Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


RESIKO BUNUH DIRI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan X I

Disusun Oleh :

AJENG SINTA NURYANI

KHGD 21061

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

Tahun Ajaran 2020-2021

RESIKO BUNUH DIRI


A. Definisi
Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera
yang mengancam jiwa (NANDA-I, 2018). Tindakan menghakhiri hidupnya
berupa, isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri (Stuart, Keliat, Pasaribu.
2016).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat,
percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau
mernyakiti diri sendiri.
Resiko bunuh diri adalah resio untuk menciderai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart, 2006) Bunuh diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).Bunuh diri adalah
pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, 2004).

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Perilaku
destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian.Perilaku destruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri.Niatnya
adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang
diinginkan.Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.Orang tersebut
tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan
biasanya menyangkal apabiladikonfrontasi (Stuart, 2006).
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Stuart, 2006):

1. Ancaman bunuh diri

Yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut


mempertimbangkan untuk bunuh diri.Ancaman menunjukkan ambevalensi
seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan
atau terabaikan.Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut
mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga
dirinya.

 Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat 3 jenis bunuh diri, meliputi:

1. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasarkan oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan sehingga mendorong seseorang
untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

Menurut Keliat (2009) terdapat 3 macam perilaku bunuh diri yaitu:

1. Isyarat bunuh diri

Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin


bunuh diri.Dalam kondisi ini klien mungkin sudah mempunyai ide untuk
mengakhiri hidupnya tetapi tidak disertai dengan ancaman
bunuh diri.Klien umunya mengungkapkan rasa bersalah, bersedih, marah, putus
asa, klien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang dirinya yang
menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri

Klien secara aktif telah memiliki rencana bunuh diri, tetapi tidak diserta
dengan rencana bunuh diri.Klien memerlukan pengawasan yang ketat karena
dapat setiap saat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melaksanakan
rencana bunuh diri.

3. Percobaan bunuh diri

Adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri


kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai
cara.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Penyebab Bunuh Diri
1. Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan
depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial) , atruistik (Melakukan
bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan anomik ( Bunuh diri karena
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab lain :
a. Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan
ketidakberdayaan
c. Cara untuk meminta bantuan
d. Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah

Adapun faktor-faktor yang mempegaruhi terjadi resiko bunuh diri ada 2


faktor, yaitu:

1. Faktor predisposisi (faktor resiko)

Menurut Stuart (2005), faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko


bunuh diri antara lain:

a. Diagnostik Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa.Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

b. Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif dan depresi.

c. Lingkungan psikososial

Seseorang dengan pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,


kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau
perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor 


resiko penting untuk prilaku destruktif.

e. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan


depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif
diri.

2. Faktor Presipitasi

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang


memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,
kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Faktor pencetus seseorang
melakukan percobaan bunuh diri adalah:

a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan


interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusan.

C. Rentang Bunuh Diri


Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang
penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
 Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses kontemplasi dari
bunuh diri, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan
idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang
keinginan untuk mati
 Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
 Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya
 Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya
mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Hal ini terjadi karena individu mengalami
ambivalen antara mati, hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu
ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan
individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan
stres yang tidak mampu di selesaikan
 Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan, walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

D. Pohon Masalah
Akibat Kematian Isolasi sosial HDR

Masalah Utama Resiko Bunuh Diri

Penyebab Isolasi sosial, HDR, Halusinasi, Waham, dlsb

E. Masalah dan Data yang Perlu dikaji


Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1. Riwayat masa lalu :
a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial, gangguan persepsi sensori, gangguan proses pikir,
dlsb
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
2. Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
a) Ide bunuh diri
b) Ancaman bunuh diri
c) Percobaan bunuh diri
d) Sindrom mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan
resiko bunuh diri.
3. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh
diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
c. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan bunuh diri
d. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses
oleh klien.
e. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh
diri :
f. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
g. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privasi klien
h. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka.
i. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata
yang dimengerti klien
j. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
k. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
l. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
m. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Salah satu Instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur bunuh diri :
SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali
lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita
lebih sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau
lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan
khususnya umur 65 tahun lebih.
3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
mengalami sindrome depresi.
4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alkohol
6 Rational thinking Orang skizofrenia dan dementia lebih sering
Loss ( Kehilangan melakukan bunuh diri disbanding general
berpikir rasional) populasi
7 Sosial support lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya
( Kurang dukungan kurannya dukungan dari teman dan saudara,
social) pekerjaan yang bermakna serta dukungan
spiritual keagaamaan
8 Organized plan Adanya perencanaan yang spesifik terhadap
( perencanaan yang bunuh diri merupakan resiko tinggi
teroranisasi)
9 No spouse ( Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentang
memiliki pasangan) disbanding menikah
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.

