Anda di halaman 1dari 156

GOOD EXPLORATION PRACTICES

FOR COAL DEPOSITS

disajikan pada
WORKSHOP PERTAMBANGAN BATUBARA INDONESIA
KONFERENSI TAHUNAN “SAVE INDONESIAN COAL” KE 3
PERHAPI-APBI-ICS
Hotel Sultan Jakarta, 23 Maret 2011

oleh:
Chairul Nas (MAusIMM)
Ketua Working Group Eksplorasi, Sumberdaya, dan Cadangan PERHAPI
Ketua Komite Competent Person PERHAPI
Dosen Universitas Trisakti - Jakarta
GOOD EXPLORATION PRACTICES
COAL RESOURCE ESTIMATION
• Good HSE
– good health
– good safety
– good environment
• Good Legal Compliance
– Government Regulations
– Internal SOP
• Good Technical
– Efficient and Effective
– Technical compliance (Standards and
Codes)
– Coal Exploration Manual
TECHNICAL COMPLIANCE
(Referred to standards and codes in coal exploration practices)

Exploration  Resources and Reserves


– Geological assurance (geological certainty)
– Economic feasibility

Geological certainty
– Intensity/density of information points (DATA)
– Quality of information (DATA)
– Geological interpretation
TIGA AZAS PENTING “JORC”
Berkenaan dengan DATA:
• TRANSPARAN: Proses didapatnya data hingga proses
pengolahannya harus dijelaskan secara transparan,
termasuk metoda dan teknik yang digunakan, mulai dari
pengambilan contoh, uji lapangan, dan analisis/uji
laboratorium - hingga pengolahan data tsb;
• MATERIALITAS: Data dan informasi harus cukup untuk
menunjang pernyataan-pernyataan dan kesimpulan yang
dibuat, sehingga apa-apa yang diharapkan dan
dibutuhkan oleh pembaca laporan bisa terpenuhi; dan
• KOMPETEN: Proses pengambilan data dan contoh di
lapangan serta pengolahan/analisis data hingga
pelaporannya harus dikerjakan atau paling kurang
disupervisi oleh seorang “COMPETENT PERSON”
DATA TERPADU
• Data terdiri dari: DATA KUALITATIF dan DATA
KUANTITATIF;
• Data bisa berupa: Data Primer dan Data Sekunder;
• Data tidak boleh terpisah-pisah;
• Data tidak boleh jalan sendiri-sendiri;
• Data harus bisa ditelusuri sampai ke sumbernya
(“traceable”);
• Proses pengolahan dan analisa data juga harus terpadu:
informasi yang diperoleh dari geostats tidak boleh lepas
dari informasi geologi lainnya; dan
• Agar tidak mengecoh, Metoda dan Teknik pengolahan
dan manipulasi data harus dinyatakan secara jelas.
Database
Singkapan

DATA GEOLOGI
Database
Pemboran
Database Database
Validasi dan Rekonsiliasi Lab Geofisika

Interpretasi dan Korelasi KORELASI

Manipulasi dan
PEMODELAN GEOLOGI
Pengolahan Data

PEMODELAN Model
Model Model
Kualitas Geologi Topografi
DATA SINGKAPAN

• Apa-apa yang tidak teramati pada inti bor dan


pada log geofisika, sering-sering bisa diamati
melalui singkapan;
• Bisa menggambarkan perspektif sedimentologis
yang lebih luas;
• Dapat membantu dalam konsep “sequence
stratigraphy” dan “genetic units” untuk korelasi;
dan
• Lokasi, kedudukan, dan orientasi struktur
geologi seperti sesar-sesar dapat ditentukan.
MANFA’AT DATA SINGKAPAN
• Hasil pemetaan geologi berdasarkan singkapan akan
memberikan gambaran/perkiraan tentang ketebalan
lapisan batubara, korelasi lapisan-lapisan batubara,
jumlah lapisan batubara, dan perkiraan awal kualitas
batubara; dan
• Disamping itu, hasil pemetaan geologi rinci juga dapat
menentukan lapisan-lapisan penunjuk (“marker beds”)
untuk membantu dalam proses korelasi;
• Beberapa hal yang perlu disadari adalah:
– karena contoh singkapan yang kurang segar, bolehjadi nilai dari
beberapa parameter kualitas batubara tidak begitu dapat
diandalkan (CV, Moisture, dan Sifat Coking & Caking).
– Data rank berdasarkan hasil analisis proximate juga kurang
tepat, oleh sebab itu dianjurkan untuk menggunakan data
Rvmax.
DATA PEMBORAN
• Koordinat dan Elevasi lobang bor;
• Kedalaman total pemboran;
• Kedalaman atap dan lantai lapisan batubara;
• Ketebalan lapisan batubara;
• Kemiringan lapisan batubara;
• Elevasi atap dan lantai lapisan-lapisan batubara;
• Perolehan Inti (Core Recovery) dan RQD (Rock Quality
Designation);
• Sifat-sifat fisik lapisan batubara;
• Litotipe lapisan batubara, termasuk ketebalan ply;
• Struktur geologi lapisan batubara;
• Sedimentologi lapisan batubara;
• Sedimentologi batuan sedimen berasosiasi dengan batubara;
• Data kualitas dan sifat-sifat fisik batubara (ply-by-ply and composite);
• Data ketebalan soil dan kedalaman batubara teroksidasi;
• Data batubara terbakar (untuk batubara rank rendah);
• Data intrusi batuan beku;
• Foto inti bor
DATA GEOFISIKA BOR
• Log Gamma Ray, Density, dan Caliper;
• Log litologi dan log kualitas;
• Gejala-gejala sedimentologi pada “coal
measures”;
• Perubahan kualitas pada lapisan batubara
• Kedalaman atap dan lantai lapisan batubara;
• Ketebalan lapisan-lapisan batubara;
• Beberapa sifat fisik lapisan batubara;
• Kondisi lapisan batubara;
• Perkiraan kualitas batubara.
DATA LABORATORIUM
• Data kualitas batubara;
• Data hasil uji lab batubara;
• Data petrografi batubara;
• Data hasil uji lab batuan sedimen;
LOG LITOLOGI LOG GEOFISIKA
Sedimentary Lithology Log
Hole number Easting Northing Grid type RL Collar Sheet Name Project Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Log Drill Equip Gepphysic Log Standing Date commenced Date complete
Hole diam Core diam Case depth Core barrel Total Depth (m)
initial Contr Unit L S G C w ater level D D M M Y Y D D M M Y Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

% Colour Texture Bedding Sed Struc


Continuation

Log Basis

Weathering
Bit type

Separation
% Litotype

Roundnes
Mec state
Grainsize
Core rec

Lithotype

Strength

Descript

Descript
Porosity

Spacing
Descrip

Permea
Horizon seam Top of interval Base on interval Qualifers

Sorting
Colour
Shade

Matrix
Grain
Hue

Dip
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
. .

REKONSILIASI
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

KOTOR
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

LOG LITOLOGI HASIL REKONSILIASI


(Reconciled lithology log)
Sedimentary Lithology Log
Hole number Easting Northing Grid type RL Collar Sheet Name Project Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Log Drill Equip Gepphysic Log Standing Date commenced Date complete
Hole diam Core diam Case depth Core barrel Total Depth (m)
initial Contr Unit L S G C w ater level D D M M Y Y D D M M Y Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

% Colour Texture Bedding Sed Struc


Continuation

Log Basis

Weathering
Bit type

Separation
% Litotype

Roundnes
Mec state
Grainsize
Core rec

Lithotype

Strength

Descript

Descript
Porosity

Spacing
Descrip

Permea
Horizon seam Top of interval Base on interval Qualifers

Sorting
Colour
Shade

Matrix
Grain
Hue

Dip
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

BERSIH
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

LOG GRAFIS LITOLOGI LOG GRAFIS LITOLOGI


(digambar secara manual) (digambar pakai komputer)
PROGRAM EKSPLORASI BERTAHAP
(Staged Exploration Program)

BIAYA PER SATUAN LUAS


RESIKO GEOLOGI

AWAL LANJUT
TAHAP
LUAS AREA KECIL
BESAR
DALAM PROGARM EKSPLORASI BERTAHAP
SETIAP TAHAP:

 PERLU EVALUASI KELAYAKAN: untuk mengetahui apakah


proyek tsb layak
 PADA AKHIR DARI SETIAP TAHAP ADA TITIK
KEPUTUSAN: memutuskan apakah proyek akan
diteruskan atau dihentikan

OLEH SEBAB ITU PERLU STRATEGI YANG JELAS


EXPLORATION STRATEGY
• COKING COAL MARKETS REMAIN STRONG; MOST COKING COAL IS SOLD AT $250/t FOB; THERMAL COAL IS NOW IN THE $60's.
PRICES MAY FALL IF JAPAN SLOWS BUT THE RELATIVE PRICE DIFFERENCE WILL REMAIN.

• COKING COAL IS A VERY DIFFERENT COMMODITY TO THERMAL COAL. IT IS A BASIC INGREDIENT OF STEEL MAKING WITH HIGH
COST SUPPLIERS AND BALANCED SUPPLY & DEMAND

• THERE IS POTENTIAL FOR COKING COAL IN REMOTE PARTS OF KALIMANTAN AND SUMATRA, TO 100-150 KM FROM WATER. THE
HIGHER PRICES WILL BALANCE THE TRANSPORT COSTS.

• THERMAL COAL IS OVERSUPPLIED, PRICES AT AN ALL-TIME LOW. PRICES MAY RECOVER, BUT NOT STRONGLY. THERE ARE
ABUNDANT DIVERSE SUPPLIES AND MANY MINES OPERATE ON A LOW RETURN AND MARGINS.

• THEREFORE THERMAL COAL EXPLORATION OR ACQUISITION MUST FOCUS ON THE RESOURCES LOW ON THE COST CURVE. WE
CAN HOPE FOR BUT CANNOT RELY ON HIGHER PRICES.

• COAL FOR MINE-MOUTH POWER IS OF INTEREST TO SUPPLY POWER FOR MINERAL PROCESSING OR INDUSTRIAL ESTATES – AND
WHERE THERE IS NO STRONG COMPETITION OR WE CAN MONOPOLISE THE FUEL SUPPLY.

