Anda di halaman 1dari 12

JURNAL AGROMAST, Vol.2, No.

1, April 2017

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP


PERTUMBUHAN SETEK Mucuna bracteata
1 2 2
Bambang Adi Putra , Ni Made Titiaryanti , Abdul Mu’in
1Mahasiswa Fakultas Pertanian STIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian STIPER

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media dan
volume penyiraman terhadap pertumbuhan setek Mucuna bracteata yang telah dilakukan di Kebun
Pendidikan dan Penelitian (KP2) Instiper Yogyakarta, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode percobaan
dengan rancangan faktorial terdiri dari 2 faktor yang di susun dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Faktor pertama adalah komposisi media yang terdiri atas 4 macam yaitu tanah regusol,
tanah regusol : kompos = 1:1, tanah regusol : kompos = 1:2 dan tanah regusol : kompos = 2:1.
Faktor kedua adalah volume penyiraman yang terdiri dari 4 aras yaitu 50 ml, 100 ml, 150 ml dan
200 ml. Dari kedua faktor tersebut di peroleh 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga di peroleh 48 satuan percobaan. Data hasil penelitian di analisis dengan Analisis of
Variance dan Duncan New Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi nyata antara komposisi media dan volume penyiraman
terhadap pertumbuhan setek Mucuna bracteata. Komposisi media menunjukkan pertumbuhan yang
sama baik pada setek Mucuna bracteata. Volume siram 50 ml/hari sudah mampu mencukupi
pertumbuhan setek Mucuna bracteata.

Kata kunci : Komposisi media, Volume penyiraman, Mucuna bracteata.

PENDAHULUAN menghasilkan bahan organik, disamping


Pengelolaan perkebunan kelapa sawit dapat mengikat unsur nitrogen dari udara,
sejak dahulu telah mencanangkan kebijakan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
untuk menggunakan tanaman penutup tanah tanah, mempercepat proses pelapukan batang-
atau sering disebut tanaman kacang-kacangan. batang kayu dan daun dari hasil land clearing,
Penanaman tanaman kacangan penutup tanah selain itu juga dapat mengurangi erosi,
atau Leguminosae Cover Crop (LCC) ini mengurangi pertumbuhan gulma yang
merupakan aktifitas utama yang menentukan merugikan khususnya bagi tanaman kelapa
tingkat keberhasilan usaha suatu perkebunan sawit seperti Imperata Cylindrica, Micania
kelapa sawit. Micrantha, pakisan dan gulma lainnya.
Aktifitas penanaman LCC sebagai Penanaman kacang-kacangan konvensional
penutup tanah ini, diupayakan untuk seperti Pueraria phaseoloides, Puerraria
mempersiapkan kondisi yang sesuai bagi javanica, Calopogonium mucunoides, dan
penanaman tanaman perkebunan khususnya Centrosema pubescent sering kali tidak
pada tanaman kelapa sawit, sehingga tidak mampu menekan pertumbuhan gulma-gulma
mati dan mampu menghasilkan produksi yang tertentu. Disamping itu, kacang-kacangan
sesuai dengan yang diharapkan. Penanaman konvensional tersebut sangat digemari ternak
kacang-kacangan sebagai penutup tanah ruminansia seperti lembu dan kambing, serta
dimaksudkan untuk menutupi permukaan tidak toleran terhadap naungan. Untuk
tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat mengatasi hal tersebut maka ditanam jenis
ditekan dan mengurangi kompetisi hara kacang-kacangan yang memiliki keunggulan
dengan tanaman kelapa sawit. (Pahan, 2011) lebih dibandingkan Leguminosae Cover Crop
Leguminosae Cover Crops (LCC) (LCC) konvensional yaitu Mucuna bracteata.
dibutuhkan kelapa sawit karena berfungsi Tanaman ini merupakan tanaman yang
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

