Anda di halaman 1dari 2

Nama: FEBRIAN BINTANG

Kelas: XI IPS 3

Beberapa pekan setelah proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan tanggal 17 Agustus 1945, Belanda
datang kembali dengan membonceng pasukan Sekutu. Belanda rupanya ingin menguasai wilayah
Indonesia lagi. Pihak RI tentu saja menentang keinginan itu. Maka, tulis Ide Anak Agung Gde Agung
dalam buku bertajuk Persetujuan Linggarjati (1995), diadakanlah Perjanjian Linggarjati pada 25
Maret 1947 yang isinya sebagai berikut:

(1) Belanda mengakui Jawa dan Madura sebagai wilayah RI secara de facto; (2) Belanda
meninggalkan wilayah RI paling lambat 1 Januari 1949; (3) Belanda dan Indonesia sepakat
membentuk negara RIS (Republik Indonesia Serikat); (4) RIS menjadi negara persemakmuran di
bawah naungan negeri Belanda.

Latar Belakang

Ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati ternyata belum mampu menyudahi perselisihan antara


Indonesia dan Belanda. Silang pendapat pun terjadi dari masing-masing pihak yang membuat
masalah kembali muncul. Pihak Indonesia meyakini, berdasarkan proklamasi kemerdekaan yang
sudah dideklarasikan, Indonesia sudah menjadi negara berdaulat dan berhak mempertahankan
kedaulatannya atas seluruh wilayah bekas wilayah Hindia Belanda. Di sisi lain, Belanda tetap
memegang teguh isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942 yang menyatakan bahwa di
kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran (Commonwealth) antara Kerajaan Belanda
dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerajaan Belanda. Dikutip dari buku Mohamad Roem:
Karier Politik dan Perjuangannya 1924-1968 (2002) karya Iin Nur Insaniwati, Belanda menganggap
bahwa mereka adalah pemegang kedaulatan de jure. Belanda merasa bahwa yang berhak
membentuk RIS adalah mereka sendiri. Sedangkan Indonesia menilai bahwa pembentukan RIS
dilakukan secara bersama-sama.

Kronologi

Tanggal 3 Juni 1947, Belanda mengeluarkan ultimatum yang sangat membatasi Indonesia sebagai
negara yang seharusnya sudah merdeka. Indonesia merespons dengan membuat nota jawaban atas
ultimatum Belanda pada 8 Juni 1947. Isinya adalah penolakan terhadap ultimatum Belanda.
Indonesia menuntut tetap diberikan kebebasan dalam menjalankan pemerintahan sembari berusaha
menjalankan isi Perjanjian Linggarjati. Nota jawaban tersebut ditolak oleh Komisi Jenderal Belanda.
Perselisihan kedua pihak mencapai puncaknya ketika pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi
militer. Karta Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menuliskan,
Agresi Militer Belanda I yang dimulai tanggal 21 Juli 1947 dilakukan secara serentak ke seluruh
wilayah milik RI. Belanda menyebut gerakan militer mereka sebagai aksi polisinil untuk
mengembalikan ketertiban umum. Belanda mengabaikan seruan masyarakat internasional agar
mentaati isi perjanjian Linggarjati dan menghentikan pertikaian dengan Indonesia. Dengan kekuatan
militer yang dibantu peralatan modern, pasukan Belanda dengan cepat menguasai Jawa dan
Sumatera. Dinukil dari buku Agresi Militer Belanda Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang
Khatulistiwa 1945-1949 (1998) karya Pieere Heijboer, dua pertiga bagian Pulau Jawa diduduki hanya
dalam waktu dua pekan.

Agresi Militer Belanda I menimbulkan dampak negatif maupun negatif bagi Indonesia. Dampak
negatifnya antara lain: 1. Kekuatan militer Indonesia semakin lemah. 2. Wilayah Indonesia semakin
sempit. 3. Banyak korban dari pihak Indonesia, baik tentara maupun rakyat. 4. Mempengaruhi
perekonomian negara. 5. Menganggu stabilitas politik. Sedangkan dampak positifnya adalah sebagai
berikut: 1. Dukungan dunia internasional kepada Belanda merosot. 2. Beberapa negara lain
mengakui kemerdekaan RI secara de jure. 3. Indonesia menerima dukungan dan simpati dari dunia
internasional. 4. Memperkuat posisi Indonesia dalam perjanjian internasional.

Anda mungkin juga menyukai