Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRATIKUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR HAMBAT MINIMUN DAN


KADAR BUNUH MINIMUM
DI SUSUN OLEH :
1. KIKIN REZKIYANI ( O1A117152 )
2. MURNIATI ( O1A117160 )
3. NUR KHARISMA AMIN ( O1A117167 )
4. RESKY AMELYA SARI ( O1A117175 )
5. SOPA IMAMA LAELYA MADZIDA ( O1A117183 )
6. WA ODE MUTIARA ( O1A117191)
7. WINDI EGIDIA SAFITRI ( O1A117197)
8. OKTA GANDA SUGITA ( O1A117204)

NILAI LAPORAN TANGGAL DAN PARAF ASISTEN

SARMADHAN SAPUTRA .T

LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
LAPORAN LENGKAP
PENENTUAN KADAR HAMBAT MINIMUN DAN KADAR BUNUH
MINIMUM
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) dan suatu sediaan uji terhadap bakteri
Gram positif dan Gram negatif secara dilusi cair dan padat.
B. TINJAUAN PUSTAKA

Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri gram positif yang


tergolong sebagai bakteri pathogen. Hal tersebut karena S. aureus mampu menghasilkan
enterotoksin ketika bakteri ini tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat dan
protein. Keracunan makanan oleh S. aureus dapat terjadi jika menelan makanan yang
tercemar enterotoksin. Melihat dampak bakteri S. aureus bagi kesehatan manusia, maka
perlu dilakukan suatu pengendalian terhadap pertumbuhan bakteri tersebut.
Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme.
Upaya pengendalian aktivitas mikroorganisme pada umumnya menggunakan senyawa
antimikroba/antibakteri dan antiseptik yang berasal dari bahan-bahan kimia sintetik
yang justru dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan

( Retnowati dkk., 2016).

Zat antimikroba adalah zat yang dapat digunakan untuk mengganggu


pertumbuhan atau metabolisme mikroba. Berdasarkan aktivitasnya, zat antimikroba
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu aktivitas bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan
bakteri yang memiliki akivitas terbentuknya zona being atau zona hambat disekitat
kertas cakam ( Saskiawan dan Nur., 2015 ).

KHM didefinisikan sebagai kosentras terendah ekstrak yang dpat menghambat


pertumbuhan bakteri selama 24 jam terlihat dari mikroorganisme setelah massa inkubasi
(Rakasiwi dan Soeghardjo., 2014 ).Sedangkan (KBM) Kadar Bunuh Minimum
didefnisikan sebagai kosentarasi terendah yang mampu membunuh seluruh
pertumbuhan bakteri dan ditetapkan pada kosentrasi yanng memberikan zona jernih
tampa pertumbuhan bakteri pada media dengan pengamatan secara visual ( Efendiy dan
Triana., 2013).
MIC digunakan oleh laboratorium klinis terutama untuk mengkonfirmasi
perlawanan; MIC juga diguanakan sebagai alat penelitian untuk menentukan aktivitas
agen antimikroba baru dan breakpoints MIC. Namun ada kurangnya pedoman dan
metodologi tes untuk biosida yang menggambarkan profil kerentanan atau ketahanan -
dengan MIC memecah poin - yang mirip dengan pedoman klinis dan Laboratorium
Standards Institute . Namun, berbagai peneliti telah menganalisis distribusi nilai-nilai
MIC biosida terhadap isolat klinis dan data terbatas yang disediakan berkaitan dengan
multidrug organisme resisten (Vijayakumar dkk., 2016 ).

Metode dilusi dilakukan dengan memasukan sejumlah zat antimikroba kedalam


medim padat atau cair,. Medium akhirnya diinokulasikan dengan mikroba yang diuji
dan diinkubasi. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak
jumlah zat yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba
yang di uji ( Karta dan Burhannuddin., 2017 ).
Pembahasan

Zat antimikroba adalah zat yang dapat digunakan untuk mengganggu pertumbuhan atau
metabolisme mikroba. Berdasarkan aktivitasnya, zat antimikroba dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu aktivitas bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan bakteri yang
memiliki akivitas terbentuknya zona being atau zona hambat disekitar kertas cakam.
KHM didefinisikan sebagai kosentras terendah ekstrak yang dpat menghambat
pertumbuhan bakteri selama 24 jam terlihat dari mikroorganisme setelah massa inkubasi
Sedangkan (KBM) Kadar Bunuh Minimum didefnisikan sebagai kosentarasi terendah
yang mampu membunuh seluruh pertumbuhan bakteri dan ditetapkan pada kosentrasi
yanng memberikan zona jernih tampa pertumbuhan bakteri pada media dengan
pengamatan secara visual.

