Pendahuluan
Po (Jakarta Kota) pada abad XVII. Seiring dengan perkembangan ekonomi dan fisik
kota Jakarta, serta peran dan posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan Hindia
sebelah timur Macao Po (sekitar jalan Jayakarta sekarang), yang saat itu bernama
kemudian tersaingi oleh rumah-rumah bordil yang didirikan oleh orang Cina yang
disebut Soehian. Kompleks pelacuran semacam ini kemudian dengan cepat menyebar
ke seluruh Jakarta. Karena sering terjadi keributan, maka pada awal abad XX,
laki menjadi alasan logis meningkatnya permintaan jasa prostitusi. Sehingga, praktik-
praktik prostitusi berkembang semakin pesat. Selain itu, kondisi perekonomian yang
1
Lamijo, Prostitusi di Jakarta dalam Tiga Kekuasaan 1930-1959-Sejarah dan Perkembangannya,
Hlm.1.
1
2
menjadi awal bagi kawasan Kota menjadi wilayah yang penuh dengan industri seks.
Industri seks berkembang sangat pesat. Hal ini terlihat dengan adanya sistem
masyarakat Eropa. Sejak tahun 1603, para pedagang Eropa membeli budak di Bali.
dibawa oleh Raja Bali ke pasar yang berada di Kuta untuk dijual ke pedagang budak.
Para Raja, Sultan, dan Kepala Suku menganggap memiliki hak untuk menjual orang
miskin, orang yang bersalah dan berhutang budi. Harga budak tergantung pada umur
dan kesehatannya. Di akhir abad ke-18, harga budak perempuan muda bisa dua atau
tiga kali lipat lebih mahal daripada harga budak laki-laki muda. Hal ini disebabkan
Hingga dikeluarkan Peraturan Pemerintah 1766 yang melarang para ‘wanita publik’
2
Ibid.,Hlm.2.
3
Adolf Heuken SJ, 2000, Historical Sites Of Jakarta, Cipta Loka Caraka, Hlm.147.
3
atau Pekerja Seks Komersial (selanjutnya disebut dengan PSK)4 ketika itu memasuki
pelabuhan tanpa izin. Namun, peraturan ini tidak berjalan efektif. 5 Membludaknya
permintaan akan PSK pada jaman ini di daerah pelabuhan karena banyak kapal-kapal
perdagangan yang berlabuh. Para pekerja kapal saat itu membutuhkan hiburan dan
menghindari tindakan kejahatan yang timbul akibat aktivitas prostitusi ini. Kerangka
digunakan berbeda, tetapi hal itu telah memberikan kontribusi bagi penelaahan
industri seks yang berkaitan dengan karakteristik dan dialek yang digunakan saat ini.
tempat penjaja seks yang modern. Banyak yang berkedok klub malam, hotel,
diskotik, tempat pemijitan, sauna dan spa. Diperkirakan pada tahun 1993, kawasan
Harmoni-Kota terdapat sekitar 34 club atau bar, 15 tempat karaoke, dan 14 gedung
4
Apa yang dikenal dengan PSK sekarang ini, pada waktu itu disebut sebagai “wanita publik” menurut
peraturan yang dikeluarkan tahun 1852. Dalam peraturan tersebut, wanita publik diawasi secara
langsung dan secara ketat oleh polisi. Semua wanita publik yang terdaftar diwajibkan memiliki kartu
kesehatan dan secara rutin (setiap minggu) menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi
adanya penyakit syphilis atau penyakit kelamin.
5
Alwi Shahab, Wanita Publik di Masa Kolonial, diakses di
http://republika.co.id:8080/koran/129/33023/Wanita_Publik_Masa_Kolonial pada tanggal 12
Oktober pukul 11.00 WIB.
6
Wakhudin, 2006, Proses Terjadinya Degradasi Nilai Moral pada Pelacur dan Solusinya (Thesis).
Bandung: Program Studi Pendidikan Umum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
diakses di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/24/sekilas-sejarah-pelacuran-di-
indonesia/ pada tanggal 12 Oktober 2011, pukul 10.20 WIB.
4
pertunjukkan erotis pada malam hari.7 Pertunjukkan erotis ini biasanya berujung pada
pelayanan seks. Maka, banyak dari diskotik dan karaoke menyediakan kamar untuk
para pelanggan yang ingin mendapatkan pelayanan seks. Para PSK akan
terkenal sebagai barang yang aman untuk menghindari penyakit akibat dari seks
bebas. Kondom akhirnya menjadi barang primer dalam industri seks. Perilaku
penggunaan kondom akan sangat berpengaruh pada efek yang diakibatkan oleh seks
bebas. Para pelanggan seks harus waspada dengan perilaku seks bebasnya, karena
para PSK dan dirinya sendiri pun dapat menularkan HIV/AIDS tanpa disadari.
pesat. Pengguna kondom di Indonesia sebelumnya hanya sekitar tiga juta per tahun
pada 1997, tapi pada tahun 2007 sudah mencapai 100 juta buah per tahun. 9
7
Lihat Matra, 1994, dalam Terence H.Hull, Prostitution In Indonesia : Its History And Evolution, 1999,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm.61.
8
Sering juga disebut dengan Germo. Germo atau Mami bertugas untuk mendekati calon pelanggan
dan mempromosikan PSK yang dinaunginya kepada pelanggan. Tarif PSK juga ditentukan oleh Mami.
Pembagian hasil disepakati sebelumnya.
9
Penggunaan Kondom Di Indonesia 100 Juta Biji Per Tahun, diakses di www.lintasberita.com pada
tanggal 10 November 2011, pukul 13.13 WIB.
5
I.2 Permasalahan
permintaan besar terhadap kondom. Dan hal ini dilihat sebagai peluang ekonomi bagi
keterkaitan yang erat antara keberadaan industri seks di satu sisi dan pedagang
kondom di sisi lain. Industri seks menciptakan lapangan pekerjaan dalam upaya
Industri seks bukan menjadi konsumsi yang baik jika tak ada kondom. Dan kondom
tidak akan dikonsumsi jika tak ada konsumen dalam industri seks.
Hal ini penting dikaji, dimana Indonesia terkenal dengan budaya ketimuranya.
Gajah Mada?
6
2. Bagaimana peran dari pola jaringan sosial ekonomi pedagang kondom kaki
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi
beberapa penelitian terdahulu. Sejauh ini ada beberapa penelitian yang mengkaji
7
tentang pedagang yang ada di Jakarta, penggunaan kondom, keberadaan industri seks
Sejauh ini, kajian tentang kondom hanya terfokus pada penggunaan kondom
sebagai alat untuk pencegahan suatu penyakit (baca : HIV/AIDS) pada pekerja seks
komersial (selanjutnya akan disingkat menjadi PSK). Dalam tesis Habasiah Sofri
Kondom Pada Waria Di DKI Jakarta Tahun 2000, membicarakan tentang faktor
tesisnya, Habasiah melihat faktor pendidikan, suku, penghasilan, dan akses serta
pada waria. Pendapatan atau bayaran yang diterima Waria yang menjual jasa sebagai
pekerja seks tidak berhubungan terhadap pemakaian kondom, walaupun terlihat waria
yang memperoleh bayaran tinggi lebih besar pemakaian kondomnya disbanding waria
dilakukan oleh beberapa Peneliti. Seperti Skripsi yang disusun oleh Atiek Suarti yang
berjudul Jaringan Sosial Pedagang Rokok (Studi Tentang Tiga Pedagang Rokok Asal
kuningan, Jawa Barat merupakan suatu gejala sosial yang berkembang pada saat ini.
Jaringan sosial para pedagang rokok tidak hanya berkembang di desa, namun juga
berkembang pada saat para pedagang berada di kota.10 Menurut Atiek, hadirnya
pedagang rokok di ibukota tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup tetapi juga
pembangunan fasilitas umum. Namun, hal ini menimbulkan dilemma sosial bagi
pembangunan desa. Kehadiran para pedagang rokok yang pada umumnya berusia
Selain itu, Tesis Bintang Y Siepoetro yang berjudul Jaringan Sosial Para
bagaimana bentuk dan fungsi jaringan sosial yang dikembangkan dan dipelihara oleh
tersebut adalah jaringan yang berbasis kekerabatan yang terdiri dari sejumlah
kategori. Ada jaringan yang terbentuk oleh sistematika perekrutan. Selain itu juga ada
hubungan kekerabatan menjadi latar belakang perekrutan. Selain itu juga ada
10
Atiek Suarti, 2010, Jaringan Sosial Pedagang Rokok (Studi Tentang Tiga Pedagang Rokok Asal
Kuningan di Jakarta), Skripsi Tidak Diterbitkan, Jakarta, Universitas Negeri Jakarta.
9
jaringan. Kemudian ditermukan juga jaringan yang berbasis etnis, dimana jaringan ini
terjadi pada hubungan para pelaku sesama profesi. Para pelaku yang mempunyai latar
belakang etnis yang sama membentuk kekuatan akan keberlangsungan profesi mereka
masing-masing. 11
Kondom telah ditemukan sejak abad 1350 SM. Pada masa itu, kondom
berfungsi sebagai alat pembungkus penis, baik untuk pencegah kehamilan, mencegah
penyakit, sebagai hiasan, maupun merangsang penis atau vagina. Dulu, kondom tidak
berbentuk seperti sekarang yang terbuat dari karet, ahli anatomi dari Italia
memperkenalkan kondom yang terbuat dari kain linen pada tahun 1564 12. Kemudian
kondom terbuat dari usus binatang pun diperkenalkan pada abad 18-an. Dengan
ditemukannya karet vulkanis pada tahun 1844, produksi massal kondom dari bahan
“Selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual. Alat ini
akan mencegah sperma memasuki vagina. Terbuat dari karet sintesis yang
11
Bintang Y Seopetro, 2009, Jaringan Sosial Para Pelaku Sektor Informal di Stasiun Manggarai,
Jakarta Selatan, Tesis Magister tidak diterbitkan, Depok, Universitas Indonesia.
12
Ernas Yusnita, 2003, Prediksi Perilaku Penggunaan Kondom Dengan Menggunakan Health Belief
Model Pada PSK Waria di Jakarta Barat Tahun 2002, Tesis Magister tidak diterbitkan, Depok,
Universitas Indonesia.
10
Di masa kini, kondom membantu orang yang memiliki resiko tinggi ditulari
HIV/AIDS karena perilaku seks. Karena perilaku seks adalah penyebab pertama dari
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.14 Perilaku seks memang hal yang tidak dapat
dinilai baik bagi norma ketimuran Indonesia, namun dalam sebuah teori kriminologi,
kejahatan itu tidak dapat dihilangkan secara langsung, tapi setidaknya dapat dikurangi
efeknya. Pernyataan ini sama dengan posisi kondom. Kondom sebagai alat untuk
Pada prinsipnya cara kerja kondom adalah mencegah spermatozoa (sel mani)
bertemu dengan ovum (sel telur) pada waktu bersenggama. Hal ini terjadi ketika
kondom disarungkan pada penis untuk menahan masuknya air mani ke dalam vagina,
Pada dasarnya, semua kota adalah pusat perdagangan, tetapi tidak semua kota
kota yang menjadi pusat perdagangan dapat berfungsi sebagai perantara yang
13
AB Syaifuddin, DKK. 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan KB, NRC, POGI. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo , Jakarta, Hlm.32.
14
Laporan Tri Wulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sampai 30 Juni 2010, Kementrian
Kesehatan RI.
11
Ada dua macam bentuk ekonomi dari urban area. Pertama, perusahaan
ekonomi swasta melakukan aktivitas perdagangan dan industri dengan cara yang
relatif adil, dengan pembagian kerja yang jelas berkaitan dengan produksi dan
distribusi barang dan jasa. Kedua, pasar eknomi yang terdiri dari berbagai macam
aktivitas yang diatur oleh institusi khusus dan dikelola oleh kelompok pedagang di
area kompetisi.15 Selama masa kolonial, komersialisasi seks diikuti dengan suatu
perdagangan, dan berkembang sebagai salah satu ekonomi perkotaan. Bisnis kondom
menjawab kebutuhan para peminat komersialisasi seks. Bisnis kondom pun menjadi
Terkait itu, kajian industri seks harus dibedakan antara aktivitas tak
publik atau semi-publik seperti pasar, kuburan, atau sepanjang rel kereta api dan
perempuan yang beroperasi secara independen keluar dari hotel, diskotik dan
sebagainya.16 Seks dalam sektor yang tidak terorganisir melakukan transaksi di awal
untuk menghindari pelanggan yang tidak bertanggung jawab (baca : tidak membayar
langsung dengan kliennya. Karena aktivitas dalam industri seks ini diupayakan tidak
membuat hubungan antara penyedia layanan seks dan kliennya. Dalam aktivitas ini,
15
Lihat Geertz dalam Hull, Terence H, 1999, Prostitution In Indonesia : Its History And Evolution,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm.15.
