PENDAHULUAN
…..(2.2)
Dimetilol urea juga dapat dibuat dengan cara yang sama tetapi
menggunakan dua buah molekul formaldehid. Baik mono-metilol urea maupun
dimetilol urea larut dalam air sehingga reaksi pembentukannya dilaksanakan
dalam fasa pelarut air. Tahap reaksi pembentukan mono-metilol urea dan
dimetilol-urea biasa dikenal dengan sebutan tahap pembuatan intermediate.
Kondensasi lanjut akan menghasilkan jembatan metilen antara dua
molekul urea. Jenis kondensasi ini dapat berlanjut terus menghasilkan rantai lurus.
Reaksi penggabungan dua buah mono-metilol urea menghasilkan suatu molekul
air. Apabila air tersebut dikeluarkan dari sistem reaksi, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser kearah pembentukan polimer. Reaksi urea dan formaldehida
pada pH di atas 7 adalah reaksi metiolasi, yaitu reaksi adisi formaldehida pada
gugus amino dan amido dari urea, menghasilkan metilol urea. Turunan-turunan
metilol merupakan monomer reaktan reaksi polimerisasi kondensasi. Mula-mula
polimer yang dihasilkan masih berupa polimer rantai lurus dan larut dalam air.
Semakin lanjut reaksi berlangsung, reaksi polimerisasi membentuk polimer tiga
dimensi dan kelarutannya dalam air semakin berkurang. Pada proses curing,
reaksi kondensasi tetap berlangsung terus dan polimer membentuk rangkaian tiga
dimensi yang sangat kompleks sehingga terbentuk thermosetting resin (Wetsmen,
1997).
Hasil dan laju reaksi, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor: perbandingan
jumlah mol reaktan, katalis (pH sistem reaksi), temperatur, dan waktu reaksi.
Kondisi reaksi ini sangat menentukan jenis produk yang dihasilkan, sehingga pada
kondisi yang berbeda akan dihasilkan prouduk yang mempunyai sifat fisik, kimia
dan mekanik yang berbeda pula. Karena itu kondisi operasi ditentukan oleh
produk akhir yang dikehendaki.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Urea
2. Ammoniak
3. Asam klorida
4. Etanol
5. Indikator Pp
6. Aquades
7. Natrium karbonat
8. Natrium sulfat dan
9. Formalin.
Kadar Formadehid
No Waktu Viskositas Densitas Suhu
Bebas pH
Sampel (menit) (cP) (gr/ml) (C)
(gr/ml)
0 0 0,065 1,0683 3,6 10 34
1 0 0,0635 1,1432 3 10 34
2 10 0,096 1,150 2,4 8 89
3 20 0,098 1,151 3,038 8 91
4 30 0,093 1,152 1,823 8 91
5 40 0,093 1,153 1,845 8 93
6 50 0,105 1,155 1,823 8 93
7 60 0,105 1,156 1,2 8 93
4.2 Pembahasan
Percobaan mengenai Resin Urea Formaldehid (RUF) yang memiliki tujuan
untuk mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi terhadap kecepatan reaksi
dan hasil pada tahap intermediate. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perubahan kondisi reaksi terhadap kecepatan suatu reaksi adalah perbandingan
mol reaktan yang digunakan di mana mol formaldehid dan mol urea berbanding
1,2. Massa urea yang digunakan pada percobaan ini yaitu 73,51 gram. Massa
formaldehid yang digunakan sebanyak 40% dari massa larutan formaldehid.
