. S:
nyaman - Pasien mengatakan sudah
2. Meganjurkan menggunakan lebih nyaman dan kondisinya
pakaian yang longgar sudah membaik
3. Memberikan posisi yang
nyaman O:
4. Menganjurkan pasien rileks - TD : 100/80 mmHg

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


dan merasakan sensasi - N : 88 x/menit
relaksasi - Luka episiotomy (sayatan
5. Menganjurkan sering yang dibuat di perineum)
mengulangi melatih teknik -
yang dipilih A:
Masalah teratasi, pasien KRS

P:
Hentikan intervensi

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


Daftar Pustaka

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC

Dochterman, dkk. 2008. Nursing Intervension Classification sixth edition. Philadelphia :


Elseiver

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Edisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC

Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.

Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification sixth edition.Philadelphia :


ElseiverNK,Hutapea. 2013. Mobilisasi
DiniPostpartum.Http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39058/4/Cha
pter%20ll.pdf

Prawirohardjo, Sarwono.2002.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP –


SP.

Saifuddin, A.B dkk. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Edisi I,
Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.

Saifudin, Abdul Bari Dkk. 2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga.Jakarta : YBP-SP

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021


Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021

Anda mungkin juga menyukai