Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ANTROPOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Transkultural Keperawatan
yang dibina oleh Bapak OTNIEL BLEGUR, M.Kes

Oleh

MELANIA ISABELA ANJELINA MNANU

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

STIKES NUSANTARA KUPANG

KPN 20 A

DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat TUHAN yang MAHA ESA
karena atas limpahan rahmat dan karunia – Nya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Antropologi ini sesuai waktunya.

Selama dalam menyusun makalah dengan judul “ Antropologi”, penulis


senantiasa mendapat inspirasi dan dorongan moril maupun materil dari
berbagai pihak terutama dari Dosen yang telah memberikan saran kepada
penulis.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik isi maupun


redaksi. Oleh karena itu di dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan
bantuan dari berbagai pihak, maka penulis menyampaikan terima kasih
yang sedalam- dalamnya.

Kritik dan saran bersifat membangun, penulis nantikan. Semoga karya


ini berguna dan bermanfaat. Amin.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2

Daftar isi…........................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 8

C. Tujuan.......................................................................................................................................... 8

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi Sosial…............................................................................................. 9

B. Sejarah Antropologi Sosial.................................................................................................. 9

C. Definisi Antropologi Kesehatan...................................................................................... 14

D. Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan.......................................................17

E. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN MANUSIA....................................................19

1. HUBUNGAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN...............................................19

2. HUBUNGAN MANUSIA DAN SOSIAL..............................................................20

BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan


logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi
tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang
lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang
mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat
akurat atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari
kapan, dimana, dan bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi,
selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia.
Para ahli antropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa
suatu masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan
masa kini.

Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga


muncul karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan
dengan disiplin ilmu manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik,
ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan
disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra.

Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan


permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang bila diterima
sebagai sebagian atau
cabang ilmu antropolgi. Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah
terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-
masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda
dari yang lain.

Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi.

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3)


terdiri dari empat fase, yaitu:

a. Fase Pertama (Sebelum 1800)

Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua
Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat
selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain
terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para
pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah
perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-
bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa, atau ciri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian
disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa.

b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara


serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan
kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan
kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap
"primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang
tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi
setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan
mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi.

c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era
colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi
kepentingan kolonialisme.

Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non
Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya
belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai
masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman
tentang masyarakat yang kompleks.

d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi


akademik. Pengembangannya meliputi ketelitian bahan pengetahuannya
maupun metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti
kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu
bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-
Amerika) setelah Perang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan.
Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun
1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitive non Eropa kepada
penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika.
Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan
symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan
ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:

1. Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia


berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.

2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan

Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak
ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai
antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah
menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing – masing
mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian –
bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi
antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli
antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat
dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan
rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah definisi antropologi sosial?
2. Bagaimana sejarah antropologi sosial?
3. Apakah definisi antropologi kesehatan?
4. Bagaimana sejarah antropologi kesehatan?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
6. Bagaimana hubungan manusia dengan social?

C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah berjudul “Antropologi” ini, penulis
berharap dapat memeberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun
pembaca dan masyarakat luas.
Adapun tujuan berikut adalah sebagai berikut:
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi Sosial.

Antropologi social adalah salah satu cabang ilmu sosial yang


mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu
yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. mempelajari
seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang menghadirkan
orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan
tertentu.

B. Sejarah Antropologi Sosial

Sejarah antropologi sosial memang tak lepas dengan sejarah


antropologi itu sendiri, pada abad ke 18 yang lahir dari zaman Enlightenment.
Di Prancis sejarah antropologi sosial bermula dengan munculnya tokoh
Montesquieu ( 1688-1755 ) dengan bukunya yang berjudul De L’Esprit des
Lois ( 1748 ) mengenai polotik,sosial,falsafah. Setelah itu muncul D’Alembert,
Condercet, Turgot, pengikut Encyclopaedist dan Phisiocrat hingga kepada
Saint Simon ( 1760-1825 ).Saint Simon sebagai anggota Elightment
menyarankan bahwa ilmuan harus menganalisa fakta bukan konsep dalam
kajian.
Selanjutnya Auguste Comte ( 1798 -1857 ) merupakan pengikut Simon
namun berbeda pendapat dengannya.Comte ahli fikir yang lebih sistematis
namun tetap menanamkan disiplin ilmu kemasyarakatan yang dirancang
sebagai “sosilogi”.Jadi aliran rasionalisme falsafah perancis mempengaruhi
bidang antropologi inggris dengan kuat,terutama melalui penulisan Durkheim
dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl yang mempunyai pemikiran sama
dengan Simon.Dua orang penulis yang telah menarik perhatian para
antropolog sosial berkenaan dengan analiasa mengenai fungsi ialah Hubert
Spencer dan Emile Durkheim.Keduanya mencoba merangkum seluruh
pengetahuan manusia dan dalam mereka mencoba membentuk suatu ilmu
kemasyarakatan yang lengkap dan disebut Super organic ( manusia
merupakan suatu evolusi alami dan merupakan lanjutan evolusi organic yang
tidak dapat dihindarkan ).

Penulisan Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan


mendalam terhadap antropologi sosial Karena teori-teori sosiologi umum
yang dikemukakan dalam pengkajian mengenai masyarakat primitive secara
menyakinkan.(contoh karya ).pendapat Durkheim ; Fakta-fakta sosial tidak
dapat diterangkan dari segi psikologi individu kalau ia berada di luar dan
terpisah dari pemikiran individu tersebut.misalnya bahasa yang merupakan
sui generis.Fakta- fakta dicirikan dengan bentuk yang umum,dapat
diturunkan dan beberapa paksaan.Semua anggota masyarakat umumnya
mempunyai kebiasaan,adat istiadat,bahasa dan moral yang sama.mereka juga
takhluk pada suatu kerangka institusi politik,hukum dan ekonomi.Semua hal
tersebut membentuk suatu struktur yang dapat dikatakan stabil karena
dibutuhkan dalam jangkau yang lama dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
Profesor Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep
fungsi yang digunakan bagi masyarakat manusia adalah kepada analogi antara
kehidupan sosial dan organic.Penekanan antropologi fungsional terhadap
konsep system sosial dan selanjutnya mengenai pentingnya pengkajian yang
sistematis tentang kehidupan sosial masyarakat primitive yang ada sekarang
bukan saja telah mimisahkan disiplin antropologi sosial dari etnografi bahkan
menggabungkan pengkajian teorikal mengenai institusi dengan pengkajian
bercorak penelitian lapangan mengenai kehidupan sosial masyarakat
primitive. Pada masa sekarang antropolog sosial mengkaji masyarakat yang
mempunyai kebudayaan yang bersejarah. apa yang dilakukan seorang
antropologi sosial dapat dibagi tiga tingkat:

Tingkat pertama: Sebagai seorang ahli etnografi dia tinggal bersama


dalam suatu masyarakat primitive dan mempelajari cara hidup mereka. Dia
mempelajari tutur kata masyarakat itu, berfikir dari segi konsep mereka, dan
merasakan apa yang mereka rasakan.Kemudian dia akan menghidupkan
kembali pengalaman secara kritis dan menguraikan dari segi kategori konsep
dan nilai budaya dan menurut pengertian umum disiplin ilmiahnya. Dengan
kata lain dan mengartikannya dari kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.

Tingkat Kedua: Dia akan mencoba untuk melampaui garis literary dan
impressionistic untuk mengetahi struktur masyarakat untuk menyelidiki
system fonologi dan tat bahasa tersebut.Jadi seorang antropolog sosial tidak
akan merasa puas hanya dengan memperhatikan dan menerangkan
kehidupan sosial suatu masyarakat primitive itu saja tetapi akn mencoba
mengungkapkan struktur dasar masyarakat itu.
Tingkat Ketiga: Membandingkan pola-pola tadi dengan pola-pola
masyarakat lainnya.Dengan ini antropolg sosial akan dapat memperluas
pengetahuannya tentang dasar struktur tipologi mengenai bentuk
masyrakat,menentukan cirri-ciri utamanya dan sebab-sebab mengapa
terjadinya perbedaan di antara masyarakat itu.

Ketiga tingkatan tersebut berpedoman pada antropologi sosial mengkaji


masyarakat sebagai system moral atau simbolik bukan sebagai sistem alami.

