1. Setelah Anda menyimak landasan berfikir norma-norma subyektif dan oyektif pada substansi materi
Inisiasi-8 tentang norma umum dalam pemeriksaan perpajakan itu, menurut Anda bentuk konkritnya
seperti apa norma- norma etika obyektif/subyektif tersebut yang masuk dan harus diperhatikan dalam
pemeriksaan perpajakan itu, berikan contoh ilustrasi?
Jawaban:
a. Norma Objektif
Norma ini tidak hanya mengarahkan kelakuan seorang pegawai, tetapi juga menjadi ukuran dan
patokan baik buruknya perilaku atau perbuatan yang dilakukan segawai tersebut. Norma ini
terkadang bertentangan dengan norma subjektif.
Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain
Contoh: menemui wajib pajak saat sedang melakukan ibadah
Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel;
Contoh: memberikan data kepada wajib pajak secara tidak benar
Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak;
Contoh: menyebarluaskan data-data wajib pajak kepada pihak yang tidak berkepentingan
Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam
pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;
Contoh: memberikan pelayanan kepada wajib pajak dengan baik dan prinsip 3S
Mentaati perintah kedinasan;
Contoh: menjalankan tugas sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal Pajak;
Contoh: tidak meminjamkan kendaraan inventaris kepada wajib pajak atau orang tidak
dikenal
menaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor;
Contoh: tidak menemui wajib pajak pada saat sudah larut malam
menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan;
Contoh: melaksanan kewajiban perpajakan dengan baik dan benar
bersikap, berpenampilan, dan bertutur secara sopan.
Contoh: memakai seragam kedinasan, nametag dan membawa surat tugas saat sedang
bertugas
Selain itu pegawai dilarang: (i) bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; (ii) menjadi
anggota atau simpatisan aktif partai politik; (iii) menyalahgunakan kewenangan jabatan baik
langsung maupun tidak langsung; (iv) menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik
langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama pegawai, atau pihak lain, yang
menyebabkan pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan
dengan jabatan atau pekerjaannya; (v) menyalahgunakan data atau informasi perpajakan; (vi)
menyalahgunakan fasilitas kantor; (vii) melakukan perbuatan yang patut diduga dapat
mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik
Direktorat Jenderal Pajak; dan (viii) melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan
dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.
b. Norma Subjektif
Norma ini berkaitan dengan suara hati atau keyakinan yang dimiliki seseorang. mungkin suara
hati atau keyakinan seseorang menganggap perbuatan yang telah dilakukannya tidak
bermasalaha, namun masyarakat menganggap bahwa perbuatannya telah melanggar norma
tertentu. Dalam kaitan dengan pemeriksaan, norma pemeriksaan dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok, yaitu norma umum, norma pelaksanaan pemeriksaan dan norma
pelaporan hasil pemeriksaan.
Contohnya adalah pemberian hadiah yang diberikan wajib pajak kepada petugas pemeriksa
pajak. Umumnya pemberian atau hadiah dianggap hal yang wajar bagi masyarakat sebagai
bentuk ucapan terima kasih. Namun dalam peraturan kode etik pemeriksa pajak hal tersebut
merupakan suatu bentuk gratifikasi yang dilarang oleh pimpinan. Karena setiap pelayanan yang
diberikan kepada wajib pajak dilaksanakan tanpa dipungut biaya.
2. Coba Anda bandingkan atau sandingkan norma etika dalam pemeriksaan perpajakan di Indonesia
dengan yang berlaku di negara lain (minimal satu negara lain) sebutkan dan jelaskan secara konkrit
perbedaaan maupun persamaan dalam pemberlakuan norma-norma tersebut berikut cantumkan
sumber referensinya!
Jawaban:
Kebijakan penerapan system perpajakan di Australia di tangani oleh dua departemen atau memiliki dua
bagian fungsi yang berbeda yakni untuk fungsi kebijakan mengenai pajak di tangani oleh The Treasury
dan fungsi ad-ministrasi ditangani oleh Australian Tax Office (ATO) (www.ato.gov.au)
Kebijakan perpajakan di Australia senantiasa di pantau dan dievaluasi setiap tahunnya oleh pemerintah.
Sehigga, Sehingga, pemerintah Australia selalu mengamandemen UU Perpajakannya setiap tahun,
dengan demikian jika terjadi permasalahan dalam penerapanya dapat di selesaikan dan tidak berlarut-
larut.
