Anda di halaman 1dari 25

RESENSI BUKU

“DASAR-DASAR ILMU POLITIK”

Disusun Oleh :

Sabila Putri Aulia

6211201006

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jendral Ahmad Yani


IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi)

Penulis : Prof. Miriam Budiardjo

Tebal Buku : 543 halaman

Ukuran Buku : 15 x 23 cm

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Februari 2008

Cetakan : Keempat, Oktober 2009

ISBN : 978-979-22-3494-7

Jumlah Halaman : xxvii + 517 halaman

Jumlah Bab : 12 Bab

Harga Buku : Rp 68.425

Desain Cover : Pagut Lubis

Perwajahan Isi : Muhammad Riyadh, Ryan Pradana

Jenis Cover : Soft Cover

Text Bahasa : Bahasa Indonesia


PENDAHULUAN

Pengertian Resensi adalah pandangan seseorang (peresensi) terhadap buku atau karya yang


dibuat dengan tujuan untuk mengulas, menilai, menganalisis ataupun mengapresiasi karya
dengan memaparkan data, sinopsis, pujian ataupun kritikan.Tujuan resensi masih erat kaitannya
dengan pengertian resensi yang merupakan sebuah ulasan. Maka tujuan resensi tidak lain untuk
menyampaikan ulasan atau penilaian terhadap suatu karya agar dapat diketahui oleh khalayak.

Dan manfaat kita meresensi buku “Dasar-Dasar Ilmu Politik” ini adalah selain untuk kita
yang berkecimpung di dunia politik, orang-orang yang menyukai ilmu politik juga dapat
menimbang buku ini sebagai referensi mereka. Terlebih dengan meresensi kita mempermudah
orang lain untuk melihat dan memberikan gambaran tentang buku tersebut dari sudut pandang
kita sebagai pembaca.

Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah
loh jinawi. Orang Yunani Kuno, terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam
onia atau the good life. Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani ”polis” yang berarti
kota yang berstatus negara. Secara umum istilah politik dapat diartikan berbagai macam kegiatan
dalam suatu negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu, dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Agar pembahasannya lebih luas, saya akan menjelaskan isi/substansi dari buku tersebut.
ISI/SUBSTANSI

