Anda di halaman 1dari 63

001 KEYAKINAN YANG MEMBUAT SETIA SAMPAI AKHIR

Galatia :1:11-24
Oleh: Pdt. Pudjianto

Satu lagi hal yang diungkap Paulus tentang dirinya, dan ungkapan
itu adalah merupakan keyakinannya yang mendorong dia untuk
bertahan sampai akhir hidupnya. Inilah tulisannya: “Tetapi waktu
Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil
aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di
dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa
bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertimbangan
kepada manusia”(ayat 15-16). Perhatikan kata tetapi. Sebenarnya
Paulus maunya bukanlah menjadi hamba Kristus. Ia malah ingin
menghancurkan pengikutnya. Tetapi… ! Semuanya menjadi
berubah karena Dia Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa dirinya
telah dipilih sejak kandungan ibunya. Keyakinan bahwa ia sudah
dipilih itulah ia mau membayar harga, berapapun harganya,
termasuk sampai harus membayar dengan nyawanya.

Kita bisa melihat sejarah kehidupan Paulus, bahwa di dalam


berkiprah melayani Tuhan, banyak sekali hambatan dan
tantangannya, baik dari bangsanya sendiri maupun dari orang-
orang lain. Namun, walaupun demikian tidak pernah iman kepada
Tuhan Yesus itu gugur. Bahkan ketika dipenjara yang sudah
dijatuhi hukuman mati sekalipun, kesempatan yang ada
dipergunakan untuk menguatkan, menghibur dan membangun iman
sesamanya. Paulus sangat yakin, di balik hidup di dunia ini, ada
hidup yang lebih indah dan lebih mulia apabila dirinya memegang
iman di dalam Yesus Kristus.

Kehidupan Paulus yang ditunjang keyakinannya itu menjadi


pelajaran yang berharga bagi kita. Menjadi orang percaya, itu
bukan karena kita, namun itu karena Allah sudah memilih kita.
Pilihan terhadap kita itu, sejak kita dalam kandungan. Hal ini
membuktikan bahwa kita dikasihiNya, dan sudah sewajarnya
kalau kita taat terhadap panggilanNya. Tantangan kehidupan
bukanlah menjadi alasan kita melepaskan iman itu, jika kita
memahami memahami panggilanNya. Dan juga mengerti dibalik
iman kepada Yesus, ada kebahagiaan, keindahan dan kemuliaan.

MENJADI ORANG YANG PERCAYA YESUS ADALAH


ORANG YG ISTIMEWA DI HADAPAN ALLAH. KARENA
ORANG ITU ADALAH ORANG PILIHAN ALLAH YANG
MENDAPAT KURNIA MENIKMATI KEBAHAGIAAN,
KEINDAHAN DAN KEMULIAAN KELAK.
002 PENTINGNYA KESAKSIAN SESAMA MENGENAI
PERTOBATAN SESEORANG
Bacaan Galatia 2:1-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Membaca apa yang terungkap dari ayat-ayat bacaan kita ini, maka
bisa dimengerti bahwa kadang-kadang orang masih kurang yakin
akan kesungguhan pertobatan seseorang. Terlebih latar belakang
orang tersebut tadinya sangat membenci kekristenan. Maka akan
banyak timbul pertanyaan: “Benarkah orang itu bertobat? Saya
tidak percaya begitu saja. Lihat pengalaman sebelumnya?”. Dan
masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terjadi. Demikian
juga Paulus walaupun ketika itu sudah mendapat pengesahan dari
soko guru Jemaat Yohanes, Petrus, Yakobus berkaitan dengan
kesungguhan pertobatannya, namun tetap saja keraguan itu masih
ada di dalam benak orang-orang percaya di Yerusalem ketika itu.
Paulus menyadari hal tersebut. Maka ia mengasingkan diri selama
14 tahun untuk menguji panggilan dan juga pertobatannya.
“Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke
Yerusalem dengan Barnabas dan Titus pun kubawa juga” (ayat 1).

Kesungguhan mengiring Yesus itu perlu orang-orang Kristen


Galatia tahu, dan ketika itu Paulus membawa serta Barnabas dan
Titus kembali ke Yerusalem. Barnabas mewakili orang Yahudi
sedangkan Titus yang berlatar belakang non Yahudi, mewakili
bangsa Yunani atau bangsa lain. Ia perlu membawa serta orang lain
menunjukkan kepada orang-orang Kristen di Yerusalem bahwa
pertobatannya itu memang sungguh. Ada orang yang menjadi
saksinya. Jaman sekarang ada rekomendasi dari orang lain.

Merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan


persekutuan kita untuk tidak terlalu mengekspos berlebihan
kesaksian orang-orang yang berlatar belakang non Kristen menjadi
Kristen. Orang yang menyaksikan dirinya bertobat, maka orang
tersebut harus membuktikan dirinya terlebih dahulu, dengan buah-
buah kehidupan, kesetiaan, kesungguhan, kasih di dalam
kehidupannya, dan benar hidupnya meneladani Tuhan Yesus yang
diterimanya sebagai juru selamat. Jika diterima di sebuah
persekutuan perlu ada orang lain yang telah mengenalnya untuk
memperkuat kesaksiannya. Dan jangan lantas dijadikan salah satu
pengurus persekutuan. Paulus menasihati Timotius berkaitan
dengan orang-orang yang baru bertobat: “Janganlah ia seorang
yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena
hukuman Iblis” (I Timotius 3:6).
Pengalaman sudah banyak terjadi, kesaksian pertobatan seseorang
menggebu-nggebu, bahkan menggoncangkan secara nasional,
namun setelah itu tenggelam tidak ada apa-apanya. Seharusnya
orang tersebut diberi kesempatan untuk menghayati pertobatannya
dahulu, dan mengenal Tuhan Yesus secara benar.

KESUNGGUHAN PERTOBATAN KITA AKAN DIRASAKAN


ORANG-ORANG DISEKITAR KITA. MEREKA AKAN YAKIN
KITA SUDAH MENJADI MURID YESUS DENGAN
SUNGGUH JIKA MEREKA MERASAKAN BUAH-BUAH
PERTOBATAN ITU SENDIRI.

003 SEBAGAI SENIOR LAYAK MEMBERI KESEMPATAN


UNIOR.
Bacaan: Galatia 2:1-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Ungkapan Paulus dalam tulisan di ayat-ayat ini adalah


kesaksiannya kepada orang-orang Kristen di Galatia, bagaimana ia
sampai bisa diterima oleh Jemaat di Yerusalem. Ia membawa
Barnabas. Siapakah Barnabas tersebut sampai orang Yahudi di
Yerusalem bisa diyakinkan? Di dalam Kisah para rasul tertulis:
“Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua
tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik,
penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa
kepada Tuhan (Kisah rasul 11:23-24). Jikalau Barnabas mau
membangun Kerajaan bagi dirinya sendiri tidak perlu mencari
Paulus. Dalam kontek Kisah para rasul memang Barnabas
meninggalkan jemaat Yerusalem pergi ke Antiochia, setelah itu
pergi ke Tarsus mengambil Paulus yang sudah bertobat dan di
dampingi untuk mengawali pelayanan di Antiochia. Dan ternyata
setelah Paulus terlibat dalam pelayanan, perkembangan jemaat di
Antiochia luar biasa, bertambah-tembah orang-orang percaya,
melebihi perkembangan di Yerusalem sendiri. Paulus benar-benar
diurapi Tuhan.

Merupakan pelajaran yang berharga bagi kita dalam hal melayani


untuk kemuliaan Tuhan. Supaya Kerajaan Allah menjadi lebar dan
luas memang kita yang sudah senior memberi kesempatan kepada
orang-orang baru yang sudah terbukti kesetiaan dan kesungguhan
di dalam mengasihi Tuhan untuk terlibat dalam pengembangan
Kerajaan Allah tersebut. Sebagai Senior tidak selayaknya merasa
tersaingi melihat keberhasilan si Unior. Bahkan memang kadang-
kadang yang sudah Senior harus mengurangi perannya, supaya
tidak menjadikan dirinya sebagai “allah” kecil di pelayanan.
Kemurnian seperti yang ditunjukan Barnabas memang menjadi
teladan bagi kita para pelayan yang terlebih dahulu melayani Dia.
Dan setiap orang yang berjiwa pelayan, siapapun yang dipakai
Tuhan secara luar biasa, ia bisa mengucap syukur kepada Tuhan.
Bahkan orang yang dibawah dia jauh, jika ada yang dipakai Tuhan
secara luar biasa, ia bisa memuji Tuhan dan menghargainya
dengan tulus. Orang yang demikianlah sebenarnya orang yang
besar di hadapan Tuhan. Sabda Tuhan Yesus ini perlu diperhatikan
bagi kita yang berjiwa pelayan: “Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah
ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk
semuanya” (Markus 10:43-44).

TUHAN MEMBERIKAN KUASANYA KEPADA SETIAP


ORANG YANG SUNGGUH-SUNGGUH PERCAYA
KEPADANYA DAN SUNGGUH-SUNGGUH INGIN MENJADI
PELAYANNYA. PENYERTAANNYA DITUNJUKAN
DENGAN KEAJAIBAN-KEAJAIBAN YANG DIALAMI SI
PELAYAN ITU SENDIRI.

TIDAK PERLU MENAMBAH HAL YANG TIDAK PERLU


004 TIDAK PERLU MENAMBAH HAL YANG TIDAK PERLU
Bacaan Galatia 2:1-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Paulus masih mengungkapkan kesaksiannya kepada jemaat Galatia


di dalam meneguhkan bahwa apa yang dilakukan itu benar,
demikian juga berita yang disampaikan itu benar. Ia juga membawa
Titus seorang Yunani, demikian kesaksianya. Tulisannya: “Aku
pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka
kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa
bukan Yahudi -- dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang
terpandang --, supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau
telah berusaha. Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama
dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk
menyunatkan dirinya” ( ayat 2-3). Paulus menegaskan bahwa dia
pergi berdasarkan penyataan. Bukan karena mimpi, bukan karena
keinginan sendiri, dan juga bukan rekaan sendiri namun memang
dari wahyu Tuhan, langsung. Paulus tidak tanggung-tanggung
dalam melakukan pelayanan, dan orang Yunani yang percaya
Tuhan Yesus, tidak perlu menambah dengan melakukan tatanan
torat, atau adat istiadat orang Yahudi yaitu sunat. Dan itu
dibuktikan dengan membawa Titus orang Yunani itu ke Yerusalem.
Menurut rasul Petrus, Yohanes, Yakobus soko guru jemaat yang
merupakan pimpinan tertinggi pada waktu itu, bahwa tindakannya
itu benar. Orang non Yahudi yang percaya Yesus tidak perlu
melakukan adat istiadat Yahudi, atau melakukan yang trtulis di
dalam hukum Torat. Keselamatan yang diterima orang yang
percaya Tuhan Yesus, tidak perlu ditambahi dengan hal-hal yang
lain. Cukup percaya Yesus Kristus.

Apa yang disaksikan Paulus itu menjadi pelajaran bagi kita. Saat ini
memang berkembang ajaran-ajaran yang mengurangi nilai
pengorbanan Tuhan Yesus. Guru-guru yang datang ke orang-orang
yang sudah percaya itu mengembalikan ajaran bahwa keselamatan
yang diterima oleh manusia itu atas hasil usaha manusia. Percaya
Yesus iya, tetapi supaya lebih sempurna harus ditambahkan dengan
usaha manusia. Sunat. Ajaran itu yang berkembang pada waktu itu
di Galatia. Bahkan ajaran itu sampai masuk di gereja, keselamatan
itu akan bertambah sempurna apabila di tambah dengan ini dan itu.
Paulus dengan tegas menyatakan bahwa keselamatan hanya
diterima karena iman kepada Yesus Kristus, titik. Perubahan hidup
baru oleh seseorang karena memang ada pembaharuan yang Tuhan
lakkan, bukan karena usaha manusia. Tetapi Roh Kudus yang
dikaruniakan kepada setiap orang yang percaya. Roh Kudus itulah
yang akan menyadarkan, mengingatkan, kepada orang yang
percaya untuk menuntun supaya hidupnya berkenan kepada Tuhan
dan memuliakan Tuhan.

KARYA KRISTUS SUDAH SEMPURNA DALAM


PENEBUSAN DOSA MANUSIA, TIDAK PERLU DI TAMBAH
– TAMBAH LAGI. JIKA DITAMBAH MALAH AKAN
MENYESATKAN ORANG.

005 “Selamat hari raya Imlek bagi yang merayakan, kiranya berkah
kelimphan tercurah bagi semua kita”

JANGAN LUPAKAN ORANG MISKIN


Galatia 2:1-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Masih tercecer kesaksian Paulus dalam batasan bacaan kita kepada


orang-orang kristen Galatia. Rupanya untuk mengenalkan diri
kepada orang-orang Kristen di Galatia ini harus lengkap,
berhubung sebagian dari mereka sudah meninggalkan Injil yang
benar. Paulus ingin merebut kembali mereka yang telah bergeser
imannya oleh karena kelicikan guru-guru palsu yang berdatang di
Galatia. Saat ini Paulus menyinggung masalah orang-orang miskin:
“…..hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan
memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan
melakukannya.” (ayat 10). Tulisan untuk mengingat orang miskin
memang di dalam Perjanjian Baru begitu ditekankan. Bagi Paulus
memang memperhatikan dan menolong orang miskin adalah
merupakan hal yang harus sungguh-sungguh diusahakan.

Tuhan Yesus pernah mengingatkan Para murid berkaitan dengan


orang miskin tersebut. Ketika itu Tuhan Yesus mendekat hari
penguburannya. Maria membawa minyak narwastu yang mahal
harganya, dan minyak itu untuk mengurapi Tuhan Yesus. Yudas
merasa bahwa minyak semahal itu mengapa digunakan yang tidak
ada gunanya. Pada hal di hatinya punya maksud tertentu, kata
Yudas: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar
dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"(Yohanes
12:5). Tuhan Yesus menjawab sekaligus mengingatkan kepada
semua murid: “Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal
ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin
selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada
kamu."(Yohanes 12:7-8)

“…orang-orang miskin selalu ada pada kamu..”, perkataan Tuhan


Yesus itu juga mengingatkan kita sebagai orang percaya.
Merupakan kesaksian yang indah , seseorang yang peduli terhadap
orang yang miskin. Yaitu orang yang tidak berdaya di dalam
menjalani kehidupan ini. Banyak factor penyebabnya, namun yang
penting orang Kristen harus mengingat hal tersebut. Seorang ibu di
Jakarta yang hidupnya tidak pernah masak namun terus makan
bersama keluarganya di luar. Saat ini berkomitmen untuk
mengurangi makan di luar dan mencoba masak sendiri untuk
keluarganya, dan ternyata sisa anggaran makan itu besar sekali.
Dan sisa anggaran itu diberikan kepada Lembaga yang mengelola
menolong hamba Tuhan dan membantu pendidikan anak-anak
yang miskin. Ibu bersama keluarganya mencoba mentaati apa yang
disabdakan Tuhan Yesus. Justru kesaksiannya, yang mengherankan
anak-anaknya sangat menyenangi masakannya, dan ada damai
sejahtera yang melingkupi kehidupan keluarganya.

TUHAN DALAM SABDANYA YANG LAIN


MENGINDENTIKAN DIRINYA SEBAGAI ORANG PAPA,
DAN BARANG SIAPA MENOLONG ORANG PAPA ORANG
YANG MENOLONG TERSEBUT SAMA DENGAN
MENOLONG DIRINYA.
SEBAGAI BALASANNYA TUHAN MEMBERIKAN DAMAI
SEJAHTERA YANG BERBEDA DENGAN DAMAI
SEJAHTERA YANG DIBERIKAN DUNIA.
006 MENJADI BAGIAN DARI ORANG PERCAYA LAINNYA
Galatia 2:11-16
Oleh: Pdt. Pudjianto

Sebelum kita memahami apa yang ditulis oleh Paulus sebagai


peringatan kepada orang-orang Kristen di Galatia. Terlebih dahulu
kita harus memahami bahwa apabila seseorang menjadi orang
percaya. Beriman kepada Yesus Kristus. Maka orang tersebut akan
menjadi bagian dari kehidupan orang-orang percaya lainnya.
Hubungan itu demikian dekatnya, sehingga Paulus dalam
tulisannya yang lain mengatakan, bahwa orang yang percaya itu
menjadi satu tubuh yaitu Tubuh Yesus Kristus. Dengan demikian
apa yang terjadi? Tindakan, peristiwa yang terjadi dalam orang
percaya yang satu, akan senantiasa ada pengaruh bagi orang
percaya yang lainnya. Oleh karena itu apabila ada persekutuan
Kristen yang mengembangkan pendapat bahwa hidup ini tidak
perlu mencampuri urusan orang lain, tidak peduli orang lain pada
hal sama-sama orang percaya, maka orang itu sebenarnya
menempatkan dirinya di luar apa yang difirmankan Tuhan dan apa
yang menjadi kehendak Yesus Kristus.

Pengalaman di sebuah pertemuan antar bangsa yang membahas


sebuah kerjasama perusahaan. Berdatangan berbagai Negara.
Ketika itu sebelum mengawali acara, nama-nama peserta mulai
disebut, maka ada nama yang menunjukan sebagai orang Kristen. 2
wanita berlainan bangsa yang tadinya tidak kenal itu saling
mendekat, karena nama salah satunya menunjukan sebagai orang
percaya. Mereka bersalaman, mereka menanyakan apakah beriman
kepada Yesus Kristus? Dan ketika dua wanita itu saling mengerti
bahwa sama-sama beriman. Mereka seperti dipertemukan sebagai
seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Sepanjang acara
mereka duduk berdua, mereka menyadari bahwa diantara sekian
banyak orang yang ada dalam pertemuan, hanya mereka berdua
yang istimewa, karena mereka ternyata satu darah dalam
penebusan, satu dalam iman di dalam Yesus Kristus. Dan mereka
tahu bahwa satu iman artinya menjadi bagian hidup masing-
masing. Mereka berdua saling memperhatikan, saling menolong.
Dan memang akhirnya menjadi sahabat sepanjang masa, tidak
terbatasi jarak.

Sudah tentu hal tersebut menjadi pelajaran bagi kita. Jika kita
masih menunjukkan keegoisan kita, jika kita masih berpikir
kepentingan sendiri, tanpa memperhitungan kepentingan bersama.
Maka sebenarnya iman kita kepada Yesus Kristus masih
dipertanyakan. Paulus menulis demikian: “Jadi karena dalam
Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh,
ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah
sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan
rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga” (Filipi 2:1-4).

KEMULIAAN ALLAH NAMPAK DALAM HIDUP KITA


APABILA KITA BISA DENGAN ORANG PERCAYA
LAINNYA MENGEMBANGKAN SALING PEDULI, TIDAK
TERBATASI.

007 “Selamat hari Minggu, Selamat beribadah, ketekunan kita akan


membawa damai sejahtera di dalam hidup kita”

JANGAN BERLAKU MUNAFIK


Galatia 2:11-16
Oleh: Pdt. Pudjianto

Ungkapan dari surat Paulus yang berujud kesaksian terhadap


Jemaat Galatia bahwa menjadi murid Yesus harus menunjukkan
hidup tulus dan benar. Seharusnya jauh dari kepura-puraan.
Namun, kali ini berkaitan dengan kepura-puraan ini yang
melakukan bukan orang kristen biasa tetapi rasul Petrus, yang
tadinya salah satu soko guru jemaat kristen. Peristiwanya jelas,
ketika Paulus makan bersama-sama dengan orang-orang non
Yahudi, akibat kedatangan rasul Yakobus, mereka segera
meninggalkan orang-orang non Yahudi itu, bahkan diikuti dengan
orang-orang Yahudi lainnya. Dan jelas sikap demikian adalah
salah, maka Paulus menyaksikan kepada Jemaat Galatia bahwa
Petrus ditegur dengan keras, karena sikap demikian tidak sesuai
dengan Injil yang benar. Pada hal Petrus sendiri sudah pernah
mendapat wahyu bahwa ia mendapatkan penglihatan turun dari
langit bentangan kain yang berisi binatang-binatang apa saja
termasuk binatang yang haram. Petrus diminta menyembelih. Sejak
itu pelayanan melebar ke orang-orang non Yahudi, artinya kasih
Tuhan bukan hanya kepada orang-orang Yahudi tetapi kepada
bangsa lain juga. Mestinya Petrus paham itu. Namun, justru yang
dilakukan Petrus munafik. Tulisan Paulus sebagai kesaksian
kepara orang-orang Kristen di Galatia: “Tetapi waktu kulihat,
bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil,
aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau,
seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi,
bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak
bersunat untuk hidup secara Yahudi?"(Galatia 2:14).