• ANE MUST FOCUS MORE ON GRASS-ROOTS COAL EXPLORATION, TO BRING US A LARGE DISCOVERY. WE MUST GIVE PRIORITY TO
HIGH CV TARGETS, IN AREAS NOT HELD BY OTHERS. WE MUST COVER MORE GROUND AND DO MUCH MORE FIELDWORK.

• TO DO THIS EFFECTIVELY WE NEED TECHNICAL FOCUS; A SENSE OF URGENCY; AND PROBABLY A LARGER TEAM. CURRENT
BUDGETS ARE SUFFICIENT.

• ACQUISITION ACTIVITY WILL CONTINUE BUT WILL NOT BE ALLOWED TO SLOW THE GRASS ROOTS EXPLORATION. WE WILL FOCUS
ON EXPERIENCED GROUPS WITH TECHNICALLY SOUND PROJECTS AND REALISTIC EXPECTATIONS.

• ACQUISITION TARGETS WILL BE GENERATED FROM OUR REGIONAL WORK; WE WILL REVIEW SUBMITTALS, WITH QUICK DECISION
MAKING TO REJECT THOSE THAT DO NOT MEET OUR STRATEGY (IE ARE UNLIKELY TO BE ECONOMIC).
TAHAP-TAHAP EKSPLORASI

TAHAP RISET
TAHAP REKONAISAN
TAHAP PEMETAAN GEOLOGI
TAHAP EKSPLORASI RINCI (DRILLING)
TAHAP STUDI KELAYAKAN (FS)
TAHAP-TAHAP EKSPLORASI
(Friederich, 2009)

INFERRED INDICATED MEASURED


JORC STAGE: EXPLORATION RESULTS
RESOURCE RESOURCE RESOURCE
INITIAL DRILL PRE-
STAGE RESEARCH RECONNAISSANCE FIELD MAPPING FEASIBILITY
DRILLING TESTING FEASIBILITY

Data collection; Reconnaissance Detailed Satellite Wide spaced Typically 2 to 4 Drilling typically Drilling typically
prepare GIS data mapping Imagery Interp drilling km spacing 1 km spacing 500m spacing
Quality, seam Estimate Initial
Study regional thickness, inferred geotechnical Geotechnical
geological setting Outcrop Logging Field Mapping resource potential resources studies drilling
TASKS
Reliable Bulk Sample; or
Preliminary Coal rank / quality topographic large diameter
depositional model assessment Scout Drilling maps core
Check Estimate Estimate
environmental Indicated Measured
issues / land status Resources Resources

Increasing confidence

RESERVES Probable Proved

Diambil dari Seminar MGEI – IAGI BANDUNG (2009)


UU PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(UU No. 4/2009)

KEGIATAN EKSPLORASI
“Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi
secara terperinci dan teliti tentang lokasi,
bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan
sumber daya terukur dari bahan galian,
serta informasi mengenai lingkungan sosial
dan lingkungan hidup.”
1. TAHAP RISET

• ANALISA CEKUNGAN BATUBARA


– Tipe Cekungan: back-arc, intramontane, fore-arc bll
– Stratigrafi: perkembangan stratigrafi dan sedimentologi
– Kerangka Struktur: tektonik, jenis dan intensitas struktur

• KOMPILASI KEBERADAAN BATUBARA YANG SUDAH


DIKETAHUI: rangkuman data tentang keberadaan lapisan-lapisan
batubara pada cekungan atau daerah yang sedang diteliti

• KOMPILASI INFRASTRUKTUR YANG TERSEDIA

• PENGKAJIAN CEPAT TENTANG BIAYA – PASAR – HARGA

• EVALUASI CEPAT: aspek teknis, aspek biaya, aspek legal,


aspek lingkungan dan masyarakat
DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN

• Peta Geologi 1 : 250.000 atau


1 : 100.000
• Citra Landsat – atau
SAR/SLAR
• Laporan-laporan
• Artikel-artikel
• Peta Infrastruktur
• Peta Kehutanan
• Peta Tata Guna Lahan
• Data harga batubara
• Data kependudukan
• Data Migas
• Peta Konsesi batubara
(PKP2B/KP)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Setelah TAHAP Riset diselesaikan, kita
akan mengetahui hal-hal sbb:

1. Apakah ada deposit batubara di daerah


yang kita maksud ?
2. Jika ada, DIMANA AREA DEPOSIT
BATUBARA TSB ?
3. Bagaimana status AREA tsb ?
4. APAKAH PERLU PENGURUSAN DAN
PENYELIDIKAN LEBIH LANJUT ?
2. TAHAP REKONAISAN

• Pengurusan administrasi dan legal dari pusat atau


daerah untuk mendapatkan Surat Keterangan Izin
Peninjauan (SKIP)
– SKIP berlaku untuk 1 bulan dan bisa diperpanjang 1 bulan lagi
– Wajib melaporkan hasil rekonaisan kepada pemerintah
• Mengecek keberadaan dan penyebaran “coal measures”
• Menentukan lokasi-lokasi singkapan batubara (pakai
GPS)
• Mendapatkan data ketebalan dan struktur lapisan
batubara (dip, sesar, lipatan): pengukuran langsung
• Memperoleh data kualitas batubara: sampling
• Mengidentifikasi daerah endapan batubara potensial
• Mengecek ketersediaan infrastruktur
• Memperoleh informasi lingkungan dan masyarakat
DATA DAN INFORMASI YANG PERLU
DIBAWA KE LAPANGAN
• Peta Topografi skala 1 : 50.000
• Peta Geologi skala 1 : 100.000
• Citra Landsat – SAR/SLAR
• Peta jalan dan sungai yang dibuat dari
landsat
Landsat Cekungan Ombilin – Formasi Sawahlunto
COAL MEASURES
Cekungan Ombilin Tenggara – Formasi Sawahlunto & Swh Tambang
Cekungan Ombilin Barat Laut - Formasi Sawahlunto & Swh Tambang
Cekungan Sumatera Tengah – Formasi Sihapas & Pematang
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pekerjaan Rekonaisan dilakukan dengan cepat untuk


mengambil keputusan yang cepat pula

• APAKAH ADA DAERAH ENDAPAN


BATUBARA YANG POTENSIAL
• DIMANA AREA DEPOSIT BATUBARA
YANG POTENSIAL UNTUK
DIKEMBANGKAN ?
• APAKAH PERLU PENGURUSAN DAN
PEMETAAN GEOLOGI LEBIH RINCI ?
3. TAHAP PEMETAAN GEOLOGI

• Pemetaan geologi dilakukan pada daerah yang lebih


kecil, dimana terdapat potensi endapan batubara, yang
mungkin bisa dikembangkan (didapat dari pekerjaan
Tahap 2)
• Peta topografi dan Peta Geologi skala 1 : 50.000
dipakai sebagai referensi lokasi dan orientasi geologi
di lapangan
• Rencana Kerja untuk lintasan-lintasan geologi di
lapangan dibuat berdasarkan peta topo dan peta
geologi tersebut
• Hasil pengukuran lintasan dan pengamatan geologi
dipetakan dengan skala 1:5.000 atau 1:10.000
• Pada sore dan malam hari ahli geologi lapangan
dibawah supervisi ahli geologi seniornya
mengevaluasi hasil pemetaan, dan kemudian
merencanakan lintasan berikutnya

Pekerjaan pemetaan geologi
batubara di lapangan
1. Detailed geological traverses along streams/creeks and
roads/paths with the scale of 1 : 5,000 or 1 : 10,000 (coal seam
thickness, dips, rocks associated with coal); coal outcrops
localized by GPS; compass and hip-chain
2. Coal seam profiling (clean coal and partings) with the scale of 1 :
25
3. Topographic measuring sections of target coal seams with the
scale of 1 : 2,500; compas and hip-chain
4. On strike tracing of target coal seams; compas and hip chain
5. Coal sampling by test-pitting and trenching; ply-by-ply,
composite, grab, column
PEKERJAAN DI CAMP
• Korelasi lapisan-lapisan batubara
• Delineating coal seams distribution along strike and
dip directions
• Jika diperlukan, usulan untuk melakukan pemboran
“scout drilling” menggunakan “powered rig”
• Penentuan endapan batubara yang potensial untuk
ditambang (“potential mineable coal deposit”)
• Deliniasi kualitas batubara di daerah pemetaan
• Perencanaan pemboran dan penentuan lokasi titik-
titik bor
• Pemerian umum kondisi keteknikan lainnya dari
endapan batubara
• Evaluasi kelayakan pendahuluan, dengan sejumlah
asumsi
DESKRIPSI SINGKAPAN BATUBARA

• Lokasi ditetapkan pada atap lapisan batubara yang


bersangkutan
• Posisi lokasi (koordinat) ditentukan dengan GPS, dan
kemudian disurvei
• Diberi tanda bendera dari bahan tahan lapuk
(berwarna mencolok)
• Singkapan dibersihkan dulu – jika keseluruhan tebal
lapisan tidak terlihat, perlu dilakukan pegupasan
terlebih dahulu
• Jika masih tidak bisa, maka perlu bantuan “scout
drilling”
• Pada lapisan-lapisan batubara target, persiapan
pemerian ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
kegiatan sampling.
PEMERIAN “COAL LOGGING”

• Pemerian “coal logging”: pemerian


dimulai dari “immediate roof” sampai
ke “floor”.
• Ketebalan diukur secara vertical agar
sepadan dengan data yang dihasilkan
oleh pemboran vertical.
• Terlebih dahulu perhatikan gejala
umum dan struktur pada lapisan
batubara (jika ada) seperti:
GEJALA UMUM

– Floor and roof strata: rock type, color, hardness,


massive or lamminated, presence of plant remain
or carbonaceous materials
– Changes from floor/roof to coal (seat earth, rootlet
beds indicate autochthanous origin) gradual,
sharp/abrupt, erosional)
– Clastic/inorganic bands in coal seam (clay and
pyrite bands): thickness and type of parting
– Coal seam quality data (temporal and spatial
variation on quality)
– Strike and dip
Asam-asam Sub-Basin - Formasi Tanjung
Lateral Accretion – Channel Deposit
Crevasse Splay Deposit
Floor Rolls
STRUKTUR LAPISAN BATUBARA

• local faults, termasuk growth faults atau syn-


depositional faults (Staub et al., 1991)
• roof dan floor rolls
• Washout (bagian atas lapisan batubara tererosi)
• diapirs (bisa dari mud);
• rock ball (lensa-lensa batuan inorganik pada
lapisan batubara)
• cleats (face cleats dan butt cleats):
kharakteristik, spasi, dan orientasi
PEMERIAN BATUBARA LANJUTAN