16
Ibid., Hlm.50-51.
12
penyedia layanan seks akan memperantarai seorang klien mendapatkan apa yang
dimau.
Pelacuran yang juga sering disebut sebagai Prostitusi. Prostitusi adalah salah
bentuk dari komersialisasi seks. Prostitusi diambil dari bahasa latin Prostituere atau
pelijke Oorzaken der Prostitutie” menulis definisi sebagai berikut: Prostitusi adalah
seksual sebagai mata pencaharian. Dalam definisi ini jelas dinyatakan adanya
Industri Seks di Jakarta juga dibahas secara lugas oleh Moammar Emka dalam
bukunya yang berjudul Jakarta Undercover. Bukunya meliput tuntas dunia malam
Jakarta, dari seks bulan madu pajero goyang, Melrose place high callgirls, sex
sandwich sashimi girls, service dobel-tripel vip sauna, lulur tripel x salon-salon
eksekutif, sex drive-thtu rumah cinta xxx, orgy oreder massage ladies, nude ladies
nite vip casino, sex midnite gadis-gadis burespang sampai private sex parties. 19
Nama-nama tersebut merupakan beberapa ragam pelayanan seks yang ada di Jakarta.
17
Kartono Kartini, 1981, Pathologi Sosial (Jilid I, cetakan pertama), Jakarta, CV.Rajawali. Selisik. 2007.
Pikiran Rakyat.
18
http://ihsanfaisal79.blogspot.com/2009/03/mengurai-benang-kusut-prostitusi.html diakses pada
tanggal 15 September 2011, pukul 15.44 Wib.
19
Moammar Emka, 2002, Jakarta Undercover – Sex ‘n The City, Galang Press Yogyakarta.
13
Sebagai kota Jakarta yang penuh gegap gempita, tak ayal jika pelayanan seks seperti
hiburan malam di Jakarta sudah menjelma menjadi industri seks yang besar.
Misalnya, salah satu kawasan hiburan malam yang berada di kawasan Kota. Kawasan
ini telah menciptakan salah satu kreasi baru jasa layanan cinta yang berbalut seks
petualangan.20 Seks petualangan itu bernama Seks Bulan Madu Pajero Goyang. Seks
bulan madu didalam mobil berkelas mulai Pajero sampai Range Rover. Menurut
Emka, seks tak lepas dari petualangan. Tak heran, kalau beragam ‘permainan’
sengaja dihadirkan untuk memuaskan para lelaki petualang. Tarian striptis, mandi
kucing, dll adalah bagian dari sebuah petualangan untuk menuju seks paling puncak.
Dan untuk semua itu, Jakarta seperti tak pernah kehabisan bensin.
kolonial. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang
dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk para pedestrian atau pejalan kaki
yang sekarang ini disebut dengan trotoar. Lebar ruas untuk sarana bagi para pejalan
kaki atau trotoar ini adalah lima kaki (satuan panjang yang umum digunakan di
Britania Raya dan Amerika Serikat. 1 kaki adalah sekitar sepertiga meter atau
tepatnya 0,3048 m atau sekitar satu setengah meter). Selain itu, pemerintahan pada
waktu itu menghimbau agar sebelah luar dari trotoar diberi ruang yang agak lebar
20
Ibid.,Hlm.40.
14
atau agak jauh dari pemukiman penduduk untuk dijadikan taman sebagai penghijauan
dan resapan air. Dengan adanya tempat atau ruang yang agak lebar itu kemudian para
waktu banyak pedagang yang memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat untuk
berjualan sehingga mengundang para pejalan kaki yang kebetulan lewat untuk
Pemerintahan Kolonial Belanda menyebut mereka sebagai Pedagang Lima Kaki buah
pikiran dari pedagang yang berjualan di area pinggir perlintasan para pejalan kaki
mengatakan bahwa22 :
“Pedagang kaki lima sebagai salah satu bentuk sektor informal diartikan
sebagai setiap orang yang melakukan kegiatan perdagangan, yang
dilakukan secara berpindah-pindah dengan modal terbatas serta berlokasi
di tempat-tempat umum. Dimana kegiatan perdagangannya dapat
dilakukan secara berkelompok sesusai dengan kultur yang dimiliki
atau dilakukane secara individual.”
21
http://mujibsite.wordpress.com/2009/08/14/sejarah-pedagang-kaki-lima-pkl/ diakses pada tanggal
13 September 2011 pukul 14.10 WIB.
22
Rakhmawati, 2007, Penataan Pedagang Kaki Lima, Tesis Magister tidak diterbikan, Depok,
Universitas Indonesia, Hlm.27.
15
Usaha kakilima adalah usaha informal atau mikro yang umumnya mempunyai
sifat operasional usaha dengan menghadang pembeli, menempati ruang publik yang
antara lain trotoar, badan jalan, atau fasilitas umum/fasilitas sosial lainnya dan
keberadaan usaha ini menimbulkan dampak negatif terhadap kelancaran lalu lintas,
menggangu ketertiban umum, atau memperburuk citra, estetika, dan keindahan kota.
Disamping itu menurut Kartono dalam Kurniadi dan Tangkilisan (2003 : 33-
35) lebih merinci lagi karakteristik dari Pedagang Kaki Lima yaitu25 :
produsen sekaligus ;
23
Perda DKI Jakarta No : 5 Tahun 1978.
24
Perda DKI Jakarta No : 8 Tahun 2007.
25
Rakhmawati, Loc.Cit.,Hlm 30-31.
16
3. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil, bahkan tidak jarang mereka
marginal, bahkan ada pula yang tergolong pada kelompok sub marginal.
5. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki
6. Omset pedagang kaki lima ini pada umumnya memang tidak besar.
7. Para pembeli umumnya para pembeli yang mempunyai daya lebih rendah
8. Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomi, sehingga akhirnya
dapat menaiki tangga dalam jenjang hierarki pedagang yang sukses, agak
langka.
9. Pada umumnya usaha para pedagang kaki lima merupakan family enterprise,
10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar, dan
11. Tawar menawar antar pedagang dan pembeli merupakan cirri khas usaha
12. Terdapat jiwa kewirausahaan yang kuat pada para pedagang kaki lima.
usaha pedagang kaki lima terpusat pada upaya memperoleh barang dagangannya.
Mereka mendapatkan pasokan dari berbagai sumber ; langsung dari produsen, dari
pemasik, toko pengecer, maupun dari pedagang kaki lima lainnya. Sebagian besar
pedagang makanan dan pakaian jadi, berhubungan kerja dengan pemasok (bagi
pedagang pakaian) dan toko pengecer (bagi pedagang makanan).26 Pada umumnya
mengikat.27
hubungan sosial yang terjalin diantara individu maupun kelompok yang diikat dengan
kepercayaan serta dipertahankan oleh norma yang mengikat semua pihak yang
Jaringan juga dimaknai sebagai sumber informasi yang lebih kompleks dalam
mencapai tujuan bersama dalam suatu hubungan kerjasama. Hal ini menjelaskan
Jaringan berfungsi sebagai suatu proses saling tukar menukar informasi terhadap satu
sama lain. Jaringan adalah sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam
Sifat jaringan sosial dalam konteks kapital sosial teridentifikasi menjadi tiga.30
masyarakat secara keseluruhan seperti jaringan teroris atau jaringan narkoba tidak
dianggap sebagai jaringan yang memiliki kapital sosial. Kedua, jaringan harus
bersifat terbuka pada publik agar tercipta kesempatan bagi siapapun untuk menilai
korupsi, kolusi, maupun nepotisme tidak termasuk dalam kategori ini. Ketiga,
28
Robert M.Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar,2004, FISIP UI,
PRESS, Hlm.61.
29
Ibid,. Hlm.62.
30
Ibid., Hlm.46.
19
kesetaraan dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, serta tidak
Studi jaringan sosial yang dilakukan oleh Barnes (1952) untuk meneliti dan
Barnes juga mengatakan bahwa sekeliling tiap pelaku ada sejumlah individu
dengan siapa ia berinteraksi secara lebih intensif dan lebih langsung daripada individu
dengan siapa ia berinteraksi secara lebih intensif dan lebih langsung daripada dengan
intensif ini adalah core (inti) dari jaringan, yang seringkali menjadi semakin mantap
sehingga menjadi satuan sosial yang memiliki sifat-sifat kelompok. Sehingga Barnes
(1969) membedakan adanya dua macam jaringan, yaitu jaringan total (menyeluruh)
dan jaringan parsial (bagian). Jaringan total adalah keseluruhan jaringan yang dimiliki
31
Menurut Barnes dalam Saefullah, 2005, Jaringan Sosial Petugas Kemasyarakatan, Tesis Magister
tidak diterbitkan, Depok, Universitas Indonesia, Hlm.16.
32
Menurut Mitchell dalam Saefullah, Ibid., Hlm.16.
33
Jakarta, Tesis S2 Program Pasca Sarjana Antropologi UI, 2009.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=123623&lokasi=lokal, diakses pada 4
Oktober 2011, pukul 10.48.
20
dibedakan menjadi tiga jenis jaringan sosial.34 Pertama, adalah jaringan kekuasaan
masing jenis jaringan sosial tersebut mempunyai logika-situasional yang berbeda satu
Penelitian tidak hanya sebatas pada pengumpulan data dan observasi di lapangan saja,
tetapi juga menginterpretasikannya secara konseptual atas data-data yang didapat dari
lapangan atau objek yang diteliti. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada
mengkonstruksikan gejala yang ada dalam masyarakat yang diteliti untuk kemudian
dilihat secara holistik.35 Pendekatan kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar
(natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti
34
Ruddi Agusyanto, 1996. Dampak Jaringan-Jaringan Sosial Dalam Organisasi: Kasus PDAM Jaya, DKI
Jakarta. Tesis Magister tidak diterbitkan. Depok. Universitas Indonesia.
35
Parsudi Suparlan, Metode Penelitan Kualitatif, 1994, Depok : Tidak Diterbitkan, Hlm.4.
21
peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif
Peneliti sendiri. Informan dalam Penelitian kualitatif berkembang terus sampai data
Penelitian dalam pendekatan kualitatif adalah individu peneliti sendiri. Jadi peneliti
merupakan key instrument dalam mengumpulkan data. Peneliti harus terjun sendiri ke
lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pendekatan
bertujuan untuk merumuskan konsep dan teori sebagai landasan Penelitian. Dalam
terkait dengan kondom, jaringan sosial, industri seks, dan literatur yang terkait
lainnya. Kajian literatur berasal dari buku, jurnal, karya ilmiah, dan sumber yang
relevan lainnya.
area kegiatan informan tanpa mencampuri kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya,
peneliti berada di area penjualan dan mengamati transaksi yang ada serta beberapa
momen penting yang peneliti anggap signifikan dalam Penelitian. Melalui observasi
ini, peneliti juga melibatkan intrepretasi pribadi peneliti terhadap kondisi yang ada.
pedagang kondom kaki lima, menjadi dasar peneliti untuk memberikan penilaian dan
kondom kaki lima. Dua diantaranya menjadi informan utama yang dijadikan subjek
23
penelitian oleh peneliti. Tiga orang lainnya adalah pendorong gerobak kaki lima dan
juru parkir.
lokasi ini berdasarkan pada pengamatan peneliti bahwa wilayah tersebut merupakan
salah satu pusat pedagang kondom kaki lima dan lokasi nya dekat dengan kawasan
Kota yang terkenal banyak tempat hiburan malam yang sudah menjadi industri seks.
Pengerjaan skripsi ini memakan waktu kurang lebih setahun, terhitung dari
mulai proposal penelitian pada Januari 2011 hingga skripsi ini selesai pada Oktober
2011. Observasi dan wawancara Peneliti dilakukan selama kurang lebih 6 bulan
Posisi awal Peneliti ketika melakukan studi ini yakni orang yang benar-benar
berada di luar lingkungan atau lokasi penelitian. Peneliti tidak memiliki ikatan atau
dengan peneliti yang memakai jilbab. Akan tetapi kemudian peneliti mencoba pada
tahap awal yakni sebagai pengamat lapangan. Dari aktivitas observasi langsung yang
ditanya keperluannya, maka selalu Peneliti jawab untuk Penelitian skripsi. Hal ini
diyakinkan dengan adanya surat izin penelitian yang diminta diperlihatkan oleh para
informan. Hal ini untuk meyakinkan, peneliti bukanlah seorang wartawan ataupun
orang karena kesibukan dan waktu berdagang. Peneliti tidak bisa terlalu lama untuk
berada di area Penelitian dikarenakan hal ini bisa menjadi gagalnya seorang
Inilah mengapa juga Peneliti tidak menetap lama, akan tetapi lebih ke arah datang
penelitian.
5. Bab V memaparkan kesimpulan dari Penelitian ini dan saran dari Peneliti
26
BAB II
Taman Sari, Jakarta Barat. Jalan Gajah Mada bersebrangan dengan Jalan Hayam
Wuruk yang masuk ke dalam Kelurahan Mangga Besar. Kelurahan Krukut termasuk
dalam Kecamatan Taman Sari yang memiliki luas wilayah sebesar 4,36 km2 terbagai
dalam 8 kelurahan, 60 RW, 688 RT, dan 38.718 KK, memiliki jumlah penduduk
sebanyak 117.682 jiwa yang terdiri dari 58.434 penduduk laki-laki dan 59.248
dan 112 RT. Jumlah penduduk sampai dengan akhir bulan Desember 2010 terdiri dari
berikut :
36
Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Barat, Kecamatan Taman Sari Dalam Angka, 2010,
hlm.1.
37
Laporan Kegiatan tahun 2010 Kelurahan Krukut Kecamatan Tamansari, Kota Administrasi Jakarta
Barat, hlm.1.
27
Tabel II.1
03.
Tabel II.2
Dilihat dari segi jenis kelamin, penduduk kelurahan Krukut pada Desember
2010 yang berjenis kelamin laki laki berkewarganegaraan Indonesia sebanyak 8480
jiwa sementara yang berkewarnegaraan asing sebanyak satu jiwa. Sedangkan yang
Laporan Kelurahan tahun 2010, penduduk kelurahan Krukut yang berumur 0-24
berjumlah 6570 jiwa, sedangkan yang berumur 25-59 tahun sebanyak 9602 jiwa.
Krukut 55,07 Ha terdiri dari 8 RW dan 112 RT. Batas-btas wilayah Kelurahan Krukut
sebagai berikut38 :
38
Ibid, hlm.1.
29
Gambar II.1
J a l a n G a j a h M
jalan Gajah
Mada
terdapat jalan Hayam Wuruk. Di jaman Belanda, Jalan Gajah Mada bernama
Molenvliet Oost dan Jalan Hayam Wuruk bernama Molenvliet West. Dua jalan ini
dipisahkan oleh aliran kali ciliwung yang pada jaman Belanda digunakan sebagai
jalur kapal pesiar. Jalan Gajah Mada merupakan Jalan yang menghubungkan kawasan
Glodok dengan kawasan Harmoni. Glodok adalah salah satu pusat penjualan
kompleks perkantoran dan perbelanjaan Duta Merlin yang didalamnya juga terdapat
Carrefour. Letak Duta Merlin dan Glodok pun dalam satu jalur yang sama, yaitu Jalan
Gajah Mada.
Jalan Gajah Mada digunakan bagi pemakai jalan dari arah Harmoni yang
menuju arah Mangga Besar, Glodok, dan Stasiun Beos Kota, sedangkan Jalan Hayam
39
Mengenal Kawasan Pecinan Glodok, Dulu dan Kini.2010. di akses di www.indopos.co.id pada
tanggal 13 Oktober 2011, pada pukul 12.05
30
Wuruk digunakan bagi pemakai jalan yang menuju arah Harmoni, Pasar Baru,
Ketapang, dan Monas dari arah Glodok maupun Stasiun Kota Beos. Jalan Gajah
Mada juga dilalui oleh jalur Transjakarta Koridor 1. Koridor 1 Transjakarta melayani
Sebagai salah satu wilayah yang sangat padat aktivitas ekonominya di siang
maupun malam hari, Jalan Gajah Mada juga dikelilingi oleh banyaknya tempat
hiburan malam. Benarlah jika ada asumsi yang mengatakan bahwa pusat hiburan
malam akan tumbuh seiring pesatnya perkembangan pusat perdagangan. Hal tersebut
merupakan daya tarik sendiri bagi hadirnya pedagang kondom kaki lima sebagai
penopang tempat hiburan malam di wilayah tersebut. Keadaan ini juga yang
salah satunya yaitu industri yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Banyak
sektor industri jasa (jasa seks) menjadi alternatif yang dapat diharapkan untuk
dijadikan sumber penghasilan.40 Seks bukan lagi sebagai hal yang tabu, apalagi dalam
40
Eni Setyowati, 2007, Fenomena Industri Jasa (Jasa Seks) Terhadap Perubahan Perilaku Sosial (Study
pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya), Universitas Muhammadiyah Malang.
31
ruang-ruang publik. Seks bukan lagi tentang hubungan suami istri yang dilakukan
secara halal. Seks sudah berubah menjadi sebuah komoditas ekonomi yang bergelut
dengan permintaan dan penawaran. Hal ini diperkuat dengan data perempuan yang
yang dilacurkan yang melayani antara 7-10 juta pria hidung belang.41
Bisnis layanan seks di Jakarta telah berkembang pesat bahkan sejak lokalisasi
bisnis seks perempuan di Kramat Tunggak di tutup tahun 1999 oleh Pemerintah DKI
Jakarta. Bisnis layanan seks yang berkembang pesat adalah yang ditujukan untuk
kaum lelaki kelas menengah atas. Bisnis ini akan terus berkembang karena
jasanya dalam berbagai bentuk yang variatif dan aktif mempromosikan produknya.
diciptakan oleh produsen. Pengaruh daya tarik bisnis layanan seks kelas menengah
atas di Jakarta ini jauh lebih besar dari yang diduga orang awam. 42
malam yang juga merangkap bisnis seks, umumnya menunjuk daerah Kota.43
Kawasan kota meliputi Jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk, Mangga Besar, Harmoni,
Taman Sari, Ancol, Olimo, dan Mangga Dua. Di sepanjang jalan Hayam Wuruk,
dapat terlihat Pekerja Seks Komersial (PSK) yang menjajakan diri didampingi tukang
41
www.satudunia.oneworld.net diakses pada tanggal 22 Mei 2011, pukul 11.05
42
Nori Andriyani. 2010, Jakarta Uncovered, Membongkar Kemaksiatan dan Membangun Kesadaran
Baru, Jakarta, Perempuan Berdaya
43
Ibid., Hlm.58.
32
ojek yang berfungsi sebagai bodyguard sekaligus perantara pembeli. Para PSK ini
sudah menjajakan dirinya dari pukul 22.00 malam hingga pukul 05.00 pagi.44
Bisnis layanan seks ini pun menjadi sebuah industri yang besar. Seks adalah
industri besar dengan omset ratusan miliar dan jumlah tenaga kerjanya pun luas. 45 Di
Industri seks di Indonesia pada tahun 1998 diperkirakan menghasilkan 1,2 hingga 3,3
milyar dollar AS per tahun.47 Bisa dibayangkan uang yang berputar setiap harinya.
Sebagai contoh kecil, Nori Andriyani dalam bukunya yang berjudul Jakarta
layanan plus-plus di Jakarta. Minimum tarif sekali pijat yang diberlakukan adalah Rp.
350.000 yang dibayarkan ke pihak Spa. Di dalam Spa tersebut terdapat 50 perempuan
pemijat yang bisa memberikan pelayanan plus-plus. Satu orang pemijat biasanya
dapat rata-rata empat tamu per hari. Atau jika ditotal ada dua ratus orang per hari. Spa
tersebut beroperasi selama sebulan penuh atau 30 hari. Maka, pemasukan minimal
spa tersebut adalah sebesar Rp 2,1 Milyar sebulan. Jumlah yang sangat fantastis.
Apalagi jika bukan hanya Spa tersebut saja yang bisa melakukan pelayanan plus-plus.
Paling tidak masih ada belasan spa plus-plus lainnya di sekitaran Jakarta.
44
Hasil observasi yang dilakukan pada 22 Mei 2011.
45
Diana Coyle. Sex Drugs and Economics-An Unconventional Introduction to Economics. 2004.
Thomson Texere.
46
Terence, Op.Cit., Hlm.41.
47
Dario Agnote. Seks Trade, Key Part Of South East Asian Economies, Kyodo News. 1998.
33
Industri seks yang besar ini pada akhirnya banyak menawarkan peluang
HIV yang rendah, program kondom untuk pencegahan penyakit telah lama menjadi
Belanda, dikarenakan jumlah perempuan Eropa dan Cina di Batavia lebih sedikit
dibandingkan jumlah prianya saat itu. Bahkan, sejak masa J.P. Coen pun telah
tahun 1811 yaitu pada saat pembangunan jalan Anyer-Panarukan dan dilanjutkan
pembangunan jalan dan Stasiun Kereta Api oleh Daendels. Peninggalan masa ini
hingga sekarang masih dapat terlihat, dimana biasanya lokalisasi prostitusi selalu
dekat dengan Stasiun Kereta Api. Puncak perkembangan prostitusi kedua adalah
48
World Health Organization. The Condom Situation Assesment in 11 Asian and Western Pasific
Countries (Bangladesh, Cambodia, China, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, The Philippines, Papua
New Guinea, Thailand and Viet Nam) Juni. 2011., Hlm.22.
49
Lamijo, Loc.Cit., Hlm.1
34
meningkat lagi pada jaman pendudukan Jepang. Pada pasca kemerdekaan semkain
marak sekitar 1970-an ketika terjadi oil boom, green revolution dan industrialisasi. 50
Lokalisasi secara resmi di Jakarta pertama kali diadakan tahun 1970an, yaitu
di Kramat Tunggak yang terletak dekat pelabuhan Tanjung Priok. Kramat Tunggak
Sebelum Kramat Tunggak dijadikan lokalisasi, pada tahun 1069 tercatat ada 1.668
pelacur dan 248 orang germo di Jakarta. Pada saat Kramat Tunggak diresmikan
malam dengan mendirikan klub malam Mirasa Sky Club di puncak Gedung Sarinah
di Jl Thamrin. Setelah ini berjamuran puluhan klab malam, panti pijat, diskotek, pub,
salon, dan lokalisasi liar muncul di Jakarta. Striptease yang sebelumnya hanya bisa
Hiburan malam ini lahir di motivasi oleh pemenuhan permintaan pasar. Dan
menjadi bisnis yang sangat menguntungkan tanpa peduli bahwa perempuan yang
50
J Ingleson, Prostitution in Colonial Java dalam D.P Chandler and M.C Ricklefs, eds, Nineteenth and
Twentieth Century Indonesia : Essays in Honuour of Prof J.D Legge (Melbourne : Monash
University,1986)
51
Alwi Shahab, Planet dan Mirasa Sky Club, 28 Maret 2004, di akses di www.republika.co.id pada
tanggal 1 November 2011 pukul 17.11 WIB
35
dijual sebagai pekerja seks tanpa diberi keuntungan sepeserpun menjadi pihak yang
paling menderita dan seluruh hak-haknya sebagai manusia telah habis dirampas.
Pertama, industri seks yang terorganisir. Kedua, industri seks yang terorganisir.
Industri seks yang terorganisir mempunyai orang yang memimpin dan dipimpin. Ada
bos dan ada pekerjanya. Seorang bos mempunyai tugas untuk menjadi perantara.. 52
Seorang pekerja seks berada dalam pengontrolan langung oleh bosnya, seperti yang
ruang publik atau semi publik yang seperti sebagai pasar, kuburan, sepanjang rel
kereta api,54
Salah satu bagian dari industri seks di Jalan Gajah Mada adalah Panti Pijat
yang dilengkapi dengan Spa. Inisial tempat ini adalah GS. Bangunan GS yang
berbentuk ruko dan berwarna pink ini tampak dari luar seperti tidak ada yang aneh
kecuali parkiran motor yang terdapat di bagian bangunan yang selalu ramai di siang
hari sampai malam hari. Peneliti sempat menanyakan ke beberapa masyarakat sekitar
52
Terence H.Hull, Endang Sulistyaningsih, Gavin W Jones, The Prostitution In Indonesia, hlm.45.
53
Ibid., Hlm 51.
54
Ibid, hlm.50.
36
sebagai tempat pelayanan seks. Berkedok pelayanan spa dan panti pijat memudahkan
GS sembunyi. Di samping kiri GS terdapat beberapa rumah makan yang selalu ramai,
jadi banyak orang yang tidak tahu keberadaaan GS sebagai salah satu pelayanan seks
Di jalan Hayam Wuruk terdapat salah satu tempat hiburan yang bernama
Stadium. Stadium merupakan tempat hiburan malam yang menyediakan restoran, live
pub, disco, karaoke, yang dilengkapi dengan hotel dan spa. Stadium berdiri sejak
tahun 1997. Selanjutnya, di dalam Gajah Mada Plaza pun terdapat diskotek yang
ini terdapat di lantai empat dan lima. Jika sebuah Mall yang tidak terdapat hiburan
malamnya akan tutup pada jam 21.00 atau 22.00, namun tidak berlaku bagi Gajah
Mada Plaza. Mall ini akan buka 24 jam untuk membuat akses bagi para pelanggan
Millenium.
Masih di Jalan Hayam Wuruk, terdapat diskotek yang terkenal dengan nama
1001. Letak diskotek 1001 berada di belakang salah satu pertokoan yang dikenal oleh
masyarakat sekitar dengan, Mandala. Lambang 1001 tidak ditempatkan pada papan
merah yang menyusun angka 1001 dengan ukuran besar, lalu ditempatkan di
37
bangunan Mandala. Hal ini dilakukan untuk memberi tahu lokasi 1001 yang cukup
tersembunyi. Akses ke diskotik 1001 pun melalui pintu masuk pertokoan Mandala.
1001 cukup ramai pada hari libur, termasuk malam minggu. Hal ini dipastikan
taksi ini bisa memacetkan jalan karena menutupi hampir badan jalan.
Pada dasarnya, semua kota adalah pusat perdagangan, tetapi tidak semua kota
Dalam Hasil Sensus Kaki Lima yang dilaksanakan oleh BPS DKI Jakarta
tahun 2001, pedagang kondom di jalan Gajah Mada termasuk ke dalam klasifikasi
pedagang kaki lima. Namun, pedagang kondom disebut dengan pedagang obat. 56 Hal
ini dikarenakan pedagang kondom kaki lima menggunakan obat sebagai barang
Lokasi pedagang kondom kaki lima di sepanjang Jalan Gajah Mada dimulai
dari setelah lampu merah Gajah Mada Plaza sampai dengan daerah Glodok yang
mengarah ke stasiun Beos Kota. Panjang deretan gerobak pedagang kaki lima ini
55
Parsudi Suparlan, 2004, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan. Jakarta, YPKIK, Hlm.54.
56
BPS DKI Jakarta, Direktori Usaha Kaki Lima Kotamadya DKI Jakarta tahun 2005.
38
hampir mencapai 2 km. Para pedagang berjejer di pinggiran trotoar jalan raya. Di
depan pertokoan yang tutup pada malam harinya. Keberadaan para pedagang ini tidak
mengganggu aktivitas kendaraan di jalan raya karena Jalan Gajah Mada mempunyai
ruas jalan yang lebar, yang bisa memuat sampai 3 jalur kendaraan.
Jika melihat penjelasan diatas, lokasi para pedagang kondom kaki lima ini
berada dipinggir Jalan Gajah Mada dan berdekatan dengan lokasi pemukiman, dan
pertokoan. Ini bisa menjadi suatu keuntungan bagi para pedagang, karena kegiatan
ekonomi mereka terlihat oleh semua orang yang lewat di Jalan Gajah Mada dan
kaki lima yang berada di sepanjang jalan Gajah Mada sampai depan Apartemen
Tabel II.3
Para pedagang kondom kaki lima ini, biasanya membuka dagangannya pada
sore hari sampai dengan dini hari. Pedagang harus menunggu setidaknya aktivitas
ruko atau bangunan berhenti. Karena kebanyakan dari ruko/bangunan yang bagian
depannya ditempati oleh pedagang adalah kantor-kantor yang mempunyai jam kerja
pagi sampai dengan sore hari. Pedagang kondom hampir sama seperti pedagang kaki
lima lainnya terkait dengan jam kerja, para pedagang kondom ini mempunyai
wewenang untuk kapan berdagang dan tidak berdagang. Karena pedagang kaki lima
larangan parkir off street di Jalan Gajah Mada yang baru diberlakukan Juli 2011.
Gajah Mada. Pengunjung pusat hiburan dan pertokoan di Jalan Gajah Mada
40
seringkali memarkir kendaraanya di ruas jalan. Keadaan ini yang acapkali menjadi
penyebab macetnya Jalan Gajah Mada apalagi di jam-jam pulang kerja di sere hari.
Peraturan ini secara otomatis, berdampak bagi pedagang kondom kaki lima.
melainkan di atas trotoar. Sebagaimana yang kita tahu, trotoar merupakan layanan
publik bagi para pejalan kaki di kawasan perkotaan. Trotoar berfungsi sebagai akses
pejalan kaki agar terhindar dari pengguna kendaraan bermotor. Namun, trotoar bagi
perekonomian mereka.
41
BAB III
sebagai barang dagangan; benda niaga.57 Benda niaga adalah barang yang dapat
diperjual belikan. Komoditi pedagang kondom kaki lima tentunya tak lain adalah
berbagai jenis kondom. Kondom yang tersedia ada produksi dalam negeri dan luar
negeri, ada yang berkualitas baik, ada juga yang buruk. Berbagai merek pun tersedia
lengkap dalam sebuah gerobak kayu ini. Kondom yang dijual mempuyai rentang
harga yang berbeda di setiap pedagangnya. Ini terkait dengan strategi penjualan yang
Berbagai merek kondom pun tersedia di para pedagang ini. Pasar kondom
yang luas di Indonesia adalah salah satu sebab berkembangnya industri kondom.
Bentuk kondom pun terus memiliki variasi dari bentuknya sampai rasa yang terdapat
pada kondom. Berikut salah satu dari kondom yang dijual oleh pedagang kondom
57
Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, hlm.813.
42
Berikut rentang harga kondom yang dijual oleh pedagang kondom kaki lima ;
Tabel III.1
4 25 Rp. 10.000,-
Berdasarkan data diatas merk Durex adalah merk yang paling baik
membelinya. Tidak hanya pembeli dari kalangan yang bermobil saja, tapi juga
kalangan menengah kebawah. Harga kondom pun masih bisa ditawar dengan proses
Rentang harga yang terjadi di lapangan bisa berbeda dikarenakan letak dari
gerobak pedagang kondom kaki lima. Semakin jauh dari akses masuk Jalan Gajah
“Ya murah mba…. Ya gimana, yang jualan di depan (awal masuk Jalan
Gajah Mada) kan lebih pertama yang diliat sama pembeli. Kalau saya jual
mahal, nanti ga laku. Makin ke arah dalam, jualannya mesti lebih murah.
Orang kan biasanya nyari yang lebih murah, mba. Jadi kalau mahal-
mahal, nanti ya gak laku……..”58
pemuda asal flores yang sudah mempunyai istri dan seorang anak. MX beserta
keluarga tinggal di daerah Grogol. Ia sudah hampir satu tahun melakoni profesi
sebagai pedagang kondom kaki lima di depan Jalan Kerajinan. Pedagang yang
terbilang baru. Ia membeli gerobak dari seorang teman yang sekarang sudah bekerja
lebih baik.
Komoditas pedagang kondom kaki lima ternyata tidak hanya kondom, tapi
juga obat kuat untuk perempuan dan laki-laki, obat oles untuk tahan lama, obat
pembesar penis serta rokok. Obat kuat untuk laki-laki disebut dengan cialis. Cialis
58
Kutipan wawancara dengan MX, Agustus 2011
44
merupakan nama dagang obat kuat. Cialis biasa diminum oleh para laki-laki supaya
kuat dalam berhubungan intim. Cialis ikut diperdagangkan oleh pedagang kondom
kaki lima, karena menjadi salah satu permintaan konsumen. Seperti yang
diungkapkan oleh AR :
“ Biasanya kalau ada yang nyari kondom pasti juga nyari cialis. Kan kalo
hubungan begitu butuh obat kuat. Kadang yang beli kondom, ada juga
yang nanyain cialis. Ada juga yang engga. Seringan sih pasti nyari.
Apalagi yang abis pulang kerja. Pasti nyari cialis lah…..”59
AR merupakan singkatan nama pria berusia 24 tahun yang saat ini berdagang
kondom kaki lima dengan gerobak bernomor tujuh belas. Pria dengan perawakan
tinggi dan kurus ini telah lama merasakan pahit manis berjualan kondom. Ia telah
Harga-harga cialis yang ditawarkan kepada konsumen pun beragam. Hal ini
disesuaikan dari kuantitas, kualitas, serta produk buatan dari negara mana. Seperti
harga Cialis merek Tanduk Rusa buatan Cina dibandrol dengan harga Rp 75.000. Ini
sesuai dengan kuantitasnya yang banyak, ada empat strip didalam satu bungkus
Tanduk Rusa. Komoditas obat oles pun diminati oleh konsumen. Obat ini menjadi
alternatif bagi konsumen yang tidak berani meminum obat minum, seperti Cialis.
obat kuat. Permintaan yang kuat antara kondom dengan obat kuat terjadi dalam
konteks “hubungan intim” yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan. Obat
59
Kutipan wawancara dengan AR, Agustus 2011
45
intimnya tersebut.
Lain halnya dengan komoditi rokok. Komoditi rokok dijual sebagai selingan
sepinya yang membeli kondom dan cialis. Maka, ia mencoba mencari komoditi lain
yang dapat dijual. Rokok pun menjadi pilihan. Pembeli rokok biasanya adalah orang-
orang yang juga beraktivitas malam hari di dekat gerobak kondom milik MX seperti,
“saya jualan rokok selingan aja… Abis semakin hari, dagang kondom
kurang laku. Apalagi obat kuatnya. Mungkin saya kalah saingan sama yang
didepan-depan itu (pedagang kondom yang lain).”60
Hal ini menjelaskan bahwa komoditi rokok yang diperjual belikan oleh MX
Dalam hal pola bertransaksi pedagang kondom kaki lima ini sangat berbeda
dengan pedagang kaki lima komoditas lainnya. Selain gerobak yang sudah di taruh di
pinggir jalan, mereka pun menyiapkan sebuah bangku yang ditempatkan di sebelah
kiri gerobak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan para pedagang memanggil para
konsumennya. Dengan cara inilah para konsumen tidak perlu turun dari
memulai proses transaksi dengan pedagang. Hal ini memungkinkan para pembeli
kombinasi angka dan huruf. Kombinasi angka dan huruf ini dipakai untuk
gerobak RM, terdapat angka 6. Ataupun di gerobak AR yang tertera 007. Angka ini
membeli. Angka-angka ini pun tidak ada yang mengatur, asalkan tidak sama dengan
pedagang lain.
seperti, obat sakit kepala, flu, dll di dalam kaca yang terletak di bagian atas gerobak
untuk mengalih perhatian. Letak kondompun tidak diperlihatkan secara vulgar. Hal
ini disebabkan oleh gambar kemasan kondom dan komoditi lainnya yang sangat
dsb.Visualisasi kemasan kondom yang sangat jelas ini dikhawatirkan pedagang akan
menjadi penghalang mereka untuk berdagang. Jadi sudah sewajarnya, pedagang harus
61
Kutipan wawancara RM, Oktober 2011.
47
menaruh kondom dan obat kuat lainnya di bagian bawah gerobak. Bagian bawah
Namun, ada juga yang menaruh kemasan kondom dan obat kuat di bagian atas
gerobak. Hal ini disebabkan untuk memudahkan konsumen agar dapat mengetahui
dan memastikan gerobak mana yang menjual kondom dan obat kuat.
Para pedagang kondom kaki lima di Jalan Gajah Mada rata-rata sudah
tetap. Setidaknya pelanggan tetap ini memberikan kepastian bahwa ada yang membeli
“ada yang naik motor, ada yang jalan kaki. Langganan kira-kira ada
sepuluh. sebagian sih kenal muka. Kebanyakan orang Chinese sih mba
kalau langganan saya. Bule juga ada. Orang Nigeria juga ada.” 63
membeli kondom ataupun obat kuat. IW mengaku untuk konsumen yang sudah
menjadi pelanggannya tidak ada proses tawar menawar lagi, kecuali ada kenaikan
komunikasi lebih luas. Hal ini diketahui pada saat IW ditanyakan terkait nama
menaruh dagangannya. Gerobak ini diperoleh melalui tiga cara. Pertama, menyewa
62
Kutipan wawancara dengan IW, Agustus 2011
63
Kutipan wawancara dengan RM, Agustus 2011
49
gerobak oleh seorang Bos gerobak. Kedua, menyewa gerobak dari seorang teman,
informan IW, Bos gerobak adalah seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi. Ia
adalah mahasiswa lulusan universitas swasta terkenal di kasawan Grogol. Bos ini
“Bos mah setahu saya punya beberapa gerobak. Dia beli dari orang yang
pengen ngejual gerobaknya gitu. Mungkin karena sepi begini. Jadi dijual
aja. Atau engga, ga ada yang gantiin..”64
Adanya pedagang yang ingin menjual gerobaknya dikarenakan tak lagi berniat
untuk berdagang, menjadi peluang bagi Bos untuk mempunyai penghasilan. Gerobak-
gerobak tersebut dibeli oleh Bos. Proses ekonomi antara Bos dan pedagang yang
menjual gerobaknya melahirkan produktivitas ekonomi baru, yaitu antara Bos dengan
pedagang yang membutuhkan gerobak. Bos akan mempunyai pendapatan lebih dari
penyewaan gerobak.
gerobak sebagai sarana untuk berdagang. Jika tidak ada gerobak, para pedagang
secara otomatis tidak dapat berdagang. Gerobak dalam hal ini merupakan kebutuhan
64
Kutipan wawancara IW, tanggal 15 Agustus 2011
50
pokok bagi para pedagang. Posisi ini di satu sisi menguntungkan bagi Bos gerobak.
Adanya keuntungan secara ekonomi yang berhasil didapatkan nantinya oleh Bos.
terlebih dahulu siapa orang yang akan menyewa gerobaknya. Pedagang yang ingin
menyewa harus diketahui tempat tinggalnya, dan temannya siapa. Mengetahui teman
pedagang menjadi salah satu informasi yang dapat membantu, jika suatu hari nanti
“ Kalau saya yang penting, kenal orangnya. Dia temannya siapa, tinggal
dimana. Kalau ada apa-apa kan gampang. Kalau ga kenal banget, saya ga
berani. Takut ada apa-apa. Sama tegesin bayar sewanya.” 65
Mengenal pedagang baik dari identitas, tempat tinggal dan temannya perlu
diketahui oleh pemilik gerobak. Hal ini dikarenakan gerobak yang akan dipercayakan
kepada pedagang merupakan barang milik pemilik gerobak yang sudah dibeli dengan
harga mahal serta menjadi harapan bagi pemilik gerobak untuk mendapatkan sumber
penghasilan dari pembayaran sewa atau bagi hasil dengan pedagang kondom kaki
lima.
Interaksi sosial yaitu proses timbal balik antara manusia sebagai individu,
maupun hubungan antara individu dengan kelompok. Jadi proses interaksi ini
terwujud karena adanya proses hubungan antara seseorang dengan orang lainnya
dimana dalam melakukan hubungan tersebut ada hubungan timbal balik yang saling
65
Kutipan wawancara dengan Informan Bos, Agustus 2011
51
diberikan kepada pedagang oleh pemilik gerobak, yaitu dengan memberikan gerobak
secara penuh kepada pedagang untuk dibawa, jadi tidak perlu setiap hari
jawab atas gerobak tersebut. Hal ini terwujud akibat adanya kepercayaan antara
pedagang dengan pemilik gerobak. Terkait dengan cara pembayaran uang sewa,
tergantung dari kesepakatan antara pemilik gerobak dengan pedagang. Ada dua
macam bentuk setoran yaitu, sistem sewa sebulan dan bagi hasil per bulan.
menjadi pedagang kondom, lalu ia mempunyai hajat untuk pulang kampung atau
bekerja dengan sistem kontrak di tempat lain. Tanpa mau merugi, pedagang ini akan
“Saya nyewa karena emang ga ada kerjaan. Terus kebetulan temen saya
nawarin untuk nyewa gerobaknya, soalnya dia mau pulang kampung
sih. Nengok anak istri. Tadinya dia nawarin dua minggu, tapi sayang kan
kalau cuma 2 minggu. Jadi sewa sampe sebulan aja” 66
66
Kutipan wawancara dengan SB, Agustus 2011
52
Cara ketiga adalah dengan membeli gerobak. Kisaran harga yang berlaku di
kawasan Gajah Mada ini adalah tujuh juta sampai dengan sembilan juta per satu
gerobak tanpa isi. Hal ini jarang terjadi kecuali ada pedagang yang benar-benar
sudah tidak ingin lagi berjualan kondom dikarenakan faktor sepinya pembeli atau
III.2.2 Kerabat
mempunyai hubungan darah meskipun tinggal berjauhan atau belum pernah bertemu
sekalipun.67 Kerjasama kerabat ternyata terjadi di para pedagang kondom kaki lima.
kondom kaki lima di dalam wilayah asal para pedagang. Dari sistem kekerabatan
inilah, ada beberapa diantara mereka yang berjualan karena diajak oleh kerabantya
yang satu kampung. Interaksi sosial yang terjadi di kampung halaman asal pedagang
perlahan.
menjadi hal yang menarik bagi orang yang hidup di kampung atau luar Jakarta.
Gegap gempita kota Jakarta menjadi sesuatu yang menarik bagi kaum pedesaan.
Berawal dari adanya anggapan bahwa di Jakarta, semua orang bisa sukses dan dapat
67
M.Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, 2011PT Refika Aditama : Bandung
53
memenuhi kebutuhan ekonomi adalah awal dari adanya pedagang kondom yang
Awal mula terbentuknya jaringan sosial pedagang kondom kaki lima ialah
ketika adanya interaksi yang terjadi dalam sebuah kekerabatan ketika berada di
“ Jualan mah dulu diajak sama si R. Udah dari 5 tahun yang lalu. Kita
tinggal satu kabupaten di pekalongan. Waktu dia pulang kampung, saya
tanya sama si R… Kerja apaan di Jakarta. Eh dia bilang dagang kondom.
Yah daripada di kampung ga ngapa-ngapain, mending ke Jakarta aja,
dagang kondom. Coba-coba aja, siapa tahu memang rejeki saya di
Jakarta.”68
kondom kaki lima. IW tak memikirkan lagi anggapan orang terkait apa yang
Selain itu, ada beberapa sebab pergantian pedagang kondom kaki lima yang
terjadi dalam lingkar kerabat. Pertama, pedagang mempunyai rencana untuk pulang
“Saya belum lama sih mba jualan ini. Kira-kira baru sebulanan deh. Yang
punya gerobak teman saya. Saya disuruh gantiin jualan. Ya itung-itung
buat hidup,mba. Dia lagi pulang ke pekalongan.”69
68
Kutipan wawancara dengan IW, Oktober 2011
69
Kutipan wawancara dengan SB, Agustus 2011
54
lingkar kerabat sangat membantu para pedagang yang kesulitan untuk mencari orang
dari adanya hal ini yaitu kepercataan satu sama lain. Kepercayaan ini dibangun atas
dasar kekerabatan yang terjalin secara alami. Sistem pergantian berjualan ini sering
mendapat pekerjaan baru yang lebih layak. Informan MX, menuturkan bahwa
gerobak dagangannya adalah hasil membeli dari seorang kawannya yang sudah
Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kerabat menjadi salah satu bagian yang tak
kaki lima. Adanya jaringan antar kerabat ini secara otomatis memudahkan
Komoditas para pedagang kondom kaki lima di Jalan Gajah Mada seperti,
kondom, cialis, dll dipasok oleh sales. Para pedagang lebih memilih membeli
70
Kutipan wawancara dengan MX, Agustus 2011
55
komoditasnya melalui sales. Padahal toko agen yang menjual komoditas tersebut
terletak tidak jauh dari Jalan Gajah Mada yaitu, di daerah Glodok. Alasan para
“Ya milih sales lah. Ya tergantung kita aja. Kalau kita butuh, kita tinggal
ngabarin.Butuhnya apa, nanti dia datang.”71
“Salesnya setahu saya cuma ada empat. Tapi saya langganan ma orang itu aja.”72
dibandingkan dengan berdagang barang lain. Apalagi jika membeli kondom dari para
sales. Jika ia menjual satu bungkus kondom, dapat menghasilkan keuntungan sekitar
Rp 5.000-7.000.
Sales yang menjajakan jasanya di wilayah Jalan Gajah Mada berjumlah empat
yang memilih membeli lewat satu orang sales. Inisial sales langganan IW adalah ER.
Prosedur memesan barang dagangan dengan ER pun cukup mudah. Pagi hari, IW
menyebutkan beberapa barang dan jumlah barang yang diinginkannya. Lalu malam
harinya, sales akan membawa pesanan IW. Pembelian lewat sales ini biasanya
dilakukan seminggu sekali, jika barang sudah habis. Namun, hal ini tidak menentu.
Jika penjualan sedang sepi, maka dua minggu sekali atau sebulan sekali.
71
Kutipan wawancara dengan RM, Agustus 2011
72
Kutipan wawancara dengan IW, Agustus 2011
56
Pilihan membeli melalui sales selain karena tidak mengeluarkan ongkos, juga
dikarenakan harganya lebih murah daripada di toko agen. Membeli sales sama
dengan menghemat sepuluh sampai dua puluh ribu rupiah. Ketika ditanya adakah
uang ongkos untuk sales yang diberikan, IW mengaku tidak ada. IW hanya
tidak ada sales, maka tidak ada barang untuk dijual. Dan pedagang akan merugi jika
ada konsumen mencari barang yang ternyata stoknya habis. Relasi yang dibangun
dengan sales harus baik, apabila pedagang masih mau tergantung kepada sales.
Pemilik lahan dan listrik dalam konteks ini bukanlah pemilik sebenarnya.
parkir. Wilayah parkir ini dikuasai oleh seorang bos juru parkir. Bos juru parkir ini
“tempat bayar ke yang punya listrik. Namanya Ajong. Tapi dulu pas awal,
dikasih tau sama si RM, kalau bayar tempat sama listrik ya kedia.” 73
Dalam sebulan, IW harus menyetor uang lahan sebesar Rp.200.000 dan uang
listrik sebesar Rp.90.000 kepada Ajong. Setoran dilakukan sebulan sekali. Tidak ada
tanggal tetap untuk menyetorkannya. IW biasa menyetor uang ke Ajong pada tanggal
28 setiap bulannya. Seharusnya pembayaran lahan hanya dilakukan pada saat awal
73
Kutipan wawancara dengan IW
57
berdagang. Namun, ternyata kebijakan tersebut tidak berlaku. Disamping itu, pada
tahun ini, ada penurunan biaya sewa lahan sebesar Rp.50.000. Hal ini dikarenakan
“Kalau parkiran sih, kalau dulu 200. Sekarang kayaknya, 150. Udah turun.
Ya kita kan dagang lagi sepi, atau apakan. Posisi juga ga mungkinlah kita
bayar segitu.”74
Penurunan biaya sewa lahan ini pun diakui RM tidak melalui proses dialog
dengan Ajong melainkan hasil kesepakatan dengan tiga teman pedagang yang satu
deretan dengan RM. Mereka menyepakati besaran uang sewa lahan tersebut
Besaran uang sewa lahan ini hampir rata di pedagang kondom kaki lima di
Kota. Besarnya uang sewa lahan ini dianggap pedagang sebagai bentuk dari
keamanan ketika mereka berdagang. Tidak adanya preman yang memungut uang
“retribusi” membuat pedagang tidak menolak membayar uang sewa lahan yang cukup
mahal.
Di sisi lain, setoran uang listrik sebesar Rp.90.000 per bulan, dirasakan RM
sangat tidak seimbang dengan apa yang didapat. Para pedagang hanya memakai
listrik untuk menyalakan lampu neon di malam hari guna menerangi gerobaknya atau
74
Kutipan wawancara dengan RM
58
“Listrik 90 ribu sebulannya. Bayarnya juga ke Ajong, mba. Mahal, padahal cuma
make buat lampu doank. Dirumah aja ga sampe segitu, padahal ada TV. Pengen
minta turunin, tapi kasian juga entar. Dia kan juga punya anak bini. “75
dimana letak mereka berdagang. Seperti halnya MX, ia hanya perlu mengeluarkan
uang Rp 40.000 per bulannya untuk uang listrik. Semakin jauh letak pedagang dari
akses masuk Jalan Gajah Mada akan semakin murah. Ini sejalan dengan, semakin
jauh pedagang dari akses masuk Jalan Gajah Mada, maka barang yang dijual harus
lebih murah dibandingkan pedagang yang sudah berjejer di depan mereka. Hal ini
termasuk strategi berdagang mereka. Maka, pendapatan yang kecil tersebutlah yang
menjadikan pemilik listrik tidak mengenakan tarif yang tinggi seperti yang terjadi
dengan pedagang yang dekat dengan akses masuk jalan Gajah Mada.
berbentuk sangat besar. Gerobak ini terbuat dari kayu dan ditutupi oleh terpal. Maka
tak ayal, jika para pedagang kondom kaki lima tidak mau repot untuk mendorong
kondom ini lah yang menjadi peluang ekonomi bagi warga sekitar.
sebagai supir bajaj. SL sudah menikah dengan 1 istri dan mempunyai 5 orang anak. Ia
75
Kutipan wawancara dengan RM, Oktober 2011
59
Tanggerang. Profesi menjadi supir bajaj telah dilakoninya sejak tahun 1986.