Peringatan Paulus kepada Petrus berkaitan dengan sikap munafik


itu juga berlaku kepada kita yang hidup pada jaman sekarang.
Munafik bisa diartikan hidup bersandiwara, menampilkan sikap
yang tidak sebenarnya. Bisa berlagak suci, pada hal perbuatan yang
sebenarnya najis. Bisa berlagak seperti orang yang dekat dengan
Tuhan, pada hal sikap hidupnya yang benar berlawanan dengan
Firman Tuhan. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik,……(Matius 23:29). Artinya sikap pura-pura atau munafik
ini tidak menjadi perkenan Tuhan.

SEBAGAI ORANG KRISTEN YANG BENAR MAKA SIKAP


HIDUPNYA HARUS BENAR, JAUH DARI SIKAP SANDIWARA
YANG PENUH PURA-PURA.
008 KEWAJIBAN MENGINGATKAN
Bacaan Galatia 2:11-16.
Oleh: Pdt. Pudjianto

Dari tulisan Paulus yang mengungkapkan bagaimana ia menegur


rasul Petrus. Maka orang-orang Kristen di Galatia yang memang
menjadi tujuan surat Paulus ini sebagai peringatan bahwa setiap
orang percaya, berkewajiban untuk mengingatkan sesama orang
percaya yang hidupnya bertentangan dengan Firman Tuhan. Karena
bagaimanapun tindakan orang Kristen yang tidak sesuai dengan
firman Tuhan akan ada dampak yang tidak baik bagi orang percaya
yang lainnya.

Contoh peristiwa, di suatu gereja yang tadinya perkembangan


warganya senantiasa meningkat. Selalu ada orang baru, karena
memang kesaksian orang-orang yang telah terlebih dahulu menjadi
orang percaya sungguh bagus. Sayangnya, pelayan Tuhan yang ada
di dalamnya memiliki hubungan yang khusus secara sembunyi
dengan wanita lain selain istrinya. Sejak itu perkembangan
berhenti malah jumlah warga jemaatnya juga mulai susut. Tidak
ada yang berani menegur, karena setiap saat pelayan Tuhan itu
mengatakan, bahwa ia diurapi Tuhan, di penuhi Tuhan, hanya
Tuhan yang menegur dia. Itu artinya dia tidak bisa ditegur. Ia lupa
Petrus yang sudah menjadi soko guru jemaatpun masih perlu di
tegur. Ada akibat bagi orang kristen lainnya perbuatan orang
kristen yang satu yang tidak sesuai Firman Tuhan

Nasihat Paulus yang lain kepada orang percaya: “Janganlah turut


mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang
tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah
perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan saja pun apa yang
dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah
memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh
terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah
terang” (Efesus 5:11-13).
Apa yang ditulis Paulus ini mengingatkan kita, bahwa
mengingatkan sesama yang hidupnya tidak sesuai dengan firman
Tuhan adalah merupakan kewajiban. Kita tidak bisa masa bodoh
terhadap perbuatan orang percaya lainnya yang hidupnya tidak
sesuai firman Tuhan. Karena dampak buruk dari pada perbuatan
yang tidak sesuai dengan firman Tuhan itu sangat terasa
diantaranya dalam hal peneguhan, penguatan, pemantapan saudara-
saudara yang masih relative baru dalam iman.

MENGINGATKAN SESAMA ORANG PERCAYA UNTUK


HIDUP TERTIB SESUAI DENGAN FIRMAN TUHAN
ADALAH MERUPAKAN KEWAJIBAN SETIAP ORANG
PERCAYA, SEBAGAI WUJUD KASIH KITA KEPADA
ORANG TERSEBUT.
009 SIAPAKAH YANG BISA MEMBERI KEKUATAN
Bacaan Galatia 2:17-21
Oleh: Pdt. Pudjianto

Kadang-kadang sebagaian besar orang di dalam menjalani hidup


mengalami apa yang disebut tawar hati. Penyebabnya bisa banyak
hal. Bisa karena orang lain menceritakan hal yang buruk kepada
dirinya, pada hal dirinya sungguh-sungguh melakukan hal-hal yang
baik. Bisa karena rumah tangga yang senantiasa berselisih dengan
pasangan, pada hal sudah berusaha untuk hati-hati dalam bertindak,
dan berkata-kata. Ada karena bisnisnya bangkrut, dsb. Dan jika
orang sudah terkena namanya tawar hati, maka ia akan kehilangan
kekuatan jasmaninya, dan yang berat tawar hati itu berpengaruh
buruk terhadap emosi, mental dan juga kerohaniannya. Sesamanya
dirasa senantiasa menyalahkan, Tuhan begitu jauh dengan dirinya,
dsb. Memang kalau orang sudah mengalami hal yang demikian
akan sulit sekali untuk di dekati, karena orang yang sedang tawar
hati memiliki sensitifitas yang tinggi.

Nampaknya hal demikian ditangkap oleh Paulus, bahwanya banyak


orang pada jamannya yang mengalami tawar hati, oleh karena
merasakan betapa beratnya untuk melakukan hukum-hukum Tuhan
yang terdapat dalam Torat. Sudah berat begitu belum tentu akan
mendapatkan hidup yang sebenarnya. Sesuai ajaran ahli torat
bahwa di dalam kehidupan ini kelak akan ditimbang berkaitan
dengan perbuatan manusia, antara yang baik dengan yang buruk.
Jika yang baik lebih berat, maka orang itu kelak akan ke Sorga.
Jika ajaran itu benar, betapa sulitnya untuk melakukan yang baik.
Justru kecenderungan kebanyakan orang melakukan yang buruk.
Harapan untuk mendapatkan hidup jadi pudar.

Paulus dalam hal ini menyaksikan apa yang dilakukan di dalam


kehiduupannya. Dia adalah orang yang tekun dan melakukan
Hukum torat. Banyak orang percaya apa yang dilakukan Paulus
berkaitan dengan hukum torat ini. Namun, justru Paulus menerima
Yesus Kristus di dalam dirinya. Ia yakin bahwa dirinya sebagai
manusia tidak mungkin bisa melakukan seluruh hukum torat untuk
mendapatkan hidup. Ketika ia menerima Kristus, ia dalam keadaan
berdosa. Di dalam keadaan berdosa itulah ia diselamatkan oleh
karena imannya kepada Yesus Kristus. Di dalam Kristus di situ
ada hidup. Dan di dalam Yesus Kristus itulah mendapatkan
kekuatan. Seperti apa yang tertulis dalam Kitab Yesaya: “…tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan
baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka
berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31).

HANYA HIDUP DI DALAM TUHANLAH ORANG


MENDAPATKAN KEKUATAN YANG SEBENARNYA
KEKUATAN BUKANLAN KEKUATAN YANG SEMU.

010 DIBENARKAN DI HADAPAN ALLAH


Galatia 2:17-21
Oleh: Pdt. Pudjianto

Tulisan Paulus kepada orang-orang Kristen di Galatia ini memang


membuat dada pembacanya bergetar. Mereka mengerti siapakah
Paulus sebelum menjadi orang percaya. Paulus adalah tokoh muda
yang cakap, dan pandangan politiknya adalah orang Farisi yang
disegani. Peneliti Torat yang hebat pada jamannya. Namun,
ternyata dengan tegas dia katakan: “Kamu tahu, bahwa tidak
seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab
itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang
dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. Tetapi jika
kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam
Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti,
bahwa Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak” (ayat 16-17).

Sederhananya Paulus mengingatkan kepada orang Kristen di


Galatia, “Upayamu untuk menjadi benar di hadapan Allah dengan
kekuatanmu itu melalui ketaatanmu terhadap Torat itu tidak ada
artinya. Tidak mungkin bisa memperkenanNya. Hanya satu kamu
bisa di benarkan yaitu Percaya kepada Yesus Krisus”. Sulit
dimengerti bagi orang-orang yang sejak kecil belajar torat, yang
lingkungannya melakukan Torat, yang benaknya diisi setiap hari
bahwa dengan perbuatan baik akan dibenarkan dihadapan Allah.
Tetapi Paulus sudah memberikan contoh kehidupannya, ketika ia
percaya Yesus, maka hidupnya menjadi berubah. Ia mengawali
hidup di dalam Yesus Kristus, hidup di dalam pembenaran Allah
sendiri yang sangat bertolak belakang dengan ketika ia menjadi ahli
torat dulu.

Suatu pelajaran bagi kita orang yang yakin hidupnya sudah


dibenarkan karena imannya kepada Yesus Kristus, maka hidup kita
harus di dalam kebenaran. Di dalam benak orang yang sungguh
percaya Yesus hanya terisi: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci,
semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”
(Filipi 4:8). Jikalau kita mengaku sebagai orang yang telah
dibenarkan Allah oleh karena iman kita kepada Yesus Kristus, diisi
apakah benak kita selama ini?

ORANG YANG YAKIN HIDUPNYA SUDAH DIBENARKAN


ALLAH, MAKA DI DALAM BUAH HIDUPNYA
MELAHIRKAN HAL-HAL YANG BENAR DAN MEMBAWA
DAMAI SEJAHTERA BAGI SESAMANYA.
011 KATA SAMA BEDA MAKNA
Bacaan: Galatia 3:1-9
Oleh: Pdt. Pudjianto

Di dalam pergaulan kita dengan sesama maka mau atau tidak harus
diakui bahwa orang Kristen memiliki kata yang sama yang sering
dipergunakan baik oleh orang Kristen sendiri maupun oleh orang
yang bukan orang Kristen, namun memiliki arti dan makna yang
berbeda. Sebagaimana contoh kata keselamatan. Orang yang tidak
percaya, bila berbicara masalah keselamatan. Mereka mengartikan
keselamatan itu hanyalah selamat dari bencana, bisa lulus dengan
baik, aman, sentosa, tidak kurang apapun, sehat, tidak gagal di
dalam menjalani kehidupan dsb. Berbeda dengan orang Kristen,
jika bicara tentang keselamatan, arti dari pada kata keselamatan di
dalam benak orang Kristen begitu dalam, karena menyangkut
anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia lewat
pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, untuk manusia supaya
menerima hidup yang kekal. Jadi artinya dan maknanya dalam
sekali.
Ada kata lagi menjadi saksi. Orang dunia mengartikan menjadi
saksi adalah di pengadilan, untuk mengatakan kebenaran suatu
persoalan yang menyangkut orang lain sejauh kita tahu. Dan apa
yang dikatakan saksi itu sangat berpengaruh terhadap si terdakwa
dalam dan dangkalnya putusan hukuman yang harus ia terima.
Berbeda dengan arti sebagai orang Kristen. Menjadi saksi untuk
orang kristen adalah berkaitan dengan pembicaraan kita dengan
sesama yang ada hubungannya dengan keselamatan kekal melalui
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Setiap orang kristen memiliki
kewajiban yang sama untuk menjadi saksi di dalam kehidupannya
ini.

Jika kita memang sebagai orang Kristen yang sungguh maka kita
akan mengerti makna khusus dari kata-kata tersebut. Jika
pemahaman kita masih sama dengan orang-orang yang belum
percaya kepada Tuhan mengenai kata keselamatan, menjadi saksi
ini, maka sebenarnya kekristenan kita masih perlu dipertanyakan.
Sejauh manakah kedalaman pengenalan terhadap Sang Juru selamat
yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia itu. Terlebih lagi,
jika kita masih mudah terombang-ambingkan oleh angin ajaran
yang lain-lain sehingga harus meninggalkan iman kepada Yesus
Kristus, sikap itu artinya belum memiliki kedalaman pengertian
mengenai keselamatan di dalam Yesus, maka berlaku tulisan
Paulus kepada kita: “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai
dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam
daging?” (Galatia 3:3)

MENGERTI KEDALAMAN ARTI DAN MAKNA KATA


KESELAMATAN, MENJADI SAKSI, MERUPAKAN TANDA
KEDALAMAN PENERIMAAN ANUGERAH ALLAH DI
DALAM NAMA TUHAN YESUS KRISTUS.
012 HATI-HATI TERHADAP AJARAN LEGALISME
Galatia 3:1-9
Pdt. Pudjianto

Seorang hamba Tuhan senior menjelaskan di dalam kotbahnya hal


yang perlu diwaspadai di dalam menerapkan iman Kristen.
Menurut hamba Tuhan tersebut, walaupun di dalam kitab suci tidak
tertulis, namun tindakannya sangat membahayakan iman Kristen.
Yang dimaksudkan hamba Tuhan tersebut adalah ajaran Legalisme.
Ajaran legalisme adalah sebuah ajaran yang mengajak orang yang
sudah menjadi percaya kepada Tuhan Yesus meninggalkannya dan
berbalik dengan menjalankan hukum Torat untuk mencapai
kehidupan. Jadi orang harus berupaya dengan kekuatan sendiri
untuk mencapai keselamatan. Ajaran yang demikian itu ditemukan
di dalam surat Galatia ini. Dari golongan inilah Rasul Paulus
demikian keras menentang, bahkan yang memprihatinkan ada
orang-orang Kristen di Galatia itu terpikat oleh ajaran ini, dan
meninggalkan iman kepada Yesus Kristus.

Paulus sangat kecewa dengan kenyataan orang-orang Kristen di


Galatia ini. Ternyata mereka tidak bisa teguh di dalam Yesus
Kristus. Dan jelas ajaran legalisme ini sangat berlawanan dengan
Injil, yaitu apa yang diajarkan Paulus. Paulus menegaskan orang
yang percaya Tuhan Yesus, orang itu diselamatkan. Keselamatan
yang diterima adalah berdasarkan anugerah bukan karena kekuatan
manusia. Hukum Torat itu lebih menegaskan kepada ketidak
berdayaan manusia. Hukum itu malah memperjelas dosa manusia.
Dari hukum itu tidak bisa orang mendapatkan kehidupan yang
sebenarnya. Manusia tidak mampu melakukan apa yang tertulis di
dalamnya. Hanya anugerah yang bisa menyelamatkan manusia.
Tulisan Paulus yang sangat menyiutkan nyali orang-orang
Legalisme: “Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang
menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan
yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena
kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada
pemberitaan Injil?(ayat 5).

Apa yang ditulis Paulus itu merupakan pelajaran juga bagi kita.
Kita tidak perlu goyah dengan angina ajaran yang saat ini
berkembang di dunia ini. Dan kita sadari banyak yang memikat
orang-orang yang tadinya percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam
tulisan lain Paulus mengatakan: “….kita bukan lagi anak-anak,
yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh
permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di
dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
Kristus, yang adalah Kepala” (Efesus 4:14-15).

HANYA DI DALAM YESUS ADA KESELAMATAN, JIKA


KITA TEGUH DAN BERAKAR DALAM KEYAKINAN INI,
MAKA HIDUP PENUH MAKNA DAN TEMPAT BAHAGIA
SUDAH DISEDIAKAN TUHAN UNTUK KITA.

013 “Selamat hari Minggu, Selamat beribadah, Penyertaan Tuhan itu


nyata dalam segala situasi keadaan yang kita hadapi”

IMAN MUNDUR
Galatia 3:1-9
Oleh: Pdt. Pudjianto
Orang Kristen Galatia yang tadinya percaya bahwa keselamatan
hanya diterima di dalam Yesus Kristus, lantas berbalik bahwa
dengan melakukan hukum torat mendapatkan keselamatan, bisa
dikatakan iman orang itu mundur. Ilustrasi seorang hamba Tuhan
senior dalam menjelaskan hal ini sangat menarik. Satu keluarga
bertamasnya ke gunung dengan mengendarai mobil. Udara di
gunung itu memang bersih, segar, dan menyenangkan. Oleh karena
kondisi gunung yang demikian, maka keluarga itu kuatir knapot
mobilnya mengotori udara di gunung tersebut. Maka mobil itu
tidak dihidupkan mesinnya, namun mobil itu di dorong saja. Sudah
tentu sangat berat sekali, dan belum tentu mobil itu bisa sampai ke
puncak jika hanya di dorong pakai tenaga manusia. Bagi orang
yang melihat keluarga ini mendorong mobilnya tentu sangat aneh
sekali. Mengapa orang menjadi bersusah payah yang seharusnya
tidak perlu itu? Itulah Paulus menulis kepada orang Kristen di
Galatia: “Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan
hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah
kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (ayat 2-3).

Yang berikutnya orang Kristen Galatia yang terpikat dengan ajaran


Legalisme menyatakan bahwa mereka keturunan Abraham. Pada
hal Abraham dibenarkan karena percaya, oleh karena percaya
maka kepercayaan Abraham itu diperhitungan Allah sebagai
kebenaran. Mengapa mereka tidak menuruti seperti Abraham
demikian. Mestinya mereka mengaku sebagai keturunan Torat,
buukan keturunan Abraham karena tindakan mereka bertentangan
dengan apa yang dilakukan Abraham. Itulah menyimak apa yang
menjadi tulisan Paulus bahwa orang Kristen Galatia ini imannya
mundur.

Peristiwa yang terjadi dalam orang-orang Kristen di Galatia


merupakan pelajaran bagi kita. Bahwa dengan kekuatan daging
kita, maka tidak mungkin bisa memperkenankan Allah. Hanya
melalui iman kepada Yesus Kristus saja yang menjadikan kita
berkenan kepada Tuhan. Iman kita kepada Yesus Kristus
menjadikan kita ada di dalam Kristus. Yang terlihat Allah adalah
Kristus bukan kita. Itulah yang menjadikan Allah berkenan. Oleh
karena itu jangan sampai berbuat aneh-aneh, yang akhirnya malah
kita keluar dari anugerah Allah yang indah tersebut.

BELAJAR MENIKMATI FIRMAN TUHAN SETIAP HARI


ADALAH MERUPAKAN SALAH SATU SARANA MENJAGA
IMAN TIDAK MUNDUR. JIKA IMAN MUNDUR MAKA
TANDANYA TINGKAH LANGKAH KITA AKAN ANEH-
ANEH.
014 BAGAIMANA HUKUM ALLAH MENJADI KUTUK?
Galatia 3:10-14
Oleh: Pdt. Pudjianto

Tulisan Paulus dalam ayat-ayat ini memang sangat tegas. Tulisan


itu adalah “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum
Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah
orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis
dalam kitab hukum Taurat"(ayat 10). Dari tulisan itu timbul
pertanyaan bagaimana hukum Allah itu menjadi kutuk. Sebenarnya
kata kutuk itu sendiri terjadi oleh karena Tuhan melihat bagaimana
manusia tidak bisa melakukan hukum itu sendiri. Barang siapa
yang tidak bisa melakukan hukum itu maka disebut sebagai orang
terkutuk, atau dengan kata lain orang yang terhukum. Coba kita
perhatikan Ulangan 27:14-18 sebagai contoh: “Maka haruslah
orang-orang Lewi mulai bicara dan mengatakan kepada seluruh
orang Israel dengan suara nyaring:
Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung
tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang
tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi. Dan seluruh
bangsa itu haruslah menjawab: Amin! Terkutuklah orang yang
memandang rendah ibu dan bapanya. Dan seluruh bangsa itu
haruslah berkata: Amin! Terkutuklah orang yang menggeser batas
tanah sesamanya manusia. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata:
Amin! Terkutuklah orang yang membawa seorang buta ke jalan
yang sesat. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!” …dan
ayat-ayat seterusnya.