• Color commonly brown to black


• Commonly bedded, made of alternating or intercalating some different
lithotype bands (vitrain, clarain, fusain, durain)
• Luster of each lithotype different (varies from very bright to very dull)
• Defferent fracture or breakage pattern of each lithotype
• Thickness of lithotype bands (mm to cm)
• Lithotype bands association in a coal seam (intensity/frequency)
• Resinous bodies, exudatinite, plant remains (trees, stems, roots) within coal
beds
• Discrete inorganic matter in coal seams (dirt band, clay band, parting,
pyrite)
• Silicified materials common in coal seams
• Rock balls in coal seams
• Lithotype of Indonesia coal (commonly faintly bedded)
• Most coal seams are cleated (butt and face cleats)
• Hardness
PENGGUNAAN CITRA-LANDSAT

• Penginderaan Jarak Jauh menggunakan Citra Landsat


dilakukan sebelum dan bersamaan dengan pemetaan
geologi tinjau untuk membantu interpretasi penyebaran
formasi pembawa batubara serta keberadaan struktur
geologi yang berhubungan erat dengan penyebaran
batubara tersebut.
• Sebelum penelusuran geologi lapangan dilakukan, citra
Landsat juga telah digunakan untuk orientasi wilayah
serta melokalisir tanda-tanda lapangan yang terdapat di
wilayah ini seperti jalan, sungai, dan bukit.
• Dengan bantuan citra Landsat, ketepatan lokasi lintasan
dan pengamatan dapat terjaga.
O O
115 21’E 115 23’E

N
D
O
C A B . 03
2

3
2
W E . 09
0

5
1
1 24’S 1 B 5
1

5
1 . 95
0

5
2
0
2 D
. 31
0 7
1
. 60
0 .0
1
5
1
.0
1
S 7
1
. 82
0 . 20
2
7
1 . 40
0 5
1

7
1 . 97
0 0
2
8
1 . 20
0 . 85
0
8 6
1 1 5
1 .043 .109 E
1
2 . 40
0 0
2 7 0
1 . 38
4
1 . 56
0
. 38
0 7
1 0
2 7
3 7
1 . 21
0
5
1 4
1
5
2 8
1 . 40
0 . 09
2 . 40
0
9
1 1
2 6
1

8
1 0
2 1
4 0
2 . 96
0
3
2 . 39
0
. 63
0
500 0 500 1000 Meters 3
2 5
2
9
1 7
1
0
2
.0 15
. 43
0
. 98
0 7
1 0
2
4
2 . 10
0 . 55
0 3
2
7
1 . 10
2 . 79
0
. 58
0 5
1 4
1 . 66
0
4
2 . 22
2 . 22
0
5
1
9
1 . 65
0 3
1 . 33
0

2
1
. 20
0
7
1

4
2 6
1

5
2
3
1

9
1 0
1
6
1 3
1
.010 .0
1 6
1 5
1
8
1 . 22
0
6
1
2
7 . 40
0 8
1 . 63
0 . 05
2
2 . 86
0 6
1
7
1 5
1
2
1 7
1
South Swalang 8
1
2
6
. 37
0

.0 40
. 60
0

. 16
0
7
1 . 20
0

. 85
0
2 . 48
0 7
1 . 03
2 . 55
0
. 17
2 8
1
7
1 9
1
9
1 . 70
0 5
1 . 14
0 . 47 1
0 7 7
1
9
1 >1.1 0 1
5 0
2 . 10
1 5
1
1
2 8
1 5
1
5
1 1
5 4
2 0
2
7
1 . 75
0 .225 >1.7 0 7
1 . 40
0 . 64
0
. 80
0 8
1 . 42
0 . 80
0 . 55
0 . 24
0
7
1
8
1 8
1
. 50
0 7
1
9
1 . 98
1
2 1
0 5 . 10
1 0
2
4
2
9
1 1
6 . 40
0 . 73
0 6
1
7
1 . 58
0 8
1 . 79
0

>1.7 2 8
1 6
1
9
1 . 44
0
. 38
0 8
1
4
1 . 08
1 7
1
9
1 . 39
0 . 53
0 5
1
. 48
0
2 9
1 . 30
0
8
1

. 30
0 2 . 35
1
0
2
2 9
1
. 46
0 . 36
1 . 38
0
. 46
0
9
1 6
1 6
1 . 90
1 1
.0 1
6 7
1
0
2 6
1 . 44
0
. 32
0 5
1 5
1 . 06
1
7
1 0
2 0
2 5
1 7
1 6
1
8
1 0
2 0
2 . 40
0
6
1 0
2 . 21
0 7
1 6
1 . 58
0
8
1 6
1 2 . 02
2 7
1 . 75
0
7
1 6
1 . 82
0 . 16
0 . 20
0 3
1 2
1 . 66
0
7
1 0
. 48 2
0 0
2 3
1
9
1 >0.60 6
1
7
1 9
1 8
1 5
1
0
2 0
2 9
1 8
1 . 24
0 . 23
0
0
2 8
1 1
2 . 05
1

8
1 9
1 . 46
0

6
1 6
1 7
1
6
1 8
1
. 35
0 .054 6
1
0
2 . 46
0 . 90
0 . 36
0
0
2 0
2 5
2 . 32
0 8
1 . 17
0
.142 . 37
0
1
2 0
2 . 65
0 . 59
0 8
1
0
2 9
1 . 54
0
.0 48 .142 81 8
1 . 30
0 .037
8
1 . 40
0 8
1 . 62
0 1
6 8
1 . 95
0 . 50
0
0
2 7
1 7
1 9
1 7
1
8
1 8
1 . 45
0
4
2 . 42
0 >1.10 . 10
1
3
2 . 53
0
0
2 .1 64
1
2 9
1 . 42
0 . 52
0
. 37
0 . 23
0 6
1
8
1 1
2 . 46
1 1
7 1
6
3
2 6
1 . 39
0 8
1
7
1 .040 1
6
8
1 . 22
0 7
1 7
1 . 82
0
. 56
0 . 50
0 . 08
0
O 5
2 . 36
0 . 16
0 d
. 17
0
n o26'
1
ti o 0
2 .025
g roa
ma ion . 11
0
6
1 . 42
0
1 26’S era
iF
or mat
or
15o22' E 0
2
5
1
6
1
. 15
1
L og
g in

gF . 33
0
B un 9
1 6
1
anj . 50
0 0
2
T . 66
0 . 40
1 . 90
0
0
2 . 52
0
0
2 0
2 . 92
0
8
1 .020
4
1 .020
S 7
1 . 42
0 . 62
0
OU 1
2 . 30
0 7
1
TH . 49
0 0
2
SW 6
1 . 60
0
5
1 0
2 .130
NOR AL . 35
0
TH AN . 17
0 . 50
0
AY G
UH 6
1 . 20
0

8
1

. 46
0
8
1
1
2 . 05
1

tion
6
1
. 40
0 5
1

n
4
1

. 20
0 4
1 .051
. 04
0

rma
5 .0 45
1 . 60
0 5
1
4
1 1
7 1 7 0. 35
6
1 4
1

o
atio
. 65
1
5
1 7
1

.050

F
. 38
0 5
1 . 83
0
7
1 7 0
1 . 21 1
7 5
1

m
0
. 14 0
. 60
. 05
0

r
6
1
7
1 4 4
1 1 5
1 . 39
0
nit

5
1 1
. 70 5
0 9
1
.0
0 .2140 . 39
0
. 85
0 .1
. 60
0 52
1

rai
6
1 8 0
. 65
6
1 7
1 . 61
0 9
1
. 11
1 . 16
0

Fo
0
1
6
1 . 19 2 0 .0 35
lU

7 0
1
. 36
0 . 30
0 . 41
0
8
1 5
1 3
1
5
1
a

6
1
8
1 .055 3)

Be
0
2 7
1 5
1 5
1 6
1 . 19 0
0 . 18
. 55
0 (S
0
. 75 0
. 90 7
1 0
2 h
.0

ng
. 33
0 20 . 30
0 1
4 . 30
0 yu
5 3
1 .A
5
1 . 30
0 . 33
1 5
1
. 23
0 ri b.S
Co

. 52
0
nit

7 5
1 1 5
1 5
1 3
1 T
.035 7
1 6
1 . 78
0 6
1
0
. 20 0
. 30 6
1 3
1
r

5
1 7
1

nju
1
3 51 7 0
1 . 32
. 70
0 1
8
. 77 0
0 . 75 .065
4
1 . 20
0 . 30
1 8
1 1
0 2
1
1
6 . 25
0 5 0
1 . 33 0
1
we

6
1 5 0
1 . 90 1
2
. 23
0 5
1
al U

Ta
7 1
1 5 . 04
. 60 0
0
5
1 . 70
0 .140 1 5 0 . 60
. 61
0
o

6
1 5
1 . 28
0
5
1 . 15
0 20 . 60
0
0
3
Lo

9 9
1 1 7
1 .1
022
3 . 40
0
.0
C

. 74
0 13 5
1 . 50
0
6
1 . 19
0 . 21
0 .057 4
1 . 35
0
6
1 6 1
1 . 40 5
1 6
1 6
1
. 07
0
4
1 5
1 1
7 5
1
5
1 . 10
1 8
. 97 1
0 9
1 5
1 . 33
0
. 60
0
. 46
0 .0 34 . 28
0
6
1 . 38
0 . 43
0 9
1
. 94
0 1
0
dle

. 72
0 7
1 .0180
. 70 4
1 . 53
0 . 06
0
5
1 3
1 2
1 0
2 6
1 7
1 0 . 30 8
1 8
1
. 07
7 0
1 4
1 5
1 7
1 . 47
2
. 83
0 5
1 . 45
0 9
1 6
1
. 13
1 . 16
1 9
1 8
1 . 13
0
North Ayuh .0 48
. 20
6
1
6
1 6
1
. 12
0

