A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
1. Premature Rupture Of The Membrane (PROM) : Pecahnya selaput
ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥
37 minggu.
2. Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM) : Pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur
kehamilannya < 37 minggu.
3. Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput
ketuban selama ≥ 24 jam dan belum terjadi onset persalinan
4. Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya selaput ketuban dengan
persalinan. Bervariasi dari 1 – 12 jam tergantung umur kehamilannya
(semakin kurang bulan, periode laten semakin lama ; 85 % kehamilan
cukup bulan dengan KPD memiliki periode laten < 24 jam sedangkan 57
% kehamilan < 37 minggu dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan
atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini.
E.
F. MANIFESTASI KLINIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi,
bau dan pH-nya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine atau secret vagina.
c. Secret vagina ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah
menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alklis). pH air
ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
positif yang palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis
menunjukkan gambaran daun pakis.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ;
a. mudah terjadinya infeksi intra uterin,
b. partus prematur,
c. prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini
yaitu:
a. peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,
b. komplikasi selama persalinan dan kelahiran,
c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).
I. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
3. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
1. PENGKAJIAN
a. Identitas ibu
b. Riwayat penyakit
c. Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan pecahnya ketuban
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
komplikasi
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2) Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3) Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
4) Selaput amnion yang lemah/tipis
5) Posisi fetus tidak normal
6) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek
7) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
e. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
a. Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva
b. Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis
.Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
c. Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna
mukosa gigi,
d. Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
2. Dada / Toraks
a. Inspeksi kesimetrisan dada,jenis oernapasan
torakaabdominal,dan tidak ada retraksi dinding dada.Frekuensi
pernapasan normal.
b. Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan
c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas
normal vesikuler
3. Abdomen
a. Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea
b. Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih
penuh/tidak
c. Auskultasi: DJJ ada/tidak.
4. Genitalia
a. Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately); pengeluaran air ketuban
(jumlah ,warna,bau 0dan lender merah muda kecoklatan .
b. Palpasi : pembukaan serviks(0-4)
5. Ekstrimitas : edema ,varises ad/tidak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas yang berhubungan dengan proses persalinan
b. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur
infasif,pemeriksaan vagina berulang dan rupture membrane amniotic
c. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx TUJUAN/KH NIC
Dx
1 Ansietas yang Tujuan : Ansietas pada ibu dapat 1. Kaji respon psikologi pada kejadian dan ketersediaan
berhubungan teratasi system pendukung
dengaan proses Kriteria hasil : 2. Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak
persalinan a. Mengungkapkan rasa takut direncanakan.
pada keselamatan ibu dan 3. Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan
janin empati.
b. Mendiskusikan perasaan 4. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan janin
tentang kelahiran caesarea 5. Anjurkan ibu dan pasangannya mengungkapkan atau
c. Pasien tampak benar – benar mengekspresikan perasaan
rileks 6. Dukung atau arahkan kembali mekanime koping yang
d. Menggunakan sumber / diekspresikan
system pendukung dengan 7. Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan
efektif seperti jumlah orang yang ada sesuai kenginan ibu.
2 Risiko tinggi infeksi Tujuan : Infeksi tidak terjadi 1. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada
maternal yang Kriteria Hasil : sebelumnya.
berhubungan dengan 1) Klien bebas infeksi 2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya
prosedur infasif, 2) Pencapaian tepat waktu peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau
pemeriksaan vagina dalam pemulihan luka tanpa bau / warna secret vagina.
berulang dan rupture komplikasi 3. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila
membrane amniotic ketuban telah pecah.
4. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai
protocol.
5. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai
indikasi.
6. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahaan.
7. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada pra-
operasi