Yang ada dalam torat adalah kutuk dan kutuk, atau hukuman dan
hukuman. Dan pada kenyataannya manusia tidak bisa melakukan
segenap aturan yang ada di dalam hukum torat. Pada hal untuk
manusia bisa memperoleh hidup harus melakukan hukum torat
tersebut. Allah melihat kegagalan itu dan manusia akan menjadi
terkutuk di dalam pemandangan Allah oleh karena pada
kenyataannya manusia tidak bisa melakukan hukum yang
diberikanNya. Namun, Allah itu memiliki hati yang penuh kasih.
Maka manusia diberi jalan keluar Dia sendiri yang menjadi
manusia yang setiap tahun ada peringatan kelahiranNya, yaitu
Natal. Siapa yang percaya kepadaNya, tidak lagi dibawah kutuk
namun malah mendapatkan anugerah Allah apa yang dinamakan
HIDUP. Mengapa bisa demikian, karena memang Allah yang
menjadi manusia berujud Yesus Kristus itulah yang bisa melakukan
Hukum torat dan untuk itu ia Mati disalipkan untuk penebusan
kegagalan manusia, tiga hari kemudian bangkit. Pengorban untuk
keselamatan manusia itu satu kali saja dan sempurna, menjadi
perkenan Allah Bapa. Siapa yang percaya akan HIDUP karenanya.
Peringatan Paulus kepada orang-orang Galatia itu juga merupakan
peringatan kepada kita. Kita tidak mampu melakukan hukum torat
itu. Dan jika kita tidak mampu melakukan maka kita dibawah
kuduk. Diingatkan bahwa tanpa anugerah Allah maka kita akan
hidup di bawah kutuk. Hanya satu cara untuk membebaskan kita
dari kutuk yaitu percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Yohanes
menyaksikan: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan
dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah
hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah”
(Yohanes 3:18).

HUKUM ALLAH ITU MENJADI KUTUK BUAT KITA


KARENA KITA TIDAK MAMPU MELAKUKANNYA. HANYA
SATU CARA UNTUK KITA MENJADI TIDAK TERKUTUK,
YAITU PERCAYA KEPADA YESUS KRITUS.
015 KRISTUS MENEBUS KUTUK HUKUM TORAT? APA ITU?
Galatia 3:10-14
Oleh: Pdt. Pudjianto

Tulisan Paulus yang ditujukan kepada orang-orang Kristen di


Galatia menumbuhkan pertanyaan lagi. Tulisan yang menjadi
pertanyaan itu adalah “Kristus telah menebus kita dari kutuk
hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"(ayat
13). Apakah yang dimaksudkannya ini? Namun, bagi orang-orang
Galatia yang pernah diajarkan oleh Paulus mengerti apa yang
dimaksudkan dengan tulisan Paulus ini.
Tentu orang-orang Kristen Galatia sudah tahu bahwa keadaan
manusia itu sudah dosa. Memang hakekat manusia itu demikian.
Sudah mati rohani, kehilangan kemuliaan Allah. Supaya menjadi
keluarga Allah harus ada yang menebus dari keberadaannya
tersebut. Dan yang melakukan penebusan itu harus orang yang
tidak berdosa, suci benar di hadapan Allah. Satu-satunya yang bisa
adalah diri Allah sendiri. Caranya menjadi manusia, dan itulah
Yesus Kristus yang mati di kayu salip, sebagai penebusan dosa
manusia. Namun Paulus melanjutkan tulisannya: “"Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah
membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada
bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang
telah dijanjikan itu”.(Ayat 14). Perhatikan, kata “Oleh iman”.
Jelasnya manusia diterima kembali sebagai keluarga Allah apabila
dia memiliki iman kepada Yesus Kristus.

Dalam hal ini seorang hamba Tuhan memberikan ilustrasi


sederhana, jikalau kita diajak makan di warung oleh teman kita.
Teman kita itu bilang, “Sudah saya yang bayar saja”, maka kita
tidak perlu membayar lagi. Karena harga makanan itu sudah
dibayar oleh teman kita. Tentu tidak sopan kita bilang, “Saya
membayar separo boleh ya?”. Ilustrasi ini menegaskan, cukup
Yesus Kristus yang melakukan dalam penebusan itu. Kita tinggal
percaya saja. Pada intinya ada hal yang perlu di perhatikan:
1. Kita menerima keselamatan itu tergantung pilihan. Jika kita
menerima penebusan Kristus itu maka kita menerima
keselamatan. Tidak perlu ditambah dengan usaha-usaha
kedagingan.
2. Kemerdekaan yang kita terima dari hukuman Allah,
tergantung dari iman kita kepada Yesus Kristus yang telah
mati dan dibangkitkan.

Apa yang ditulis Paulus kembali menegaskan kepada kita bahwa


iman kepada Yesus Kristus sudah cukup menjadikan kita menerima
keselamatan yang sebenarnya. Kita telah terbebas dari kutuk atahu
hukuman. Saat ini yang perlu kita lakukan adalah taat kepada
firmanNya.

JIKA KITA SUDAH DIBEBASKAN DARI KUTUK OLEH


KARENA IMAN KITA, MAKA TINGGAL SESAMA KITA
MENANTI APAKAH BUAH-BUAH KEHIDUPAN YANG BISA
DINIKMATI DARI HIDUP KITA ITU.
016 TIDAK BISA MENGHARGAI KARENA TIDAK MENGERTI
Galatia 3:15-20

Ada seorang yang mendapatkan kesempatan untuk pergi ke tanah


kelahiran Tuhan Yesus. Orang itu heran juga mendapatkan
kesempatan pada hal ia bukanlah siapa-siapa, entah mengapa
pengusaha itu menjatuhkan pilihan kepadanya untuk bisa melihat
tempat kelahiran Tuhan Yesus. Beberapa hari memang berada di
tempat kelahiran Tuhan tersebut. Ketika pulang, banyak anggota
persekutuannya ingin mendengarkan kesaksian selama di sana.
Namun, orang itu ketika diberi kesempatan untuk menyaksikan
selama di sana, hanya menceritakan bagaimana bosannya antri,
bagaimana repotnya kalau lapar. Jikalau malam tidur begitu
susahnya karena jauh dari rumah dsb. Ia tidak menceritakan tempat
yang ditulis di kitab suci. Perhatiannya tidak ke sana dan kurang
bisa menghargai, karena memang tidak mengerti.

Paulus menulis berkaitan dengan sebuah janji dari Allah kepada


keturuan Abraham. Janji itu sangat berarti sekali bagi yang
mengerti. Karena janji Allah itu berkaitan dengan masa depan bagi
hidup seseorang, Paulus menulis: “Saudara-saudara, baiklah
kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat
yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat
dibatalkan atau ditambahi oleh seorang pun. Adapun kepada
Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.
Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah
dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada
keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang
sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh
hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun
kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. Sebab, jikalau apa
yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal
dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan
kasih karunia-Nya kepada Abraham”.(ayat 15-18).
Ketegasan Paulus dalam membuat penjelasan tentang betapa tinggi
nilainya kehadiran Kristus untuk manusia karena itu ada kaitannya
janji. Dan janji itu ada menentukan nasip binasa dan tidaknya
manusia. Jika orang mengerti sampai di sini, maka orang itu akan
sungguh sangat menghargai pengorbanan Kristus, karena
pengorbanan Kristus menebus kegagalan manusia mencapai hidup
bagi dirinya sendiri. Paulus seolah-olah mau mencelikan para guru
palsu yang menggiring orang-orang Kristen untuk meninggalkan
Kristus. Sebenarnya mereka tidak tahu betapa tinggi nilainya
kehadiran Kristus Yesus itu, karena kehadiran Dia berkaitan
dengan janji Allah kepada Abraham untuk keselamatan umat
manusia.

Apa yang ditulis Paulus kepada orang-orang Kristen Galatia ini


menjadi pelajaran yang berarti bagi kehidupan kita sebagai orang-
orang percaya. Jika kita mengakui tingginya pengorban Kristus
untuk keselamatan kita, maka kita tidak akan menganggap sepele
nilai-nilai kekristenan. Misalnya dalam ibadah, ibadah menjadi
utama bagi kita tidak dikalahkan dengan tamasya pada hari ibadah.
Persembahan menjadi sangat dipentingkan di dalam kehidupan,
karena dengan persembahan itu ada nilai seberapa besar kasih kita
kepada Tuhan, pelayanan menjadi dilakukan dengan sungguh-
sungguh karena itu suatu kehormatan Tuhan kepada kita dsb.
Apapun kalau demi kemuliaan Kristus, akan dilakukan dengan
kesungguhan. Orang yang mengerti hakekat kekristenan akan
berlaku firman ini: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk
dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan,
pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke
mana engkau akan pergi” (Pengkotbah 9:10).

KEDALAMAN PENGERTIAN KITA TENTANG BETAPA MULIA


PENGORBANAN KRISTUS UNTUK KESELAMATAN KITA,
MAKA BISA DILIHAT DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI
KHUSUSNYA DALAM KAITANNYA DENGAN MUMULIAKAN
KRISTUS.
017 JANGAN DICAMPUR
Galatia 3:15-22
Oleh: Pudjianto

Menyimak apa yang ditulis Paulus dalam Galatia 3:15-22 ini, ada
lagi yang menarik. Bahwa antara janji Allah dengan Hukum Torat
tidak bisa dicampur. Mereka tidak bisa dijadikan satu. Hal yang
demikian sampai Paulus mengingat kembali bagaimana bangsa
Israel menjadi budak selama 430 tahun. Dan pada waktu itu Allah
membebaskan bangsa Israel dan hukum itu diberikan ketika di
dalam perjalanan pembebasan tersebut. Sedangkan janji Allah itu
diberikan ketika pada jaman Abraham. Janji itu kepada Abraham
itu tidak dikatakan Allah: “Kalau kamu hidup benar maka…..”
bukan begitu. Tetapi Allah bersabda: “Aku akan mengadakan
perjanjian….”. Dan janji itu penggenapannya adalah Kristus. Dan
Janji Allah itu tidak bisa dibatalkan oleh karena Hukum Torat.
Tulisan Paulus: “Kalau demikian, apakah maksudnya hukum
Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran --
sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu -- dan ia
disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam
tangan seorang pengantara” (ayat 19).

Jadi kalau tegasnya Hukum Torat itu untuk memperlihatkan


bagaimanakah kesucian Allah, dan bagaimana bobroknya manusia.
Dengan Hukum Torat itu lebih mempertunjukkan bagaimana
manusia tidak bisa mendapatkan kehidupan karena melakukan
hukum torat. Bisa dikatakan Hukum torat itu adalah cermin dari
kehidupan ini, betapa manusia itu berdosa, dan sudah kehilangan
kemuliaan Allah. Dan jika manusia bisa diselamatkan oleh karena
Janji Allah sebelum Hukum torat ada. Janji itu ada di dalam
Kristus. Dan melalui Dia manusia yang beriman kepadaNya, akan
diselamatkan.

Dari apa yang ditulis Paulus tersebut ada satu hal yang kita bisa
belajar. Kalau ingin tahu siapakah diri kita yang sebenarnya, maka
kita mencoba membaca seluruh hukum Torat. Dengan membaca
dan mempelajarinya maka kita tahu bagaimanakan kita di hadapan
Allah. Siapakah diantara kita yang tidak pernah bersalah dalam
kehidupan kita? Pada hal namanya salah itu dosa. Orang berdosa
tidak bisa masuk sorga. Orang berdosa tidak ada lain harus
menerima hukuman. Hukum Torat memperlihatkan kepada kita
bertapa kita orang yang bobrok, berdosa, dan tidak berdaya.
Ketidakberdayaan kita untuk hidup benar itulah, Yesus Kristus
menebusnya. Petrus menulis: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula
dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal,
yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat” (I Petrus 1:18-19).

JANGAN MENCAMPUR ANTARA ANUGERAH DAN


HUKUM KARENA KEDUANYA TIDAK BISA DICAMPUR,
HANYA BISA BERJALAN BERIRINGAN. YANG HUKUM
MENUNTUN KEPADA KEBINASAAN YANG ANUGERH
MENUNUN KEPADA KEHIDUPAN.
018 TUGASNYA MENUNTUN
Galatia 3:23-29
Oleh: Pdt. Pudjianto

Pada kesempatan ini Paulus menjelaskan yang lain lagi. Orang-


orang Galatia khususnya orang Yahudi yang menjadi orang Kristen
nampak seperti anak kecil kalau menyimak apa yang ditulis oleh
Paulus. Paulus menjelaskan tentang Hukum Torat yang selama ini
menjadi pedoman bagi kehidupan mereka. Bahwa Hukum Torat itu
hanya ibarat seorang penuntun saja. Jadi bukan guru, hanya
penuntun. Bisa diartikan Hukum Torat itu sebagai pengantar
sampai kepada Kristus datang. Hamba Tuhan senior menjelaskan
dengan sederhana bahwa Hukum Torat itu ibarat seorang yang
mengantarkan anak pergi ke sekolah, ia harus menjaga anak itu
supaya sampai ke sekolah. Ia tidak mengajar anak itu, tetapi hanya
mengantar, atau menuntun saja sampai ke sekolah. Ketika anak itu
sudah sampai di sekolah tugasnya selesai. Demikian hukum torat
itu demikian. “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman
itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah
pengawasan penuntun” (ayat 24-25).

Itulah yang ditulis Paulus kepada orang-orang Kristen yang berlatar


belakang Yahudi. Dalam kehidupan kita sebelum bertemu dengan
Kristus, mungkin juga hidup kita sebelumnya dikurung oleh suatu
yang menghalangi kita mengenal jalan keselamatan. Mungkin
kepercayaan kita, mungkin lingkungan kita, atau situasi kita yang
menekan kita sehingga tidak terbukannya mengenal jalan
keselamatan yang sudah disediakan oleh Allah. Ada sebagian orang
memang mengenal Kristus lewat perayaan Natal. Seorang Bapak
ketika melihat perayaan Natal di TV, tiba-tiba hatinya seperti
dipukul hancur, karena ternyata selama ini Allah demikian
mengasihi sampai turun ke dunia menjadi manusia. Selama ini
memang mendengar natal, melihat di TV tentang Natal, namun
mengapa baru sekarang terbuka. TV itu menuntun bapak ini
menjadi orang percaya. Bapak itu mengajak keluarganya untuk
beriman kepada Yesus Kristus, karena di dalam diri Yesus Kristus
saja menjadi orang yang diperkenan Allah. Paulus menulis di
tempat yang lain: “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman
supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi
semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup
dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman
Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --“ (Rom 4:16).

JIKA SAAT INI KITA MEMILIKI IMAN DI DALAM YESUS


KRISTUS, KITA SEBENARNYA MENERIMA KASIH
KARUNIA YANG NILAINYA SANGAT TINGGI DARI
ALLAH YANG TIDAK BISA DIBANDING DENGAN NILAI
APAPUN DI DUNIA INI.

019 BERKAT HIDUP BERIMAN PADA YESUS


Galatia 3:23-29
Oleh: Pdt. Pudjianto

Orang-orang Galatia yang telah tergoda untuk kembali menjalani


Torat supaya mendapatkan hidup itu dari dalamnya, kembali
mendapat penjelasan Paulus apa berkatnya hidup beriman kepada
Yesus Kristus itu.

1. Paulus menjelaskan bahwa orang yang beriman kepada


Yesus Kristus itu menjadi keluarga Allah. Paulus menulis:
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di
dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis
dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” (ayat 26-27).
Kita sudah menjadi keluarga Allah. Dan inilah kedudukan
orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Ia menjadi
bagian dari keluarga Allah.
2. Orang yang beriman kepada Tuhan Yesus maka tidak lagi
ada sekat-sekat perbedaan antara satu dengan yang lain.
Semua orang yang percaya kepada Yesus memiliki
kedudukan yang sama di dalam Tuhan. Tulisan Paulus:
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki
atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam
Kristus Yesus” (ayat 28). Hanya orang yang beriman
kepada Yesus yang bisa melebur sekat-sekat pemisah,
derajat, suku bangsa, warna kulit. Semua orang yang
percaya kepada Yesus adalah saudara, berkedudukan yang
sama.
3. Orang yang beriman kepada Yesus Kristus, orang tersebut
menjadi orang yang diperkenan Allah. Paulus menjelaskan:
“Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah.” (ayat 29). Artinya yang ditulis Paulus adalah orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus menerima janji-janji
yang diberikan Abraham sebagai leluhur orang beriman.

Dari apa yang menjadi penjelasan Paulus kepada orang-orang


Kristen di Galatia ini meneguhkan kita, bahwa kita yang hidup
pada jaman sekarang bersyukur bahwa kita sudah mengenal dan
percaya kepada Tuhan Yesus. Jika kehidupan kita yang lalu,
banyak liku, namun dari kehidupan itulah kita dituntun bisa
mengenal Yesus Kristus. Sebuah kesaksian: Seorang ibu yang
akan melahirkan mengalami krisis yang berat, karena ternyata
pinggulnya sempit sehingga mau atau tidak dia harus operasi. Ibu
itu tinggal di sebuah desa yang terpencil, dan masih cukupkah
waktu untuk membawa ke Rumah Sakit yang jaraknya 60 km?
Pada hal air ketubannya sudah pecah. Di tengah ketakutan dan
kekuatiran itu ibu itu minta kepada suaminya yang selama ini tetap
teguh terhadap kepercayaan lamanya, tidak mau percaya Yesus,
malah cenderung keras supaya istrinya tidak percaya kepada
Yesus. Namun, dalam situasi demikian tidak mungkin bertahan,
karena laki-laki itu sangat mencintai istrinya. Akhirnya berteriak:
“Tuhan Yesus ampuni saya, saya percaya kepadamu, dan jika istri
saya selamat dari melahirkan ini, saya percaya kepadaMu”.
Teriakan itu di dengar orang-orang yang juga berjaga di rumahnya.
Bidan desa yang menolong juga terkejut. Namun, diam dan tunduk.
Sebuah keajaiban terjadi, bahwa ibu ini mengalami kontraksi yang
hebat, seperti ada kekuatan yang mendorong bayi itu keluar. Dan
malam itu malam yang indah, karena jeritan bayi itu merobek
ketegangan ibu dan suaminya, juga orang-orang yang berjaga di
situ. Situasi krisis itu menuntun suami ibu yang melahirkan sukar
itu untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Lukas menulis: “…Tidak
ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"(Markus 9:23)

JIKA KITA SUDAH BERIMAN DI DALAM YESUS KRISTUS


NIKMATI KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN DI DALAM
HIDUP INI. NIKMATILAH KEAJAIBAN HIDUP DI DALAM
DIA, DAN SAKSIKAN ITU UNTUK MENJADI BERKAT DAN
KEKUATAN IMAN BAGI SESAMA.

020 “Selamat Hari Minggu, selamat beribadah, percaya dalam keadaan


apapun Tuhan menyertai kehidupan kita”

TERBATAS HANYA SAMPAI SANG KRISTUS


Galatia 3:23-29
Oleh: Pdt. Pudjianto
Untuk memberi penjelasan kepada orang-orang Kristen Galatia
yang telah tergoda untuk mengikuti guru-guru palsu yang mengajak
kembali bersandar kepada torat, Paulus menjelaskan dengan
berbagai ibarat. Beberapa yang tertulis di dalam bacaan kita
bahwa Hukum torat itu diibaratkan sebagai penuntun. Tugas dari
hukum torat adalah menuntun saja, supaya yang dituntun bisa
sampai kepada tujuannya. Oleh karena itu di dalam hukum torat
ada tulisan jangan itu, jangan ini, jika melanggar ini dan itu. Bagai
orang yang melakukan memang sangat berat. Karena pelanggaran
berarti hukuman. Paulus menulis: “Sebelum iman itu datang kita
berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai
iman itu telah dinyatakan” (ayat 23).