6 0
1 9
1
7
1 9
1 5 1
1 . 00 . 53
0 47 . 30
0
5
1
Mid

To
M.M . 10
0 . 15
0 25
alu . 78
0 5
1 6
1 8
1
ng ai 5
1 9
1 . 68
0 8
1
.055
6
1 . 44
0 . 70
0 8
1 9
1 . 20
1
. 19
0 5
1 8 1
1 8 . 60
0 . 47
0
. 68
0
4 16 5 2
1 0 . 28
0 7
1
4 1 15 15 16 . 33
0
1 .5 5 0.18 9 . 71
0 9
1 .0
. 59
0 45 . 37
0
0 0.09 .8 3 1 0 9
1 3
1 6
1
0 0.75 2 6
1
. 54
7 0
1 5
1 6
1
5
1 . 30
1
N 6
1
O . 60
0 . 26
0 4
1 . 40
0
5
1 7
1 6
1
4
1 5
1
RTH
S 50
1
O 5
1 . 80 0
. 52
9
1
9
1 . 48
0 . 15
0 5
1 . 28
0 . 42
0
3
2 0
UTH AYU
5
3 . 30 7 1 0
1
A H . 00 1
1 8 0
. 65 5
8 1
1 9
1
4
1 8
1 . 63
0 . 86
1
3
2 6
1
YU
6
1 8
1 . 60
0
H 6
1 . 53
0 . 40
0 0
2
.026
. 20
0 8
1 3
2 h
. 60
0 4
2 Ayu
. 45
0 S.
. 63
0 . 44
0 4
1 7
1
5
1 . 54
0 1
2 8
1 9
1
o ck

6
1 7
1
O 1 . 25
0
Se am

. 70 1
7 0
.0 30 7
1 5
1
wer

0
ite" nt R

.6
0 5
1 . 20 1
6
1 '
Lo

. 46
1
ran e me

.0 3 5
1
"G /B as

6
1 . 42
0 9
1
1 28’S
r ti ar y

. 04
0 . 20
0 '
e- Te

8
2 4
1 7
1
Pr

. 60 .1 54
0
4
1 3 5
1 1
S 2

. 50
0
8
1
9
1 7
1
0
2 8
1 5
1 6
1
. 33
1
0
2 4
2 . 31
0
.071 5
1 4
1 . 49
1 . 48
0 . 50
0
. 29
0 0 8
1 6
1
9
1 7
1 4
1
. 60
1 4
1 5
1 4
1

4
3 8
1
Fault

ti on
. 65
0

rma
0
2 8
1
. 77
0
iary

.0 34 8
1

g Fo t io n
6
1
. 03
0 .0
1 . 34
0
0
2 7
2 9
1 . 30
0

n ju n rma
.9
0

Be
Ta rai Fo
1
2
N
ert

OR
.0 7
. 72
0 S TH
T

. 16
0 .0 20 5
1 OU
. 24
0
AY
-

0
2
TH UH
.7
0 4
1
6
1 3
1 A
.0 6 .0 11 YU
6
1 . 23
0 H
3
1
7
1 1
7 0
.5 5
1
6
1
.1 4 . 84
0 . 42
0
. 31
0 3
1
yuh

9
1
Pre

8
1
3
2
1
2 . 62
0 4
2 . 58
0
6
1
S. A

4
1
LEGEN D
uh

. 36
0 . 75
0 8
1
1
8 0
2 4
1
S .Ay

. 25
1
.6
0 .0 64 . 50
0
.3
0 0
2 . 15
1 7
1
. 68
1 3
2 3
1
. 55
0 9
1
0
2 9
1 .057 .023
. 14
0 . 33
1 . 25
0 . 05
0
. 14
1 9
1 5
1 1
5 8
1 1
2
. 56
0 . 05
1 . 27
0
9
1 .0 22 7
1 . 57
0
>0.1 4
1
2
3

Loggi ng road
.125 2
3 1
2 8
1 .278
.3
0
1 . 41
0 .037 1
5
1
RIVER
7
1
.1 24 . 17
0 . 63
0
. 37
0 .0 2 1
2 . 36
0 . 68
0 . 35
0 . 72
0
.2
0 3
2 . 94
0

. 09
1
8
1
5
1
.1 05 2
3 . 45
0
. 28
0 ROAD
. 57
0 7
1 .02
8
1 . 68
0
S.Ayuh . 71
0 6
1
9
1 . 85
0
9
4 1
1
. 84
0
3
2 5
1
3
1 .03
. 73
0 .7
0
S. Ay uh

. 67
0 5
1
.071
6
1
8
1

7
1
FORMATION BOUNDARY
3
1 .187
>1.0 . 84-1.97
1

. 08
1
9
1 8
1
0
. 651
4
go

7
1
>0.5 5 2
na n

. 02
2
.0 2 4
1
Se

. 63
0 4
1 0
1 . 65
0
8
1 5
1 .2
0 .082 4
1 3
1
S.

0
2 0
2 4
1
. 85
1 8
1 8
1 5
1 3
1
. 83
0 2
0 9
1
.115 4
1 6
1
.0 16
. 18
1
6
1
BERAI FORMATION
. 32
0
. 75
0 8
1 7
1 5
1 . 15
0 .24 . 12
0
6
1 5
5 1
1
3
1 .9
1 5
1 2
5
1 5
1 9
1 .0 15
.2
0 . 13
0 .0 26
. 16
0 . 15
0 . 05
0 9
1
. 55
0 . 05
1
1 .S 4
1
ock

.02 Sen a 7
1 4
1
.7
0 ng o
. 20
1 1
8
.7
6 0
1 . 05
0
TANJUNG FORMATION
e me

4
1 4
1
4
1
ni te" nt R

5
1 6
1
Bas

2
1
5
1 8
1
. 75
0 >1.5
ia ry /
"Gra

o .3
0 5
1 3
1
Pu
. . 12
0 3
1 .7
0
-Tert

S . 15
0 6
1 6
1 . 56 .0 47
0
0
2 . 46
0
Pre

4
1 . 82
0
5
1 5
1
3
1 4
1 .242 7
1
4
1 .5
0
5
1 . 20
1 . 55
0
PRE-TERTIARY
6
1 8
1
.084 1 8 >0.6
O 1 . 38
2
5
1 .3
0 0
. 561
7 . 84
0
4
1 .155
.110 >1.4
. 32
0
1 30’S 3
1
1
6
.6
0 7
1
. 17
0
.5
0
. 66
0
.2 20 8
1 . 65
0
. 48
0
2
1 3
1 . 56
0 0
2
.7
1 . 22
0 . 53
0
4
1 4
1
5
1 . 53
0

3
1 .7
1 3
1 . 15
0 . 16
0
1
4 .110
3
1 .7
1 7
2 . 54
0
>1
. 77
0 5
1 5
1 . 58
0 0
2

2
1 . 72
0
5
1 4
1 8
1 4
1 8
1
1
4 . 45
0 0
2 .2 2
. 80
0 .7
1 .4
0
2
1
. 43
0
5
2
.6
0
C o a l C o rela tio n
. 68
0
South Ayuh . 75
0
S. Puo

7
1 .4
1
6
1

8
1

>1.0 3
1
4
1 SEAM UA (UPPER)
.0 35 . 12
0
. 15
0 5
1 . 45
1 . 00
1
.8
0 .028 1
5 -0. 60
.4
0 . 22
0 .4
0 .073
9
1 . 55
0 . 79
0 -2. 50
4
1 4
1 6
1 3
1
.22
. 55
1 .9
0 .121 -0 . 61
.8
0 5
1 4
1 . 21
0
. 65
1 4
1 4
1
5
1 1
8
5
1 .7
0 . 45
0
SEAM A
4
1
9
1 5
1
2
1
.045 . 56
0 .2 30 -1. 30
5
1 . 85
1 . 05
0 . 81
0
. 15
0 . 49
0 -1 1. 40
3
1 -0. 54
. 35
0
4
1

. 85
1
. 56
1 3
1 SEAM B
2
1 1
2
1
>1m
.0 98 >0.9 4
1
5
1
3
1 .4
0
. 65
0
2
1 1
. 35
0 6
1
3
1 .5
1
5
1
. 59
0
.2
1
2
. 19
0 5
1
.0 23
SEAM C
.9 1
0 9
1
5
1 7
1 . 15
0
. 05
2 8
1 .2
0
.0
1 .5
0 .4
0 4
1
2
1 .3
0 .5
0 .2
0
7
1 1
5
. 71
1
.0
1
. 56 1
1 7 >1.1
4
1
8
1 9
1

7
1

.9
0
. 46
1 .8
1
5
1
6
1
. 88
0 . 70
1
6
1
5
1 4
1
. 45
1
2
1

UA
AB
PT. TORAH ANTAREJA MINING
t
Uni
oal

AYUH-SOUTH SWALANG BLOCK


er C

CENTRAL KALIMANTAN
Upp

D\Data\Ane\Corel\ANE01013A_geology-south swalang block APR01.cdr - NA


PELAPORAN HASIL PEMETAAN GEOLOGI

• Hasil pemetaan geologi harus didokumentasikan


melalui sebuah laporan yang memuat semua
data dan informasi yang diperoleh selama
kegiatan pemetaan.
• Hasil pemetaan geologi belum bisa
menghasilkan sumberdaya batubara melainkan
hanya potensi atau endapan batubara sebagai
target eksplorasi selanjutnya.
• Namun, laporan hasil pemetaan sebaiknya
berisi: Pendahuluan; Keadaan Umum; Metoda
Eksplorasi; Geologi; Keterdapatan Batubara;
Potensi Batubara; Kualitas Batubara;
Kesimpulan dan Saran; dan dilengkapi dengan
lampiran-lapiran.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

• Apakah jumlah dan kualitas batubara,


serta kondisi keteknikan lainnya
memiliki prospek untuk dikembangkan
?
• Apakah ada daerah-daerah prospek
untuk eksplorasi rinci ?
• Dimana daerah-daerah yang prospek
untuk dilakukan eksplorasi rinci ?
4. TAHAP EKSPLORASI RINCI
• Pemboran dengan pola berkisi (grid) atau pola lintasan
(traverse)
– Ketebalan dan kemiringan lapisan-lapisan batubara
– Kedalaman lapisan-lapisan batubara
– Contoh batubara yang lebih segar
– Data geotek dan hidrologi
• Down-hole geophysical logging
• Pemetaan topografi untuk perencanaan tambang
– Stripping Ratio (SR) dan volume overburden
– Sumberdaya batubara yang mungkin dapat ditambang
• Korelasi lapisan-lapisan batubara
• Deliniasi kualitas batubara di daerah pemetaan
• Penyebaran lapisan batubara sepanjang jurus dan
kemiringannya
• Measured coal resources
• Penentuan daerah-daerah untuk Pit (tambang) batubara
• DATA EKSPLORASI RINCI MENJADI DASAR UNTUK
TAHAP BERIKUTNYA: FEASIBILITY STUDY (FS)
PEMBORAN

