Anda di halaman 1dari 40

Laporan

Pendahuluan
Profesi
Maternitas

Nama Mahasiswa:
Siti Fitroh Rizki
Amalia
5021031097

INTRANATAL
CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKS KOREKS

(……………………………………… (………………………..…….…………
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko
rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37  42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).

2. TEORI AWITAN PERSALINAN

a. Teori Awitan Persalinan


Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin sudah cukup matang
sehingga siap untuk menghadapi kondisi di luar uteri. Berikut
beberapa teori tentang awitan (proses dimulainya persalinan) (Wagiyo
& Putrono, 2016), yaitu:

1. Teori Esterogen-Progesteron
Hormon esterogen-pregesteron memiliki peran penting dalam
mempertahankan kehamilan dan memulai proses persalinan. Mulai
rentang waktu 1 sampai 2 minggu sebelum persalinan, kadar kedua
hormon tersebut menurun dan hormon tersebut akan mengatur
terjadinya proses perubahan konsentrasi dalam uterus sehingga
menyebabkan munculnya kontraksi uterus yang menandai proses
persalinan akan dimulai yang disebut dengan awitan persalinan.

2. Teori Oksitosin
Bertambahnya usia kehamilan, uterus akan menjadi semakin
sensitif terhadap oksitosin. Hal ini terjadi karena uterus akan terus
dirangsang oleh oksitosin melalui reseptor yang terdapat pada
miometrium sehingga uterus akan terangsang melakukan kontraksi
secara langsung. Selain itu, oksitosin juga akan merangsang
peningkatan produksi hormon prostaglandin di dalam desidua yang
mana peningkatan hormon tersebut juga akan merangsang uterus
untuk berkontraksi.

3. Teori Kontrol Endokrin Janin


Teori ini menjelaskan bahwa pada saat janin telah mencapai usia
cukup bulan, sistem endokrin yang ada pada janin seperti kelenjar
adrenal akan mengeluarkan hormon kortokosteroid, yang mana
hormon tersebut dianggap sebagai pencetus awal proses persalinan
karena dengan meningkatnya hormon kortikosteroid ini diduga
dapat menstimulasi untuk mengeluarkan hormon prostaglandin
yang dapat merangsang kontraksi uterus.

4. Teori Menuanya Plasenta


Dalam teori ini menjelaskan bahwa dengan adanya plasenta yang
semakin tua, plasenta akan mengalami proses pengapuran yang
menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi uteroplasenter
sehingga janin di dalam rahim akan mengalami kekurangan
makanan dan oksigen, sehingga secara langsung uterus akan terus
berkompensasi dengan adanya kontraksi uterus secara progresif
untuk mengeluarkan isi yang ada di dalamnya.

5. Teori Berkurangnya Nutrisi Janin


Seperti yang dijelaskan pada teori menuanya plasenta bahwa
dengan terjadinya penuaan pada plasenta, janin akan kekurangan
nutrisi dan oksigen sehingga janin tidak dapat tumbuh dan
berkembang maka janin akan segera dikeluarkan dari uterus.

6. Teori Menuanya Plasenta


Dalam teori ini menjelaskan bahwa dengan adanya plasenta yang
semakin tua, plasenta akan mengalami proses pengapuran yang
menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi uteroplasenter
sehingga janin di dalam rahim akan mengalami kekurangan
makanan dan oksigen, sehingga secara langsung uterus akan terus
berkompensasi dengan adanya kontraksi uterus secara progresif
untuk mengeluarkan isi yang ada di dalamnya.

7. Teori Berkurangnya Nutrisi Janin


Seperti yang dijelaskan pada teori menuanya plasenta bahwa
dengan terjadinya penuaan pada plasenta, janin akan kekurangan
nutrisi dan oksigen sehingga janin tidak dapat tumbuh dan
berkembang maka janin akan segera dikeluarkan dari uterus.

3. PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PERIODE INTRANATAL

a. Adaptasi Fisiologi
1. Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan
segera setelah 14 plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
b. Adaptasi psikologis Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari
kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
2. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua halhal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.

4. NYERI PERSALINAN DAN MANAJEMEN NYERI

a. Nyeri persalinan
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Melzack,
1984) di kutip oleh mander (2003). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005).

