Anda di halaman 1dari 118

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA

PELAJARAN AL QURAN HADITS MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION
(ATI) SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

AKHMAD ARIFIN
NIM : 093111228

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA


ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG 2011

1
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Akhmad Arifin

NIM : 093111228

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali

bagian tertentu yang dirujuk sumbernya

Semarang, 2 Juni 2011 Saya yang

menyatakan,

Akhmad Arifin NIM : 093111228

2
3
NOTA PEMBIMBING Semarang, 4 Juni 2011

Kepada
Y
t
h
.

D
e
k
a
n

F
a
k
u
l
t
a
s

T
a
r
b
i
y
a
h

I
A
I
N

W
a
l

4
i A ptitude
s l Treatment
o - Interaction
n Q (ATI) Siswa
g u Kelas IV MI
o r Kebonharjo
a Patebon
d n Kendal Tahun
i Pelajaran
H 2010/2011.
S a A
e d k
m i h
a t m
r s a
a M d
n e
g l A
. a r
l i
u f
Assalamu alaikum Wr. Wb. i i
M n

Dengan ini diberitahukan o

bahwa saya telah melakukan d 0

bimbingan , arahan, dan e 9

koreksi naskah skripsi l 3

dengan : P 1

Judul : e 1

Upaya Meningkatkan Hasil m 1

Belajar Mata Pelajaran b 2

Jurusan Program e 2

Studi l 8
a P
j e

Na a n

ma r d

NI a i

M n d
i
A k

5
a i
n d
i
A k
g a
a n
m
a A
g
I a
s m
l a
a
m I
s
P l
e a
n m
d .

Saya memandang bahwa


naskah skripsi tersebut sudah
dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo untuk diujikan
dalam Sidang Munaqosah.
Atas perhatiannya diucapkan
terima kasih.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I,

Rosidi, M.SI
NIP.197701312006041
011

6
ABSTRAK

Judul : Meningkatakn Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model
Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI
Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011
Penulis : Akhmad Arifin
NIM : 093111228

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan model pembelajaran Aptitude Treatment


Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajran al-Quran Hadits siswa kelas IV
MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dimaksudkan untuk
menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) pada pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011; dan 2) Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar mata
Pelajaran al-Quran Hadits melalui implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo
Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
Skripsi ini merupakan penelitian Tindakan Kelas yang mengambil objek penelitian kelas
IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang berjumlah 31 orang. Sumber primer penelitian ini ialah
pelaksanaan atau penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada
pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Jenis datanya diambil
dari penerapan dan observasi langsung di lapangan, intervieu dengan kolaborator, siswa, dan
Kepala MI Kebonharjo, adapun sumber skunder berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat,
daftar hadir atau buku tamu, arsip, bahan bacaan, majalah, dan lain-lain.
Pembahasan hasil penelitian, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-
Quran Hadits Melalui Penerapan Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa kelas IV MI
Kebonharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan
tersebut terlihat dari hasil tes akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-
Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 %
sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I
terdapat 25 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata
72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan kelompok
tingkat keceradasan siswa dihasilkan data sebagai berikut : 1. Siswa dengan kelompok kepandaian
rendah, mengalami peningkatan berturut-
turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan
siklus II 69,66

7
2. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari
data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0
3. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari
data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan
siklus II 89,27.

8
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5043 b/ U/ 1987 tertanggal 22
Januari 1998

A. Huruf Hijaiyah

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan


1 Alif - Tidak dilambangkan
Ba' B -
Ta' T -
Tsa S S dengan titik atas
Jim J -
C Ha H H dengan titik bawah

t Kha Kh -
Dal D -
j Zal Z Z dengan titik atas

J Ra R -

J Za' Z -

O Sin S -

o Syin Sy -

o Sad s. S dengan titikbawah

6 Dad D d dengan titik bawh

Ia Ta' T T dengan titik bawah


Dha Z Z dengan titik bawah
i

e Ain Koma terbalik

e gain G -
Fa F -
Qaf Q -
Kaf Kh -
J Lam L -
Mim M -
0 Nun N -

9
J Wawu W -
Ha H -
f Hamzah Koma lurus miring
LS Ya Y -
S Ta' marbutah H Dibaca ah ketikamawquf
s... Ta' marbutah t/ h Dibaca ah/ at mawquf

B. Vokal Pendek

Arab Latin Keterangan Contoh


- a Bunyi fathah pendek dai
- i Bunyi kasrah pendek r\ LH

- u Bunyi dhumah pendek


C. Vokal Panjang
Arab Latin Keterangan Contoh
1_ a Bunyi fathah panjang u*
i Bunyi kasrah panjang <^
u Bunyi dhumah panjang j jS
D. Diftong
Arab Latin Keterangan Contoh
j— aw Bunyi fathah diikuti waw
ai Bunyi fathah diikuti ya' JJS
^—
E. Pembauran Kata Sandang Tertentu
Arab Latin Keterangan Contoh
Al-qa Bunyi al qomariyyah
US« Sy-Sya Bunyi al syamsiyyah/ diganti
denganhuruf berikutnya
p»j Wal-mu/ Bunyi al Qomariya/ al
Wat-ta syamsiyahdiawali huruf
hidup, maka tidak terbaca
mandiri

10
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan sanjung penulis panjatkan hanya kepada

Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan bimbingan kepada mahluknya tanpa

terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi besar Muhammad saw beserta

keluarga, Sahabat, dan para pengikutnya.

Syukur Alhamdulilah skripsi ini, dapat diselesaikan setelah melewati waktu yang panjang

dengan mengalamu berbagai kesulitan dan hambatan.

Berkat petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011."

Selanjutnya perkenankanlah penulis menyampaikan hormat dan terima kasih, kepada:

4. Prof. Dr. H. Muhibbin selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang


5. Dr. H. Sudjai, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
6. Ahmad Muthohar, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo
Semarang.

7. Rosidi, M.SI selaku pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan penulis pada
penyusunan skripsi ini

8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

9. Kepada orang tua dan isteriku tercinta yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan
studi dan anakku yang baru lahir.

10. Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah memberikan ijin penelitian

11. Kolaborator dan siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah membantu

penelitian penulis.

12. Rekan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan semua pihak yang

membantu terselesainya penyusunan skripsi ini.

11
Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah membantu dan

memotivasi dalam pembuatan skripsi ini, mendapatkan limpahan rahmat dan amal baiknya

mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT.

Apabila ada yang berbeda dengan hasil penulis didalam skripsi ini, maka itu merupakan

ragam pemikiran yang barangkali dapat merupakan rahmah sebagai hazanah keilmuan. Tulisan ini

masih perlu didiskusikan atau didialogkan lebih jauh lagi.

Apabila pembaca mendapatkan bahwa ada beberapa hal yang belum dikupas dalam

skripsi ini maka merupakan peluang bagi semua pihak untuk memperluas wawasan tentang tema

dari penelitian ini. Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

Kendal, 2 Juni 2011

Penulis

12
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................................................ii

PENGESAHAN...........................................................................................................................iii

NOTA PEMBIMBING................................................................................................................iv

ABSTRAK...................................................................................................................................v

TRANSLITERASI......................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ix

DAFTAR ISI................................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

13. Latar Belakang Masalah......................................................................................1

14. Identifikasi Masalah.............................................................................................4

15. Pembatasan Masalah............................................................................................4

16. Rumusan Masalah................................................................................................5

17. Tujuan Penelitian.................................................................................................5

18. Manfaat Penelitian ...... 5

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

19. Deskripsi Teori...................................................................................................7

20. Hasil Belaj ar Al-Quran Hadits.....................................................................7

21. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)....................................19

22. Kerangka Berpikir..............................................................................................26

23. Kajian Penelitian yang Relevan..........................................................................27

24. Hipotesis Tindakan.............................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN

25. Jenis Penelitian ...... 29

26. Waktu dan Lokasi Penelitian..............................................................................29

13
27. Subjek Penelitian................................................................................................29

28. Pelaksana dan Kolaborator.................................................................................30

29. Rancangan Penelitian.........................................................................................30

30. Pelaksanaan Penelitian.......................................................................................34

31. Sumber Data.......................................................................................................41

32. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................41

I. Teknik Analisis Data...........................................................................................43

J. Indikator Keberhasilan........................................................................................45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE

TREATMENT INTERACTION (ATI) SISWA KELAS IV MI

KEBONHARJO PATEBON KENDAL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

33. Hasil Penelitian Tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-

Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV

MI Kebonharjo

Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ................ 46

34. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus...........................................................46

35. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I............ 48

36. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II..............................................................52

37. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011........................................................................................................... 58

BAB V PENUTUP

38. Simpulan.............................................................................................................64

39. Saran-saran..........................................................................................................65

40. Penutup................................................................................................................66

14
DAFTAR PUSTAKA RPP

DAFTAR TABEL DAFTAR

GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

15
DAFTAR TABEL

TABEL

41. Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 47.

42. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal Pada Siklus I, 49

43. Aktivitas Belajar Siswa Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus I, 51

44. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal Pada Siklus II, 54

45. Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus II, 56

46. Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal, 58

47. Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interactian (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, 60

16
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

48. Desain Penelitian Tindakan Kelas, 31

49. Histogram Keaktivan Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal Secara Keseluruhan, 59

50. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal dari Pra Siklus sampai Siklus II, 60

51. Presentase Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Pra Siklus sampai Siklus II, 61

52. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Berdasarkan Kelompok dari Pra

Siklus sampai Siklus II, 63

17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di madrasah ibtidaiyah terutama pembelajaran Al-Quran Hadits

merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal berbasis keislaman, karena melalui

sebuah proses pembelajaranlah terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan

pendidikan. Tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai apabila tercipta sebuah proses

pembelajaran yang berkualitas. Pada tingkat mikro, guru mata pelajaran Al Quran dan Hadits akan

bertanggung jawab secara penuh dalam sebuah proses pembelajaran agar tercipta suasana

pembelajaran yang interaktif, efektif, dan berkualitas. Pada tingkat makro sebuah lembaga

pendidikanlah yang bertanggung jawab dalam pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas,

yaitu yang dapat memberikan kontribusinya dalam penciptaan proses pembelajaran nantinya.

Baik buruknya proses pembelajaran di sekolah atau madarasah menentukan kualitas

pendidikan. Sebuah proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil atau tidaknya dapat diukur

melalui dua hal, yang pertama ialah nilai atau kompetensi yang diperoleh peserta didik dan kedua

perubahan tingkah laku peserta didik yang dapat dilihat. 1 Nilai dapat diukur jika setelah adanya

proses pembelajaran pada peserta didik terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai yang

diperoleh sebelumnya. Perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses pembelajaran

tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik atau siswa tersebut. Menurut Catharina Tri

Anni dan kawan-kawan pada proses pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh

peserta didik setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan pada tujuan pembelajaran.
2
Tri Ani. Catharina, Teori Pembelajaran, (Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006),
hlm. 5

Tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits ialah untuk mempersiapkan peserta didik

menjadi manusia yang shalih pada kehidupan bermasyarakat dan

1 Nana Sudjana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
hlm. 37.

18
bernegara. Pada dasarnya tujuan Al-Quran Hadits ialah untuk mendidik dan memberi bekal

kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat,

kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut dibutuhkan suatu pola yang mampu menjembatani

tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru untuk memilih dan menggunakan

model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa perlu ditingkatkan. Kemampuan guru untuk

berkreasi dan improvisasi sangat diperlukan pada interaksi belajar mengajar, agar tercipta suasana

pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran demikian diharapkan mampu

menjadi basis pembelajaran Al-Quran Hadits yang mengacu tercapainya hasil belajar peserta didik

secara maksimal.

Ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits dapat

ditinjau dari guru yang kurang menguasai materi, metode dan media yang digunakan kurang tepat,

serta model pembelajaran yang masih konvensional. Model pembelajaran tersebut sebaiknya tidak

diterapkan lagi dalam pembelajaran. Guru Al-Quran Hadits pada waktu mengajar bukan saja

menggunakan metode ceramah atau bercerita dan berdiri di depan kelas, tetapi lebih dari sekedar

itu, yaitu bagaimana teknik, strategi, dan metode guru untuk mengkomunikasikan pesan atau

materi pelajaran, berinteraksi dan mengorganisir, serta berusaha secara maksimal mengelola

peserta didik sehingga berhasil dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Kreativitas penerapan metode pembelajaran yang canggih, keterlibatan emosional serta intelektual

pada setiap aktivitas belajar terutama pembelajaran Al-Quran Hadits, akan memiliki nuansa

kebermaknaan belajar yang tinggi bagi penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung

dalam Al-Quran Hadits.


