Anda di halaman 1dari 148

P rev alens

i Divisi Uroginekologi - Rekonstruksi


Departemen Obstetri Ginekologi
FK UNPAD / RS. Hasan Sadikin
dan Dampaknya T erhadap Bandung
K ualitas H idup
Latar
Studi inkontinensia urin (UI), telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Namun, sebagian besar studi cross-sectional.
Sehingga ada kebutuhan untuk studi longitudinal untuk mengevaluasi kejadian, remisi,
faktor risiko, dan pencegahan proses penyakit ini.

M etodologi untuk mengev aluasi epidemiologi UI sangat berv ariasi. T ID A K A D A


K O N S E N S U S T E N T A N G D E F IN IS I U I di antara peneliti. A kibatnya, terdapat
IN F O R M A S I Y A N G S A L IN G B E R T E N T A N G A N , T E R U T A M A D A L A M
T IN G K A T P R E V A L E N S I.
M asalah utama lain dalam mempelajari UI adalah fakta
bahwa inkontinensia :

• suatu kondisi dengan banyak jenis variasi


• dapat bersifat sementara
• dapat terjadi pada berbagai segmen populasi yang
berbeda.
EPIDEMIOLOGI UI
Di seluruh Asia,

➢ UI tetap menjadi subjek yang sensitif dan tabu


➢ kebutuhan untuk diskusi yang lebih terbuka.

➢ Bagi penderitanya, UI membawa stigmatisasi:

• rasa malu sosial, kehilangan harga diri


• Kehilangan muka yang semuanya menyebabkan
peremehan masalah dan underdiagnosis.

DOREY G. PENGOBATAN KONSERVATIF INKONTINENSIA URIN PRIA DAN DISFUNGSI EREKSI: BUKU TEKS UNTUK FISIOTERAPIS,
PERAWAT DAN DOKTER. LONDON, INGGRIS: WHURR, 2001
masalah klinis utama yang memiliki efek mendalam pada
kualitas hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

ketakutan, malu, dan khawatir tentang bau urin dari pembalut


dan pakaian dalam basah.

• secara fisik melemahkan


• melumpuhkan secara social, dikaitkan dengan hilangnya kepercayaan diri,
perasaan tidak berdaya, depresi, dan kecemasan.

WYMAN J. CURR OPIN OBSTET GINEKOL 1994 ;HOLLYWOOD B, O'DOWD T BR J GEN PRACT 1998; 48: 1727–1728.;GRIMBY A, ET AL 1993; BOGNER HR,
GALLO JJ, SAMMEL MD ET AL JAM GERIATR SOC 2002
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mahal
Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa biaya kesehatan
langsung

lebih dari $ 26 miliar per tahun, rata-rata $ 3565 untuk setiap


orang tua yang mengalami inkontinensia

Belum ada perkiraan biaya perawatan kesehatan semacam ini


tersedia di Asia.

PUTIH H, 2003; WYMAN JF2003; LEKAN-RUTLEDGE D 2003: DUBEAU CE. 1995


UI :

Dribble postmicturition dan kebocoran terus menerus adalah


bentuk umum yang muncul di kemudian hari.

B anyak lansia menderita inkontinensia di A sia dan di tempat


lain juga, tidak membicarakan atau melaporkannya ke dokter.
Ini sebagian karena pemahaman mereka yang terbatas dan
juga karena mereka takut akan penolakan sosial.

tidak terlaporkan dan kurang terdiagnosis di semua kelompok


umur (9 -1 3 ). Dengan demikian, tidak ada perkiraan prev alensi
dan insidensi yang akurat tersedia di seluruh spektrum usia.

EE CH. BUKU PANDUAN KLINIS PADA MANAJEMEN INKONTINENSIA, 2ND ED. SINGAPURA: SOCIETY FOR CONTINENCE, 2001: GREY ML. . AM J NURS
003; KOCH T, INT J PRAKTIK KEPERAWATAN 2000; TAMAKI M, INT J UROL 2000: DOREY G. BUKU TEKS UNTUK FISIOTERAPIS, PERAWAT DAN DOKTER.
LONDON, INGGRIS: WHURR, 2001.
H A M P IR SE M UA P E N E L IT IA N ,M E N G O N FIR M A SIK A N
B A H W A P R E V A L E N SI M E N IN G K A T DE N G A N
B E R T A M B A H N Y A USIA

P re v a le n s i L e b ih T in g g i D i A n ta ra W a n ita D a rip a d a D i A n ta ra P ria


D i S e g a la U s ia

P rev alensi Di A ntara O rang T ua Y ang T inggal Di Institusi J uga L ebih T inggi
Daripada Di A ntara R ekan-rekan M ereka Y ang T inggal Di K omunitas.

HOLROYD-LEDUC JM, J AM GERIATR SOC 2004; THAKAR R. BR MED J 2000; DUBEAU CE.OXFORD UNIVERSITY PRESS, 2000:FULTZ NH,
2001; ROE B, 2000; COOPER JW, 1997:SPECHT JP 2001
Studi tentang prev alensi menunjukkan bahw a UI tersebar luas di kalangan w anita
dari segala usia

P e lu a n g in k o n tin e n s ia m e n in g k a t s e irin g b e rta m b a h n y a u s ia

Sifat inkontinensia berubah dari SUI menjadi urgensi inkontinensia dengan


bertambahnya usia.

Ini karena munculnya peningkatan prev alensi kelainan multipel dan disfungsi
organ pada lansia. P erubahan ini memiliki implikasi yang signifikan untuk
manajemen klinis.

THOMAS T. 1980;OUTLANDER J. 1990; MILOS I, 1993; HERZOG A, 1990;WHISHAW M.1998;27: WALL L, 1993.
Dalam salah satu studi perintis pertama yang dilakukan di A sia oleh T oba K ,
O uchi Y , dkk (1 9 9 6 )

P rev alensi dan faktor risiko UI dalam populasi yang lebih tua yang tinggal di
komunitas di J epang dinilai dengan data yang dikumpulkan dari kunjungan
rumah dengan tingkat respons 9 5 ,4 %

Faktor risiko adalah usia > 7 5 tahun, kesehatan umum buruk yang diukur dengan
aktiv itas hidup sehari-hari, stroke, demensia, tidak adanya partisipasi dalam
kegiatan sosial, dan kualitas hidup yang buruk
Studi epidemiologi multihospital (L ee J J . 2 0 0 5 ) yang bertujuan untuk
menjelaskan prev alensi dan karakteristik UI pada pasien raw at inap lansia di
seluruh J epang, semua pasien diev aluasi oleh dokter medis untuk parameter
berikut: usia, jenis kelamin, lamanya raw at inap, kegiatan hidup sehari-hari,
diagnosis medis, ada atau tidaknya UI, jenis UI, dan terapi untuk UI.

• P rev alensi UI pada pasien meningkat seiring bertambah usia


• Sekitar 7 2 ,0 % (n:1 1 4 2 ) pasien menderita UI

UEDA T, TAMAKI M, KAGEYAMA S, YOSHIMURA N, YOSHIDA O. INT J UROL 2000


• Faktor predisposisi lain untuk UI adalah infeksi saluran kemih P rev alensi UI
(ISK).

pada pasien dengan dan tanpa ISK adalah 8 7 ,8 % dan 5 9 ,5 % , masing-masing


( p < 0 ,0 0 1 ).
• H ampir semua pasien dengan aktiv itas hidup sehari-
hari yang buruk (yang terbaring di tempat tidur)
menderita UI (9 8 ,5 % )

• lebih jarang pada pasien yang bisa berjalan (2 6 ,9 % ).

• P ad (4 2 ,8 % ) dan kateter v esica urinaria yang menetap


(1 8 ,3 % ) adalah sarana utama penahanan inkontinensia,
sedangkan terapi perilaku (4 ,9 % ) dan pembedahan (0 ,5 % )

UEDA T, TAMAKI M, KAGEYAMA S, YOSHIMURA N, YOSHIDA O. INT J UROL 2000


DEFINISI OPERASIONAL DAMPAK UI TERHADAP HIDUP SOSIAL
• Specht dan M aas (1 9 9 6 ) konsep dampak sosial diadopsi dengan
modifikasi. Untuk mengukur dampak buruk pada penderita UI, sembilan
keluhan dikembangkan dan dikelompokkan ke dalam lima sub-skala

berikut:
• P e k e rja a n
• S o s ia l
• K e lu a rg a
• e k o n o m i,dan k e s e ja h te ra a n
fis ik .
BADAN KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PENELITIAN (AHCPR) INKONTINENSIA URIN DALAM PANEL PEMBARUAN PANDUAN ORANG DEWASA. MENGELOLA
INKONTINENSIA URIN AKUT DAN KRONIS: PEDOMAN PRAKTIK KLINIS, PANDUAN REFERENSI CEPAT UNTUK DOKTER. AM FAM TABIB 1996
DEFINISI OPERASIONAL DAMPAK UI TERHADAP HIDUP SOSIAL
Untuk mengukur tingkat penderitaan (masalah fungsional), definisi operasional
dampak sosial dikembangkan dengan menggunakan kriteria dikotomis (ya/tidak)
berikut:

• B atasan peluang kerja (pekerjaan)


• P engurangan peluang kerja
• Dampak negatif terhadap kehidupan sosial (sosial)
• P embatasan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial
• P embatasan partisipasi dalam acara
• P erlu tindakan pencegahan yang rumit saat pergi keluar
• Dampak negatif pada kehidupan keluarga (keluarga)
• P erlu bantuan keluarga

BADAN KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PENELITIAN (AHCPR) INKONTINENSIA URIN DALAM PANEL PEMBARUAN PANDUAN ORANG DEWASA. MENGELOLA
INKONTINENSIA URIN AKUT DAN KRONIS: PEDOMAN PRAKTIK KLINIS, PANDUAN REFERENSI CEPAT UNTUK DOKTER. AM FAM TABIB 1996
Secara umum diasumsikan bahw a orang lanjut
usia yang mengeluh UI cukup berat mengalami
lebih banyak dampak pada kehidupan sosial.