Sedangkan menurut (Varney, 2002), Persalinan adalah rangkaian proses


fisiologis yang berakhir denagn pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi
yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta. Nyeri persalinan disebabkan adanya
regangan segmen bawah rahim, Farer (2001). Intensitas nyeri sebanding
dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri bertambah
ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap
struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir. Nyeri
persalinan unik dan berbeda pada setiap individu karena nyeri tidak
hanya dikaitkan dengan kondisi fisik semata, tetapi berkaitan juga
dengan kondisi psikologis ibu pada saat persalinan

b. Management nyeri
1. Managemen Farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-
obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling
sering diberikan oleh perawatdengan kolaborasi dengan dokter.
Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu:

a. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi NonSteroid (OAISN)


Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama
asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik
dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin
(Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk
mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan analgetik
dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis
prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat. Prostaglandin
mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan prodok
inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan
histamin untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian
OAINS mengganggu mekanisme transduksi di nosiseptor aferen
primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.
b. Analgesia opioid Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai
dengan berat. Obat-obat ini merupakan patokan dalam pengobatan
nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan
salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.
Berbeda dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin
menimbulkan efek analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan
efek dengan mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi di batang
otak yang menghambat nyeri pada sistem assenden. Adjuvan /
Koanalgetik Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula
dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat ini adalah
Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin) (Price & Wilson,
2006).
2. Managemen Non-Farmakologi Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat persalinan, yaitu salah
satunya dengan memberikan terapi non farmakologis. Terapi non
farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa
menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai
teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat
persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah
a. Distraksi Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi
visual, misalnya membaca atau menonton televisi, Distraksi
auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil,
misalnya menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif,
misalnya bermain puzzle.
b. Hypnosis-diri Hypnosis-diri dengan membantu merubah
persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri
menggunakan sugesti dari dankesan tentang perasaan yang
rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan
menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian kondisikondisi
yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman &
Mandel, 1994). Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun.
Konsentrasi yang efektif mengurangi 30 ketakutan dan sters
karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Selain
itu juga mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu
sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang
atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi
klien yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi
ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah dengan
mengantisipasi kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang
klien yang dibiarkan mengalami konstipasi akan menderita
distensi dan kram abdomen. Upaya ini hanya klien alami dan
sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi yang
menenyebabkan nyeri (Mander, 2003).
c. Stimulas Kutaneus Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi
kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri massase,
mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja
khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu
pemikiran adalah cara ini menyebabkan pelepasan endorfin,
sehingga memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori Gate-kontrol
mengatakn bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi
tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat.
Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan
delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi
impuls nyeri. Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah
tindakan ini dapat dilakkan dirumah, sehingga memungkinkan
klien dan keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan
penanganannya. Penggunaan yang benar dapat mengurangi
persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot. 31
Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada
daerah kulit yang sensitif (misalnya luka bakar, luka memar,
cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang fraktur)
(Mander,2004).
d. Massase Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau
memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling
primitive dan menggunakan refleks lembut manusia untuk
menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
e. Terapi Hangat dan Dingin Terapi hangat dan dingin bekerja
dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor).
Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus
diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat
meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat
penyembuhan dan penurunan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
f. Relaksasi pernafasan Relaksasi pernafasan yang merupakan
suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan pernafasan,
nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Smeltzer & Bare, 32 2002). Menurut kegunaanya teknik
relaksasi pernafasan dianggap mampu meredakan nyeri,
prosesnya menarik nafas lambat melalui hidung (menahan
inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas melalui
mulut secara perlahan-lahan

5. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

a. Teori penurunan hormon progesterone.


Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
b. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
c. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan his.
d. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
e. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
f. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

g. Teori iritasi mekanik


Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan
menimbulkan his.

6. Jenis - Jenis Persalinan


Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu:
a. Persalinan aterm: yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu,
berat janin di atas 2.500 gr.
b. Persalinan prematurus: persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu,
berat janin kurang dari 2.499 gr.
c. Persalinan serotinus: persalinan yang melampaui umur hamil 42
minggu, pada janin terdapat tanda postmaturitas
d. Peralinan presipitatus: persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3
jam.

Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:


a. Persalinan spontan: bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan: bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forceps/vakum, atau dilakukan operasi
section caecarea.
c. Persalinan anjuran: pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Persalinan kadang-
kadang tidak mulai dengan segera dengan sendirinya tetapi baru bisa
berlangsung dengan dilakukannya amniotomi/pemecahan ketuban atau
dengan induksi persalinan yaitu pemberian pitocin atau prostaglandin.

7. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan


a. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah
lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
 Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga
ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
 Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh,
yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-
menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
 Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen
ischiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
 Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran
balik darah dari ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama
masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada
primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks
diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks.
Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk
persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton
Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu
kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan
bahwa persalinan sudah dekat.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban
Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil.
Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan
dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada
waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan
tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah
dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal
tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk
menahan diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna,
mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan
walaupun belum ada penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita
mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).
8. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat delapan gerakan posisi
dasar yang terjdai ketika janin berada dalam presentasi vertex sefalik.
Gerakan tersebut, sebagai berikut:
a. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu
atas panggul.
b. Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan oleh karena itu
keduanya diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme
lainya.
c. Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui
penurunan ini diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil
digantikan dengan diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi
sempurna, atau tidak berada dalam sikap militer atau tidak dalam
keadaan beberapa derajat ekstensi.
d. Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjdai
sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa
terjadi adalah oksipot berotasi ke bagian anterior pelvis ibu,
dibawah simfisis pubis.
e. Pelahiran Kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan
dengan ekstensi seperti, oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior,
alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari
perineum.
f. Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, berantung pada
arah dari tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior.
g. Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450, menyebabkan diameter
bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pnitu
bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi
eksteral lain sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT, bergantung arah
restuisi.
h. Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui Sumbu
Arcus.
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis. Bahu
anterior kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang
menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian
menggembugkan perineum dan lahir dengan posisi ateral. Setelah
bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu Carus dan
segera lahir (Varney, 2007).

9. Fase Persalinan
a. KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks
membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin
kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu:
 Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8
jam.
 Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
 Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara:
- Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks
telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
- Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
- Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam)
dibandingkan multipara (8 jam) karena pematangan dan
pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1:
 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30
detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo
terus meningkat.
 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1:
 Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat
mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di
kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan
akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.
 Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
 Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan
menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan
ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I:
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
- Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah
kanan garis waspada).
- Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
- Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
- Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
- Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
- Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180
x / menit) curigai adanya gawat janin.
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
b. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat,
lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara
± 0,5 jam.
Sifat His:
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding
abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala) turun
sampai dasar panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang
kepala):
a. Kepala masuk pintu atas panggul: sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat: 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam): selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
e. Ekstensi: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut: oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar): kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian
dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi: setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan
lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. KALA III
- Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
- Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari insersi pada dinding
uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
- Lepasnya plasenta dari insersinya: mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal
(Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal.
- Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding
uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah
lepas dan berdarah.
- Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His:
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun
dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif
(manual aid).
d. KALA IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan:
- Kontraksi uterus harus baik
- Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
- Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
- Kandung kencing harus kosong
- Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
- Resume keadaan umum ibu dan bayi.
10. Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan
memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi sementara
waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan
retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut dan
diafragma) digunakan dalam kala II persalinan.Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang
dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu.
b. Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina
sebelum dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi
pula tahanan atau resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar
panggul dan sekitarnya.
c. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang
paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin
selain itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau
amnion.
d. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak
tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis
keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran
anaknya terkena akibat yang merugikan.
11. Langkah - langkah Pertolongan Persalinan Normal
a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan
perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median/mediolateral
atau lateral.
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur
sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum
sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan
kepala untuk mengendalikan ekspulsi.
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka
dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk
melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput kearah
punggung.
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk
melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr
untuk melahirkan sisa badan bayi.
f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan
nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan.
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan:
- Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna
- Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada
bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
- Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera
sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu
besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana
mestinya
i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
- Kateterisasi kandung kemih
- Menjahit luka spontan atau luka episiotomi

B. Konsep Keperawatan
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
 Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
 Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.

b. Diagnosa Keperawatan
 Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
 Defisit pengetahuan kehamilan dan persalinan b.d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
 Risiko infeksi maternal
 Risiko kekurangan volume cairan

c. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 DO Factor Ansietas
- pasien merasa takut dengan kondisi yang fisiologis
dijalani
- gelisah Penimbunan
- tampak tegang asam laktat
DS
- frekuensi nafas dan nadi meningkat Nyeri
- tekanan darah meningkat
- sering berkemih Informasi tidak
adekut

Kesalahan
interpretasi

Kurang
pengetahuan

ansietas
2 DO Perubahan Defisit pengetahuan
- Menanyakan masalah yang dihadapi pisiologis
DS
- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap Take bold

masalah
- Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat Belajar tentang

- Menunjukan prilaku berlebihan hal yang


baru dan
memahami
perubahan yang
signifikan

Butuh informasi

Kurangnya
pengetahuan

d. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan Tingkat ansietas
situasional akibat keperawatan selama 2x24 jam Observasi
proses persalinan. diharapkan “tingkat ansietas” 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
Ditandai oleh: pasien berkurang dengan berubah (kondisi waktu dan

- pasien merasa criteria hasil: strestor

takut dengan - TTV normal 2. Indetifikasi kemampuan


mengambil keputusan
kondisi yang - Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tanda ansietas
dijalani
dialami menurun Terauptik
- gelisah
1. Ciptakan Suasana terapetik
- tampak tegang - gelisah menurun
untuk menumbuhkan
- sulit tidur - perilaku tegang menurun
kepercayan
- frekuensi nafas - pola tidur membaik 2. Temani pasien untuk
dan nadi - frekuensi nadi dan
mengurangi kecemsan
meningkat pernafasan membaik 3. Pahami sesuatu yang membuat
- tekanan darah - pola berkemih membaik ansietas
- Pasien dapat 4. Dengarkan dengan penuh
meningkat
mengungkapkan perasaan perhatian
- sering berkemih
cemasnya 5. Motivasi mengidentifikasi
- Lingkungan sekitar pasien situasi yang memicu
tenang dan kondusif kecamasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang dialami
2. Informasikan secara factual
mengnai diagnose dan
penggobatan
3. Anjurkan keluarga untuk
bersama pasien
4. Latihan teknik relaksas
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Edukasi persalinan


kehamilan dan keperawatan selama 2x24 - identifikasi mode
persalinan ditandai jam maka didapatkan hasil penyelesaian masalah yang
oleh: “tingkat pengetahuan” biasa digunakan
- Menanyakan dengan kriteria hasil: - fasilitasi memutuskan
masalah yang masalah yang akan
- Perilaku sesuai anjuran
dihadapi diselesaikan
meningkat’
- Menunjukan - ajarkan tentang topik yang
- Verbalisasi minat dalam
prilaku tidak sesuai tidak diketahuinya
belajar
anjuran - berikan referensi atau contoh
- Kemampuan menjelaskan
- Menunjukan kasus.
pengetahuan tentang suatu
persepsi yang
topic
keliru terhadap
- Perilaku sesuai dengan
masalah
pengetahuan
- Menjalani
- persepsi yang keliru
pemeriksaan yang
menurun
tidak tepat
- Menunjukan
prilaku berlebihan

2. KALA I (fase aktif)


a.  Pengkajian
- Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
- Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan
mengendalikan pernafasan.
- Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
- Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
- Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara).
b. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.

c. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Perubahan fisiologis
1 DO Nyeri Akut
-pasien mengeluh nyeri
Kontraksi uterus
-Tampak meringis
DS adekuat
-Gelisah
-sulit tidur Kontraksi kuat
-Frekuensi nadi meningkat
-Tekanan darah meningkat Involusi
-Pola nafas berubah
-Nafsu makan berubah
Nyeri akut

d. Intervensi

N DIAGNOSA SIKI
SLKI
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan asuhan keperawatan Tindakan/observasi
dengan kontraksi selama 2x24 jam maka 1. Indentifkasi kesiapan dan
melahirkan ditandai didapatkan hasil kemampuan menerima
oleh : “tingkat nyeri” dengan informasi
-pasien mengeluh nyeri kriteria hasil: Terauptik
-Tampak meringis 1. Sediakan materi dan media
- nyeri berkurag
-Gelisah pendidikan
- pasien tidak meringis
Edukasi
-sulit tidur - pasien tidak gelisah 1.jelaskan tujuan dan manfaat
-Frekuensi nadi - pola nafas Kembali teknik nafas
meningkat normal 2. jelaskan prosedur teknik nafas
-Tekanan darah - Frekuensi nadi 3. anjurkan memposiskan tubuh
meningkat kembali normal senyaman mungkin
-Pola nafas berubah - tekanandarah kembali 4. ajurkan menutup mata dan
-Nafsu makan berubah normal berkonsentrasi
- nafsu makan baik 5. ajarakan melakukan inspirasi
dengan menhirup udara dengan
hidung
6. ajarakan mellakukan ekspirasi
7. menghubuskan nafas dlama 8
detik
2. KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri /
teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kerusakan integritas kulit
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO Kelainan Resiko Kerusakan
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion kognital Integritas Kulit
selama kontraksi
DS Kelainan
- Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg pertumbuhan
- Ibu mengatakan ada bisul di sekitar fusi dan
anusnya pembentukan
anus