Dan yang disebut “iman itu telah dinyatakan”, itu memang sudah
terjadi. Yaitu Kristus telah menjadi manusia. Maka fungsi dari
penuntun sudah berakhir, dan sekarang jamannya anugerah. Tidak
lagi dikurung oleh hukum namun sekarang di dalam iman yang
memberi kemerdekaan yang sempurna. Bisa dikatakan guna dari
pada Hukum Torat itu adalah sampai kepada Kristus datang. Itulah
Paulus menulis: “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita
sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (24).
Jika orang sudah percaya Yesus maka orang tersebut menjadi
keluarga Allah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari apa yang dituli rasul Paulus
tersebut adalah
1. Kita sudah menjadi keluarga Allah, maka kita tidak lagi ada
di bawah pengawasan penuntun. “Sebab kamu semua
adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus
Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus,
telah mengenakan Kristus”(ayat 26-27).
2. Hubungannya setelah kita di dalam Yesus Kristus, maka
Yesus Kristus akan tinggal di dalam kita, dan juga tinggal
diantara orang percaya lainnya. “Dalam hal ini tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (28). Di
dalam Kristus tidak ada lagi yang lebih tinggi derajatnya
semua di mata Kristus adalah sama.
3. Orang yang beriman kepada Kristus menjadi orang yang
diperkenan Allah. Tulisan Paulus selanjutnya. ” Dan jikalau
kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah
keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (ayat
29)

SAAT INI ADALAH SAAT ANUGERAH, BERBAHAGIALAH


ORANG YANG MEMAHAMINYA DAN MENERIMA
ANUGERAH KESELAMATAN ITU.

021 SAMPAI WAKTU YANG DITETAPKAN


Galatia 4:1-11
Oleh: Pdt. Pudjianto

Sebagian orang Kristen tidak tahu apa yang dimaksudkan Paulus


dengan tulisannya ini. Namun pada jaman surat itu di tulis, orang-
orang Kristen Galatia sangat memahami. Paulus menggunakan
sebuah perumpamaan tentang hak anak ketika belum dewasa.
Sebelum anak menjadi dewasa maka anak tidak memiliki hak
apapun, kecuali dituntun dan dididik, serta dirawat. Baru setelah
dewasa maka dia bisa membuat keputusan, memiliki warisan, dan
memiliki kebebasan menentukan nasipnya sendiri. Kebebasan itu
kapan terjadinya. Konon pada jaman dulu pemerintahan Romawi
memiliki peraturan bahwa anak ditetapkan sebagai anak yang
dewasa berdasarkan kebijakan ayahnya. Jika belum ditetapkan oleh
ayahnya maka anak itu akan dirawat oleh orang lain. Penetapan
kedewasaan dengan ditandai pesta-pesta.

Sudah tentu gambaran Paulus dalam tulisannya itu sangat


dimengerti oleh orang-orang Kristen di Galatia. Jelasnya, bahwa
sampai kedatangan Kristus untuk memberikan kemerdekaan
kepada manusia yang sempurna, sudah melalui sebuah proses yang
panjang, dan kelahiran Yesus Kristus itulah sebagai wujud waktu
yang sudah ditetapkan Allah Bapa, kasihNya kepada manusia
dengan menganuriakan anakNya Yang Tunggal untuk keselamatan
manusia. Jaman anugerah, orang yang beriman dibenarkan, jangan
sampai kembali untuk memperbudak diri dengan segala macam
aturan yang sebenarnya tidak ada yang bisa melakukannya, bahkan
malah membuktikan manusia menjadi hamba dosa.

Jika pada saat ini kita menjadi orang percaya, maka kita sudah
ditetapkan oleh Bapa di Sorga bahwa memang sudah waktunya kita
menerima Keselamatan itu. Setelah kita menerima keselamatan
jangan kita kembali lagi ke hidup yang lama. Hidup lama yang
dijajah oleh keinginan-keinginan yang melawan kehendak Allah.
Tulisan Paulus yang sangat meneguhkan: “ Kamu dahulu sudah
mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu
hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena
kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang
sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu
kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di
dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang
yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah
yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-
sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-
kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan -- dan di
dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan
memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya
pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan
kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-
Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri” (Efesus 2:1-81)”.

HIDUP BARU DI DALAM KRISTUS MESTI DITANDAI


DENGAN KASIH DAN PERBUATAN YANG MEMULIAKAN
TUHAN. JIKA TIDAK MAKA ORANG ITU HANYA TAHU
HIDUP BARU, NAMUN BELUM MENGALAMINYA.

022 DINILAI TIDAK PADA TEMPATNYA


Galatia 4:12-20

Jika memperhatikan apa yang ditulis oleh Paulus ini, maka kita
akan merasakan sebuah ungkapan penyesalan yang dalam terhadap
orang-orang Kristen di Galatia yang begitu saja gampang terbujuk
oleh guru-guru palsu. Dan kali ini bukan hanya menyesatkan
pemahaman namun saat ini yang diserang adalah pribadi Paulus,
sebagai orang yang tidak pantas mengajarkan kebenaran kepada
mereka. Pada hal pada awalnya waktu Paulus datang pertama kali
bahkan dalam keadaan sakit di terima seperti Malaikat. Tetapi kali
ini sangat berbeda setelah Guru-guru palsu itu berdatangan kepada
mereka. Pengalaman demikian juga dialami di orang-orang Kristen
di Korintus. Di Korintus ini Paulus di anggap sebagai orang yang
munafik. Apa yang ditunjukkan dalam suratnya berbeda dengan
kalau bertemu langsung. Suratnya tegas dan keras, namun kalau
sudah bertemu langsung, Paulus bersikap lembek. (I Korintus 10:9-
10) Lain lagi kritikan orang-orang Kristen di Tesalonika, mereka
menilai demikian : “Paulus itu bukan orang yang hangat dan
lembut dan tidak memiliki hati gembala. Ia keras kepala, penuh
perhitungan, dingin, teologis, dogmatis, kaku, suka menyerang, dan
tidak ramah. Ia keras, pembenci wanita, dan pilih kasih.”
Demikian orang-orang Tesalonika menilai Paulus dan itu bisa
dilihat dalam I Tesalonika 5:5-6). Tidak luput orang Galatia juga
menilai Paulus tidak seperti seharusnya, mereka meragukan
kerasulan Paulus.
Dari apa yang dialami Paulus maka kita tidak bisa menampik
anggapan orang terhadap kita, dan kadang-kadang menilai kita
tidak sesuai dengan yang seharusnya, dan cenderung kebanyakan
orang merendahkan. Terlebih apabila penampilan kita tidak
mendukung jabatan yang kita pegang. Maka dinilai tidak pada
tempatnya adalah hal yang sering terjadi. Namun, apabila kita
menyadari seperti Paulus keyakinan panggilan, maka kita tidak
perlu sakit hati anggapan apapun terhadap kita, karena buah-buah
kehidupan kita yang sesuai dengan panggilan kita itu akan
membuktikan kepada orang-orang yang menilai tidak pada
tempatnya tersebut. Oleh karena itu perlu kita memperhatikan
nasihat Paulus : “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia” (I Korintus 15:58).

APAPUN PENILAIAN ORANG LAIN TERHADAP KITA,


JANGAN MENJADIKAN KITA GOYAH, JIKA KITA TETAP
TEGUH TETAP MELAKUKAN APA YANG MENJADI
PANGGILAN KITA, MAKA DI DEPAN KITA AKAN MENUAI
HAL YANG SANGAT MEMBANGGAKAN DAN
MEMBAHAGIAKAN.

023 APAKAH KITA TERMASUK ORANG YANG DEMIKIAN


Galatia 4:12-20
Oleh: Pdt. Pudjianto

Kali ini saya mengutip kotbah seorang pendeta senior yang


mengungkapkan tulisan seorang yang bernama Richard De Haan.
Dan sangat baik untuk menjadi bahan evaluasi kekristenan kita
khususnya sikap kita terhadap hamba Tuhan yang dipilihNya yang
melayani kita. Diantara kotbahnya berkaitan hal tersebut demikian:
“Kalau gembalanya masih muda, mereka berkata ia kurang
berpengalaman; kalau rambutnya sudah beruban, mereka berkata
ia tidak mengerti jiwa muda.
“Kalau ia memiliki lima anak, mereka berkata anaknya
terlalu banyak; kalau ia tidak memiliki anak mereka berkata ia
tidak memiliki pengalaman dengan pelayanan keluarga.
“Kalau ia berkhotbah dengan membawa catatan, mereka
berkata ia kering dan hanya mengkhotbahkan khotbah kalengan;
kalau ia berkhotbah dengan isi yang berbobot mereka mengatakan
khotbahnya terlalu dalam dan teologis saja.
“Kalau ia mempedulikan orang-orang miskin di dalam
gereja mereka mengatakan ia mencari muka di kalangan orang
bawah; kalau ia memperhatikan orang-orang kaya mereka
mengatakan ia terlalu sombong.
“Kalau ia berkhotbah memakai banyak ilustrasi mereka
berkata ia berkhotbah simpang siur dan mengabaikan teks; kalau ia
hanya menggunakan sedikit ilustrasi mereka berkata khotbahnya
membosankan dan tidak jelas.
“Kalau khotbahnya menegur kesalahan mereka mengatakan
bahwa ia kolot; kalau ia tidak menegur mereka mengatakan ia
membiarkan dosa.
“Kalau ia mengkhotbahkan kebenaran, mereka mengatakan
ia suka menyinggung perasaan orang lain; kalau ia tidak
mengkhotbahkan kebenaran, mereka mengatakan ia munafik.
“Kalau ada orang yang tidak senang kepadanya, mereka
mengatakan bahwa ia tidak menjadi berkat dan harus segera
pindah; kalau ia berusaha menyenangkan hati semua jemaatnya,
mereka mengatakan ia tidak berpendirian.
“Kalau ia memakai kendaraan yang jelek, ia dianggap
mempermalukan gereja; kalau ia memakai kendaraan bagus, ia
dianggap terikat dengan hal-hal dunia.
“Kalau ia banyak berkhotbah, mereka akan merasa bosan
karena hanya mendengar khotbah dari dia saja; kalau ia
mengundang pembicara tamu, ia dikatakan mengabaikan
tanggungjawabnya.
“Kalau ia menerima gaji besar, ia dikatakan gembala
upahan; kalau ia menerima gaji kecil, ia dianggap tidak laku di
mana-mana.

Kutipan kotbah dari tulisan Richard De Haan itu menjadi pelajaran


kita, bahwa siapapun hamba Tuhannya yang melayani di gereja
kita, tidak mungkin bisa memuaskan selera kita. Kita harus belajar
bersyukur untuk keberadaannya, mendoakannya, dan ikut terlibat
dalam pelayanan, kita dibutuhkan untuk memperlebar Kerajaan
Allah. Hindari kita sebagai tukang kritik di Gereja namun tidak
melakukan apa-apa. Karena pada dasarnya masing-masing kita
harus mempertanggung jawabkan kepada Tuhan atas apa yang kita
lakukan untuk kemuliaan Dia. Paulus menulis: “Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu” (I Tesalonika 5:18).

JIKA KITA TIDAK TAHU BERSYUKUR ATAS APAPUN


YANG ADA DI DALAM HIDUP KITA, MAKA YANG ADA
DALAM MULUT KITA HANYA BERSUNGUT, HATI KITA
GAMPANG TERSAKITI, SEPANJANG HIDUP MENGALAMI
KEPAHITAN HATI. HAL DEMIKIAN TENTU TIDAK SEHAT
BAGI HIDUP KITA.

024 MENEGUR TIDAK SELALU HARUS KERAS


Galatia 4:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Sebagian orang tidak puas hatinya jika melihat orang lain salah
menegur dengan lemah lembut. Pendapat mereka adalah jika
melihat orang lain melakukan kesalahan harus ditegur dengan
keras. Hal tersebut dilakukan untuk membuat orang itu tidak
melakukan kesalahan lagi. Nampaknya, Paulus pada suratnya
kepada orang-orang Kristen di Galatia itu demikian keras pada
pasal-pasal awal. Namun, dalam ayat 12 pasal 4 ini, Paulus sadar,
bahwa tidak harus dengan kekerasan melulu. Ia mulai menulis
dengan kata-kata yang lembut. “Aku minta kepadamu, saudara-
saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi
sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik
dari padamu”(ayat 12). Bahkan Paulus menuliskan juga kenangan
lama ketika Paulus datang pertama kali di Galatia, walaupun dalam
kondisi yang sakit, tidak disebutkan sakit apa, hanya di tulis sangat
hina dan menjijikan, namun orang-orang Galatia menyambutnya
dengan hangat, tidak memperhitungkan kondisi yang jelek pada
waktu itu. Bahkan disebutkan sambutannya seperti menyambut
malaikat Allah.

Dengan menuliskan kenangan lama tersebut di harapkan orang-


orang Kristen Galatia kembali sadar, bahwa tidak seharusnya
memusuhi Paulus sebagai orang yang telah memberikan kebenaran
kepada mereka. Mereka tahu persis sikap Paulus selama di Galatia
mengajar mereka. Tidak ada pamrih-pamrih yang bersifat
kedagingan kecuali mengajarkan bagaimana orang bisa
menemukan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Jika kebenaran di
dalam Yesus Kristus yang telah diterimanya itu ditinggalkan dan
kembali kepada aturan lama yang mestinya ditinggalkan, sangat
disayangkan.

Apa yang ditulis Paulus kali ini memang merupakan pelajaran yang
indah bagi kita bilamana kita mendapatkan sesama kita melakukan
kesalahan. Tidak perlu menegur dengan keras, namun teguran itu
bisa dilakukan dengan lembah lembut dan dengan penuh
persahabatan.

Seorang warga jemaat sangat berterima kasih sekali kepada


gembalanya, karena ketika ia melakukan kesalahan, ia dipanggil
bapak gembalanya tersebut. Salah satu warga itu ditunjukkan
sesuatu yang tidak pada tempatnya telah dilakukan. Hanya berdua
ketika menunjukkan kesalahan tersebut, dan cara menegurnya
dengan lemah lembut dan penuh sahabat. Setelah menegur bapak
gembala itu tidak mengungkitnya, baik di mimbar, atau di
persekutuan-persekutuan. Seolah-olah ia tidak pernah melakukan
kesalahan, dan sikap Bapak gembala itu tetap sama bersahabat dan
hangat. Salah satu warga yang melakukan kesalahan itu, sungguh
menyesal atas kesalahan yang dilakukan dan benar ia tidak
melakukan kesalahan lagi.

TEGURAN YANG LEMAH LEMBUT DAN BERSAHABAT


LEBIH BERMAKNA DAN MENYADARKAN BAGI ORANG
YANG MELAKUKAN KESALAHAN DARI PADA TEGURAN
ITU DILAKUKAN DENGAN KERAS. TEGURAN YANG
KERAS KADANG MEMBUAHKAN RASA SAKIT HATI DAN
DENDAM.
025 PERMUSUHAN ITU APAKAH KARENA KEBENARAN
Galatia 4:12-20
Oleh: Pdt. Pudjianto

Gaung menegakkan kebenaran terdengar di mana-mana. Namun,


sayangnya dalam dunia ini yang disebut kebenaran itu menjadi
relative. Hal ini disebabkan setiap orang memiliki kebenarannya
sendiri. Maksudnya setiap orang memiliki pemahaman kebenaran
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Namun, apa yang
ditulis Paulus bukan kebenaran yang menurut ukuran manusia,
kebenaran yang disampaikan kepada orang-orang Galatia ketika itu
adalah kebenaran yang datang dari Allah. Kebenaran yang
diberitakan adalah kebenaran yang mutlak. Hanya dengan
kebenaran yang disampaikan Paulus inilah orang bisa bersekutu
kembali dengan Allah. Namun, Paulus menulis: “Apakah dengan
mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”
(ayat 16).

Memang perlu di sadari bahwa tidak mudah orang tegak dalam


kebenaran. Sebagai conto peristiwa: seorang hamba Tuhan
dimusuhi dari salah satu anggota gereja yang dilayani, karena
menyatakan kebenaran. Seorang tokoh yang menjadi penopang
gereja dalam hal keuangan, mendapat teguran dari hamba Tuhan
muda ini karena di dalam kehidupanya sebagai orang percaya tidak
mencerminkan sebagai orang percaya yang benar. Bilamana
sungguh menjadi murid Tuhan Yesus maka hidupnya harus benar.
Rumah tangganya bukan di khianati sendiri, dengan memiliki
wanita simpanan. Hal yang demikian memang menjadi sandungan
baik orang yang percaya maupun orang yang tidak percaya. Orang-
orang yang tidak percaya, menganggap bahwa ternyata kekristenan
itu sama saja dengan kepercayaan yang lain. Punya istri lebih dari
satu tidak menjadi masalah. Orang percaya sendiri sulit
memberikan jawaban ketika ada yang menanyakan tentang hal
tersebut. Namun, memang akibat dari pada teguran untuk
melakukan kebenaran sebagai orang kristen itu tidak bisa diterima
oleh anggota gereja tersebut. Dan sejak ditegur, maka persembahan
yang cukup besar itu dihentikan.

Apa yang ditulis Paulus, dan peristiwa yang terjadi tersebut adalah
merupakan pelajaran bagi kita di dalam mengawali tahun 2015 ini.
Tetapkah kita tegak berdiri di dalam kebenaran? Tetap setiakah
kepada kebenaran yang sejak awal kita menerimanya merupakan
jalan satu-satunya untuk kita bisa bersekutu dengan Allah? Jika kita
melihat hidup di dunia ini ada akhirnya, dan hanya kebenaran
dalam hal ini Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan yang menjadi
perkenan Allah, maka kita tidak akan menjadikan dunia ini
tumpuan hidup kita. Tumpuan hidup kita hanya kepada Dia yang
telah memberikan jaminan keselamatan kepada kita.

JANGANLAH KARENA SESEORANG MENYATAKAN


KEBENARAN MAKA ORANG ITU MENJADI MUSUH KITA.
BERSAHABATLAH DENGAN KEBENARAN MAKA HIDUP
INI AKAN DILIPUTI KEMERDEKAAN DAN DAMAI
SEJAHTERA
026 PENGIKUT SIAPAKAH KITA INI
Galatia 4:12-20
Oleh: Pdt. Pudjianto

Tulisan Paulus selanjutanya adalah mengungkapkan yang


berkaitan dengan motivasi, dan tulisan itu tidak ditujukan kepada
orang-orang Galatia, namun ditujukan kepada guru-guru palsu yang
telah berhasil menyesatkan mereka itu. Demikian tulisannya:
“Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak
dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya
kamu dengan giat mengikuti mereka”.(ayat 17). Salah satu ciri khas
dari pada penyesat adalah apa yang disampaikan dan gaya
penyampaian sangat menarik, dan sesuai dengan kebutuhan telinga
dari pada orang-orang yang disesatkan. Hampir mulai kecil orang-
orang Yahudi yang menjadi Kristen ini berlatar belakang
mendapatkan ajaran bahwa untuk mendapatkan keselamatan itu
dengan kerja keras. Dan pemahaman demikian telah menjadi
bagian hidup bertahun-tahun, dan guru-guru palsu itu demikian
lihainya mengadakan pendekatan melalui ini. Dan ternyata cara itu
demikian efektif, sehingga sejumlah orang kristen mengikuti ajaran
guru-guru palsu tersebut. Tanda yang lain yang Paulus ungkapkan
mengenai guru-guru palsu tersebut adalah bahwa mereka sangat
giat, selebihnya itu supaya orang-orang yang diajar menjadi
muridnya, tidak lagi menjadi murid Tuhan. Setelah orang bisa
“dimenangkan” maka orang tersebut akan dikurung supaya jangan
kembali kepada di dalam hidup anugerah.
Dalam ayat selanjutnya: “ Memang baik kalau orang dengan giat
berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik,
asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi,
sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu”(ayat 18-19).
Ungkapan Paulus ini sungguh menggetarkan hati, sebagai orang
besar sampai Paulus dengan sangat merendahkan diri untuk
meminta orang-orang Galatia kembali kepada kebenaran. Kalau
dulu ia dalam keadaan sakit di terima dengan tangan terbuka, saat
ini seperti ia sedang menderita sakit bersalin lagi. Ungkapan yang
menyatakan kesungguhan bahwa mereka diminta kembali kepada
pelukan kasih Yesus Kristus bukan hidup di bawah hukum, dan
menjadi pengikut guru-guru palsu itu.

