SKRIPSI
Oleh :
AKHMAD ARIFIN
NIM : 093111228
1
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 093111228
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali
menyatakan,
2
3
NOTA PEMBIMBING Semarang, 4 Juni 2011
Kepada
Y
t
h
.
D
e
k
a
n
F
a
k
u
l
t
a
s
T
a
r
b
i
y
a
h
I
A
I
N
W
a
l
4
i A ptitude
s l Treatment
o - Interaction
n Q (ATI) Siswa
g u Kelas IV MI
o r Kebonharjo
a Patebon
d n Kendal Tahun
i Pelajaran
H 2010/2011.
S a A
e d k
m i h
a t m
r s a
a M d
n e
g l A
. a r
l i
u f
Assalamu alaikum Wr. Wb. i i
M n
dengan : P 1
Judul : e 1
Jurusan Program e 2
Studi l 8
a P
j e
Na a n
ma r d
NI a i
M n d
i
A k
5
a i
n d
i
A k
g a
a n
m
a A
g
I a
s m
l a
a
m I
s
P l
e a
n m
d .
Pembimbing I,
Rosidi, M.SI
NIP.197701312006041
011
6
ABSTRAK
Judul : Meningkatakn Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model
Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011
Penulis : Akhmad Arifin
NIM : 093111228
7
2. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari
data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
3. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari
data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan
siklus II 89,27.
8
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5043 b/ U/ 1987 tertanggal 22
Januari 1998
A. Huruf Hijaiyah
t Kha Kh -
Dal D -
j Zal Z Z dengan titik atas
J Ra R -
J Za' Z -
O Sin S -
o Syin Sy -
e gain G -
Fa F -
Qaf Q -
Kaf Kh -
J Lam L -
Mim M -
0 Nun N -
9
J Wawu W -
Ha H -
f Hamzah Koma lurus miring
LS Ya Y -
S Ta' marbutah H Dibaca ah ketikamawquf
s... Ta' marbutah t/ h Dibaca ah/ at mawquf
B. Vokal Pendek
10
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan sanjung penulis panjatkan hanya kepada
Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan bimbingan kepada mahluknya tanpa
terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi besar Muhammad saw beserta
Syukur Alhamdulilah skripsi ini, dapat diselesaikan setelah melewati waktu yang panjang
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011."
7. Rosidi, M.SI selaku pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan penulis pada
penyusunan skripsi ini
8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
9. Kepada orang tua dan isteriku tercinta yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan
studi dan anakku yang baru lahir.
10. Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah memberikan ijin penelitian
11. Kolaborator dan siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah membantu
penelitian penulis.
12. Rekan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan semua pihak yang
11
Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah membantu dan
memotivasi dalam pembuatan skripsi ini, mendapatkan limpahan rahmat dan amal baiknya
Apabila ada yang berbeda dengan hasil penulis didalam skripsi ini, maka itu merupakan
ragam pemikiran yang barangkali dapat merupakan rahmah sebagai hazanah keilmuan. Tulisan ini
Apabila pembaca mendapatkan bahwa ada beberapa hal yang belum dikupas dalam
skripsi ini maka merupakan peluang bagi semua pihak untuk memperluas wawasan tentang tema
dari penelitian ini. Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................................................ii
PENGESAHAN...........................................................................................................................iii
NOTA PEMBIMBING................................................................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................................................v
TRANSLITERASI......................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ix
DAFTAR ISI................................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
TINDAKAN
13
27. Subjek Penelitian................................................................................................29
J. Indikator Keberhasilan........................................................................................45
2010/2011
33. Hasil Penelitian Tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-
Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV
MI Kebonharjo
37. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment
2010/2011........................................................................................................... 58
BAB V PENUTUP
38. Simpulan.............................................................................................................64
39. Saran-saran..........................................................................................................65
40. Penutup................................................................................................................66
14
DAFTAR PUSTAKA RPP
15
DAFTAR TABEL
TABEL
41. Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 47.
42. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
43. Aktivitas Belajar Siswa Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus I, 51
44. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
45. Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus II, 56
46. Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
Kendal, 58
47. Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment
16
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
49. Histogram Keaktivan Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
50. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
51. Presentase Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Pra Siklus sampai Siklus II, 61
52. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Berdasarkan Kelompok dari Pra
17
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal berbasis keislaman, karena melalui
sebuah proses pembelajaranlah terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan
pendidikan. Tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai apabila tercipta sebuah proses
pembelajaran yang berkualitas. Pada tingkat mikro, guru mata pelajaran Al Quran dan Hadits akan
bertanggung jawab secara penuh dalam sebuah proses pembelajaran agar tercipta suasana
pembelajaran yang interaktif, efektif, dan berkualitas. Pada tingkat makro sebuah lembaga
pendidikanlah yang bertanggung jawab dalam pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas,
yaitu yang dapat memberikan kontribusinya dalam penciptaan proses pembelajaran nantinya.
pendidikan. Sebuah proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil atau tidaknya dapat diukur
melalui dua hal, yang pertama ialah nilai atau kompetensi yang diperoleh peserta didik dan kedua
perubahan tingkah laku peserta didik yang dapat dilihat. 1 Nilai dapat diukur jika setelah adanya
proses pembelajaran pada peserta didik terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai yang
diperoleh sebelumnya. Perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses pembelajaran
tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik atau siswa tersebut. Menurut Catharina Tri
Anni dan kawan-kawan pada proses pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan pada tujuan pembelajaran.
2
Tri Ani. Catharina, Teori Pembelajaran, (Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006),
hlm. 5
1 Nana Sudjana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
hlm. 37.
18
bernegara. Pada dasarnya tujuan Al-Quran Hadits ialah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat,
kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru untuk memilih dan menggunakan
model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa perlu ditingkatkan. Kemampuan guru untuk
berkreasi dan improvisasi sangat diperlukan pada interaksi belajar mengajar, agar tercipta suasana
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran demikian diharapkan mampu
menjadi basis pembelajaran Al-Quran Hadits yang mengacu tercapainya hasil belajar peserta didik
secara maksimal.
ditinjau dari guru yang kurang menguasai materi, metode dan media yang digunakan kurang tepat,
serta model pembelajaran yang masih konvensional. Model pembelajaran tersebut sebaiknya tidak
diterapkan lagi dalam pembelajaran. Guru Al-Quran Hadits pada waktu mengajar bukan saja
menggunakan metode ceramah atau bercerita dan berdiri di depan kelas, tetapi lebih dari sekedar
itu, yaitu bagaimana teknik, strategi, dan metode guru untuk mengkomunikasikan pesan atau
materi pelajaran, berinteraksi dan mengorganisir, serta berusaha secara maksimal mengelola
peserta didik sehingga berhasil dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kreativitas penerapan metode pembelajaran yang canggih, keterlibatan emosional serta intelektual
pada setiap aktivitas belajar terutama pembelajaran Al-Quran Hadits, akan memiliki nuansa
kebermaknaan belajar yang tinggi bagi penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung
pembelajaran Al-Quran Hadits akan tercapai apabila seorang guru mata pelajaran Al-Quran Hadits
19
secara baik. Metodologi pembelajaran merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang model atau
metode yang digunakan pada pekerjaan mendidik.2 Kegagalan guru ketika mengajar tidak sedikit
disebabkan kurang mampunya guru menciptakan suasana belajar yang kreatif, di mana siswa
bergairah untuk belajar, memiliki kreativitas dan tanggung jawab untuk belajar secara mandiri,
serta mencapai kompetensi belajar yang diinginkan. Guru yang baik dan profesional tentu akan
Dipilihnya mata pelajaran Al-Quran Hadits pada penelitian ini berdasarkan wawancara
penulis dengan guru disebabkan karena kondisi pembelajaran mata pelajaran ini mengalami
kendala rendahnya minat belajar peserta didik dan menurunnya prestasi belajar siswa. Dalam
konteks pembelajaran di madrasah, mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan mata pelajaran
penting sebagai dasar bagi peserta didik untuk menguasai rumpun mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Hal ini mengakibatkan guru berupaya untuk mencari solusi alternatif terhadap
Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 penulis mengamati bahwa peroses pembelajarannya di
kelas IV masih bersifat konvensional. Guru mata pelajaran Al-Quran Hadits masih menggunakan
metode ceramah, sehingga gurunya saja yang aktif. Siswa hanya duduk mendengarkan, jika sudah
bosan kemudian dengan teman yang lain, atau sering ijin keluar dengan alasan ke belakang.
Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar sehingga nilai rata-
rata mata pelajaran Al-Quran Hadits peserta didik Kelas IV di bawah KKM. KKM yang ditetapkan
Tahun Pelajaran 2010/2011 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran
Hadits peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran
2 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), hlm. 65.
20
Problematika pembelajaran Al-Quran Hadits di atas sangat penting untuk segera
dipecahkan, terutama untuk semester berikutnya. Karena mata pelajaran Al-Quran Hadits
merupakan pelajaran yang sangat esensial peranan dan kedudukannya baik perkembangan
kepribadian peserta didik secara mikro dan bagi nama baik lembaga sekolah (MI Kebonharjo
kelas (PTK) pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal
karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar. 3 Menurut
Nur, pendekatan ini dikembangkan pertama kali oleh Cronbath & Snow tahun 1999 berdasarkan
asumsi bahwa "optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian
pelajaran Al-Quran Hadits disebabkan model pembelajaran ATI memiliki kekuatan yang positif
dan sinergi yang mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik kearah perubahan yang kreatif
dan dinamis, mendorong minat dan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran. Berdasarkan
teori tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ATI mampu
diberikan secara efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam sehingga dapat
21
Pemahaman tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) di atas, mendorong penulis untuk menerapkan model pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) dalam proses pembelajaran Al Quran Hadits agar kualitas
pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, mengingat selama ini pembelajaran di madrasah, kurang
B. Identifikasi Masalah
Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah yang
muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian tindakan kelas ini yaitu :
53. Peranan guru yang terlalu dominan pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV
MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011.
54. Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan mendorong minat
belajar Al-Quran Hadits siswa
55. Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses pembelajaran Al-Quran
Hadits
56. Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada proses pembelajaran
Al-Quran Hadits.
57. Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata pelajaran Al-Quran
Hadits yang diberikan guru.
58. Menurunnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits.
59. Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan Hasil belajar Al-
Quran Hadits peserta didik. Konsep ini berdasar pada Hadits Rasulullah saw tentang niat di bawah
ini :
<j£l l^jlj s ^Ijjllj JLAC^VI l^j) " Jjfl J ^i^j 4J1C <&l t5i*-a <&l Jj^J
22
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena
kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka
hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. (HR. Bukhari).
8. Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran
Hadits peserta didik menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV
MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 ini.
penelitian tindakan kelas ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang
akan dipecahkan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk
meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran
rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut :
63. Apakah impementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
23
64. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui :
65. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran
al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011.
66. Meningkatkan hasil belajar al-Quran Hadits melalui impementasi model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal
ATI.
70. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan khususnya strategi dan
peranann guru dalam meningatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa melalui metode Aptitude
73. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam
74. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan
tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode Aptitude Treatment Interaction
(ATI) untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
Kendal.
75. Bagi IAIN Walisongo Semarang, sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam rangka
memperluas wawasan kependidikan berkaitan dengan metode pembelajaran aktif dan menambah
24
BAB II
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
dahulu penulis jelaskan tentang pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman, di mana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.5 Menurut Roestiyah N.K., pengertian belajar ialah suatu
proses usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik yang dapat
membawa perubahan pada individu tersebut.6 Adapun pengertian belajar menurut Muhibbin
Syah, merupakan kegiatan berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental
Artinya : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan di
25
Pengertian tentang belajar sebagaimana dikemukakan para ahli di atas dapat penulis
simpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat menimbulkan atau
menghasilkan perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan
Komponen belajar di atas secara implisit sesuai dengan konsep belajar yang dirumuskan
oleh tokok-tokoh pendidikan dari Timur dan Barat yakni, Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, tentang
Pendidikan ialah menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa anak dengan petunjuk dan
nasehat sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat ke dalam jiwa (menjadi
watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebajikan dan cinta beramal.
Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar pada proses pendidikan :
"Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap
individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan tingkah
Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Mustaqim, ialah pengukuran dan penilaian
8 Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm.
9.
26
kemampuan atau potensi dirinya seperti kecerdasan atau perbuatan yang mencerminkan
Belajar" bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar.10 Sedangkan menurut A.J. Romiszowski, dikutip Mulyono Abdurrahman, bahwa hasil
belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem
tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya ialah perbuatan atau kinerja
17
(performance).
Peserta didik untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan,
karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi,
disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Konsep ini ditegaskan Nabi Muhammad saw. Dalam
( L 9J ^ J A^SflJ
"Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah
sesuatu kebaikan, niscaya Allah akan menjadikannya faham/mengerti tentang ajaran
agama". (H.R. Bukhari).
17
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, him. 38.
18
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia : Maktabah Rikhlan, t.th.), him. 50.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar yang dialami
bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar
yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan
9 Mustaqim Abdul Wahib„ Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), him.
130.
10 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), him.
37.
27
oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat bahwa prestasi
belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan
pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan
sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan
Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan prestasi ialah hasil yang telah
dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku
rapor sekolah.
Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang
ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Quran dan Hadits. Al Quran merupakan sebuah kitab
kepada nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia. Al Quran
21
menurut
22
bahasa berarti 'bacaan' atau 'yang dibaca'. Kata 'Quran' dalam arti demikian terdapat dalam surat Al
Qiyamah ayat 16 :
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-
cepat (menguasai) nya.". (Q.S. Al Qiyamah : 16)
Al Hadits menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu yang
11 Sia Tjundjing. Hubungan IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi, (Solo : Anima, 2007),
hlm.1
28
20
Utsman Najati, Al Quran dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1995), hlm. 1.
21
M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1994), hlm. 1.
22
Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 567.
23
Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknoloi Informasi, (Semarang :
RaSail, 2010), hlm. 12
Muhammad saw. Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.
29
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Al Quran Hadits
merupakan kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah mempelajarai atau belajar mata
Proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap tegas dalam mengambil
keputusan berkaitan dengan perencanaan kegiatan penilaian, penjaminan mutu hasil belajar secara
individu atau kelompok dalam lingkungan tertentu, dalam hal ini ialah lingkungan sekolah. Konsep
Sejalan dengan pemikiran di atas Khaeruddin, menjelaskan bahwa setiap sekolah atau
Hasil belajar mempunyai pengertian identik dengan prestasi belajar yakni hasil yang telah
dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran Al Quran
Hadits yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa pendidikan agama di lingkungan sekolah
dan keluarga serta masyarakat, sehingga peserta didik memiliki potensi dan bakat sesuai yang
dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan
ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap
lingkungan sekitar. Peran guru atau orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil belajar agama yang dikuasainya. Nabi bersabda pada Hadits yang diriwayatkan
12 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan
Implementasinya di Madrasah, (Semarang : Madrasah Development Center (MDC) Jawa Tengah,
2007), hlm. 74.