• Untuk mendapatkan contoh batubara yang


lebih segar dan untuk mengkonfirmasikan
ketebalan dan kemiringan lapisan-lapisan
batubara serta penyebarannya ke arah
strike maupun dipnya
• Untuk mengetahui batuan-batuan yang
berasosiasi dengan batubara
• Pada setiap lobang bor harus dilakukan
penyelidikan geofisika (downhole-logging).
PERENCANAAN LOKASI TITIK BOR

• Pada tahap awal eksplorasi, lokasi pemboran lebih dikontrol oleh perkiraan
penyebaran singkapan lapisan batubara (cropline), karena tujuannya hanya
untuk mendapatkan data dan informasi tentang lapisan batubara di dekat-
dekat cropline tersebut.
• Pada kegiatan eksplorasi lanjut – dimana dilakukan pemboran rinci, maka
lokasi bor harus direncanakan berdasarkan: konfigurasi grid (kisi) atau
konfigurasi traverse (lintasan).
• Kerapatan titik-titik bor disesuaikan dengan kondisi geologi yang ada,
dimana hal ini ditentukan oleh senior atau chief geologist pada proyek
bersangkutan.
• Pada dasarnya, semakin komplek geologinya maka semakin rapat titik-titik
pemboran yang dibutuhkan.
• Penentuan lokasi titik bor harus dipandu oleh peta dan penampang geologi
rinci yang sudah ada.
• Koordinat titik bor akan ditetapkan kemudian setelah dilakukannya survai
pematokan lokasi bor.
• Mungkin saja lokasi bor sesungguhnya bergeser dari rencana semula
sesuai dengan kondisi medan dan morfologi.
• Untuk menentukan koordinat dan ketinggian sesungguhnya, setiap lobang
bor harus disurvai kembali.
• Lokasi semua titik bor harus disinkronkan dengan peta topografi daerah
bersangkutan.
PERENCANAAN PEMBORAN

• Rencana kedalaman dan prediksi pada kedalaman


berapa lapisan batubara akan ditemukan.
• Well-site geologists perlu mempersiapkan peta dan
penampang geologi rinci untuk membuat prediksi setiap
lobang bor.
• Beberapa hal yang perlu direncanakan adalah:
– rencana diameter lubang bor (BQ, NQ, HQ, PQ)
– rencana teknik pemboran (conventional vs wireline; coring vs
non-coring/touch coring)
– rencana jenis dan kapasitas serta jumlah perangkat bor (mesin
bor, pompa dan perlengkapannya)
– rencana giliran kerja (1, 2, atau 3 shifts)
– renacna mobilisasi perangkat pemboran (dill rigs)
– dll
Pertimbangan Keterangan
Aspek yg direncanakan

Penyebaran Titik Bor Kondisi geologi, penyebaran lapisan Penentuan titik bor:
batubara, rencana penambangan, tujuan Untuk bor pemandu: mengikuti penyebaran
pemboran (stratigrafi – bor pemandu - detil cropline
– infill) Untuk pemboran rinci: Sistim lintasan bor
 st:rike (tentukan jarak antar lintasan,
jumlah lubang setiap lintasan, kedalaman,
dll.)
Sistm kisi (tentukan spasi titik bor)
“Infilling Drilling” (untuk rencana
tambang)
Peralatan Pemboran Sasaran, kedalaman, topografi, sifat-sifat Pemilihan Peralatan:
fisik batuan, lingkungan (geografi). Mata Bor, Mesin Bor, Batang Bor
, Pompa, Tabung Penginti Slang/Pipa
air
Teknik Pemboran Sasaran, ketersediaan peralatan, Penentuan Teknik Pemboran:
ketersediaan air, rencana kedalaman, Diamond drilling vs Reverse Circulation
Konvensional vs Wire Line Pakai pembilas
air
Pakai media udara
Pemboran kering
Pakai lumpur
Penggunaan mata bor
Pengelolaan Hasil Bor Pemanfaatan/penggunaan hasil pemboran, Penetapan prosedur:
penanganan contoh Pengambilan contoh
Pemerian contoh
Penyimpanan contoh
Pengiriman contoh
Analisis dan pengujian contoh
Data pemboran
Penggambaran Log Litologi
PELAKSANAAN PEMBORAN

• Pemboran eksplorasi batubara biasanya dilakukan


dengan sistim conventional ataupun sistim wireline.
• Sistim Conventional: semua batang bor berikut tabung
penginti harus dikeluarkan dari lobang bor untuk
mendapatkan inti bore (core).
• Sistim Wireline: tabung penginti dalam (inner-tube) dapat
dipancing keluar menggunakan overshot untuk
memperoleh inti bor. Jadi, proses pengambilan inti bor
pada sistim ini jauh lebih cepat ketimbang sistim
conventional.
• Sistim Conventional biasa dilakukan pada kegiatan
pemboran yang relative dangkal, sedangkan pada
pemboran dalam lebih cendrung digunakan sistim
Wireline.
PEMBORAN (CORING)
• Sistim coring: menghasilkan lobang dan inti bor
(core).
• Coring bisa dilakukan secara penuh dari atas
sampai kebawah (full-coring) atau pada bagian-
bagian tertentu dari suatu penampang bor
(touch-coring).
• Pada kegiatan pemboran eksplorasi batubara,
full-coring biasa dilakukan untuk keperluan studi
stratigrafi dan penyelidikan geoteknik.
• Touch-coring dilakukan pada lapisan-lapisan
batubara target.
PEMBORAN (CORING)

• Proses pengintian (coring) berjalan secara mekanik di


dalam tabung penginti (core-barrel).
• Satu unit tabung penginti minimal tersusun dari 2 (dua)
tabung yaitu tabung luar (outer-tube) dan tabung dalam
(inner-tube)
• Unit dengan 2 tabung = double tube core barrel.
• Guna mempermudah pengambilan inti bor, pada tabung
dalam ditambahkan tabung belah (split-tube), sehingga
hanya tabung belah inilah yang ditarik atau didorong
keluar agar inti bor bisa diperoleh.
• Pada sistim wireline, di pangkal tabung dalam dipasang
pengait sebagai tempat mendaratnya alat pancing
overshot.
CORE RECOVERY DAN RQD
• Perolehan inti bor (core recovery) adalah sesuatu yang
penting dalam pemboran coring karena akan
menyangkut keterwakilan (representativeness) dan
penentuan posisi dari contoh yang akan diambil.
• Dalam kegiatan eksplorasi batubara, core recovery yang
diminta tidak boleh kurang dari 95%; bila kurang dari itu
maka coring harus diulang.
• Baik – buruknya tingkat core recovery sangat tergantung
pada beberapa faktor seperti: sifat-sifat fisik batuan,
kondisi peralatan bor, teknik pemboran, dan diameter
core barrel.
• Selain Core Recovery, RQD (Rock Quality Designation)
juga perlu ditentukan.
Sedimentary Lithology Log
Hole number Easting Northing Grid type RL Collar Sheet Name Project Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Log Drill Equip Gepphysic Log Standing Date commenced Date complete
Hole diam Core diam Case depth Core barrel Total Depth (m)
initial Contr Unit L S G C w ater level D D M M Y Y D D M M Y Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

% Colour Texture Bedding Sed S


Continuation

Log Basis

Weathering
Bit type

Separation
% Litotype

Roundnes
Mec state
Grainsize
Core rec

Lithotype

Strength

Descript

Descript
Porosity

Spacing
Permea
Descrip
Horizon seam Top of interval Base on interval Qualif ers

Sorting
Colour
Shade

Matrix
Grain
Hue

Dip
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
SEDIMENTARY LITHOLOGY LOG (SHEET 01)

PROJECT I00 I00 Seam MM METAMOR, RCK CV coarse to very coarse


KUT Kutai J00 J00 Seam MR MARL grained
K00 K00 Seam MS MUDSTONE FA very fine to fine grained
HOLE STATUS L00 L00 Seam NS NO SAMPLE FM fine to medium grained
E Extended QA Quaternary PC PEBBLE CONGLO FN fine grained
O Original WE Weathering SA SAND FV fine to very coarse grained
U Updated WL Standing Water Level SD SIDERITE GC gravel coarse
SE SERPENTINITE GF gravel fine
LOGGER INITIAL LOG BASIS SH SHALE GM gravel medium
A Chip SI SILT GR granular
C Core SL SILTSTONE MC medium to coarse grained
D Core and Geophy s. SO SOIL MD medium grained
Log SS SANDSTONE PB pebbles
G Geophysical Log ST SOOT VC very coarse grained
O Outcrop TF TUFF VF very fine grained
S Shaft UD UNDIFF. ROCK TYPE
T Trench XC CARB. CLAYSTONE QUALIFIERS
X Chip and Geophys XH CARB SHALE AB abundant
XL CARB SILTSTONE AN andesitic
BIT TYPE XM CAR MUDSTONE AS as
B Blade bit ZC COALY CLAYSTONE BE bentonite
D Diamond core bit ZH COALY SHALE BN bands
BA Bambang Agustoto H Hammer Bit ZM COALY MUDSTONE BO boulders
R Roller Bit BR breccia
T Tungaten core bit SHADE BS basaltic
L light BU near base of unit
LITHOTYPE D dark CA calsite
AG AGGLOMERATE M mottled CB cobbles
AL ALLUVIUM CC calcareous
AN ANDESITE HUE CE cement
CONTINUATION BA BASALT B Brownish CG conglomeratic
C Comment BC BOULDER E Greenish CH chart
E Same Lithotype CONGLO G Greyish CI concretion
Extended Descrip BR BRECCIA K Blackish CL clayey
C1 COAL, >90% bright L Bluish CN clean
DESCRIPTION C2 COAL, 60-90% bright O Orangy CO coaly
S Same Interv, Diff, C3 COAL, 40-90% bright P Pinkish CR chloritic
Lithotype C4 COAL, 10-40% bright R Reddish CS carbonaceous
I Interpretive, Same Int, C5 COAL, <10% bright U Purplish CT clasts
Diff. Lithotype C6 COAL, dull <1% bright W Whitish CX coal
B Banda, Different CA CALCITE Y Yellowish CY claystone
SEDIMENTARY LITHOLOGY LOG (SHEET 02)