3
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 2000), hlm.
7

Keberhasilan penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung pada

pembelajaran Al-Quran Hadits akan tercapai apabila seorang guru mata pelajaran Al-Quran Hadits

memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran

19
secara baik. Metodologi pembelajaran merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang model atau

metode yang digunakan pada pekerjaan mendidik.2 Kegagalan guru ketika mengajar tidak sedikit

disebabkan kurang mampunya guru menciptakan suasana belajar yang kreatif, di mana siswa

bergairah untuk belajar, memiliki kreativitas dan tanggung jawab untuk belajar secara mandiri,

serta mencapai kompetensi belajar yang diinginkan. Guru yang baik dan profesional tentu akan

mengusahakan model pembelajaran yang mampu merangsang motivasi dan kompetensi/hasil

belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Dipilihnya mata pelajaran Al-Quran Hadits pada penelitian ini berdasarkan wawancara

penulis dengan guru disebabkan karena kondisi pembelajaran mata pelajaran ini mengalami

kendala rendahnya minat belajar peserta didik dan menurunnya prestasi belajar siswa. Dalam

konteks pembelajaran di madrasah, mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan mata pelajaran

penting sebagai dasar bagi peserta didik untuk menguasai rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Hal ini mengakibatkan guru berupaya untuk mencari solusi alternatif terhadap

permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut.

Kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 penulis mengamati bahwa peroses pembelajarannya di

kelas IV masih bersifat konvensional. Guru mata pelajaran Al-Quran Hadits masih menggunakan

metode ceramah, sehingga gurunya saja yang aktif. Siswa hanya duduk mendengarkan, jika sudah

bosan kemudian dengan teman yang lain, atau sering ijin keluar dengan alasan ke belakang.

Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar sehingga nilai rata-

rata mata pelajaran Al-Quran Hadits peserta didik Kelas IV di bawah KKM. KKM yang ditetapkan

dalam pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran

Hadits peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 ialah 6,5.

2 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), hlm. 65.

20
Problematika pembelajaran Al-Quran Hadits di atas sangat penting untuk segera

dipecahkan, terutama untuk semester berikutnya. Karena mata pelajaran Al-Quran Hadits

merupakan pelajaran yang sangat esensial peranan dan kedudukannya baik perkembangan

kepribadian peserta didik secara mikro dan bagi nama baik lembaga sekolah (MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal) maupun masyarakat sekitarnya secara makro).

Berdasarkan kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan

kelas (PTK) pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan model pendekatan

pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan

karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar. 3 Menurut

Nur, pendekatan ini dikembangkan pertama kali oleh Cronbath & Snow tahun 1999 berdasarkan

asumsi bahwa "optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian

antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.4


7
Sardinian AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2002), hlm. 37.

Dipilihnya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata

pelajaran Al-Quran Hadits disebabkan model pembelajaran ATI memiliki kekuatan yang positif

dan sinergi yang mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik kearah perubahan yang kreatif

dan dinamis, mendorong minat dan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran. Berdasarkan

teori tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ATI mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran Al Quran Hadits, sehingga materi pembelajaran dapat

diberikan secara efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajarnya.

3 Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14


4 Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajarna Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam
Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), hlm. 23.

21
Pemahaman tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) di atas, mendorong penulis untuk menerapkan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) dalam proses pembelajaran Al Quran Hadits agar kualitas

pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, mengingat selama ini pembelajaran di madrasah, kurang

begitu memperhatikan keragamaan kemampuan peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah yang

muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian tindakan kelas ini yaitu :

53. Peranan guru yang terlalu dominan pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV
MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011.

54. Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan mendorong minat
belajar Al-Quran Hadits siswa

55. Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses pembelajaran Al-Quran
Hadits

56. Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada proses pembelajaran
Al-Quran Hadits.

57. Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata pelajaran Al-Quran
Hadits yang diberikan guru.

58. Menurunnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits.
59. Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan Hasil belajar Al-
Quran Hadits peserta didik. Konsep ini berdasar pada Hadits Rasulullah saw tentang niat di bawah

ini :

<j£l l^jlj s ^Ijjllj JLAC^VI l^j) " Jjfl J ^i^j 4J1C <&l t5i*-a <&l Jj^J

22
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena
kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka
hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. (HR. Bukhari).

8. Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran

Hadits peserta didik menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV

MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 ini.

60. Pembatasan Masalah


Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar

penelitian tindakan kelas ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang

akan dipecahkan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk

meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

61. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat diidentifkasikan

rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut :

62. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)


dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011 ?

63. Apakah impementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran


8
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Bandung : Al Maarif, 2003), hlm. 127.
2010/2011?

23
64. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui :

65. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran
al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011.

66. Meningkatkan hasil belajar al-Quran Hadits melalui impementasi model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011.

67. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat :

68. Secara Teoritis


69. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk dijadikan bahan

analisis memberdayakan peningkatan mutu pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode

ATI.

70. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan khususnya strategi dan

peranann guru dalam meningatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa melalui metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI).

71. Secara Praktis


72. Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan penerapan metode ATI

untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa.

73. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam

belajar di MI Kebonharjo Patebon Kendal.

74. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan

tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode Aptitude Treatment Interaction

(ATI) untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal.

75. Bagi IAIN Walisongo Semarang, sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam rangka

memperluas wawasan kependidikan berkaitan dengan metode pembelajaran aktif dan menambah

koleksi buku perpustakaan IAIN Walisongo Semarang di bidang pendidikan.

24
BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Al Quran Hadits

a. Pengertian Prestasi Belajar Al Quran Hadits

Guna mendekatkan pada pengertian hasil belajar Al Quran Hadits, terlebih

dahulu penulis jelaskan tentang pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli

sebagai berikut :

Pengertian belajar menurut Ngalim Purwanto, yaitu suatu perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman, di mana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada

tingkah laku yang lebih buruk.5 Menurut Roestiyah N.K., pengertian belajar ialah suatu

proses usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik yang dapat

membawa perubahan pada individu tersebut.6 Adapun pengertian belajar menurut Muhibbin

Syah, merupakan kegiatan berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.7

Sedangkan menurut Crow dan Crow mengartikan belajar dengan :

"Leraning is modification of behavior accompanying growth processes that are


brought abaut throught sensory of
12
stimulation ".
12
Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York :
American Book Company, t.th.), hlm. 215.

Artinya : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan di

mana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi melalui rangsangan

5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2000),


hlm. 85.
6 Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hlm. 8.
7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2009), hlm. 59.

25
Pengertian tentang belajar sebagaimana dikemukakan para ahli di atas dapat penulis

simpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat menimbulkan atau

menghasilkan perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan

melalui interaksi dengan lingkungannya.

Komponen belajar di atas secara implisit sesuai dengan konsep belajar yang dirumuskan

oleh tokok-tokoh pendidikan dari Timur dan Barat yakni, Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, tentang

komponen belajar sebagai bagian dalam proses pendidikan :

■SbJjjVl flu cfciiM oJij ^ Alkali]) JpUVl 0J> AuJi])

JJAJIJ 4_LJaij| Igjlj^j <jj£j ^ilil LJULA 4£La ^J^J ^JA,

Pendidikan ialah menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa anak dengan petunjuk dan
nasehat sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat ke dalam jiwa (menjadi
watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebajikan dan cinta beramal.

Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar pada proses pendidikan :

"By upon education I mean the influence of a permanent change in his

habits behavior of thought, and of attitude"8

"Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap

individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan tingkah

laku, pemikiran dan sikapnya".


13
Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, Idhatun Nasyfin, (Beirut : Mansyuriah, 1949), hlm.
189.

Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Mustaqim, ialah pengukuran dan penilaian

sebagai usaha mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dengan

8 Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm.
9.

26
kemampuan atau potensi dirinya seperti kecerdasan atau perbuatan yang mencerminkan

penerimaan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.9

Menurut Mulyono Abdurrahman, dalam bukunya Pendidikan bagi Anak Berkesulitan

Belajar" bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar.10 Sedangkan menurut A.J. Romiszowski, dikutip Mulyono Abdurrahman, bahwa hasil

belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem

tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya ialah perbuatan atau kinerja
17

(performance).

Peserta didik untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan,

karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi,

disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Konsep ini ditegaskan Nabi Muhammad saw. Dalam

Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, r.a. :

( L 9J ^ J A^SflJ

"Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah
sesuatu kebaikan, niscaya Allah akan menjadikannya faham/mengerti tentang ajaran
agama". (H.R. Bukhari).
17
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, him. 38.
18
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia : Maktabah Rikhlan, t.th.), him. 50.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah

mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar yang dialami

siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam

bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar

yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan

9 Mustaqim Abdul Wahib„ Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), him.
130.
10 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), him.
37.

27
oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat bahwa prestasi

belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan

pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan

sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan

penilaian terhadap hasil belajar siswa. 11

Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan prestasi ialah hasil yang telah

dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan

sebagai hasil yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku

rapor sekolah.

Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang

ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Quran dan Hadits. Al Quran merupakan sebuah kitab

suci petunjuk yang diturunkan Allah SWT


20

kepada nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia. Al Quran
21

menurut

22
bahasa berarti 'bacaan' atau 'yang dibaca'. Kata 'Quran' dalam arti demikian terdapat dalam surat Al

Qiyamah ayat 16 :
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-
cepat (menguasai) nya.". (Q.S. Al Qiyamah : 16)

Al Hadits menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu yang

disandarkan atau dihubungkan (maudlifa/mautsira) kepada Nabi


23

11 Sia Tjundjing. Hubungan IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi, (Solo : Anima, 2007),
hlm.1

28
20
Utsman Najati, Al Quran dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1995), hlm. 1.
21
M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1994), hlm. 1.
22
Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 567.
23
Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknoloi Informasi, (Semarang :
RaSail, 2010), hlm. 12

Muhammad saw. Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.

29
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Al Quran Hadits

merupakan kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah mempelajarai atau belajar mata

pelajaran Al Quran Hadits.

Proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap tegas dalam mengambil

keputusan berkaitan dengan perencanaan kegiatan penilaian, penjaminan mutu hasil belajar secara

individu atau kelompok dalam lingkungan tertentu, dalam hal ini ialah lingkungan sekolah. Konsep

tersebut secara implisit dijelaskan Khurshid Ahmad, :

"Education is a continuous process through which moral, mental and

phisical training is provided to younger generations, who also acquire


24

their ideals ang culture through it".

Sejalan dengan pemikiran di atas Khaeruddin, menjelaskan bahwa setiap sekolah atau

madrasah wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk

memenuhi/melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP). Penjaminan mutu hasil belajar

dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana


25
12
pada suatu program yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
24
Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Education, (Lahore : Islamic Publication Limited,
1959), hlm. 4.

Hasil belajar mempunyai pengertian identik dengan prestasi belajar yakni hasil yang telah

dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran Al Quran

Hadits yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa pendidikan agama di lingkungan sekolah

dan keluarga serta masyarakat, sehingga peserta didik memiliki potensi dan bakat sesuai yang

dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan

ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap

lingkungan sekitar. Peran guru atau orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap

kualitas hasil belajar agama yang dikuasainya. Nabi bersabda pada Hadits yang diriwayatkan

Imam Muslim dari Abu Hurairah, r.a. :

12 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan
Implementasinya di Madrasah, (Semarang : Madrasah Development Center (MDC) Jawa Tengah,
2007), hlm. 74.

30
"Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Tidaklah anak itu dilahirkan melainkan
atas dasar fitrah, maka (tergantung) kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani maupun Majusi. (H.R. Muslim)13

Hadits di atas menganjurkan guru/orang tua untuk membimbing dan memperhatikan

anak asuhnya sejak dini, mengajarkan dasar-dasar agama melalui Al-Quran dan Hadits agar

tertanam keimanan dan akidah yang kuat, membiasakan anak untuk berakhlakul karimah. Untuk

itu diperlukan landasan dan teladan dari orang tua atau guru dan juga dari kejadian-kejadian di

masyarakat. Konsep tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan pakar Psikologi

Pendidikan Anak Muhammad Athiyah Al Abrasyi :

Ljjii Ailaj] l ^ * I-IWJUO (JAULJJ S t_p. ^J^l ^l^Cl 4ajjli]l

"Pendidikan merupakan proses menyiapkan sesuatu untuk hidup yang sempurna dan hidup
bahagia, mencintai kepada negaranya, kuat jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
berurutan dalam pemikirannya, lembut perasaannya, bekerja sama dengan orang lain,
benar atau baik pernyataannya dalam tulis dan lisan, dan menekuni pekerjaan dengan
tangannya".14

b. Ruang Lingkup Hasil Belajar Al Quran Hadits

Berdasarkan uraian di atas telah disimpulkan tentang hasil belajar yakni kemampuan

yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran, sedangkan Al Quran Hadits pada

pembahasan ini merupakan mata pelajaran yang membahas sumber ajaran Islam.