30
"Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Tidaklah anak itu dilahirkan melainkan
atas dasar fitrah, maka (tergantung) kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani maupun Majusi. (H.R. Muslim)13
anak asuhnya sejak dini, mengajarkan dasar-dasar agama melalui Al-Quran dan Hadits agar
tertanam keimanan dan akidah yang kuat, membiasakan anak untuk berakhlakul karimah. Untuk
itu diperlukan landasan dan teladan dari orang tua atau guru dan juga dari kejadian-kejadian di
masyarakat. Konsep tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan pakar Psikologi
"Pendidikan merupakan proses menyiapkan sesuatu untuk hidup yang sempurna dan hidup
bahagia, mencintai kepada negaranya, kuat jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
berurutan dalam pemikirannya, lembut perasaannya, bekerja sama dengan orang lain,
benar atau baik pernyataannya dalam tulis dan lisan, dan menekuni pekerjaan dengan
tangannya".14
Berdasarkan uraian di atas telah disimpulkan tentang hasil belajar yakni kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran, sedangkan Al Quran Hadits pada
pembahasan ini merupakan mata pelajaran yang membahas sumber ajaran Islam.
13 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut : Daruk Qutub, tth), hlm. 2047.
14 Muhammad Athiyah Al Abrasyi, Ruhut Tarbiyah Wattaslim, (Cairo : Darul Haya,
t.th), hlm. 7.
31
Hasil belajar Al Quran Hadits yang diharapkan dapat dicapai peserta didik pada proses
pembelajaran Al Quran Hadits di sekolah penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang
atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses pembelajaran
keberhasilannya dievaluasi dari seberapa jauh belajar yang dicapai peserta didik, di samping diukur
dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki peserta didik. Tipe hasil belajar
harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksional). Sebab evaluasi menurut S. Nasution,
selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk atau tipe pengajaran yang efektif,
memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran dan berguna untuk mengetahui sampai di
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang yakni, bidang
kognitif (penguasaan intektual), bidang afektif (berhubungan sikap/nilai), dan bidang psikomotor
(kemampuan bertindak atau berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar di sekolah. Oleh sebab itu ketiga
aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari proses pembelajaran. Hasil
belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah
pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran. Jadi rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil
belajar yang diharapkan dikuasai peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut.
Adapun tipe-tipe hasil belajar peserta didik pada proses pembelajaran Al Quran Hadits
meliputi hasil belajar bidang kognitif (cognitive domain), hasil belajar bidng afektif (afective
(psychomotor domain).
29
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm.
223-224.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah
15 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm.
78.
32
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan pada peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran. Di
samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut
merupakan tujuan yang ingin dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala
perbuatannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada akhirnya tercapai ke semua
aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum
tercapai atau ranah kognitif dan afektif telah tercapai sedang ranah psikomotor belum tercapai, maka dapat
secara sempurna.
Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 18.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha
30
Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatip
menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman atau latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru
dalam belajar.
30
Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003),
hlm. 119.
Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan
tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil
belajar seseorang. Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber
33
dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu
segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga,
Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena
tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang
kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya
prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut Sumadi Suryabrata, secara garis besar
faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a) Faktor
Fisiologis
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan
memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang
memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam
tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan
77. Pancaindera
31
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002),
hlm. 233
32
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, hlm. 234
34
pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar ialah mata dan
33
telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari
melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,
b) Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,
78. Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat
dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat inteligensi ialah kemampuan untuk
menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. 16 Taraf
inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang
memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah
diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,
juga sebaliknya .
79. Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata
16 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 45.
35
pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.
Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle motivasi
belajar ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. 17 Motivasi belajar merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau
semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa atau peserta didik, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain : a) Faktor
Lingkungan Keluarga
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih
82. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
36 133.
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau
Lingkungan Sekolah
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana
berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan
dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada
siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan
minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan Sarwono,
mengatakan bahwa faktor yang paling penting ialah faktor guru. Jika guru mengajar dengan
arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi
senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,
39
37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm.
176.
37
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai
dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap
orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Menilai merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah
satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang
akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam
rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil
atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata, bahwa
rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir suatu program dan hasilnya dipakai
untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan
tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi
133.
88. Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan
kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya. 23
Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU kelas II menentukan jurusan studi di kelas III.
diterapkan.24 Sebagai contoh ialah raport di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar
dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah
diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut. Penilaian pada Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMU,
tetaapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di
bawah 5 berarti buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik, baik dan sangat
baik.
pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai hasil mengerjakan evaluasi atau tes
22
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 11 .
23 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 12.
24 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 13.
39
2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) a. Hakikat
sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment)
yang efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu sesuai dengan
perubahan perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan
penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai
dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal,
Hal ini berarti bahwa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik) pembelajaran ATI
merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment)
yang sedikit banyaknya mangkus (efektif) digunakan untuk siswa tertentu sesuai karakteristik
belajar diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa
prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi kondisi pembelajaran yang
dikembangkan guru dikelas. Dengan demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok
25 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm.
27.
26 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 67.
40
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat diperoleh beberapa
92. ATI approach merupaka suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi
pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan
93. Sebagai sebuah kerangka teorotik pembelajaran ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi
akademik ? Hasil belajar akan tercipta bila man perlakuan-perlakuan (treatment) dalam
94. Terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa
(achievment) tergantung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di
kelas (treatment).
strategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu ttreatment yang
sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Kemudian melalui suatu interaksi yang
model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) mencapai tujuan dapat dilihat
Treatment Interaction (ATI) adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Melalu
dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang
41
95. Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment)
pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi variabel-
variabel tugas/jabatan dan situasi.
96. Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocok bagi siswa yang memilik
kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur fleksibel lebih
pas untuk siswa yang pandai.
97. Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit dalam
menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar
yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memilik rasa percaya diri
tinggi (independent) belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar
(fleksibel).27
sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang
efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-
Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan perilaku yang positif dan prestasi
akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan,
tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam
bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan
48
pembelajaran, yaitu peragaan, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, dan penilaian nyata. Secara
(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (3) Laksanakan sejauh
42
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (4) Ciptakan 'masayarakat belajar' (belajar dalam
kelompok-kelompok); (5) Hadirkan 'model' sebagai contoh pembelajaran; (6) Lakukan refleksi di
akhir pembelajaran; dan (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu
dokumentasikan hasilnya.
Al-Quran Hadits diberikan kepada siswa pendidikan dasar untuk membekali siswa
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif. Sementara itu, penguasaan Al-Quran Hadits siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini
dapat diketahui dari rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa Indonesia yang menduduki
peringkat ke 32 dari 38 negara peserta pada tahun 1999 dan peringkat 37 dari 46 negara peserta
pada tahun 2003. Salah satu penyebabnya adalah belum efektifnya proses pembelajaran. 28
Untuk menguasai Al Quran Hadits secara baik diperlukan model pembelajaran yang
memperhatikan keragaman individu siswa. Hal ini sesuai prinsip pelaksanaan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yakni siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
menyenangkan.
mata pelajaran Al-Quran Hadits banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru. Artinya, pada diri guru
keberhasilan implementasi KTSP dibebankan. Makna lebih lanjutnya, sebaik apapun desain KTSP
jika guru tidak mampu mengimplementasikannya desain KTSP tersebut tidak akan pernah
Bagaimana realitasnya di lapangan? Ada kesan umum, bahwa kemampuan guru Al-
Quran Hadits dalam implementasi KTSP masih kurang memadai. Sebagian besar dari mereka
43
dan bahkan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru belum siap
menghadapi berbagai perubahan, akses pada materi mutakhir terbatas; wawasan dan keterampilan
yang bersifat fakta dan ingatan, dan melupakan aspek proses dan konteks dalam pembelajara.
Menurud Sediadi, kompetensi guru-guru di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. 30 Motivasi
dan kesiapan belajar siswa rendah. Di samping itu, waktu belajar kurang, lingkup materi sangat
luas, serta akselerasi di bidang ilmu sangat cepat, teknologi dan seni begitu cepat. Keterbatasan
media pembelajaran baik jenis maupun jumlahnya, serta kemampuan memanfaatkan media masih
kurang. Suasana kelas kurang memotivasi siswa melakukan kegiatan belajar. Interaksi
metode yang variatif juga kurang. Ini semua diperlukan upaya mengatasinya jika kualitas
pembelajaran menjadi tuntutan utama. Model pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau
strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada permasalahan
yang ada. Jika tidak, strategi pembelajaran manapun tidak akan bermakna.
dikembangkan para ahli, melalui penelitian maupun kajian konseptual. Namun ketika model-
model diterapkan guru-guru di sekolah seringkali hasilnya kurang efektif dan kurang adaptabel
yang disebabkan belum adanya model yang bisa dijadikan contoh oleh guru. Oleh karena itu,
44
pengembangan ini diharapkan diperoleh pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan
aptitude treatment interaction untuk peningkatan kompetensi guru dan untuk mengoptimalkan
Apabila para guru telah mengetahui model pengembangan pembelajaran sebagai contoh
treatment interaction. Pada gilirannya mutu pembelajaran dapat meningkat lebih baik dan
peningkatan mutu pembelajaran ini diyakini akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini juga
berarti para guru memiliki kompetensi guru dalam mengajar lebih baik dan sesuai dengan tuntutan
era teknologi informasi yang mendukung optimalisasi implementasi KTSP. Keyakinan ini
berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam
hasil belajar. Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa "optimalisasi prestasi
akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan
perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.31 Pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI) yang
dikembangkan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penelitian tindakan kelas ini
dirancang dengan spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut :
45
98. Perlakuan Awal Pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan
aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapakan
klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan, dan sekaliguss juga untuk
99. Pengelompokan Siswa Pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing.
Siswa
didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari yang berkemapuan
dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa yang
berkemampuan "tinggi" diberikan perlakuan (treatment) berupa self learning melalui modul.
Siswa yang memiliki kemampuan "sedang" diberikan pembelajaran secara konvensional atau
perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh
guru Al-Quran Hadits sendiri atau oleh para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk
101. Pemberian Test di akhir Setiap Pelaksanaan Pembelajaran Uji coba dilakukan dalam
penilaian prestasi akademik/hasil belajar
senuai dengan kemampuan siswa (tinggi sedang dan rendah) melalui beberapa kali uji coba dan
perbaikan serta revisi (dalam rentang waktu yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement
test untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya.
B. Kerangka Berfikir
46
Al-Quran Hadits dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan konsep-konsep yang masih
bersifat abstrak atau masih dalam gagasan serta disampaikan dengan metode yang kurang menarik
sehingga keaktifan siswa dalam belajar PAI rendah dan berpengaruh pada rendahnya prestasi
belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits,
berbagai strategi dan metode pembelajaran telah dilakukan oleh guru Al-Quran Hadits, tetapi
semua yang dilakukan itu belum dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai
alternatif yang dilakukan guru Al-Quran Hadits untuk meningkatkan Prestasi Belajar siswa Kelas
Aptitude Treatment Interaction (ATI) semua kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits dilaksanakan
dalam suasana yang menyenangkan, diselingi sebuah diskusi/kompetisi tim dan tetap serius.
Dengan hal ini diharapkan siswa merasa senang, tertarik dan memberikan motivasi tersendiri
kemudian memahami materi pelajaran Al-Quran Hadits itu dengan sendirinya serta dapat
I
Peningkatan Prestasi Belajar Al-
Quran Hadits
47
Interaction (ATI). Penggunaan model tersebut disampaikan secara fleksibel sesuai dengan waktu
yang digunakan.
Skripsi karya Nurul Huda, (2008) Universitas Wahid Hasyim Semarang yang berjudul
Paradigma Al-Quran Hadits dalam Perspektif Al Quran. Meneliti tentang konsepsi Al Quran
dalam mengkaji peranan metode dan strategi pendidikan menuurt konsep yang tertuang dalam Al
Quran. Skripsi ini bersifat kualitatif (library research) dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, dalam konsep Al Quran, paradigma pendidikan pada saat ini memerlukan
strategi atau metode khusus agar pembelajarn menjadi lebih berbobot dan berkualitas. Penerapan
metode atau strategi baru dapat menunjang kompetensi peserta didik sehingga mampu
Pembelajaran Interaktif pada Proses Pembelajaran Al-Quran Hadits untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa di SD Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005-2006". Skrpsi ini
meneliti tentang penerapan model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran Al-Quran
Hadits sehari-hari di kelas sebagai upaya atau solusi alternatif yang dilakukan guru mata pelajaran
Al-Quran Hadits untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa Sekolah Dasar
Aptitude Treatment Interaction pada Mata Pelajaran IPS Sejarah Siswa Kelas IVIII SMP PGRI
Gemuh Kendal Tahun Ajaran 2008/2009" Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas IVIII SMP
48
kedua, penerapan pembelajaran interaktif untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits.
Sedangkan penelitian ke tiga, mengkaji tentang efektivitas model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas VIII SMP PGRI Gemuh Kabupaten
Kendal. Mengacu pada penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan,
adalah bahwa penelitian ini lebih terfokus pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al-Quran
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah
yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun hipotesis pada peneliti ini
sebagai berikut :
(ATI) secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar Al Quran Hadits siswa di kelas IV MI
Pelajaran 2010/2011.
91
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
(classroom action research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiaan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.32 Pendekatan tindakan kelas menunjuk pada suatu
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
dilaksanakan berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi melalui tindakan di dalam
Penelitian yang berjudul "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Quran Hadits Melalui
Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011" dilaksanakan oleh peneliti dimulai
berlokasi di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Lokasi penelitian (MI
105. Sebelah timur dengan Jalan Irigasi dan Perumahan Patebon Indah.
32 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
33 Ibid, hlm. 3
50
106. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas IV semester II MI
Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah responden atau
siswa terdiri dari 31 orang dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa
perempuan berjumlah 11 orang siswa MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kedal Tahun Pelajaran
2010/2011.
108. Pelaksana
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri selaku guru mata
Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV, karena selaku guru mata
pelajaran Al Quran Hadits peneliti melihat adanya problematika dalam pembelajaran di kelas
IV yang harus segera ditemukan solusi alternatifnya melaui penerapan model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI), yaitu beragamnya kompetensi peserta didik dalam
109. Kolaborator
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga diperlukan kolaborator
sebagai mitra kerja. Adapun yang menjadi kolaborator pada penelitian ini adalah Ibu Nur
Wahidah, S.Pd.I selaku Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal dan kolaborator yang kedua
adalah Bapak A. NA Huda, S.Ag, beliau adalah guru senior di MI Kebonharjo Patebon
Kendal. Pengalaman mengajar beliau dalam mendidik anak sudah tidak diragukan lagi yaitu
11 tahun. Menjadikan beliau sebagai kolaborator, diharapkan akan banyak diperoleh informasi
penting tentang berbagai macam strategi yang harus diterapkan oleh seorang guru untuk
mengatasi masalah pada kegiatan penerapan metode ATI pada pembelajaran al-Quran Hadits
di MI Kebonharjo
91
51
E. Rancangan Penelitian 1.
Desain Penelitian
yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan tindakan, observasi dan
52
melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru
atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah
yang sama seperti pada siklus pertama. Rangkaian dalam penelitian tindakan kelas dapat
53
Menurut Taggart, dalam Aqib, prosedur pelaksanaan PTK mencakup langkah-
116. Mempersiapkan fasilitas dan saran pendukung yang diperlukan di kelas. Jika
117. Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses
keterlaksanaan rancangan.
dilaksanakan dalam situasi yang actual. Pada saat ini kegiatan ini juga disertai dengan
54
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan
Prosedur Penelitian
Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
123. Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan.
124. Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI). Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan media pembelajaran, dan membuat kuis dan evaluasi untuk siswa
Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan
dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap siklus sebagai berikut : 1) Perencanaan
(Planning)
30.
Dalam tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilakukan guru
atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan bahan pengajaran yang akan
diberikan kepada siswa, menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi,
menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini bentuk tindakan
yang dilakukan untuk tiap siklusnya hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan
mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
dalam meningkatkan pretasi belajar siswa yang dapat dilihat melalui bagaimana kondisi atau
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi
yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data tes dan non tes. Data
tes berupa hasil tes evaluasi siswa. Data non tes berupa hasil pedoman observasi, hasil
untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi pada tahap tindakan. Dalam
hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi,
hasil perolehan skor kuis siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara yang telah
dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I
56
refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan pada siklus I dan
Pra Observasi
2010/2011 merupakan kelas transisi. Disebut sebagai kelas transisi sebab di kelas V MI
Kebonharjo Patebon Kendal mulai Tahun Pelajaran 2010-2011 mulai menerapkan guru bidang
studi yang sifatnya masih baru, bukan guru kelas yang selama ini diterapkan. Disebabkan sifatnya
yang masih baru, banyak dijumpai kesulitan pada pelaksanaannya. Seperti bagaimana membuat
perangkat pembelajaran, menyediakan alat-alat peraga yang dibutuhkan sesuai bidang studi
tersebut, mengetahui perbedaan karakteristik anak yang bergaam, dan yang terpenting ialah
menyusun evaluasi pembelajaran di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal sesuai dengan mata
Patebon Kendal berdasarkan rapat guru dan kepala sekolah, kemudian direalisasikan terlebih
dahulu melalui penelitian tindakan kelas oleh salah satu guru yakni Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd,I.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, penelitian yang
beliau lakukan di samping untuk menguji validitas penerapan metode Aptitude Treatment
bahasa anak, juga sekaligus sebagai tugas skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Muhammadiyah Kendal.
Kabupaten Kendal menemui banyak kendala yang menunjukkan suasana kelas riuh dan ramai
namun keriuhan dan keramaian ini bukan mengarah pada materi pelajaran. Peserta didik suka
bermain dengan tidak mengenal waktu, apabila guru memutuskan untuk mengganti materi
pelajaran baru, anak didik cenderung enggan untuk belajar, bermain sendiri serta tidak ada unsur
57
materi pelajaran kepada peserta didik, peserta didik banyak yang kebingungan dan tidak
mendengarkan penjelasan guru atau mereka mendengarkan tetapi kurang berkonsentrasi dalam
belajar disebkan gangguan dari teman-temannya, atau bahkan beberapa peserta didik diserang rasa
kantuk pada saat pembelajaran sedang berlangsung, hal ini terbukti pada saat diberi pertanyaan
oleh guru tentang materi yang baru saja dibahas atau diterangkan guru, peserta didik tidak mampu
menjawab pertanyaan yang diberian guru, atau sebaliknya ketika guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya apabila kurang memahami penjelasan guru, peserta didik
jarang yang bertanya, sebaliknya peserta didik mengatakan sudah paham apabila ditanya guru
tentang pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang baru diberikan guru. Di samping itu
banyak anak didik yang bergurau sendiri dengan temannya, atau bahkan beberapa siswa laki-laki
cenderung berkelahi untuk memperebutkan mainan. Adapun peserta didik perempuan suka mau
menang sendiri, atau cenderung cengeng bila permainnanya direbut anak laki-laki yang pada
disebabkan kurangnya empati, kesadaran diri, dan prestasi belajar Al-Quran Hadits sesama anak
Setiap mengajar guru sudah berusaha memperbaiki diri. Persiapan sebelum mengajar
biasanya materi pada esok hari telah diberitahukan kepada peserta didik terlebih dahulu. Perbaikan
lainnya yang dilakukan guru pada pembelajaran ialah upaya guru menerapkan strategi dan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Secara umum gejala-gejala yang nampak pada perilaku peserta didik di kelas V MI
Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, menunjukkan mereka kurang interes (tertarik) dan kurang
memiliki empati sosial untuk bergaul dengan temannya atau egois, kurang memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pelajaran, kurang memiliki perhatian dan tanggung jawab kepada tugas belajar,
dan kurang mampu memahami materi pelajaran yang diterangkan guru. Fenomena ini dapat dilihat
pada saat pelaksanaan pembelajaran, peserta didik tidak memberikan respon yang positip atas
58
belajar, sikap belajar ketika guru sedang menerangkan dan mendemontrasikan materi pelajaran,
permainan, maupun kerapian berpakaian. Indikasi lain yang menunjukkan adanya kurang empati
dan toleransi dalam belajar yakni munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran seperti suka bermain sendiri, bergurau, tidak disiplin, mengantuk di dalam kelas
ketika diterangkan, suka mengganggu teman-temannya, berbicara sendiri pada saat pembelajaran
berlangsung, dan bahkan mereka ada yang menangis, suka berkelahi, dan berkeliaran tidak karuan.
Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang sering melanggar peraturan kelas seperti sering
keluar masuk ruangan, melempar alat permainan, datang terlambat, suka membolos, sering
bergurau, dan yang paling parah serta menghawatirkan adalah rendahnya tingkat kesadaran untuk
Indikasi lainnya ialah anak laki-laki suka mengganggu anak perempuan atau bahkan
berkelahi dengan teman sesama laki-laki, dan enggan mengikuti pelajaran. Di samping itu nilai
pelajaran Al-Quran Hadits mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Menurut wawancara
dengan Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, belakangan ini jika diukur nilai aspek kemampuan belajar
dan kreativitas peserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dua tahun
belakangan ini cenderung menurun, dan yang cukup memprihatinkan penurunan tersebut adalah
Guna mengetahui skala nominal prestasi belajar Al-Quran Hadit speserta didik di kelas
paparkan estimasi nilai skala nominal pengukuran prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di
kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal yang peneliti peroleh dari hasil UAS di kelas
V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal yang peneliti susun pada tabel 1 di bawah ini :
59
Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi belajar
Patebon Kendal
Tabel distribusi frekuensi di atas dapat dinterpretasikan dengan jelas bahwa rata prestasi
belajar Al-Quran Haditsanak didik dengan predikat baik sebesar 18,2 %, predikat cukup hanya 31,8
prosen, sedangkan predikat kurang sebesar 50 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal masih
18.2
30 - 20 10
60
Gambar I
Quran Hadits rendah, ada hal khusus yang perlu memperoleh perhatian pada pembelajaran
kesenian seperti matematika, IPS, dan Kesenian di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten
Kendal. Menurut Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, selaku kepala MI Kebonharjo, pada pembelajaran
IPS, Matematika, dan Kesenian, peserta didik justeru menunjukkan perbedaan yang mencolok
dengan pembelajaran lainnya seperti materi pelajaran Al-Quran Hadits. Peserta didik menunjukkan
kegembiraan apabila guru memberitahukan bahwa sekarang pelajaran menari atau menyanyi.