F. Proses resiko bunuh diri

Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam


kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif diri.Sering kali secara sadar
memilih bunuh diri.

Rentang Respon Protektif Diri (Yosep, 2009)

Respon Adaptif                                              Respon Maladaptif

Beresiko Destruktif diri tidak


Peningkatan diri Pencederaan diri Bunuh diri
destruktif langsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma


sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon
maladaptif antara lain (Stuart, 2005):
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan


masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat
sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta
yakin tidak ada yang membantu.

b. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis


akanmerasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.
Misalnya:kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan
individuakan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir
dengan bunuh diri.

c. Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandaidengan


kesedihan dan rendah diri.Biasanya bunuh diri terjadi padasaat individu ke luar
dari keadaan depresi berat.

d. Bunuh diri

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri


untukmengkahiri kehidupan.Bunuh diri merupakan koping terakhirindividu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Stuart dan Laraia, 2005).

e. Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan


dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan
dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan
perilaku bunuh diri.Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perilaku percobaab bunuh diri:

a.     Resiko bunuh diri

b.    Harga diri rendah

c.     Koping yang tak efektif

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tg
l
No Dx  Perencanaan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawata
n

Risiko Tujuan : Klien tidak 1. Setelah…..× 1. Bina hubungan


Bunuh Diri melakukan interaksi klien saling percaya
percobaan bunuh menunjukan tanda- dengan
diri tanda percaya kepada menggunakan
perawat : prinsip komunikasi
terapeutik :
a.   Ekspresi wajah
SP 1 : Klien dapat
bersahabat - Sapa klien
membina hubungan
dengan ramah
saling percaya b.  Menunjukan rasa
baik verbal
senang
maupun
c.  Ada kontak mata nonverbal
- Perkenalkan
d. Mau berjabat tangan
nama, nama
e. mau menyebutkan panggilan dan
nama tujuan perawat
berkenalan
f.Mau menjawab salam
- Tanyakan nama
g. Mau duduk lengkap dan
berdampingan dengan nama penggilan
perawat yang disukai
klien
Bersedia
- Buat kontrak
mengungkapkan
yang jelas
masalah yang dihadapi
- Tunjukan sikap
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
- Beri perhatian
kepada klien dan
masalah yang
dihadapi klien
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi  perasaa
n klien

SP 2 : Klien dapat 2. Setelah…..× 2. Bantu klien


mengenal  penyeba interaksi klien mengungkapkan
b resiko perilaku menceritakan penyebab perasaan yang
bunuh diri perilaku bunuh diri menyebabkan klien
yang dilakukannya : mempunyai ide serta
melakukan
- Menceritakan
percobaan bunuh
penyebab klien
diri :
melakukan
percobaan bunuh - Motivasi klien
diri untuk
menceritakan
penyebab klien
mempunyai ide
bunuh diri
- Dengarkan tanpa
menyela atau
memberi
penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien

SP 3 : Klien dapat 3. Setelah…..× 3. Bantu klien


mengidentifikasi interaksi klien mengungkapkan
tanda-tanda perilaku menceritakan tanda- tanda-tanda perilaku
bunuh diri tanda saat klien bunuh diri yang
berkeinginan untuk dialaminya :
bunuh diri :
- Motivasi klien
- Tanda Sosial : menceritakan
klien mengancam kondisi
akan melakukan emosionalnya
bunuh diri dan - Motivasi klien
klien melakukan menceritakan
hal yang tidak kondisi
biasa dilakukan
klien sosialnya
- Tanda Fisik : klien
mencederi diri
sendiri seperti
menyayat nadi,
minum obat sampai
over dosis, dlsb,
tatapan mata klien
tampak
menerawang eperti
memikirkan
sesuatu
-  Tanda Emosional :
klien menjadi
penyendiri,
pemurung,
dan  pemarah