Apa yang diungkapkan Paulus ini merupakan pelajaran bagi kita,


untuk kita mawas diri di dalam kita hidup sebagai orang Kristen.
Benarkah kita menjadi pengikut Yesus Kristus, atau sebenarnya
kita menjadi pengikut manusia yang mengagumkan kita. Kita
mengagumi manusia, bahkan hidup kita kita serahkan kepada
manusia yang menarik hati kita, yang mengagumkan kita itu. Kita
terkurung di situ sehingga tidak bisa melihat bahwa ladang
pelayanan bukan hanya sesempit itu. Dan orang yang membuat kita
kagum berhasil mengurung kita untuk tidak perlu melihat ladang
Tuhan yang luas, semua untuk dia dan bagi dia. Orang yang
mengagumkan kita itu tidak pernah ada cukupnya, membangun dan
membangun, menciptakan kebutuhan dan kebutuhan dengan atas
nama Tuhan. Namun semua itu adalah untuk Kerajaannya sendiri
dan bukan untuk Kerajaan Tuhan. Jika kita saat inin telahterkurung
seperti gambaran Paulus ini, tulisan Paulus ini kiranya
menyadarkan kita. Bahwa kita diutus ke dunia untuk menjadikan
orang murid Yesus, dan membesarkan Kerajaan Allah. (Matius
28:19-20)

WASPADA ADALAH KATA YANG SERING KITA JUMPAI


DALAM KITAB SUCI. DENGAN WASPADA KITA TIDAK
GAMPANG DISESATKAN DARI MENJADI PENGIKUT
TUHAN.

027 KEARAH MANA PENGAJARAN ITU DILAKUKAN?


Galatia 4:12-20
Oleh: Pdt. Pudjianto

Kita masih mencoba meneliti tulisan ungkapan – ungkapan Paulus


dalam batasan bacaan kita. Ungkapan dari ayat 19-20: “Hai anak-
anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai
rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Betapa rinduku untuk
berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan
suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu”.
Paulus menggambarkan keberadaan dirinya mendengar dan melihat
orang-orang Galatia yang sudah menerima Yesus Kristus, namun di
dalam kehidupan Kristus tidak tampak di dalam hidup mereka.
Yang demikian itu sungguh sangat disesali oleh Paulus. Mereka
baru setengah jalan dalam mengiring Yesus, karena mereka harus
terbujuk oleh guru-guru palsu. Sehingga rupa Kristus tidak terlihat
nyata dalam kehidupan mereka. Oleh karena sikap orang-orang
Galatia ini Paulus dengan jujur mengakui bahwa dia sudah
kehabisan akal.
Sudah tentu pengakuan yang demikian adalah pengakuan yang luar
biasa, bagi seorang hamba Tuhan sebesar Paulus. Ia sampai tidak
tahu lagi mau bicara dengan cara yang bagaimana untuk
mengembalikan orang-orang Galatia supaya hidup di dalam
kebenaran lagi. Dengan kasar dan dengan halus sudah dilakukan
namun, tetap saja orang-orang Galatia menuruti guru-guru palsu
tersebut.

Salah satu pelajaran yang indah bagi kita orang-orang yang


beriman adalah pada zaman sekarang adalah kita harus sungguh
memperhatikan para pengajar iman. Apakah mereka di dalam
pengajarannya membawa dan menuntun kita serupa dengan dia,
atau di dalam pengajarannya menuntun kita serupa dengan Kristus.
Pengajaran para pengajar itu membawa kita menjadi pengikutnya
atau membawa kita menjadi pengikut Kristus yang sungguh?
Paulus dalam hal ini pada tulisan lain memberikan teladan kepada
kita yang menjadi bagian para pengajar iman di dalam Yesus
Kristus: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang
kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat,
untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam
Kristus” (Kolose `1:28). Dalam tulisan ini menegaskan bahwa para
pengajar hanya bisa memberitakan tentang Dia (Yesus Kristus),
demikian juga kalau menasihati dan mengajar tiap-tiap orang itu
memimpin orang kepada pengenalan yang lebih sempurna hidup
dalam Kristus. Dan sebaiknya dalam pekerjaan di dalam Tuhan
dilakukan dengan tim, dan bukan sendirian.

SEORANG PENGAJAR KRISTEN SEJATI AKAN MEMBAWA


ORANG YANG DIAJAR UNTUK MENJADI PENGIKUT
YESUS YANG SUNGGUH DAN MELAHIRKAN KEHIDUPAN
YANG SERUPA DENGAN KRISTUS.

028 KETAATAN ITU UNTUK MENYENANGKAN SIAPA?


Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Sedikit kita mengenang tulisan awal surat dari Paulus kepada


orang-orang Kristen di Galatia ungkapan kekecewaan terhadap
orang-orang Kristen yang dulu berhasil dimuridkan. Namun, tiba-
tiba setelah beberapa saat di tinggalkan berbalik meninggalkan
Kristus dan membiarkan dirinya dipasangi kuk perhambaan
sehingga kehilangan kemerdekaan. Mereka meninggalkan hidup
dalam kasih karunia, dan kembali kepada hidup lama metaati
hukum dengan kekuatan dagingnya. Pada hal pengalaman
melakukan hukum untuk bisa mendapatkan kehidupan gagal total.
Tidak ada satupun orang yang bisa mendapatkan hidup oleh karena
melakukan hukum Torat. Orang-orang Kristen di Galatia ini telah
terseret oleh bujuk rayu guru-guru palsu yang sebenarnya ketaatan
kepada hukum torat itu bukan untuk menyenangkan Allah namun
untuk menyenangkan mereka sendiri.

Pada waktu Tuhan Yesus bertemu dengan para ahli torat yang
seolah-olah melakukan ketaatan terhadap Torat, ternyata dalam hati
mereka mencari kebanggaan dan penghormatan dari manusia.
Tidak salah ketika itu Tuhan menyebut mereka sebagai kubur yang
dilabur putih. Artinya nampak di luar suci, bersih, namun di
dalamnya penuh dengan kebusukan dan kesrakahan yang
menjijikan. Paulus sungguh memahami hal ini, karena ia berlatar
belakang yang sama. Maka jikalau Paulus heran terhadap orang-
orang Kristen Galatia yang meninggalkan Kristus dan kembali
hidup lama adalah merupakan hal yang wajar. Karena memang
sebenarnya ketaatan yang dilakukan hanya untuk menyenangkan
diri sendiri, untuk kepentingan kelompok.

Sudah tentu melalui tulisan Paulus pasal 5 ini, mengajak kita


supaya kita menguji ketaatan kita. Keaatan yang kita lakukan
selama ini, rajin dalam segala segi di pelayanan kita, untuk
siapakah? Untuk supaya kita mendapat kebanggaan dan
penghormatan dari manusia, atau memang kita melakukan ketaatan
itu untuk kemuliaan Tuhan. Beranikah kita berdoa kepada Tuhan
seperti Daud demikian: “Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku;
selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih
setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu” (Mazmur 26:2-3).

JIKA SEGENAP APA YANG KITA LAKUKAN UNTUK


KEMULIAAN TUHAN MAKA APAPUN PENILAIAN
SESAMA TERHADAP KITA TIDAK MENGURANGI
SEMANGAT KETAATAN KITA KEPADA TUHAN.
029 SAUDARA YANG TERSESAT PENTING DIINGATKAN
Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Orang-orang Galatia memang benar-benar sudah meninggalkan


kemerdekaan sejati yang pernah diterimanya. Untuk hal tersebut
Paulus benar-benar kecewa. Namun, sebagai pelayanan Tuhan
adalah merupakan kewajibannya untuk mengingatkan kembali
bahwa sikap yang demikian itu, suatu sikap yang salah. Tulisan
peringatan Paulus: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka,
Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan”(ayat 1).
“Kalimat supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah
memerdekakan kita” adalah subuah kalimat yang sangat dalam
artinya.
1. Orang yang percaya Yesus dilepaskan dari rasa bersalah
karena dosa. Itu sebuah kenyataan dan itu sudah digenapi di
dalam hidup.
2. Orang yang percaya Yesus tidak lagi dibawah murka Allah.
Jadi orang yang percaya Yesus adalah orang-orang yang
dibawah senyum Allah, karena mereka telah menerima
jalan yang dianugerahkan kepada mereka.
3. Sebelum orang percaya Yesus, maka ia tidak ada dasar
sama sekali bahwa Roh Allah yang di dalam diri orang itu
lebih besar dari Roh yang diberikan Allah. Hanya orang
yang percaya Yesus mendapat karunia memiliki Roh Allah
yang lebih besar dari roh-roh Dunia.
Jadi itulah yang dimaksudkan Paulus dalam peringatannya. Bisa
dikatakan bahwa pengorbanan Kristus bukan saja disikapi dengan
bertepuk tangan dan berdecak kagum, namun bahwa pengorbanan
Kristus itu sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

Apa yang ditulis kepada jemaat Galatia memang menjadi pelajaran


bagi kita yang hidup pada jaman sekarang. Penyesatan itu terjadi
bukan hanya pada jaman dahulu namun juga bisa terjadi pada
jaman sekarang. Banyak timbul ajaran-ajaran yang aneh-aneh di
dunia ini, yang kelihatannya “memuliakan Kristus” namun yang
sebenarnya nama Kristus hanyalah sebagai pemanis bibir saja.
Hanya untuk daya tarik, namun sebenarnya ada tujuan lain yang
bukan untuk menyelamatkan namun untuk kepentingan-
kepentingan yang tersembunyi. Jika kita melihat hal yang demikian
maka perlunya kita bertindak seperti Paulus untuk mengingatkan
saudara kita yang tersesat tersebut. Hal itu mengingatkan kita
terhadap nasihat Paulus kepada Timotius untuk tidak jemu-jemu
mengingatkan kita akan nasihat Paulus kepada Timotius: “Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita,
engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik,
terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat
yang telah kauikuti selama ini.” (I Timotius 4:6).

JIKA MANUSIA SUDAH MENEMUKAN APA YANG COCOK


DI HATI DAN SESUAI DENGAN LATAR BELAKANG
HIDUPNYA, MAKA JIKA ADA AJARAN YANG SESUAI
DENGAN DIRINYA WALAUPUN TERSESAT SEKALIPUN
AKAN DIIKUTINYA. ORANG YANG DEMIKIAN PERLU
SENANTIASA DIINGATKAN AKAN KEBENARAN DI
DALAM YESUS KRISTUS.

030 JANGAN BERMENTAL SEORANG HAMBA


Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Satu hal yang dijelaskan Paulus untuk orang-orang Kristen Galatia


bahwa oleh karena imannya kepada Tuhan Yesus Kristus maka
mereka mendapatkan kemerdekaan. Oleh karena itu Paulus
menegaskan kembali: “Karena itu berdirilah teguh dan jangan
mau lagi dikenakan kuk perhambaan”(ayat 1b). Perlu disadari
bahwa orang yang sudah sekian lama menjadi hamba, maka
walaupun sudah menjadi orang merdeka namun mentalnya sangat
sukar untuk diubah sebagai orang merdeka.Itulah orang-orang
Galatia. Demikian juga kalau sudah lama menjadi hamba secara
rohani, maka sangat rawan sekali tergoda untuk kembali menjadi
hamba lagi. Dan orang yang demikian menjadi sasaran empuk
guru-guru palsu yang sudah tersebar di Galatia untuk
mengembalikan mereka menjadi hamba kembali. Mereka begitu
mudah melepaskan kemerdekaan yang tidak bernilai harganya itu
dan kembali menjadi hamba yang dengan kata-kata manis dari
guru-guru palsu itu bahwa dengan melakukan kegiatan kedagingan
itu akan menjadi Allah berkenan. Pada hal semua yang berupaya
bersifat kedagingan atau usaha dari manusia tidak akan menjadi
perkenan Allah. Di dalam kitab Yesaya menjelaskan demikian:
“Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu
seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun
dilenyapkan oleh angina” (Yesaya 64:6).

Oleh karena itu sudah menjadi kenyataan bahwa semua usaha


manusia untuk mendapatkan perkenan Allah adalah sia-sia. Hanya
orang yang ada di dalam Kristus Allah memandang sebagai orang
yang menyenangkan hatiNya, menjadi perkenanNya. Maka bagi
orang yang memahami betapa tinggi nilainya iman kepada Kristus
itu, maka ia tidak akan begitu mudah melepaskan iman yang
berharga tinggi ini dan kembali kepada hidup dibawah kuk, yang
serratus persen tidak menjadi perkenan Allah.

Sepotong tulisan Paulus yang bermakna luas tersebut merupakan


pelajaran bagi kita yang hidup pada jaman sekarang. Jika memang
kita sudah percaya kepada Kristus maka berlaku di dalam hidup
kita seperti apa yang tertulis di dalam surat Korintus: “Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama
sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.(II Korintus
5:17). Sudah semestinya jikalau kita sudah ada di dalam Kristus
maka cara berpikir, mental kita, dan hidup kita harus baru.
Meninggalkan hidup yang lama dan memulai kehidupan di dalam
Kristus. Dan teguh di situ, tidak gampang goyah oleh tipuan
bujukan orang-orang yang akan membuat kita meninggalkan
Kristus.

HIDUP DI DALAM KRISTUS ADALAH SEBUAH HIDUP


YANG PENUH DENGAN KEMERDEKAAN, KEMERDEKAAN
DARI RASA BERSALAH, KEMERDEKAAN DARI
PENGHAKIMAN, KEMERDEKAAN DALAM HIDUP DI
DALAM KASIH. BERBAHAGIALAH ORANG YANG TELAH
MENEMUKAN HIDUP YANG DEMIKIAN.

031
MENYUNATKAN DIRI BERATI BERGABUNG
Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Jika kita memperhatikan ayat 2-6, maka di sana menunjukkan bukti


bahwa sebagian orang-orang Galatia sudah benar-benar
terpengaruh terhadap guru-guru palsu yang membujuk keluar dari
dalam hidup berdasarkan kasih karunia. Tulisan Paulus:
“Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu
menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna
bagimu” (ayat 2).
Terbukti mereka telah menyunatkan diri. Arti menyunatkan diri di
sini bukan hanya sekedar dikerat kulit kathannya, namun di
dalamnya ada makna yang sangat dalam. Dalam arti teologia
dengan menyunatkan diri berarti menerima ajaran guru palsu
tersebut dan menyerahkan diri untuk kembali menjadi orang yang
akan mentaati hukum torat. Dan akan mencari hidup melalui
ketaatan hukum torat itu. Mereka menerima apa yang dikatakan
guru palsu itu, “kamu harus menerima ini dan itu, harus melakukan
ini dan itu, setelah semua kamu bisa lakukan maka kamu menjadi
orang yang sempurna”. Dengan menyunatkan diri merupakan
lambang bahwa orang itu menerima dengan sepenuh hati apa yang
dikatakan guru palsu tersebut.

Memperhatikan tulisan Paulus ayat 2-6 maka ada 4 kosekwensi jika


kita melakukan seperti orang-orang Galatia yang terbujuk guru-
guru palsu itu:
1. Kristus tidak berguna bagi kita. Ketika kita mengakui
bahwa keselamatan di dapat dari usaha kita, dan kita mau
dikenakan kuk hukum torat, maka Kristus tidak berguna
lagi bagi kita.
2. Artinya juga kita wajib memenuhi tuntutan Torat. (ay3)
3. Kita akan terlepas dari Kritus (ay 4). Ini berarti kita akan
keluar dari kasih karunia, meniadakan kesempurnaan
Kristus, dan tidak memberikan penghormatan kepada yang
layak mendapatkan penghormatan. Kita berusaha untuk
mencari penghormatan kepada diri sendiri.
4. Jika kita mencari keselamatan dengan usaha memenuhi
hukum torat maka kita tidak mendapatkan Roh Allah yang
memimpin kita. Kita tidak bisa mengatakan Roh yang ada
padaku lebih besar dari roh dunia. Karena memang kita
berusaha dengan pimpinan daging kita, yang pada akhirnya
memang menuju kebinasaan.

Tulisan peringatan Paulus kepada orang-orang Galatia itu


hendaknya menjadi peringatan bagi kita untuk tetap teguh hidup di
dalam iman kepada Yesus Kristus. Betapa jaman sekarang banyak
ajaran-ajaran sesat yang kelihatan baik, kelihatannya memuliakan
Allah, namun dibalik itu ada maksud-maksud tersembunyi dari
pengajar-pengajar itu yang sebenarnya hanya untuk kemuliaan diri
sendiri, dan meniadakan arti pengorbanan Kristus. Mungkin
sebagai sahnya kita menjadi anggota kelompoknya tidak dengan
lambang menyunatkan diri, mungkin dengan cara yang lain yang
menunjukkan kita sah menjadi anggota kelompoknya. Setelah kita
dianggap sah menjadi anggota maka kita akan mentaati dan
memenuhi kewajiban sebagai anggota. Dan yang kita lakukan,
sebenarnya meniadakan Kristus sebagai juru selamat. Tidak lagi
memberikan penghormatan kepada Kristus, namun kepada
kelompok atau kepada diri sendiri. Oleh karena itu wajib sebagai
murid Kristus yang sejati kita waspada.

AJARAN SESAT ITU SEPERTI ULAR BERWANA WARNI,


CANTIK MENARIK, LEMAH LEMBUT NAMUN JIKA KITA
SUDAH TERLILIT MAKA KITA SULIT UNTUK BISA
MELEPASKAN DIRI. JIKA SUDAH BEGITU MAKA KITA
AKAN TERTELAN BULAT-BULAT.

032 SIAPA YANG MEMBUAT BERHENTI MENURUTI


KEBENARAN?
Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Pada tulisan selanjutya di dalam melihat orang-orang Kristen


Galatia menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang bernuansa
heran. Kita perhatikan ayat 7: “Dahulu kamu berlomba dengan
baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu
tidak menuruti kebenaran lagi?” (ayt 7). Kata berlomba seperti
mengarah kepada ibarat, bahwa hidup di dalam kebenaran
mengkuti perlombaan olah raga. Ketika itu orang-orang Kristen di
Galatia mengikuti aturan-aturan yang seharusnya, namun tiba-tiba
berhenti. Kata menghalang-halangi adalah bisa dikatakan tidak bisa
melanjutkan lagi. Artinya berhenti. Nah, Paulus bertanya siapa itu
yang menghentikannya dalam mengikuti perlombaan itu. Seorang
hamba Tuhan mengisi kotbahnya dalam bagian ini demikian: Jika
dilanjutkan tulisan Paulus itu bermakna demikian, siapakah yang
menghentikan kesukacitaan itu. Siapa yang telah mengambil suka
cita yang terpancar di wajah itu. Mengapa menjadi bermuka sangat
serius seperti bermuka yang mengandung beban yang berat? Jika
orang kristen itu berwajah tegang dan nampak serius tanpa senyum
memang sangat aneh sekali dan nampak ganjil. Justru sangat aneh
apabila sebagai orang kristen takut berdosa ketika tertawa lepas,
menjadi ketakutan ketika menampilkan kesenangan. Menjadi rasa
bersalah ketika menunjukkan senyum keramahan. Keramahan
malah menjadi sesuatu yang perlu dipertanyakan. Ada apa itu?
Demikian penjelasan seorang hamba Tuhan dalam kotbahnya.

Sebenarnya Paulus tahu siapakah yang menyebabkan orang-orang


Kristen Galatia berubah seperti itu. Orang yang menjadi penyebab
adalah guru-guru palsu atau orang-orang legalis. Mereka
memasukkan orang-orang kristen yang telah terpikut itu dengan
sistim, aturan-aturan. Dengan aturan-aturan itu maka mereka bisa
menunjuk itu salah, ini salah, yang sana salah… karena tidak
mencapai standart aturan yang telah di tetapkan mereka sendiri.
Orang-orang yang terpikut itu harus melakukan sistim jikalau ingin
menyenangkan Allah, itu alasannya. Akhirnya memang hal tersebut
menjadikan beban yang berat sehingga tidak ada sukacita lagi di
dalam hidup sebagai orang kristen. Sukacita itu terampas sudah.

Dari sini kita belajar dari apa yang terjadi di dalam orang-orang
Kristen Galatia. Aturan memang diperlukan dalam membangun
sebuah persekutuan. Memang dibutuhkan untuk semua pelayanan
dan hubungan sesama orang percaya bisa berjalan lancar. Namun,
perlu diingat jangan sampai aturan-aturan yang dibuat justru
menghalangi orang masuk di dalam persekutuan dengan Yesus
Kristus yang telah memberikan kemerdekaan sejati. Aturan-aturan
dibuat jangan merampas sukacita , membebani, dan menghalangi
seseorang sebagai orang percaya untuk dekat dan hidup dalam
kebenaran Kristus. Orang yang bertemu dengan Kristus akan
menikmati kegembiraan dan kegembiraan itu tidak ada yang bisa
merampasnya. Seperti sabda Yesus: “…..tetapi Aku akan melihat
kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun
yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu”.(Yoh
16:22).