1) BAB I
Didalam Bab I berisi tentang sifat, arti, dan hubungan ilmu politik dengan ilmu
pengetahuan lainnya.
 Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik
Ilmu politik lahir pada akhir abad ke-19, berkembang pesat dengan cabang ilmu sosial
lainnya seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dalam perkembanganya
mereka saling mempengaruhi.
Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)
Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science) Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu
politik merupakan suatu ilmu pengetahuan (science) atau tidak, dan disangsikan apakah
ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan:
Apakah yang dinamakan ilmu pengetahuan (science) itu? Karakteristik ilmu pengetahuan
(science) ialah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat dilakukan
dalam keadaan terkontrol (controlled circumstances) misalnya laboratorium.
Berdasarkan eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat menemukan hukum-
hukum yang dapat diuji kebenarannya. Jika deinisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu
politik serta ilmuilmu sosial lainnya belum memenuhi syarat, karena sampai sekarang
belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Mengapa demikian? Oleh karena yang
diteliti adalah manusia dan manusia itu adalah makhluk yang kreatif, yang selalu
menemukan akal baru yang belum pernah diramalkan dan malahan tidak dapat diramalkan.
Lagi pula manusia itu sangat kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas
pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha untuk mengadakan
perhitungan serta proyeksi untuk masa depan. Dengan kata lain perilaku manusia tidak
dapat diamati dalam keadaan terkontrol.
Akan tetapi pada tahun 1950-an ternyata banyak sarjana ilmu politik sendiri tidak puas
dengan perumusan yang luas ini, karena tidak mendorong para ahli untuk mengembangkan
metode ilmiah. Munculnya pendekatan perilaku (behavioral approach) dalam dekade 1950-
an, merupakan gerakan pembaruan yang ingin meningkatkan mutu ilmu politik dan
mencari suatu new science of politics.
 Definisi Ilmu Politik
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Pokok-
pokok ilmu politik adalah :
a. Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Para sarjana yang menekankan negara
sebagai inti dari politik (politics), memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga
kenegaraan serta bentuk formalnya.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku. Sarjana
yang melihat kekuasaan inti dari politik beranggapan bahwa politik adalah semua
kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan.
Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan
yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Pendekatan ini, yang banyak
terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang lingkupnya dan juga mencakup gejala-gejala
sosial seperti serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan, dan kaum
militer.
c. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif sedangkan
pengambilan keputusan menunjuk pada bagaimana proses yang terjadi sampai keputusan
itu tercapai. Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik menyangkut
keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif mengikat seluruh masyarakat.
Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut
kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan itu. Setiap proses membentuk kebijakan umum
atau kebijakan pemerintah adalah hasil dari suatu proses mengambil keputusan, yaitu
memilih beberapa alternatif yang akhirnya ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah
d. Kebijakan Umum
Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang
pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakankebijakan itu mempunyai
kekuasaan untuk melaksanakannya.
e. Pembagian atau Alokasi
Pembagian (distribution) dan alokasi (allocation) ialah pembagian dan penjatahan
nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Sarjana yang menekankan pembagian dan alokasi
beranggapan bahwa politik tidak lain dan tidak bukan adalah membagikan dan
mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Yang ditekankan oleh mereka adalah bahwa
pembagian ini sering tidak merata dan karena itu menyebabkan konlik. Masalah tidak
meratanya pembagian nilai-nilai perlu diteliti dalam hubungannya dengan kekuasaan
dan kebijakan pemerintah.
 Bidang-Bidang Ilmu Politik
Dalam Contemporary Political Science, terbitan UNESCO 1950, Ilmu Politik dibagi
dalam empat bidang:
a. Teori Politik
1. Teori Politik.
2. Sejarah Perkembangan Ide-Ide Politik.
b. Lembaga-Lembaga Politik
1. Undang-Undang Dasar.
2. Pemerintah Nasional.
3. Pemerintah Daerah dan Lokal.
4. Fungsi Ekonomi dan Sosial dari Pemerintah.
5. Perbandingan Lembaga-Lembaga Politik.
c. Partai-partai, golongan-golongan (groups), dan Pendapat Umum
1. Partai-partai Politik.
2. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi.
3. Partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan admnistrasi.
4. Pendapat umum.
d. Hubungan Internasional
1. Politik Internasional.
2. Organisasi-organisasi dan Administrasi Internasional.
3. Hukum Internasional.
Teori politik yang merupakan bidang pertama dari Ilmu Politik adalah bahasan
sistematis dan generalisasi-generalisasi dari fenomena politik. Teori politik bersifat
spekulatif sejauh menyangkut norma-norma untuk kegiatan politik, tetapi juga dapat
bersifat menggambarkan (deskriptif) atau membandingkan (komparatif) atau
berdasarkan logika.
Ide-ide politik sering juga dibahas menurut sejarah perkembangannya, oleh karena
setiap ide politik selalu erat hubungannya dengan pikiranpikiran dalam masa ide itu
lahir. Ide politik itu tak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai, norma-norma, dan
prasangka dari masanya sendiri dan karena itu karya-karya dari ilsuf-ilsuf serta ahli-
ahli politik hendaknya dibahas dengan menyelami masa sejarahnya. Di universitas,
cara membahas ini (sejarah perkembangan ide politik) merupakan mata kuliah yang
penting.
 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain
a. Sejarah
Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, karena menyumbang
bahan yaitu data dan fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut. Perbedaan
pendapat antara ahli sejarah dan sarjana ilmu politik bahwa ahli sejarah selalu melihat
masa yang lampau dan inilah yang menjadi tujuannya sedangkan sarjana ilmu politik
biasanya lebih melihat kedepan (future oriented).
b. Filsafat
Filsafat Politik adalah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan
atau jawaban yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal
mula dan nilai (value) dari Negara .
 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu-ilmu Sosial lain
Hubungan-hubungan ilmu politik tidak hanya terbatas pada sejarah dan ilsafat, tetapi
juga meliputi ilmu-ilmu sosial lainnya. Ilmu politik merupakan salah satu dari kelompok
besar ilmu sosial dan erat sekali hubungannya dengan anggota-anggota kelompok
lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ilmu hukum, ekonomi, psikologi sosial, dan ilmu
bumi sosial. Semua ilmu sosial mempunyai obyek penyelidikan yang sama, yaitu
manusia sebagai anggota kelompok (group). Mereka mempelajari tingkah laku manusia
serta cara-cara manusia hidup serta bekerja sama.
- Antropologi
Apabila jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam
memberikan analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka
antropologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai
satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana. Mula-mula antropologi lebih
banyak memusatkan perhatian pada masyarakat dan kebudayaan di desa-desa dan di
pedalaman, sedangkan sosiologi lebih memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat
kota yang jauh lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan teknologi
modern. Lambat laun antropologi dan sosiologi saling memengaruhi baik dalam obyek
penelitian maupun dalam pembinaan teori, sehingga pada saat ini batas antara kedua ilmu
sosial tadi telah menjadi kabur.
- Sosiologi
Di antara ilmu-ilmu sosial, sosiologi-lah yang paling pokok dan umum sifatnya.
Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang,
susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat. Dengan menggunakan pengertian-pengertian dan teori-teori sosiologi,
sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai di mana susunan dan stratiikasi sosial
memengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya keputusan kebijakan (policy decisions),
corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan
politik (sources of political authority), pengendalian sosial (social control), dan
perubahan sosial (social change).
- Ilmu Ekonomi
Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan bidang ilmu tersendiri
yang dikenal sebagai ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis
kebijakan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara
Inggris dalam menghadapi saingansaingannya seperti Portugis, Spanyol, Prancis, dan
Jerman, pada abad ke18 dan ke-19. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada
umumnya, ilmu tersebut kemudian memisahkan diri menjadi dua lapangan yang
mengkhususkan perhatian terhadap perilaku manusia yang berbeda-beda: ilmu politik
(political science) dan ilmu ekonomi (economics).
- Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal
balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia
untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan. Jika sosiolog mempelajari
kegiatan kehidupan sosial, bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada
kehidupan perorangan.
Psikologi sosial berusaha untuk menyusun kerangka analisis yang dapat
menghubungkan kedua bidang tersebut. Kegunaan psikologi sosial dalam analisis ilmu
politik jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis sosial politik secara
makro diisi dan diperkuat dengan analisis yang bersifat mikro. Psikologi sosial
mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan sosial, isik, peristiwa-
peristiwa, dan gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan isik perorangan,
semangat, dan emosi).
- Geografi
Faktor-faktor yang berdasarkan geograi, seperti perbatasan strategis (strategic
frontiers), desakan penduduk (population pressure), daerah pengaruh (sphere of
inluence) memengaruhi politik. Montesquieu, seorang sarjana Prancis, untuk pertama kali
membahas bagaimana faktor-faktor geograi memengaruhi konstelasi politik suatu negara.
- Ilmu Hukum
Terutama di negara-negara Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat
hubungannya dengan ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang
(law enforcement) merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Cabang-cabang
ilmu hukum yang khususnya meneropong negara ialah hukum tata-negara (Staatsrecht,
public law) dan ilmu negara (Staatslehre, general theory of the state). Analisis mengenai
hukum serta hubungannya dengan negara mulai dikembangkan dalam abad ke-19, tetapi
pada taraf itu terbatas pada penelitian mengenai negara-negara Barat saja