tumbuh dengan cepat, sehingga menjadi perkebangan untuk menghasilkan tanaman


pesaing gulma yang handal (menghasilkan yang baik.
senyawa allelopati yang relatif berspektrum Pemilihan media tanam yang baik
luas bagi berbagai jenis gulma perkebunan), sangat diperlukan yaitu media yang mampu
kemampuan memfiksasi N yang tinggi, sangat menyediakan air dan unsur hara serta erasi
toleran terhadap naungan, dan tidak disukai tanah yang baik sehingga selain menjamin
oleh hama dan ternak. (Harahap dan Subroto, keberlangsungan proses respirasi akar dengan
2004). lancar. Tanah regusol didominasi oleh pasir,
Salah satu hambatan yang dihadapi para dengan kemampuan menahan dan
perkebun dalam mengembangkan Mucuna menyediakan air dan unsur haranya rendah,
bracteata adalah tidak tersedianya biji sebagai kesuburan kimia rendah karena luas
bahan tanah. Kacangan ini tidak permukaan jenis tanahnya rendah sehingga
menghasilkan buah didataran rendah. Pada kapasitas tukar kationnya rendah juga,
dataran tinggi di Kerala, India Selatan dan meskipun demikian aerasi dan drainasi tanah
daerah asalnya Tripura, India Utara, Tanaman nya bagus, sehingga menjamin kelancaran
ini berbunga dan berbuah secara baik proses respirasi akar di dalam tanah.
(Kothandaraman et al,1989). Penambahan bahan organik dapat
Beberapa perkebunan besar nasional memperbaiki produktifitas tanah, baik secara
masih memasok biji Mucuna bracteata secara fisik, kimia dan biologi tanah lebih. Kompos
impor dan menanam langsung biji bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah
dilapanagan tanpa mendapatkan pelakuan dengan meningkatkan kandung bahan organik
pada biji sebelum ditanam, tetapi keberhasilan tanah dan akan meningkatkan kemapuan
tumbuh biji dilapangan belum memuaskan tanah untuk mempertahankan kandungan air
(Siagiat dan Tistama, 2005). tanah (Panji, 2013). Secara fisik, kompos
Di Indonesia, karena sulit berbuah dapat memperbaiki aerasi dan drainase,
perbanyakan Mucuna bracteata dapat meningkatkan pengikat antar partikel dan
dilakukan dengan cara perbanyakan vegetatif, kapasitas mengikat air sehingga dapat
terutama dengan cara setek. Perbanyakan mencegah erosi dan longsor, mengurangi
melalui setek ini sangat rentang terhadap pencucian nitogen terlarut, serta memperbaiki
kematian tingkat kematian setek hampir 90% daya oleh tanah. Secara biologis kompos yang
(Sebayang dkk, 2004). tidak lain adalah bahan organik ini merupakan
Secara umum faktor – faktor yang sumber makanan bagi mikroorganisme tanah.
mempengaruhi keberhasilan setek dapat Dalam penanaman Mucuna bracteata
dikelompokan menjadi dua macam, yaitu air merupakan salah satu faktor yang
faktor dalam dan fakor luar (lingkungan) menentukan keberhasilan pertumbuhan
tanaman. Faktor dalam yaitu jenis tanaman Mucuna bracteata dalam jumlah tertentu.
dan bahan setek, Faktor luar (lingkungan) Penyiraman sangat mempengaruhi
yaitu suhu, media perakaran, kelembapan ketersediaan air di dalam tanah. Setiap
udara, intesitas cahaya, pemberian zat tanaman sangat membutuhkan air untuk
pengatur tumbuh (Hartman dan Kester, 1983). pertumbuhannya. Ketersediaan air sangat
Tanah sebagai salah satu media tumbuh mempengaruhi pertumbuhan tanaman, agar
yang mempunyai peran besar dalam efesien dalam menggunakan air maka
mentukan keberhasilan tanaman, karena kebutuhan air harus sesuai dengan kebutuhan
selain sebagai tempat berdirinya tanaman, tanaman. Air diperlukan tanaman untuk
juga sebagai gudang unsur hara yang fotosintesis, transport mineral dan hasil
dibutuhkan oleh tanaman. Tanah yang fotosintesis, penunjang tubuh, pertumbuhan
digunakan sebagai media tanam harus dan transpirasi. Sebagian besar (99%) air
memiliki struktur yang baik dan gembur, dipergunakan untuk transpirasi (Fitter dan
karena dapat mendukung pertumbuhan dan Hay, 1992). Dampak kekurangan air pada
tanaman akan mengganggu aktifitas fisiologis
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