13 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut : Daruk Qutub, tth), hlm. 2047.
14 Muhammad Athiyah Al Abrasyi, Ruhut Tarbiyah Wattaslim, (Cairo : Darul Haya,
t.th), hlm. 7.

31
Hasil belajar Al Quran Hadits yang diharapkan dapat dicapai peserta didik pada proses

pembelajaran Al Quran Hadits di sekolah penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang

atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses pembelajaran

keberhasilannya dievaluasi dari seberapa jauh belajar yang dicapai peserta didik, di samping diukur

dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki peserta didik. Tipe hasil belajar

harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksional). Sebab evaluasi menurut S. Nasution,

selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk atau tipe pengajaran yang efektif,

memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran dan berguna untuk mengetahui sampai di

manakah siswa telah


28
15
mencapai tujuan pelajaran (sesuai dengan tipe) yang telah ditentukan.

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang yakni, bidang

kognitif (penguasaan intektual), bidang afektif (berhubungan sikap/nilai), dan bidang psikomotor

(kemampuan bertindak atau berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang

hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar di sekolah. Oleh sebab itu ketiga

aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari proses pembelajaran. Hasil

belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah

pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran. Jadi rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil

belajar yang diharapkan dikuasai peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut.

Adapun tipe-tipe hasil belajar peserta didik pada proses pembelajaran Al Quran Hadits

meliputi hasil belajar bidang kognitif (cognitive domain), hasil belajar bidng afektif (afective

domain), dan hasil belajar bidang psikomotor


29

(psychomotor domain).
29
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm.
223-224.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah

tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di

15 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm.
78.

32
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan pada peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran. Di

samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut

merupakan tujuan yang ingin dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala

perbuatannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada akhirnya tercapai ke semua

aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum

tercapai atau ranah kognitif dan afektif telah tercapai sedang ranah psikomotor belum tercapai, maka dapat

dikatakan bahwa tujuan pendidikan pada lembaga tersebut belum tercapai

secara sempurna.

Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 18.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha
30

Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Hisyr : 18).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Al Quran Hadits

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatip

menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman atau latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru

dalam belajar.
30
Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003),
hlm. 119.
Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan

tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil

belajar seseorang. Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik

internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber

33
dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu

segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga,

sekolah dan sebagainya.

Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena

tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang

kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya

prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut Sumadi Suryabrata, secara garis besar

faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua

bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a) Faktor

Fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud ialah faktor yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

76. Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan

memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang

bagi siswa dalam menyelesaikan


32

program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan pisiknya, siswa perlu

memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam

tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan

ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

77. Pancaindera
31
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002),
hlm. 233
32
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, hlm. 234

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung

dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara

34
pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar ialah mata dan
33

telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari

melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

b) Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,

antara lain ialah :

78. Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat

dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat inteligensi ialah kemampuan untuk

menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam

rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. 16 Taraf

inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang

memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi

belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah

diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,

juga sebaliknya .

79. Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang

menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Sikap merupakan kesiapan

seseorang untuk bertindak secara


35
33
35
Muhibbin
Alex Sobur,
Syah,
Psikologi
Psikologi
Umum,
Pendidikan,
hlm. 45 hlm. 78.

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata

16 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 45.

35
pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di

sekolah. (3) Motivasi

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi belajar pendorong seseorang untuk

belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.

Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle motivasi

belajar ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. 17 Motivasi belajar merupakan

faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau

semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan

kegiatan belajar. 2) Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa atau peserta didik, ada hal-hal lain

diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain : a) Faktor

Lingkungan Keluarga

80. Sosial ekonomi keluarga

Kondisi sosial ekonomi keluarga yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis

hingga pemilihan sekolah

81. Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya,

dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

82. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

17 Winkel, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 39.

36 133.
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau

nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan


37

keluarga yang harmonis. b) Faktor

Lingkungan Sekolah

83. Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu

kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

84. Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana

dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para


38
18
penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan

dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh

iklim belajar yang menyenangkan.

85. Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada

siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan

minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan Sarwono,

mengatakan bahwa faktor yang paling penting ialah faktor guru. Jika guru mengajar dengan

arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi

senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,
39
37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm.
176.

palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran. 19

18 E. Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya,


2007), hlm. 22.
19 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm.

37
c) Faktor Lingkungan Masyarakat

86. Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah

pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang

rendah pekerjaan guru/pengajar

87. Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai

dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap

orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Pengukuran Prestasi Belajar

Menilai merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah

satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang

akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam

rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil

atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata, bahwa

rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama masa tertentu.20

Syaifuddin Azwar, menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam

pendidikan, yaitu : Penilaian berfungsi selektif, penempatan, dan sebagai pengukur

keberhasilan.21 1) Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir suatu program dan hasilnya dipakai

untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan

tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi

terhadap beberapa siswa, misalnya :

204° Sumadi Suryabrata, Op. Cit. hlm. 298


21 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi Belajar, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset, 2008), hlm. 11

133.
88. Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

89. Memilih siswa untuk dapat naik kelas

90. Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa.


42
22
91. Penilaian berfungsi diagnostik.

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi

kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

2) Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan

untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya. 23

Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU kelas II menentukan jurusan studi di kelas III.

3) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat

diterapkan.24 Sebagai contoh ialah raport di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar

dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah

diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut. Penilaian pada Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMU,

tetaapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di

bawah 5 berarti buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik, baik dan sangat

baik.

Pada penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian sebagai

pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai hasil mengerjakan evaluasi atau tes

setiap akhir siklus.

22

Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 11 .
23 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 12.
24 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 13.

39
2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) a. Hakikat

dan Pengertian Pembelajaran ATI

Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) dapat diartikan

sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment)

yang efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu sesuai dengan

kemampuannya masing-masing. Pengembangan pembelajaran Al-Quran Hadits dengan

pendekatan Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan

perubahan perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan

penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai

dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal,

kelompok, atau individu sesuai kebutuhan.25

Hal ini berarti bahwa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik) pembelajaran ATI

merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment)

yang sedikit banyaknya mangkus (efektif) digunakan untuk siswa tertentu sesuai karakteristik

karakteristik kemampuannya. Didasari oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment)

dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Pernyataan di atas menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara hasil

belajar diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa

prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi kondisi pembelajaran yang

dikembangkan guru dikelas. Dengan demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok

perlakuan metode pembelajaran (treatment) yang diterapkan guru dengan perbedaan

kemampuan (Aptitude) siswa makin optimal hasil belajar yang dicapai.26

25 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm.
27.
26 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 67.

40
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat diperoleh beberapa

makna esesensial dari pembelajaran ATI, sebagai berikut :

92. ATI approach merupaka suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi
pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan

kemampuan (aptitude) siswa.

93. Sebagai sebuah kerangka teorotik pembelajaran ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi
akademik ? Hasil belajar akan tercipta bila man perlakuan-perlakuan (treatment) dalam

pembelajran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

94. Terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa
(achievment) tergantung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di

kelas (treatment).

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran ATI

Pembelajaran ATI berupaya menemukan dan memilih sejumlah pendekatan, metode/cara,

strategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu ttreatment yang

sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Kemudian melalui suatu interaksi yang

bersifat multi plikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan (treatment) tersebut dalam pembelajaran,

sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Keberhailan

model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) mencapai tujuan dapat dilihat

sebagaimana terdapat pesesuaian antara perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah

dimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Dengan demikian bahwa tujuan utama pengembangan model pendekatan Aptitude

Treatment Interaction (ATI) adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Melalu

penyesuaian pembelajran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Agar tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan metode pendekatan ATI dapat

dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang

dikemukakan Snow sebagai berikut :

41
95. Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment)
pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi variabel-
variabel tugas/jabatan dan situasi.
96. Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocok bagi siswa yang memilik
kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur fleksibel lebih
pas untuk siswa yang pandai.
97. Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit dalam
menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar
yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memilik rasa percaya diri
tinggi (independent) belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar
(fleksibel).27

c. Desain Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) dapat diartikan

sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang

efektif digunakan untuk individu atau peserta didik tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-

masing. Pengembangan pembelajaran Al-Quran Hadits dengan pendekatan Aptitude-Treatment-

Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan perilaku yang positif dan prestasi

akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan,

tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam

bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan
48

dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan.


48
Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta :
Rineka Cipta, 2008), hlm. 27.

Pembelajaran Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) melibatkan lima komponen strategi

pembelajaran, yaitu peragaan, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, dan penilaian nyata. Secara

garis besar langkah penerapan pembelajaran Aptitude-Treatment-Interaction dalam kelas adalah

(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,

menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2)

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (3) Laksanakan sejauh

27http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang Menyenangkan.rtf. html, diunduh


tanggal 15 April 2011.

42
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (4) Ciptakan 'masayarakat belajar' (belajar dalam

kelompok-kelompok); (5) Hadirkan 'model' sebagai contoh pembelajaran; (6) Lakukan refleksi di

akhir pembelajaran; dan (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu

dokumentasikan hasilnya.

Al-Quran Hadits diberikan kepada siswa pendidikan dasar untuk membekali siswa

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif. Sementara itu, penguasaan Al-Quran Hadits siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini

dapat diketahui dari rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa Indonesia yang menduduki

peringkat ke 32 dari 38 negara peserta pada tahun 1999 dan peringkat 37 dari 46 negara peserta

pada tahun 2003. Salah satu penyebabnya adalah belum efektifnya proses pembelajaran. 28

Untuk menguasai Al Quran Hadits secara baik diperlukan model pembelajaran yang

memperhatikan keragaman individu siswa. Hal ini sesuai prinsip pelaksanaan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, yakni siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan

menyenangkan.

Keberhasilan implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) khususnnya

mata pelajaran Al-Quran Hadits banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru. Artinya, pada diri guru

keberhasilan implementasi KTSP dibebankan. Makna lebih lanjutnya, sebaik apapun desain KTSP

jika guru tidak mampu mengimplementasikannya desain KTSP tersebut tidak akan pernah

terwujud di dalam proses pembelajaran.29

Bagaimana realitasnya di lapangan? Ada kesan umum, bahwa kemampuan guru Al-

Quran Hadits dalam implementasi KTSP masih kurang memadai. Sebagian besar dari mereka

masih berpredikat sebagai pelaksana KTSP

28 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction, hlm. 4.


29 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 42.

43
dan bahkan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru belum siap

menghadapi berbagai perubahan, akses pada materi mutakhir terbatas; wawasan dan keterampilan

pembelajaran juga terbatas.

Guru dalam pembelajaran di kelas hanya menekankan pada pengembangan pengetahuan

yang bersifat fakta dan ingatan, dan melupakan aspek proses dan konteks dalam pembelajara.

Menurud Sediadi, kompetensi guru-guru di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. 30 Motivasi

dan kesiapan belajar siswa rendah. Di samping itu, waktu belajar kurang, lingkup materi sangat

luas, serta akselerasi di bidang ilmu sangat cepat, teknologi dan seni begitu cepat. Keterbatasan

media pembelajaran baik jenis maupun jumlahnya, serta kemampuan memanfaatkan media masih

kurang. Suasana kelas kurang memotivasi siswa melakukan kegiatan belajar. Interaksi

pembelajaran belum optimal. Kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan

metode yang variatif juga kurang. Ini semua diperlukan upaya mengatasinya jika kualitas

pembelajaran menjadi tuntutan utama. Model pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau

strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada permasalahan

yang ada. Jika tidak, strategi pembelajaran manapun tidak akan bermakna.

Pertanyaan yang perlu segera dikemukakan ialah bagaimana cara mengimplementasikan

model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction berbasis portofolio?

Apakah model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment interaction dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, peningkatan mutu pembelajaran, dan optimalisasi

implementasi KTSP mata pelajaran Al-Quran Hadits di sekolah dasar ?

Banyak model pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi yang telah

dikembangkan para ahli, melalui penelitian maupun kajian konseptual. Namun ketika model-

model diterapkan guru-guru di sekolah seringkali hasilnya kurang efektif dan kurang adaptabel

yang disebabkan belum adanya model yang bisa dijadikan contoh oleh guru. Oleh karena itu,

melalui penelitian dan

30 Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Gema Insani Press,


2007), hlm. 13.