“..Sekarang kan istilahnya mah narik bajaj, tapi selingannya mah dorong
gerobak. Dulu kan ada orang yang nyuruh. Mau engga dorong gerobak
(gerobak kondom). Ya mau-mau ajalah kita amah, yang penting ada
tambah-tambahan buat narik. Ada yang nyuruh gitu. Akhirnya saya mau
aja dah dorong gerobak tuh. Udah hampir 5 tahunan lah saya dorong
gerobak. Sejak pos Koramil itu dibuat”76
alasan utama. Ia mengakui, sepinya penumpang bajaj adalah dampak dari keberadaan
tukang ojek yang sudah menjamur di daerah tersebut. Jadi, mau tidak mau, SL harus
gerobaknya diminta untuk didorong dari lokasi penitipan hingga ke lokasi dimana 4
setelah gedung Arsip Nasional yang berdekatan dengan akses Jalan Kerajinan. Di
setiap malam sebelum berdagang, langganan SL akan memberi tahu SL apakah akan
76
Kutipan wawancara dengan SL, Agustus 2011
60
‘narik’ bajaj. Atau menghampiri SL di Pos Koramil dimana ia tinggal semenjak tahun
1986.
Lain halnya dengan YG yang baru beradu nasib ke Jakarta sejak 6 tahun yang
lalu. Awalnya, pria asal Kuningan ini akhirnya memilih menjadi tukang becak.
Namun, karena di era Bang Yos, becak dilarang di operasi, akhirnya Informan Yoga
menganggur karena becaknya sendiri diambil oleh petugas Satpol-PP yang pada
waktu itu merazianya. Di tahun 2007, berawal dari permintaan seorang teman untuk
YG adalah seorang pria kelahiran 1973 yang telah memiliki istri dan dua
biaya. Selama di Jakarta, ia hidup bersama dengan beberapa temannya yang juga
mencari peruntungan di lokasi penitipan gerobak di Jalan Kejayaan. Anak dan istri
mengirimkan sms ke nomor telepon genggam milik YG. Setelah sms diterima, YG
“…ini obat (gerobak obat) paling sepuluh.. kalau kaset (gerobak vcd)
lumayanlah..kaset ada enam lah..”77
bajakan. Untuk satu kali mendorong gerobak, YG ini, mendapatkan upah sebesar Rp
5,000. Jadi jika dihitung YG mendapatkan uang sekitar Rp 80.000 perhari. Uang ini
Keberadaan dua orang pendorong gerobak ini menjadi salah satu pendukung
jumlah pedagang kondom kaki lima yang menjadi pelanggan SL dan YG adalah bukti
77
Kutipan wawancara dengan YG, Agustus 2011
78
Kutipan wawancara dengan YG, Agustus 2011
62
Informan SL Informan YG
Gambar III.9
besar yang terletak di Jalan Kejayaan. Lapangan besar ini tanahnya tidak rata,
bercampur dengan keramik dan batu yang sudah pecah, serta sampah. Di area pintu
63
masuk lapangan, ada sebuah warung kopi, warteg dan Pos X Koramil 01, Taman
Sari. Pintu masuknya tidak terdapat sebuah pintu sebagaimana makna aslinya. Di
pintu masuk, terdapat bangku dari kayu milik warung kopi. Pintu masuk ini juga
sedikit becek karena terdapat selang air untuk mencuci piring. Lokasi penitipan
gerobak ini biasa disebut dengan “Lapangan” saja oleh pedagang kondom kaki lima.
Masuk sedikit ke area lapangan, kita akan disambut oleh jejeran gerobak
kondom dan gerobak VCD tertata sedemikian rupa. Lahan lapangan yang luas ini
juga dimanfaatkan untuk tempat tinggal. Gubuk-gubuk dibangun ala kadarnya dengan
menggunakan triplek sekedar untuk berlindung dari terik panas matahari dan air
hujan. Gubuk-gubuk itu menjelma menjadi “rumah” bagi banyak pencari rezeki di
Jakarta. Seperti supir bajaj, pedagang soto, pedagang makanan kaki lima lainnya.
Gambar III.10
yang ada pun tak terurus. Hanya ada beberapa pohon yang tetap berdiri kokoh. Di
bawah pohon, ada beberapa buag bangku yang terbuat dari kayu berfungsi sebagai
Di ujung lahan luas yang dikelilingi rumah ini, ada sebuah lapangan bola
beserta gawangnya. Setiap hari, banyak remaja yang bermain di lapangan bola
tersebut. Keberadaan lapangan bola tersebut cukup menarik. Dikala Jakarta sudah
Gambar III.11
Di lokasi penitipan ini, dikenakan biaya sewa tempat. Untuk satu gerobak
dikenakan biaya Rp 60.000 per bulan yang harus dibayar oleh pemilik gerobak. Hal
65
ini juga berlaku bagi orang-orang yang membuat gubuk di dalam lapangan ini.
Kecuali informan YG, ia tidak membayar biaya sewa karena lebih memilih tidur di
dalam gerobak VCD/Kaset. Biaya ini dibayarkan kepada petugas pos koramil yang
Gambar III.12
diantara para aktor menjadi penting untuk diteliti. Bagaimana para pelaku saling
memahami sistem jaringan sosial pedagang kondom kaki lima di Jalan Gajah Mada.
kesatuannya sendiri dan bersifat informal. Kesatuan jaringan sosial yang mempunyai
66
fungsi ekonomi ini bertujuan untuk keuntungan material, dan adanya motivasi
pemenuhan kebutuhan hidup. Jaringan sosial adalah sebuah fakta sosial bagi orang-
Di dalam jaringan pedagang kondom kaki lima terjadi kolaborasi baik antar
pedagang kondom kaki lima, pemilik gerobak, pendorong gerobak, sales, pemilik
lahan penitipan gerobak,pemilik lahan dan listrik, Satpol-PP, dan konsumen. Dalam
untuk pencapaian sumber daya yang dibutuhkan atau diinginkan. Bagan jaringan
Bagan III.1
Pendorong
Gerobak
Pemilik Sales
Gerobak
Satpol PP
Konsumen
Sumber : pengamatan peneliti (2011)
67
dinamakan kelompok karena keanggotaan jaringan sosial sering kali tidak disadari
atau belum tentu didasari oleh individu yang bersangkutan. Ketidaksadaran di antara
mereka hanya merasa terikat oleh kebutuhan masing-masing yaitu uang. Beberapa
hasil Penelitian menemukan misalnya bahwa jaringan sosial adalah suatu alat yang
digunakan ketika orang-orang berada dalam tekanan-tekanan baik secara mental, fisik
Secara disadari, jaringan sosial yang terbentuk antar para aktor di bagan
tersebut dilakukan karena adanya tekanan secara sosial dan ekonomi. Pedagang
kondom kaki lima merupakan inti dari jaringan tersebut karena lebih banyak
membentuk relasi. Sebagaimana hasil dari penelitan ini diketahui, untuk mendapatkan
nilai ekonomi yang diinginkan, para aktor melakukan interaksi yang menghasilkan
Relasi sosial pedagang kondom dengan Satpol-PP adalah terkait dengan cara
berdagang yang berbentuk kaki lima ditemukan tetapi tidak menghasilkan relasi yang
kuat diantara mereka. Salah satu tugas Satpol PP adalah menertibkan pedagang kaki
lima. Interaksi yang terjadi adalah ketika Satpol PP ingin menertibkan pedagang kaki
lima di sepanjang Jalan Gajah Mada. Namun, penertiban tidak dilakukan secara
represif melainkan dengan sifat sosialisasi. Sosialisasi yang dimaksud adalah dengan
79
Saefullah, Loc.cit. Hlm.73
68
dilakukan pada saat rombongan konvoi mobil Gubernur DKI Jakarta akan melewati
Jalan Gajah Mada. Relasi ini diakui tidak menghasilkan keuntungan ekonomi secara
siginifikan. Tidak ada retribusi yang diberikan oleh pedagang kondom kepada Satpol-
Relasi yang kuat terjadi adalah antara Satpol PP dengan pemilik lahan parkir
dan listrik. Relasi ini yang menjelaskan secara implisit, mahalnya biaya sewa lahan
dan listrik di pedagang kondom. Juru parkir yang bernama Ajong ini ternyata
menyetor sejumlah uang kepada kepala Satpol-PP. Jumlah uang yang diberikan tidak
80
Kutipan wawancara dengan MX, Agustus 2011.
81
Kutipan wawancara dengan IW, Agustus 2011.
82
Kutipan wawancara dengan Ajong, Oktober 2011.
69
Di sisi lain, relasi yang terjadi antara pedagang kondom kaki lima dengan
pemilik gerobak, sales, pemilik lahan dan listrik, pemilik lahan penitipan gerobak,
kondom yang berfungsi sebagai inti jaringan menghasilkan relasi yang sangat kuat
hingga satu dengan yang lainnya berada dalam produktivitas ekonomi. Beberapa
di sekitarnya. Kebutuhan ini akhirnya membuat para aktor lain selain pedagang
menyediakan kebutuhan bagi para pedagang kondom. Seperti yang dilakukan pemilik
gerobak, ia menyediakan gerobak untuk disewakan kepada para pedagang yang ingin
berjualan. Relasi ini menghasilkan nilai ekonomi yang bisa membuat pedagang
kondom dan pemilik gerobak mencapai kondisi ekonomi pribadi dan keluarga pada
Pemilik lahan dan listrik serta pemilik lahan penitipan gerobak secara tidak
langsung adalah pihak yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan yang dipunyai oleh
mereka dapat menggerakan nilai ekonomi demi kepentingan mereka. Relasi yang
dijalin oleh pedagang kondom adalah untuk mencapai sumber daya yang tidak
dipunyai oleh pedagang. Untuk bisa mencapai sumber daya tersebut, pedagang harus
melakukan interaksi awal agar terbangun sebuah relasi terhadap pemilik “kekuasaan
tersebut”. Sumber daya yaitu berupa lahan, listrik dan penitipan gerobak tentunya
70
melibatkan uang. Tarif yang diberlakukan dikendalikan oleh si pemilik kuasa. Mau
tidak mau, pedagang akan membayar tarif yang diberlakukan oleh pemilik kuasa.
Sedangkan, pemilik lahan, listrik dan penitipan gerobak, oleh karena tuntutan
aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya
setiap aktor dalam jaringan sosial inilah yang membuat eksistensi jaringan sosial
Relasi antara pedagang kondom dengan konsumen menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kesatuan jaringan sosial pedagang kondom kaki lima. Relasi yang
konsumen kondom adalah dampak dari keberadaan industri seks yang melingkupi
83
George Ritzer-Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern, 2005, Jakarta., Hlm.393
71
adalah salah satu faktor dampak dari keberadaan industri seks. Konsumen kondom
bukan hanya saja PSK (Pekerja seks komersial) yang membeli untuk mendukung
aksinya. Tapi juga orang-orang yang mempunyai tujuan untuk pergi ke tempat
hiburan malam.
individu lain dalam bentuk relasi-relasi sosial dari waktu ke waktu telah
industri seks ini telah memperkuat keadaan tersebut hingga saat ini. Kolaborasi yang
jaringan sebagai tujuan ekonomi yang disebabkan oleh kondisi kehidupan masing-
masing pedagang yang menuntut pencapaian nilai ekonomi tersendiri. Salah satu
alasannnya adalah ketiadan lapangan kerja selain menjadi pedagang. Hal ini juga
dipicu oleh mobilitas sosial yang terjadi akibat dampak jaringan yang terjadi di
lingkungan fisik, dan lingkungan sosial informan yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah informan IW dan RM yang
III.4.1 Informan IW
1987. IW adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini IW tinggal sendiri
dengan mengontrak salah satu kamar kontrakan di Jalan Ketapang, Jakarta Barat
Pria penyuka tenis meja dan musik ini memulai usahanya dengan menyewa
sebuah gerobak punya seorang temannya dengan harga Rp 400.000 per bulan. Dan
menyewa, tapi membayarnya dengan cara bagi hasil. Pembagian hasilnya dengan
cara potong modal barang, lalu dibagi dua dengan si pemilik gerobak. Omzet
pada pukul lima sore dan tutup sekitar setengah enam pagi. Hal ini berlaku pada hari
kerja yaitu, hari senin sampai hari jumat. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, ia
langsung istirahat sejenak, lalu kemudian tidur pada pukul sembilan pagi. Kemudian
bangun kembali pada pukul tiga atau empat sore untuk memulai aktivitas berdagang.