maupun morfologis tanaman, sehingga V2 : Volume penyiraman 1 hari sekali,


mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. 100 ml/polybag
Pada akhirnya tanaman akan mati. V3 : Volume penyiraman 1 hari sekali,
Berdasarkan uraian di atas maka 150 ml/polybag
dilakukan penelitian tentang pengaruh V4 : Volume penyiraman 1 hari sekali,
komposisi media dan volume penyiraman 200 ml/polybag
terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata. Dengan demikian diperoleh 16
kombinasi perlakuan dan masing-masing
METODE PENELITIAN kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga
Tempat dan Waktu Penelitian jumlah benih = 16 x 3 = 48 setek.
Penelitian dilaksanakan di Kebun
Pendidikan dan Penelitian (KP2) Institut Pelaksanaan Penelitian
Pertanian Stiper yang terletak di Desa 1. Persiapan lahan
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Tempat penelitian terlebih dahulu
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan yang
Ketinggian tempat penelitian 118 mdpl. dapat menjadi inang hama dan penyakit
Waktu penelitian adalah 2,5 bulan yaitu pada kemudian tanah diratakan agar posisi
bulan April sampai Juni 2016. polibag tidak miring. Lahan yang
digunakan untuk areal penelitian dipilih
Alat dan Bahan di tempat terbuka, datar dan dekat dengan
1. Alat sumber air.
Alat yang digunakan dalam 2. Pembuatan naungan
penelitian ini antara lain gembor, parang, Naungan untuk menghindari siraman
cangkul, gelas ukur, gunting, meteran, air hujan dan terik sinar matahari secara
penggaris, oven, timbangan digital dan langsung yang dapat mengganggu proses
alat tulis. pertumbuhan dan perkembangan
2. Bahan tanaman. Kerangka naungan dibuat dari
Bahan yang digunakan dalam bambu dengan ukuran panjang 3 meter
penelitian ini antara lain setek Mucuna dan lebar 2,5 meter. Naungan membujur
bracteata, tanah, air, kompos, bambu, ke arah Utara – Selatan, dengan tinggi
paranet, plastik transparan, gunting, palu, sebelah Timur 2,5 meter dan sebelah
paku dan polybag. Barat 2 meter. Atap naungan dan dinding
menggunakan plastik transparan,
Rancangan Penelitian diatasnya diberi paranet untuk
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengurangi intesitas cahaya. Selanjutnya
menggunakan metode percobaan pola dibuat sungkup menggunakan bambu
faktorial yang terdiri dari 2 faktor disusun membentuk setengah lingkaran dengan
dalam Rancangan Acak Lengkap atau CRD panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi
(Completey Randomized Design). 0,5 meter, ditutup plastik transparan
Faktor pertama: Komposisi media (K) untuk menjaga suhu dan kelembapan
yang terdiri dari 4 macam : stabil.
K0 : Tanah Regusol 3. Penyiapan media tanam
K1 : Tanah Regusol + Pupuk Kompos = 1:1 Tanah yang dipergunakan yaitu tanah
K2 : Tanah Regusol + Pupuk Kompos = 1 : 2 regusol yang subur dan cukup gembur,
K3 : Tanah Regusol + Pupuk Kompos = 2 : 1 yaitu tanah lapisan atas (top soil) tanah
Faktor kedua: Volume penyiraman (V) yang tersebut diambil dari daerah kaki gunung
terdiri dari 4 macam : merapi setertusnya tanah digemburkan
V1 : Volume penyiraman 1 hari sekali, 50 terlebih dahulu diayak hingga menjadi
ml/polybag butiran yang halus dan tanah terbebas
dari sisa-sisa sampah atau
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

sisa-sisa tumbuhan liar. Setelah itu ruas ke 3 sampai ke 8 menggunakan


dicampur dengan kompos sesuai dengan gunting setek pada ruas 4, 5, 6 untuk
perbandingan 1:1 yaitu satu bagian tanah menjaga kelembapan bahan tanam. Untuk
dengan satu bagian kompos, 1:2 yaitu menjaga kelembapan bahan tanam selama
satu bagian tanah dengan dua bagian perjalanan menggunakan kain yang telah
kompos, 2:1 yaitu dua bagian tanah dibasahi sebelumnya dan digunakan
dengan satu bagian kompos, dan masing- karung agar kelembapan selalu dijaga dan
masing komposisi media dicampur secara dibasahi selama
merata dengan menggunakan cangkul . perjalanan ke KP2 INSTIPER
Tanah yang telah dicampur kompos Maguwoharjo. Sebelum bahan setek
selanjutnya dimasukan ke polybag, diberi ditanam terlebih dahulu setek di rendam
label dan diatur sesuai layout dan tanah dalam air agar menjaga kelebapan dan
seterusnya disiram supaya jenuh. seterusnya dipotong ruas ke 4 dan 6 dan
4. Penyiapan bahan setek disisakan ruas ke 5 untuk bahan setek
Persiapan bahan tanam diperoleh di yang akan ditanam dan disisakan 5 cm
kebun percobaan Balai Pengkajian untuk atas dan bawah bahan setek,
Teknologi Pertanian Yogyakarta yang selanjutnya daun Mucuna bracteata
terletak di maguwoharjo, Sleman, dipotong setengah agar mengurangi
Yogyakarya. Cara memilih tanaman yang penguapan pada saat ditanam. Setelah
akan diambil sebagai bahan stek yaitu bahan siap semua selanjutnya direndam
tanaman yang sudah memiliki panjang 5- kembali dengan air untuk menjaga
10 meter dipotong menggunakan gunting kelembapan bahan setek.
setek. Bahan setek diambil dari bagian