ROUNDNESS BED SURFACE SEPARATION 3 mod, wide (20 - 60 cm) FD fining down to
V very angular E erosional base 4 close (6 - 20 cm) FR fragmented
A angular G gradational base 5 very close (2 - 6 cm) FU fining up to
S subangular I irregular base 6 extremely close (< 2cm) GD grades into unit below
U subrounded K slickesided at base 7 vertical / sub-vertical GR grading into
R rounded L load casting at base IB interbedded with
W well rounded S sharp base FOSSIL / MIN, ABUNDANCE IC irregular basal contract
BA bauxite IL interlaminated. With
SORTING SEDIMENT, STRUTURE BI bivalves IM intermixed with
W well sorted BT with bioturbation BR brachiopods IR irregularly interbedded with
M moderately sorted BW with burrowing CA calcite LM with larninae of
P poorly sorted CB current bedding CB carbonate LN with lanses of
B bimodal sorting CC cone-in-cone structure CH chlorite LP with pebbles of
CF compaction features CL coaly larnellae LR with stringers of
GRAIN DESCRIPTION CV with convoluted bedding CO coal LS with streaks of
FS grains with faceted DB with disturbing bedding CP coprolites MS matrix supported by
surfaces FB flaser bedding CW coaly wisps SE sharp erosional contact
PS grains with faceted FC flute casts FB charcoal with unit below
polished surface GB graded bedding FM foraminifera SI sharp irregular contact
SS grains with striated LB with lenticular beds FO fossils with unit below
surfaces LC load casts GL glauconite SP sharp contact with unit below
LM larninas GY gypsum
MATRIX DESCRIPTION LX with large scale cross HE hematite COAL TYPE
CA calcareous matrix larninations IL illite F6 floats RDI.60
CM clayey matrix MB massive bedding KL kaolinite RC raw coal composite
FE ferruginous matrix MF microfaulting LI limonite RW raw ply sample
SI siliceous matrix MP with mud pellets MG magnetite
SL silty matrix MX with medium scale cross MI mica
larninations MO montraorillonite
POROSITY RB with ripple bedding PF plant fragments
H high porosity SL with slumping PY pyrite
L low porosity SX with small scale cross RS resin
M medium porosity larninations RT rootlets
XB cross bedding TF trace fossils
PERMEABILITY WM white mica
I impermeable TECT, STRUCTURE TYPE
M moderately B with brecciation FOSSILS / MIN, ASSOC
permeable C with cleats BN bands
S slightly permeable D with dykes BP on bedding planes
V very permeable F with faults CE cement
J with joints CT in cleats
WEATHERING K with kink bands DS disseminated throughout
WE extremely weathered R with fractures FD infilling faults discontinuities
FR fresh S with shearing FR fragments
HW highly weathered V with veina IV infilling vesicles
MW moderately weathered JT on joint surface
SW slightly weathered TECT, STRUCT SPACING LM larninae
WE weathered, 1 discontinuities soil filled LN lenses
undifferentiated 2 open planar smooth ND nodules
3 open planar rough ST staining
BEDDING SPACING 4 open non-planar VE veining
PENANGANAN INTI BOR

• Untuk menghindari kontaminasi dan


meminimalkan pengaruh oksidasi, inti bor
(terutama batubara) harus diperlakukan sebaik
mungkin setelah keluar dari tabung penginti. Inti
bor tersebut harus ditempatkan di dalam core
box yang sudah diberi label sesuai dengan
posisi stratigrafi lobang bor bersangkutan.
• Sebelum ditutup rapat ada baiknya inti bor
tersebut diabadikan melalui foto, dimana
informasinya mungkin diperlukan kemudian hari.
PEMBORAN (OPEN HOLE)
• Pemboran non-coring (open hole drilling) dilakukan
karena lebih cepat dan murah.
• Menghasilkan lobang dan keratan-keratan bor (drill
cutting) yang berguna untuk mengetahui batuan apa
saja yang telah ditembus oleh bor.
• Keratan-keratan bor tersebut diambil setiap interval 1
meter dan diamati serta dicatat untuk kemudian
dicocokkan dengan informasi yang diperoleh dari
pengukuran geophysical well logging.
• Selain dari kondisi batuannya, ukuran keratan bor
tergantung dari jenis dan kondisi mata bor (bit) yang
dipakai serta jenis dan tekanan media pembilas.
• Blade bit yang masih tajam dengan media pembilas
udara (angin) biasanya menghasilkan keratan bor yang
relative lebih kasar dibanding penggunaan roller bit.
OPEN HOLE

• Dalam kondisi pemakaian peralatan yang tepat dan


prima, kinerja dari pemboran masih sangat tergantung
dari teknik yang diterapkan seperti kombinasi penerapan
tekanan, putaran bor, dan jenis serta tekanan media
pembilas.
• Kinerja pemboran non-coring lebih ditentukan oleh
kecepatan tembus dan kelancaran pengangkatan
keratan bor ke permukaan.
• Media pembilas udara bertekanan tinggi biasanya
menghasilkan keratan yang lebih cepat mencapai
permukaan ketimbang media air atau lumpur.
• Namun, penggunaan udara perlu disertai dengan
penambahan campuran air dan detergen untuk
menjamin kelancaran pengaliran udara dari kompresor
ke dasar lobang bor.
LUMPUR BOR

• Lumpur bor (drilling mud) biasa digunakan sebagai


media pembilas dengan beberapa alasan sebagai
berikut:
– dapat mendinginkan mata bor;
– dapat berfungsi sebagai pelumas pemboran;
– dapat membantu mengangkat keratan bor;
– dapat mencegah runtuhnya dinding sumur (caving); dan
– dapat mencegah terjadinya loss circulation.
• Namun, untuk melindungi dinding sumur secara lebih
meyakinkan biasanya digunakan pipa selubung (casing),
yang dimasukkan ke dalam sumur secara gravitasi atau
diborkan pakai casing shoe.
GEOPHYSICAL WELL-LOGGING

• Penyelidikan geofisika harus dilakukan pada setiap


lobang bor.
• Untuk mengkomfirmasikan posisi kedalaman atap dan
lantai lapisan batubara serta ketebalan lapisan batubara.
• Membantu melihat gejala-gejala perubahan vertikal
dalam lapisan batubara terutama bila perolehan inti bor
tidak begitu baik.
• Beberapa alasan lain melakukan penyelidikan
geophysical well logging:
– sebagai bukti otentik rekaman lobang bor;
– sebagai alat pemandu sampling (terutama ply-by-ply sampling);
– sebagai alat pembantu dalam perkiraan kualitas batubara;
– memperkirakan perubahan litologi pada dinding bor; dan
– sebagai alat pemandu korelasi lapisan-lapisan batubara.
PRINSIP KERJA GEOPHYSICAL WELL-LOGGING

• Mendeteksi gamma ray, density, resistivity, dan


spontaneous potential dari lapisan-lapisan
batuan sedimen termasuk batubara
• Mengetahui perubahan-perubahan diameter
lobang bor menggunakan caliper
• Perubahan-perubahan litologi yang terjadi pada
satuan batuan pengandung batubara dapat
diketahui
• Dalam praktek sehari-hari, kebanyakan
perusahaan hanya membutuhkan minimal 3
(tiga) parameter ukuran: gamma-ray, density,
dan caliper.
PRINSIP KERJA GEOPHYSICAL WELL-LOGGING

• Perangkat geophysical well logging terdiri dari 2 (dua)


bagian utama yaitu: sonde (probe) dan alat perekam
(recorder)
• Keduanya dihubungkan dengan kabel (wire)
• Alat yang bertugas untuk melepas dan mendeteksi
sinyal pada lobang bor adalah sonde
• Sonde mengirim sinyal yang ditangkap dari lobang bor
ke alat perekam di permukaan melalui kabel.

• Sonde terdiri dari sumber radioaktif yang ditempatkan


paling bawah dan beberapa alat detektor yang
diletakkan secara bertingkat di bagian atas, serta alat
pengukur diameter lobang bor yang ditempatkan di
delakangnya
GAMMA RAY DAN DENSITY

• Logging gamma-ray hanyalah menerima sinyal radioatifitas


alamiah dari batuan
• Sinyal gamma-ray diterima oleh detektor dan dikirim ke alat
perekam di permukaan

• Pada pengukuran density, sumber radioaktif akan melepas


sinyalnya (sinar gamma) ke dalam batuan dinding lobang bor
dan gamma dari batuan tersebut dideteksi kembali oleh
detektor
• Detektor terdekat dengan sumber akan mengirim sinyal short
spacing density, sedangkan detektor yang jauh dari sumber
akan melaporkan long spacing density.
• Logging density juga sering disebut logging gamma-gamma
• Logging density sangat sensitif terhadat diameter lobang bor.
• Hasil pengukuran geophysical well logging juga dipengaruhi
oleh muka air tanah di dalam sumur pemboran.
GEOPHYSICAL WELL-LOGS

• Bagian alat perekam terdiri dari amplifier dan komputer


• Sinyal yang diterima diperkuat oleh amplifier dan kemudian
langsung disalurkan ke komputer untuk direkam dalam bentuk data
digital ataupun grafis
• Data grafis langsung dapat diinterpretasikan sesuai dengan sifat-
sifat atau respon batuan dinding bor terhadap pengukuran
radioaktifitas (gamma-ray dan gamma-gamma) seperti:
– lapisan batu lempung atau serpih (shale): gamma-ray tinggi dan
density tinggi
– lapisan batupasir kuarsa: gamma-ray rendah dan density tinggi
– lapisan batubara: gamma-ray rendah dan density rendah
• Setelah itu baru dilakukan penentuan posisi kedalaman dari setiap
perubahan, dan kemudian mengukur ketebalan dari lapisan
batubara
• Yang perlu diperhatikan adalah: setiap hasil
interpretasi geophysical well logs harus
direkonsiliasikan dengan data pencatatan litologi
dari pemboran
GR Cal SP Res N-Por
Density
KONTRAK PEMBORAN (DrillContract.doc)
• Lingkup kerja seperti: kedalaman, ukuran lubang bor dan inti, Core Recovery, dan
jumlah perangkat pemboran;
• Perincian harga pemboran;
• Persyaratan Lingkungan dan K3;
• Perangkat beserta perlengkapan pemboran dan personil yang bisa dan harus
disediakan oleh sang kontraktor;
• Periode dari suatu kontrak;
• Mobilisasi dan demobilisasi peralatan pemboran;
• Program pemboran sesuai dengan permintaan perusahaan pemberi kerja;
• Lokasi atau tempat operasi pemboran;
• Waktu kerja dari operasi pemboran;
• Hal-hal yang harus disediakan oleh perusahaan pemberi kerja;
• Hal-hal yang harus disediakan dan diberikan oleh perusahaan kontraktor;
• Waktu berhenti kerja dikarenakan kerusakan alat dan tidak tersedianya bahan serta
personil pemboran (Down Time);
• Penyediaan drilling supervisors dari kontraktor;
• Cidera dan kematian serta kehilangan dan kerusakan peralatan pemboran menjadi
beban (liability) kontraktor sendiri;
• Harga kontrak serta pembayarannya;
• Personil dari kontraktor;
• Confidentiality;
• Independent contractor;
• Asuransi; dan
• Terminasi.
KONTRAK GEOPHYSICAL WELL-LOGGING

