LP Ginekologi - Siti Fitroh Ra - 5021031097
LP Ginekologi - Siti Fitroh Ra - 5021031097
Pendahuluan
Profesi
Maternitas
Nama Mahasiswa
Siti Fitroh Rizki Amalia
5021031097
GINEKOLOGI (KISTA
OVARIUM)
KOREKSI I KOREKSI II
(………………… (……………………
…………………… ……..
………) …………………….
)
A. Definisi
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan
atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998). Kista ovarium ovarium merupakan
perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista
ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smeltzer & Bare,
2002).
B. Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium di sebabkan menurut jenisnya:
1. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormone esterogen dan progresteron.
2. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
3. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progresterone setelah
ovulasi.
4. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
5. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
C. Klasifikasi
1. Kistoma ovari simpleks
Adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar.
2. Kistoderoma ovari musinosum
Asal kista ini belum pasti, namun diduga berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhannya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari epitel
germinativum.
3. Kristoderoma ovari serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
4. Kista endrometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terhadap
satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5. Kista dermoid
Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektoderma dengan
deferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula
sebastea putih menyerupai lemak nampak menonjol dari pada elemen-elemen
aktoderm.
D. Manifestasi Klinis
1. Adanya ketidakteraturan menstruasi
2. Nyeri pada perut bawah
3. Rasa sebah pada perut
4. Timbul benjol pada perut
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
2. Ultrasonografi
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di
layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut..
3. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk mennetukan sebab ascites.
F. Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah,misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda
–tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
G. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis menurut Wiknjosastro (2008) adalah sebagai berikut:
a. Sistem gastrointestinal
Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan pembengkakan perut.
Apabila tumor menekan kandung kemih dapat menimbulkan gangguan miksi.
b. Sistem pencernaan
Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti lambung. Penekan pada
lambung dapat mengakibatkan mual muntah serta kehilangan nafsu makan.
c. Sistem pernafasan
Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan paruparu menjadi
terdesak sehingga sirkulasi oksigen terganggu maka timbul rasa sesak.
d. Sistem reproduksi
Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormon meningkat,
pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel telur menjadi matang
menimbulkan kista ovarium. Akibat dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke dalam
kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi saat terjadi perdarahan
sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi cepat dari kista
yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
e. Sistem kardiovaskuler
Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
jarang bersifat total. Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale yang akan menimbulkan rasa sakit.
Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan
akibat dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.
ANALISA DATA
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI AKTIVITAS
KEPERAWATAN
Nyeri Akut b.d Putaran Tangkai Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri Observasi
Tummor selama 3x24 jam maka Tingkat Nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
Meringis menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Sikap protektif menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Gelisah menurun memperingan nyeri
Menarik diri menurun Monitor efek samping penggunaan analgetik
Berfokus pada diri sendiri menurun Terapeutik
Diaforesis menurun Berikan teknik non farmakologhis untuk
Perasaan depresi menurun mengurangi rasa nyeri
Perasaan takut mengalami cedera Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
berulung nyeri
Anoreksia menurun Fasilitasi istirahat dan tidur
Perineum terasa tertekan menurun Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Muntah menurun pemulihan strategi meredakan nyeri
Mual menurun Edukasi
Frekuensi nadi membaik Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Pola napas membaik Jelaskan strategi meredakan nyeri
Tekanan darah membaik Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi Observasi
kelamahan fisik selama 3x24 jam maka Toleransi meningkat, Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
Frekuensi naadi meningkat Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kemudahan dalam melakukan aktivitas Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
Kekuatan tubuh bagian atas meningkat melakukan aktivitas
Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
Keluhan lelah menurun Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Tekanan darah membaik
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
Frekuensi nafas membaik
Lakukan rentang gerak pasif dan atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi Observasi
b.d intake tidak adekuat selama 3x24 jam maka Status Nutrisi Identifikasi status nutrisi
membaik, dengan kriteria hasil: Identifikasi intoleransi makanan
Porsi makanan yang dihabiskan Identifikasi makanan yang disukai
meningkat Monitor asupan makanan
Berat badan membaik
Monitor berat badan
Frekuensi makan membaik
Monitor hasil laboratorium
Nafsu makan membaik
Bising usus membaik Terapeutik
membrane mukosa membaik Berikan makanan tiggi serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR REFERENSI