Per bulannya, IW harus membayar tagihan antara lain, tagihan listrik untuk
lampu gerobaknya, sebesar Rp 90.000; tagihan lapak atau trotoar sebesar Rp 150.000
per bulan. Uang tagihan ini dibayarkan kepada satu orang yang bertugas sebagai
kepala juru parkir. Sejak awal berdagang hingga kini, IW tidak pernah pindah lapak.
baru-baru ini telah meninggal. IW masih membantu perekonomian sang ibu yang
wesel ke sang ibu. Jadwal pulang kampung IW adalah setiap Hari Raya Idul Fitri dan
Idul ‘Adha.
Bagi IW, berdagang kondom kaki lima juga harus siap mental. Ada beberapa
alasan, pertama, orang akan beranggapan negatif jika yang dijual adalah kondom.
Kedua, susah mencari pasangan hidup. Karena banyak perempuan yang takut duluan
III.4.2 Informan NR
orang sekitar Jalan Gajah Mada. Rumah orang tuanya terletak di Jalan Keselamatan,
sebuah jalan di belakang Jalan Gajah Mada. Pria asli betawi ini sekarang tinggal
mengontrak dengan seorang temannya, sesama pedagang kondom kaki lima di Jalan
di 22 Jakarta Barat.
NR berdagang sejak tahun 2000 di umurnya yang baru 11 tahun. Pada waktu
itu, ia ikut berdagang dengan seorang laki-laki yang sudah dianggap sebagai orang
3.500.000.
dibagi berdua setelah potong modal. Untuk dapat terus menjalankan usahanya, ia
75
harus membayar tagihan lapak sebesar Rp 150.000,-. Selain itu, untuk penerangan
pada malah hari ia harus mengeluarkan biaya Rp 90.000,- perbulannnya. Tidak ada
ketetapan harus membayar pada tanggal berapa, yang penting sebulan sekali.
Aktivitas NR dan seorang temannya, RH, dimulai sejak pukul dua siang
sampai pada hari minggu. Sedangkan pukul setengah empat pada hari senin sampai
sabtu. Lapaknya ditutup pada pukul setengah 5 pagi. Jika sedang ada kerja
dirinya sendiri dan biaya kontrakan yang besarnya Rp 350.000. Paling sedikit
pendapatan yang didapat sekitar Rp 20.000 sehari. Paling besar bisa dapat Rp
BAB IV
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan tiga aktor yang mempunyai peran
besar dalam jaringan sosial pedagang kondom kaki lima. Dalam hal ini, aktor tersebut
adalah pihak Satpol-PP, pedagang, dan konsumen. Keberadaan tiga aktor ini adalah
yang menjadi pengaruh pada berjalannya jaringan sosial yang terjadi di pedagang
kondom. Seperti yang dikatakan oleh Robert M.Z Lawang pada bab pertama, bahwa
diikat dengan kepercayaan serta dipertahankan oleh norma yang mengikat semua
pihak yang terlibat didalamnya. Ikatan kepercayaan ini akan terjalin diantar individu-
Secara sederhana, kolaborasi yang terjadi diantara tiga aktor tersebut adalah
demi terwujudnya suatu tujuan tertentu, yaitu mendapatkan uang. Pihak Satpol-PP
tidak akan mendapatkan ekonomi tanpa adanya pedagang yang menyetor uang
keamanan yang didapatkan dari aktivitas jual beli dengan konsumen. Pedagang
dijual. Sedangkan konsumen, tidak akan terpenuhi kebutuhannya apabila tidak ada
77
masing pihak. Dalam hal ini peneliti menggunakan istilah ‘simbiosis mutualisme’
Pihak keamanan Pemerintah Kota Jakarta dalam hal ini Satpol-PP yang
bertugas untuk menertibkan dan mengamankan kondisi kota Jakarta, dalam hal ini
Jalan Gajah Mada. Pedagang kondom kaki lima yang berada di Jalan Gajah Mada
merupakan salah satu pihak yang dianggap sebagai sumber ketidaktertiban tata ruang
seharunya tidak menjadi lahan untuk berjualan. Maka dari itu pihak keamanan
Satpol-PP memiliki wewenang untuk menertibkan para pedagang kondom kaki lima.
Apabila jaringan sosial para pedagang kondom dengan pihak Satpol-PP tidak
terbentuk dengan baik maka akan tidak berkembang dan menghasilkan suatu
Dengan uang sewa lahan yang dibayar oleh pedagang kondom kepada juru
parkir dan kemudian disetor kepada oknum Satpol-PP merupakan bagian dari
transaksi keamanan yang diinginkan oleh pedagang. Karena dengan adanya transaksi
tersebut secara tidak langsung, pedagang menginginkan ada pihak yang mampu
‘menjaga’ mereka. Sedangkan, kekuasaan yang dimiliki oleh petugas Satpol-PP atas
wilayah tersebut tidak ingin dibiarkan dengan cuma-cuma. Uang keamanan tersebut
adalah sebagai jaminan bagi pedagang agar tidak terkena penertiban. Pihak Satpol-PP
secara tidak langsung ‘melindungi’ aktivitas pedagang kondom di Jalan Gajah Mada.
78
Bagan IV.1
Pedagang
Satpol PP Konsumen
Lokasi dagang yang dipilih oleh para pedagang kondom merupakan salah satu
asset dalam kehidupan pedagang. Hal ini disebabkan karena lokasi dagang yang
mereka pilih adalah lokasi yang strategis dan dapat menghasilkan keuntungan bagi
mereka. Maka, menjadi wajar jika Satpol-PP ‘membantu’ para pedagang agar tetap
mendapatkan lahan untuk berdagang. Hal ini terkait dengan pilihan pedagang
trotoar atau bahu jalan sebagai sandaran atau tempat berpijaknya gerobak mereka.
memberikan kerugian terhadap ketertiban pola tata ruang kawasan tersebut. Trotoar
atau bahu jalan bertujuan untuk memfasilitasi para pejalan kaki. Kini dengan
banyaknya keberadaan pedagang kondom kaki lima di sepanjang Jalan Gajah Mada,
maka tujuan dibangunnya trotoar telah berubah. Hal ini lah yang menjadikan pihak
Satpol-PP merasa berkuasa atas uang keamanan yang disetorkan oleh pedagang
yang dipunyai oleh Satpol-PP mampu mempengaruhi pihak pedagang untuk menuruti
kehendaknya.
Disamping itu, keberhasilan para pedagang kondom tentu saja ada pada
masyarakat yang berperan sebagai konsumen. Oleh sebab itu, para pedagang kondom
harus menjalin jaringan sosial yang baik untuk mempertahankan konsumennya. Hasil
dari adanya kolaborasi yang baik antara pedagang kondom dengan warga kota tentu
saja keuntungan bagi kedua belah pihak. Di satu sisi, pihak pedagang kondom
mendapat keuntungan dari hasil penjualan, dan di lain sisi konsumen mendapatkan
Gajah Mada sebagai sumber keuntungan bagi tiga aktor tersebut. Adanya sumber
keuntungan ini yang membuat tiga aktor besar ini membuat kolaborasi yang baik.
Motivasi kolaborasi tiga aktor ini tentu saja adalah Uang. Uang telah menjadi ‘raja’
bagi sebagian orang. Atas dasar hal ini, George Simmel mengemukakan konsep
Money Economy :ekonomi uang (rasionalitas). Uang menjadi sumber dan ekspresi
dari rasionalitas dan intelektualisme kota metropolis. 84 Karena, baik uang dan
intelektualitas mendorong perilaku aktor yang selalu berdasarkan fakta dan tidak
mereka adalah uang, setiap tindakan-tindakan yang akan dilakukan pasti ada beberapa
84
Jo Santoso, 2006, Menyiasati Kota Tanpa Warga, Jakarta, KPG dan Centropolis, Hlm.26.
80
yang tidak murni dari dirinya. Tapi demi mendapatkan apa yang diinginkannya, hal
Para pedagang kondom kaki lima mempunyai tujuan hidup, yaitu ingin
tindakan rasional dalam pencapaian kebutuhan ekonomi mereka. Dan dari semua
Berdasarkan paparan diatas, jelas terlihat bahwa kolaborasi tiga aktor tersebut
Kolaborasi yang terjadi antar mereka merupakan modal sosial yang harus terus
pelaku dalam sektor ekonomi tersebut. Kolaborasi tersebut membuat jaringan sosial
dalam pedagang kondom kaki lima terus bertahan dan terus menghasilkan sebuah
keuntungan.
81
Kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima dapat
berjalan hingga sekarang. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan kegiatan
menghasilkan hubungan mutualisme. Seperti halnya relasi yang dijalin oleh pedagang
sales kondom, pedagang dengan pemilik lahan dan listrik setempat. Bertahannya
keberadaan para aktor ini juga merupakan hasil dari jaringan sosial yang terus dijaga
eksistensinya.
merupakan hasil dari proses mobilitas geografis dari desa ke kota yang berkelanjutan.
Banyak hal yang menyebabkan mobilitas geodrafis atau perpindahan penduduk dari
desa ke kota antara lain adalah berkaitan dengan mencari kerja.85 Mobilitas dari desa
ke kota cukup tinggi apabila dibandingkan mobilitas dari kota ke desa. Hal ini terjadi
karena tipe mata pencaharian di desa yang hanya bergulat dengan pertanian.
hari, para pedagang kondom kaki lima melalukan relasi sosial. Keharusan ini
penitipan gerobak, pedagang dengan sales kondom, pedagang dengan pemilik lahan
85
M.Munandar Soelaeman, 2011, Ilmu Sosial Dasar, PT Refika Aditama, Bandung
82
dan listrik, pedagang dengan pendorong gerobak, pedagang dengan Satpol-PP dan
pedagang dengan konsumen. Keharusan ini demi suatu tujuan mereka yaitu
mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini disebut produktivitas ekonomi. Seperti yang
disebutkan dalam bab pertama, salah satu sifat jaringan sosial yang dapat
luas.
ia juga menjaga relasinya yaitu, pedagang gerobak untuk tetap baik. Hal ini dijaga
agar pedagang mau untuk terus menyewa gerobak dengan pemilik gerobak.
Relasi – relasi sosial tersebut terbentuk tanpa mereka sadari sehingga menjadi
suatu jaringan sosial diantara mereka, dimana antara aktor satu dengan lainnya
terhubung dengan suatu garis yang terbentuk melalui relasi tersebut dan pedagang
kondom kaki lima sebagai pusatnya. Jaringan sosial yang terbentuk dalam masyarakat
tersebut karena tidak semua orang tidak dapat berhubungan dengan semua manusia
yang ada, namun dalam melakukan relasi sosial, pedagang memilih untuk
Relasi relasi sosial yang terjadi dalam perdagangan kondom kaki lima, dimana
gerobak, sales kondom, pendorong gerobak, juru parkir, mereka mempunyai peran
individu.
Interaksi antar sesama pedagang kondom kaki lima paling sering dilakukan
yang paling sering dilakukan. Penjualan yang dimaksud adalah mengenai ramai atau
Bagan IV.2
Produktivitas Ekonomi
Sumber : Diolah berdasarkan pengamatan (2011)
84
kondom kaki lima berkembang dari adanya interaksi sosial yang terbentuk dari
individu. Setelah adanya relasi yang terjadi akibat dari adanya keterikatan ekonomi
dari beberapa individu, maka secara tidak langsung membentuk suatu jaringan sosial.
adanya proses interaksi yang terjadi di lingkar kerabat ketika berada di kampung
“Jualan mah dulu diajak sama si R. Udah dari 5 tahun yang lalu. Kita
tinggal satu kabupaten di pekalongan. Waktu dia pulang kampung, saya
tanya sama si R.. Kerja apaan di Jakarta. Eh dia bilang dagang kondom.
Yah daripada di kampung ga ngapa-ngapain, mending ke Jakarta aja,
dagang kondom. Coba-coba aja, siapa tahu memang rejeki saya di
Jakarta”86
pedagang kondom kaki lima berdasarkan pengaruh dari kerabat terdekat. Berikut
pengakuan NR tersebut :
“saya asli sini, mba. Waktu itu saya masih SMP, ngikut orang tua. Bukan
orang tua saya, mba. Masih ada hubungan sodara. Orangnya tinggal di
gang kancil. Udah saya anggep kayak bapak saya. Pas waktu itu bantuin
dia, ngedorong-dorong gerobak sama nemenin jualan. Duitnya buat jajan
aja.”87
terbentuknya jaringan sosial pedagang kondom berawal dari adanya interaksi sosial
86
Kutipan wawancara dengan IW, Oktober 2011
87
Kutipan wawancara dengan RM, Oktober 2011
85
di dalam ruang lingkup kerabat. Menurut Suparlan, interaksi sosial adalah tingkah
laku sistematik yang terwujud antara dua orang atau lebih yang menghasilkan
secara tidak langsung membangun jaringan sosial. Namun, jaringan sosial yang
berkembang pada pedagang kondom kaki lima hanya sebatas pada pemberian
informasi lokasi dagang dan akses menuju lokasi kepada jaringan di desa asal
berfungsi sebagai suatu proses saling tukar menukar informasi terhadap satu sama
lain. Hal ini pula yang terjadi pada jaringan sosial yang berada di lingkar kerabat.
kondom tetap berinteraksi dan melakukan relasi-relasi sosial agar tetap menjaga
jaringan sosial tersebut. Bahkan ketika di Jakarta, pedagang kondom tidak hanya
melakukan interaksi dalam ruang lingkup kerabat tetapi dengan banyak pihak lain
yang terlibat. Pihak tersebut yaitu dengan sales kondom, pemilik lahan, pemilik
gerobak, pendorong gerobak, Satpol PP, pemilik lokasi penitipan gerobak, dan
konsumen.
menjalin relasi sosial dengan pihak-pihak yang disebutkan di atas. Ketika semakin
banyaknya pedagang kondom yang ikut hadir dalam proses ekonomi di Jalan Gajah
Mada, maka para pedagang kondom yang sebelumnya sudah lebih awal memulai
88
Suparlan, Loc.Cit, Hlm.49
86
usahanya mau tidak mau harus berinteraksi dengan para pedagang daerah lain.
Ketika berhubungan dengan gerobak dan lahan yang digunakan, maka para pedagang
tidak hanya berurusan dengan pemiliknya tapi juga dengan pihak keamanan Satpol-
PP setempat
Interaksi sosial antara para pedagang pada gilirannya bukan sebatas kontak
sosial ataupun interaksi sosial, interaksi tersebut mempunyai makna sebagai taktik
interaksi ini menjelaskan bahwa pada para pedagang kondom terdapat interaksi
intensif satu sama lain, dibangun dan dipelihara. Dimana dalam konteks-konteks
beberapa pemikiran atau pendapat bahwa dalam transaksi sosialnya manusia selalu
Perhitungan manusia tentang cost dan benefit memang tidak selalu akurat, karena
tujuan yang bersifat material dalam setiap transaksi sosialnya. Berbagai cara yang
89
Wahyudi, Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani: Studi Kasus Reklaiming/Penjaragan Atas
Tanah PTPN XII (Persero) Kalibakar Malang Selatan, Malang:UMM, Hlm.31.
87
dilakukan para aktor agar dapat bertahan dalam jaringan yang ada. Hal ini juga
berlaku pada pedagang kondom dan aktor-aktor yang terkait dalam jaringan sosial
Bertahannya para pedagang ini pun tidak lepas dari keberadaan hiburan
malam yang telah menjelma sebagai industri seks yang besar di Jakarta. Seiring
dengan perkembangan industri seks, maka para pedagang yang berasal dari luar
Jakarta yang tadinya tidak mempunyai pekerjaan memilih untuk menjadi pedagang
kondom dalam bentuk pedagang kaki lima. Sehingga saat ini, pedagang kondom
sangat mudah dijumpai sekitar jalan Gajah Mada. Para pedagang kondom kaki lima
pun tidak akan berhasil tanpa adanya masyarakat yang berperan sebagai konsumen.
Atas dasar inilah, para pedagang kondom bertahan untuk berjualan. Interaksi sosial
dan realsi sosial harus terus terjalin agar dapat menghasilkan suatu jaringan sosial
Secara tidak langsung, keberadaan hiburan malam yang menjadi salah satu
bagian dari industri seks di Jakarta, membentuk jaringan pedagang kondom kaki
lima. Tanpa keberadaan industri seks di sekitar Jalan Gajah Mada, jaringan pedagang
kondom dipastikan tidak ada. Dalam industri seks sendiri, pedagang kondom tidak
Tabel. IV.1
Panti Pijat Salon Kecantikan Penjual bir pinggir PSK pinggir jalan
jalan
Kost Bioskop
Dalam tabel di atas terlihat bahwa pedagang kondom kaki lima tidak termasuk
struktur dalam industri seks. Karena, pedagang kondom tidak bisa mengakses
langsung para pelaku industri seks. Namun, pedagang kondom kaki lima secara
seks. Jaringan kondom kaki lima merupakan jaringan kecil yang secara tidak
membeli kondom. Kondom yang dibeli PSK merupakan salah satu kebutuhan primer
bagi PSK, dimana kondom berfungsi sebagai alat kontrasepsi untuk menangkal
beberapa penyakit yang dihasilkan dari pekerjaan PSK tersebut. Pekerjaan sebagai
PSK mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap penyakit kelamin dan
HIV/AIDS. PSK yang membeli kondom kepada pedagang kondom kaki lima ini
“Yang di hayam wuruk sering beli. Ada sih pelanggan PSK pinggir jalan
yang sering nongkrong itu. Tapi belinya ga setiap hari. Mungkin lagi ga
laku kali dianya,mba.”
PSK dalam hal ini harus menyediakan kondom sebagai antisipasi apabila
melakukan aktivitas seksual perlu dimiliki oleh PSK. Karena ini terkait dengan
Dalam hal ini, pedagang kondom berperan sebagai pihak yang menyediakan jasa jual
beli kondom bagi para PSK. Jika dikaitkan dengan industri seks, maka posisi
Bagan IV.3
Diskotik PSK
Kaki Lima
Panti SPA
Pijat
Industri Seks
Tukang
Ojek
Dalam bagan diatas, beberapa institusi terdapat dalam industri seks. Institusi
tersebut menjalankan aktivitasnya sebagai salah satu bentuk atau bagian dari industri
seks. Dalam konteks ini, institusi tersebut merupakan industri seks yang tidak
teroganisir dan teroganisir. Sesuai dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, industri
seks yang tak teroganisir adalah pelaku-pelakunya dapat melakukan kontak dan
didalamnya tidak dapat melakukan kontak tanpa perantara. Layaknya bos dan
majikan.
91
Posisi pedagang kondom kaki lima termasuk kedalam industri seks. Walau
keberadaannya hanya sebagai jaringan kecil dalam sebuah raksasa besar sebuah
industri seks. Industri kondom sendiri berkembang dengan sendirinya menjadi sebuah
anak dari hukum ekonomi. Jika tak ada permintaan, maka tak ada penawaran. Jika tak
ada permintaan kaum lekaki untuk mendapatkan layanan seks perempuan maka tak
produktivitas ekonomi dari semua aktor atau pihak yang bergelut didalam jaringan
sosial yang sudah dipaparkan diatas. Secara sederhana, keberadaan jaringan sosial
membantu dan menjaga para aktor untuk terus melakukan produktivitas ekonomi
dalam rangka menuju tujuan masing-masing aktor yaitu keuntungan atau uang.
92
BAB V
Penutup
V.1 Kesimpulan
Ketiadaan lapangan pekerjaan di beberapa desa menjadi salah satu faktor yang
tarik kota Jakarta yang masih dianggap sebagai surganya para perantau menarik
masyarakat untuk hijrah ke kota Jakarta. Tidak adanya keahlian yang dimiliki
masyarakat pedesaan membuat mereka terjun ke sektor informal, yaitu pedagang kaki
lima. Banyak sektor informal yang berkembang, salah satunya yaitu, pedagang
merupakan hasil dari proses mobilitas sosial dari desa ke kota yang berkelanjutan.
Banyak hal yang menyebabkan mobilitas sosial atau perpindahan penduduk dari desa
daya tersebut. Jaringan sosial bagi pedagang kondom adalah salah satu alat penting
kehidupan pribadi dan keluarganya baik untuk pemecahan masalah oleh karena
jaringan adalah salah satu alat yang digunakan oleh orang-orang yang berada dalam
keadaan tertekan atau kritis dalam menghadapi kondisi kehidupannya. Mereka akan
yaitu adanya pola relasi yang baik. Dari proses relasi inilah akan membentuk suatu
jaringan sosial. Hal tersebut terjadi pada pedagang kondom kaki lima yang
Relasi – relasi sosial tersebut terbentuk tanpa mereka sadari sehingga menjadi
suatu jaringan sosial diantara mereka, dimana antara aktor satu dengan lainnya
terhubung dengan suatu garis yang terbentuk melalui relasi tersebut dan pedagang
kondom kaki lima sebagai pusatnya. Jaringan sosial yang terbentuk dalam masyarakat
tersebut karena tidak semua orang tidak dapat berhubungan dengan semua manusia
94
yang ada, namun dalam melakukan relasi sosial, pedagang memilih untuk
Jaringan sosial pedagang kondom kaki lima bukan hanya terjadi di desa yang
melibatkan jaringan kerabat, namun juga berkembang pada saat pedagang berada di
terkait, yaitu pemilik gerobak, pemilik lahan dan listrik, sales, pendorong gerobak,
kesatuannya sendiri dan bersifat informal. Kesatuan jaringan sosial yang mempunyai
fungsi ekonomi ini bertujuan untuk keuntungan material, dan adanya motivasi
pemenuhan kebutuhan hidup. Jaringan sosial adalah sebuah fakta sosial bagi orang-
kolaborasi tiga aktor besar. Tiga aktor besar ini adalah pedagang, Satpol-PP dan
jaringan sosial yang terjadi di pedagang kondom. Secara sederhana, kolaborasi yang
terjadi diantara tiga aktor tersebut, yaitu Satpol-PP tidak akan mendapatkan ekonomi
tanpa adanya pedagang yang menyetor uang keamanan yang didapatkan dari aktivitas
apabila konsumen membeli kondom yang dijual. Sedangkan konsumen, tidak akan
Bertahannya para pedagang ini pun tidak lepas dari keberadaan hiburan
malam yang telah menjelma sebagai industri seks yang besar di Jakarta. Seiring
dengan perkembangan industri seks, maka para pedagang yang berasal dari luar
Jakarta yang tadinya tidak mempunyai pekerjaan memilih untuk menjadi pedagang
kondom dalam bentuk pedagang kaki lima. Sehingga saat ini, pedagang kondom
sangat mudah dijumpai sekitar jalan Gajah Mada. Para pedagang kondom kaki lima
pun tidak akan berhasil tanpa adanya masyarakat yang berperan sebagai konsumen.
V.2 Saran
beberapa saran agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Di masa
kebijakan, dapat secara serius untuk melihat adanya ketimpangan lapangan pekerjaan
yang ada didesa dengan di kota. Hal ini sebagai salah satu faktor dari hijrahnya
ekonomu di pedesaan.
pedesaan dapat terwujud dengan baik, maka kita berharap bahwa mobilitas sosial
yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak
96
terampil, tetapi juga oleh tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi yang
banyaknya masyarakat dengan keterampilan rendah yang hijrah ke kota. Dan juga
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andriyani, Nori.
2010. Jakarta Uncovered, Membongkar Kemaksiatan dan Membangun
Kesadaran Baru. Perempuan Berdaya: Jakarta.
Coyle, Diana.
2004. Sex Drugs and Economics-An Unconventional Introduction to
Economics. Thomson Texere
Dario Agnote.
1998. Seks Trade, Key Part Of South East Asian Economies. Kyodo News
Emka, Moammar.
2002. Jakarta Undercover – Sex ‘n The City. Galang Press: Yogyakarta
George Ritzer-Douglas J Goodman.
2005.Teori Sosiologi Modern.Jakarta
Heuken SJ, Adolf.
2000. Historical Sites Of Jakarta. Yayasan Cipta Loka Caraka: Jakarta.
Hull, Terence H,
1999. Prostitution In Indonesia : Its History And Evolution. Pustaka Sinar
Harapan: Jakarta
Kartono, Kartini.
2007. Pathologi Sosial (Jilid I, cetakan pertama). CV.Rajawali: Jakarta.
Lawang, Robert M.Z
2004, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar. FISIP UI
PRESS.
Parsudi, Suparlan
1994. Metode Penelitan Kualitatif. Depok : Tidak Diterbitkan
2004. Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan. Jakarta : YPKIK.
Santoso, Jo
2006. Menyiasati Kota Tanpa Warga. Jakarta : KPG dan Centropolis.
Syaifuddin.AB dkk
1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan KB, NRC, POGI. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta
Soelaeman M.Munandar,
2011. Ilmu Sosial Dasar. PT Refika Aditama : Bandung
98
Website
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
http://mujibsite.wordpress.com
http://ihsanfaisal79.blogspot.com
www.satudunia.oneworld.net
www.indopos.co.id
www.republika.co.id
www.lintasberita.com