JIKA ATURAN HARUS ADA MEMANG TUJUANNYA


MEMPERMUDAH ORANG DATANG KEPADA YESUS
KRISTUS YANG MEMANG MENJADI PUSAT
KESELAMATAN ORANG SEJAGAT.

033 AKIBAT DARI TERHANYUT PADA KESESATAN


Galatia 5:1-12
Oleh: Pdt. Pudjianto

Ungkapan Paulus kemudian untuk orang-orang Kristen Galatia


adalah dipaparkan akibat dari sikap mereka yang gampang
terhanyut terhadap guru-guru palsu. Sejak awal Paulus sudah
menyatakannya. “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik
dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil
kamu, dan mengikuti suatu injil lain” (Gal 1:6). Mereka tadinya
memang hidup di bawah hukum, tidak ada pengharapan, senantiasa
di dalam beban, tidak ada pengharapan. Dan ketika dalam keadaan
yang terjajah demikian “karunia Kristus telah memanggil”.
Panggilan karunia itu awalnya ditanggapi dengan baik. Lepaslah
dari penjajahan itu, dan saat itu hidup dalam kasih karunia. Orang-
orang Galatia itu yakin benar bahwa Kristus telah berkarya untuk
keselamatan mereka yang benar-benar berdasarkan anugerah bukan
lagi dengan kekuatan bagaimana melaksanakan hukum. Ketika
menerima panggilan karunia itu bagaikan mendapat hadiah, dan
hadiah itu memang menjadi miliknya. Lantas dalam pasal 5 ini
Paulus menulis: “Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah
yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti
kebenaran lagi? Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan
datang dari Dia, yang memanggil kamu” (ay 7-8). Kebenaran itu
datang dari anugerah. Ajakan untuk untuk tidak menuruti
kebenaran adalah datangnya dari manusia. Cara yang dipakai oleh
guru-guru palsu itu sangat halus sekali. Ia tidak mengajak melihat
daftar apa-apa yang dilanggar. Mereka hanya mengajak berhenti
melakukan kebenaran itu sendiri. Hanya itu. Kita diajak kembali
kepada tuntutan, mereka mengatakan “jika kita sedikit saja
melakukan tuntutan itu akan membuat sempurna dihadapan Allah.
Namun, lantas Paulus menulis: “Sedikit ragi sudah mengkhamirkan
seluruh adonan” (ayat 9). Apa yang dimaksud Paulus dalam hal ini?
Yang dimaksud adalah jika anugerah itu ditambahkan sedikit seja
berkaitan dengan legalisme . Yang sedikit itu sudah mencemarkan
anugerah. Ini akibatnya.

Selanjutnya Paulus juga menulis akibat bagi orang yang telah


mengacaukan orang-orang yang sudah percaya tersebut. “Dalam
Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai
pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang
mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapa pun
juga dia. (ayat 10). Orang-orang yang mengacaukan kehidupan
orang percaya itu akan menanggung hukuman dari Allah. Artinya
Allah sendiri yang akan mendisiplin mereka.

Dari apa yang ditulis Paulus ini kita belajar bahwa kita sudah
memiliki harta yang berharga di dalam hidup yaitu keselamatan
oleh karena anugerah. Dan keselematan itu kita terima tidak dengan
melakukan apa-apa, benar-benar karena anugerah. Korban Kristus
sudah sempurna dan tidak perlu di tambah macam-macam lagi.
Oleh karena itu kita harus mempertahankan anugerah itu dalam
hidup kita. Karena memang itu adalah harta yang sangat bernilai
bagi hidup kita.

LEBIH BAIK MEMANG MENJAGA TIDAK TERSERET ARUS


AJARAN YANG TIDAK JELAS ARAH DAN
JLUNTRUNGNYA, LEBIH BAIK BERTAHAN HIDUP DALAM
ANUGERAH KARENA HIDUP DALAM ANUGERAH DI
DALAMNYA ADA DAMAI SEJAHTERA.
034 “Selamat hari Minggu, Selamat beribadah, percaya bahwa Tuhan
Yesus menyertai hidup kita bagaimanapun keadaan kita”

MERDEKA… APA ITU?


Galatia 5:13-15
Oleh: Pdt. Pudjianto

Kita kembali belajar dari surat Galatia.

Paulus nampaknya mendapatkan kritik yang pedas dari orang-orang


yang tidak suka kepadanya. Mereka memelintir apa yang sudah
diajarkan Paulus mengenai kemerdekaan. Mereka memberitakan
bahwa kemerdekaan yang diberitakan Paulus adalah kemerdekaan
tanpa batas. Kemerdekaan tanpa batas itu mencakup di dalam
melakukan dosa. Sudah tentu yang diajarkan Paulus bukanlah yang
demikian itu. Yang dimaksudkan berkaitan dengan pemberitaannya
mengenai kemerdekaan adalah kemerdekaan dari belenggu dosa.
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari dosa tersebut, siapapun!
Hanya satu yang bisa yaitu Allah sendiri, dengan mengorbankan
putraNya yang tunggal Yesus Kristus. Oleh karena itu jika ada
yang mengatakan kemerdekaan yang di terima seseorang oleh
karena Yesus Kristus adalah sangat tidak ternilai harganya. Oleh
karena itu sebagai orang yang sudah ditebus, maka kemerdekaan
itu akan dijaganya dengan baik, dan tidak memberikan dirampas
oleh orang lain. Di dalam kemerdekaan karena Yesus itu, ada kasih
di dalamnya. Kemerdekaan itu walaupun harus dipertahankan,
namun juga dibagi dengan sesama. Tidak di monopoli sendiri.

Jadi tulisan Paulus dalam aya 13 “tetapi janganlah……”


Kemerdekaan Kristen itu kemerdekaan yang ada batasannya.
Kemerdekaan untuk melakukan kebenaran dan bukan kemerdekaan
untuk melakukan dosa. Bukan kemerdekaan untuk membiarkan
hawa napsu kedagingan merajalela di dalam kehidupan kita.
Kemerdekaan yang menyalipkan hawa napsu kedagingan.

Yang berikutnya pengertian kemerdekaan Paulus adalah


kemerdekaan untuk menyatakan kasih kepada sesama. Bukan
memanfaatkan sesama untuk kepentingan diri sendiri.
Kemerdekaan yang diajarkan Paulus adalah kemerdekaan
bagaimana menolong sesama bukan kemerdekaan memanfaatkan
sesama untuk kepentingan diri sendiri.

Yang terakhir bahwa orang bermusuhan dengan sesamanya,


bahkan sampai saling menggigit, dan menyakiti maka orang itu
sebenarnya belum memiliki seutuhnya kemerdekaan yang
diberitakan Paulus. Orang yang telah dimerdekaan secara utuh akan
berlaku firman ini: “Terimalah orang yang lemah imannya tanpa
mempercakapkan pendapatnya” (Roma 14:1).

Tulisan dalam surat Galatia 5:13-15 ini bisa menjadi cermin bagi
kehidupan kita. Sejauh mana kita bisa mengetrapkan kemerdekaan
di dalam hidup kita. Benarkah kita sudah terbebas oleh dosa dari
hidup kita. Benarkah kita memiliki kebebasan melakukan kasih
terhadap sesama? Benarkah kita bisa menerima kenyataan
kelemahan orang lain?

KEMERDEKAAN YANG SEJATI YANG KITA MILIKI


SENANTIASA MEMBAWA KEMULIAAN BAGI TUHAN,
MENJADI BERKAT BAGI SESAMA, DAN JAUH DARI
PERMUSUHAN DENGAN SESAMA.
035 ISI KEMERDEKAAN DENGAN PIMPINAN ROH BUKAN
DAGING
Galatia 5:16-25
Oleh: Pdt. Pudjianto

Paulus dalam tulisan selanjutnya menjelaskan tentang bagaimana


mengisi kemerdekaan yang nilainya tinggi sekali itu. Orang yang
telah dimerdekakan di dalam imannya kepada Kristus maka
hidupnya harus di pimpin oleh Roh, bukan tetap hidup dalam
kendali daging. Seorang hamba Tuhan memberikan contoh
peristiwa mengenai pemberian kemerdekaan kepada anggota
Marinir yang bertugas di Jepang pada waktu perang dunia ke II.
Memang ketika Marinir itu bertugas, maka sederet peraturan
kedisiplinan harus dilakukan. Tidak boleh tidak aturan itu harus
menjadi bagian kehidupannya. Namun, setelah beberapa hari
melakukan kedisiplinan maka ada 2 hari diberi kemerdekaan.

Memang waktu 2 hari libur dan lepas dari tugas rutin itulah yang
ditunggu-tunggu semua orang yang menjadi Marinir tersebut.
Ketika hari itu tiba, mereka langsung berhambur ke darat. Mereka
sungguh-sungguh menggunakan kemerdekaan itu, namun
kemerdekaan yang tanpa kendali, lebih menuruti keinginan daging.
Mereka minum sampai mabuk, mereka berkelahi dengan orang-
orang darat, mereka bermain perempuan, dan akhirnya memang
ada yang sampai dipenjara karena melakukan dekadensi moral
yang parah.

Sudah tentu bukanlah demikian yang dimaksud kemerdekaan yang


ditulis Paulus. Kemerdekaan yang dimaksud Paulus bukan
kemerdekaan yang dikendalikan oleh daging namun kemerdekaan
yang dikendalikan oleh Roh Allah. “Maksudku ialah: hiduplah
oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena
keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak
melakukan apa yang kamu kehendaki.(ayat 16-17)

Dalam tulisan Paulus ini menggambarkan bahwa di dalam


kehidupan orang percaya di dalam hidupnya seperti ada peperangan
selalu antara keinginan daging yang harus dituruti, dan keinginan
Roh yang harus ditaati. Tidak bisa mereka dicampur, mereka harus
mengendalikan sepenuhnya kita. Tergantung kita mana yang kita
pilih, mau dikendalikan seperti apa. Jika hidup kita dipimpin oleh
Roh maka kita akan bisa mengisi kemerdekaan itu yang
dianugerahkan kepada kita. Buah dari pada pimpinan Roh
disebutkan Paulus juga, “kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”.
(ayat 22-23)

JIKA KITA SUDAH MENDAPAT KEMERDEKAAN SEJATI


ITU, JANGAN MEMBIARKAN DIRI UNTUK HIDUP DI
DALAM DAGING, KARENA DENGAN MENURUTI DAGING
MAKA KERUSAKAN MORALAH YANG KITA DAPAT
036 4 KATAGORI AKIBAT DITUNTUN OLEH DAGING
Galatia 5:16-25
Oleh: Pdt. Pudjianto

Siapapun harus mengakui bahwa Paulus adalah orang dipakai


Tuhan secara luar biasa. Ia sungguh-sungguh diurapi Tuhan untuk
mengungkap hal-hal yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain.
Memang tulisannya bukan kehendak pribadi Paulus namun dia
sedang dituntun oleh Roh Allah karena tulisan-tulisannya akan
menjadi pedoman hidup orang percaya sejagat. Di dalam tulisannya
ini Paulus mengungkapkan 4 katagori akibat apabila orang
membiarkan hidupnya dipimpin oleh daging.

1. Ada kaitannya dengan seks. “Perbuatan daging telah nyata,


yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu……”.
Percabulan adalah gambaran perilaku seks yang tidak
sewajarnya. Bisa melakukan dengan yang bukan
pasangannya, bahkan antara sesama jenis. Tidak
menghargai bahwa seks itu anugerah yang dilakukan karena
kasih dan cinta yang sejati. Kecemaran adalah suatu
keinginan yang tidak lumrah. Sedangkan hawa nafsu
adalah kebejatan moral yang tidak tanggung-tanggung.
Dalam hal ini Paulus sangat menekankan kepada orang-
orang yang percaya dengan nasihat demikian: “Sebab itu
siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah
supaya ia jangan jatuh!” (I Korintus 10:12)
2. Terkait juga dalam kehidupan rohani. Yaitu penyembahan
berhala dan laku sihir. Penyembahan berhala adalah suatu
tindakan yang sangat membuat Allah murka karena memuja
bukan Allah. Walaupun sudah percaya masih memakai
jimat-jimat yang dianggap bisa dipakai sebagai andalan.
Sedangkan Sihir adalah sebuah perbuatan untuk
menggantikan kuasa Roh Kudus dengan perbuatan-
perbuatan licik seolah-olah itu sebuah kuasa. Seorang
hamba Tuhan menyebut sihir adalah hasil dari pada
hubungan dengan dengan kuasa kegelapan.
3. Ada kaitannya dengan individu ada 8 unsur di sebutkan di
situ. (ayat 19-20) “perseteruan, perselisihan, iri hati,
amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian. Jika orang sudah membiarkan dirinya dipimpin
oleh daging maka hasilnya seperti itu. walaupun hal itu
masih bisa ditambah lagi. Tetapi yang 8 unsur ini sudah
mewakilinya.
4. Dipimpin daging aka nada kaitannya dengan minuman
keras. Disebutkan dalam ayat 21, “kemabukan dan pesta
pora”. Suatu perbuatan yang sebenarnya mengacau orang
itu sendiri dan merendahkan martabatnya sebagai manusia.
Kita bisa melihat pada zaman sekarang bagaimana jika
orang sudah kecanduan. Tidur di jalanan seperti tidak
berharga sama sekali, bahkan baru-baru terjadi sampai
nyawa sendiripun menjadi taruhannya karena pesta
minuman tersebut.

Dan yang lebih mengerikan dalam ayat 21 Paulus dengan tegas


mengatakan bahwa orang yang hidupnya dipimpin oleh daging
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. “bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.

Dari sini kita sudah selayaknya mawas diri kita, bagaimanakah


kehidupan kita sebagai orang beriman. Ingin dipimpin siapakah
Roh yang dijanjikan Tuhan Yesus, atau menuruti keinginan daging.
Semua ada akibat, Paulus sudah mengungkapkannya.

JIKA KITA MENYEBUT DIRI KRISTEN NAMUN


MEMBIARKAN KEINGINAN DAGING MENGUASAI KITA
SEJATINYA KITA BUKAN ORANG KRISTEN YANG
SEBENARNYA.

037 YANG HARUS DITAATI…HIDUP OLEH ROH


Galatia 5:16-25
Oleh: Pdt. Pudjianto

Tulisan Paulus selanjutnya orang-orang Kristen di Galatia


diingatkan kembali pada kenyataan yang terjadi bagi orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahwa orang yang percaya
Tuhan Yesus itu telah menjadi milik Kristus. Maka penegasannya
tertulis demikian, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia
telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan
keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga
dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita
saling menantang dan saling mendengki”(ayat 24-26). Dari apa
yang ditulis Paulus ini bisa dimengerti demikian:

1. Dalam kehidupan orang percaya adalah merupakan


kenyataan bahwa daging itu telah disalipkan bersama
dengan Kristus. Iman orang percaya kepada Kristus yang
disalip memberikan kuasa untuk menang atas keinginan
daging. Jika ada orang Kristen yang hidupnya tidak
berubah walaupun dia mengatakan sudah percaya Yesus,
maka sebenarnya orang itu kemungkinan besar belum
sungguh-sungguh bertobat atau memang sudah bertobat
namun tidak menjaga pertobatan tersebut. Maka jangan
heran jika orang sungguh sudah percaya Yesus, maka orang
itu diubah hidupnya, yang lama sudah berlalu dan yang baru
sudah datang. Yang baru hidupnya menghasilkan buah-buah
Roh karena memang dirinya dibiarkan dipimpin oleh Roh.
“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
2. Orang Kristen seharusnya hidupnya di pimpin oleh Roh.
Namun, pada kenyataannya kehidupan yang dipimpin Roh
sering terhambat tersandung oleh hal-hal kedagingan. Maka
pentingnya pemahaman dipatrikan di dalam hati orang
percaya bahwa daging dan segala keinginannya sudah
dipakukan di salip bersama Yesus. Kita jangan berusaha
untuk menurunkannya lagi. Artinya sebagai orang percaya
harus berjaga benar, supaya kita tidak menurunkan
keinginan daging yang sudah disalip bersama Kristus itu.

Dari apa yang ditulis Paulus itu maka untuk kita harus
memperbaharui komitmen kita setiap bangun pagi untuk
membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh Allah. Yang berikutnya
pembaharuan komitmen itu harus kita pelihara sampai sehari
penuh. Begitu seterusnya.

KETAATAN HIDUP DI DALAM ROH ADALAH


MERUPAKAN SIKAP PENYERAHAN DIRI KEPADA TUHAN
YANG BERUJUNG KEPADA KEMULIAAN DAN DAMAI
SEJAHTERA YANG TIDAK DI DAPAT DI DUNIA INI.
038 BERBEDA … TETAP BERSIKAP HORMAT, HARMONIS DAN
LEMAH LEMBUT
Galatia 5:25:6:1-5

Tulisan Paulus terakhir dalam pasal 5 adalah sebuah peringatan


bagi orang yang mengaku sebagai orang-orang yang dipenuhi oleh
Roh Kudus atau hidup oleh Roh Kudus. “Jikalau kita hidup oleh
Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang
dan saling mendengki” (5:25-26). Jika seseorang sebagai orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus, hidupnya dipimpin oleh Roh
bukan berarti orang itu terus hidup menyendiri tidak bergaul
dengan sesamanya. Hidup di tempat yang terpencil. Bukan
demikian yang dimaksudkan Paulus, namun justru sebagai orang
yang dipimpin oleh Roh Kudus maka sepanjang perjalanan
hidupnya akan memperjuangkan keharmonisan dengan sesama,
menampilkan kelemah lembutan, saling menguatkan, juga saling
memuaskan.

Kemungkinan ketika itu Paulus melihat gejala orang-orang Kristen


yang mengaku sebagai orang yang dipimpin oleh Roh Kudus
namun dalam tindakan nyata jauh dari hal tersebut. Menuntut orang
menghormati lebih dari pada yang seharusnya, bahkan dengan
sesama yang pandangannya berbeda dianggap musuh, dan
seterusnya orang yang dianggap berbeda itu di dengki. Dalam
perjalanan waktu, maka tidak heran jika pada suatu saat ada orang
berkepercayaan lain bertanya kepada seorang pendeta: “Lembaga
Kristen itu kalau sudah tidak suka sama anggotanya, tindakannya
kejam sekali ya pak?”, demikian pertanyaan seorang yang bukan
Kristen tersebut. Pendeta yang mendapat pertanyaan itu memang
terkejut. Dia mencoba meneliti kebenaran, ternyata bisa dibenarkan
dalam satu sisi, karena Lembaga itu memecat anggotanya, dengan
tanpa penghargaan sama sekali walaupun orang yang berbeda
pandangan itu sudah berjuang bersama mendirikan Lembaga itu
sejak awal. Orang yang yang dianggap berbeda kebijakan pimpinan
itu, dibiarkan pergi begitu saja. Ya mungkin peristiwa itu hanya
satu diantara yang tidak melakukan demikian, namun yang satu
cukup meruntuhkan kesaksian kekristenan secara keseluruhan di
kota tersebut.

Paulus menegaskan di dalam tulisannya itu, orang yang hidupnya


dipimpin Roh Kudus di dalam praktek hidupnya senantiasa
berjuang untuk bisa hidup harmonis dengan sesama, tetap bersikap
hormat, dan lemah lembut. Perbedaan pandangan bagaimanapun
dengan sesama, tidak menjadikan renggangnya suatu hubungan.
Paulus pernah mengalami perbedaan yang sangat tajam dengan
Petrus, namun demi pelayanan, maka ia bisa saling menerima
kembali bahkan menjadi team yang solid.

