Tugas Individu LP DM Ruang Nusa Indah
Tugas Individu LP DM Ruang Nusa Indah
DisusunOleh :
Sri Wahyuningsih
2003033
KONSEP DASAR
1. Pengertian
DM merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh interaksi berbagai faktor:
genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar
belakangi oleh resistensi insulin. Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017) yang
menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat
meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak mampu
memproduksi banyak hormon insulin atau kurangnya efektifitas fungsi insulin.
Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes sangatlah kompleks
dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis secara berlanjut dengan strategi
pengontrolan indeks glikemik berdasarkan multifaktor resiko.
2. Etiologis
a.Faktor genetic Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta
3. Klasifikasi
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. .Diabetes mellitusa.
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksiglukosa yang
melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot.
Proses glikogenesis inimencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg / dl ).
Jikaterdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadimenimbulkan hiperglikemi.
4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hatiyang tercurah ke dalam
darah dari pemecahan asam amino dan lemak
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karenasel-sel beta telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka
terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria).Ketika glukosa
berlebihan di ekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis
osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga
mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori. gejala
lainnya mencakup kelelahandan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi
insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi
intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulinmaka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalantanpa
terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan sepertikelelahan, iritabilitas, poliuri,
polidipsi, luka pada kulit yang lamasembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika
kadarglukosanya sangat tinggi )
a. Pathway
5. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan
data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien meliputi nama, umur
(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada jempol tangan kiri
Klasifikasi Nyeri
P: pasien menyatakan nyeri pada jempol tangan sebelah kiri
Q: seperti ditusuk tusuk benda tajam
R: jempol kiri
S: Sekala nyeri 6
T : hilang timbul
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke Rs pada jam 17.00 tnggal 14- 12- 2021 dengan keluhan nyeri
pada jari tangan kiri
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kelurga pasien mengatakan bahwa pasien dulu pernah menderita penyakit DM
d) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pasien Riwayat kesehatan Keluarga yaitu anggota keluargnya tidak ada
yang menderita diabetes militus.
e) Pemeriksaan fisik
• TTV : Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80.
• Nadi biasanya normal 60-100 x/menit
• Pernafasan biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami gangguan
bersihan jalan napas
• Suhu Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke non
hemoragik
3. Rambut Biasanya tidak ditemukan masalah rambut pada pasien stroke non
hemoragik
4. Wajah Biasanya simetris, wajah pucat, saat pasien menggembungkan pipi tidak
simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah, pasien
kesulitan untuk mengunyah
5. Mata Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
kelopakmata tidak oedema.
6. Hidung Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang NGT, tidak ada pernapasan
cuping hidung
7. Mulut dan gigi Biasanya pada pasien apatis, sopor coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering.
9. Leher Pada pemeriksaan nervu X (vagus): biasanya pasien stroke non hemoragik
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+)
10. Paru-paru
11. Jantung
12. Abdomen
13. Ekstremitas
a) Atas, terpasang infuse bagian dextra atau sinistra. Capillary Refill Time (CRT)
normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanyapasien
stroke non hemoragik tidak dapat melawan tahananpada bahu yang diberikan perawat.
Pada pemeriksaan reflek, saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak
fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)
b). Bawah ,Pada pemeriksaan reflek, pada saat pemeriksaan bluedzensky 1 kaki kiri
pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsal pedis digores biasanya jari kaki
juga tidak berespon ( reflek Caddok (+)
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular ( D.0054 )
2. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan neuromuskular ( D.0119)
3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan ( D.0109)
7. INTERVENSI KEPERAWATAN
Fokus intervensi
1) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam di harapkan
kemampuan dalam gerak fisik meningkat
Kriteria hasil :
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak
4. (ROM)meningkat
Intervensi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Rasional : ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan mobilisasi
Kriteria hasil :
1. Kemampuan berbicara meningkat
2. Kemampuan mendengar meningkat
3. Kesesuaian wajah meningkat
4. Pelo menurun
Intervensi :
1. Monitor kecepatan,volume diksi bicara
Rasional : anjurkan bicara perlahan
2. Monitor proses kognitif yang berkaitan dengan bicara
Rasional : ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif
3. Monitor frustasi, atau hal lain yang menggagu bicara
Rasional : berikan dukungan psikologis
4. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Rasional : gunakan metode komunikasi alternatif
Intervensi :
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
Rasional : anjurkan melakukan perawatan diri sesuai kemampuan
2. Monitor tingkat kemandirian
Rasional : dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri
Rasional : siapkan keperluan pribadi ( sikat gigi, sabun mandi)
EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dilakukan seara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainya. Perawat
membandingkan antara hasil akhir yang telah diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap intervensi. Selanjutnya taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan intervensi keperawatan
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Canadia Best Practice Recommendation For Stroke Care. (2013). Diunduh pada
tanggal 20 Juli 2017 dari http://www.strokebestpratice.ca/
Depkes RI. (2013). Pola pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha. Jakarta :
Directorat Bina Kesehatan Keluarga
Lemone, P., & Burke, K. (2004). Medical surgical nursing: assement & management
of clinical problem. 7th Edition. St. Louis: Missouri. Mosby-Year Book, Inc