44
pengembangan ini diharapkan diperoleh pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan

aptitude treatment interaction untuk peningkatan kompetensi guru dan untuk mengoptimalkan

implementasi KTSP mata pelajaran Al-Quran Hadits di sekolah dasar.

Peningkatan kompetensi guru ialah peningkatan kemampuan guru dalam beradaptasi

dengan lingkungan pembelajaran (TIK), mengintegrasikan kurikulum dengan TIK,

mengintergrasikan beragam keterampilan guru di sekolah, dan


52

mengakomodasi beragam bahan pembelajaran dari kenyataan yang teraktual.

Apabila para guru telah mengetahui model pengembangan pembelajaran sebagai contoh

guru dipastikan akan mampu mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan aptitude

treatment interaction. Pada gilirannya mutu pembelajaran dapat meningkat lebih baik dan

peningkatan mutu pembelajaran ini diyakini akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini juga

berarti para guru memiliki kompetensi guru dalam mengajar lebih baik dan sesuai dengan tuntutan

era teknologi informasi yang mendukung optimalisasi implementasi KTSP. Keyakinan ini

didukung oleh pengalaman peneliti-peneliti terdahulu sebagaimana telah dikemukakan di atas.

d. Spesifikasi Metode Pembelajaran ATI (Aptitude-Treatment-Interaction)

Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) merupakan model pendekatan pembelajaran yang

berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam

rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau


53
52
Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004),
hlm. 14.
53
Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14

hasil belajar. Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa "optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan

perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.31 Pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI) yang

dikembangkan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penelitian tindakan kelas ini

dirancang dengan spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut :

31 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif., hlm. 23.

45
98. Perlakuan Awal Pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan

aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapakan

klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan, dan sekaliguss juga untuk

mengetahui potesi kemapuan masing-masing siswa dalam menghadpai informasi/ pengetahuan

ataupun kemampuan yang baru.

99. Pengelompokan Siswa Pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing.

Siswa

didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari yang berkemapuan

tinggi, sedang dan rendah.

100. Memberikan Perlakuan Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment)


yang

dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa yang

berkemampuan "tinggi" diberikan perlakuan (treatment) berupa self learning melalui modul.

Siswa yang memiliki kemampuan "sedang" diberikan pembelajaran secara konvensional atau

regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan "rendah" diberikan

perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh

guru Al-Quran Hadits sendiri atau oleh para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk

dan bimbingan dari guru.

101. Pemberian Test di akhir Setiap Pelaksanaan Pembelajaran Uji coba dilakukan dalam
penilaian prestasi akademik/hasil belajar

setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran kepada masing-masing kelompok yang

senuai dengan kemampuan siswa (tinggi sedang dan rendah) melalui beberapa kali uji coba dan

perbaikan serta revisi (dalam rentang waktu yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement

test untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya.

B. Kerangka Berfikir

Materi pelajaran Al-Quran Hadits untuk Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang disampaikan guru

46
Al-Quran Hadits dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan konsep-konsep yang masih

bersifat abstrak atau masih dalam gagasan serta disampaikan dengan metode yang kurang menarik

sehingga keaktifan siswa dalam belajar PAI rendah dan berpengaruh pada rendahnya prestasi

belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits,

berbagai strategi dan metode pembelajaran telah dilakukan oleh guru Al-Quran Hadits, tetapi

semua yang dilakukan itu belum dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai

alternatif yang dilakukan guru Al-Quran Hadits untuk meningkatkan Prestasi Belajar siswa Kelas

IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, karena model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) semua kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits dilaksanakan

dalam suasana yang menyenangkan, diselingi sebuah diskusi/kompetisi tim dan tetap serius.

Dengan hal ini diharapkan siswa merasa senang, tertarik dan memberikan motivasi tersendiri

kemudian memahami materi pelajaran Al-Quran Hadits itu dengan sendirinya serta dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Model Pembelajaran Siswa Kelas IV MI


Guru Kebonharjo Patebon
"Aptitude Treatment Interaction Kendal Tahun
(ATI)" Mata Pelajaran Al-Quran Pelajaran 2010/2011
Hadits

I
Peningkatan Prestasi Belajar Al-
Quran Hadits

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, guru di dalam proses pembelajaran Al-Quran

Hadits menggunakan model Aptitude Treatment

47
Interaction (ATI). Penggunaan model tersebut disampaikan secara fleksibel sesuai dengan waktu

yang digunakan.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

Skripsi karya Nurul Huda, (2008) Universitas Wahid Hasyim Semarang yang berjudul

Paradigma Al-Quran Hadits dalam Perspektif Al Quran. Meneliti tentang konsepsi Al Quran

dalam mengkaji peranan metode dan strategi pendidikan menuurt konsep yang tertuang dalam Al

Quran. Skripsi ini bersifat kualitatif (library research) dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, dalam konsep Al Quran, paradigma pendidikan pada saat ini memerlukan

strategi atau metode khusus agar pembelajarn menjadi lebih berbobot dan berkualitas. Penerapan

metode atau strategi baru dapat menunjang kompetensi peserta didik sehingga mampu

diaplikasikan di zaman post modern ini.

Burhanuddin, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, tahun 2005. Berjudul "Implementasi

Pembelajaran Interaktif pada Proses Pembelajaran Al-Quran Hadits untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa di SD Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005-2006". Skrpsi ini

meneliti tentang penerapan model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran Al-Quran

Hadits sehari-hari di kelas sebagai upaya atau solusi alternatif yang dilakukan guru mata pelajaran

Al-Quran Hadits untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa Sekolah Dasar

Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005/2006.

Dwi Nur Istikomah, UNNES, (2008), berjudul "Efektivitas Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction pada Mata Pelajaran IPS Sejarah Siswa Kelas IVIII SMP PGRI

Gemuh Kendal Tahun Ajaran 2008/2009" Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas IVIII SMP

PGRI Gemuh Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2008/2009.

Penelitian pertama di atas lebih memfokuskan pada bagaimana implementasi pendidikan

berpedoman konsep Al Quran. Adapun pada penelitian

48
kedua, penerapan pembelajaran interaktif untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits.

Sedangkan penelitian ke tiga, mengkaji tentang efektivitas model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas VIII SMP PGRI Gemuh Kabupaten

Kendal. Mengacu pada penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan,

adalah bahwa penelitian ini lebih terfokus pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al-Quran

Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah

yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun hipotesis pada peneliti ini

sebagai berikut :

Kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar Al Quran Hadits siswa di kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011.

91

49
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas

(classroom action research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiaan yang sengaja

dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.32 Pendekatan tindakan kelas menunjuk pada suatu

kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan

dilaksanakan berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi melalui tindakan di dalam

kelas secara bersama.33

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Quran Hadits Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011" dilaksanakan oleh peneliti dimulai

tanggal 12 Pebruari sampai 12 April 2011.

Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di MI Kebonharjo Patebon Kendal yang

berlokasi di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Lokasi penelitian (MI

Kebonharjo Patebon) ini berbatasan dengan :

102. Sebelah utara dengan Perumahan penduduk Desa Kebonaharj o

103. Sebelah selatan dengan masjid Al Muttaqien

104. Sebelah barat dengan perumahan penduduk Desa Kebonharj o

105. Sebelah timur dengan Jalan Irigasi dan Perumahan Patebon Indah.

32 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
33 Ibid, hlm. 3

50
106. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas IV semester II MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah responden atau

siswa terdiri dari 31 orang dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa

perempuan berjumlah 11 orang siswa MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kedal Tahun Pelajaran

2010/2011.

107. Pelaksana dan Kolaborator

108. Pelaksana
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri selaku guru mata

pelajaran Al Quran Hadits di MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV, karena selaku guru mata

pelajaran Al Quran Hadits peneliti melihat adanya problematika dalam pembelajaran di kelas

IV yang harus segera ditemukan solusi alternatifnya melaui penerapan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI), yaitu beragamnya kompetensi peserta didik dalam

memahami materi pelajaran Al Quran Hadits.

109. Kolaborator
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga diperlukan kolaborator

sebagai mitra kerja. Adapun yang menjadi kolaborator pada penelitian ini adalah Ibu Nur

Wahidah, S.Pd.I selaku Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal dan kolaborator yang kedua

adalah Bapak A. NA Huda, S.Ag, beliau adalah guru senior di MI Kebonharjo Patebon

Kendal. Pengalaman mengajar beliau dalam mendidik anak sudah tidak diragukan lagi yaitu

11 tahun. Menjadikan beliau sebagai kolaborator, diharapkan akan banyak diperoleh informasi

penting tentang berbagai macam strategi yang harus diterapkan oleh seorang guru untuk

mengatasi masalah pada kegiatan penerapan metode ATI pada pembelajaran al-Quran Hadits

di MI Kebonharjo

Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

91

51
E. Rancangan Penelitian 1.

Desain Penelitian

Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses berdaur (bersiklus)

yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan tindakan, observasi dan

52
melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru

atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah

yang sama seperti pada siklus pertama. Rangkaian dalam penelitian tindakan kelas dapat

digambarkan sebagai berikut :

53
Menurut Taggart, dalam Aqib, prosedur pelaksanaan PTK mencakup langkah-

langkah sebagai berikut :

110. Penetapan fokus masalah penelitian


111. Merasakan adanya masalah

112. Analisis masalah

113. Perumusan masalah

114. Perencanaan Tindakan


115. Membuat skenario pembelajaran

116. Mempersiapkan fasilitas dan saran pendukung yang diperlukan di kelas. Jika

digunakan instrument pengamatan tertentu, perlu dikemukakan bagaiman pembuatannya, siapa

yang akan menggunakan dan kapan akan digunakan.

117. Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses

dan hasil tindakan.

118. Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji

keterlaksanaan rancangan.

119. Pelaksanakan Tindakan


Dalam bagian ini skenario tindakan yang telah dirancang sebelumnya, mulai untuk

dilaksanakan dalam situasi yang actual. Pada saat ini kegiatan ini juga disertai dengan

kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

120. Pengamatan Interprestasi


Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan data adalah untuk mengumpulkan
bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. e.
Refleksi

54
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan

yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap


57

dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. 2.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 tahap :

121. Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

122. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah melalui perbincangan


dengan guru bidang studi Al-Quran Hadits serta memantau kegiatan belajar mengajar di kelas.

123. Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan.

124. Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI). Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran,

menyiapkan media pembelajaran, dan membuat kuis dan evaluasi untuk siswa

125. Menyiapakan perangkat pembelajaran.


126. Membuat lembar observasi meliputi lembar penilaian untuk menilai performance guru
dalam pengajaran, lembar penilaian untuk menilai keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran

di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal.

127. Rancangan Penelitian


57
M. Aqib, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rosdakarya, 2006), hlm.

Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan

dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap siklus sebagai berikut : 1) Perencanaan

(Planning)

30.
Dalam tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilakukan guru

atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan bahan pengajaran yang akan

diberikan kepada siswa, menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi,

menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan evaluasi/tes. 2) Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pelaksanaan penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang pelaksanaannya

menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini bentuk tindakan

yang dilakukan untuk tiap siklusnya hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan

sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Aptitude TreatmentInteraction (ATI).

128. Pengamatan (Observing)


Kegiatan ini, observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

dalam meningkatkan pretasi belajar siswa yang dapat dilihat melalui bagaimana kondisi atau

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi

dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data tes dan non tes. Data

tes berupa hasil tes evaluasi siswa. Data non tes berupa hasil pedoman observasi, hasil

wawancara dan dokumentasi foto.

129. Refleksi (reflecting)


Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya

untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi pada tahap tindakan. Dalam

hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi,

hasil perolehan skor kuis siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara yang telah

dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I

sehingga nantinya dapat dicari pemecahannya dan mempertahankan atau meningkatkan

kelebihan yang terdapat dalam siklus I. Berdasarkan hasil

56
refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan pada siklus I dan

selnjutnya siklus II.

F. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi

Pra Observasi

Peserta didik Di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 merupakan kelas transisi. Disebut sebagai kelas transisi sebab di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kendal mulai Tahun Pelajaran 2010-2011 mulai menerapkan guru bidang

studi yang sifatnya masih baru, bukan guru kelas yang selama ini diterapkan. Disebabkan sifatnya

yang masih baru, banyak dijumpai kesulitan pada pelaksanaannya. Seperti bagaimana membuat

perangkat pembelajaran, menyediakan alat-alat peraga yang dibutuhkan sesuai bidang studi

tersebut, mengetahui perbedaan karakteristik anak yang bergaam, dan yang terpenting ialah

menyusun evaluasi pembelajaran di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal sesuai dengan mata

pelajaran yang diampu guru.

Metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) diterapkan di kelas V MI Kebonharjo

Patebon Kendal berdasarkan rapat guru dan kepala sekolah, kemudian direalisasikan terlebih

dahulu melalui penelitian tindakan kelas oleh salah satu guru yakni Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd,I.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, penelitian yang

beliau lakukan di samping untuk menguji validitas penerapan metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal guna meningkatkan kemampuan

bahasa anak, juga sekaligus sebagai tugas skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Muhammadiyah Kendal.

Pelaksanaan pembelajaran pada masa transisi ini di kelas V MI Kebonharjo Patebon

Kabupaten Kendal menemui banyak kendala yang menunjukkan suasana kelas riuh dan ramai

namun keriuhan dan keramaian ini bukan mengarah pada materi pelajaran. Peserta didik suka

bermain dengan tidak mengenal waktu, apabila guru memutuskan untuk mengganti materi

pelajaran baru, anak didik cenderung enggan untuk belajar, bermain sendiri serta tidak ada unsur

minat dan motivasi untuk belajar. Pada saat guru memberikan

57
materi pelajaran kepada peserta didik, peserta didik banyak yang kebingungan dan tidak

mendengarkan penjelasan guru atau mereka mendengarkan tetapi kurang berkonsentrasi dalam

belajar disebkan gangguan dari teman-temannya, atau bahkan beberapa peserta didik diserang rasa

kantuk pada saat pembelajaran sedang berlangsung, hal ini terbukti pada saat diberi pertanyaan

oleh guru tentang materi yang baru saja dibahas atau diterangkan guru, peserta didik tidak mampu

menjawab pertanyaan yang diberian guru, atau sebaliknya ketika guru memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk bertanya apabila kurang memahami penjelasan guru, peserta didik

jarang yang bertanya, sebaliknya peserta didik mengatakan sudah paham apabila ditanya guru

tentang pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang baru diberikan guru. Di samping itu

banyak anak didik yang bergurau sendiri dengan temannya, atau bahkan beberapa siswa laki-laki

cenderung berkelahi untuk memperebutkan mainan. Adapun peserta didik perempuan suka mau

menang sendiri, atau cenderung cengeng bila permainnanya direbut anak laki-laki yang pada

akhirnya menangis. Fenomena tersebut menunjukkan potret pembelajaran yang memprihatinkan

disebabkan kurangnya empati, kesadaran diri, dan prestasi belajar Al-Quran Hadits sesama anak

didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal.

Setiap mengajar guru sudah berusaha memperbaiki diri. Persiapan sebelum mengajar

biasanya materi pada esok hari telah diberitahukan kepada peserta didik terlebih dahulu. Perbaikan

lainnya yang dilakukan guru pada pembelajaran ialah upaya guru menerapkan strategi dan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Secara umum gejala-gejala yang nampak pada perilaku peserta didik di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, menunjukkan mereka kurang interes (tertarik) dan kurang

memiliki empati sosial untuk bergaul dengan temannya atau egois, kurang memiliki rasa tanggung

jawab terhadap pelajaran, kurang memiliki perhatian dan tanggung jawab kepada tugas belajar,

dan kurang mampu memahami materi pelajaran yang diterangkan guru. Fenomena ini dapat dilihat

pada saat pelaksanaan pembelajaran, peserta didik tidak memberikan respon yang positip atas

rangsangan dari guru baik berupa pertanyaan, tugas

58
belajar, sikap belajar ketika guru sedang menerangkan dan mendemontrasikan materi pelajaran,

permainan, maupun kerapian berpakaian. Indikasi lain yang menunjukkan adanya kurang empati

dan toleransi dalam belajar yakni munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan

pembelajaran seperti suka bermain sendiri, bergurau, tidak disiplin, mengantuk di dalam kelas

ketika diterangkan, suka mengganggu teman-temannya, berbicara sendiri pada saat pembelajaran

berlangsung, dan bahkan mereka ada yang menangis, suka berkelahi, dan berkeliaran tidak karuan.

Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang sering melanggar peraturan kelas seperti sering

keluar masuk ruangan, melempar alat permainan, datang terlambat, suka membolos, sering

bergurau, dan yang paling parah serta menghawatirkan adalah rendahnya tingkat kesadaran untuk

mengikuti materi pelajaran, dan pembiasaan akhlak seperti mengucapkan salam.

Indikasi lainnya ialah anak laki-laki suka mengganggu anak perempuan atau bahkan

berkelahi dengan teman sesama laki-laki, dan enggan mengikuti pelajaran. Di samping itu nilai

pelajaran Al-Quran Hadits mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Menurut wawancara

dengan Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, belakangan ini jika diukur nilai aspek kemampuan belajar

dan kreativitas peserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dua tahun

belakangan ini cenderung menurun, dan yang cukup memprihatinkan penurunan tersebut adalah

pada Tahun Pelajaran 2010/2011 saat ini.

Guna mengetahui skala nominal prestasi belajar Al-Quran Hadit speserta didik di kelas

V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, berikut ini penuliti

paparkan estimasi nilai skala nominal pengukuran prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di

kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal yang peneliti peroleh dari hasil UAS di kelas

V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal yang peneliti susun pada tabel 1 di bawah ini :

59
Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi belajar

Al-Quran HaditsSiswa Di Kelas V MI Kebonharjo

Patebon Kendal

NILAI KUALITAS FREKU PROSE


O ENSI NTASE
BAIK 4 18,2 %
CUKUP 7 31,8 %
KURANG 11 50 %
JUMLAH 22 100 %

Tabel distribusi frekuensi di atas dapat dinterpretasikan dengan jelas bahwa rata prestasi

belajar Al-Quran Haditsanak didik dengan predikat baik sebesar 18,2 %, predikat cukup hanya 31,8

prosen, sedangkan predikat kurang sebesar 50 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata

prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal masih

rendah, yang ditunjukkan dengan dominasi predikat kurang sebesar 50 %.

Berdasarkan data tentang distribusi frekuensi di atas, kemudian divisualisasikan dalam

bentuk histogram seperti dalam gambar berikut :


50
60 50 40
31.8
-

18.2
30 - 20 10

Baik Cukup Kurang


Kemampuan Belajar Al-Quran Hadits

60
Gambar I

Histrogram Prestasi belajar Al-Quran Hadits Pra Siklus

Meskipun rekapitulasi di atas menunjukkan rata-rata prosentase prestasi belajar Al-

Quran Hadits rendah, ada hal khusus yang perlu memperoleh perhatian pada pembelajaran

kesenian seperti matematika, IPS, dan Kesenian di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal. Menurut Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I, selaku kepala MI Kebonharjo, pada pembelajaran

IPS, Matematika, dan Kesenian, peserta didik justeru menunjukkan perbedaan yang mencolok

dengan pembelajaran lainnya seperti materi pelajaran Al-Quran Hadits. Peserta didik menunjukkan

kegembiraan apabila guru memberitahukan bahwa sekarang pelajaran menari atau menyanyi.

Selanjutnya pada proses pembelajaran kesenian tersebut peserta didik begitu antusias menyimak

dan mengikuti pelajaran sampai selesai, apalagi jika menggunakan metode demonstrasi, metode

jigsaw, atau rool playing, peserta didik sangat bergembira, bersemangat dan tekun mengikuti

pelajaran sampai jam pembelajaran selesai. Hasilnyapun sebagaian besar anak didik sangat antusias

sehingga memahami materi pelajaran yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di kelas V MI Kebonharjo Patebon

Kabupaten Kendal, yaitu Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, memang apabila diberikan pelajaran

kesenian biasanya anak didik satu persatu atau secara bersama peserta didik disuruh menari atau

bernyanyi, atau mengambar atau member warna pada gambar atau objek tertentu, dan anak-anak

sangat tertarik sekali, berbeda dengan pemberian materi pelajaran lainnya. Mungkin karena sifat

anak-anak yang suka bermain dan kebebasan berkreasi dan bereksplorasi sehingga mereka suka

menari, menyanyi atau menggambar. Sebaiknya untuk materi lainnya diperlukan metode yang

sama dengan sifat-sifat anak-anak seumur itu, tentu saja disertai dengan alat permainan tertentu

sesuai dengan bahan yang diajarkan.

Realitas sebagaimana digambarkan ibu Fitriana Sari di atas, memang sesuai

problematika pembelajaran di lapangan, penulis melihat anak-anak begitu menyukai pelajaran

kesenian, bahkan untuk pelajaran ini, anak di kelas V MI

61
Kebonharjo Patebonini patut berbangga hati, karena mereka mampu berprestasi menjuarai ajang

lomba menyanyi, baca puisi, dan mewarnai gambar di tingkat maupun tingkat kabupaten Kendal

meskipun yang terakhir hanya sebagai juara harapan.

Mengapa siswa tersebut kurang tertarik dengan materi pelajaran selain kesenian ?

Mengapa siswa sering berkeliaran atau berkelahi atau berkelahi yang tidak mengarah pada proses

belajar ? Mengapa siswa rendah kesadaran untuk mengikuti pelajaran dan mengucapkan salam

atau berjabat tangan ? Apakah materinya yang terlalu sulit atau apakah faktor guru dalam memilih

metode yang tidak tepat ? Atau apakah karena kelemahan siswa sendiri atau karena kurangnya

motivasi, kurang berempati, kesadaran siswa untuk belajar ? Atau kurangnya perhatian guru atau

orang tua terhadap perkembangan emosional dan psikologis dan motorik peserta didik ?. Mengapa

justeru pada pembelajaran IPS dan kesenian, serta matematika anak didik menunjukkan minat

yang besar terhadap pelajaran bahasa tersebut, yang ditunjukkan dengan prestasi dan penghargaan

yang mengagumkan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten ? Deretan pertanyaan tersebut

berdasarkan pantauan peneliti merupakan suatu pertanyaan yang sering muncul dalam setiap

diskusi para guru atau pada saat rapat guru dan kepala MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal.

Berdasarkan hasil sharing tersebut muncullah ide yang disepakai bersama antara guru,

kepala madrasah dan peneliti untuk menerpkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada

pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal.

2. Implementasi Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada Mata Pelajaran Al-Quran

Hadits

Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari siklus I sampai siklus

II. 1. Diskripsi Siklus I

Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan

62
Tahap perencanaan meliputi :

130. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I.


131. Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
132. Membuat instrumen penelitian yaitu:
133. lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar Al Quran

Hadits dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran.

134. Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa.

135. Menyi apkan al at p emb el aj aran


136. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas.
b. Tindakan

137. Pra Pembelajaran


Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal, ruang

kelas dan tempat duduk ditata sesuai kebutuhan

138. Kegiatan awal (5 menit menit )


139. Guru mengucapkan salam

140. Guru bersama siswa membaca doa belajar

141. Kegiatan Inti (50 menit)


142. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa

143. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian tinggi,

sedang, dan rendah dengan ketentuan pembelajaran sebagai berikut :

• Siswa berkepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri). Siswa

ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium IPA. Kemudian siswa diberi

kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4)

Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar

diakhiri dengan postes.

63
• Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan
siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda.

Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional

dengan cara berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar

diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.

• Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok
siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri.

Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-

teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan

memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan

media alat pembeljaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward

pada waktu yang tepat. (4) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama

kelompok lain. (5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung

dengan kelompok siswa dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.

144. Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan

dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa.

145. Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk

mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui diskusi singkat untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai.

146. Metode pembelajaran menggunakan Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah

selesai.

147. Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) hari ini dan

menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelaj aran 2010/2011.

64
4) Kegiatan Akhir (15 menit)

148. Guru membagikan soal-soal evaluasi

149. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

150. Obervasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif.

Pada saat tindakan berlangsung, yang perlu dilaksanakan yaitu :

151. Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

152. Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas.


153. Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang diberikan guru
154. Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan
155. Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman.
156. Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi.
157. Pengamatan pada kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran
158. Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru.
159. Penggunaan waktu yang direncanakan.
10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes.

160. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk

perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi :

161. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan
proses pembelajaran pada siklus I.

162. Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.


163. Mendiskusikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan yang akan diterapkan pada proses
pembelajaran siklus II.

2. Siklus II

65
Tahapan kegiatan pembelajaran siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pada

siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan

memperhatikan hasil refleksi pada siklus I :

Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu :

a. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi :

164. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II.


165. Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
166. Membuat instrumen penelitian yaitu:
167. lembar observasi untuk mengumpulkan data keaktifan siswa pada pembelajaran.

Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena prestasi belajar dicapai jika siswa benar-

benar mengikuti pembelajaran.

168. Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa.