JIKA HIDUP SESEORANG DIPIMPIN ROH KUDUS, MAKA


KELEMBUTAN, BERSIKAP HORMAT KEPADA SESAMA,
MENJAGA KEHARMONISAN ADALAH BUAH KEHIDUPAN
YANG BISA DILIHAT NYATA.
039 TIDAK SEMUA BEBAN HARUS KITA TANGGUNG SENDIRI
Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Masih dalam nasihat Rasul Paulus kepada orang-orang Kristen


Galatia khususnya bagi orang-orang yang hidupnya dipimpin oleh
Roh Kudus. Rasul Paulus menyadari sebagai orang percaya di
dalam menjalani kehidupan ini sudah pasti ada saja yang menjadi
beban hidup. Beban hidup ini kadang-kadang menghambat
perjalanan sebagai orang yang percaya. Namun, dalam tulisannya
ini Rasul Paulus mengungkapkan bahwa tidak perlu kuatir karena
sebagai orang percaya satu dengan yang lain mesti saling
menanggung beban dan bertolong-tolongan. Itulah keindahannya
sebagai orang yang percaya. Karena setiap orang percaya antara
satu dengan yang sudah menjadi bagian hidup. Tulisan Paulus:
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah
kamu memenuhi hukum Kristus” (ayat 2).

Di sini bisa diartikan jikalau ada orang Kristen, bersifat egois,


hidupnya berpusat pada diri sendiri, tidak ambil bagian dengan
beban kesusahan sesama orang percaya, maka imannya bisa
dipertanyakan. Benarkah ia orang percaya, benarkah hidupnya oleh
Roh? Tuhan Yesus sendiri mengenai hal ini berfirman: “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula
kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35). Trap-trapan firman ini
salah satunya adalah di dalam saling menanggung beban antara
sesama orang percaya dan saling tolong menolong.

Kehidupan bersama yang demikian sudah tentu sedap dan elok


dipandang. Saling memperhatikan, saling mengasihi, dan tolong
menolong. Memang hidup di dalam Roh dan di dalam pimpinan
Roh senantiasa membawa sejahtera bagi orang-orang yang hidup di
dalamnya.
“Seorang ibu menuruti anaknya ingin minum es campur di
pinggir jalan. Ketika sedang menanti anaknya minum, ia
mendengar istri penjual es itu sedang menasihati putrinya untuk
menerima kenyataan sebagai orang miskin. Cita-cita boleh, namun
juga harus melihat kekuatan diri. Putrinya yang sudah menginjak
dewasa itu dengan air mata bercucuran, mendengarkan nasihat
ibunya, dengan tangannya tetap ikut membantu bapak ibunya
melayani pelanggannya. Ibu yang menemani anaknya minum es
campur tersebut ikut mendengar nasihat itu. Hati ibu ini tersentuh.
Sehingga memberanikan diri bertanya, “Putri ibu ini sudah tamat
apa dan mau sekolah apa?”
Mendengar pertanyaan ibu yang menjaga anaknya itu agak
bimbang sedikit mau bercerita, tapi akhirnya seperti bendungan
pecah ibu penjual es tersebit menceritakan bahwa putrinya ingin
sekolah bidan. Mestinya harus melihat kenyataan dan…….. bla-
bla….! Ibu yang punya anak kecil minum es campur itu
memperhatikan dengan seksama cerita tersebut. Setelah itu, ibu itu
menarik nafas dalam-dalam, ia merasa Tuhan memanggilnya untuk
meringankan beban ibu si penjual es ini. Ibu yang tanpa sengaja
membeli es campurnya itu tergerak untuk ikut menanggung beban
keluarga si penjual es tersebut, membiayai sekolah putrinya. Dan
sungguh luar biasa, melalui pertolongannya itu si penjual es juga
mengenal siapakah Yesus yang menjadi pedoman hidup ibu yang
punya anak kecil ini dan keluarganya. Namun, juga putrinya benar-
benar menjadi bidan, yang menolong saudara-saudara yang tinggal
di desa.

Aneh memang peristiwa tersebut, namun ternyata demikianlah


orang yang hidupnya dipimpin Roh Allah senantiasa mendapat
kesempatan untuk menjadi saksiNya di dalam perjalanan hidupnya.

KEKRISTENAN ITU AKAN MENJADI HAMPA APABILA DI


DALAM KEHIDUPAN ORANG-ORANG YANG MENGAKU
KRISTEN ITU TIDAK ADA KASIH KEPADA SESAMANYA.

040 JANGAN MERASA BERARTI


Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Satu hal yang diangkat Paulus dalam tulisannya kepada orang-


orang Kristen Galatia adalah “Sebab kalau seorang menyangka,
bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu
dirinya sendiri” (ayat 3).
Tulisan ini merupakan teguran yang dalam maknanya bagi
seseorang. Mungkin ada diantara orang-orang Kristen di Galatia
merasa memiliki kelebihan, mungkin merasa intelektualnya paling
tinggi. Atau bisa jadi bahwa ia merasa bahwa dirinya paling
dibutuhkan di persekutuannya. Ia membayangkan bahwa
persekutuan kalau tidak ada dia, maka persekutuan akan hancur.
Itulah yang ada di dalam bayangannya, pada hal yang sebenarnya
tidaklah demikian. Justru pada kenyataannya keberadaannya
menjadi batu sandungan, cara berpikirnya sangat rendah. Nah, jika
terjadi seperti ini, maka orang itu sedang menipu dirinya sendiri.

Tuhan tidak berkenan di dalam persekutuan ada orang-orang yang


menonjolkan diri seolah-olah dirinya yang paling baik dan paling
hebat. Perlu diingat persekutuan di dalam Tuhan, semua anggota
persekutuan adalah merupakan bagian dari pada Tubuh Kristus.
Semuanya hebat dan semua dibutuhkan dalam persekutuan. Dan
jika memang memiliki kelebihan yang sangat dibutuhkan dalam
persekutuan bukan berarti ia orang yang hebat dan tidak boleh ada
perasaan bahwa dirinya paling berarti, dan menuntut perlakukan
lebih dari anggota persekutuan. Kalau terjadi demikian maka orang
itu sedang masuk dalam ranah menipu dirinya sendiri. Yang
berlaku dalam persutuan orang percaya adalah demikian: “Jadi
karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada
persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu
sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati
sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”(Filipi 2:1-4).

Tentu apa yang ditulis Paulus menjadi pelajaran bagi kita, untuk
tidak merasa berarti dan merasa di butuhkan. Kita harus melihat
sesama kita juga bahwa mereka juga memiliki talenta untuk
kebutuhan persekutuan kita lebih dari pada itu keberadaan sesama
dalam persekutuan sangat kita butuhkan.

MERASA DIRI BERARTI ADALAH SALAH SATU BAGIAN


SIFAT KESOMBONGAN YANG AKHIRNYA JUSTRU
MENJADI SANDUNGAN DAN MERUSAK DIRI SENDIRI.
041 IBADAH…PELAYANAN BUKAN UNTUK DIBANDINGKAN
Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Satu masalah lagi yang diungkap Rasul Paulus keberadaan orang-


orang Kristen di Galatia membandingkan apa yang dilakukan
untuk Tuhan kepada orang lain. Ungkapan Paulus demikian:
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia
boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat
keadaan orang lain”.(ayat 4). Sangat tidak pas apabila di dalam
seseorang beribadah atau memberikan pelayanan itu memiliki
motivasi untuk persaingan. Ibadah … pelayanan bukan untuk itu.
Ibadah … pelayanan adalah untuk kemuliaan Tuhan yang
dilakukan dihadapan Tuhan karena kasih dan taatnya kepada
Tuhan. Jika sudah ada motivasi untuk memperbandingkan dengan
orang lain maka segala bentuk ibadah… pelayanan hanyalah show
atau pameran saja. Sebaik apapun pelayanan, seindah apapun
dalam ibadah jika motivasinya hanyalah untuk pameran belaka,
akan menjadi sia-sia tidak ada gunanya. Motivasi setiap orang yang
mengaku percaya hendaknya seperti demikian: “Dialah yang kami
beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap
orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap
orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang
kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai
dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.
(Kolose 1:28-29).

Paulus Ibadah… pelayannya menggunakan kata “kami”, artinya


pelayanan itu adalah team. Tidak aku namun kami. Bersama, dan
bukan kepentingan diri sendiri. Dan semua yang dilakukan
pemberitaan, kepemimpinan, nasihat adalah hanya untuk Dia
(Yesus), untuk orang lebih mengenal Dia dan tidak ada sama
sekali bagian untuk kemuliaan diri sendiri. Itulah tulisan dalam
Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.

Dari apa yang ditulis Rasul Paulus ini maka setiap orang yang
mengaku sebagai orang Kristen ditantang untuk bisa mawas diri.
Sejauh ini bagaimanakah sikap dalam ibadah… sikap dalam
pelayanan. Apakah untuk pameran, untuk persaingan atau memang
benar-benar untuk kemuliaan Tuhan dan tidak ada diri sendiri
untuk ditonjolkan di situ…! Apakah keberadaan orang lain sebagai
saingan? Jika demikian maka jerih payah itu tidak ada gunanya,
karena Dia yang kita layani dan kepada Dia kita ibadah tidak
berkenan.

Konon ada seorang wanita yang memiliki banyak talenta. Wanita


tersebut senantiasa merasa sibuk setiap ada acara apapun dalam
pelayanan. Sini sana, mencari peluang dengan cara apapun supaya
bisa tampil di depan. Tadinya banyak orang mengagumi talenta
lengkap yang dimiliki wanita ini untuk memuliakan Tuhan, namun
karena dirasa memuliakan Tuhan hanya sebagai alat menonjolkan
diri, maka kehadirannya menjadi sandungan bagi yang melihatnya:
“Mengapa orang itu tidak diam sih… risih melihatnya”, demikian
celethuk beberapa orang. Dan akhirnya memang tidak menjadi
berkat apapun setiap wanita tampil diri.

JIKA DI DALAM KEHIDUPAN KITA DALAM


MEMULIAKAN TUHAN ADA SETITIK SAJA MOTIVASI
UNTUK MENDAPATKAN PUJIAN DAN SANJUNGAN DARI
MANUSIA, MAKA SEMUA YANG DILAKUKAN
WALAUPUN TADINYA DEMI KEMULIAAN TUHAN AKAN
MENJADI SIA-SIA.

042 MEMIKUL TANGGUNGANNYA SENDIRI


Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Paulus dalam tulisan selanjutnya mengingatkan kembali hal yang


paling penting. “Sebab tiap-tiap orang akan memikul
tanggungannya sendiri” (ayat 5). Pada intinya yang dimaksud
Paulus adalah jikalau beban itu bisa diangkat sendiri, maka jangan
sampai merepotkan orang lain untuk ikut memikulnya. Jadi bagi
yang beban hidupnya berat, memang berlaku saling tolong
menolong untuk meringankannya, namun kalau tanggungan sendiri
sudah bisa dipikul sendiri, jangan sampai merepotkan orang lain.
Tas kecil yang ringan tidak perlu orang lain dipanggil untuk ikut
mengangkat. Sederhananya mungkin begitu yang dimaksud Paulus.

Kita harus akui bahwa sampai saat ini, orang-orang yang senang
menjadi tanggungan orang lain itu banyak. Pada hal sebenarnya
mengangkat bebannya sendiri bisa. Contoh seorang ibu di suatu
gereja. Memang dia seorang janda, namun anak-anaknya bisa
dikatakan berhasil, ada yang bekerja di Bank, menjadi pendeta
bahkan beliaunya sendiri mendapat pensiun dari almarhum
suaminya. Namun, ibu ini masih mengharapkan bantuan dari
gereja. Mendapatkan jatah beras setiap bulan. Nah, yang seperti ibu
ini yang tidak diharapkan dari tulisan Paulus ini. Jika memang bisa
memikul bebannya sendiri kenapa harus merepotkan orang lain.
Bagi orang yang beriman nasihat Paulus ini perlu diperhatikan:
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu,
bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang
yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia
sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari
pada menerima."(Kisah 20:35)

Dari tulisan Paulus dan juga contoh peristiwa maka kita harus
mawas diri, sejauh ini apakah kita menjadi berkat bagi sesama kita.
Atau justru kita menambahi beban kepada sesama. Jika memang
kita sudah bisa memikul beban sendiri, sebaiknya kita menolong
sesama kita yang memiliki beban yang berlebihan. Jadikan apa
yang tertulis dalam Kitab suci ini menjadi pedoman hidup kita.
LEBIH BERBAHAGIA MEMBERI DARI PADA MENERIMA”.
Jika kita diberi kesempatan memiliki segala fasilitas hidup, ingatlah
saudara kita yang kekurangan. Jangan lupakan bahwa pekerjaan
Tuhan juga membutuhkan uluran tangan kita.

JIKA KITA BISA IKUT AMBIL BAGIAN DALAM BEBAN


SESAMA KITA, MENGAPA KITA MASIH INGIN
MEMBEBANI SESAMA? JADILAH ORANG YANG SUKA
MERINGANKAN BEBAN BERAT SESAMA, JIKA KITA
INGIN MERASAKAN BAHAGIA YANG SESUNGGUHNYA.
043 ADA KEWAJIBAN PENTING BAGI ORANG YANG ROHANI
Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Ternyata masih ada yang kelewatan, kita belum memperhatikan


nasihat Paulus pada ayat 1 pasal 6 ini. Tulisan itu: “Saudara-
saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu
pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu
ke jalan yang benar dalam roh lembah lembut, sambil menjaga
dirimu sendiri, supaya kamu juga jkangan kena pencobaan”.
Menarik untuk disimak kata “kalaupun seorang kedapatan
melakukan pelanggaran”. Kalimat tersebut memiliki makna yang
dalam. Bisa diartikan bahwa di dalam persekutuan orang-orang
percaya tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan sesamanya.
Semua harus berjalan harmonis, seia sekata di dalam memuliakan
Tuhan. Namun, jika didalam perjalanan pelayanan tersebut
kedapatan, artinya tidak sengaja mencari namun ditemukan ada
pelanggaran. Bukan langsung pada waktu itu secara ramai-ramai
menegur orang itu. Paulus memberi nasihat supaya yang rohani
memimpin orang itu ke jalan yang benar. Nah, yang dimaksud
dengan “yang rohani” itu yang bagaimana. Paulus sudah
menjelaskan di dalam pasal sebelumnya bahwa orang yang disebut
orang yang rohani itu sudah kelihatan buah-buah hidupnya yang
dipimpin oleh Roh Kudus itu. Buah-buahnya itu adalah : kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Artinya orang yang
harus membimbing ke jalan yang benar orang yang kedapatan
melakukan pelanggaran itu adalah bukan sembarang orang. Orang
tersebut adalah yang hidupnya sudah kelihatan buah-buah rohnya.

Paulus juga menjelaskan cara menanganinya dalam ayat 1 ini, yaitu


pembimbingannya dengan roh yang lemah lembut. Jadi tidak
tempat sikap kasar, dan kata-kata yang membuat hati sakit. Paulus
dalam tulisan yang lain: “Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-
kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur”
(I Korintus 14:3). Kita ambil tiga kata yang ditulis Paulus ini,
bahwa di dalam membimbing orang yang kedapatan melakukan
pelanggaran adalah untuk membangun orang tersebut, menasihati
dalam pengertian mendudukan kembali untuk bisa berjalan dalam
kebenaran. Lantas menghibur dalam pengertian, jangan sampai
setelah melakukan pelanggaran ada rasa rendah diri, bahwa ialah
orang yang paling berdosa didalam persekutuan, sehingga merasa
tidak layak untuk ikut bersekutu, dan akhirnya malah tenggelam.
Orang yang membimbing harus bisa menghibur orang tersebut,
menegakkan kembali.

Contoh peristiwa, seorang bapak salah satu anggota gereja akhirnya


pindah ibadah di gereja lain. Karena pelanggaran yang dilakukan,
menjadi sarana penghakiman teman-temannya segerejanya.
Sepertinya dia memiliki penyakit kusta yang harus dijauhi. Bisik-
bisik, gosip tentang dirinya berkembang demikian tanpa bisa
dibendung. Bahkan di mimbar malah dipakai ilustrasi. Tidak ada
orang yang mendekatinya, memberi nasihat, atau menemani dikala
sedang butuh teman sharing. Akhirnya memang akhirnya tidak
kuat bertahan, untuk bisa dikatakan setia, ia meninggalkan gereja
dan ibadah di gereja yang lain.

Apa yang yang menjadi nasihat Paulus kepada orang-orang Kristen


di Galatia dan juga contoh peristiwa tersebut menjadi pelajaran
bagi kita. Jadilah orang yang rohani, karena dengan demikian kita
mendapat kehormatan dari Allah untuk membimbing orang yang
melakukan pelanggaran ke jalan yang benar kembali.

HIDUP HANYA SEKALI, SUDAH SEBAIKNYA KITA ISI


HAL-HAL YANG BERGUNA BAGI SESAMA DAN JUGA
BAGI KEMULIAAN TUHAN. JIKA KITA MELAKUKAN
DEMIKIAN MAKA TANPA KITA SADARI KITA
MEMBANGUN MONUMENT ROHANI YANG TIDAK
MUDAH DILUPAKAN ORANG KHUSUSNYA ANGGOTA
KELUARGA SENDIRI.
044 ORANG ROHANI DALAM ROH LEMAH LEMBUT
Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Satu hal lagi yang diutarakan Paulus dalam suratnya kepada orang-
orang Kristen di Galatia adalah bahwa kriteria orang rohani yang
bertugas untuk membimbing orang yang kedapatan bersalah ke
dalam jalan yang benar seorang yang memilik roh lembah lembut.
Tulisan Paulus: “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan
melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus
memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut,
sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena
pencobaan”.(aya 1). Apakah yang dimaksudkan dengan dalam roh
lemah lembut tersebut? Menurut seorang hamba Tuhan kata dalam
roh lemah lembut artinya bahwa orang itu memiliki kelemah
lembutan. Di dalam kelemah lembutan tersebut artinya bahwa
seorang yang rohani tersebut , orang yang berkewajiban untuk
membimbing orang yang kedapatan bersalah keadalam jalan yang
benar itu, hendaknya orang yang di dalam hidupnya tunduk kepada
Allah. Dia adalah orang yang memiliki ketaatan terhadap kehendak
Allah. Yang ke dua orang tersebut senantiasa terbuka untuk diajar.
Walaupun ia sebenarnya sudah memiliki bobot untuk mengajar,
namun demikian ia memiliki sifat rendah hati, dia bersedia untuk
diajar orang lain. Ini menunjukan dia memiliki kerendahan hati.
Lantas yang ketiga orang tersebut memiliki pengertian. Ia tidak
maunya sendiri, ia benar-benar sebagai pembimbing yang penuh
pengertian tanpa meninggalkan prinsip kebenaran.

Jika orang yang mendapat tugas mengembalikan orang yang


kedapatan bersalah kedalam jalan yang benar memiliki ke tiga hal
tersebut, kecenderungan berhasil lebih banyak. Perlu diketahui
bahwa kecenderungan orang banyak tidak mau jika diperlakukan
dengan keras. Mereka lebih senang di dekati dengan cara yang
lemah lembut demikian. Orang yang bersikap kasar sekalipun, ia
senang jika pendekatan dengan dirinya dengan kelemah lembutan.
Oleh karena itu betapa pentingnya untuk membimbing mereka
dibutuhkan orang yang memiliki kelemah lembutan.

Dari sini kita bisa belajar dengan melihat kepada diri sendiri.
Apakah selama ini sudah melakukan seperti nasihat Paulus ini?
Atau kita tetap bertahan dengan sikap “mau ya begini tidak mau ya
begini”. Jika kita memiliki sikap yang “mau ya begini tidak mau
yang begini” maka kita bisa disebut sebagai orang yang tegar
tengkuk. Tidak mau berubah. Sudah tentu jika kita memiliki sifat
yang demikian tidak layak dan tidak akan dipercaya untuk
membimbing orang yang kedapatan bersalah ke jalan yang benar.

KELEMAH LEMBUTAN ADALAH SUATU SIKAP ORANG


YANG HIDUPNYA MENYERAH UNTUK DIPIMPIN ROH
KUDUS. IA TUNDUK KEPADA KEHENDAK ALLAH, SIAP
DIAJAR DAN MEMILIKI SIFAT PENGERTIAN TERHADAP
SESAMA.