R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9

Nodus (Buku) Inter nodus (Ruas) Ruas yang di potong

Dipotong 5 cm pada ruas atas dan bawah dari mata tunas yang akan di ambil
Gambar 1. Bahan tanam setek Mucuna bracteata

5. Penanaman setek Penyiraman dilakukan


Setelah media tanam siap tanah menggunakan gembor selama 2
dilobangi dengan menggunakan kayu minggu dengan cara menyiramkan
sedalam 5 cm untuk masuknya batang air disekeliling sungkup untuk
setek selanjutnya batang setek yang menjaga kelembapan. Setelah 2
sebelumnya direndam dalam air diambil minggu penyiraman dilakukan
dan dimasukan kedalam polibag yang langsung pada media tanam sesuai
sudah dilobangi sebelumnya seterusnya perlakuan dengan buka tutup
lobang untuk batang setek ditutup sungkup sampai minggu ke 3.
kembali dengan tanah atau dipadatkan Setelah masa penyungkupan
dengan bantuan tangan agar batang setek selanjutnya setek di atur jarak
dapat tumbuh tegak. tanamnya sesuai dengan layout
6. Pemeliharaan a. setelah minggu ke 3 dan selanjutnya
Penyiraman penyiraman dilakukan pada media
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

menggunakan gelas ukur dengan menghitung seluruh daun yang telah


volume penyiraman sesuai perlakuan membuka sempurna pada akhir
yang di lakukan pada pagi hari penelitian.
dengan volume penyiraman sebagai 3. Panjang akar (cm)
berikut : Polybag dirobek kemudian tanah
a) 50 ml yang dilakukan di pagi hari dihancurkan dan jangan sampai ada akar
b) 100 ml yang dilakukan di pagi yang terputus. Akar tanaman terlebih
hari dahulu di bersihan dari tanah yang
c) 150 ml yang dilakukan di pagi melekat dengan menggunakan air.
hari Panjang akar diukur dari pangkal batang
d) 200 ml yang dilakukan di pagi sampai ke ujung yang paling panjang
hari menggunakan penggaris. Pengukuran
b. Pengendalian OPT ( Organisme dilakukan pada akhir penelitian.
Pengganggu Tanaman ) 4. Berat segar akar (g)
Selama masa penelitian, tanaman Akar tanaman yang telah di ukur
selalu di pelihara dengan baik. panjangnya selanjutnya dibersihkan dari
Pengendalian OPT ( Organisme tanah yang mungkin masih melekat pada
Pengganggu Tanaman ) seperti akar kemudian akar ditimbangan
gulma, hama, dan penyakit. menggunakan timbanagan digital pada
1) Pengendalian hama dilakukan akhir penelitian.
dengan cara pengutip hama 5. Berat kering akar (g)
tersebut, sering menggangu Akar yang sudah di timbang berat
diantaranya belalang dan ulat segarnya, di masukan ke amplop
daun yang berusak daun. kemudian di oven selama 24 jam suhu ±
2) Pengendalian gulma dengan cara 70 ˚C, setelah itu di timbang dengan
penyiangan secara manual dengan timbangan digital, penimbangan
mencabut gulma yang tumbuh, dilakukan pada akhir penelitian.
sekaligus menggemburkan tanah. 6. Berat segar tunas (g)
Inreval penyiangan tergantung Tunas terlebih dahulu dibersihkan
pada pertumbuhan gulma yang kemudian dilakukan penimbangan
tumbuh di polybag. menggunakan timbangan digital dan
3) Pengandalian penyakit tidak di dilakukan pada akhir penelitian.
lakukan karena tidak ada terserang 7. Berat kering tunas (g)
penyakit sama sekali. Tunas yang sudah di timbang berat
segarnya, di masukan ke amplok
Pengamatan kemudian di oven selama 24 jam dengan
Parameter yang digunakan dalam suhu ± 70 ˚C, kemudian di timbang
penelitian ini adalah sebagai berikut : dengan timbangan digital yang di
1. Panjang tunas (cm) dilakukan pada akhir penelitian.
Panjang tunas diukur mulai dari
pangkal tempat keluar tunas sampai ke HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
ujung daun yang paling muda Data hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan penggaris, pengukuran menggunakan analisis sidik ragam (Analysis
dilakukan seminggu sekali setelah Of Variance) pada jenjang 5%. Data yang
tanaman di sungkup sampai akhir berbeda nyata diuji lanjut dengan uji wilayah
penelitian. berganda DMRT (Duncan’s Multiple Range
2. Jumlah daun (helai) Test) pada jenjang 5%. Hasil analisis
Daun Macuna bracteata adalah daun disajikan sebagai berikut : Panjang Tunas
trifoliet (satu tangkai ada 3 helai daun),
Jumlah daun yang di hitung dengan
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Hasil sidik ragam panjang tunas komposisi media dengan volume penyiraman.
(Lampiran 1) menunjukkan bahwa komposisi Pengaruh komposisi media dan volume
media tidak berpengaruh nyata terhadap penyiraman terhadap panjang tunas (cm)
panjang tunas, begitu juga pada volume disajikan pada Tabel 1.
penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara

Tabel 1. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap panjang tunas (cm).
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 158,66 165,00 176,66 196,66 174,25 a
Tanah regusol + 199,33 159,66 196,66 206,66 190,58 a
kompos = 1:1
Tanah regusol + 205,33 198,33 132,00 182,33 179,50 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 143,33 99,66 198,66 197,00 159,66 a
kompos = 2:1
Rerata 176,66 p 155,66 p 176,00 p 195,66 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama tidak
menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata.

Untuk mengetahui pengaruh komposisi minggu ke 5 sampai 10 dan di buat grafik


media dan volume penyiraman terhadap laju tinggi tanaman untuk mengetahui pengaruh
pertumbuhan tinggi tanaman maka dilakukan keduanya. Hasil pengamatan panjang di
pengamatan setiap minggu sekali di mulai sajikan dalam bentuk grafik gambar 2 dan 3.

200
180
(cm)

160
140 K0 (1:0)
tanaman

80 K2(2:1 )

120 K1(1:1)
100
tinggi

60 K3(1:2)

40
20
0
5 6 7 8 9 10

minggu ke-
Gambar 2.Pengaruh komposis media terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Mucuna
bracteata (cm).
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Pada Gambar 2 terlihat bahwa pada laju pertumbuhan tinggi tanaman komposisi
semua pemberian komposisi media media dengan perbandingan (2:1) cendung
menunjukkan laju pertumbuhan tinggi melambat sedangkan laju pertumbuhan yang
tanaman hampir sama cepat pada minggu ke 5 meningkat di tunjukan oleh komposisi media
dan 6 . Pada 7-8 minggu, laju pertumbuhan (1:1) sedangkan komposisi media (1:0) dan
tinggi tanaman dengan komposisi media (1:2) cenderung meningkat stabil. Pada
perbandingan (2:1) menunjukan laju minggu ke 10 laju pertumbuhan yang
pertumbuhannya cepat dan stabil, untuk meningkat adalah komposisi media dengan
komposisi media perbandingan (1:0), (1:1), perbandingan (1:2) di ikuti dengan kompoisi
dan (1,2) laju pertumbuhannya hampir sama media (1:0), (1:1) dan (2:1).
dan stabil. Sedangkan pada minggu ke 8-9

800
(cm)

700
600 V4(200ml)
ntanama

500 V3(150ml)
400 V2(100 ml)
tinggi

300 V1(50 ml)


200
100
-
5 6 7 8 9 10

minggu ke -
Gambar 3.Pengaruh volume penyiraman terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Mucuna
bracteata (cm).

Pada Gambar 3 terlihat volume paling lamban do tunjukkan pada volume


penyiraman menunjukan pertumbukan tinggi siram 50 ml.
tanaman yang meningkat tiap minggunya.
Pada minggu ke 5-6 terlihat pertumbuhan Jumlah Daun
tinggi tanaman dengan volume siram 200 ml Hasil sidik ragam jumlah daun
dan 150 ml menunjukan pertumbuhan yang (Lampiran 2) menunjukkan bahwa komposisi
cepat dan stabil, diikuti dengan volume siram media tidak berpengaruh nyata terhadap
100 ml dan 50 ml. Pada minggu ke 6-9 jumlah daun, begitu juga pada volume
volume siram 200 ml menunjukan penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara
pertumubuhan yang paling cepat dan stabil komposisi media dengan volume penyiraman.
diikuti volume siram lainnya. Pada minggu ke Pengaruh komposisi media dan volume
9-10 pertumbuhan yang paling cepat di penyiraman terhadap jumlah daun disajikan
tunjukkan volume siram 200 ml di ikuti pada Tabel 2
volume siram lainnya.dan pertumbuhan yang
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 2. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap jumlah daun.
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml

Tanah Regusol 12,33 12,00 18,33 14,66 14,33 a


Tanah regusol + 14,66 13,33 16,00 15,33 14,83 a

kompos = 1:1
Tanah regusol + 15,00 17,00 10,33 10,33 13,25 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 11,66 9,66 15,33 12,33 12,25 a
kompos = 2:1
Rerata 13,41 p 13,00 p 15,00 p 13,25 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama tidak
menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata.

Panjang Akar penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara


Hasil sidik ragam jumlah daun komposisi media dengan volume penyiraman.
(Lampiran 3) menunjukkan bahwa komposisi Pengaruh komposisi media dan volume
media tidak berpengaruh nyata terhadap penyiraman terhadap panjang akar disajikan
panjang akar, begitu juga pada volume pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap panjang akar.
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 39,50 55,73 31,56 29,66 39,11 a
Tanah regusol + 40,96 41,33 32,00 36,66 37,74 a
kompos = 1:1
Tanah regusol + 42,66 36,33 43,33 39,66 40,50 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 42,00 35,33 42,66 35,33 38,83 a
kompos = 2:1
Rerata 41,28 p 42,18 p 37,39 p 35,33 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
tidak menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata

Berat Segar Akar penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara


Hasil sidik ragam jumlah daun komposisi media dengan volume penyiraman.
(Lampiran 4) menunjukkan bahwa komposisi Pengaruh komposisi media dan volume
media tidak berpengaruh nyata terhadap berat penyiraman terhadap berat segar akar
segar akar, begitu juga pada volume disajikan pada Tabel 4.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 4. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap berat segar akar.
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 2,46 2,23 3,34 2,76 2,70 a
Tanah regusol + 2,33 2,71 3,16 4,49 3,17 a
kompos = 1:1
Tanah regusol + 3,04 3,62 2,66 2,84 3,04 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 2,80 3,56 5,28 4,33 3,99 a
kompos = 2:1
Rerata 2,66 p 3,03 p 3,61 p 3,60 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
tidak menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata

Berat Kering Akar Pengaruh komposisi media dan volume


Hasil sidik ragam jumlah daun penyiraman terhadap berat kering akar
(Lampiran 5) menunjukkan bahwa komposisi disajikan pada Tabel 5.
media tidak berpengaruh nyata terhadap berat
kering akar, begitu juga pada volume
penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara
komposisi media dengan volume penyiraman.

Tabel 5. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap berat kering akar.

Komposisi Volume Penyiraman Rerata


Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 0,85 0,89 1,37 1,20 1,07 a

Tanah regusol + 0,79 0,80 0,84 1,23 0,91 a


kompos = 1:1
Tanah regusol + 0,90 0,99 0,81 0,74 0,86 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 0,93 0,91 1,29 0,91 1,01 a
kompos = 2:1
Rerata 0,86 p 0,90 p 1,08 p 1,02 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama tidak
menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata
Berat Segar Tunas penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara
Hasil sidik ragam jumlah daun komposisi media dengan volume penyiraman.
(Lampiran 6) menunjukkan bahwa komposisi Pengaruh komposisi media dan volume
media tidak berpengaruh nyata terhadap berat penyiraman terhadap berat segar tunas
segar tunas, begitu juga pada volume disajikan pada Tabel 6.
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Tabel 6. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap berat segar tunas.
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 22,96 11,73 26,32 20,47 20,37 a
Tanah regusol + 23,71 14,82 23,93 35,84 24,57 a
kompos = 1:1
Tanah regusol + 36,41 35,73 23,64 12,84 27,15 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 21,12 16,31 33,14 21,24 22,95 a
kompos = 2:1
Rerata 26,05 p 19,65 p 26,19 p 22,60 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
tidak menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata

Berat Kering Tunas


Hasil sidik ragam jumlah daun komposisi media dengan volume penyiraman.
(Lampiran 7) menunjukkan bahwa komposisi Pengaruh komposisi media dan volume
media tidak berpengaruh nyata terhadap berat penyiraman terhadap jumlah daun disajikan
kering tunas, begitu juga pada volume pada Tabel 7.
penyiraman. Tidak ada interaksi nyata antara

Tabel 7. Pengaruh komposisi media dan volume penyiraman terhadap jumlah daun.
Komposisi Volume Penyiraman Rerata
Media 50 ml 100 ml 150 ml 200 ml
Tanah Regusol 5,23 3,38 5,99 4,71 4,71 a
Tanah regusol + 4,96 3,24 5,24 7,58 5,25 a
kompos = 1:1
Tanah regusol + 7,17 7,51 5,17 3,31 5,79 a
kompos = 1:2
Tanah regusol + 4,52 3,85 7,56 4,95 5,22 a
kompos = 2:1
Rerata 5,47 p 4,49 p 5,98 p 5,14 p (-)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
tidak menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.
(-) : Interaksi tidak beda nyata
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

PEMBAHASAN penyiraman 50 ml sudah mampu tumbuh


Berdasarkan hasil analisis menunjukkan dengan baik. Ketersedian air yang cukup
bahwa tidak terjadi interaksi antara komposisi sangat diperlukan untuk melarukan unsur hara
media dan volume penyiraman pada tanaman dalam tanah yang selanjutnya akan diserap
Mucuna bracteata terhadap semua parameter oleh akar tanaman. Di dalam tubuh tanaman,
yang di amati yaitu panjang tunas, jumlah air juga diperlukan untuk proses fotositensis
daun, panjang akar, berat segar akar, berat transportasi fotosintat dari daun ke seluruh
kering akar, berat segar tunas dan berat kering organ tanaman. Selain itu juga dibutuhkan
tunas. Hal ini mengambarkan komposisi untuk mengatur tekanan turgo dan penyusun
media dan volume penyiraman memiliki tubuh tanaman.
pengaruh yang terpisah terhadap seluruh Susuai dengan pendapat Rismunandar
parameter. Artinya pengaruh komposisi media (1984) bahwa air memiliki peran penting
tidak di ikuti oleh volume penyiraman untuk fisiologi tanaman. Air merupakan
terhadap seluruh parameter pertumbuhan komponen terbesar penyusun sel, berfungsi
Mucuna bracteata. sebangai pelarut dan media pengangkut
Hasil analisis menunjukan bahwa senyawa organik serta berperan pada proses
komposisi media tidak berpengaruh nyata membuka dan menutupunya stomata. Ada
terhadap pertumbuhan panjang tunas, jumlah kemungkinan juga waktu penelitian yang
daun, panjang akar, berat segar akar, berat berada pada musim penghujan menjadikan
kering akar, berat segar tunas dan berat kering lahan penelitian menjadi lembab hal ini juga
tunas. Hal ini menggambarkan bahwa menjadikan pertumbuhan Mucuna brecteata
perbedaan komposisi media memberi lebih cepat. Sesuai pendapat Jahmadi (1972)
pengaruh yang sama baik terhadap semua pada penyetekan di anjurkan kelembapan
parameter yang telah di ukur. udara berkisar antara 85% sampai 90%.
Hal ini di duga karena tanah regusol
yang di pakai menyediakan unsur-unsur hara KESIMPULAN
yang cukup untuk pertumbuhan tanaman Berdasarkan hasil dan analisis hasil
setek Mucuna brakteata itu sendiri. Selain itu penelitian serta pembahasan, maka dapat di
tanah regusol mempunyai aerasi yang baik ambil kesimpulan sebagai berikut :
sehingga fase awal pertumbuhan setek itu 1. Tidak ada interaksi nyata antara
sendiri menjadi cepat. Menurut Hanafiah komposisi media dan volume penyiraman
(2014) adanya sirkulasi udara (aerasi) yang terhadap pertumbuhan setek Mucuna
baik akan memungkinkan pertukaran gas-gas breateata.
seperti CO2, dan N2 dengan O2 dari atmosfer, 2. Komposisi media memberi pengaruh
sehingga aktivitas mikrobia autotrofik yang yang sama baiknya terhadap
berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur pertumbuhan setek Mucuna bracteata.
hara menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas 3. Volume siram 50 ml sudah mampu
tersebut ternetralisasi. . mencukupi pertumbuhan setek Mucuna
Hasil analisis menunjukkan bahwa bracteata.
perlakuan volume penyiraman 200 ml, 150
ml, 100 ml, dan 50 ml tidak berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
nyata terhadap parameter panjang tunas, Afandie, R dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu
jumlah daun, panjang akar, berat segar akar, Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
berat kering akar, berat segar tunas dan berat Yogyakarta.
kering tunas. Hal ini menunjukan volume Anonim. 2007. Kunci Sukses Perbanayakan
siram 50 ml sudah cukup untuk pertumbuhan Tanaman. Agromedia Pustaka.
setek Mucuna brecteata. Diduga karena Jakarta.
tanaman Mucuna brecteata mampu Fitter A. H. dan R. K. M. Hay. 1992.
beradaptasi pada kondisi stress terutama stress Fisiologi Lingkungan Tanaman.
air, sehingga pada keadaan air tanah dengan
JURNAL AGROMAST, Vol.2, No. 1, April 2017