Atresia ani

Bab lewat bisul


yang berlubang

Fase keluar
terus menenrus

Resiko
kerusakan
integritas kulit

d. Intervensi
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan Setelah dilakukam Edukasi perawatan kulit
integritas kulit asuhan keperawatan Tindakan
selama 2x24 jam 1. Identifikasi penyebab gangguan
diharapkan integritas kulit
integritas kulit Terauptik
terkontrol dengan 1.ubah posisi 2 jam jika tirah baring
kriteria hasil: 2. besihkan vagina
 Luka perineum 3. hindari produk berbahan dasar
tertutup alkhol pada kulit kering
(epiostomi) Edukasi
1. Anjrkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatakan asupan
nutrisi
3. Ajurkan meningktkan asupahan
buah dan sayur

3. KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
 Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal    dengan cepat
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
 Nadi melambat
3. Makan dan cairan
 Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
 Tali pusat memanjang pada muara vagina

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2. Risiko ketidak seimbangan cairan
3. Resikocidera pada ibu dihubungkan dengan proses persalinan
c. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DO Perubahan Nyeri akut
-pasien mengeluh nyeri fisiologis
-Tampak meringis
DS Kontraksi uterus

-Gelisah
-sulit tidur adekuat

-Frekuensi nadi meningkat


-Tekanan darah meningkat Kontraksi kuat

-Pola nafas berubah


Involusi
Nafsu makan berubah

Nyeri akut
2 DO Intak kalori Resiko ketidak
- Pasien mengeluh muntah hilang seimbangan cairan
- Pasien mengeluh diare
DS Metabolism
- Suhu 38*c protein dan
- RR 32x/ menit karbohidrat
- Mukosa kering meningkat

Desisiensi
protein
Daya tahan
tubuh menurun

Diare

Kekurangan
volume cairan
3 DO Persalinan Resiko cidera
- Mengatakan sering pusing kimia
DS
- Mempunyai Riwayat hipertensi Pada janin
- Sering vertigo
Tekanan his
yang kuat

Tengkorak
tumpeng tindih

Molase pada
janin

Pendarahan
intracranial
pada janin

Resiko cidera

d. Intervensi
DIAGNOSA SIKI
NO KEPERAWAT SLKI
AN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
trauma jaringan keperawatan selama 2x24 Observasi
setelah jam maka diharapkan 1. Monitor status oksigen
melahirkan nyeri terkontrol dengan Terapetik
criteria hasil: 1. Tempatkan pada tempat tidur
 Pasien dapat control yang tepat
nyeri 2. Atur posisi tidur yang disukai
3. Tinggikan yang sakit dengan
tepat
4. Tinggikan tempat tidur bagian
kepala
5. Motivasi melakukan ROM
EDUKASI
1. Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian premdikasi
sebelum menubah posisi
2. Resiko ketidak Setelah dilakukan asuhan Management cairan:
seimbangan keperawatan selama 2x24 observasi
cairan jam maka didapatkan - monitor status hidrasi
berhubungan hasil “keseimbangan - monitor berat badan harian
dengan cairan” dengan kriteria - monitor berat badan sesudah dan
pegeluaran hasil: sebelum dialysis
cairan tidak - monitor hasil pemeriksaan
- asupan cairan meningat
terkontrol. laboratorium (elektrolit)
- kelembapan membrane
- monitor status hemodinamik
mukosa
- catat intake output cairan
- dehidrasi menurun
- berikan asupan cairan sesuai
- tekanan darah Kembali
kebutuhan
normal
3. Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan resiko lingkungan:
pada ibu keperawatan selama 2x24 observasi
dihubungkan jam maka didapatkan - identifikasi adanya resiko
dengan proses hasil “tingkat cidera” lingkungan yang dapat merusak atau
persalinan dengan kriteria hasil: membahayakan kesehatan
- identifikasi pihak-pihak yang dapat
- Toleransi aktivitas
membantu masyarakat untuk
meningkat
perlindungan dari bahaya
- nafsu makan
lingkungan
meningkat
- monitor insiden cidera terkait
- kejadian cidera
bahaya dari lingkungan
menurun
- analisis tingkat resiko terkait dengan
- ketegangan otot
lingkungan
menurun
- bekerjasama dengan pihak-pihak
- perdarahan menurun
terkait untuk meningkatkan
- tekanan darah kembali
keamanan lingkungan
normal
- lakukan advokasi bersama
- frekuensi nadi dan
masyarakat untuk melakukan
pernafasan kembali
modifikasi lingkungan yang aman
normal

4. KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau
meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK, edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan
fisik dan psikologis, ansietas.
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota
keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan

c. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DO Perubahan Nyeri akut
-pasien mengeluh nyeri fisiologis
-Tampak meringis
DS Kontraksi uterus

-Gelisah
-sulit tidur adekuat

-Frekuensi nadi meningkat


-Tekanan darah meningkat Kontraksi kuat

-Pola nafas berubah


Nafsu makan berubah Involusi

Nyeri akut
2 Do Postpartum Penurunan koping keluarga
- Bantuan dari keluarga
terhadap klien kurang tepat Dampak keluarga
Ds
- Suami merasa bersalah karena Penerimaan
sering pulang kerumah telat kurang

Defresi mental

Penurunan
koping keluarga
3 Do Gangguan Resiko kekurangan volume
- Anaknya muntah dan diare metabolism usus cairan
Do
- Turgor kulit kering Kuman
- Mata cekung berkembang biak
dalam usus

Diare

Resiko
kekurangan
volume cairan

d. Intervensi

DIAGNOSA SIKI
NO SLKI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
hormone, trauma, keperawatan selama 2x24 Observasi
edema jaringan, jam diharapkan pasien dapat 1. Monitor sattus oksgen
kelelahan fisik dan mengontrol nyeri, nyeri Terapeutik
psikologis, ansietas berkurang dengan Kriteria 1. Tempatkan pada tempat
hasil: tidur terapeutik yang
 Pasien melaporkan nyeri tepat
berkurang 2. Atur posisi tidur yang
 Menunjukkan postur dan disukai
ekspresi wajah rileks 3. Tinggikan yang sakit
 Pasien merasakan nyeri dengan tepat
berkurang pada skala 4. Tinggikan tempat tidur
nyeri (0-2) bagian kepala
5. Motivasi melakukan
ROM
Edukasi
1. Informasikan saat akan
dilakukan perubahan
posisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
premdikasi sebelum
menubah posisi
2. Penurunan koping Setelah dilakukan asuhan Dukungan koping keluarga
keluarga b.d keperawatan selama 2x24 1. Dengarakan masalah dan
transisi/peningkatan jam maka diharapkan proses perasan keluarga
anggota keluarga keluarga baik dengan 2. Terima nilai-nilai keluarga
kriteria hasil: dengan cra yang tidak
o Ada kedekatan ibu dengan dihakimi
bayi 3. Diskusikan rencana medis
dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan
perasan antara pasien dan
keluarga
5. Bersikap seperti keluarga
pengganti keluarga pasien
6. Hargai dan dukung
mekanisme koping
3. Resiko syok b.d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan syok
pendarahan keperawatan selama 2x24 1. monitor tanda dan gejala
persalinan jam maka didapatkan hasil pendarahan
“tingkat syok” dengan 2. monitr nilai ht, hb sebelum
kriteria hasil: dan setelah kehilangan
3. monitor tanda-tanda
- kekuatan nadi meningkat
ortstatik
- output urine meningkat
4. monitor ko ogulasi
- saturasi oksigen
Terapeutik
meningkat
1. pertahan kan bed rest
- tekanan darah kembali
selama pendarahan
normal
2. batasi tindakan invansif
- frekuensi nadi dan nafas
Edukasi
kembali normal
1. jelaskan tanda pendarahan
2. ajurkan meningkatakan
asupan makanan dan
vitamin K
Daftar Pustaka

Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from


Instalasi Kesehatan Reproduksi Pemalang:
http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses
tanggal 04 Juli 2014)

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Edisi 4. Jakarta: EGC Cunningham, et. al.
(2006).

Doenges, Marilyn.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.


Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Winkjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai