TENTANG SHOLAT
DISUSUN OLEH :
ABDURROSIT ( 2101030058 )
M MIZWAR HARIS (2101030060 )
Alhamdulillah segala puji syukur hanya untuk Allah dan telah mencurahkan Rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah ini yang berjudul
"Shalat".
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW. Dan keluarganya juga
para sahabatnya serta para pengikut nya yang serta sampai akhir zaman.
Makalah ini adalah makalah yang dapat memotifasi anda untuk memperdalam tentang "shalat".
Kami mencari isi yang tercantum dalam makalah ini dari sumber-sumber yang terkemuka dan dari buku-
buku yang membahas tentang hal yang bersangkutan.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dalam isi, bentuk
maupun susunan kalimatnya akan tetapi berkat bimbingan dan dorangan serta do'a dari berbagai pihak
maka kesulitankesulitan yang kami hadapi, Alhamdulillah dapat teratasi. Namun kami tetap menerima
dan mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca yang menuju ke arah kebaikan dan kesernpurnaan
dalam makalah ini.
Semoga apa yang kami usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para
pembaca umumnya, Amin.
Penulis
BAB I
PENGERTIAN SHALAT
a. ARTI SHALAT
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap jiwa dan raga
kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya, mengagungkan kebesarannya dengan khusyu' dan
ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Shalat adalah ibadah yang paling utarna untuk membuktikan keislaman seseorang. Islam
memandang shalat sebagai tiang agama dan inti sari islam terletak pada shalat, sebab dalarn shalat
tersimpul seluruh rukun agama. Oleh karena itu amalan shalat ini perlu sekali ditanamkan dalam jiwa
anak-anak oleh setiap orang tua. Harus melatih anaknya untuk mengerjakan shalat dan
memerintahkannya kala mereka berusia 7 tahun. Anak harus diperintah umtuk mengerjakan shalat
dengan keras bila mereka telah mencapai usia 10 tahun.
Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda perintahlah anak-anakmu
mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7 tahun dan (dimana perlu) pukullah mereka
meningkat 1 tahun. (H.R. Abu Dawud).
1. Islam.
4. Berakal.
1. suci badannya dari dua hadats; yaitu hadats keeil dan hadats besar.
2. bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis
3. menutup aurat; bagi laki-laki antara pusat dan lutut dan bagi wanita seluruh badannya kecuali
muka dan telapak tangan.
d. RUKUN SHALAT.
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
5. Tertawa berbahak-bahak.
1. Menahan hadats.
2. Melihat kekanan / kekiri.
3. Meludah kemuka, ke kanan atau ke kiri.
4. Memalingkan muka.
5. Memejamkan mata.
6. Menutup mata rapat-rapat.
7. Melihat ke arah langit.
8. Terangkat kepalanya atau menurunkannya dengan sangat di waktu ruku
9. Menahan telapak tangannya dilengan bajunya ketika sedang takbiratul'ihram, ruku atau sujud.
10. Bertolak pinggang ; yakni meletakkan kedua tangannya di atas pinggang.
11. Shalat di kuburan atau biara / gereja.
g. SHALAT BERJAMAAH
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersamasama, sekurang-
kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih fasih bacaannya dan lebih mengerti
tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat jama'ah pada shalat jum'at.
Padahal 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat sendirian.
i. SHALAT QASHAR
Shalat qashar ialah shalat yang diperpendek (diringkaskan). Seorang musafir diperbolehkan
mengqashar shalat fardhu yang empat raka'at menjadi dua raka'at. Adapun shalat maghrib (3 raka'at)
dan shubuh (2 raka'at) tetap sebagaimana biasa.
"Apabila kamu mengadakan perjalanan diatas bumi (didarat maupun dilaut) maka tidak ada halangan
bagimu untuk memendekkan shalat " (Q.S An-Nisa :
101).
1. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki, atau dua marhalal
(yaitu sama dengan 16 farsah). Keterangan ini berdasarkan hadist Nabi saw.
"Pernah Ibnu Umar dan Ibn Abbas r.a. mengqashar dan berbuka dalam perjalanan sejauh
empat burud yaitu enam batas farsakh".
2. Bepergian bukan untuk maksiat.
3. Shalat yang boleh diqashar hanya shalat yang empat raka'at saja, dan bukan shalat qadla.
4. Niat mengqashar pada waktu takbiratul 'ihram.
5. Tidak ma'mun kepada orang shalat yang bukan musafir.
j. SHALAT BAGI ORANG YANG SAKIT
Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal dan ingatanya masih radar.
4. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring seperti tersebut diatas, maka cukup dengan
isyarat, bak dengan kepada maupun dengan mata.
j. SUJUD SAHWI
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam shalat. Cara mengerjakannya
sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir diantara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahiyat akhir
sebelum salam.
B. MACAM-MACAM SHALAT
a. Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
b. Shalat Sunnah
1) Arti Shalat Sunnah
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar dari pada shalat-shalat
yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi Muhammad untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan untuk mengharapkan tambahan pahala.
2) Shalat Sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat
fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
• 2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada sunnat ba'diyah); 2
raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at sesudah shalat zhuhur.
• 2 raka'at 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar tidak ada surmah
ba'diyah).
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qabliyah” dan
sesudahnya disebut "Ba’diyah".
3) Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke masjid, baik pada hari
Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang. Sabda Rasulullah saw.
"Jika salah seorang diantaramu masuk di masjid, maka hendaklah ia shalat dua raka'at
sebelum duduk ".
4) Shalat Sunnah Taubat
Shalat yang disunnahkan, shalat ini dilaksanakan setelah seseorang melakukan dosa atau
merasa berbuat dosa, lalu bertaubat kepada Allah swt.
Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya mengaku bahwa tiada
tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya
seorang hamba yang banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat
madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
9) Shalat Istiqarah
Shalat istiqarah ialah shalat sunnah dua raka'at untuk memohon kepada Allah ketentuan
pilihan yang lebih baik diantara dua hal atau lebih yang belum dapat ditentukan baik
buruknya. Shalat istiqarah lebih utama dikerjakan seperti shalat tahajud yakni dimalam
hari. Hukumnya sunnah muakkad bagi yang sedang menghajatkan petunjuk itu.
Sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : "Tidak akan kecewa bagi orang yang
melaksanakan shalat istiqarah, dan tidak akan menyesal bagi orang yang suka
bermusyawarah dan tidak akan kekurangan bagi orang yang suka berhemat".
(H.R.Thabrani).
10)Shalat Hajat.
Shalat hajat ialah shalat sunnah yang dikerjakan karena mempunyai hajat agar
diperkenankan hajatnya oleh Allah. Shalat hajat dikerjakan dua raka'at, kemudian berdo'a
memohon sesuatu yang menjadi hajatnya. Shalat hajat dilaksanakan dua raka'at sampai
dengan 12 raka'at dengan tiap-tiap dua raka'at satu salam.
"Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah dengan sabar dan
shalat, karena sesungguhnya Allah beserta oring-orang yang sabar". (Q.S. Al-Baqarah.
153).
11) Shalat Tasbih.
Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Kepada
pamannya. Sayidina Abbas Ibnu Muthalib. Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkan,
kalau dapat tiap-tiap malam kalau tidak dapat tiap malam maka sekali seminggu, kalau,
juga tak sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali
dan kalau tak dapat setahun, setidak-tidaknya sekali seumur hidup.
12)Shalat Tahajjud
Shalat Tahjjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam, sedikitnya dua
raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Waktunya sesudah shalat isya sampai
terbit fajar. Shalat dapat disebut tahajjud, dengan syarat apabila dilakukan sesudah
bangun dari tidur malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Hadits Rasulullah saw.
"Perintah Allah turun ke langit dunia diwaktu hingga sepertiga yang akhir dari waktu
malam, lalu berseru: adakah orang-orang yang memohon (berdo'a, pasti akan Ku
kabulkan, adakah orang yang meminta, pasti akan Ku beri dan adakah yang
menharap/memohon ampunan, pasti akan Ku ampuni baginya.
Sampai tiba waktu subuh.
13)Shalat Dhuha
Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik, hukumnya sunnah.
Permulaan shalat Dhuha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta
dan berakhir diwaktu matahari lingsir. Sekurang-kurangnya shalat ini dua raka'at,
sebanyak-banyaknya 8 raka'at.
Dari Zaid bin Arqam r.a. berkata :
‘Abu Hurairah na berkata : " Kekasihku Rasulullah saw berpesan pada saya supaya
berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan dan shalat dhuha dua raka'at, dan shalat witir sebelum
tidur". (H.R.
Bukhari dan Muslim).
BAB II
HIKMAH-HIKMAH SHALAT
Allah adalah Al-Hakim, pemilik hikmah, tidak ada sesuatu yang Dia syariatkan kecuali ia pasti
mengandung hikmah, tidak ada sesuatu dari Allah yang sia-sia dan tidak berguna karena hal itu
bertentangan dengan hikmahNya, dan kita sebagai manusia dengan keterbatasan tidak mungkin
mengetahui dan mengungkap seluruh hikmah yang terkandung dalam apa yang Allah syariatkan dan
tetapkan, apa yang kita ketahui dari hikmah Allah hanyalah sebagian kecil, dan yang tidak kita ketahui
jauh lebih besar, “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra`: 85). Sekecil
apapun dari hikmah Allah dalam sesuatu yang bisa kita ketahui, hal itu sudah lebih dari cukup untuk
mendorong dan memacu kita untuk melakukan sesuatu tersebut karena pengetahuan tentang kebaikan
sesuatu melecut orang untuk melakukannya.
Ibadah shalat yang merupakan ibadah teragung dalam Islam termasuk ibadah yang kaya dengan
kandungan hikmah kebaikan bagi orang yang melaksanakannya. Siapaun yang mengetahui dan pernah
merasakannya mengakui hak itu, oleh karena itu dia tidak akan rela meninggalkannya, sebaliknya orang
yang tidak pernah mengetahui akan berkata, untuk apa shalat? Dengan nada pengingkaran.
Pertama: Manusia memiliki dorongan nafsu kepada kebaikan dan keburukan, yang pertama
ditumbuhkan dan yang kedua direm dan dikendalikan, dan sarana pengendali terbaik adalah ibadah
shalat. Kenyataan membuktikan bahwa orang yang menegakkan shalat adalah orang yang paling minim
melakukan tindak kemaksiatan dan kriminal, sebaliknya semakin jauh seseorang dari shalat, semakin
terbuka peluang kemaksiatan dan kriminalnya.
Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji
dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45).
Dari sini kita memahami makna dari penyandingan Allah antara menyia-nyiakan shalat dengan
mengikuti syahwat yang berujung kepada kesesatan.
Firman Allah, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59).
Kedua: Seandainya seseorang telah terlanjur terjatuh kedalam kemaksiatan dan hal ini pasti terjadi
karena tidak ada menusia yang ma’shum (terjaga dari dosa) selain para nabi dan rasul, maka shalat
merupakan pembersih dan kaffarat terbaik untuk itu.
Rasulullah saw mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang mengalir di depan pintu
rumah salah seorang dari kita, lalu dia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, adakah
kotoran ditubuhnya yang masih tersisa?
Dari Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,.
“Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian di mana dia
mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka
menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah saw bersabda, “Begitulah
perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Dari Ibnu Mas’ud bahwa seorang laki-laki mendaratkan sebuah ciuman kepada seorang wanita, lalu dia
datang kepada Nabi saw dan menyampaikan hal itu kepada beliau, maka Allah menurunkan, “Dan
dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk.” (Hud: 114) Laki-laki itu berkata, “Ini untukku?” Nabi saw menjawab, “Untuk seluruh
umatku.” (Muttafaq Alaihi).
Ketiga: Hidup manusia tidak terbebas dari ujian dan cobaan, kesulitan dan kesempitan dan dalam
semua itu manusia memerlukan pegangan dan pijakan kokoh, jika tidak maka dia akan terseret dan tidak
mampu mengatasinya untuk bisa keluar darinya dengan selamat seperti yang diharapkan, pijakan dan
pegangan kokoh terbaik adalah shalat, dengannya seseorang menjadi kuat ibarat batu karang yang tidak
bergeming di hantam ombak bertubu-tubi.
Firman Allah, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Baqarah: 45).
Ibnu Katsir berkata, “Adapun firman Allah, ‘Dan shalat’, maka shalat termasuk penolong terbesar dalam
keteguhan dalam suatu perkara.”
Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (AlBaqarah: 153).
Ibnu Katsir berkata, “Allah Taala menjelaskan bahwa sarana terbaik sebagai penolong dalam memikul
musibah adalah kesabaran dan shalat.”
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Hudzaefah bahwa jika Rasulullah saw tertimpa suatu perkara yang
berat maka beliau melakukan shalat. (HR. Abu Dawud nomor 1319).
Keempat: Hidup memiliki dua sisi, nikmat atau musibah, kebahagiaan atau kesedihan. Dua sisi yang
menuntut sikap berbeda, syukur atau sabar. Akan tetapi persoalannya tidak mudah, karena manusia
memiliki kecenderungan kufur pada saat meraih nikmat dan berkeluh kesah pada saat meraih musibah,
dan inilah yang terjadi pada manusia secara umum, kecuali orang-orang yang shalat. Orang yang shalat
akan mampu menyeimbangkan sikap pada kedua keadaan hidup tersebut.
Firman Allah, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Al-Ma’arij: 19-23).
Ibnu Katsir berkata, “Kemudian Allah berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang shalat’ yakni manusia dari sisi
bahwa dia memiliki sifat-sifat tercela kecuali orang yang dijaga, diberi taufik dan ditunjukkan oleh Allah
kepada kebaikan yang dimudahkan sebab-sebabnya olehNya dan mereka adalah orang-orang shalat.”
Sebagian dari hikmah yang penulis sebutkan di atas cukup untuk membuktikan bahwa shalat adalah
ibadah mulia lagi agung di mana kita membutuhkannya dan bukan ia yang membutuhkan kita, dari sini
kita mendapatkan ayat-ayat al-Qur`an menetapkan bahwa perkara shalat ini merupakan salah satu
wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi kepada umatnya.
Allah berfirman tentang Isa putra Maryam, “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana
saja aku berada, dan dia mewasiatkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup.” (Maryam: 31).
Allah berfirman tentang Musa, “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaha: 14).
Allah berfirman tentang Ismail, “Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia
adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (Maryam: 55).
Allah berfirman tentang Ibrahim, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40).
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaha: 132).
Wallahu a’lam.
BAB III
KEDUDUKAN SHOLAT
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut
dalam beberapa point berikut ini
1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu
rukun islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu:
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat,
mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan
kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir”. Salah seorang
tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir
kecuali shalat.”
3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat.
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala
perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan
dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan
keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang
kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba
tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat
wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat
akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”
5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan
shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah
memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk
memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala.”