169. Menyiapkan alat pembelajaran


170. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas.
b. Tindakan

171. Pra Pembelajaran


Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo, tempat

duduk/pembelajaran ditata sesuai kebutuhan

172. Kegiatan awal (5 menit menit )


173. Guru mengucapkan salam

174. Guru bersama siswa membaca doa belajar

175. Kegiatan Inti (50 menit)


176. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa

177. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan kepandaian tinggi,

sedang, dan rendah dengan ketentuan pembelajaran sebagai berikut :

* Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri),

kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta

66
pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium

IPA dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Kemudian

siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan

LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan

belajar diakhiri dengan postes.

• Siswa berkepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan siswa
berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok

berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah dan diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri

dengan postes bersama kelompok yang lain.

• Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa
dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan

pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan

tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-konsep

esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara

maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya

jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti

postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk

bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.

178. Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus memberikan

dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa.

179. Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali untuk

mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui diskusi singkat untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai.

e) Metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah selesai.

67
f) Guru menyimpulkan pembelajaran Al Quran Hadits menggunakan model pembelajaran ATI

hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal. 4) Kegiatan Akhir (15 menit)

180. Guru membagikan soal-soal evaluasi

181. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

182. Obervasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif.

Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu dilaksanakan adalah :

183. Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits
melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

184. Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas.


185. Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang diberikan guru
186. Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan
187. Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman.
188. Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi.
189. Pengamatan terhadap kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran
190. Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru.
191. Penggunaan waktu yang direncanakan.
10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes.

192. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk

perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan

untuk membuat simpulan sementara

berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I.

2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.

68
3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan penelitian.

193. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer dan sumber

skunder.

194. Sumber Data Primer

Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan


58

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer penelitian

ini adalah subjek penelitian yaitu siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh

Tim peneliti atau kolaborator dan hasil tes/ulangan.

195. Sumber Data Skunder

Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber skunder ialah data yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian. 34 Data

skunder pada penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir

atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan, perpustakaan sekolah, majalah,

OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini bersifat mendukung terhadap data primer yang

berasal dari siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011.

196. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi :
58
Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91
I. Teknik Tes

34 Ibid, hlm. 91

69
Teknik yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang berjumlah 10 soal

uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi. Untuk memperoleh data tes dilakukan

sebanyak tiga kali pada setiap akhir siklus I, dan akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh

siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal secara individu. Setelah tes pada akhir

siklus I dilaksanakan, peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui

kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi pembekalan lebih lanjut

untuk mengahadapi tes pada siklus II, kemudian peneliti menganalisa hasil tes tersebut sehingga

diketahui kelemahan yang dialami siswa pada siklus II. Target tingkat keberhasilan siswa apabila

siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu dapat mencapai 75.

2. Teknik Non tes

Teknik non tes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi selama

proses pembelajaran. Teknik non tes ini meliputi :

197. Teknik Observasi

Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan

dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. 35 Metode observasi atau pengamatan

langsung pada penelitian ini penulis gunakan untuk menyelidiki penerapan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar Al

Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

198. Teknik Wawancara/Intervieu

Teknik wawancara atau intervieu yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya

jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. 36

Metode ini peneliti gunakan kepada : 1). Kepala MI Kebonharjo Patebon, untuk memohon

ijin penelitian dan

35 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003),
hlm. 136.
36 Ibid, hlm. 71

70
penggalian data aktivitas belajar siswa. 2). Guru, untuk menggali data tentang penerapan

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada untuk meningkatkan pretasi

belajar pada pembelajaran Al-Quran Hadits siswa

Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. 3).

Siswa, untuk mengetahui aktvitas siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011 dalam mengikuti pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penerapan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

Wawancara dilakukan peneliti setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Adapun cara

yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu : (1) Mempersiapkan lembar

wawancara yaitu berisi daftar pertanyaan yang diajukan pada siswa, (2) Menentukan siswa yang

nilai tesnya rendah, cukup dan baik kemudian diajak wawancara, (3) Merekam dan mencatat hasil

wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan. c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan jalan pengambilan

keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan, transkrip nilai, notulen rapat, agenda

dan sebagainya.37 Metode dokumentasi pada penelitian ini penulis gunakan untuk menggali

data tentang pelaksanaan Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

pembelajaran Al-Quran Hadits melalui absensi siswa, jurnal, notulen rapat, dan evaluasi

pembelajaran untuk mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran

berdasarkan nilai ulangan harian dan nilai rapot siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

meliputi :

37 Ibnu Hajar, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2000), hlm. 69.

71
199. Teknik Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar atau Hasil belajar

siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Apakah

dengan dipergunakannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rumus yang digunakan

untuk menghitung nilai masing-masing siswa adalah:

R
S = - x 100 N
Keterangan :

S = Nilai yang dicari

R = Jumlah skor yang dijawab

N = Skor maksimum.

Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II dibandingkan

sehingga diketahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

200. Teknik Kualitatif

Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa

terhadap pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI), dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil

antara lain : a. Lembar observasi kinerja guru

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang

kegiatan guru pada saat menerapkan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada proses

pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011. Data diambil sekali dalam setiap siklus sehingga diperoleh

gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang kinerja guru dengan cara mencheklist (V)

indikator yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.

72
b. Lembar observasi keaktifan siswa

Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa kelas

Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dalam kegiatan pembelajaran PAI

menggunakan model Aptitude Treatment Interaction (ATI). Analisis data keaktifan siswa yaitu

dengan menghitung rata-rata keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran. Kriteria keaktifan

siswa 75 % dari seluruh siswa memperoleh nilai keaktifan > 75 atau siswa yang aktif

meningkat.

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatankan hasil

belajar bidang studi Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) di kelas Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011 ini sebagai berikut :

201. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal 70, dan secara

klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang telah mencapai ketuntasan.

202. Hasil belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Al-Quran Hadits secara umum

bisa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di

Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

73
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATA PELAJARAN AL-

QURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ATI SISWA KELAS IV MI

KEBONHARJO PATEBON KENDAL

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A. Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits

Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011

Hasil penelitian tindakan kelas ini mendiskripsikan hasil observasi dan tindakan

pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12

Pebruari 2011, dan tindakan pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Pebruari

2011. Pokok materi bahasan ialah pembelajaran Al-Quran Hadits. Lokasi penelitian di kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal. Adapun Subjek penelitian ialah siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun

Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang.

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan

dibantu oleh kolaborator yaitu wali kelas IV. Pada setiap akhir proses pembelajaran yang

dilaksanakan tes formatif dan akan dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan

tindakan pembelajaran yakni untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi

pelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus

Tinjauan awal tentang kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI

Kebonharjo diperlukan untuk mengetahui problem-problem pembelajaran yang muncul agar

dapat diidentifikasi dan menentukan solusi alternatif terhadap tindakan pembelajaran ayang

akan ditempuh selanjutnya.

Hasil observasi terhadap kondisi awal penelitian ini ditemukan : a. Kondisi pembelajaran Al-

Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal menunjukkan masih terdapat

kesenjangan antara kurikulum mata

74
pelajaran Al-Quran Hadits dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru. Layanan

pembelajaran belum bias mengakomodasi dan mengapresiasi perpedaan kemampuan (aptitude)

siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Kondisi demikian berdampak pada

prestasi belajar siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Hasil pra Survey pada semester

gasal Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa 45 % siswa tidak tuntas.

203. Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pra siklus,

penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan metode ceramah secara dominan

sehingga pembelajaran kurang bergairah dan kurang mendapat apresiasi dari siswa. Kondisi ini

menimbulkan penurunan prestasi belajar siswa yang berakibat pada hasil KKM rendah.

204. Anaisis kondisi kemampuan atas kepandaian siswa menunjukkan tidak sama dan

bervariasi dengan rincian siswa yang tergolong mempunyai kepandaian tinggi sebesar 40 %, siswa

berkepandaian sedang 35 % , dan siswa berkepandaian rendah sebesar 25 %. Berikut ini

ditampilkan tabel kondisi kepandaian siswa kelas IV MI Kebonharjo.

Tabel 1

Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal

NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE


1 Tinggi 12 40
2 Sedang 11 35
3 Rendah 8 25

Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus teradap kondisi pembelajaran Al Quran Hadits

dan kondisi kepandaian siswa yang bervariasi maka diperlukan pemecahan pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa keas V MI Kebonharjo. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas

diperlukan metode yang cocok yaitu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),

karena

75
metode ini secara khusus sangat tepat diterapkan untuk kelas yang memiliki siswa dengan

kepandaian beragam (menjadi 3 tinggi, sedang, dan rendah). 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus

Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI Kebonharjo pada

siklus I ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana Pembelajaran pada siklus I dengan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa

menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di

atas. Adapun skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) pada siklus I sebagai berikut :

205. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri).

Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching. Kemudian siswa

diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4)

Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar diakhiri

dengan postes.

206. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan

siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok

berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan pembelajaran ialah : (1)

Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama

kelompok yang lain.

207. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok

siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri.

Kegiatan pembelajaran kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits

dengan re-teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan

memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat

pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang

tepat. (4)

76
Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (5) Sebelum

pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan

kecerdasan tinggi sekitar 10 menit. Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV

MI Kebonharjo berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer mengadakan

pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama

data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan

sebagai berikut :

Pada siklus I dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari

instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah

keberhasilan mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi

pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan

keaktifan adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran.

Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik

maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.

Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran

Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal sebagai berikut :

TABEL 2

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV

MI KEBONHARJO

SIKLUS I

NO KETERANGAN DATA AWAL SIKLUS I


1. Nilai Tertinggi 85 90
2. Nilai Terendah 55 60
3. Nilai Rata-rata 64,5 72,2
4. Jumlah Tuntas 17 25
5 Jumlah Tidak Tuntas 14 6
6 Tuntas Klasikal (%) 45 % 80,6
7 Tidak Tuntas (%) 55 % 19,4
Jumlah Siswa 31 31

Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal di

atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum dikuasai

77
sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapaun jumlah siswa yang mengalami remidi sebanyak

7 orang.

Permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits melalui

penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I antara lain :

208.Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa atau peserta didik dengan
berkepandaian tinggi memerlukan tambahan sumber belajar dan referensi buku yang lebih variatif,

sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan sumber dan perbandingan yang

memadai dan lebih variatif.

209.Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan rendah
terlihat siswa sudah aktif bertanya dan mengadakan diskusi.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui penerapan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan

Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang

aktivitas belajar siswa sebagai berikut :

78
TABEL 3 AKTIVITAS BELAJAR

SISWA

SIKLUS I

PRA SIKLUS RATA-


NO AKTIVITAS SISWA
SIKLUS I RATA

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 3 4 3,5


2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan 4 4 4
pembelajaran
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang 3 4 4
dilakukan guru
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5 5 5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh 3 4 4
yang disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran 5 5 5
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 4 4 4
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4 4 4
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 3 4 3,5
10 Menyimpulkan materi bersama guru 3 3 3
Skor total 37 41 40
Persentase Aktivitas Keseluruhan 74 % 82 % 78 %

Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan

Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I sebagai berikut :

a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa dengan kepandaian tinggi

belum efektif disebabkan sumber belajar masih kurang, oleh karena itu sumber belajar perlu

ditambah agar siswa dapat mengkaji materi pelajaran secara lebih representatif.

79
210. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang dan

rendah sudah bagus. Konsistensi guru dalam melibatkan siswa perlu ditambah. Pendekatan

Aptitude Treatment Interaction (ATI) perlu ditingkatkan, terutama penjelasan ulang pelajaran

kepada kelompok siswa dengan kepandaian rendah, dna contoh-contoh yang lebih relevn secra

optimal, misalnya penggunaan media atau alat sebagai sumber belajar siswa.

211.Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa
di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

secara keseluruhan pada siklus I secara keseluruhan sebesar 78 %, nilai persentase ini belum

memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %.

212. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I yaitu 72,23. Nilai ini masih berada 2,5 % di

bawah standar ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 85 %.

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI Kebonharjo pada

siklus II ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana Pembelajaran pada siklus II dengan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3

kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas. Adapun

skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment Interaction

(ATI) pada siklus II sebagai berikut :

a. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri),

kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta pembahasan soal-soal

latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching

dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo. Kemudian siswa diberi

kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS;

80
(4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar

diakhiri dengan postes.

213. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan

siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok

berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah dan diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3) Kegiatan belajar diakhiri

dengan postes bersama kelompok yang lain.

214. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada

kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok

tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-

teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai

konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media alat

pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang

tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri

dengan mengikuti postes bersama kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi

kesempatan untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.

Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo

berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer mengadakan pengamatan dan

refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV terutama berkaitan dengan

data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan

sebagai berikut :

Pada siklus II dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi. Dari

instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah

keberhasilan mengajar tidak terlepas

81
dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai

perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah indikator adanya minat

dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat

keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami

sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.

Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran

Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal sebagai berikut :

TABEL 4

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS IV

MI KEBONHARJO

SIKLUS II

NO KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II


1. Nilai Tertinggi 90 90
2. Nilai Terendah 60 64
3. Nilai Rata-rata 72,2 77,9
4. Jumlah Tuntas 25 30
5 Jumlah Tidak Tuntas 6 1
6 Tuntas Klasikal (%) 80,6 96,8
7 Tidak Tuntas (%) 19,4 3,2
Jumlah Siswa 31 31

Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011 di atas, siswa yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi

pelajaran yang belum

82
dikuasai sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapun jumlah siswa yang mengalami remidi

sebanyak 1 orang.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan

Patebon Kabupaten Kendal pada siklus II antara lain :

215.Kelompok Siswa dengan Kepandaian Tinggi


216. Aktivitas pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo pada kelompok siswa berkepandaian

tinggi untuk mencari bahan belajar semakin meningkat.

217. Berkembangnya self-learning ke arah diskusi dan tanya jawab interaktif serta

pembahasan soal-soal latihan

218. Situasi cara belajar peserta didik atau siswa cenderung bebas tetapi tetap terkontrol

karena disamping siswa sudah tahu tanggung jawab untuk belajar, juga proses pembelajaran di

laboratorium ini diawasi oleh kolaborator.

219.Kelompok Siswa dengan kepandaian sedang dan rendah


220. Peningkatan terhadap frekuensi keterlibatan tanya jawab siswa pada proses Pembelajaran

Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

221. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan

serta sering mengerjakan tugas

222. Frekuensi keharian dan keaktifan siswa dalam setiap kegiatan semakin meningkat.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan

Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang

aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai berikut :

83
TABEL 5

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS II

SIKLUS SIKLUS RATA-


NO AKTIVITAS SISWA
I II RATA

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4 4 5


2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan 4 5 4.5
pembelajaran
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang 5 5 5
dilakukan guru
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 4 5 4,5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh 3 3 3
yang disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran 4 4 4
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 5 5 5
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 5 5 5
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 4 4 4
10 Menyimpulkan materi bersama guru 5 5 5
Skor total 42 45 44
Persentase Aktivitas Keseluruhan 84 % 90 % 88 %

Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo pada siklus II

sebagai berikut :

a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa V MI Kebonharjo dengan

kepandaian tinggi sudah efektif dan kondisi pembelajaran sudah berkembang dari hanya mencari

sumber belajar pada siklus I menjadi lebih berkembang ke arah diskusi, tanya jawab interaktif,

dan pembahasaan soal-soal latihan. Situasi kelas berubah kea rah lebih bebas.

84
223. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa V MI Kebonharjo dengan

kepandaian sedang dan rendah sudah bagus dan rasa percaya diri siswa sudah bertambah. Kondisi

ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan maupun sisiwa yang berani

menjawab pertanyaan tersebut. Kondisi kelas menjadi lebih hidup dengan adanya tanya jawab

interaktif dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. Kehadiran siswa pada setiap

kegiatan pada siklus II ini juga meningkat.

224. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI)

siswa di kelas IV MI Kebonharjo secara keseluruhan pada siklus II sebesar 88 % meningkat 10 %

dari siklus I yang hanya 78 %. Nnilai persentase ini sudah memenuhi target yang telah ditetapkan

dalam indikator keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %.

225. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo pada

siklus II yaitu 77,88. Nilai ini berada 2,5 % di atas standar ketuntasan belajar klasikal yang telah

ditetapkan, yaitu 85 %.

226. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa Kelas IV yakni Muhammad

Fatchurrozi, Insani Hayati, dan Muhammad Abdul Mujib, dapat diketahui hasil sebagai berikut :

Menurut Muhammad Fatchurrozi, menyatakan bahwa : "Saya merasa lebih bersemangat

dan termotivasi dalam belajar saat digunakan metode ATI, karena kami merasa lebih mudah

memahami materi pelajaran dari guru, bisa saling membantu dengan teman, dan aktif mencari

jawaban sendiri untuk menyelesaikan tugas dari guru". Menurut Insani Hayati, mengatakan

bahwa : "Kalau memakai metode ini saya jadi bisa belajar bersama teman satu kelompok yang

sama-sama pandainya, bisa bertukar pikiran jadi materinya bisa lebih mudah. Belajar Al-Quran

Hadits jadi lebih menyenangkan saat berdiskusi dan tanya jawab". Menurut Muhammad Abdul

Mujib, mengatakan bahwa : "Bisa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, ingin bisa tuntas dalam

evaluasi, karena malu kalau terus-terusan dikatakan siswa yang bodoh. Cara belajar yang

dilakukan saya dengan membaca Lembar kegiatan di rumah, dan bertanya jawab dengan teman

satu kelompok agar bisa tuntas nilainya".

85
B. Pembahasan Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-

Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits melalui model Aptitude Treatment Interaction

(ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus

II diperoleh data aktivitas belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai

berikut :

Tabel 6

Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV

MI Kebonharjo

RERATA RERATA

NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS SIKLUS


SIKLUS I II
1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 1 3,5 4
2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan 1 4 4,5
pembelajaran
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang 2 4 5
dilakukan guru
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 3 5 4,5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh- 1 4 3
contoh yang disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan 3 5 4
pelajaran
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan 2 4 5
guru
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 2 4 5
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 2 3,5 4
10 Menyimpulkan materi bersama guru 1 3 5
Skor total 17 40 44
Persentase Aktivitas Keseluruhan 34 % 78 % 88 %

PRA

86
Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa nilai keaktivan belajar siklus I

sebesar 78 % aktivitas tersebut meningkat 36 % dari data awal pra siklus yaitu 34 % menjadi 78 %

dengan kategori baik. Kemudian aktivitas belajar siswa tersebut meningkat 10 % pada siklus II

menjadi 88 % dengan kategori sangat baik. Deskripsi tentang peningkatan aktivitas belajar Al-

Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas

IV MI Kebonharjo mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui

histogram di bawah ini :

Gambar 2

Histogram Keaktifan Belajar Al-Quran Hadits secara Keseluruhan

Selanjutnya berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus,

siklus I dan siklus II diperoleh data prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara

keseluruhan sebagai berikut :

87
Tabel 7

Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Metode ATI Siswa

Kelas IV MI Kebonharjo

Rerata Sebelum ATI Setelah ATI


Rata-rata Siklus I dan
Siklus I Siklus II
Siklus II
64,5 72,23 77,88 75,05

Berdasarkan hasil nilai belajar di atas dapat di jelaskan bahwa rata-rata pada siklus I

mengalami peningkatan 7,73 dari awal atau pra siklus 64,5 menjadi 72,23. Kemudian pada siklus

II dari siklus I mengalami peningkatan 5.65 dari siklus I 72,23 menjdi 77,88 pada siklus II.

Sedangkan peningkatan dari sklus II dari data awal atau pra siklus terpaut angka 13,38 dan 64,5

menjadi 77,88.

Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui model

88
Kemudian perubahan dan peningkatan oleh masing-masing kelompok (tinggi, sedang,

dan rendah) yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata setiap kelompok siswa tiap siklus

adalah :

Gambar 3 Prestasi Belajar Siswa dari Para Siklus sampai Siklus II

90
227. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66.

228. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0

229. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan

siklus II 89,27.

Gambar 5 Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kelompok dari Para Siklus sampai Siklus II
Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui

penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI

91
Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 berdasarkan

kelompok dengan kepandaian tinggi, sedang, dan rendah, mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus

II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini :

92
Dari hasil wawancara dari sampel 3 siswa, yaitu 1 siswa dari kelompok nilai tinggi, 1

siswa dari kelompok nilai sedang dan 1 siswa dari kelompok nilai rendah dapat diketahui bahwa :

230. Siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) karena dalam model pembelajaran seperti ini

siswa bisa belajar dalam kelompok sehingga bisa saling bertukar pikiran dan bekerjasama untuk

memahami materi pelajaran.

231. Pembelajaran dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) suasana

belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan, karena siswa dikelompokkan sesuai dengan

tingkat kepandaiannnya. Dengan model seperti ini siswa yang bodoh merasa bahwa dia harus

berusaha lebih baik agar tidak dikatakan bodoh lagi.

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya guru

untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran


2010/2011 telah berhasil.

93
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan beberapa uraian dan analisis di atas, dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran

Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011 diterapkan dengan cara guru membagi kelas berdasarkan

tingkat kepandaian siswa menjadi tiga kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan

rincian sebagai berikut : 1) Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-

teaching (belajar sendiri) berkaitan dengan materi hadits tentang niat. Siswa ditempatkan

pada ruangan tersendiri. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar

dengan buku paket dengan cara siswa mencari hadits berhubungan dengan niat; (3)

Mengerjakan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu. 2)

Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur dengan

siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat duduk yang berbeda.

Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional

dengan cara berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini, yaitu guru menjelaskan

hadits tentang niat, manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya, selanjutnya

kegiatan tanya jawab, dan demonstrasi. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa dan

bergabung dengan kelompok semula. 3) Siswa dengan kelompok belajar rendah,

penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang,

namun menempati tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran

kelompok kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits dengan re-

teaching dan tutorial yaitu :

94
232. Mengulang menyajikan pelajaran hadits tentang niat kepada siswa dengan memulai
konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering) dalam hal ini siswa diberi penjelasan

secara detail, kemudian siswa diharapkan untuk membaca secara bersama-sama dan berulang

sampai setengah hafal dan jelas;

233. Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau
motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal

latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain.

2. Upaya meningkatkan pretasi belajar siswa melalui penerapan metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes

akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar

82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi

tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25

orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23,

sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan

kelompok tingkat keceradasan siswa dihasilkan data sebagai berikut :

234. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66

235. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0

236. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu

dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I

84,27, dan siklus II 89,27.

B. Saran

Untuk dapat meningkatkan pretasi belajar Al-Quran Hadits siswa, maka

95
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

237. Sekolah/Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya meningkatkan

pembinaan kepada guru-guru terutama guru Al-Quran Hadits, karena guru Al-Quran Hadits

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih rumit dari guru pelajaran umum. Diharapkan

dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.

238. Guru

Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme.

Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi yang digunakan, sehingga

penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. Tidak hanya itu,

kemampuan meyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH,

Silabus, dll. Bila persiapan telah matang, mengajar tidak akan terkesan seadanya dan

mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

hasil belajar yang diperoleh siswa.

239. Kepada peserta didik

Bagi peserta didik di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, hendaknya tingkatkanlah belajar, manfaatkanlah fasilitas-

fasilitas pendidikan yang tersedia baik di sekolah atau keluarga, dan rajinlah membiasakan

pretasi belajar yang baik dalam pergaulan agar tercapai prestasi belajar lebih baik dan optimal.

240. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak keluarga, sekolah,

masyarakat, dan negara. Oleh sebab itu, kerja sama yang baik dan iklim yang kondusif sangat

membantu cita-cita pendidikan bersama, orang tua, sekolah, masyarakat, anak-anak dan Bangsa

Indonesia.

C. Kata Penutup

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi membimbing dan

menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun

sebagaimana mestinya.

96
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan maupun

kesalahan. Maka saran dan kritik yang membangun diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak

lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

97
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta :


Rineka Cipta, 2003

Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang : Aditya Media,

2001

Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta : Gramedia, 2001

Al Gulayaini, Syeikh Mustafa, Idhatun Nasyfin, Beirut : Mansyuriah, 1949 Aqib, Muhammad,

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rosdakarya,


2006.

Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, Jakarta : Rineka
Cipta, 2003

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007

Azwar, Saefuddin, Metodologi Penelitian, Semarang : Aneka Ilmu, 2008

Bruno, Frank J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta : Kanisius, 1989

Catharina, Tri Ani., Teori Pembelajaran, Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006

Depag RI., Al Qur an Al Ally, CV Diponegoro, Bandung, 2000

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 2005

Hajar, Ibnu, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Gramedia Pustaka

Jaya, 2000

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Mengajar, Jakarta : Rineka, 2000

Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, Jakarta : Bumi Aksara, 2004

http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang
Menyenangkan.rtf. html, diunduh tanggal 15 April 2011.

Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,


1989

98
Madjid, Abdul, Pembelajaran Inovatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2007

99
Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka
Setia, 1997

Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda


Karya, 2000

Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya,


2003

Nasution, S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2003

Pratini, Siti, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; C.V. Studing,2001

Prayetno, Agus, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Rineka Cipta,

2004

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2006 Sardiman AM, Interaksi

dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press,


1988

Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press,


2007

Sudjana, Nana, dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Sinar Baru,

1989

Sudjana, Nana, Model-model Pembelajaran CBSA, Bandung : Sinar Baru, 2000

Sudjana, Nana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta, 2007

Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi
Pengajaran, Bandung : Tarsito, 1982

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction ATI, Jakarta :

Rineka Cipta, 2008

100
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 Tirtonegoro,

Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta


: Bina Aksara, 1999

101
Tu'u, Tulus, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo,
2004

Zuhairini, Metodologi Al-Quran Hadits, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

102
Lampiran 1

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA

KELAS IV MI KEBONHARJO

PRA SIKLUS

NO KETERANGAN PRA SIKLUS


1. Nilai Tertinggi 85
2. Nilai Terendah 55
3. Nilai Rata-rata 64,5
4. Jumlah Tuntas 17
5 Jumlah Tidak Tuntas 14
6 Tuntas Klasikal (%) 45 %
7 Tidak Tuntas (%) 55 %
Jumlah Siswa 31

Kebonharj o, Maret 2011 Guru

peneliti

Akhmad Arifin

103
Lampiran 2

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS I

NO KETERANGAN SIKLUS I
1. Nilai Tertinggi 90
2. Nilai Terendah 60
3. Nilai Rata-rata 72,2
4. Jumlah Tuntas 25
5 Jumlah Tidak Tuntas 6
6 Tuntas Klasikal (%) 80,6
7 Tidak Tuntas (%) 19,4
Jumlah Siswa 31

Kebonharjo, Maret 2011 Guru

peneliti

Akhmad Arifin

104
Lampiran 3

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA

KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS II

NO KETERANGAN SIKLUS I
1. Nilai Tertinggi 90
2. Nilai Terendah 64
3. Nilai Rata-rata 77,9
4. Jumlah Tuntas 30
5 Jumlah Tidak Tuntas 1
6 Tuntas Klasikal (%) 96,8
7 Tidak Tuntas (%) 3,2
Jumlah Siswa 31

Kebonharj o, Maret 2011 Guru

peneliti

Akhmad Arifin

105
Lampiran 4

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PRA

SIKLUS

NO AKTIVITAS SISWA PRA SIKLUS


1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 3
2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran 4
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru 3
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang 3
disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran 5
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 4
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 3
10 Menyimpulkan materi bersama guru 3
Skor total 37
Persentase Aktivitas Keseluruhan 74 %

Kebonharjo, Maret 2011 Guru

peneliti

106 Akhmad Arifin


Lampiran 5

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS I

NO AKTIVITAS SISWA S SIKLUS I


1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4
2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran 4
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru 4
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang 4
disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencari bahan pelajaran 5
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 4
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 4
10 Menyimpulkan materi bersama guru 3
Skor total 41
Persentase Aktivitas Keseluruhan 82 %

Kebonharjo, Maret 2011 Guru

peneliti

107 Akhmad Arifin


Lampiran 6

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS II

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4


2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran 5
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru 5
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang 3
disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran 4
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 5
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 5
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 4
10 Menyimpulkan materi bersama guru 5
Skor total 45
Persentase Aktivitas Keseluruhan 90 %

SIKLUS II

Kebonharjo, Maret 2011 Guru

peneliti

108 Akhmad Arifin


Lampiran 7

PRESENTASE RATA-RATA AKTIVITAS BELAJAR AL-QURAN HADITS SISWA KELAS

IV MI KEBONHARJO DARI PRA SIKLUS SAMPAI SIKLUS II

RERATA RERATA
NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS SIKLUS
SIKLUS I II

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 1 3,5 4


2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan 1 4 4,5
pembelajaran
3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang 2 4 5
dilakukan guru
4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 3 5 4,5
5 Mendengar dan memperhatikan contoh- 1 4 3
contoh yang disampaikan guru
6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan 3 5 4
pelajaran
7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan 2 4 5
guru
8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 2 4 5
9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 2 3,5 4
10 Menyimpulkan materi bersama guru 1 3 5
Skor total 17 40 44
Persentase Aktivitas Keseluruhan 34 % 78 % 88 %

PRA

Kebonharj o, Maret 2011 Guru

peneliti

Akhmad Arifin

109
Lampiran 8

KONDISI AWAL KEPANDAIAN SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

PATEBON KENDAL

NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE


1 Tinggi 12 40
2 Sedang 11 35
3 Rendah 8 25

Kebonharjo, Maret 2011 Guru

peneliti

Akhmad Arifin

110
Lampiran 9

DAFTAR NAMA-NAMA SISWA KELAS IV

BERDASARKAN TINGKAT KEPANDAIAN

No Nama L/P KUALITAS


1. Muhammad Abdul Mujib L
2. Puput Fatimah P
3. Khoirun Nisa P
4. Agung Pranomo L
5. Riska Putri Wulandari L
6. Arifin L
7. Arisa Himatus Salamah P
8. Anggoro Gupta Sakti L TINGGI
9. Azimatul Khofidhoh P
10. Ana Nurjanah P
11. Agus Septiyanto L
12. Anggi Lusiana P. P
13. Bagus Sulton Nur L
14. Diky Abdul Faqih L
15. Elfara Damayanti P
16. Heru Setyo L
17. Insani Hayati P
18. Lia Warokah P
19. Makrus Muhaimin L
20. Muhammad Arifudin L
21. Muhammad Uli Nuha L
SEDANG
22. Muhammad Imron L
23. Muhammad Fatchur Rozi L
24. Muhammad Sifaun Jihan L
25. Adi Irfan L
26. M. Azim Al Matrut L
27. Rizki Mutamadiul U. L
28. Sofan Thohir L
29. Sri Mursidah P
30. Teguh Tri Wibowo L
31. Uswatun Khasanah P
Kebonh RENDAH

arj o,

Maret

2011

Guru

peneliti

111 Akhmad Arifin


Lampiran 10

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA KELAS IV

241. Apakah anda menyukai metode yang digunakan guru ?

242. Apakah anda lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan guru dengan

metode pembelajaran tersebut ?

243. Bagaimanakah perasaan anda ditempatkan dalam kelompok belajar di kelas IV

menggunakan metode tersebut ?

244. Apakah anda aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru ?

245. Apakah anda aktif dalam diskusi kelas ?

246. Apakah anda ikut ambil bagian dalam kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran ?

247. Apakah anda merasa lebih mudah mengerjakan soal tes dari siklus I ke

siklus II ?

248. Apakah anda merasa termotivasi untuk lebih giat belajar setelah diterapkan metode

belajar tersebut ?

112
Lampiran 11

DATA MENTAH NILAI TES SISWA PRA


SIKLUS
No Nama L/P Nilai Tes
1. Muhammad Abdul Mujib L 85
2. Puput Fatimah P 67
3. Khoirun Nisa P 60
4. Agung Pranomo L 65
5. Riska Putri Wulandari L 67
6. Arifin L 65
7. Arisa Himatus Salamah P 59
8. Anggoro Gupta Sakti L 65
9. Azimatul Khofidhoh P 66
10. Ana Nurjanah P 65
11. Agus Septiyanto L 66
12. Anggi Lusiana P. P 65
13. Bagus Sulton Nur L 58
14. Diky Abdul Faqih L 57
15. Elfara Damayanti P 65
16. Heru Setyo L 60
17. Insani Hayati P 50
18. Lia Warokah P 66
19. Makrus Muhaimin L 58
20. Muhammad Arifudin L 65
21. Muhammad Uli Nuha L 65
22. Muhammad Imron L 70
23. Muhammad Fatchur Rozi L 65
24. Muhammad Sifaun Jihan L 66
25. Adi Irfan L 65
26. M. Azim Al Matrut L 65
27. Rizki Mutamadiul U. L 70
28. Sofan Thohir L 67
29. Sri Mursidah P 66
30. Teguh Tri Wibowo L 67
31. Uswatun Khasanah P 60
JUMLAH 2000
RATA-RATA 64,51613

Kebonharjo, Maret 2011 Guru


peneliti

113Akhmad Arifin
Lampiran 12

DATA MENTAH NILAI TES SISWA


SIKLUS I
No Nama L/P Nilai Tes
1. Muhammad Abdul Mujib L 90
2. Puput Fatimah P 78
3. Khoirun Nisa P 76
4. Agung Pranomo L 75
5. Riska Putri Wulandari L 72
6. Arifin L 73
7. Arisa Himatus Salamah P 64
8. Anggoro Gupta Sakti L 75
9. Azimatul Khofidhoh P 74
10. Ana Nurjanah P 80
11. Agus Septiyanto L 75
12. Anggi Lusiana P. P 70
13. Bagus Sulton Nur L 72
14. Diky Abdul Faqih L 65
15. Elfara Damayanti P 70
16. Heru Setyo L 70
17. Insani Hayati P 60
18. Lia Warokah P 75
19. Makrus Muhaimin L 60
20. Muhammad Arifudin L 70
21. Muhammad Uli Nuha L 71
22. Muhammad Imron L 80
23. Muhammad Fatchur Rozi L 70
24. Muhammad Sifaun Jihan L 75
25. Adi Irfan L 65
26. M. Azim Al Matrut L 80
27. Rizki Mutamadiul U. L 70
28. Sofan Thohir L 72
29. Sri Mursidah P 75
30. Teguh Tri Wibowo L 75
31. Uswatun Khasanah P 62
JUMLAH 2239
RATA-RATA 72,22581

Kebonharj o, Maret 2011 Guru


peneliti

114Akhmad Arifin
Lampiran 13

DATA MENTAH NILAI TES SISWA


SIKLUS II
No Nama L/P Nilai Tes
1. Muhammad Abdul Mujib L 90
2. Puput Fatimah P 85
3. Khoirun Nisa P 80
4. Agung Pranomo L 78
5. Riska Putri Wulandari L 75
6. Arifin L 78
7. Arisa Himatus Salamah P 70
8. Anggoro Gupta Sakti L 75
9. Azimatul Khofidhoh P 85
10. Ana Nurjanah P 80
11. Agus Septiyanto L 81
12. Anggi Lusiana P. P 85
13. Bagus Sulton Nur L 72
14. Diky Abdul Faqih L 70
15. Elfara Damayanti P 74
16. Heru Setyo L 76
17. Insani Hayati P 70
18. Lia Warokah P 85
19. Makrus Muhaimin L 64
20. Muhammad Arifudin L 80
21. Muhammad Uli Nuha L 75
22. Muhammad Imron L 85
23. Muhammad Fatchur Rozi L 75
24. Muhammad Sifaun Jihan L 80
25. Adi Irfan L 75
26. M. Azim Al Matrut L 88
27. Rizki Mutamadiul U. L 76
28. Sofan Thohir L 70
29. Sri Mursidah P 78
30. Teguh Tri Wibowo L 80
31. Uswatun Khasanah P 80
JUMLAH 2415
RATA-RATA 77,90323

Kebonharj o, Maret 2011 Guru


peneliti

115Akhmad Arifin
Lampiran 12

SOAL TES AL-QURAN HADITS

SIKLUS I

249.Apa pengertian rukun iman ?


250.Sebutkan rukun iman yang ke empat, dan jelaskan maksudnya !
251.Hari Qiyamat termasuk rukun iman yang keberapa ?
252.Sebutkan tanda-tanda terjadinya hari kiamat, tiga saja !
253.Apa tugas Malaikat Jibril selain membagi rijki ?
254.Siapa Malikat pencabut nyawa ?
255.Malaikat termasuk makhlauk apa ?
256.Apa perbedaan Nabi dan Rasul ?
257.Siapakah yang termausk Rasul Ulul Azmi ?
258.Apa artinya Rasul Ulul Azmi ?

116
Lampiran 13

SOAL TES AL-QURAN HADITS

SIKLUS II

259.Apakah arti iman menurut istilah ?


260.Sebutkan dalil yang menunjukkan iman kepada Allah SWT !
261.Sebutkan kitab-kitab suci yang wajib diimani !
262.Kitab Injil diturunkan kepada Nabi ?
263.Apa perbedaan Qadla dan Qadar ?
264.Qadla dan Qadar termasuk rukun iman yang keberapa ?
265.Ketentuan Allah yang belum terjadi disebut !
266.Sebutkan nama lain kitab suci Al Quran, tiga saja ?
267.Sebutkan nama lain nabi Muhamad, saw ?
268.Sikap tawakkal termasuk pengamalan rukun iman yang keberapa ?

117

Anda mungkin juga menyukai