2) BAB II
Didalam Bab II berisi tentang konsep-konsep politik.
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam
menyusun generalisasi, teori selalu memakai konsep-konsep. Konsep lahir dalam pikiran
(mind) manusia dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai
sebagai batu loncatan. Konsep adalah unsur yang penting dalam usaha kita untuk
mengerti dunia sekeliling. Mengerti itu hanya dapat dicapai melalui pikiran (mind) kita.
Konsep adalah konstruksi mental, suatu ide yang abstrak, yang menunjuk pada beberapa
fenomena atau karakteristik dengan sifat yang spesiik yang dimiliki oleh fenomena itu.
Jadi, konsep adalah abstraksi dari atau mencerminkan persepsi-persepsi mengenai
realitas, atas dasar konsep atau seperangkat konsep dapat disusun atau dirumuskan
generalisasi. Biasanya konsep dirumuskan dalam satu atau dua kata.
A . Filsafat politik
Filsafat politik mencari penjelasan yang berdasarkan rasio, ia melihat jelas adanya
hubungan antara sifat dan hakikat dari alam semesta (universe) dengan sikap dan hakikat
dari kehidupan politik di dunia fana ini. Pokok pikiran dari ilsafat politik ialah bahwa
persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta, seperti metaisika dan epistemologi
harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari
dapat ditanggulangi. Misalnya, menurut ilsuf Yunani, Plato, keadilan merupakan hakikat
dari alam semesta dan sekaligus merupakan pedoman untuk mencapai kehidupan yang
baik (good life) yang dicita-citakan olehnya
B. Teori politik sistematis (sytematic political theory)
Teori-teori politik ini tidak memajukan suatu pandangan tersendiri mengenai
metaisika dan epistemologi, tetapi mendasarkan diri atas pandanganpandangan yang
sudah lazim diterima pada masa itu. Jadi, ia tidak menjelaskan asal usul atau cara
lahirnya norma-norma, tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma itu
dalam suatu program politik. Teori-teori politik semacam ini merupakan suatu langkah
lanjutan dari ilsafat politik dalam arti bahwa ia langsung menetapkan norma-norma
dalam kegiatan politik.
C. Ideologi politik
Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, ide-ide atau norma-norma, kepercayaan
atau keyakinan, suatu Weltanschauung, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
atas dasar mana ia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problematika politik yang
dihadapinya dan yang menentukan perilaku politiknya. Nilai-nilai dan ide-ide ini
merupakan suatu sistem yang berpautan. Dasar dari ideologi politik adalah keyakinan
akan adanya suatu pola tata tertib sosial politik yang ideal.
 Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia. Robert M.
McIver mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sistem hubunganhubungan yang ditata
(Society means a system of ordered relations).”3 Biasanya anggota-anggota masyarakat
menghuni suatu wilayah geograis yang mempunyai kebudayaan-kebudayaan dan
lembaga-lembaga yang kira-kira sama. Masyarakat dapat menunjuk pada masyarakat
kecil, misalnya, masyarakat kelompok etnis Batak di Sumatera Utara, atau suatu
masyarakat yang lebih luas nation state seperti masyarakat Indonesia. Dalam masyarakat
seperti ini anggota masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain karena faktor budaya dan
faktor agama, dan/atau etnis.
 Negara
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah
organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuantujuan
dari kehidupan bersama itu .
Sifat-sifat Negara :
a. Sifat Memaksa
b. Sifat Monopoli
c. Sifat Mencakup Semua
Unsur-unsur Negara :
1) Wilayah
2) Penduduk
3) Pemerintah
4) Kedaulatan
 Konsep Kekuasaan
a. Definisi
Kekuasaan adalah kemampuan seorang pelaku untuk mempengaruhi perilaku
seseorang, sehingga seseorang tersebut menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku
yang mempunyai kekuasaan.
b. Sumber Kekuasaan
Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan, atau kepercayaan.
c. Pengaruh

Kekuasaan dapat mempengaruhi sifat seseorang dalam bertindak. Sedangkan didalam


Negara pengaruh masyarakat dan pemimpin yang memberikan kontribusi penuh
bagaimana kualitas suatu Negara dapat dinilai. Kekuasaan atau penguasa memiliki
peranan dalam kemajuan sebuah Negara dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang
diberikan pemerintah atau pemimpin Negara kepada masyarakatnya.

3) BAB III
Didalam Bab III berisi tentang berbagai pendekatan dalam ilmu politik.

Pendekatan Legal/Institusional

Pendekatan Legal/Institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai


berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekatan ini negara
menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya. Bahasan tradisional
menyangkut antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan
dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen,
badan eksekutif, dan badan yudikatif. Dengan demikian pendekatan tradisional ini
mencakup baik unsur legal maupun unsur institusional.

Pendekatan Perilaku

Pendekatan Perilaku timbul dan mulai berkembang di Amerika pada tahun 1950-an
seusai Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah sebagai berikut.
Pertama, sifat deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak
realistis dan sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran
bahwa, jika ilmu politik tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan
ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi dengan tokohnya Max Weber (184-1920) dan Talcott
Parsons (1902-1979), antropologi, dan psikologi. Ketiga, di kalangan pemerintah
Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik untuk
menerangkan fenomena politik.

Pendekatan Neo-Marxis

Sementara para penganut Pendekatan Perilaku sibuk menangkis serangan dari para
sarjana Pasca-Perilaku, muncullah kritik dari kubu lain, yaitu dari kalangan Marxis. Para
Marxis ini, yang sering dinamakan Neo-Marxis untuk membedakan mereka dari orang
Marxis klasik yang lebih dekat dengan komunisme, bukan merupakan kelompok yang
ketat organisasinya atau mempunyai pokok pemikiran yang sama. Lebih tepat apabila
mereka digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari cendekiawan
yang mendapat inspirasi dari tulisan-tulisan Marx, terutama yang dikarang dalam masa
mudanya. Cikal bakal orientasi ini adalah tulisan-tulisan sarjana Hongaria, Georg Lukacs
(1885-1971), terutama dalam karyanya yang berjudul History and Class Consciousness.

Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya
pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Kelompok ini menarik
perhatian besar pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an, tetapi sebenarnya pada tahun
190-an sudah mulai dirintis, antara lain oleh Paul Baran,23 yang kemudian disusul oleh
Andre Gunder Frank. Bertolak dari konsep Lenin mengenai imperialisme, kelompok ini
berpendapat bahwa imperialisme masih hidup, tetapi dalam bentuk lain yaitu dominasi
ekonomi dari negara-negara kaya terhadap negara-negara yang kurang maju
(underdeveloped). Negara-negara maju memang telah melepaskan tanah jajahannya,
tetapi tetap mengendalikan (mengontrol) ekonominya

Pendekatan Pilihan Rasional (Rational Choice)


Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Ia juga lahir dalam
dunia yang bebas dari peperangan besar selama hampir empat dekade, di mana seluruh
dunia berlomba-lomba membangun ekonomi negaranya. Berbagai negara baru menyusun
rencana-rencana pembangunan, sedangkan beberapa negara kaya turut membantu melalui
bermacam-macam organisasi internasional atau secara bilateral.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Insitusionalisme Baru (New Institutionalism) berbeda dengan pendekatanpendekatan
yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan
ekonomi. Institusionalisme Baru mempunyai banyak aspek dan variasi. Sebut saja
misalnya, Institusionalisme Baru sosiologi, Institusionalisme Baru ekonomi, dan
sebagainya. Mengapa disebut Institusionalisme Baru? Oleh karena ia merupakan
penyimpangan dari Institusionalisme Lama.
4) BAB IV
Didalam bab IV berisi tentang demokrasi. Didalam demokrasi, ada beberapa istilah
demokrasi yaitu ada demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer, Demokrasi
Terpimpin, Demokrasi Pancasila, demokrasi rakyat, Demokrasi Soviet, demokrasi nasional,
dan sebagainya.

Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah yang
demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan
pemerintah tercantum dalam konstitusi; maka dari itu sering disebut pemerintah
berdasarkan konstitusi (constitutional government). Jadi, constitutional government sama
dengan limited government atau restrained government.
Sejarah Perkembangan
a. Istilah demokrasi sendiri berasal dari abad ke – 5 SM yang pada waktu itu digunakan
untuk menunjukkan masyarakat yang berkumpul di dalam sidang Dewan Eklesia atau
Dewan Rakyat Yunani Kuno.
b. Di Yunani Kuno, tepatnya di Polis Athena (abad ke-6 sampai abad ke-3 SM),
pelaksanaan demokrasi bersifat langsung (direct democracy), yaitu suatu bentuk
pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara
langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
c. Kecuali budak, wanita dan penduduk asing, semua orang di Polis (city state) Athena
mempunyai hak pilih (franchise).
d. Sifat langsung dari demokrasi yunani kuno ini dapat diselenggarakan secara efektif
karena berlangsung dalam kondisi yang sederhana, wilayahnya terbatas, dan jumlah
penduduk sedikit (300.000 penduduk dalam city state).
e. Dalam Negara modern demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi merupakan
demokrasi berdasarkan perwakilan (representative democracy).
Demokrasi Konstitusional Abad ke-19: Negara Hukum Klasik
Sebagai akibat dari keinginan untuk menyelenggarakan hak-hak politik itu secara
efektif timbullah gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan
pemerintah ialah dengan suatu konstitusi, apakah ia bersifat naskah (written constitution)
atau tak bersifat naskah (unwritten constitution). Konstitusi itu menjamin hak-hak politik
dan menyelenggarakan pembagian kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga
kekuasaan eksekutif diimbangi oleh kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum.
Gagasan ini dinamakan konstitutionalisme (constitutionalism), sedangkan negara yang
menganut gagasan ini dinamakan Constitutional State atau Rechtsstaat.
Demokrasi Konstitusional Abad ke-20: Rule of Law
yang Dinamis Dalam abad ke-20, terutama sesudah Perang Dunia II, telah terjadi
perubahanperubahan sosial dan ekonomi yang sangat besar. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain banyaknya kecaman terhadap ekses-ekses
dalam industrialisasi dan sistem kapitalis; tersebarnya faham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekayaan secara merata serta kemenangan dari beberapa partai
sosialis di Eropa, seperti di Swedia dan Norwegia.
Perkembangan Demokrasi di Asia : Pakistan dan Indonesia
a. Pakistan
Pakistan lahir tahun 1947 dan terdiri dari 2 bagian yaitu, Pakistan Barat dan Pakistan
Timur. Kedua bagian terpisah secara geografis oleh wilayah India sepanjang 1.600 km.
Pakistan mengalami krisis kepemimpinan dan instabilitas politik setelah meninggalnya
pelopor kemerdekaan Mohammad Ali Jinnah dan Liaquat Ali Khan. Kemudian, timbulah
masalah penyusunan UUD baru pada tahun 1956 yang tidak selesai sampai terpilihnya
Ayub Khan sebagai Presiden dengan diberi tugas untuk menyusun UUD. Pada tahun
1968 Ayub Khan menyerahkan kekuasaannya kepada Yahya Khan. Yahya Khan
membuat janji-janji yang awalnya menguntungkan tetapi pada 2 partai besar justru
terpecah belah menjadi 2 negara yaitu Pakistan dan Bangladesh.
b. Indonesia
Perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu:
a) Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yaitu masa demokrasi (konstitusional)
yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai. Karena itu dapat
dinamakan Demokrasi Parlementer.
b) Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang
dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara
formal merupakan landasannya, dan menunjukan beberapa aspek demokrasi
rakyat.
c) Masa Republik Indonesia III (1965-1998), yaitu masa Demokrasi Pancasila yang
merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial.
d) Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang), yaitu masa Reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik-
praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III.
5) BAB V
Didalam Bab V berisi tentang komunisme, demokrasi menurut terminologi
komunsime, dan perkembangan post-komunisme.
Ajaran Karl Marx
Marxisme merupakan suatu paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx
(1818-1883). Karl Marx adalah seorang filsuf besar berkebangsaan Prusia (sekarang
Jerman). Merupakan salah seorang pakar dalam bidang sejarah, filsafat, sosial-politik dan
ekonomi. Analisisnya terhadap sejarah dan sosial-politik terutama mengenai pertentangan
kelas, disini namanya telah mencuak bagaikan seorang pahlawan yang telah membawa
perubahan bagi para kaum tertindas (buruh).
Perkembangan Marxisme-Leninisme di Uni Soviet
Lenin memimpin revolusi 1917 dan menguasai Uni Soviet sampai saat meninggalnya
tahun 1924. Revolusi ini membentuk diktator proletariat seperti yang dibayangkan oleh
Marx. Undang-Undang Dasar 1918 mencerminkan tahap pertama revolusi yang
memusnahkan golongan-golongan yang dianggap penindas seperti tuan tanah, pejabat
agama, pengusaha, dan polisi Czar.
Pandangan Mengenai Negara dan Demokrasi
Golongan komunis selalu bersifat ambivalen terhadap Negara. Marx menganggap negatif
Negara, dia menganggap bahwa Negara adalah suatu alat pemaksa (instrument of
coercion) akhirnya akan lenyap seiring dengan munculnya masyarakat komunis.
Demokrasi Nasional (National Democratic State)
Akhir tahun 1950-an kaum komunis mencoba menjalin hubungan dengan Negara-
negara baru seperti Afrika dan Asia yang baru merdeka setelah PD II, dengan harapan
bahwa Negara-negara jajahan akan berubah menjadi revolusi proletar tetapi gagal karena
golongan nasional cukup mendapat dukungan rakyat. Hal ini mendorong kaum komunis
untuk melahirkan konsepsi-konsepsi baru yang menyebabkan perubahan sikap dalam
politik Ajaran Karl Marx
Marxisme merupakan suatu paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx
(1818-1883). Karl Marx adalah seorang filsuf besar berkebangsaan Prusia (sekarang
Jerman). Merupakan salah seorang pakar dalam bidang sejarah, filsafat, sosial-politik dan
ekonomi. Analisisnya terhadap sejarah dan sosial-politik terutama mengenai pertentangan
kelas, disini namanya telah mencuak bagaikan seorang pahlawan yang telah membawa
perubahan bagi para kaum tertindas (buruh).
Perkembangan Marxisme-Leninisme di Uni Soviet
Lenin memimpin revolusi 1917 dan menguasai Uni Soviet sampai saat meninggalnya
tahun 1924. Revolusi ini membentuk diktator proletariat seperti yang dibayangkan oleh
Marx. Undang-Undang Dasar 1918 mencerminkan tahap pertama revolusi yang
memusnahkan golongan-golongan yang dianggap penindas seperti tuan tanah, pejabat
agama, pengusaha, dan polisi Czar.
Pandangan Mengenai Negara dan Demokrasi
Golongan komunis selalu bersifat ambivalen terhadap Negara. Marx menganggap negatif
Negara, dia menganggap bahwa Negara adalah suatu alat pemaksa (instrument of
coercion) akhirnya akan lenyap seiring dengan munculnya masyarakat komunis.
Demokrasi Nasional (National Democratic State)
Akhir tahun 1950-an kaum komunis mencoba menjalin hubungan dengan Negara-
negara baru seperti Afrika dan Asia yang baru merdeka setelah PD II, dengan harapan
bahwa Negara-negara jajahan akan berubah menjadi revolusi proletar tetapi gagal karena
golongan nasional cukup mendapat dukungan rakyat. Hal ini mendorong kaum komunis
untuk melahirkan konsepsi-konsepsi baru yang menyebabkan perubahan sikap dalam
politik.
6) BAB VI
Didalam bab VI berisi tentang Undang-Undang Dasar.
Sifat dan Fungsi Undang-Undang Dasar
UUD merupakan suatu perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung
jawab dari berbagai alat kenegaraan. UUD juga menentukan batas-batas berbagai pusat
kekuasaan itu dan memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka. UUD mempunyai
status legal yang khusus, merupakan ungkapan aspriasi, cita-cita, dan standar-standar moral
yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa.

Konstitusionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme, suatu konsep
yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan. Ide pokok dari
konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaannya (the limited
state), agar penyelenggaraannya tidak bersifat sewenangwenang. Dianggap bahwa suatu
UUD adalah jaminan utama untuk melindungi warga dari perlakuan yang semena-mena.
Dengan demikian timbul konsep the constitutional state, di mana UUD dianggap sebagai
institusi yang paling efektif untuk melindungi warganya melalui konsep Rule of Law atau
Rechtsstaat.
Ciri-ciri Undang-Undang Dasar
a. Organisasi Negara.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah UUD (amandemen)
d. Memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD
e. Aturan hukum yang tertinggi yang mengikat.
Undang-Undang Dasar dan Konvensi
Konvensi itu sendiri adalah aturan perilaku kenegaraan yang didasarkan tidak pada
undang-undang melainkan pada kebiasaan ketatanegara an dan presiden. Konvensi ada
didalam semua sistem UUD, dan biasanya memberikan panduan ketika aturan formal tidak
memadai atau tidak jelas.
Pergantian Undang-Undang Dasar
Pergantian undang-undang terjadi jika dianggap bahwa UUD yang ada tidak lagi
mencerminkan konstelasi politik atau tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat.
Lima tahap perkembangan UUD yang dilalui Indonesia:
1. Tahun 1945 UUD RI defacto berlaku di Jawa , Madura dan sumatera.
2. Tahun 1949 UUD RIS berlaku di seluruh Indonesia kecuali Irian barat.
3. Tahun 1950 NKRI berlaku diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat
4. Tahun 1959 UUD RI 1945 berlaku di seluruh Indonesia.
5. Tahun 1999 UUD 1945 dengan amademen masa reformasi.
Perubahan Undang-Undang Dasar (Amandemen)
Selain pergantian menyeluruh, tidak jarang Negara mengadakan perubahan sebagian
UUD-nya. Perubahan ini disebut amandemen.
Supremasi Undang-Undang Dasar
UUD berbeda dengan undang-undang biasa. UUD mempunyai sifat yang lebih tinggi
daripada UU biasa dan badan yang membentuknya pun berbeda.
Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis dan Undang-Undang Dasar Tertulis
Suatu UUD umumnya disebut tertulis bila merupakan sebuah naskah, sedangkan UUD
tidak tertulis tidak merupakan sebuah naskah dan banyak di pengaruhi oleh tradisi dan
konvensi.
Undang-Undang Dasar yang Fleksibel dan Undang-Undang Dasar yang Kaku
Suatu UUD yang dapat di ubah dengan prosedur yang sama dengan prosedur membuat
undang-undang disebut fleksibel seperti di Inggris. UUD yang hanya dapat di ubah dengan
prosedur yang berbeda dengan prosedur membut Undang-undang di sebut kaku.
7) BAB VII
Didalam Bab VII berisi tentang hak-hak asasi manusia.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Eropa
Pemikiran mengenai hak asasi di Eropa Barat berawal di abad ke-17 dengan timbulnya
konsep Hukum Alam dan serta hak-hak alam. Tetapi sebelumnya, pada Zaman
Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai ada di Inggris.
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21
Karena terjadinya depresi besar (the Great Depression) terjadi perubahan pemikiran
mengenai hak asasi sekitar tahun 1929-1934. Dan muncul berbagai pandangan mengenai
hak asasi setelah terjadinya perpecahan dalam dunia komunis di Eropa Timur tahun 1989.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)
Dalam sidang komisi Hak Asasi Manusia, kedua jenis hak asasi manusia dimasukkan
sebagai hasil kompromi antara Negara -negara Barat dan Negara -negara lain, walaupun
hak politik masih lebih dominan.
Dua Kovenan Internasional
Tahap kedua yang ditempuh oleh Komisi Hak Asasi PBB adalah menyusun suatu yang
lebih mengikat dibanding deklarasi dalam bentuk perjanjian (covenant). Dan diputuskan
untuk menyusun dua perjanjian (covenant) yaitu mengenai hak politik dan sipil, dan
meliput ekonomi, sosial, dan budaya.
Perdebatan dalam Forum PBB
Kesukaran yang dijumpai pada forum PBB dalam menyusun kedua perjanjian itu salah
satunya adalah perbedaan sifat antara hak politik dan hak ekonomi, yang kadang-kadang
menuju ke suatu “ketegangan” antara dua jenis hak asasi.
Pembatasan dan Konsep Non-Derogable
Usaha untuk mencapai kata sepakat mengenai Kovenan Hak Sipil mengalami
kesukaran karena implementasi hak tersebut menyangkut masalah hukum internasional
yang sangat rumit sifatnya. Seperti didalam Pasal 2 Piagam PBB yang menentukan
bahwa badan itu tidak diperkenankan campur tangan dalam hal-hal yang berkenaan
dengan Yuridiksi domestic masing-masing Negara.
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu Negara berarti bahwa Negara yang bersangkutan mengikat diri
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan itu menjadi
hukum nasionalnya

Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak asasi manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sesudah dua periode
represi (rezim soekarno dan rezim soeharto), reformasi berusaha lebih memajukan hak
asasi. Akan tetapi dalam kenyataannya harus menghadapi tidak hanya pelanggaran hak
secara vertikal tetapi juga horisontal.
Peran Negara-Negara Dunia Ketiga
Setelah PD II banyak bermunculan Negara baru. Salah satu usaha untuk menggalang
kesetiakawanan dalam forum internasional salah satunya dengan diadakanya konfrensi
Asia-Afrika di Bandung (1955). Dan dalam usaha menyusun suatu perumusan regional
terutamanya ASEAN menghasilkan deklarasi Kuala Lumpur.
a. African (Banjul) Charter on Human and People’s Rights (1981)
b. Cairo Declaration on Human Rights in Islam (1990)
c. Singapore White Paper on Shared Values (1991)
d. Bangkok Declaration (1993)
e. Vienna Declaration and Programme of Action (1993)
KEKUATAN DAN KELEMAHAN BUKU

Kelebihan buku ini menurut saya ditinjau dari isi topik yang dituliskan pada buku ini,
sangat informatid dan dapat dimengerti dengan cepat, dan dituliskan secara rinci. Setiap
kekuatan pasti memiliki kelemahan, begitupula dengan buku ini. Dikarenakan halamanya sangat
tebal sehingga membuat orang malas untuk membaca buku ini, hal ini sempat saya alami,

selain halaman buku yang sangat banyak dan membuat orang enggan untuk membaca
buku ini. akan tetapi, buku ini jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan buku versi sebelum
revisi. Buku ini memiliki kemajuan yang cukup signifikan, dilihat dari materi yang disajikan
lebih banyak dan lebih mendetail dalam menjelaskan materi-materi yang sebelumnya pada edisi
yang lalu masih sangat sederhana dan isinya pun belum sejelas sekarang. Hal itu bisa dilihat dari
bukunya yang lebih tebal dibanding cetakan sebelumnya.