• Perangkat dan peralatan baku yang harus disediakan seperti: alat


rekam, winch, sonde, dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
operasi logging;
• Kemampuan alat dan perlengkarannya;
• Kemampuan dan kompetensi dari operator;
• Waktu pelaksanaan logging (segera setelah suatu lobang selesai
dibor);
• Biaya mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan personil logging;
• Penyediaan akomodasi dan konsumsi untuk kru logging;
• Penyediaan bahan-bahan dan alat-alat penunjang untuk kru
logging;
• Transport lokal peralatan dan kru logging;
• Confidentiality dari data dan informasi;
• Kompensasi bila terjadi kehilangan peralatan di dalam lobang bor;
• Tanggung jawab kontraktor bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
di luar lobang bor;
• Tanggung jawab K3; dan
• Laporan harian, mingguan, dan bulanan dari kontraktor – untuk
penagihan. LoggingContract.doc
WELL SITE GEOLOGISTS
penanganan dan pengelolaan proses dan hasil-hasil
pemboran dan geophysical well logging di lapangan
WELL SITE GEOLOGISTS
TAHAP PERSIAPAN PEMBORAN

 Merencanakan lokasi titik-titik bor


 Membuat rencana kedalaman total (total
depth)
 Memperkirakan kedalaman lapisan-lapisan
batubara untuk setiap titik yang akan dibor
 Memberikan informasi geologi kepada master
bor
 Menyiapkan formulir ( Well_site_form.pdf)
baku untuk pencatatan data hasil pemboran
WELL SITE GEOLOGISTS
TAHAP PROSES PEMBORAN
Mengamati dan mencatat beberapa hal yang
menyangkut proses pemboran seperti:

• kecepatan tembus (penetration rate)


• kemajuan pemboran
• posisi lost circulation
• coring yg sudah dilakukan
• waktu standby
• delay operasi
• kedalaman casing
• bahan yang dipakai (rods, casing, bits, mud)
• safety
WELL SITE GEOLOGISTS
HASIL PEMBORAN-NON CORING
• Melakukan perekaman dan pencatatan
hasil-hasil kegiatan pemboran:

– mengambil keratan bor setiap 1 meter


– mencatatnya di dalam formulir yang tersedia
– memutuskan apakah akan dilakukan coring bila
ditemukan indikasi lapisan batubara (twinning)
– melakukan pencocokan (rekonsiliasi) dengan log
geofisika
WELL SITE GEOLOGISTS
HASIL PEMBORAN-CORING
• Setelah dikeluarkan dari core barrel dan ditempatkan
pada pipa belah paralon, inti bor (core) segera
dibersihkan dari lumpur atau kotoran lain
• Setelah diberi tanda kedalaman inti bor tersebut lantas
difoto
• Tentukan core recovery dan RQD
• Deskripsi (sesuai dengan kolom yang ada dalam
formulir) Well_site_form.pdf
• Menyimpan core di dalam CoreBox.ppt (dengan label
kedalaman), inti batubara harus dibungkus plastik
• Rekonsiliasi dengan log geofisika untuk segera
dilakukan sampling batubara
• Masukkan contoh batubara kedalam kantong palastik
berlapis yang disegel (sealed) sangat rapat dan kuat
WELL SITE GEOLOGISTS
HASIL PEMBORAN-CORING
Pencatatan Hasil Pemboran
• Deskripsi harus baku dan seragam diantara para well
site geologists
• Untuk itu perlu suatu checklist atau formulir baku
• Pencatatan paling kurang memuat:
– Kilap dan tingkat kecerahan dari batubara;
– Lapisan pengotor (warna, komposisi, kekerasan)
– Litologi dari atap dan lantai
– Beberapa sifat geoteknik
– Kemiringan lapisan
– Unsur struktur (cleat dan kekar)
– Kehadiran mineralisasi seperti pyrite dan karbonat
WELL SITE GEOLOGISTS
HASIL PEMBORAN-CORING
• Dalam hal core recovery tidak
100%, well-site geologists harus
bisa memperkirakan posisi top
dan bottom dari lapisan batubara
• Asumsikan:
–Core tidak tertangkap atau
–Core jatuh
WELL SITE GEOLOGISTS
GEOPHYSICAL WELL LOGGING

• Menyaksikan pelaksanaan kegiatan geophysical


well logging
• menyediakan informasi dan memberikan arahan
kepada operator logging tentang posisi lapisan-
lapisan batubara
• memberikan informasi tentang casing dan
pemakaian media pemboran
• menyaksikan pengukuran ketinggian muka air
tanah
• menyaksikan jalannya proses logging dan
segera mengecek hasilnya
WELL SITE GEOLOGISTS
FINAL BOREHOLE LOGS

 Melakukan pekerjaan rumah: interpretasi


geophysical logs
 Melakukan rekonsiliasi antara geophysical
logs dengan log litologi dari pemboran
 Mengisi formulir baru dari hasil rekonsiliasi
(reconciled logs)
 Membuat log litologi final berdasarkan
reconciled logs.
LOG LITOLOGI LOG GEOFISIKA
Sedimentary Lithology Log
Hole number Easting Northing Grid type RL Collar Sheet Name Project Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Log Drill Equip Gepphysic Log Standing Date commenced Date complete
Hole diam Core diam Case depth Core barrel Total Depth (m)
initial Contr Unit L S G C w ater level D D M M Y Y D D M M Y Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

% Colour Texture Bedding Sed Struc


Continuation

Log Basis

Weathering
Bit type

Separation
% Litotype

Roundnes
Mec state
Grainsize
Core rec

Lithotype

Strength

Descript

Descript
Porosity

Spacing
Descrip

Permea
Horizon seam Top of interval Base on interval Qualifers

Sorting
Colour
Shade

Matrix
Grain
Hue

Dip
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
. .

REKONSILIASI
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

KOTOR
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

LOG LITOLOGI HASIL REKONSILIASI


(Reconciled lithology log)
Sedimentary Lithology Log
Hole number Easting Northing Grid type RL Collar Sheet Name Project Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Log Drill Equip Gepphysic Log Standing Date commenced Date complete
Hole diam Core diam Case depth Core barrel Total Depth (m)
initial Contr Unit L S G C w ater level D D M M Y Y D D M M Y Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

% Colour Texture Bedding Sed Struc


Continuation

Log Basis

Weathering
Bit type

Separation
% Litotype

Roundnes
Mec state
Grainsize
Core rec

Lithotype

Strength

Descript

Descript
Porosity

Spacing
Descrip

Permea
Horizon seam Top of interval Base on interval Qualifers

Sorting
Colour
Shade

Matrix
Grain
Hue

Dip
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

BERSIH
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .

LOG GRAFIS LITOLOGI LOG GRAFIS LITOLOGI


(digambar secara manual) (digambar pakai komputer)
LOG GRAFIS DARI DATA PEMBORAN
DATA LABORATORIUM
• Data kualitas batubara;
• Data hasil uji lab batubara;
• Data petrografi batubara;
• Data hasil uji lab batuan sedimen;
SAMPLING BATUBARA
• Pengambilan contoh dalam kegiatan
eksplorasi batubara ditujukan untuk
mengetahui kualitas batubara baik dari
aspek penambangan dan pengolahan
maupun dari aspek pemanfaatannya.
• Kualitas batubara dapat diketahui dari hasil
analisis dan pengujian laboratorium
terhadap contoh yang diambil di lapangan.
• Pada prinsipnya contoh tersebut sedapat
mungkin bisa mewakili tubuh batubara
yang ada di lapangan, oleh sebab itu ia
harus representative dan segar (fresh).
SAMPLING BATUBARA DI SINGKAPAN

• Pengambilan contoh batubara pada singkapan


disesuaikan dengan kondisi singkapan tersebut; bisa
berupa parit uji (trench) ataupun berupa sumur uji (test
pit).
• Setelah mendapatkan batubara segar dan atap serta
lantainya dapat diamati, maka pengamatan, deskripsi,
dan pencatatan mulai dilakukan
• Kemudian diikuti oleh pengambilan contoh melalui
pembuatan alur (channel sampling).
• Pengambilan contoh batubara bisa dilakukan secara
composite ataupun ply-by-ply,
• Yang penting adalah jumlahnya jangan sampai kurang
dari 15 kg untuk setiap meter ketebalan lapisan
batubaranya.
• Profil lapisan batubara pada lokasi pengambilan contoh
tersebut perlu digambar dan difoto.
SAMPLING BATUBARA PADA SUMUR UJI

• Penggalian sumur uji biasanya dilakukan pada


daerah-daerah dimana lapisan batubara tidak
tersingkap secara keseluruhan atau diduga
terdapat lapisan batubara pada kedalaman yang
masih terjangkau oleh sumur uji tersebut.
• Tujuannya adalah untuk mendapatkan data
ketebalan, kemiringan, dan penggambaran profil
lapisan batubara.
• Melalui sumur-sumur uji pula diambil sejumlah
conto batubara yang lebih segar.
• Penggalian sumur uji biasanya difokuskan pada
lapisan-lapisan batubara target (target seams).
SAMPLING BATUBARA DI SINGKAPAN DAN SUMUR UJI

• Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh


batubara pada singkapan (termasuk sumur uji) adalah sebagai
berikut:

– batubara yang telah mengalami pelapukan tidak boleh diambil; bila lapuk
harus dikupas lagi sampai diperoleh batubara segar;
– lapisan atap setebal 10cm juga diambil;
– bagian paling atas batubara setebal 10cm juga harus dipisahkan;
– Sama halnya dengan lapisan lantai batubara dan bagian paling bawah
lapisan batubara;
– parting setebal 10cm keatas adalah pemisah contoh-contoh berikutnya;
– jika lapisan batubara tebal tanpa parting, maka contoh harus diambil
untuk setiap interval 1 meter;
– jika parting >30cm, maka ia diperlakukan sebagai interburden;
– harus dengan segera dimasukkan kedalam kantong plastik yang kuat
dan diberi label, dan disegel dengan baik sehingga tidak kehilangan
moisture.
SAMPLING BATUBARA
CATATAN PENTING:
• Yang perlu diingat adalah: pengambilan contoh batubara
pada singkapan harus dilakukan dengan secermat dan
sebaik mungkin, sehingga memerlukan waktu yang
cukup ( tidak boleh tergesa-gesa);
• Untuk batubara peringkat rendah (lignit dan sub-bit):
jangan biarkan contoh mengering sebelum masuk lab; ini
mengakibatkan moisture total akan berkurang secara
signifikan, dan akan menghasilkan Nilai Kalor (CV) ”as
received (ar)” menjadi lebih tinggi. Jadi, agar tidak
mengecoh pembaca, CV sebaiknya dilaporkan dalam
basis ”ar”;
• Untuk batubara kokas, lamanya kemasukan angin juga
akan sangat berpengaruh kepada sifat-sifat
pengkokasannya seperti: CSN, Dilatasi, dan Fluiditas;
• Untuk memenuhi prinsip JORC (TCM): metoda dan tenik
sampling harus dilaporkan secara gamblang.
SAMPLING BATUBARA PADA PEMBORAN

• Pengambilan contoh batubara pada


pemboran
– jenis contoh (cutting dan core)
– pengambilan contoh cutting (kurang representative, tapi bisa
dipakai untuk membantu data kualitas)
– pengambilan contoh core (conventional vs wireline; penentuan
kedalaman dan ketebalan; CR dan RQD; pemerian core;
penanganan contoh; pembagian/split contoh; pengiriman contoh;
dll)
– ply-by-ply sampling pada contoh core
– penggunaan geophysical well logs dalam core sampling
– beberapa sampling khusus (“washability test”; “combustion test”)
Ply-by-Ply sampling

1 Lapisan atap setebal 10cm


2 Bagian paling atas batubara setebal 10cm

3 Batubara tanpa parting


2m

4 Batubara tanpa parting

0.1m 5 Parting (lapisan pengotor) dengan ketebalan 10cm keatas

Parting dengan tebal 4cm


1m 6 Batubara tanpa parting

0.1m 7 Parting (lapisan pengotor) dengan ketebalan 10cm keatas

8 Batubara tanpa parting


0.5m

9 Bagian terbawah batubara setebal 10cm


10 Lapisan lantai setebal 10cm
PARAMETER KUALITAS DASAR

• Proximate
• Total Sulphur
• Calorific Value
• Relative Density
• HGI
• Ultimate analysis
• Ash analysis
• Ash fusion temperatures
• Trace elements
• Chlorine
PARAMETER KUALITAS DASAR UNTUK BATUBARA KOKAS

• Proximate analysis
• Ultimate analysis
• Chlorine
• Phosphorus
• Relative density
• HGI
• Ash analysis
• Ash fusion temperatures
• CSN
• Gray-King coke type
• Dilatometer
• Gieseler plastometer
• Maceral analysis
• Vitrinite reflectance
PARAMETER KUALITAS BATUBARA

• Proximate Analysis:
– Moisture (M)
– Ash (Ash)
– Volatile Matter (VM), and
– Fixed Carbon (FC)

• Ultimate Analysis:
– Carbon (C)
– Hydrogen (H)
– Nitrogen (N)
– Sulfur (S),and
– Oxygen (O)
COAL CONVcoal_conv.XLS
CONTOH DATA PEMBORAN
DDH EASTING NORTHING SAMP. No. TOPDEP BOTDEP RD ASH MOIS VM CV SULPHUR

C2063 99429.4 201141.5 SN 10011 30.73 31.48 1.32 1.58 8.16 - - 0.26

C2063 99429.4 201141.5 SN 10012 31.48 32.53 1.32 0.67 8.73 - - 0.21

C2063 99429.4 201141.5 SN 10013 32.53 33.48 1.31 0.9 7.59 - - 0.2

C2063 99429.4 201141.5 SN 10014 33.48 34.84 1.32 0.75 7.61 - - 0.22

C2063 99429.4 201141.5 SN 10015 34.84 36.14 1.33 0.59 7.94 - - 0.23

C2063 99429.4 201141.5 SN 10016 36.14 37.06 1.32 1.91 7.86 - - 0.24

C2089 98776.4 197896.9 SNCM10031 46.21 48.05 1.32 2.43 5.35 - - 0.29

C2089 98776.4 197896.9 SNCM10032 48.05 49.62 1.3 0.52 5.4 - - 0.16

C2089 98776.4 197896.9 SNCM10033 49.62 51.25 1.29 0.96 4.83 - - 0.28

C2194 104845.6 205527.6 SN 10093 77.06 78.05 1.85 43.2 8.9 - - 1.69

C2194 104845.6 205527.6 SN 10094 78.05 79.45 1.39 1.4 14 - - 0.51

C2194 104845.6 205527.6 SN 10095 79.45 80.6 1.39 1.8 13.8 - - 0.17

C2194 104845.6 205527.6 SN 10096 80.6 82.14 1.36 1.1 13.5 - - 0.19

C2194 104845.6 205527.6 SN 10097 82.14 82.37 2.63 88.6 3 - - 0.08

C2246 98788.7 195847.5 SNDT10144 32.97 33.59 2.63 89.8 3.1 - - 0.08

C2246 98788.7 195847.5 SNDT10145 33.59 33.82 1.57 30.8 4.2 - - 0.41

C2246 98788.7 195847.5 SNCM10146 33.82 35.63 1.3 1 5.4 - - 0.23

C2246 98788.7 195847.5 SNCM10147 35.63 36.81 1.3 0.4 5 - - 0.3

C2246 98788.7 195847.5 SNCM10148 36.81 38.28 1.29 0.4 5.1 - - 0.26

C2246 98788.7 195847.5 SNCM10149 38.28 40.16 1.29 1.4 4.8 - - 0.26

C2246 98788.7 195847.5 SNDB10150 40.16 40.76 2.54 84.4 2.7 - - 1.7

C2246 98788.7 195847.5 SNDBD0150 40.16 40.26 2.54 84.4 2.7 - - 1.7
KORELASI LAPISAN BATUBARA
• Beberapa prinsip stratigrafi untuk korelasi
(prinsip Smith/Steno dan prinsip Walker):
– lapisan bawah lebih duluan dari lapisan diatasnya
– perubahan facies secara vertikal mencerminkan juga
perubahan facies secara lateral
• Perubahan bisa terjadi secara tiba-tiba (abrupt)
atau berangsur (gradual)
• Kontak tajam (sharp) bisa pula disertai dengan
gejala erosional
• Kontak tajam kadang-kadang juga disebabkan
oleh kontak patahan
KORELASI LAPISAN BATUBARA
• Fining upward menunjukkan pengendapan berlangsung
secara akresi lateral
• Coarsening upward menunjukkan pengendapan
berlangsung secara progradasi
• Thinning upward menunjukkan penurunan kecepatan
sedimentasi
• Thickening upward menunjukkan peningkatan kecepatan
sedimentasi
• Perubahan-perubahan fining dan thinning juga terjadi
secara lateral
• Memahami tingkat kompaksi dari berbagai jenis batuan
sedimen (pasir vs lempung vs gambut)
• Memahami konfigurasi cekungan sedimentasi
• Memahami lingkungan pengendapan (depositional
environment)
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

Proses dan Kondisi sedimentasi:

• Pasokan sedimen
• Kecepatan sedimentasi
• Kecepatan penurunan
• Kondisi hidrologi
• Struktur syn-depositional
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Mekanisme sedimentasi
– Vertical agradation
– Progradation
– Lateral accretion
– Regime of currents
– Space of sedimentation

• Proses sesudah sedimentasi


– Compaction dan deformation
– Soil formation
– Bioturbation
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Facies Details
– Coarse-grained sediments
– Fine-grained sdiments
– Alternating Coarse-fine grained sediments
– Sedimentary features
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Fluvial
– Channel
– Levee
– Crevasse splay
– Flood basin
– Abandoned channel plug
Alluvial fan

Braided stream

Lake

meandering river
Lacustrine

Oxbow lake

lagoon
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Deltaic
– Upper deltaic (channel, delta plain, crevasse splay)
– Lower deltaic (distributary channel, delta plain,
interdistributary bay, delta front, prodelta)
• Lacustrine
– Lake
– Swamp
– Channel, crevasse splay
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Lapisan penunjuk (“marker”):


– lapisan tipis batugamping
– lapisan tuf volkanik di dalam batubara atau
pada coal bearing strata
– clay iron stone
SEDIMENTOLOGI
COAL & COAL BEARING STRATA

• Kegunaan “geophysical well logs” dalam


korelasi:
– signatures dari kick geophysical logs
– pekembangan sedimentologi dari bawah ke
atas
– marker
New-peat
Peat

No-peat

subsidence
TIS-05 TIS-09
M=1.8%; A=1.1%; VM=30.6% M=2.5%; A=1.2%; VM=29.7%
FC=66.5%; CV= 34.79MJ/kg; S=0.54% FC=66.6%; CV= 33.75MJ/kg; S=0.60%

Mudstone, gray, carbonaceous,


laminated
Mudstone, gray, laminated

176 Coal, bright, intensive cleats

141 Coal, bright, hard, cleated

02 03 Parting
32 20 Coal, bright, intensive cleats
05 05 Parting
Coal, bright, cleated
30 33 Coal, bright, intensive cleats
Mudstone, light gray, massive,
80 rootlet, seatearth Mudstone, light gray, massive
cm seat earth
Mudstone, gray, carbonaceous,
cm laminated

Anda mungkin juga menyukai