Tokoh-Tokoh Perkembangan Antropologi Sosial

EDWARD B TYLOR

Edward B Tylor ( 1832-1917 ) adalah orang inggris yang mendapatkan


pendidikan dalam kesusastraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan
baru kemudian tertarik akan ilmu arkeologi. Karena ia mendapat kesempatan
untuk turut dengan keluarganya berkelana ke Afrika dan Asia,ia tertarik untuk
membaca etnografi.Buku pertama Tylor adalah Anahuac,or Mexico and the
Mexicans,Ancient and Modern ( 1861 ).Ia diangkat menjadi gurubesar di
Universitas Oxford tahun 1883.evolusionismenya dituangkan dalam bukunya
yang berjudul Researches into the Early History of Mankind.Diantara beratus-
ratus buku karyanya ada dua jilid Primitive Culture: Researches into the
Devolopment of Mythology, Philosofy, Religion, Language, Art and Custom
yang ia teliti sendiri (1874) menjelaskan dua hal,pertama perbedaan yang
tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati dan
kedua tentang peristiwa mimpi.
LEWIS HENRY MORGAN

Lewis Henry Morgan ( 1818-1881 ) adalah seorang ahli hukum yang


lama tinggal di antar suku-suku bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai
St. Lawrence dan di sebelah selatan danau-danau besar Ontario dan erie
( Negara bagian New York ) sebagai pengacara bagi orang-orang Indian dalam
soal-soal tanah.Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul
League of the Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep
evolusi masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society
( 1877 ) mencoba melukiskan evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui
delapan tingkat.evolusi yang universal ( zaman liar tua,zaman liar
madya,zaman liar muda,zaman barbar tua,zaman barbar madya,zaman barbar
muda,zaman peradaban purba,zaman peradaban masakini ).

FRANZ BOAS

Franz Boas ( 1858-1942 ) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari
jerman.Boas melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo
di pantai Pulau Baffinland dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi
yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi buku The Central Eskimo ( 1888
).Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas Columbia di New
York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi.Boas mempunyai konsep
marginal survival yaitu pertumbuhan kebudayaan menyebabkan unsu-unsur
baru yang akan mendesak unsure-unsur lama kearah pinggir.Sehingga apabila
ingin mencari unsur-unsur kuno maka tempat untuk mendapatkannya adalah
di daerah-daerah pinggir.
EMILE DURKHEIM

Emile Durkheim ( 1858-1917 ) adalah seorang perancis yang belajar


mengenai teologi untuk menjadi rabbi atau pendeta Yahudi,kemudia pindah
belajar kesusastraan perancis di suatu Lycee di Paris.Tahun 1887 ia menjadi
dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis buku tentang
pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall
Social ( 1893 ),tentang masalah aturan-aturan metode sosiologi yang berjudul
Les Regles de la Methode Sociologique ( 1895 ),tentang gejala bunuh diri yang
berjudul Le Suicide.Landasan dari seluruh car berpikir dukheim adalah
pandangan mengenai suatu masyarakat yang hidup.Manusia-manusianya
disebut individu sedangkan tingkha laku mereka disebut gejala atau fakta
individual.

C. Definisi Antropologi Kesehatan.

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada


aspek- aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara- cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan
manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.

Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua


masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari
budaya, diantaranya:

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)

2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan


supranatural maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap
kelompok masyarakat

4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh

5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit' tidak


secara individual, terutama "illness dan sickness" pada keluarga ataupun
masyarakat.

Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli


antropologi kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap "ill" dan bagaimana tipe
pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya
dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling


berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik
dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan


biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit
keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan
melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan


pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang
menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi
lebih baik.

2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk


menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.

3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam


merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi


kesehatan, antara lain:

(1)Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi


pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari
evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.

(2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat


primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan
lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
(3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia
di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu
daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk
mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.

(4) Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama


dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktek kesehatan.

D. Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan

• Tahun 1849 Rudolf Virchow, menulis apabila kedokteran adalah


ilmu mengenai manusia yang sehatmaupun yang sakit, maka apa pula ilmu
yang merumuskan hukum-hukumsebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inherendalam manusia itu sendiri sehingga
kedokteran dapat melihat struktur sosialyang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit, maka kedokteran dapatditetapkan sebagai antropologi.

• Tahun 1953, Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian


Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis berjudul “Appied
Anthopology”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi
meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan
suatu subdisiplin baru.

• Tahun 1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul


“Antropologi Kesehatan” dan membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan”
dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Setelah itu baru ahli-ahli
antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-
penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.

• Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini


adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul
Medical Behaviour Sciene yang berorientasi antropologi, sejumlah besar
(3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi
menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

Perhatian Ekologis Dari Para Ahli Antropologi

• Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh


perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara dimana tingkah laku dan
penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan
balik.

• Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosbud, semua


kelompok harus berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar
mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan dan harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan dimana
mereka hidup.

• Manusia menderita penyakit selain karena patologinya juga


karena sosial psikologi dan faktor budayanya.
Paleopatologi

Merupakan studi mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan


bagaimana manusia dulu dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup
dan mengenai cara hidup.Misalnya: Kerangka pada kuburan Anglo-
Saxonditemuka fraktur pada tulang betis oleh karena sering jatuh (tanah
keras dan bukit terjal), sedangkan pada suku Nubia di zaman Mesir kuno
ditemukan patah yang sering pada lengan diperkirakan karena menahan
pukulan (karakteristik suku yang gampang marah dan suka memukul

Penyakit dan Evolusi

Penyakit infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia


melalui proses evolusi dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita
dapat mengatasi ancaman penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok.

Misalnya : adanya gen anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada
penduduk Afrika Barat). Pada penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit
menimbulkan Penyakit Anemia sel sabit (Sickle-cell Anemia)

E. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN MANUSIA

1. HUBUNGAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,


sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu
merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang
bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang
berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan
enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat


dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai
empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu, sebagai:

1)penganut kebudayaan,

2)pembawa kebudayaan,

3)manipulator kebudayaan,

4)pencipta kebudayaan.

Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan


yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka
manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga
manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah
kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan
individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

2. HUBUNGAN MANUSIA DAN SOSIAL

Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah


ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi
makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk
sosial artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan
manusia lain. sebagai makhluk budaya menandakan bahwa manusia memiliki
akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup lain dibumi ini.

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.


Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat
juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang
terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan
menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi
di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata
pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan,
serta religi atau keyakinan.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial


dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara
bersamaan.

 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk


bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan


dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan,
bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,


karena beberapa alasan, yaitu:

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.

b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.

c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia

 Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah


makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya
sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha
menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan
harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok
tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi
internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja
dengan baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa
setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam
pendekatan pelaksanaan pekerjaan- pekerjaan dalam organisasi.

Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat


pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.

Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan


kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal, maksudnya bahwa walaupun
keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya
akhirnya merupakan satu kesatuan.

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada


lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan
memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar.
Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan
seseorang dapat mengetahui, mengapa di
sebuah lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan
lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.

 Ruang lingkup sosial budaya

Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala


sesuatu yang berhubungan dengan sistem hidup bersama dalam masyarakat.
Budaya atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam
hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Jadi, sosial budaya
adalah sekelompok masyarakat yang bekerja bersama-sama dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan hidup dalam bermasyarakat.

Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya, artinya


keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia
yang saling berkaitan dan bekerja sama saling mendukung untuk mencapai
tujuan hidup bermasyarakat.

Manusia adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan


kebudayaan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal.
Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan juga sebaliknya.

Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai anggota


masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam sebuah
sistem kemasyarakatan yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.

Saat kita hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah


kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam
sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsur-unsur kebudayaan, sebagai
berikut:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.

b. Mata pencarian

c. Bahasa

d. Kesenian

e. Sistem pengetahuan

f. Religi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus


berarti manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah
antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para ahli antropologi sering
mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang umat manusia
yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kemanisiaan baik dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya,

Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima sub ilmu yang
mempelajari:

1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.

2. Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.

3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam

kebudayaan manusia.

4. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa

yang diucapkan seluruh dunia.

5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia

dari aneka ragam suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
B. SARAN

Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada


pembaca agar :

 Kepada generasi muda dapat mengetahui sejarah antropologi


sosial dan kesehatan.
 untuk menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan
mempelajari anthropologi kita mampu memahami berbagai
perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari
kesalahpahaman antar budaya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

 http://kimdinirinjani.blogspot.com/2012/12/antropologi-sosial.html
 http://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-
definisipengertian- antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-
antropologi/
 dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/02/antropo
logi- kesehatan.html
 http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarah-
perkembangan- antropologi-semest.html

Anda mungkin juga menyukai