Jenis pajak di Australia meliputi Individual Income Tax (Pajak Penghasilan Perorangan), Company Income
Tax (Pajak Pendapatan Perusahaan), Payroll Tax (Pajak Gaji), Property Tax (Land Tax) (Pajak Properti dan
Bangunan), Fringe Benefit Tax (Pajak Pendapatan Tambahan/Bonus), Goods & Services Tax (GST) (Pajak
Barang dan Jasa), Excise (Cukai), Transfer duty (Perpindahan Jabatan), dan Other Tax ( pajak lainnya).
Pemerintah Australia sudah sudah menerapkan self assessment system dalam pemungutan pajak dan
pemerintah hanya sekedar mengawasi saja. Dikarenakan system yang sudah dibangun secara teratur,
maka para wajib pajak kecil kemungkinannya untuk tidak ‘ngemplang’ pajak atau tidak membayar pajak.
Pengalaman pribadi, setiap calon tenaga kerja atau yang akan diterima bekerja wajib memiliki TFN (Tax
File Number) atau kalau di Indonesia NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan nomor tersebut wajib
diisikan ke formulir pengajuan bekerja, karena oleh perusahaan gaji atau pendapatan pekerja tersebut
akan langsung dipotong sebelum diterima. Secara umum, transaksi pembayaran pajak dilakukan secara
langsung melalui Account Bank yang juga wajib dimiliki oleh setiap ‘employe’ di Australia.
Perpajakan di Indonesia
Di system perpajakan Indonesia tahun financial di mulai dari tanggal 1 bulan januari sampai tanggal 31
bulan desember. Jam kerja kantor pelayanan pajak di Indonesia mulai jam 8 pagi sampai jam 3 sore
mulai hari senin sampai jumat dalam setiap minggunya. Pada saat ini Indonesia tengah berupaya dalam
menyadarkan warganya untuk tertib pajak. Upaya ini di dukung kemudahan dalam mengurus berbagai
jenis pajak dan program yang terbaru adalah sensus pajak. Program sensus pajak merupakan bagian dari
upaya menyadarkan warga untuk tertib pajak, program ini berjalan dengan cara petugas pajak
mendatangi wajib pajak.
System undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia masih menganut tahun lalu, sehingga jika
ada suatu permasalahan tentang pajak, sulit untuk di tuntaskan. Sehingga mengakibatkan penduduk
malas untuk membayar pajak kerena mereka takut uangnya untuk pribadi bukan ke pemerintah.
Di pemerintahan Indonesia system kinerja operasional pemerintah dalam mengelola pajak yang masih
sangat jauh dari ideal, operasional ini di jalankan oleh Ditjen Pajak dalam mengimplementasikan
ketentuan hukum secara baik (law enforcement) . Pemerintah lebih banyak bersikap pasif dalam
menghadapi rendahnya kepatuhan pajak dan hanya berharap masyarakat memberikan kepatuhan
sukarela (voluntary compliance)
Kinerja operasional Ditjen pajak dalam mendorong kepatuhan wajib pajak masih sangat
rendah,kemungkinan adalah pengabaian terhadap konsekuensi system self-assessment yang harus
dibarengi oleh fungsi edukatif penyuluhan dari pihak fiskus . Dari sudut pandang penegakan
hukum,masih banyak para pelanggar hukum di bidang perpajakan yang tidak mendapatkan sanksi yang
memadai sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.Kondisi ini mendorong meluasnya kolusi di
bidang perpajakan,di satu sisi mengurangi penerimaan pajak , dan di sisi lain menciptakan kondisi bahwa
WP memiliki posisi tawar-menawar yang lebih tinggi dari pada aparat perpajakan .
Ukuran yang dijadikan indikator penilaian kinerja penerimaan pajak kita adalah tax buoyancy, yang
merupakan perbandingan persentase perubahan penerimaan pajak terhadap persentase perubahan
pendapatan nasional.Dengan kata lain,buoyancy adalah perubahan penerimaan pajak apabila PDB
berubah 1 % . Perbandingan antar negara menunjukkan bahwa struktur pajak Indonesia memiliki
penerimaan pajak ( tax buoyancy yang lebih rendah) dibandingkan beberapa negara lain .
Sumber Referensi:
https://javaboy53.blogspot.com/2011/10/perbandingan-sistem-perpajakan-di.html