Percobaan yang kami lakukan menggunakan dua metode yaitu metode dilusi cair
dan metode dilusi padat dengan sampel yang berbeda-beda. Dalam metode dilusi cair
menggunakan sampel antidisenfektan seperti vixal, wipol, super pel, harpic, bebekcloset
dan wpc serta menggunakan alat tabung reaksi dengan konsentrasi yang juga berbeda-
beda dimasing-masing sampel. Konsentrasi yang digunakan 50, 25, 12,5, 6,25, 3,125,
dan 1,5625. Sampel vixal disetiap konsentrasi tidak terjadi penghambatan atau tidak
mendapatkan hasil, kedua sampel wipol dikonsentrasi 50 dan 25 hasilnya positif ini
artinya berhasil menghambat bakteri atau tidak ada pertumbuhan bakteri dengan tanda
airnya keruh sedangkan dikosentrasi 12,5, 6,25 dan 3,125 hasilnya negatif ini artinya
tidak berhasil menghambat bakteri atau adanya pertumbuhan bakteri, ketiga sampel
Super pel dan Sampel bebekcloset terdapat di semua kosentrasi hasilnya positif ini
artinya berhasil menghambat bakteri atau tidak ada pertumbuhan bakteri dengan
tandanya airnya keruh, keempat sampel dan disampel harpic dan wpc terdapat
dikosentrasi 50 dan 25 hasilnya negatif ini artinya tidak berhasil menghambat bakteri
atau adanya pertumbuhan bakteri sedangkan dikosentrasi 12,5 , 3,125 dan 1,5625
hasilnya positif ini artinya berhasil menghambat bakteri atau tidak ada pertumbuhan
bakteri dengan tandanya airnya keruh.

Metode kedua yang kami lakukan metode dilusi padat sampelnya yaitu wipol, super
pel, harpic, bebekcloset dan wpc, menggunakan bakteri EC(Escherichia coli),
ST(Streptococcus Thermophillus) dan SA( Streptococcus Aureus). Menggunalan alat
cawan petri dengan konsentrasi 12,5, 6,25 dan 3,125. Pertama bakteri EC dengan semua
sampel(wipol,super pel,harpic, bebekcolset dan wpc) didapatkan hasil yaitu sampel
wipol terdapat dikonsentrasi 12,5 didapatkan hasil negatif sedangkan konsentrasi 6,25
dan 3,125 hasilnya positif, kedua sampel super pel, harpic dan wpc didapatkan hasil
positif disetiap konsentrasi dan sampel bebek closet didapatkan hasil negatif disetiap
konsentrasi. Kedua bakteri ST dengan semua sampel(wipol,super pel,harpic,
bebekcolset dan wpc) didapatkan hasil yaitu sampel wipol, super pel, harpic, dan wpc
hasilnya positif disetiap konsentrasi dan sampel bebekcloset hasilnya negtif disetiap
konsentrasi. Dan ketiga bakteri SA dengan semua sampel(wipol,super pel,harpic,
bebekcolset dan wpc) didapatkan hasil yaitu sampel wipol, super pel, harpic, dan wpc
hasilnya positif disetiap konsentrasi dan sampel bebekcloset hasilnya negtif disetiap
konsentrasi.

Manfaat penentuan khm dan kbm uji dalam bidang farmasi yaitu dapat mengetahui
dan memamahami cara menentukan khm dan kbm terhadap sampel disinfektan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatdaripercobaaniniyaitu

a) Disolusicair
Padadisolusicairsampel yang digunakanyaitu super
pelaktifmenghambatpertumbuhanbakteri SA dan ST yang
ditandaidenganadnayakekeruhanpadadesinfektan yang digunakanpadatabungreaksi
b) Disolusipadat
Padadisolusiinisampel super pelaktifmenghambatbakteri EC, ST dan SA

Anda mungkin juga menyukai