SP 4 : klien dapat 3. Setelah…..× 4. Diskusikan


mengidentifikasi interaksi klien dengan klien
perilaku percobaan menjelaskan  : percobaan bunuh
bunuh diri yang - Perasaan saat diri yang
pernah dilakukan melakukan bunuh dilakukannya selama
diri ini :
-  Efektivitas
- Motivasi klien
percobaan yang
menceritakan
dilakukan
tindakan apa saja
- Tindakan yang
yang sudah
sudah pernah
pernah dilakukan
dilakkan untuk
untuk mengakhiri
mengakhiri hidup
hidup
- Motivasi klien
menceritakan
perasaan setelah
tindakan tersebut
- Diskusikan
apakah dengan
tindakan tersebut
masalah yang
dialami klien
teratasi

SP 5 : Klien dapat 5. Setelah…..× 5. Diskusikan


mengidentifikasi interaksi klien dengan klien akibat
akibat tindakan menjelaskan  akibat negatif cara yang
yang sudah tindakannya : dilakukan pada :
dilakukan untuk
- Diri sendiri - Diri sendiri
bunuh diri
- Orang lain - Orang lain
- Lingkungan - Lingkungan

SP 6 : Klien dapat 6. Setelah…..× 6. Diskusikan


mengidentifikasi interaksi klien : dengan klien :
cara konstruktif
-   Menjelaskan cara - Apakah klien
untuk
yang sehat untuk mau
menghilangkan
menghilangkan mempelajari
keinginannya untuk
keinginan bunuh diri cara baru untuk
bunuh diri
menghilangkan
keinginannya
tanpa
melakukan
tindakan
destruktif
terhadap dirinya
-  Jelaskan
berbagai
alternatif yang
dapat dilakukan
jika keinginan
bunuh diri
muncul
- Jelaskan cara-
cara sehat untuk
menghilangkan
keinginan untuk
bunuh diri :
melakukan hobi
klien, berdoa,
minta bantuan
orang lain jika
muncul
keinginan
bunuh diri, dan
TAK

SP 7 : Klien dapat 7. Setelah…..× 7.1.  Diskusikan cara


mendemonstrsikan interaksi klien yang akan dipilih
cara mengontrol memperagakan cara dan anjurkan klien
keinginan untuk mengontrol perilaku memilih cara yang
bunuh diri destruktif terhadap diri mungkin sesuai
sendiri : dengan kondisi klien

 Fisik : Melakukan 7.2 Bantu klien jika


hobi klien, ikut TAK klien kesulitan untuk
melakukan apa yang
  Verbal :
Mengungkapkan sudah dipilihnya
perasaan yang
membuatnya ingin
bunuh diri pada orang
lain tanpa menyakiti
diri sendiri

  Spiritual : Berdoa
sesuai agama

SP 8 : Klien 8. Setelah…..× 8.1 Diskusikan


mendapat dukungan interaksi keluarga : pentingnya peran
keluarga untuk serta keluarga
 Menjelaskan cara
mengontrol perilaku sebagai pendukung
merawat klien dengan
bunuh diri klien untuk
resiko bunuh diri
mengatasi perilaku
Mengungkapkan rasa bunuh diri
puas dalam merawat
8.2 Diskusikan
klien
potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku bunuh diri

8.3 Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat,
dan cara merawat
klien resiko bunuh
diri yang dapat
dilakukan keluarga

8.4  Peragakan cara
merawat klien

8.5 Beri kesempatan


keluarga untuk
memperagakan
ulang

8.6 Beri pujian pada


keluarga setelah
peragaan

8.7 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang dilatih

SP 9 : KLien 9.1 Setelah…..× 9.1 Jelaskan pada


menggunakan obat interaksi klien klien  :
sesuai program menjelaskan :
- Manfaat minum
yang telah
- Manfaat obat
ditetapkan
minumobat -  Kerugian tidak
-  Kerugian tidak minum obat
minum obat -  Nama obat
- Nama obat -  Bentuk dan
- Bentuk dan warna warna obat
obat - Dosis yang
- Dosis yang diberikan
diberikan - Waktu
-   Waktu pemakaian pemakaian
- Cara pemakaian - Cara pemakaian
- Efek yang
Efek yang dirasakan
dirasakan
9.2 Setelah…..×
interaksi 9.2 Anjurkan klien :

klien menggunakan Minta dan


obat sesuai program menggunakan obat
tepat waktu

  Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa

Beri pujian   

terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat
DAFTAR PUSTAKA

CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53. Philadelphia : Elsevier Mosby.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing,
8ed. Philadelphia : Elsevier Mosby.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry. St Louis:
Mosby.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53. Philadelphia : Elsevier
Mosby.

Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry. St


Louis:  Mosby.

Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.


Philadelphia : Elsevier Mosby.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai