LP Intranatal - Siti Fitroh Ra - 5021031097
LP Intranatal - Siti Fitroh Ra - 5021031097
Pendahuluan
Profesi
Maternitas
Nama Mahasiswa:
Siti Fitroh Rizki
Amalia
5021031097
INTRANATAL
CATATAN KOREKSI PEMBIMBING
KOREKS KOREKS
(……………………………………… (………………………..…….…………
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko
rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37 42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).
1. Teori Esterogen-Progesteron
Hormon esterogen-pregesteron memiliki peran penting dalam
mempertahankan kehamilan dan memulai proses persalinan. Mulai
rentang waktu 1 sampai 2 minggu sebelum persalinan, kadar kedua
hormon tersebut menurun dan hormon tersebut akan mengatur
terjadinya proses perubahan konsentrasi dalam uterus sehingga
menyebabkan munculnya kontraksi uterus yang menandai proses
persalinan akan dimulai yang disebut dengan awitan persalinan.
2. Teori Oksitosin
Bertambahnya usia kehamilan, uterus akan menjadi semakin
sensitif terhadap oksitosin. Hal ini terjadi karena uterus akan terus
dirangsang oleh oksitosin melalui reseptor yang terdapat pada
miometrium sehingga uterus akan terangsang melakukan kontraksi
secara langsung. Selain itu, oksitosin juga akan merangsang
peningkatan produksi hormon prostaglandin di dalam desidua yang
mana peningkatan hormon tersebut juga akan merangsang uterus
untuk berkontraksi.
a. Adaptasi Fisiologi
1. Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan
segera setelah 14 plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
b. Adaptasi psikologis Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari
kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
2. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua halhal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.
a. Nyeri persalinan
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Melzack,
1984) di kutip oleh mander (2003). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005).
b. Management nyeri
1. Managemen Farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-
obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling
sering diberikan oleh perawatdengan kolaborasi dengan dokter.
Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu:
9. Fase Persalinan
a. KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks
membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin
kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu:
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8
jam.
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara:
- Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks
telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
- Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
- Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam)
dibandingkan multipara (8 jam) karena pematangan dan
pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1:
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30
detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo
terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1:
Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat
mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di
kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan
akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan
menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan
ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I:
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
- Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah
kanan garis waspada).
- Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
- Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
- Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
- Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
- Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180
x / menit) curigai adanya gawat janin.
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
b. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat,
lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara
± 0,5 jam.
Sifat His:
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding
abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala) turun
sampai dasar panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang
kepala):
a. Kepala masuk pintu atas panggul: sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat: 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam): selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
e. Ekstensi: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut: oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar): kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian
dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi: setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan
lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. KALA III
- Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
- Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari insersi pada dinding
uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
- Lepasnya plasenta dari insersinya: mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal
(Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal.
- Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding
uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah
lepas dan berdarah.
- Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His:
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun
dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif
(manual aid).
d. KALA IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan:
- Kontraksi uterus harus baik
- Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
- Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
- Kandung kencing harus kosong
- Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
- Resume keadaan umum ibu dan bayi.
10. Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan
memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi sementara
waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan
retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut dan
diafragma) digunakan dalam kala II persalinan.Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang
dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu.
b. Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina
sebelum dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi
pula tahanan atau resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar
panggul dan sekitarnya.
c. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang
paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin
selain itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau
amnion.
d. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak
tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis
keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran
anaknya terkena akibat yang merugikan.
11. Langkah - langkah Pertolongan Persalinan Normal
a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan
perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median/mediolateral
atau lateral.
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur
sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum
sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan
kepala untuk mengendalikan ekspulsi.
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka
dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk
melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput kearah
punggung.
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk
melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr
untuk melahirkan sisa badan bayi.
f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan
nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan.
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan:
- Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna
- Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada
bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
- Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera
sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu
besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana
mestinya
i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
- Kateterisasi kandung kemih
- Menjahit luka spontan atau luka episiotomi
B. Konsep Keperawatan
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
Defisit pengetahuan kehamilan dan persalinan b.d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
Risiko infeksi maternal
Risiko kekurangan volume cairan
c. Analisa data
Kesalahan
interpretasi
Kurang
pengetahuan
ansietas
2 DO Perubahan Defisit pengetahuan
- Menanyakan masalah yang dihadapi pisiologis
DS
- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap Take bold
masalah
- Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat Belajar tentang
Butuh informasi
Kurangnya
pengetahuan
d. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan Tingkat ansietas
situasional akibat keperawatan selama 2x24 jam Observasi
proses persalinan. diharapkan “tingkat ansietas” 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
Ditandai oleh: pasien berkurang dengan berubah (kondisi waktu dan
c. Analisa Data
d. Intervensi
N DIAGNOSA SIKI
SLKI
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan asuhan keperawatan Tindakan/observasi
dengan kontraksi selama 2x24 jam maka 1. Indentifkasi kesiapan dan
melahirkan ditandai didapatkan hasil kemampuan menerima
oleh : “tingkat nyeri” dengan informasi
-pasien mengeluh nyeri kriteria hasil: Terauptik
-Tampak meringis 1. Sediakan materi dan media
- nyeri berkurag
-Gelisah pendidikan
- pasien tidak meringis
Edukasi
-sulit tidur - pasien tidak gelisah 1.jelaskan tujuan dan manfaat
-Frekuensi nadi - pola nafas Kembali teknik nafas
meningkat normal 2. jelaskan prosedur teknik nafas
-Tekanan darah - Frekuensi nadi 3. anjurkan memposiskan tubuh
meningkat kembali normal senyaman mungkin
-Pola nafas berubah - tekanandarah kembali 4. ajurkan menutup mata dan
-Nafsu makan berubah normal berkonsentrasi
- nafsu makan baik 5. ajarakan melakukan inspirasi
dengan menhirup udara dengan
hidung
6. ajarakan mellakukan ekspirasi
7. menghubuskan nafas dlama 8
detik
2. KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri /
teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kerusakan integritas kulit
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO Kelainan Resiko Kerusakan
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion kognital Integritas Kulit
selama kontraksi
DS Kelainan
- Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg pertumbuhan
- Ibu mengatakan ada bisul di sekitar fusi dan
anusnya pembentukan
anus
Atresia ani
Fase keluar
terus menenrus
Resiko
kerusakan
integritas kulit
d. Intervensi
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan Setelah dilakukam Edukasi perawatan kulit
integritas kulit asuhan keperawatan Tindakan
selama 2x24 jam 1. Identifikasi penyebab gangguan
diharapkan integritas kulit
integritas kulit Terauptik
terkontrol dengan 1.ubah posisi 2 jam jika tirah baring
kriteria hasil: 2. besihkan vagina
Luka perineum 3. hindari produk berbahan dasar
tertutup alkhol pada kulit kering
(epiostomi) Edukasi
1. Anjrkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatakan asupan
nutrisi
3. Ajurkan meningktkan asupahan
buah dan sayur
3. KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat
Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
Nadi melambat
3. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2. Risiko ketidak seimbangan cairan
3. Resikocidera pada ibu dihubungkan dengan proses persalinan
c. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DO Perubahan Nyeri akut
-pasien mengeluh nyeri fisiologis
-Tampak meringis
DS Kontraksi uterus
-Gelisah
-sulit tidur adekuat
Nyeri akut
2 DO Intak kalori Resiko ketidak
- Pasien mengeluh muntah hilang seimbangan cairan
- Pasien mengeluh diare
DS Metabolism
- Suhu 38*c protein dan
- RR 32x/ menit karbohidrat
- Mukosa kering meningkat
Desisiensi
protein
Daya tahan
tubuh menurun
Diare
Kekurangan
volume cairan
3 DO Persalinan Resiko cidera
- Mengatakan sering pusing kimia
DS
- Mempunyai Riwayat hipertensi Pada janin
- Sering vertigo
Tekanan his
yang kuat
Tengkorak
tumpeng tindih
Molase pada
janin
Pendarahan
intracranial
pada janin
Resiko cidera
d. Intervensi
DIAGNOSA SIKI
NO KEPERAWAT SLKI
AN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
trauma jaringan keperawatan selama 2x24 Observasi
setelah jam maka diharapkan 1. Monitor status oksigen
melahirkan nyeri terkontrol dengan Terapetik
criteria hasil: 1. Tempatkan pada tempat tidur
Pasien dapat control yang tepat
nyeri 2. Atur posisi tidur yang disukai
3. Tinggikan yang sakit dengan
tepat
4. Tinggikan tempat tidur bagian
kepala
5. Motivasi melakukan ROM
EDUKASI
1. Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian premdikasi
sebelum menubah posisi
2. Resiko ketidak Setelah dilakukan asuhan Management cairan:
seimbangan keperawatan selama 2x24 observasi
cairan jam maka didapatkan - monitor status hidrasi
berhubungan hasil “keseimbangan - monitor berat badan harian
dengan cairan” dengan kriteria - monitor berat badan sesudah dan
pegeluaran hasil: sebelum dialysis
cairan tidak - monitor hasil pemeriksaan
- asupan cairan meningat
terkontrol. laboratorium (elektrolit)
- kelembapan membrane
- monitor status hemodinamik
mukosa
- catat intake output cairan
- dehidrasi menurun
- berikan asupan cairan sesuai
- tekanan darah Kembali
kebutuhan
normal
3. Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan resiko lingkungan:
pada ibu keperawatan selama 2x24 observasi
dihubungkan jam maka didapatkan - identifikasi adanya resiko
dengan proses hasil “tingkat cidera” lingkungan yang dapat merusak atau
persalinan dengan kriteria hasil: membahayakan kesehatan
- identifikasi pihak-pihak yang dapat
- Toleransi aktivitas
membantu masyarakat untuk
meningkat
perlindungan dari bahaya
- nafsu makan
lingkungan
meningkat
- monitor insiden cidera terkait
- kejadian cidera
bahaya dari lingkungan
menurun
- analisis tingkat resiko terkait dengan
- ketegangan otot
lingkungan
menurun
- bekerjasama dengan pihak-pihak
- perdarahan menurun
terkait untuk meningkatkan
- tekanan darah kembali
keamanan lingkungan
normal
- lakukan advokasi bersama
- frekuensi nadi dan
masyarakat untuk melakukan
pernafasan kembali
modifikasi lingkungan yang aman
normal
4. KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau
meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK, edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan
fisik dan psikologis, ansietas.
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota
keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan
c. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DO Perubahan Nyeri akut
-pasien mengeluh nyeri fisiologis
-Tampak meringis
DS Kontraksi uterus
-Gelisah
-sulit tidur adekuat
Nyeri akut
2 Do Postpartum Penurunan koping keluarga
- Bantuan dari keluarga
terhadap klien kurang tepat Dampak keluarga
Ds
- Suami merasa bersalah karena Penerimaan
sering pulang kerumah telat kurang
Defresi mental
Penurunan
koping keluarga
3 Do Gangguan Resiko kekurangan volume
- Anaknya muntah dan diare metabolism usus cairan
Do
- Turgor kulit kering Kuman
- Mata cekung berkembang biak
dalam usus
Diare
Resiko
kekurangan
volume cairan
d. Intervensi
DIAGNOSA SIKI
NO SLKI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
hormone, trauma, keperawatan selama 2x24 Observasi
edema jaringan, jam diharapkan pasien dapat 1. Monitor sattus oksgen
kelelahan fisik dan mengontrol nyeri, nyeri Terapeutik
psikologis, ansietas berkurang dengan Kriteria 1. Tempatkan pada tempat
hasil: tidur terapeutik yang
Pasien melaporkan nyeri tepat
berkurang 2. Atur posisi tidur yang
Menunjukkan postur dan disukai
ekspresi wajah rileks 3. Tinggikan yang sakit
Pasien merasakan nyeri dengan tepat
berkurang pada skala 4. Tinggikan tempat tidur
nyeri (0-2) bagian kepala
5. Motivasi melakukan
ROM
Edukasi
1. Informasikan saat akan
dilakukan perubahan
posisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
premdikasi sebelum
menubah posisi
2. Penurunan koping Setelah dilakukan asuhan Dukungan koping keluarga
keluarga b.d keperawatan selama 2x24 1. Dengarakan masalah dan
transisi/peningkatan jam maka diharapkan proses perasan keluarga
anggota keluarga keluarga baik dengan 2. Terima nilai-nilai keluarga
kriteria hasil: dengan cra yang tidak
o Ada kedekatan ibu dengan dihakimi
bayi 3. Diskusikan rencana medis
dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan
perasan antara pasien dan
keluarga
5. Bersikap seperti keluarga
pengganti keluarga pasien
6. Hargai dan dukung
mekanisme koping
3. Resiko syok b.d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan syok
pendarahan keperawatan selama 2x24 1. monitor tanda dan gejala
persalinan jam maka didapatkan hasil pendarahan
“tingkat syok” dengan 2. monitr nilai ht, hb sebelum
kriteria hasil: dan setelah kehilangan
3. monitor tanda-tanda
- kekuatan nadi meningkat
ortstatik
- output urine meningkat
4. monitor ko ogulasi
- saturasi oksigen
Terapeutik
meningkat
1. pertahan kan bed rest
- tekanan darah kembali
selama pendarahan
normal
2. batasi tindakan invansif
- frekuensi nadi dan nafas
Edukasi
kembali normal
1. jelaskan tanda pendarahan
2. ajurkan meningkatakan
asupan makanan dan
vitamin K
Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Winkjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.