Bahasa yang digunakan pun lumayan sulit untuk dipahami, karena kalimat yang
digunakan menurut saya terlalu berbelat-belit dan tidak langsung merujuk kepada point
sesungguhnya. Sehingga butuh ketelitian ekstra ketika saya membaca buku ini agar dapat
memahami isinya, dan halaman buku yang tidak berwarna semakin membuat minat untuk
membaca buku ini bagus.

Yang paling menarik adalah buku ini karangan Prof. Miriam Budiardjo, karena beliau
merupakan seorang ilmuwan politik senior sekaligus Prof. Miriam Budiarjo ini pernah menjabat
sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) periode
1974–1979, di FISIP UI dan sekarang buku karangannya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik
kini telah menjadi buku wajib mahasiswa Ilmu politik di Indonesia.

Bisa saya simpulkan bahwa buku ini bisa menjadi buku rekomendasi yang paling top
untuk dipelajari bagi siapapun, dari Mahasiswa sampai orang umum pun pasti akan mengerti
betul isi dari buku ini. selebihnya, diantara kekurangan dan kelebihannya, tentunya lebih banyak
kelebihannya daripada kelemahan buku ini.
KONTRIBUSI BUKU TERHADAP STUDI ILMU POLITIK

Menurut saya, kontribusi yang dimiliki buku ini terhadap studi ilmu politik sangat
banyak dan besar. Diantaranya kita dapat mengetahui apa itu politik, dasar-dasar dalam
berpolitik dan apa saja yang dimiliki ilmu politik. Setelah kita tahu tentang itu semua, otomatis
dalam praktiknya kita dapat melaksanakan politik yang berdasarkan teori dan tentunya membuat
kita tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan seperti yang dilakukan oleh oknum
tidak bertanggung jawab. Dan juga dikarenakan ilmu politik sangat erat hubungannya dengan
ilmu-ilmu sosial, buku ini bisa menjadi sarana diperkenalkannya Ilmu politik kepada masyarakat
agar pengetahuan mereka tentang hidup bermasyarakat lebih terbuka dan cenderung lebih peduli
dari sebelumnya.

Dan menurut Leo Agustino, ada beberapa poin pentingya belajar ilmu politik terutama
di kehidupan berbangsa dan bernegara, Pertama adalah alasan ilmiah, ilmu politik dipelajari
dalam rangka menambah pengetahuan mengenai semua hal yang berkaitan dengan politik. Dari
mulai teori, paradigma hingga akibat yang ditimbulkan dari penerapan teori-teori dan paradigma
itu terhadap masyarakat. Mengetahui ilmu politik bertujuan untuk menggapai kebaikan kolektif
sebagaimana hakikat ilmu politik itu sendiri. Sehingga kita yang mengetahui ilmu politik akan
memahami hal-hal apa saja yang dapat bermanfaat bagi orang banyak di masa sekarang ataupun
masa yang akan datang.

Alasan selanjutnya ialah mengapa mempelajari ilmu politik, yaitu alasan praktis.
Artinya ilmu politik tidak hanya sebagai konsep dan teori saja, tetapi bisa dipakai untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di masyarakat. Seperti contoh masyarakat yang
terancam digusur tempat tinggalnya karena menduduki tanah negara, maka salah satu upaya
yang dilakukan bisa dengan menerapkan ilmu politik. Disamping menggunakan ilmu sosial yang
lain seperti sosiologi tentu peran ilmu politik pun sangat besar untuk dapat menyelesaikan
masalah tersebut. Dengan kata lain, seorang ilmuwan politik tidak hanya berkutat masalah
pengetahuan dan konsep tapi dituntut untuk bisa menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Ilmu politik pun penting dipelajari untuk memahami secara betul bagaimana cara
berpolitik yang baik, karena di zaman ini terutama di Indonesia perpolitikan yang berlangsung
banyak mengandung pelanggaran-pelanggaran dan memiliki dalam dunia perpolitikan di
Indonesia banyak yang tidak karuan dan cenderung tidak bersih seperti yang banyak dilakukan
oleh para petinggi negara. Pencucian uang, korupsi, mungkin sudah tidak asing dalam telinga
masyarakat, hal itu lah yang membuat mereka tidak berminat untuk mempelajari politik.

Semoga para generasi milenial saat ini kedepannya akan membawa bangsa ini menjadi
lebih baik. Menjunjung tinggi nilai pancasila, bersikap adil, dan sudah semestinya setelah kita
tahu dan kita menjadi bagian dari masyarakat yang tahu akan ilmunya tentunya kita harus
menerapkannya dan memberi contoh kepada generasi muda yang lain dalam kehidupan karena
secara tidak langsung akan semakin memperbaiki kondisi politik bangsa saat ini.
.

Anda mungkin juga menyukai