Gadjah Mada University Press. Mangoensoekarjo, S dan H. A. Tojib. 2008.


Yogyakarta. Menejemen Budidaya Kelapa Sawit.
Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, Dalam S. Mangoensoekarjo dan H.
R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Semangun ( Penyunting). Menejemen
Budidaya. Universitas Indonesia. Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada
Hakim. N. Dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu University Press. Yogyakarta
Tanah. Badan Penerbit Universitas Martani, E., dan S. Margino. 2005. Populasi
Lampung. Jakarta Rhizobium dan fiksasi nitrogen pada
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar ilmu kedelai di tanah gambut yang
tanah.cetakan ke-7.Rajawali Pres. diperlakukan dengan paraquat. Jurnal
Jakarta. Tanah Tropika.
Harahap, I,Y. 2008. Mucuna bracteata: Pahan, I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa
Pengembangan dan pemanfaatannya Sawit Manajemen Agribisnis dari
di perkebunan kelapa sawit. PPKS. Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Medan. Swadaya.
Harahap, I.Y dan Subroto. 2004. Panji N. 2013. Panduan Membuat Pupuk
Penggunaaan Kacangan Penutup Kompos Cair. Penerbit Pustaka Baru
Tanah Mucuna Becteata Pada Press. Yogyakarta.
Pertanaman Kelapa Sawit. Warta Rismunandar.1984. Air, Fungsi Air
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan dan
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Kegunaannya Bagi Pertanian.
Jurusan Budidaya Opertanian Fakultas Penerbit Sinar Baru. Bandung.
Pertanian. Institute Pertanian Bogor, Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan
500 hal Produktivitas Kelap Sawit. Kanisius.
Hartman, H.T and D.E. Kester. 1983. Plan Yogyakarya.
Propagition Principle And Practice. Rohmiyati S.M 2010. Dasar-dasar Ilmu
Fifth Editor. New Jersey : Prentice Tanah. Institut pertanian STIPER
Hall, Inc, Englewood Yogyakarta
Jahmadi, M 1972. Budidaya dan Pengolahan
Kopi. BPP Bogor sub Jember. Jawa Sebayang S. Y, E. S. Sutarta dan I, Y.
timur Harahap. 2004. Penggunaan Mucuna
Kothandaraman, R., J. Mathew, A.K. bracteata pada kelapa sawit:
Krishnakusuma, J. Kochuthresiamma, Pengalaman di Kebun Tinjowan sawit
K. Jayatrahnam, and M.R. Sethuraj, II, PT Perkebunan Nusantara IV.
1989. Comparative efficiency of Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Mucuna bracteata D. C. And Pueraria Medan
Phaseoloides Benth. On Soil Nurtrient
ertichment, microbial population and Siagiat dan R. Tistama. 2005. Perbanyakan
growth of hevea. Short Tanaman Penutup Tanah Mucuna
communications India J. Of Nat. Brakteata. Warta Percetakan. Medan.
Rubb. Rus.,2(2),147-150 Wiafe, E.K. 2007. Mucuna bracteata. The
House of J. GOPDC

Anda mungkin juga menyukai