045 KENDALA MENJADI PEMBIMBING


Galatia 6:1-5
Oleh: Pdt. Pudjianto

Masih ada yang tersisa untuk memahami nasihat Paulus khususnya


kepada orang-orang yang disebut sebagai orang yang rohani di
dalam membimbing orang yang kedapatan bersalah supaya kembali
ke jalan yang benar. Bagaimanapun menasihati orang mesti ada
kendalanya. Tulisan Paulus demikian: “Saudara-saudara,
kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka
kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar
dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya
kamu juga jangan kena pencobaan.”(ayat 1). Kata terakhir yang
berbunyi, “supaya kamu juga jangan kena pencobaan”, ini yang
perlu mendapat perhatian. Seorang hamba Tuhan di dalam
kotbahnya menjelaskan apa yang menjadi kendala pembimbing
bagi saudara yang kedapatan bersalah tersebut. Diantaranya adalah
yang pertama: Yang dihadapi itu adalah manusia. Manusia
memiliki perasaan. Seorang pembimbing harus mempertimbangkan
yang satu ini, yaitu perasaan yang dibimbing. Jika seorang
pembimbing salah memilih kata-kata, maka bisa jadi orang yang
dimbimbing tidak kembali ke jalan yang benar, tetapi malah
semakin jauh. Jadi harus benar mempertimbangkan kata-kata yang
akan diucapkan karena mempertimbangkan perasaan orang yang
dibimbing. Yang ke dua: orang yang telah kedapatan bersalah
tersebut menjadi sulit dibimbing, karena si pembimbing sendiri
kehidupannya tidak bisa menjadi teladan yang sempurna dalam hal
kebaikan. Oleh karena itu Paulus mengingatkan supaya sebagai
pembimbing bersikap hati-hati, supaya si pembimbing tidak jatuh
dalam hal yang sama. Yang ketiga: Tidak boleh terlalu semangat
untuk mengembalikan ke jalan yang benar sehingga kehilangan
kata-kata bijak, yang akhirnya malah yang dibimbing bukan merasa
dinasihati namun disakiti. Merasa bukan dibangun namun
dihancurkan. Semangat boleh namun jangan sampai kehilangan
kata-kata yang penuh pengertian. Jika sudah demikian hasilnya
memang tidak seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu perlunya belajar banyak menggunakan kata-kata


yang tepat apabila seseorang ingin menjadi pembimbing. Paulus
menulis kepada jemaat Korintus demikian, “….aku lebih suka
mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar
orang…” (I Korintus 14:19). Dan tentu hal tersebut sudah
selayaknya menjadi pedoman siapapun yang menasihati atau
membimbing orang. Betapa sudah banyak yang menjadi korban,
jemaat, para pekerja, bahkan para hamba Tuhan yang sudah
bertahun-tahun melayani, karena ada tokoh lain salah
menempatkan kata yang diucapkan, akhirnya menghancurkan
kehidupan orang yang seharusnya tidak perlu sampai demikian.
Kalau sudah begitu penyesalan rasanya sudah tidak ada gunanya.

Dari sini kita perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan


mengaruniakan hikmat kepada kita supaya memiliki kata-kata
hikmat. Memiliki kata yang bisa dipahami dan dimengerti
dirasakan bahwa kita sedang mengasihi dan memperhatikan orang
yang sedang jatuh tersebut. Kita memiliki kesabaran sehingga kata-
kata yang kita ucapkan intonasinya tidak seperti memarahi, atau
menghakimi, namun dirasakan sebagai seorang yang penuh
perhatian, memberikan pengayoman sehingga menyejukan dan
membuat kesadaran tentang diri untuk bangkit dan meninggalkan
kesalahan.

KATA-KATA HIKMAT YANG KELUAR DARI MULUT


ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN AKAN
MENEGUHKAN, MENGUATKAN , MEMBANGUN KEMBALI
SEBUAH KEHIDUPAN YANG TAKUT AKAN TUHAN.
046 HUKUM YANG BERLAKU TETAP
Galatia 6:6-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Seorang hamba Tuhan menjelaskan di dalam kotbahnya yang


berlandaskan tulisan Paulus ini bahwa ada hukum yang berlaku
tetap. Salah satu hukum yang berlaku tetap itu adalah orang yang
menabur pasti akan menuai. Terangnya:

a. Hukum 1: Apa yang kita tuai sama dengan apa yang kita
tabur. Semua orang tahu hal ini. Jika seseorang
menanam jagung, maka ia tidak mungkin menuai
durian.
b. Hukum 2: Kita menuai di musim yang berbeda dengan
saat kita menabur. Setiap menabur harus menanti waktu
tertentu untuk bisa panen. Memang ada tanaman yang 3
bulan sudah panen, satu tahun, bahkan ada yang 20
tahun baru panen, ada yang ratusan tahu baru panen.
c. Hukum 3: Kita menuai lebih dari yang kita tabur.
Sepanjang yang bisa dilihat bahwa jikalau menuai apa
yang ditabur maka lebih banyak dari pada apa yang
sudah ditaburkan.
d. Hukum 4: Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan tuaian
yang lalu, tetapi kita bisa melakukan sesuatu untuk
tuaian yang akan datang. Mungkin ada waktu tidak bisa
panen taburan itu, namun di lain waktu taburan itu akan
berbuah. Bisa jadi tertunda pada waktunya untuk
menuai.

Apa yang diterangkan tersebut di dukung dengan firman Tuhan


yang terdapat dalam ayub 4:8 yang berbunyi: “Yang telah kulihat
ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur
kesusahan, ia menuainya juga”. Apa yang ditulis di dalam firman
Tuhan ini adalah analoginya. Jika di dalam hidup kita suka
menabur masalah, maka yang jelas yang dituai bukan damai
sejahtera tetapi masalah. Dan tentu lebih banyak dari pada yang
ditabur. Demikian juga apa yang tertulis di dalam Hosea 8:7,
“Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting
beliung…”. Presiden pertama RI mengutipnya dengan berkata :
“siapa yang menabur angin menuai badai”. Artinya taburan itu
membutuhkan waktu tertentu, dan kalau sudah masanya maka akan
dituai, dan tuaian itu mesti akan berlipat. Dan semua manusia yang
hidup tidak henti-hentinya menabur dan menabur, entah apapun
yang ditabur. Namun pada masanya akan menuai juga. “Selama
bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan
menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan
malam."(Kejadian 8:22).

Dari sini kita belajar untuk menggunakan kesempatan menabur apa


yang baik, apa yang luhur apa yang mulia semua yang positip.
Supaya pada musim menuai kita akan menerima berlipat apa yang
baik, apa yang luhur dan apa yang mulia, dan semua yang postif
tersebut. Dalam surat Filipi tertulis: Jadi akhirnya, saudara-
saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu. (Filipi 4:8)

ANAK TUHAN YANG BIJAK AKAN MEMPERGUNAKAN


SETIAP KESEMPATAN AKAN MENABUR APA YANG
MULIA SESUAI DENGAN FIRMAN TUHAN, KARENA IA
TAHU PADA WAKTUNYA AKAN MENUAINYA, DAN
TUAIAN ITU LEBIH BANYAK DARI APA YANG
DITABURKAN.

047 HUBUNGAN PENGAJAR DAN YANG DIAJAR


Galatia 6:6-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Di dalam tulisan Paulus kali ini menegaskan berkaitan hubungan


pengajar Firman dengan orang yang diajar. Tulisan itu demikian:
“Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman,
membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang
memberikan pengajaran itu” (ayat 6). Paulus di sini mengingatkan
kepada orang-orang Kristen di Galatia untuk memahami dan
mengerti posisinya di depan para pengajar firman. Mereka harus
berbagi dengan mereka. Yang dimaksud pengajar firman di sini
adalah orang-orang yang telah terpanggil khusus untuk
memberitakan Injil dan melepaskan pekerjaan sekuler. Orang-orang
yang telah secara total menyerahkan diri kepada pelayanan yang
demikian harus benar-benar diperhatikan kehidupannya. Seorang
penguasaha di dalam kesaksiannya menegaskan demikian: “Kita
jangan hanya suka diajar hamba Tuhan yang sudah kita nilai baik,
kita sudah banyak diberkati, namun tidak mengerti kepada hamba
Tuhan tersebut. Hamba Tuhan itu juga manusia terdiri kulit dan
daging, kebutuhannya sama. Mari kita berbagi dengan mereka yang
sungguh hidupnya total untuk pelayanan”.

Salah satu kesaksian: Satu keluarga memiliki komitmen akan


berbagi dengan salah satu pelayan Tuhan yang dianggap baik
penyerahannya. Setelah berdoa lama, keluarga itu menemukan
yang dimaksud. Bagian dari gajinya diberikan kepada hamba
Tuhan tersebut. Ia meyakini bahwa ia telah melakukan pelayanan
melalui hamba Tuhan tersebut. Keluarga itu merasa inilah
panggilan taburan yang dipercayakan kepadanya. Memang
akhirnya hamba Tuhan itu bisa melayani lebih banyak, banyak jiwa
yang dimenangkan. Sempat juga keluarga ini mengalami krisis
ekonomi, namun komitmennya tetap tidak boleh mengurangi
suportnya. Keluarga ini percaya, bahwa Tuhan sedang
mengijinkan ditimpa percobaan. Rumah sampai terjual untuk
menutup modal. Pindah ke luar kota. Namun komitmennya tidak
berubah. 26 tahun kemudian. Tuaian sudah matang. Tuaian lewat
anak-anaknya. Ke tiga anaknya menjadi anak yang berhasil.
Tangan Tuhan senantiasa terulur ketika anak-anaknya butuh ini,
butuh itu. Bahkan ketika satu anaknya harus studi di Luar negeri.
Itupun Tuhanlah yang membuka peluang. Memang satu
diantaranya akhirnya menjadi salah satu dosen di Luar negeri, dua
lainnya, juga sukses. Dan benar buah yang jatuh tidak jauh dari
pohonnya. Ke tiga anaknya memiliki komitmen yang sama
mendukung setiap hamba Tuhan yang memiliki beban misi (artinya
memenangkan jiwa).

Apa yang ditulis Paulus dan kesaksian itu merupakan pelajaran


bagi kita. Di manakah komitmen kita di dalam memuliakan Tuhan.
Mungkin akan menjadi pengajar firman Tuhan secara total, atau
ikut ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan melalui orang-orang
yang dipanggil khusus. Ladang Tuhan begitu luas, terserah kita
mau ambil bagian yang mana. Karena bagaimanapun hidup kita
kelak akan kita pertanggung jawabkan kepada Tuhan.

SALAH SATU TINDAKAN YANG MEMBERIKAN DAMAI


SEJAHTERA ADALAH IKUT AMBIL BAGIAN DALAM
PEKERJAAN TUHAN WALAUPUN SEKECIL APAPUN. DIA
YANG MAHA PENGERTIAN AKAN MEMBALASKAN LEBIH
DARI PADA YANG DIHARAPKAN.
048 MENYALAH GUNAKAN BERKAT YANG DITERIMA.
Galatia 6:5-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Nasihat Paulus yang ditujukan kepada orang-orang Kristen untuk


berbagi berkat kepada orang-orang yang mengajar mereka, bisa
juga ada “pelayan Tuhan” yang mempergunakan kesempatan
untuk menyalah gunakannya. Dengan rasa malu seorang hamba
Tuhan senior memberi penjelasan dalam ayat 6 : “Dan baiklah
dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala
sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan
pengajaran itu”, mengupasnya dari sisi si penerima yaitu yang
mengajarkan Firman. Ada beberapa pengajar firman yang diakui
memang menyalah gunakan apa yang diterima dengan tidak ada
rasa cukup di dalam memenuhi kebutuhannya. Ia menciptakan
kebutuhan, semakin besar selaras dengan apa yang diterima,
sehingga dirinya sendiri tidak ada kesempatan untuk berbagi
dengan sesama pengajar yang hidupnya berkekurangan. Hamba
Tuhan senior itu memberikan gambaran seolah-olah sipenerima
berkat dari yang diajar itu sedang minum air laut, minum tanpa
henti namun tidak pernah merasa lega. Akibatnya justru menjadi
jerat baginya. Tidak bisa menampilkan sosok pengajar yang bisa
diteladani di dalam kehidupan orang-orang Kristen itu sendiri, yaitu
hidup yang sederhana, suka berbagi, memberkati sesama pelayanan
Tuhan dsb.

Dan kemungkinan guru-guru palsu itu menjadi contoh yang tepat


sosok pengajar yang menyalah gunakan berkat dari yang diajar
tersebut. “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya (ayt 7). Sudah semestinya seorang pengajar harus
memberlakukan firman yang ditulis dalam kitab suci. Hidup
secukupnya. Bukan menciptakan kebutuhan hidup yang akhirnya
menjadi jerat baginya. Pengajar itu telah terjerat dalam sifat
kerakusan. Akhirnya harta itu menggantikan kedudukan Tuhan di
dalam pelayanannya. Ia sudah tersesat, karena sudah
mempermainkan berkat yang diterima untuk kepentingan diri
sendiri.

Dari nasihat Paulus tersebut kita bisa belajar, khususnya bagi


siapapun yang mengajar, yang hidupnya ditunjang dari
persembahan. Supaya mencukupkan pada garis kebutuhan yang
pokok, untuk hidupnya, pelayanannya, dan juga memberikan
teladan memberi terhadap rekan pengajar yang kebetulan tidak
memiliki keberuntungan seperti dirinya. Karena diakui masih ada
banyak rekan-rekan pengajar firman yang hidupnya tidak
memenuhi kebutuhan standart karena tempat , kerana yang diajar
tidak bisa berbagi yang pantas kepada pengajarnya. Ingat nasihat
Paulus: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab
oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari
iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (I
Timotius 6:10)
JANGAN MENYESATKAN DIRI DENGAN MENGAJARKAN
ORANG YANG HIDUP BERKELIMPAHAN ITU TANDA
DEKAT DENGAN TUHAN, NAMUN INGAT JIKA HATI KITA
MELEKAT PADA HARTA, HARTA ITU AKAN
MENGGANTIKAN KEDUDUKAN TUHAN DI HATI KITA.

049 TABU BERBICARA MASALAH UANG


Galatia 6:6-10
Oleh: Pdt. Pudjianto

Ungkapan Paulus dalam ayat 7, “Jangan sesat! Allah tidak


membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur
orang, itu juga yang akan dituainya”, adalah merupakan ungkapan
yang masih ada kaitannya dengan ayat 6, “Dan baiklah dia, yang
menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu
yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran
itu”. Ada sebagian orang Kristen jikalau seorang pelayan Tuhan
berbicara mengenai uang, maka dianggap tidak baik, dan tabu bagi
seorang hamba Tuhan berbicara mengenai uang. Mereka memiliki
pendapat bahwa seorang yang dipanggil Tuhan untuk menjadi
pelayanNya, maka harus memiliki iman Tuhan memelihara
hidupnya. Yang berikutnya alasannya adalah jangan sampai jemaat
dituntut terlalu banyak masalah pemberian, karena kebutuhan
jemaat tidak hanya urusan pekerjaan pelayanan.

Di dalam tulisan Paulus ini sangat tegas, “Jangan sesat”, yang


tertulis tersebut berkaitan dengan persembahan. Kita melihat
pelayanan-pelayanan membutuhkan dukungan dana orang-orang
yang mengasihi Tuhan. Dalam perjalanan pelayanan Paulus
banyak meminta orang-orang Kristen untuk memberikan bantuan.
Demikian tulisan Paulus : “Sebab itu aku merasa perlu mendorong
saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya
mereka lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu
janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan
hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.” (II
Korintus 9:5). Tulisan itu menunjukkan bahwa dalam pelayanan
ada kebutuhan uang. Bahkan ada anak Tuhan yang meneliti melalui
konkordansi yang menulis tentang uang ada 44 kali disebutkan
dalam Perjanjian baru. Bahkan Paulus menegaskan dalam hal
persembahan untuk pelayanan itu juga berlaku hukum tabur tuai.
“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
( II Korintus 9:6).

Jadi sebenarnya kalau seorang pelayan Tuhan mengajar jemaat


bagaimana memberi adalah hal yang dibenarkan. Terlebih di
dalam iman, orang yang menabur banyak akan menuai banyak.
Artinya bahwa jika memang orang-orang kristen yang dilayani
diharapkan hidupnya penuh berkelimpahan maka mereka harus
belajar memberi untuk pekerjaan Tuhan. Tuhan yang maha bijak,
yang merupakan sumber segala kehidupan akan memberikan
kelimpahan kepada orang percaya yang memberi dengan iman.
Tuhan tidak mau berutang.

MEMBERI ADALAH SEBUAH KESEMPATAN YANG ALLAH


BERIKAN KEPADA SETIAP ORANG, JIKA TIDAK
MEMPERGUNAKAN KESEMPATAN TERSEBUT, MAKA
YANG DITEMUI PADA AKHIRNYA ADALAH PENYESALAN
YANG TIDAK ADA AKHIR, KARENA KESEMPATAN ITU
SUDAH TIDAK ADA LAGI PADANYA.
050 DIAMPUNI…. TETAPI BERAKIBAT
Galatia 6:6-10
Pdt. Pudjianto

Jika kita memperhatikan bunyi ayat 8 nasihat Paulus berubah, jika


ayat 6-7 nasihat itu berkaitan dengan berbagi berkat atau bisa
dikatakan berkaitan langsung dengan masalah uang, namun di
dalam ayat 8 berkaitan dengan yang ada sangkut pautnya dengan
kehidupan. Di sini Paulus langsung menyinggung masalah
kekudusan sebagai orang beriman. Walaupun masih menyinggung
masalah hukum tabur tuai. Tulisan itu demikian: “Sebab
barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai
kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam
Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”. Seorang
yang di dalam hidupnya menabur kedagingan, maka jangan
berharap ia akan menuai kekudusan. Walaupun jumlah doa
berlipat-lipat sekalipun, ke gereja sampai tidak pernah absen,
persembahan ditingkatkan. Tidak akan mengubahkan tuaiannya.
Hidup dengan kekudusan bukanlah jatuh dari langit, hidup kudus
orang itu sendiri yang memperjuangkan dan beriktiar, menjaga
dengan sungguh kehidupannya. Kekudusan itu adalah hasil
langsung dari penaburan hidup.

Contoh yang paling dekat dalam Alkitab adalah kejatuhan Daud


dengan Batsyeba. Tuhan memang sudah mengampuni Daud namun
akibat dari penaburan daging Daud harus menuai akibat. Daud
mengakui kesalahan setelah Nabi Nathan menujukkan kesalahan
tersebut. Daud langsung mengakui. Dan Tuhan mengampuninya
karena pengakuan tersebut, namun akibat dari perbuatan itu Daud
mengakui sangatlah berat akibat dari dosa tersebut. Seorang hamba
Tuhan senior, memberikan contoh dalam kehidupan orang Kristen
saat ini. Sebagian memiliki pendapat bahwa dosa selama seminggu,
diakui pada hari Minggu semua sudah beres. Tidak ada akibat yang
harus ditanggung. Jika pengakuan dosa itu hanyalah sebagai
tatanan ibadah, setiap minggu tanpa penghayatan yang benar di
hadapan Allah. Mungkin Allah memalingkan muka. Karena
pengakuan yang sungguh berakibat orang itu meninggalkan dosa
itu, bukan hari Senin dimulai lagi.

Dari tulisan Paulus ini kita bisa belajar bahwa dalam perbuatan
daging, atau penaburan yang bersifat kedagingan, tidak pernah
gagal di dalam menuai, mau atau tidak, dikehendaki atau tidak
maka memang harus menuai. Oleh karena itu berjagalah dan
berhati-hatilah menjalani kehidupan ini. Jaga kekudusan, kata
Rasul Petrus, jika memang ingin menjadi terang di tengah-tengah
dunia yang semakin gelap ini.

JIKA KITA TAHU AKIBAT TUAIAN PERBUATAN DAGING


ITU SERING MEMALUKAN, MERENDAHKAN DIRI
SENDIRI, MENJATUHKAN KEPERCAYAAN ORANG
KEPADA KITA, MAKA SEBAIKNYA BERKATA TIDAK,
JIKA ADA GODAAN UNTUK MENABUR PERBUATAN
DAGING.

Anda mungkin juga menyukai