Selanjutnya pada proses pembelajaran kesenian tersebut peserta didik begitu antusias menyimak
dan mengikuti pelajaran sampai selesai, apalagi jika menggunakan metode demonstrasi, metode
jigsaw, atau rool playing, peserta didik sangat bergembira, bersemangat dan tekun mengikuti
pelajaran sampai jam pembelajaran selesai. Hasilnyapun sebagaian besar anak didik sangat antusias
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di kelas V MI Kebonharjo Patebon
Kabupaten Kendal, yaitu Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, memang apabila diberikan pelajaran
kesenian biasanya anak didik satu persatu atau secara bersama peserta didik disuruh menari atau
bernyanyi, atau mengambar atau member warna pada gambar atau objek tertentu, dan anak-anak
sangat tertarik sekali, berbeda dengan pemberian materi pelajaran lainnya. Mungkin karena sifat
anak-anak yang suka bermain dan kebebasan berkreasi dan bereksplorasi sehingga mereka suka
menari, menyanyi atau menggambar. Sebaiknya untuk materi lainnya diperlukan metode yang
sama dengan sifat-sifat anak-anak seumur itu, tentu saja disertai dengan alat permainan tertentu
61
Kebonharjo Patebonini patut berbangga hati, karena mereka mampu berprestasi menjuarai ajang
lomba menyanyi, baca puisi, dan mewarnai gambar di tingkat maupun tingkat kabupaten Kendal
Mengapa siswa tersebut kurang tertarik dengan materi pelajaran selain kesenian ?
Mengapa siswa sering berkeliaran atau berkelahi atau berkelahi yang tidak mengarah pada proses
belajar ? Mengapa siswa rendah kesadaran untuk mengikuti pelajaran dan mengucapkan salam
atau berjabat tangan ? Apakah materinya yang terlalu sulit atau apakah faktor guru dalam memilih
metode yang tidak tepat ? Atau apakah karena kelemahan siswa sendiri atau karena kurangnya
motivasi, kurang berempati, kesadaran siswa untuk belajar ? Atau kurangnya perhatian guru atau
orang tua terhadap perkembangan emosional dan psikologis dan motorik peserta didik ?. Mengapa
justeru pada pembelajaran IPS dan kesenian, serta matematika anak didik menunjukkan minat
yang besar terhadap pelajaran bahasa tersebut, yang ditunjukkan dengan prestasi dan penghargaan
yang mengagumkan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten ? Deretan pertanyaan tersebut
berdasarkan pantauan peneliti merupakan suatu pertanyaan yang sering muncul dalam setiap
diskusi para guru atau pada saat rapat guru dan kepala MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal.
Berdasarkan hasil sharing tersebut muncullah ide yang disepakai bersama antara guru,
kepala madrasah dan peneliti untuk menerpkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada
Hadits
Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari siklus I sampai siklus
Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan
62
Tahap perencanaan meliputi :
pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar Al Quran
143. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian tinggi,
• Siswa berkepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri). Siswa
ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium IPA. Kemudian siswa diberi
kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4)
Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar
63
• Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan
siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda.
dengan cara berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan
pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar
• Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok
siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri.
Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-
teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan
media alat pembeljaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward
pada waktu yang tepat. (4) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama
kelompok lain. (5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung
144. Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan
145. Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk
selesai.
menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) hari ini dan
64
4) Kegiatan Akhir (15 menit)
150. Obervasi
Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif.
151. Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
160. Refleksi
Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk
161. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan
proses pembelajaran pada siklus I.
2. Siklus II
65
Tahapan kegiatan pembelajaran siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pada
siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan
a. Perencanaan
Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena prestasi belajar dicapai jika siswa benar-
177. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian tinggi,
* Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri),
66
pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium
IPA dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Kemudian
siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan
LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan
• Siswa berkepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa
berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok
berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara
berceramah dan diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan
pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri
• Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa
dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan
pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan
tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-konsep
esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara
maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya
jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti
postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk
178. Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan
179. Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk
67
f) Guru menyimpulkan pembelajaran Al Quran Hadits menggunakan model pembelajaran ATI
hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa kelas IV MI
182. Obervasi
Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif.
183. Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits
melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
192. Refleksi
Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan
68
3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan penelitian.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer dan sumber
skunder.
Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer penelitian
ini adalah subjek penelitian yaitu siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten
Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh
Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber skunder ialah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian. 34 Data
skunder pada penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir
atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan, perpustakaan sekolah, majalah,
OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini bersifat mendukung terhadap data primer yang
berasal dari siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi :
58
Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91
I. Teknik Tes
34 Ibid, hlm. 91
69
Teknik yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang berjumlah 10 soal
uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi. Untuk memperoleh data tes dilakukan
sebanyak tiga kali pada setiap akhir siklus I, dan akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh
siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal secara individu. Setelah tes pada akhir
siklus I dilaksanakan, peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui
kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi pembekalan lebih lanjut
untuk mengahadapi tes pada siklus II, kemudian peneliti menganalisa hasil tes tersebut sehingga
diketahui kelemahan yang dialami siswa pada siklus II. Target tingkat keberhasilan siswa apabila
siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya
Teknik non tes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi selama
Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan
langsung pada penelitian ini penulis gunakan untuk menyelidiki penerapan model
Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
Teknik wawancara atau intervieu yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. 36
Metode ini peneliti gunakan kepada : 1). Kepala MI Kebonharjo Patebon, untuk memohon
35 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003),
hlm. 136.
36 Ibid, hlm. 71
70
penggalian data aktivitas belajar siswa. 2). Guru, untuk menggali data tentang penerapan
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada untuk meningkatkan pretasi
Siswa, untuk mengetahui aktvitas siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011 dalam mengikuti pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penerapan model
yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu : (1) Mempersiapkan lembar
wawancara yaitu berisi daftar pertanyaan yang diajukan pada siswa, (2) Menentukan siswa yang
nilai tesnya rendah, cukup dan baik kemudian diajak wawancara, (3) Merekam dan mencatat hasil
wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan. c. Teknik Dokumentasi
keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan, transkrip nilai, notulen rapat, agenda
dan sebagainya.37 Metode dokumentasi pada penelitian ini penulis gunakan untuk menggali
pembelajaran Al-Quran Hadits melalui absensi siswa, jurnal, notulen rapat, dan evaluasi
berdasarkan nilai ulangan harian dan nilai rapot siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon
Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
meliputi :
37 Ibnu Hajar, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2000), hlm. 69.
71
199. Teknik Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar atau Hasil belajar
siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Apakah
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rumus yang digunakan
R
S = - x 100 N
Keterangan :
N = Skor maksimum.
Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II dibandingkan
sehingga diketahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa dengan
Interaction (ATI), dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang
kegiatan guru pada saat menerapkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses
Tahun Pelajaran 2010/2011. Data diambil sekali dalam setiap siklus sehingga diperoleh
gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang kinerja guru dengan cara mencheklist (V)
72
b. Lembar observasi keaktifan siswa
Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa kelas
menggunakan model Aptitude Treatment Interaction (ATI). Analisis data keaktifan siswa yaitu
dengan menghitung rata-rata keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran. Kriteria keaktifan
siswa 75 % dari seluruh siswa memperoleh nilai keaktifan > 75 atau siswa yang aktif
meningkat.
J. Indikator Keberhasilan
belajar bidang studi Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) di kelas Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun
201. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal 70, dan secara
klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon
202. Hasil belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Al-Quran Hadits secara umum
bisa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di
73
BAB IV
A. Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits
Hasil penelitian tindakan kelas ini mendiskripsikan hasil observasi dan tindakan
pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12
Pebruari 2011, dan tindakan pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Pebruari
2011. Pokok materi bahasan ialah pembelajaran Al-Quran Hadits. Lokasi penelitian di kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal. Adapun Subjek penelitian ialah siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun
dibantu oleh kolaborator yaitu wali kelas IV. Pada setiap akhir proses pembelajaran yang
dilaksanakan tes formatif dan akan dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
tindakan pembelajaran yakni untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi
pelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
dapat diidentifikasi dan menentukan solusi alternatif terhadap tindakan pembelajaran ayang
Hasil observasi terhadap kondisi awal penelitian ini ditemukan : a. Kondisi pembelajaran Al-
74
pelajaran Al-Quran Hadits dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru. Layanan
siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Kondisi demikian berdampak pada
prestasi belajar siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Hasil pra Survey pada semester
203. Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pra siklus,
penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan metode ceramah secara dominan
sehingga pembelajaran kurang bergairah dan kurang mendapat apresiasi dari siswa. Kondisi ini
menimbulkan penurunan prestasi belajar siswa yang berakibat pada hasil KKM rendah.
204. Anaisis kondisi kemampuan atas kepandaian siswa menunjukkan tidak sama dan
bervariasi dengan rincian siswa yang tergolong mempunyai kepandaian tinggi sebesar 40 %, siswa
Tabel 1
Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus teradap kondisi pembelajaran Al Quran Hadits
dan kondisi kepandaian siswa yang bervariasi maka diperlukan pemecahan pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa keas V MI Kebonharjo. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas
diperlukan metode yang cocok yaitu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),
karena
75
metode ini secara khusus sangat tepat diterapkan untuk kelas yang memiliki siswa dengan
kepandaian beragam (menjadi 3 tinggi, sedang, dan rendah). 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus
siklus I ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana Pembelajaran pada siklus I dengan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa
menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di
205. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri).
Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching. Kemudian siswa
diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4)
Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri
dengan postes.
206. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan
siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok
berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara
berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1)
Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama
207. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok
siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri.
Kegiatan pembelajaran kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits
dengan re-teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan
memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat
pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang
tepat. (4)
76
Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (5) Sebelum
pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan
kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV
pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama
data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan
sebagai berikut :
Pada siklus I dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari
instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah
keberhasilan mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi
pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan
keaktifan adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran.
Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik
maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.
Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran
TABEL 2
MI KEBONHARJO
SIKLUS I
atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum dikuasai
77
sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapaun jumlah siswa yang mengalami remidi sebanyak
7 orang.
208.Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa atau peserta didik dengan
berkepandaian tinggi memerlukan tambahan sumber belajar dan referensi buku yang lebih variatif,
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan sumber dan perbandingan yang
209.Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan rendah
terlihat siswa sudah aktif bertanya dan mengadakan diskusi.
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui penerapan model
Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang
78
TABEL 3 AKTIVITAS BELAJAR
SISWA
SIKLUS I
Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I sebagai berikut :
a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa dengan kepandaian tinggi
belum efektif disebabkan sumber belajar masih kurang, oleh karena itu sumber belajar perlu
ditambah agar siswa dapat mengkaji materi pelajaran secara lebih representatif.
79
210. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan
rendah sudah bagus. Konsistensi guru dalam melibatkan siswa perlu ditambah. Pendekatan
Aptitude Treatment Interaction (ATI) perlu ditingkatkan, terutama penjelasan ulang pelajaran
kepada kelompok siswa dengan kepandaian rendah, dna contoh-contoh yang lebih relevn secra
optimal, misalnya penggunaan media atau alat sebagai sumber belajar siswa.
211.Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa
di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011
secara keseluruhan pada siklus I secara keseluruhan sebesar 78 %, nilai persentase ini belum
memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %.
212. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I yaitu 72,23. Nilai ini masih berada 2,5 % di
siklus II ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana Pembelajaran pada siklus II dengan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3
kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas. Adapun
a. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri),
kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta pembahasan soal-soal
latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching
dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo. Kemudian siswa diberi
kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS;
80
(4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar
213. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan
siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok
berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara
berceramah dan diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan
pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri
214. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada
kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok
tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-
teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai
konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat
pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang
tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri
dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi
kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.
berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer mengadakan pengamatan dan
refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama berkaitan dengan
data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan
sebagai berikut :
Pada siklus II dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari
instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah
81
dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai
perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah indikator adanya minat
dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat
keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami
Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran
TABEL 4
MI KEBONHARJO
SIKLUS II
Tahun Pelajaran 2010/2011 di atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi
82
dikuasai sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapun jumlah siswa yang mengalami remidi
sebanyak 1 orang.
217. Berkembangnya self-learning ke arah diskusi dan tanya jawab interaktif serta
218. Situasi cara belajar peserta didik atau siswa cenderung bebas tetapi tetap terkontrol
karena disamping siswa sudah tahu tanggung jawab untuk belajar, juga proses pembelajaran di
221. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan
222. Frekuensi keharian dan keaktifan siswa dalam setiap kegiatan semakin meningkat.
Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang
83
TABEL 5
SIKLUS II
sebagai berikut :
kepandaian tinggi sudah efektif dan kondisi pembelajaran sudah berkembang dari hanya mencari
sumber belajar pada siklus I menjadi lebih berkembang ke arah diskusi, tanya jawab interaktif,
dan pembahasaan soal-soal latihan. Situasi kelas berubah kea rah lebih bebas.
84
223. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa V MI Kebonharjo dengan
kepandaian sedang dan rendah sudah bagus dan rasa percaya diri siswa sudah bertambah. Kondisi
ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan maupun sisiwa yang berani
menjawab pertanyaan tersebut. Kondisi kelas menjadi lebih hidup dengan adanya tanya jawab
interaktif dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. Kehadiran siswa pada setiap
224. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI)
dari siklus I yang hanya 78 %. Nnilai persentase ini sudah memenuhi target yang telah ditetapkan
225. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo pada
siklus II yaitu 77,88. Nilai ini berada 2,5 % di atas standar ketuntasan belajar klasikal yang telah
ditetapkan, yaitu 85 %.
226. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa Kelas IV yakni Muhammad
Fatchurrozi, Insani Hayati, dan Muhammad Abdul Mujib, dapat diketahui hasil sebagai berikut :
dan termotivasi dalam belajar saat digunakan metode ATI, karena kami merasa lebih mudah
memahami materi pelajaran dari guru, bisa saling membantu dengan teman, dan aktif mencari
jawaban sendiri untuk menyelesaikan tugas dari guru". Menurut Insani Hayati, mengatakan
bahwa : "Kalau memakai metode ini saya jadi bisa belajar bersama teman satu kelompok yang
sama-sama pandainya, bisa bertukar pikiran jadi materinya bisa lebih mudah. Belajar Al-Quran
Hadits jadi lebih menyenangkan saat berdiskusi dan tanya jawab". Menurut Muhammad Abdul
Mujib, mengatakan bahwa : "Bisa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, ingin bisa tuntas dalam
evaluasi, karena malu kalau terus-terusan dikatakan siswa yang bodoh. Cara belajar yang
dilakukan saya dengan membaca Lembar kegiatan di rumah, dan bertanya jawab dengan teman
85
B. Pembahasan Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-
meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits melalui model Aptitude Treatment Interaction
(ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus
II diperoleh data aktivitas belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai
berikut :
Tabel 6
MI Kebonharjo
RERATA RERATA
PRA
86
Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa nilai keaktivan belajar siklus I
sebesar 78 % aktivitas tersebut meningkat 36 % dari data awal pra siklus yaitu 34 % menjadi 78 %
dengan kategori baik. Kemudian aktivitas belajar siswa tersebut meningkat 10 % pada siklus II
menjadi 88 % dengan kategori sangat baik. Deskripsi tentang peningkatan aktivitas belajar Al-
Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas
IV MI Kebonharjo mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui
Gambar 2
Selanjutnya berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya
Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus,
siklus I dan siklus II diperoleh data prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara
87
Tabel 7
Kelas IV MI Kebonharjo
Berdasarkan hasil nilai belajar di atas dapat di jelaskan bahwa rata-rata pada siklus I
mengalami peningkatan 7,73 dari awal atau pra siklus 64,5 menjadi 72,23. Kemudian pada siklus
II dari siklus I mengalami peningkatan 5.65 dari siklus I 72,23 menjdi 77,88 pada siklus II.
Sedangkan peningkatan dari sklus II dari data awal atau pra siklus terpaut angka 13,38 dan 64,5
menjadi 77,88.
Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui model
88
Kemudian perubahan dan peningkatan oleh masing-masing kelompok (tinggi, sedang,
dan rendah) yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata setiap kelompok siswa tiap siklus
adalah :
90
227. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66.
228. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
229. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan
siklus II 89,27.
Gambar 5 Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kelompok dari Para Siklus sampai Siklus II
Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui
91
Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 berdasarkan
kelompok dengan kepandaian tinggi, sedang, dan rendah, mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus
92
Dari hasil wawancara dari sampel 3 siswa, yaitu 1 siswa dari kelompok nilai tinggi, 1
siswa dari kelompok nilai sedang dan 1 siswa dari kelompok nilai rendah dapat diketahui bahwa :
230. Siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) karena dalam model pembelajaran seperti ini
siswa bisa belajar dalam kelompok sehingga bisa saling bertukar pikiran dan bekerjasama untuk
231. Pembelajaran dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) suasana
belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan, karena siswa dikelompokkan sesuai dengan
tingkat kepandaiannnya. Dengan model seperti ini siswa yang bodoh merasa bahwa dia harus
Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya guru
untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran
93
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan beberapa uraian dan analisis di atas, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut :
Tahun Pelajaran 2010/2011 diterapkan dengan cara guru membagi kelas berdasarkan
tingkat kepandaian siswa menjadi tiga kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan
rincian sebagai berikut : 1) Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-
teaching (belajar sendiri) berkaitan dengan materi hadits tentang niat. Siswa ditempatkan
pada ruangan tersendiri. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar
dengan buku paket dengan cara siswa mencari hadits berhubungan dengan niat; (3)
Mengerjakan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu. 2)
Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan
siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda.
dengan cara berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan
pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini, yaitu guru menjelaskan
hadits tentang niat, manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya, selanjutnya
kegiatan tanya jawab, dan demonstrasi. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa dan
kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits dengan re-
94
232. Mengulang menyajikan pelajaran hadits tentang niat kepada siswa dengan memulai
konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering) dalam hal ini siswa diberi penjelasan
secara detail, kemudian siswa diharapkan untuk membaca secara bersama-sama dan berulang
233. Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau
motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal
latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain.
2. Upaya meningkatkan pretasi belajar siswa melalui penerapan metode Aptitude Treatment
2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes
akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar
tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25
orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23,
sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode
234. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66
235. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
236. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu
B. Saran
95
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
pembinaan kepada guru-guru terutama guru Al-Quran Hadits, karena guru Al-Quran Hadits
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih rumit dari guru pelajaran umum. Diharapkan
dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.
238. Guru
Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi yang digunakan, sehingga
penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. Tidak hanya itu,
kemampuan meyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH,
Silabus, dll. Bila persiapan telah matang, mengajar tidak akan terkesan seadanya dan
mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
fasilitas pendidikan yang tersedia baik di sekolah atau keluarga, dan rajinlah membiasakan
pretasi belajar yang baik dalam pergaulan agar tercapai prestasi belajar lebih baik dan optimal.
240. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak keluarga, sekolah,
masyarakat, dan negara. Oleh sebab itu, kerja sama yang baik dan iklim yang kondusif sangat
membantu cita-cita pendidikan bersama, orang tua, sekolah, masyarakat, anak-anak dan Bangsa
Indonesia.
C. Kata Penutup
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi membimbing dan
menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
96
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan maupun
kesalahan. Maka saran dan kritik yang membangun diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak
lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
97
DAFTAR PUSTAKA
2001
Al Gulayaini, Syeikh Mustafa, Idhatun Nasyfin, Beirut : Mansyuriah, 1949 Aqib, Muhammad,
Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, Jakarta : Rineka
Cipta, 2003
Bruno, Frank J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta : Kanisius, 1989
Catharina, Tri Ani., Teori Pembelajaran, Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006
Jaya, 2000
Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Mengajar, Jakarta : Rineka, 2000
http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang
Menyenangkan.rtf. html, diunduh tanggal 15 April 2011.
98
Madjid, Abdul, Pembelajaran Inovatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2007
99
Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka
Setia, 1997
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2003
2004
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2006 Sardiman AM, Interaksi
1989
Sudjana, Nana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003
Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi
Pengajaran, Bandung : Tarsito, 1982
100
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 Tirtonegoro,
101
Tu'u, Tulus, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo,
2004
102
Lampiran 1
KELAS IV MI KEBONHARJO
PRA SIKLUS
peneliti
Akhmad Arifin
103
Lampiran 2
SIKLUS I
NO KETERANGAN SIKLUS I
1. Nilai Tertinggi 90
2. Nilai Terendah 60
3. Nilai Rata-rata 72,2
4. Jumlah Tuntas 25
5 Jumlah Tidak Tuntas 6
6 Tuntas Klasikal (%) 80,6
7 Tidak Tuntas (%) 19,4
Jumlah Siswa 31
peneliti
Akhmad Arifin
104
Lampiran 3
KELAS IV MI KEBONHARJO
SIKLUS II
NO KETERANGAN SIKLUS I
1. Nilai Tertinggi 90
2. Nilai Terendah 64
3. Nilai Rata-rata 77,9
4. Jumlah Tuntas 30
5 Jumlah Tidak Tuntas 1
6 Tuntas Klasikal (%) 96,8
7 Tidak Tuntas (%) 3,2
Jumlah Siswa 31
peneliti
Akhmad Arifin
105
Lampiran 4
SIKLUS
peneliti
SIKLUS I
peneliti
SIKLUS II
peneliti
RERATA RERATA
NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS SIKLUS
SIKLUS I II
PRA
peneliti
Akhmad Arifin
109
Lampiran 8
PATEBON KENDAL
peneliti
Akhmad Arifin
110
Lampiran 9
arj o,
Maret
2011
Guru
peneliti
242. Apakah anda lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan guru dengan
246. Apakah anda ikut ambil bagian dalam kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran ?
247. Apakah anda merasa lebih mudah mengerjakan soal tes dari siklus I ke
siklus II ?
248. Apakah anda merasa termotivasi untuk lebih giat belajar setelah diterapkan metode
belajar tersebut ?
112
Lampiran 11
113Akhmad Arifin
Lampiran 12
114Akhmad Arifin
Lampiran 13
115Akhmad Arifin
Lampiran 12
SIKLUS I
116
Lampiran 13
SIKLUS II
117