Sampel nomor 0 yaitu reaksi antara formalin yang ditambahkan katalis
amonia pekat (NH3) dan buffering agent (Na2CO3) yang belum melalui proses
pemanasan. Fungsi penambahan katalis amonia pekat pada percobaan ini agar
reaksi yang terjadi berlangsung cepat, hal ini dikarenakan katalis ini akan
menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi
untuk memperoleh produk sehingga waktu reaksi lebih cepat dan dengan penambahan
katalis ini dapat meningkatkan kerja tumbukan partikel sehingga mempercepat laju
reaksi. Sedangkan pada tahap curing di mana pada tahap ini dilakukan proses
pemanasan, katalis berfungsi sebagai penyerap panas. Sedangakan fungsi penambahan
buffering agent yaitu menjaga kondisi pH reaksi agar tidak berubah tiba-tiba
secara drastis dan tetap stabil, serta larutan buffer ini juga mengandung suatu
komponen asam atau basa yang tidak saling bereaksi. Sehingga ion H+ atau OH-
yang lepas akan digantikan oleh larutan buffer, meskipun pergantiannya tidak
maksimum. Kemudian setiap pengambilan sampel dilakukan pengadukan yang
bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan untuk mempercepat
perpindahan massa sehingga terjadinya homogenisasi. Selain itu pengadukan juga
berfungsi untuk menghambat terjadinya pembekuan resin, sehingga larutan mudah
dianalisa dengan baik. Sampel nomor 1 diambil setelah dilakukan penambahan
urea yang bertujuan agar terbentuk nya resin urea formaldehid.
1.15 1.15
(gr/ml)
1.15 1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Pemanasan
(menit)
0.09
0.09
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Pemanasan
(menit)
Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu pemanasan terhadap viskositas
Terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan, maka viskositas yang
dihasilkan juga semakin tinggi yaitu 0,096; 0,098; 0,093; 0,093; 0,105; dan 0,105
dalam satuan cP.
Perubahan viskositas yang semakin meningkat dikarenakan oleh resin urea
formaldehid yang terbentuk akan semakin banyak dan larutan menjadi agak
kental, sehingga partikel–partikel menjadi lebih rapat (Geankoplis, 1993 ).
10
8 f(x) = 0.18
8 x 8 8 8 8
8
6
pH
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Pemanasan
(menit)
Gambar 4.3 Grafik hubungan waktu pemanasan terhadap pH
pH pada percobaan ini diantara 8-10 untuk sampel nomor 0-7, hal ini
dikarenakan adanya penambahan buffer agent yaitu Na2CO3 yang menjaga reaksi
agar tetap pada pH tersebut. Kondisi ini diperlukan agar reaksi metilolasi
berlangsung sehingga harus dilakukan pengontrolan pH karena turunan metilol
apabila berada pada suasana asam akan berkondensasi cepat membentuk senyawa
Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang
dihasilkan rendah. Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai
polimer lebih pendek tetapi stabil terhadap panas (Fessenden, 1997).
3.5 3.04
3
2.4
2.5 f(x) = − 0.03 x + 2.98
1.82 1.85 1.82
2 R² = 0.67
1.5 1.2
1
0.5
(gr/ml)
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Pemanasan
(menit)
Gambar 4.5 Grafik hubungan waktu pemanasan terhadap kadar
formaldehid bebas
Peniter yang digunakan pada percobaan ini yaitu HCl di mana semakin
lama waktu reaksi berjalan maka volume peniter yang dibutuhkan untuk proses
titrasi semakin sedikit, yaitu mulai dari 0,6 ml hingga 0,2 ml. Hal ini dipengaruhi
dengan kadar formaldehid bebas, dengan menganalisa seberapa banyak formalin
yang telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehid. Terlihat
bahwa bertambahnya waktu reaksi, maka formalin yang bereaksi semakin banyak
sehingga kadar formalin bebas semakin berkurang yang akan mengakibatkan
penurunan konsentrasi formaldehid bebas (Geankoplis,1993).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu:
1. Fungsi penambahan buffering agent (Na2CO3) yaitu menjaga kondisi pH
reaksi agar tidak berubah tiba-tiba secara drastis dan tetap stabil.
2. Fungsi penambahan katalis amonia pekat pada percobaan ini untuk
mengurangi energi aktivasi pada reaksi sehingga reaksi berlangsung
dengan cepat.
3. Densitas semakin meningkat pada waktu pemanasan yang lebih lama
dikarenakan oleh massa sampel semakin berat.
4. pH pada sampel nomor 2-7 yaitu 8, hal ini dikarenakan adanya
penambahan buffer agent yang menjaga reaksi agar tetap pada pH tersebut.
5.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini yaitu:
1. Harus menggunakan safety selama percobaan berlangsung agar terhindar
dari bahaya bahan kimia yang beracun, seperti amonia pekat, asam klorida
dan formalin.