B erlaw anan dengan asumsi-asumsi ini, penelitian ini tidak


menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam
dampak sosial di berbagai tingkat UI
T idak A da P erbedaan Y ang Signifikan Dalam H al Dampak
Inkontinensia Sedang Sampai P arah Dibandingkan Dengan
Inkontinensia R ingan P ada P enderita Y ang L ebih T ua.

T A M P A K N Y A T IN G K A T K E P A R A H A N UI
B UK A N M E R UP A K A N FA K T O R P E N T IN G DA L A M
M E N E N T UK A N DA M P A K P A DA K E H IDUP A N SO SIA L
L A N SIA .
P enyesuaian, pembiasaan, perbandingan sosial, dan L ansia dengan
inkontinensia sedang hingga berat

dapat menyesuaikan diri dengan dampak


buruk UI seiring berjalannya w aktu
melalui atau melalui cara apa pun yang tersedia untuk
menangani gejalanya.
Secara teoritis, hasilnya memiliki empat penjelasan
yang mungkin:

P enyesuaian, pembiasaan, perbandingan sosial,

P enderita inkontinensia sedang hingga berat dapat


menyesuaikan diri dengan dampak buruk UI seiring
berjalannya w aktu melalui atau melalui cara apa pun
yang tersedia untuk menangani gejalanya.
P raktik P enyesuaian Dan P erasaan H abituasi Sebenarnya A kan
M engurangi Signifikansi Dampak Sosial.

Lansia Dengan Tingkat Inkontinensia Sedang


Hingga Berat Sering Mengandalkan Perbandingan
Sosial
Dalam Membuat Penilaian Dampak Sosial
Mereka.
Dalam sebuah surv ei telepon K orea tentang komunitas oleh W on-H ee
P ark dan rekannya untuk memperkirakan prev alensi UI pada w anita
antara 3 0 dan 7 5 tahun (n 1 3 0 0 ).

• Secara keseluruhan, UI dilaporkan oleh 4 0 ,8 % s tre s m u rn i,


dan 2 2 ,9 % u rg e , 1 8 % U I c a m p u ra n .

• P rev alensi stres, urge, dan UI campuran umumnya


tidak meningkat dengan bertambahnya usia.

CHOO MS, Ku JH, Oh SJ. PrEVA LENSI INKONTINENSIA URIN PADA WANITA KOREA: SEBUAH SURVEI EPIDEMIOLOGI. INT UROGYNECOL J 2007
Urge dan campuran memiliki dampak yang lebih besar daripada
stres pada tugas sehari-hari, kehidupan sosial, depresi atau
kecemasan , khaw atir tentang , kehidupan seks, memakai
perlindungan, dan kualitas hidup

• P ada subjek dengan stres murni, 2 8 ,3 % melaporkan


gangguan kualitas hidup dibandingkan dengan
4 3 ,9 % dan 4 3 ,8 % subjek dengan urge dan UI
campuran.
CHOO MS, Ku JH, Oh SJ. PrEVA LENSI INKONTINENSIA URIN PADA WANITA KOREA: SEBUAH SURVEI EPIDEMIOLOGI. INT UROGYNECOL J 2007
•K esediaan untuk mencari konsultasi
medis untuk masalah mereka:

•1 9 ,1 % (stres)
•2 0 ,0 % (urge),
•2 5 ,8 % (campuran)

CHOO MS, Ku JH, Oh SJ. PrEVA LENSI INKONTINENSIA URIN PADA WANITA KOREA: SEBUAH SURVEI EPIDEMIOLOGI. INT UROGYNECOL J 2007
• T ingkat prev alensi UI adalah

5 6 ,3 % untuk w anita yang


menderita ISK

• 50% untuk mereka yang


menggunakan diuretik.

SH AK H AT R E H FMN. EPIDE M I O L O GI I NK O NT INE NSI A U R I N PADA WANI T A YO R DANI A. SAU DI M E D J 2 005 ; 2 6: 830 –835 .
Studi A P C A B dilakukan di Filipina, Singapura, M alaysia,
T hailand, dan Indonesia, yang kemudian diperluas ke 1 1
negara untuk menentukan besarnya UI di w ilayah tersebut.

Studi ini bertujuan untuk menetapkan prev alensi UI, mengidentifikasi


faktor-faktor demografis yang terkait dengan kejadiannya, dan
memastikan faktor-faktor penentu untuk mencari bantuan untuk
kondisi ini di antara populasi w anita di A sia T enggara

Di T hailand, prev alensinya adalah 1 7 % ; di T aiw an, 1 2 % ; dan di Filipina,


1 3 % . C hina dan Singapura dilaporkan memiliki tingkat prev alensi terendah
hanya 4 % .
L iu et al (2 0 1 4 ). menilai prev alensi UI di antara
w anita C ina dan faktor risiko yang terkait (n 5 4 6 7 )

w anita dengan usia rata-rata 4 6 ,8 tahun diambil


secara acak dari empat komunitas di Shanghai.

Studi ini menunjukkan tingkat prev alensi 2 3 ,3 %


dengan UI stres pada 1 4 ,0 % , UI urgensi pada
3 ,0 % , dan UI campuran pada 6 ,3 % semua
meningkat dengan usia.

LIU B, WANG L, HUANG SS, WU Q, WU DL. Prevalensi dan factO R RISIKO INKONTINENSIA URIN DI KALANGAN WANITA CINA DI SHANGHAI. INT J CLIN EXP
MED 2014
Faktor risiko UI adalah:

• penuaan
• kurangnya P endidikan
• lingkungan hidup pedesaan yang buruk
• tenaga kerja manual yang intens
• tidak adanya latihan fisik
• hiperlipemia, diabetes
• N okturia
• konsumsi makanan berminyak
• P erceraian
• nyeri panggul kronis
• prolaps organ panggul
• ISK sering
• partus per v aginam

LIU B, WANG L, HUANG SS, WU Q, WU DL. Prevalensi dan factO R RISIKO INKONTINENSIA URIN DI KALANGAN WANITA CINA DI SHANGHAI. INT J CLIN EXP
MED 2014
DISKUSI
P rev alensi:

• P rev alensi UI dalam surv ei A sia ini sebanding dengan angka-


angka B arat dan menunjukkan fakta bahw a w alaupun kondisi
ini mungkin tidak muncul sebagai masalah yang signifikan,
laz im di populasi A sia T enggara.

• Selain itu, ini mempertanyakan dugaan bahw a UI lebih


umum pada mereka yang memiliki keturunan E ropa
daripada mereka yang memiliki keturunan P asifik.
JENIS INKONTINENSIA
P roporsi perempuan dengan SUI dalam kaitannya dengan jenis
lain tampaknya relatif rendah dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang menyebutkan jumlah setinggi 5 0 % .

Ini mungkin disebabkan oleh fakta bahw a populasi yang disurv ei


relatif muda sedangkan SUI lebih terkait dengan bertambahnya
usia.

Dengan demikian, perhatian yang lebih dekat ke masalah


inkontinensia campuran mungkin diperlukan, karena jenis yang
lebih umum di kalangan perempuan A sia.
Sejarah Keluarga, Penghasilan Keluarga, dan Terjadinya
Inkontinensia

Hubungan yang signifikan antara riw ayat keluarga positif UI dan


kejadiannya mungkin mengindikasikan kemungkinan komponen herediter
terhadap penyakit.
Sebuah kecenderungan baw aan untuk UI telah diusulkan, mengutip
susunan kolagen umum dari dasar panggul yang ditemukan di
antara kelompok yang terkena.

N amun, penjelasan yang lebih mungkin adalah kecenderungan anggota


satu keluarga untuk terpapar pada jenis pekerjaan dan tekanan fisik yang
sama yang mempengaruhi seseorang untuk UI.
Sulit untuk menjelaskan alasan di balik hubungan antara pendapatan keluarga
dan terjadinya inkontinensia.

Faktor tersebut mungkin terkait dengan paritas, dengan mereka yang termasuk
dalam golongan berpenghasilan rendah memiliki paritas yang lebih tinggi.

Selain itu, kelompok berpenghasilan rendah cenderung melakukan lebih banyak


pekerjaan manual.

Dengan demikian, mungkin perlu untuk menguji saling ketergantungan faktor-


faktor ini untuk melihat hubungan yang sebenarnya antara pendapatan dan UI.
FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN MENCARI
BANTUAN

K emungkinan Penjelasan Proporsi populasi inkontinensia yang mencari bantuan


dalam studi APCAB lebih tinggi daripada yang diharapkan oleh kebanyakan peneliti
karena kondisi ini telah dianggap sebagai entitas klinis yang langka di antara orang
Asia, meskipun hal yang sama tidak berlaku untuk penelitian di negara lain

Pengamatan ini adalah temuan yangmenarik:

angka tinggi ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa survei ini
berbasis institusi dan populasi yang disurvei mungkin adalah mereka yang termotivasi
untuk mencari konsultasi medis untuk penyakit apa pun.
B U R G I O K L , J Urol 1991; BA Y A R C K . U R O L O G I 1 9 9 8 ; S H E R S H A N S , A N S A R I RL. J Pak Med Assoc 1989; Allen RE, Hosker GL, Smith ARB, WarR E L L DW. BR J OBSTET
GYNAECOL 1990; SNOOKS SJ LANSET 1984; ELDABAWI A, YALLA SV, RESNICK NM. JUROL 1993
KESIMPULAN

T ingkat keparahan inkontinensia juga bervariasi dalam frekuensi dan


jumlahnya. Selain itu, inkontinensia memiliki banyak penyebab berbeda.
P rev alensi UI pada w anita yang tinggal di komunitas meningkat dengan
bertambahnya usia.

Informasi yang membandingkan prevalensi pada kelompok ras atau


etnis menunjukkan bahw a UI laz im di semua kelompok etnis,
dengan tingkat yang lebih tinggi di antara perempuan kulit putih.
KESIMPULAN

P e rlu n y a s u a tu kuesioner survei standar yang


seragam
KESIMPULAN

Dalam menentukan tingkat keparahan inkontinensia, frekuensi UI penting,


tetapi yang tak kalah penting a d a la h k e h ila n g a n v o lu m e .

Sebagian besar w anita yang menderita SUI dengan kehilangan


v olume kecil biasanya akan mengatasi masalah mereka dan tidak
perlu mencari perawatan medis, sedangkan seorang individu yang
mengalami episode satu kehilangan volume besar akan segera
mencari
KESIMPULAN
J e n is kehilangan urin juga sangat penting

J ika kita ingin memahami UI dengan lebih baik, kita


harus tahu tipe apa yang sedang kita hadapi

• B erbagai jenis dan masing-masing memiliki tanda dan gejala dan


metode manajemen yang unik.
• Tipe urge dan stres campuran dan tipe
inkontinensia tampaknya merupakan bentuk
UI paling umum pada wanita lanjut usia.
How to diagnose OAB and
differentiate it with other LUTS
Johan Renaldo
Dept of Urology
Soetomo General Academic Hospital/School of Medicine Universitas Airlangga
Surabaya
Disclosure
• none
Prevalence
• 2765 questionnaires obtain, the overall prevalence of UI is 13%
• Dry OAB 1.6% wet OAB 4.1%
• Geriatric 22.2% adult 12% pediatric 6.8% (p<0.001)

Acta Med Indones - Indones J Intern Med, 2014


Lower Urinary Tract Symptoms. 2019;11:48–55.
Voiding Cycle
Storage phase
• Urine storage in the bladder
• Remains low pressure during filling
• Closed bladder outlet

Voiding phase
• Bladder contractility
• Low resistance bladder outlet
• Appropriate and socially circumstances

ICS factsheets, 2015


Overactive Bladder Syndrome

Urgency

Increased frequency
Nocturia Incontinence
Reduced intervoid interval

Reduced volume voided per


micturition

ICS factsheets, 2015


Overactive Bladder Syndrome
ICS/IUGA defition:
Overactive Bladder (OAB/Urgency) syndrome:
• Urinary urgency, usually accompanied by frequency and nocturia, with or without
urgency urinary incontinence, in the absence of urinary tract infection or other
obvious pathology

Frequency

Urinary trac infection


Urgency Incontinence
Other pathology

Nocturia
UROLOGY 61: 37– 49, 2003
Int Urogynecol J (2010) 21:5–26
ICS Terminology
Urgency
• Complain of sudden compelling desire to pass urine which is difficult to
defer
Frequency/Pollakisuria
• micturition occurs more often during waking hours (> 8 times/day)
Nocturia
• Complaint of interrupted sleep one or more times because the need to
void, preceded and followed by sleep
Incontinence
• Involuntary urine leakage
ICS factsheets, 2015
UROLOGY 61: 37– 49, 2003
Int Urogynecol J (2010) 21:5–26
Lower Urinary Tract Symptoms
Storage/Filling Voiding Post Micturition

• Slow stream
• Intermittency
• Frequency
• Hesitancy • Post micturition dribbling
• Nocturia
• Straining • Feeling of incomplete
• Urgency
• Splitting/spraying emptying
• Urinary incontinence
• Terminal dribbling

UROLOGY 61: 37– 49, 2003


• Increasing with ageing

• Bladder outlet obstruction (BPE)

• Bladder dysfunction (OAB)

• Functional and structural


abnormalities of urinary tract

Management of Non-Neurogenic Male LUTS, 2020


Pathophysiology
4 proposed theories:
• Neurogenic theory
• Reduction inhibitory impulses and increase in the afferent impulses to the
bladder
• Myogenic theory
• The detrusor muscle becomes more sensitive to muscarinic stimulation
• Autonomous bladder theory
• Alteration or exacerbation of phasic activity is generated by muscarinic
stimulation
• The afferent signaling theory
• Spontaneous bladder contraction during filling phase results in increased
afferent output
Curr Urol 2017;11:117–125
Diagnostic Workup

• History taking
Initial diagnostic
• Urinalysis

• Urine culture
• Post void residual
Additional diagnostic
• Bladder diary
• Questionnaire

• Urodynamics
Refractory cases • Ultrasound
• Cystoscopy

Diagnosis and Treatment of Overactive Bladder (Non-Neurogenic) in Adults: AUA/SUFU Guideline Amendment 2019
Algorithm
Unclear Urine culture, post void
History, PE, Urinalysis Not OAB or complicated
residual, bladder diary and/or
OAB; treat or refer
questionnaire

Patient education
Sign and symptoms of
Treatment options
OAB
Treatment goal

AUA/SUFU Guideline on Non-Neurogenic OAB in Adults


History Taking
Patient’s characteristic
• Gender
• Age
• Symptoms (frequency, worse, better)
• Impediment of lifestyle (type and volume of fluid intake)
• Voiding diary

Current medication
• Diuretics
• Alpha blockers

Curr Urol 2017;11:117–125


History Taking
Past medical history
• Diabetes
• Neurological diseases
• Heart failure

Previous surgery
• Transurethral surgeries
• Colposuspention
• Midurethral slings
History Taking
Physical Examination
• General (abdominal mass or full bladder)
• Gynecological (pelvic organ prolapse, sign of incontinence (cough))
• Neurological (gait, sensory or motoric evaluation, mental status)
• Urological (DRE, external genitalia)

Laboratory tests
• HbA1C
• Creatinine level
• Urinalysis
• Urine culture
Differential Diagnosis
1. UTI 8. Urethral stricture
2. Bladder stone 9. Pelvic organ prolapse
3. Bladder tumor 10. Interstitial cystitis
4. Polyuria 11. Constipation
5. Neurogenic bladder 12. DM
6. Benign prostate enlargement
7. Prostate cancer
Questionnaire

OAB Symptoms Score

4 questions
Self assessment tool
Differentiate from other LUTS
Originate from Japan
Validated in Indonesian

Acta Med Indones-Indones J Intern Med, 2012


Bladder Diary
Micturition Time Chart
Record time of micturition day and night for 24 hours

Frequency/Volume Chart (FVC)


Time and volume each micturition for 24 hours

Bladder Diary
Time and volume each void and fluid intake, pad usage,
incontinence episode, degree of urgency
Additional Imaging

Uroflowmetry

Maximum flow rate


Voided volume
Voiding curve

Ultrasound (Kidney/Bladder)

Stone
Tumor
Anatomical abnormalities
Additional Imaging
Cystoscopy

Stone/Tumor/BPE
BNS/Urethral stricture

Pressure Flow Study

Filling phase
Voiding phase
Management
Treatment goal
• Inhibiting bladder contractility
• Reduced sensory input
• Increasing bladder capacity

• Reducing frequency and urgency episode


• Lower incontinence episode
• Improving quality of life
Management
1. Behavior therapy
2. Pelvic floor muscle therapy
3. Medication (anti muscarinic, beta 3 agonist)
4. Peripheral Tibial Nerve Stimulation
5. Botulinum toxin A
6. Sacral modulation
7. Bladder augmentation
8. Urinary diversion
Conclusion
• OAB is a condition with hyperactive detrusor muscle
• Urgency is the hallmark of OAB
• Diagnosis of OAB is based on history taking, physical examination, and
additional imaging
• OAB can be differentiate form other form of LUT dysfunction
BEHAVIORAL, PHYSICAL, AND BLADDER TRAINING THERAPY
FOR OVERACTIVE BLADDER (OAB)

dr. Ira Mistivani, Sp. KFR (K)


ira.mistivani@gmail.com
Jakarta, 17 Desember 2020
Divisi Neuromuskular Departemen Rehabilitasi Medik
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Overview

■ Definisi Overactive Bladder


■ Diagnosis
■ Terapi non-farmakologi pada OAB
Definisi
Overactive Bladder (OAB)
The International Continence Society (ICS) :
sindrom yang ditandai dengan urgensi,
dengan/tanpa inkontinensia, disertai
meningkatnya frekuensi berkemih dan nokturia,
tanpa kelainan metabolik ataupun kondisi
patologis lainnya

Urgency
Urgency
incontinence

Frequent
Nocturia
voiding

Abrams P, Cardozo L, Fall M,, et al. The standardisation of terminology in lower urinary tract function: Report from the standardisation of the ICS. Urology. 2003;61(1):37–49
Epidemiologi OAB

■ Eapen & Radomski (2016)

■ Publikasi review mengenai


epidemiologi dari OAB berdasarkan
dari beberapa penelitian besar
berbasis populasi.

■ Melihat prevalensi OAB secara


keseluruhan dan membandingkan
prevalensi antara pria dan wanita.
Eapen RS, Radomski SB. Review of the epidemiology of overactive bladder.
Research and reports in urology. 2016;8:71.
Epidemiologi OAB
Summary of Key Studies

Eapen RS, Radomski SB. Review of the epidemiology of overactive bladder. Research and reports in urology. 2016;8:71.
Epidemiologi OAB di Indonesia
Penelitian epidemiologi terakhir di Indonesia dipublikasikan pada tahun 2014 oleh Sumardi et al.

■ Melibatkan enam rumah sakit pendidikan yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Makassar, dan Medan.

■ Dari total 2.765 responden yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan prevalensi total IU
sebesar 13%, terdiri dari :
– OAB basah 4,1 %
– IU tekanan 4,0 %
– OAB kering 1,8 %
– IU campuran 1,6 %
– IU luapan 0,4 %
– Enuresis 0,4 %
– IU urin tipe lain 0,7 %

Rahardjo HE. Panduan tatalaksana inkontinensia urin pada dewasa Edisi Kedua. Perkumpulan Kontinensia Indonesia. 2018.
Sumardi R, Mochtar CA, Junizaf J, Santoso BI, Setiati S, Nuhonni SA, Trihono PP, Rahardjo HE, Syahputra FA. Prevalence of urinary incontinence, risk factors and its impact: multivariate analysis from
Indonesian nationwide survey. Acta medica Indonesiana. 2016 May 16;46(3).
Prevalensi IU secara signifikan (p<0,001)
didapatkan lebih tinggi pada populasi usia
lanjut (22,2%), dibandingkan dengan orang
dewasa (12,0%), dan anak (6,8%).

Sumardi R, Mochtar CA, Junizaf J, Santoso BI, Setiati S, Nuhonni SA,


Trihono PP, Rahardjo HE, Syahputra FA. Prevalence of urinary
incontinence, risk factors and its impact: multivariate analysis from
Indonesian nationwide survey. Acta medica Indonesiana. 2016 May
16;46(3).
Dampak OAB
■ OAB menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan dan memiliki dampak
yang cukup kompleks, serta berimbas ke aspek ekonomi dan sosial.
■ OAB dengan UUI memiliki dampak yang lebih besar dalam kualitas hidup dibandingkan
dengan OAB tanpa UUI.

SOSIAL

STRES DAN PRODUKTIVITAS


DEPRESI KERJA

PENURUNAN
KUALITAS HIDUP

AKTIVITAS FISIK,
SEKSUAL
KURANG TIDUR

Partin AW, Wein AJ, Kavoussi LR, Peters CA, Dmochowski RR. Campbell Walsh Wein Urology, E-Book. Elsevier Health Sciences; 2020 Jan 21.
Diagnosis
• Onset
Anamnesis • Urinary pattern (storage & voiding symptoms)
• Medical History

• Amount of urine
Voiding Diary • Amount of fluid intake
• Urgency or pain before voiding

Physical • General exam


• Neurological
Examination • Uro-genital exam

Supporting • Laboratory
• Bladder/renal US, cystoscopy, other imaging
Examination • Urodynamics

Corcos J, Ginsberg D, Karsenty G. Textbook of Neurogenic Bladder. 3 ed. Boca Raton: CRC Press. 2016.
Goetz LL, Klausner AP, Cardenas DD. Bladder dysfunction. In: Cifu DX, Kaelin DL, Kowalske KJ, Lew HL, Miller MA Ragnarsson KT, editors. Braddom’s physical medicine and rehabilitation. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016. p. 427-447.
Terapi Non-Farmakologi pada OAB
Canadian Urological Association Guideline
2017
• Semua terapi pada pasien OAB dimulai dari edukasi pasien,
terapi perilaku, dan modifikasi gaya hidup.

• Terapi perilaku dan modifikasi gaya hidup dapat dikombinasi


dengan terapi OAB yang lain.

Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive bladder. Canadian Urological Association Journal.
2017 May;11(5):E142.
Diagnosis & Treatment Algorithm: American Urological Association
(AUA)/Society of Urodynamics, Female Pelvic Medicine, & Urogenital
Reconstruction (SUFU) Guideline 2019 on Non-Neurogenic Overactive
Bladder in Adults
Consider urine culture,
History and Physical; Urinalysis postvoid residual, voiding
diary, symptoms
questionnaires
Patient Education Follow-up for efficacy
and adverse events

In rare cases, consider


Behavioral Treatments urinary diversion or
(May be combined with pharmacologic Treatment Goals Met
management) augmentation
cystoplasty

Pharmacologic Management

Consider carefully-selected and thoroughly-


counseled patients with moderate to severe
Reassess and/or Refer symptoms:
Lightner DJ, Gomelsky A, Souter L, Vasavada SP. Diagnosis and
1. Intradetrusor onabotulinumtoxin
treatment of overactive bladder (non-neurogenic) in adults: 2. Peripheral tibial nerve stimulation (PTNS)
AUA/SUFU guideline amendment 2019. The Journal of urology.
2019 Sep;202(3):558-63.
3. Sacral neuromodulation (SNS)
Behavioral Therapy

Edukasi Pasien

Modifikasi Gaya Hidup

Bladder Training

Latihan Otot Dasar Panggul


Wyman, J. F., K. L. Burgio, and D.
K. Newman. "Practical aspects of
lifestyle modifications and
behavioural interventions in the
treatment of overactive bladder
and urgency urinary
incontinence." International
journal of clinical practice 63.8
(2009): 1177-1191.
Edukasi Pasien
■ Edukasi yang diberikan berupa : cara minum dan berkemih yang
normal.

■ Edukasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan


tingkat pemahaman pasien sehingga pasien mau terlibat dan
berpartisipasi dengan terapi yang diberikan.

■ Tingkat kepuasan yang tinggi dapat dicapai saat pasien paham


bahwa kemampuan berkemih adalah suatu perilaku yang dapat
diatur.

Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive bladder. Canadian Urological Association Journal. 2017 May;11(5):E142.
Modifikasi Gaya Hidup

Penurunan berat badan


•Subak et al, 2009 à penurunan berat badan pada
wanita dengan obesitas menurunkan episode
inkontinensia urgensi sebanyak 42%, dibandingkan
26% pada kelompok kontrol. (Level of evidence 1b,
Grade B).

Modifikasi diet
•Bryant et al, 2002 à Mengurangi konsumsi kafein,
minuman beralkohol dan aspartame dalam diet
mampu mengurangi gejala urgensi sebanyak 60% (tapi
tidak dengan gejala inkontinensia). (Level of evidence
1b, Grade B).

F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.
Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive bladder. Canadian Urological Association Journal. 2017 May;11(5):E142.
Modifikasi Gaya Hidup

Manajemen asupan cairan


•Membatasi asupan cairan 2-4 jam sebelum tidur
menurunkan frekuensi nokturia dan inkontinensia saat
malam. (Level of evidence 2B, Grade B).

•Pemberian jumlah cairan yang cukup (1500 ml atau 30


ml/kg/day), mengurangi asupan cairan saat malam.

Berhenti merokok
•Iritasi pada muskulus detrusor yang disebabkan oleh
paparan nikotin meningkatkan aktivitas bladder dan
gejala OAB.

F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.
Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive bladder. Canadian Urological Association Journal. 2017 May;11(5):E142.
Penurunan Berat Badan dan OAB

Publikasi systematic review terbaru


oleh American Urogynecologic
Society pada tahun 2020.

Menilai efek penurunan berat


badan (behavioral and/or surgical
weight loss) pada wanita dengan
obesitas terhadap perbaikan gejala
berkemih secara keseluruhan.

Yazdany, Tajnoos, et al. "American Urogynecologic Society Systematic Review: The Impact of Weight Loss Intervention on Lower Urinary Tract
Symptoms and Urinary Incontinence in Overweight and Obese Women." Female Pelvic Medicine & Reconstructive Surgery 26.1 (2020): 16-29.
Penurunan Berat Badan dan OAB

Systematic review dilakukan terhadap 43 publikasi


ilmiah, 10 diantaranya merupakan review dari 5
penelitian acak terkontrol.

Ditemukan bahwa Behavioral Weight Loss (Diet dan


exercise) menurunkan angka kejadian inkontinensia
urin secara keseluruhan sebanyak 12-17 % dalam
1 - 2,9 tahun.

Behavioral weight loss terhadap UUI dan gejala OAB


à didapatkan adanya manfaat terhadap penurunan
gejala UUI dan OAB (bukti dengan level sedang
sampai rendah).
Modifikasi Diet terhadap
Peningkatan Gejala
Saluran Kemih Bawah

• Penelitian mengenai edukasi


eliminasi potentially irritating
beverages (PIB) terhadap
gejala saluran kemih bawah
(frekuensi, urgensi, nokturia)

• Potentially irritating beverages


yang diteliti : kopi, teh, alkohol,
minuman berkarbonasi dan
pemanis tambahan

Miller, Janis M., et al. "Does instruction to eliminate coffee, tea, alcohol, carbonated, and artificially sweetened beverages
improve lower urinary tract symptoms: a prospective trial." Journal of wound, ostomy, and continence nursing: official
publication of The Wound, Ostomy and Continence Nurses Society/WOCN 43.1 (2016): 69.
Modifikasi Diet terhadap Peningkatan Gejala Saluran Kemih Bawah

Fase 1: peserta diminta untuk


melengkapi beverage & bladder habit
diary dan mengisi kuesioner
mengenai gejala berkemih.
Dilakukan untuk melihat baseline
intake PIB sehari-hari.

Fase 2 : peserta diminta


mencatat gejala saluran kemih
bawah (frekuensi, urgensi,
nokturia) bersamaan dengan
eliminasi PIB dalam diet.

Fase 3 : peserta diminta


mencatat gejala yang ada dengan
pemberian intake PIB 50 % dari
baseline.
Modifikasi Diet terhadap Peningkatan Gejala Saluran Kemih Bawah

■ Eliminasi PIB secara total dalam diet sulit untuk


dicapai oleh sebagian besar peserta penelitian.

■ Meskipun kepatuhan terhadap protokol penelitian


sulit dicapai, terdapat penurunan yang signifikan
terhadap gejala saluran kemih bawah (terutama
urgensi dan frekuensi berkemih) dengan
pengurangan PIB dalam diet.

■ Bukti bahwa dengan pengurangan sebagian


konsumsi PIB dalam diet dapat memperbaiki
gejala saluran kemih bawah à edukasi untuk
mengurangi/ mengeliminasi PIB masih menjadi
pilihan pengobatan yang masuk akal.
Kebiasaan Merokok dan OAB

• Penelitian terbaru mengenai


kebiasaan merokok dan OAB
oleh Kawahara et al, tahun
2020.

• Menilai korelasi antara


kebiasaan merokok dengan
gejala saluran kemih bawah
pada wanita di Jepang.

Kawahara, Takashi, et al. "Impact of smoking habit on overactive bladder


symptoms and incontinence in women." International Journal of Urology (2020).
Kebiasaan Merokok dan OAB

• Current smoker dan ex-smoker


menunjukkan OAB symptom
score yang lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan non-
smoker.

• Prevalensi urgensi dan UUI


berkorelasi dengan usia dan
kebiasaan merokok.
Current smoker dan ex-smoker
memiliki prevalensi yang lebih
tinggi dibandingkan non-
smokers, terutama pada
wanita usia muda.

Kawahara, Takashi, et al. "Impact of smoking habit on overactive bladder


symptoms and incontinence in women." International Journal of Urology (2020).
Terapi Perilaku

Bladder Training

Latihan Otot Dasar Panggul

Biofeedback

Rahardjo HE. Panduan Tatalaksana Inkontinensia Urin pada Dewasa Edisi Kedua. Perkumpulan Kontinensia Indonesia. 2018.
Prompted Voiding & Bladder Training (BT)
■ Prompted Voiding: keputusan untuk berkemih ditentukan oleh orang lain dalam hal ini
care giver. Dapat diterapkan pada kondisi orang yang membutuhkan pengasuhan.
■ Bladder training: Sebuah program edukasi kepada pasien megenai berkemih terjadwal
dan penyesuaian jarak berkemih secara bertahap.

■ Lee et al., 2013 à Program bladder training yang sistematis mampu secara efektif
memperbaiki gejala OAB dan kualitas hidup pasien dengan OAB idiopatik.

■ EAU Guideline 2020 à 3 systematic reviews (NICE, 2013; Imamura et al., 2010;
Shamliyan et al., 2012) mengenai efek bladder training à terapi UUI dengan BT
lebih efektif dibandingkan grup tanpa terapi dalam meringankan gejala UUI.

F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.
Lee HE, Cho SY, Lee S, Kim M, Oh SJ. Short-term effects of a systematized bladder training program for idiopathic overactive bladder: a prospective study. International neurourology journal. 2013
Mar;17(1):11.
Bladder Diary
Latihan Otot Dasar Panggul
• Latihan otot dasar panggul (Pelvic Floor Muscle Training = PFMT), digunakan untuk
meningkatkan fungsi dasar panggul dan stabilitas urethra.

• Peningkatan fungsi dasar panggul diharapkan mampu menghalangi keluarnya urin karena
kontraksi kandung kemih pada OAB.

• Canadian Urological Association, 2017 à PFMT meningkatkan kualitas hidup pasien dan
menurunkan gejala OAB.

F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.
Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive bladder. Canadian Urological Association Journal. 2017 May;11(5):E142.
Asesmen Otot Dasar Panggul
OXFORD SCALE
■ Asesmen otot dasar panggul
– Vaginal/ Rectal Palpation
– Surface/ Pressure biofeedback/
Manometri
– Ultrasound
• 10 kali repetisi dengan kontraksi
fase cepat dan lambat.

• Minimal Latihan sebanyak 3 set,


3 kali/hari selama 12 minggu.
Latihan Otot Dasar Panggul dan OAB

(Fitz et al, 2017)


Publikasi mengenai pengaruh latihan
otot dasar panggul terhadap perbaikan
gejala OAB

27 wanita dengan inkontinensia


campuran yang memiliki gejala dominan
OAB mengikuti pelatihan otot dasar
panggul selama 12 minggu, terdiri dari :
2x/minggu dan selebihnya dilakukan
latihan di rumah (home program).

Fitz F, Sartori M, Girão MJ, Castro R. Pelvic floor muscle training for
overactive bladder symptoms–A prospective study. Revista da
Associação Médica Brasileira. 2017 Dec;63(12):1032-8.
Latihan Otot Dasar Panggul dan OAB

Program latihan otot dasar panggul


tanpa terapi tambahan lain dapat
mengurangi gejala OAB,
meningkatkan fungsi dasar
panggul, dan kualitas hidup pada
wanita dengan OAB.

Fitz F, Sartori M, Girão MJ, Castro R. Pelvic floor muscle training for
overactive bladder symptoms–A prospective study. Revista da
Associação Médica Brasileira. 2017 Dec;63(12):1032-8.
Biofeedback
Biofeedback berguna untuk mendukung
modifikasi pola berkemih :
■ Salah satu tujuan biofeedback
adalah untuk mengubah respons
fisiologis detrusor dan otot dasar
panggul
■ Pasien belajar mengontrol kandung
kemih, sfingter, otot dasar panggul,
dan tekanan intraabdominal dengan
merespons sinyal visual atau
pendengaran yang dihasilkan
melalui aktivitas proses fisiologis
internal.
■ 10 kali repetisi dengan kontraksi
Fase Lambat Fase Cepat fase cepat dan lambat.
■ Minimal Latihan sebanyak 3 set, 3
kali/hari selama 12 minggu.

Pannek J, Blok J, Castro-Diaz D, Del Popolo G, Kramer G, Radziszewski P, Reitz A, Stöhrer M, Wyndaele JJ. Neurogenic lower urinary tract dysfunction. European Association of urology. EAU Guidelines. 2013.
Newman DK. Pelvic floor muscle rehabilitation using biofeedback. Urologic Nursing. 2014:34(4),193-202.
Penambahan Biofeedback pada
Latihan Otot Dasar Panggul pada OAB

(Badda et al, 2020)

Membandingkan efek Latihan otot dasar


panggul yang dikombinasi dengan
biofeedback (BAPFMT) dan Latihan otot
dasar panggul saja (PFMT) terhadap
peningkatan kekuatan otot dasar panggul
dan kualitas hidup pasien dengan OAB.
Penambahan Biofeedback pada
Latihan Otot Dasar Panggul pada OAB

• Ditemukan peningkatan yang


signifikan terhadap kekuatan otot
dasar panggul dan kualitas hidup
pada kelompok BAPFMT maupun
PFMT.

• Peningkatan kekuatan otot dasar


panggul ditemukan lebih besar pada
kelompok BAPFMT dibandingkan
dengan kelompok PFMT saja.

• Kesimpulan : Penambahan
biofeedback pada Latihan dasar otot
panggul dapat memberikan manfaat
pada pasien dengan OAB.
Efek Terapeutik Stimulasi Elektrik pada OAB
Meningkatkan kapasitas maksimum kandung
kemih

Mengurangi tekanan maksimum detrusor

Meningkatkan compliance kandung kemih

Mengurangi residu urin

Mengurangi frekuensi enuresis

Feng XJ, Zhou Y, Wu JX. Therapeutic effects of electrical stimulation on overactive


bladder: a meta-analysis. Springerplus. 2016 Dec 1;5(1):2032.
Tempat dimana stimulasi elektrik
ditempatkan untuk pengobatan
disfungsi LUT.

Feng XJ, Zhou Y, Wu JX. Therapeutic effects of electrical


stimulation on overactive bladder: a meta-analysis.
Springerplus. 2016 Dec 1;5(1):2032.
Percutaneous-Posterior Tibial Nerve
Stimulation (P-PTNS)
■ P-PTNS adalah suatu teknik
neuromodulasi yang bersifat low
invasive dan memberikan
rangsangan stimulasi intermiten
dengan elektroda jarum
transkutan pada saraf tibialis
posterior di atas aspek medial
pergelangan kaki (Janssen et al.,
2017)
■ P-PTNS efektif untuk peningkatan
UUI pada wanita yang tidak
mendapat manfaat dari obat
antimuskarinik à Level of
evidence 2b (EAU Guideine, 2020)

Janssen DA, Martens FM, de Wall LL, van Breda HM, Heesakkers JP. Clinical utility of neurostimulation devices in the treatment of overactive bladder: current perspectives. Medical Devices (Auckland, NZ).
2017;10:109.
F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.
Kombinasi Terapi pada OAB

• Publikasi Firinci et al, 2020.

• Membandingkan efektivitas
kombinasi terapi pada wanita
dengan OAB idiopatik terhadap
kualitas hidup terkait gejala
inkontinensia. 1Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Faculty of Medicine, Pamukkale University,
Denizli, Turkey
2Department of Urology, Faculty of Medicine, Pamukkale University, Denizli, Turkey

Urodynamics. 2020 Nov;39(8):2498-508.


70 wanita dibagi secara acak dalam 4 kelompok:

Group 1: Bladder training (control group) Severity of incontinence

Group 2: Bladder training + Biofeedback


assisted pelvic floor muscle training
(BFAPFMT)

Quality of life – IIQ7 mean ± SD


Group 3: Bladder training + intravaginal
ES

Group 4: Bladder training + BFAPFMT +


Intravaginal ES
• Dalam terapi lini pertama,
penambahan Biofeedback assisted
PFMT dan/atau stimulasi listrik pada
Bladder Training meningkatkan
efektivitas terapi.

• BT + BFAPFMT + ES (triple
combination) adalah pilihan
pengobatan paling efektif dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien.

Firinci S, Yildiz N, Alkan H, Aybek Z. Which combination is most effective in women with idiopathic overactive
bladder, including bladder training, biofeedback, and electrical stimulation? A prospective randomized controlled
trial. Neurourology and Urodynamics. 2020 Nov;39(8):2498-508.
Kesimpulan
■ OAB adalah sindrom gejala multifaktorial yang kompleks dan berdampak besar
pada kehidupan pasien.
■ Pendekatan pengobatan individual diperlukan untuk mengoptimalkan efikasi,
dimulai dengan modifikasi gaya hidup dan terapi perilaku.
■ Kombinasi terapi lini pertama harus dipertembangkan sebelum beralih ke pilihan
terapi lini kedua.
■ Terapi perilaku dan perubahan gaya hidup dapat digabungkan dengan perawatan
OAB lainnya dan harus menjadi bagian dalam keseluruhan rencana pengobatan.
References
1. Singh KK, Tu J, John AT. Therapeutic approaches on neurogenic bladder : A comprehensive literature review. Interational J Phys Educ Sport
Heal. 2016;3(5):530–3.

2. Corcos J, Ginsberg D, Karsenty G. Textbook of Neurogenic Bladder. 3 ed. Boca Raton: CRC Press. 2016.

3. Heesakkers J. Neurogenic Lower Urinary Tract (LUT) Dysfunction. Workshop Chair: Helmut Madersbacher. W21: Basic Neurourology.
Barcelona: International Continence Society, 2013

4. Linsenmeyer TA. Neurogenic Bladder Following Spinal Cord Injury. In : Campagnolo DI, Kirshblum S, editors. Spinal Cord Medicine, 2nd ed.
Lippincott Williams & Wilkins. 2011.

5. Abrams P, Cardozo L, Fall M,, et al. The standardisation of terminology in lower urinary tract function: Report from the standardisation of the
ICS. Urology. 2003;61(1):37–49

6. Corcos J, Ginsberg D, Karsenty G. Textbook of Neurogenic Bladder. 3 ed. Boca Raton: CRC Press. 2016.

7. Eapen RS, Radomski SB. Review of the epidemiology of overactive bladder. Research and reports in urology. 2016;8:71.

8. Rahardjo HE. Panduan tatalaksana inkontinensia urin pada dewasa Edisi Kedua. Perkumpulan Kontinensia Indonesia. 2018.

9. Sumardi R, Mochtar CA, Junizaf J, Santoso BI, Setiati S, Nuhonni SA, Trihono PP, Rahardjo HE, Syahputra FA. Prevalence of urinary
incontinence, risk factors and its impact: multivariate analysis from Indonesian nationwide survey. Acta medica Indonesiana. 2016 May
16;46(3).

10. Coyne KS, Sexton CC, Irwin DE, Kopp ZS, Kelleher CJ, Milsom I. The impact of overactive bladder, incontinence and other lower urinary tract
symptoms on quality of life, work productivity, sexuality and emotional well-being in men and women: results from the EPIC study. BJU
international. 2008 Jun;101(11):1388-95.

11. Janssen DA, Martens FM, de Wall LL, van Breda HM, Heesakkers JP. Clinical utility of neurostimulation devices in the treatment of overactive
bladder: current perspectives. Medical Devices (Auckland, NZ). 2017;10:109.
References
12. Meng E, LIN WY, LEE WC, CHUANG YC. Pathophysiology of overactive bladder. LUTS: Lower Urinary Tract Symptoms. 2012 Mar;4:48-55.

13. Peyronnet B, Mironska E, Chapple C, Cardozo L, Oelke M, Dmochowski R, Amarenco G, Gamé X, Kirby R, Van Der Aa F, Cornu JN. A
comprehensive review of overactive bladder pathophysiology: on the way to tailored treatment. European urology. 2019 Jun 1;75(6):988-
1000.

14. Lightner DJ, Gomelsky A, Souter L, Vasavada SP. Diagnosis and treatment of overactive bladder (non-neurogenic) in adults: AUA/SUFU
guideline amendment 2019. The Journal of urology. 2019 Sep;202(3):558-63.

15. Corcos J, Przydacz M, Campeau L, Witten J, Hickling D, Honeine C, Radomski SB, Stothers L, Wagg A. CUA guideline on adult overactive
bladder. Canadian Urological Association Journal. 2017 May;11(5):E142.

16. F.C. Burkhard, J.L.H.R. Bosch, F. Cruz, G.E. Lemack, A.K. Nambiar, N. Thiruchelvam, A. Tubaro. EAU Guidelines on Urinary Incontinence in
Adults. European Association of urology. EAU Guidelines. 2020.

17. Lee HE, Cho SY, Lee S, Kim M, Oh SJ. Short-term effects of a systematized bladder training program for idiopathic overactive bladder: a
prospective study. International neurourology journal. 2013 Mar;17(1):11.

18. Fitz F, Sartori M, Girão MJ, Castro R. Pelvic floor muscle training for overactive bladder symptoms–A prospective study. Revista da
Associação Médica Brasileira. 2017 Dec;63(12):1032-8.

19. Pannek J, Blok J, Castro-Diaz D, Del Popolo G, Kramer G, Radziszewski P, Reitz A, Stöhrer M, Wyndaele JJ. Neurogenic lower urinary tract
dysfunction. European Association of urology. EAU Guidelines. 2013.

20. Newman DK. Pelvic floor muscle rehabilitation using biofeedback. Urologic Nursing. 2014:34(4),193-202.

21. Feng XJ, Zhou Y, Wu JX. Therapeutic effects of electrical stimulation on overactive bladder: a meta-analysis. Springerplus. 2016 Dec
1;5(1):2032.

22. Firinci S, Yildiz N, Alkan H, Aybek Z. Which combination is most effective in women with idiopathic overactive bladder, including bladder
training, biofeedback, and electrical stimulation? A prospective randomized controlled trial. Neurourology and Urodynamics. 2020
Nov;39(8):2498-508.
Terimakasih
Level of Evidence
Pharmacological treatment
and Surgery for OAB

Prof. Dr. Doddy M. Soebadi, dr, SpB, SpU(K)


Dep. Urologi, RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR
Surabaya

DM SOEBADI
2020
Patient
satisfaction

DM SOEBADI
2020
Diskusikan pilihan tata laksana

Intervensi gaya hidup dan latihan fisik tmsk latihan otot dasar panggul

IU tekanan IU campuran IU desakan

• Sarankan unt pemeriksaan fungsi saluran cerna, obat2an, penyakit penyerta, dan asupan cairan
• Sarankan untuk menurunkan berat badan
• Anjurkan penggunaan popok atau penampung lain bila diperlukan
• Anjurkan membuat jadwal berkemih untuk pasien lansia/pasien berkebutuhan khusus

HIGHLIGHT FROM THE INDONESIAN


GUIDELINE ON URINARY Anti muskarinik
Dominan desakan atau Mirabegron
INCONTINENCE IN ADULTS 2018
Dominan tekanan
Pertimbangkan
PTNS

DM SOEBADI
26/09/20 Gagal terapi2020
DM Soebadi konservatif dan obat 3
2020 Panduan Tatalaksana Inkontinensia Urine pada Dewasa 2018.
NON-PHARMACOLOGICAL
INTERVENTIONS FOR OAB1,2

! !
Lifestyle management
strategies
UE
• Weight loss and exercise
• Dietary and fluid intake
TI N
changes
• Bowel regulation
O N
• Smoking cessation
• Bladder training
C
Image by Tumisu from Pixabay

Referensi :
DM SOEBADI 1. Leron E, et al. Overactive bladder syndrome: Evaluation and management. Curr Urol 2018;11(3):117-125
26/09/20 DM Soebadi 2020 4
2. Syan R, et al. Guideline of guidelines: Urinary incontinence. BJU Int 2016;117(1):20-33.
2020
AUA guidelines:
Diagnosis and Treatment of Non-Neurogenic OAB in Adults
History and Physical; Signs and Symptoms Not OAB or complicated
Urinalysis of OAB OAB; treat or refer

Patient Education Follow-up for efficacy and


• Normal Urinary tract function adverse events
• Benefits and risks of treatment
alternatives
• Agree on treatment goals
TREATMENT In extremely rare cases,
GOALS MET consider urinary diversion or
augmentation cystoplasty
BEHAVIOURAL TREATMENTS
(If partially effective, consider
adding pharmacologic management)

Consider in carefully-selected patients:


(Multiple therapies may be tried but they
REASSESS +/ REFER: Consider should not be combined)
Oral Anti-Muscarinic OR urine culture, bladder diary, • Sacral Neuromodulation
ß3-ADRENERGIC AGENTS other diagnostic procedures as •OR
necessary. • Peripheral tibial nerve stimulation (PTNS)
DM SOEBADI OR
Gormley EA. J Urol. 2015;193(5):1572-80. doi:
2020 •Intradetrusor onabotulinumtoxinA
10.1016/j.juro.2015.01.087. 5
CURRENT GUIDELINE-RECOMMENDED ALGORITHMS FOR THE
TREATMENT FOR OAB (AUA-SUFU, EAU)1,2

• Behavioural therapies for all patients


First Line
• May be combined with pharmacologic management

• Pharmacologic agents (antimuscarinics and β3-adrenergic receptor agonists)


Second Line • Dose modification or switch to different medication if inadequate efficacy or poor tolerability
• Combination therapy (β3-adrenergic receptor agonist plus antimuscarinic) if refractory to
monotherapy*

• Intradetrusor on a botulinum toxin A


Third Line • Peripheral tibial nerve stimulation
• Sacral nerve stimulation

• Augmentation cystoplasty or urinary diversion for severe, refractory, complicated


Additional Treatments OAB patients

Disclaimer
In Indonesia, combination therapy (β3-adrenergic receptor agonist plus antimuscarinic) for OAB, are off-label.
DM SOEBADI 1. 6
Lightner DJ, et al. Diagnosis and treatment of overactive bladder (non-neurogenic) in adults: AUA/SUFU guideline amendment 2019. J Urol 2019:101097ju0000000000000309
2020 2. Nambiar AK, et al. EAU guidelines on assessment and non-surgical management of urinary incontinence. Eur Urol 2018;73(4):596-609.
EAU GUIDELINES :
MANAGEMENT OF FEMALE AND MALE URINARY INCONTINENCE
URGENCY URINARY
INCONTINENCE

• Conservative treatment: • Behavioural and Physical Therapy :


qTreatment of co-morbidity, qOffer prompted voiding for adult with UI (who are cognitively
qAdvise on bowel condition (constipation) impaired)
qAdjustment on medication qOffer bladder training as a 1st line therapy
qOffer Pelvic Floor Muscle Therapy in Women (PFMT)
• Lifestyle Intervention: qDo not offer electrical stimulation with surface electrodes alone
qCaffeine reduction, modification fluid intake qDo not offer magnetic stimulation for UI or OAB in adult women
qAdvise on doing regular physical activity qConsider PTNS as an option for improvement of UUI in Women
qAdvise on weight loss
qProviding smoking cessation strategies

Drug Treatment for OAB / UII : Antimuscarinics or β3-adrenergic receptor agonists

DM SOEBADI
2020 EAU Guidelines on Assessment and Nonsurgical Management of Urinary Incontinence. EUR UROL 73 ( 2018 ) 59 6– 60 9
RECENT GUIDELINES ON OAB
ORGANISATION FOCUS OF GUIDELINES YEAR UPDATED
American Urological Association and the Society
Diagnosis and treatment of OAB (non-
of Urodynamics, Female Pelvic Medicine and 2019
neurogenic) in adults
Urogenital Reconstruction1
Assessment and non-surgical
European Association of Urology2 2016
management of urinary incontinence
International Consultation on Incontinence3 Incontinence 2017
Canadian Urological Association4 Adult OAB 2017
Management of urinary incontinence and
National Institute for Health and Care Excellence5 2019
pelvic organ prolapse in women

1. Lightner DJ, et al. Diagnosis and treatment of overactive bladder (non-neurogenic) in adults: AUA/SUFU guideline amendment 2019. J Urol 2019:101097ju0000000000000309
2. Nambiar AK, et al. EAU guidelines on assessment and non-surgical management of urinary incontinence. Eur Urol 2018;73(4):596-609
3. Abrams P, et al. 6th International Consultation on Incontinence. Recommendations of the International Scientific Committee: Evaluation and treatment of urinary incontinence, pelvic organ prolapse, and fecal
incontinence. Neurourol Urodyn 2018;37(7):2271-2272
4. Corcos J, et al. CUA guideline on adult overactive bladder. Can Urol Assoc J 2017;11(5):E142-e173
5. National Institute for Health and Care Excellence (NICE). NICE Guidance – Urinary incontinence and pelvic organ prolapse in women: Management. BJU Int 2019;123(5):777-803.
DM SOEBADI DM Soebadi 2020
2020
Reasons for discontinuing OAB medications: a US experience

Didn’t work as expected


Switched to new medication
Had side effects
Told to stop by clinician/pharmacist
Learned to get by without medication
Cost/amount of copay
Bladder symptoms stopped/cured
Another condition/medication
Change of insurance status
Don’t like taking medications for too long
Advice family/friend
Doctor didn’t make right treatment
Don’t like taking ANY medications
Switched to previous medication
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Conditional probability

The majority of patients discontinue OAB medication due to


an insufficient response to treatment and/or tolerability
DM SOEBADI
2020 Benner JS et al. BJU Int. 2010; 105(9): 1276-1282.
6th International Consultation on Incontinence:
Drugs used in the treatment of LUTS/OAB/ DO. Assessments according to the Oxford
system (modified) - 2016

DM SOEBADI
2020 Adapted from 6TH International Consultation on Incontinence. p. 814-815. 2016
Terapi medikamentosa
1. Antimuskarinik
2. b3 Agonis
3. Estrogen
4. Desmopressin
5. Duloxetine

DM SOEBADI
2020
PHARMACOTHERAPY FOR OAB

• Antimuscarinics (also known as anticholinergics)1,2


o Mainstay of pharmacological treatments for OAB.
o Example: Oxybutynin, Tolterodine, Imidafenacin and Solifenacin

• β3 agonists1,2
o Latest class of pharmacotherapy for OAB.
o Mirabegron is the first-in-class β3 agonist

1. Leron E, et al. Overactive bladder syndrome: Evaluation and management. Curr Urol 2018;11(3):117-125
2. Park JJ, et al. The management of overactive bladder symptom complex. Prescriber 2019;30(1):19-25.
DM SOEBADI
2020
ANTIMUSCARINICS & β3-AR TARGET TWO DISTINCT NEUROTRANSMITTER RECEPTORS

M2/M3 muscarinic β3-AR


receptor

– +

• Inhibition of parasympathetic • Stimulation of β3-ARs to


contraction of the bladder activate sympathetic
through M2/M3 receptors1 relaxation of the bladder1

Antimuscarinics Mirabegron
1. Igawa Y, et al. Beta3-adrenoceptor agonists: Possible role in the treatment of overactive bladder. Korean J Urol 2010; 51(12):811-818.

DM SOEBADI
2020
1. Antimuskarinik

• Antimuskarinik adalah pengobatan utama untuk IU


desakan.
• Antimuskarinik bekerja dengan menghambat reseptor
muskarinik pada otot detrusor kandung kemih.
• Efek samping yang umum adalah mulut kering,
konstipasi, pengelihatan kabur, dan gangguan kognitif.

DM SOEBADI
2020
Antimuskarinik

DM SOEBADI
2020
Antimuskarinik

DM SOEBADI
2020
Antimuskarinik
• Solifenacin (sediaan 5 mg dan 10 mg)
• Dosis yang direkomendasikan adalah 1 x 5 mg, dapat dinaikan menjadi 1 x 10 mg.
• Propiverine (sediaan 15 mg)
• Dosis yang direkomendasikan adalah 2x 15 mg, dapat dinaikkan menjadi 3x15 mg.
• Tolterodine (sediaan 2 mg dan 4 mg)
• Dosis yang direkomendasikan adalah 2 x 2 mg, atau dapat diberikan 1 x 4 mg.
• Fesoterodine (sediaan 4 mg dan 8 mg)
• Dosis yang direkomendasikan adalah 1 x 4 mg, dapat dinaikan menjadi 1 x 8 mg.
• Imidafenacin (sediaan 0,1 mg)
• Dosis yang direkomendasikan adalah 2 x 0,1 mg.

DM SOEBADI
2020
2. b3 Agonis

• Mirabegron bekerja dengan menstimulasi reseptor


beta3 di otot polos detrusor kandung kemih sehingga
menimbulkan relaksasi dari otot tersebut.

• Mirabegron (sediaan 25 mg dan 50 mg)


• Dosis yang direkomendasikan adalah 1 x 50 mg.

DM SOEBADI
2020
2. b3 Agonis
No Rekomendasi Tingkat
rekomendasi
1 Mirabegron lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan sama Kuat
efektifnya dengan anti muskarinik untuk memperbaiki gejala IU
desakan (37,38, 39)

2 Mirabegron terbukti memiliki efikasi dan aman pada pasien Kuat


lanjut usia (40)

3 Efek samping yang dapat terjadi adalah hipertensi, nasofaringitis Kuat


dan infeksi saluran kemih (37, 41, 42)

DM SOEBADI DM Soebadi 2020


2020
3. Estrogen

DM SOEBADI
2020
4. Desmopressin

• Desmopressin (sediaan 0,1 mg dan 0,2 mg)


• Desmopressin merupakan analog vassopresin (hormon antidiuretik),
yang bekerja mengurangi jumlah air yang keluar pada urin.
• Dosis yang direkomendasikan adalah 2 x 0,1 mg, dapat ditingkatkan menjadi 2
x 0,2 mg.

DM SOEBADI
2020
4. Desmopressin

DM SOEBADI
2020
5. Duloxetine

• Menghambat re-uptake serotonin (5-HT) dan norepinefrin, yang


mengakibatkan peningkatan tonus dan kekuatan kontraksi spinkter
uretra eksterna.
• Dosis yang direkomendasikan adalah 2 x 30 mg pada perempuan
dengan IU tekanan.
• Efikasi pemberian duloxetine pada IU tekanan adalah rendah serta
dapat memberikan efek samping yang signifikan, seperti mual,
muntah, mulut ke- ring, konstipasi, sakit kepala, insomnia, somnolen
dan kelelahan.

DM SOEBADI
2020
5. Duloxetine

DM SOEBADI
2020
5. Duloxetine

• Penggunaan Duloxetine sudah disetujui di Eropa, bukan sebagai lini


pertama atau kedua, namun sebagai terapi alternatif untuk IU
tekanan.
• Efek samping obat ini salah satunya gangguan kejiwaan. Di Amerika,
penggunaan Duloxetine ditemukan memiliki hubungan dengan
tingginya tingkat bunuh diri, sehingga tidak boleh beredar oleh FDA.

DM SOEBADI
2020
BLADDER SELECTIVE PROFILE OF ANTI-MUSCARINICS

• Solifenacin has been confirmed to be a useful drug that shows statistically significant efficacy against all symptoms of
OAB, including urgency, with good tolerability, based on the high bladder selectivity and suppression of afferent pathways
with solifenacin1.
DM SOEBADI
26/09/20 1. Ohtake.A, et al, J Pharmacol Sci, 112, 135 –27
141 (2010)
2020
EFFICACY of ANTIMUSCARINICS
Variation in efficacy and safety of currently available antimuscarinic agents

Tolerability Adverse
(withdrawal) (dry mouth) Efficacy

Oxybutinin IR + - +
Oxybutinin ER - + ++
Tolterodine IR ++ ++ +
Tolterodine ER +++ ++ ++
Solifenacin +++ ++ +++
Darifenacin +++ ++ ++

-: poor ; +: acceptable; ++: good; +++:excellent


DM SOEBADI 28
Int J Clin Pract, October 2006, 60, 10, 1263-1271
2020
ANTI MUSCARINIC SIDE EFFECTS
MIRABEGRON PROMOTES URINE STORAGE THROUGH POTENT AND
SELECTIVE AGONISM OF THE Β3-AR1-3
Urine storage Voiding
Activation β3-AR by mirabegron Mirabegron: no effect on
à detrusor relaxation à parasympathetic stimulation of detrusor
promotes urine storage contraction and bladder emptying à
àincreased bladder capacity may reduce the risk of acute urinary
and increased duration retention compared with antimuscarinics
between voids

Acetylcholine
Noradrenaline

Mirabegron
β3-AR
Muscarinic receptors

1. Takasu T et al. J Pharmacol Exp Ther 2007;321:642-7


DM SOEBADI 2. Barkin J and Folia C. Can J Urol 2012;19(Suppl 1):49-53;
2020 3. Tyagi P et al. Expert Opin Drug Saf 2011;10:287-94
MIRABEGRON DELIVERS CLINICALLY MEANINGFUL REDUCTION IN
OAB SYMPTOMS1
à Mirabegron relieves frequency and urinary incontinence in OAB2
Mirabegron significantly reduced the number of Mirabegron significantly reduced the number
incontinence episodes per 24 hours vs placebo2 of micturitions per 24 hours vs placebo2

References:
1. Nitti VW, Auerbach S, Martin N, et al. Results of a randomized phase III trial of mirabegron in patients with overactive bladder. J Urol 2013;189:1388-95.
DM SOEBADI 2. Khullar V, Amarenco G, Angulo JC, et al. Efficacy and tolerability of mirabegron, a β(3)-adrenoceptor agonist, in patients with overactive bladder: results from a randomised European-Australian
26/09/20
2020 phase 3 trial. Eur Urol 2013;63:283-295.
SAFETY, EFFICACY AND PERSISTENCE OF MIRABEGRON
FOR OVERACTIVE BLADDER IN THREE-YEAR

Mirabegron was considered to be an


effective treatment for 842 of 1082 (77.8%)
patients at the final assessment using an
efficacy rating judged by the investigators.
Over 3 years,
• Mirabegron was well tolerated and no
cumulative events or delayed ADRs were
observed. Mirabegron was an effective
treatment with early improvements in
OABSS being maintained throughout the
treatment period.
• High persistence was observed after
the use of mirabegron.

DM SOEBADI
MCIC : minimal clinically important change
Kato et al. Lower Urinary Tract Symptoms. 2019;11:0152–0161
2020
MIRABEGRON IS NOT ASSOCIATED WITH INCREASED RISK OF COGNITIVE
IMPAIRMENT

MIRABEGRON AND PLASEBO GROUPS HAVE SIMILAR


PERCENTAGES OF IMPAIRED PATIENTS (measured by MoCA
score)

25.8% 27.1% 24.5%

74.2% 72.9% 75.5%

Placebo Treatment group Treatment group


(befofre Mirabegron (after Mirabegron

Normal patients Impaired patients (MoCA total score <26)


The distribution of MoCA score changes is equivalent between Mirabegron and placebo

Conclusions: Treatment with mirabegron for 12 weeks did not contribute to drug-related cognitive
side effects in patients aged ≥65 years, as measured by the MoCA. Furthermore, the pattern of
change in cognition over time in an older OAB trial population does not appear to differ from that of
subjects receiving placebo.
MoCA : Montreal Cognitive Assessment
DM SOEBADI Griebling TL,et al.BMC Geriatrics332020;20:109
2020
Beta-3 agonist – caution with blood pressure?

Hypertension treatment emergent side effects


No of patients No w/ side effects %
Mirabegron
25 mg 432 52 12%
50 mg 1375 120 8.7%
100 mg 929 58 6.2%
Tolterodine 4 mg 495 48 9.7%
Placebo 1380 117 8.5%

De Rosa et al, Eur Urol. 2016;69:311-23


COMPARISON OF SIDE EFFECT DRY MOUTH MIRABEGRON 50 MG VS
ANTIMUSCARINIC
Based on a systematic literature review
and network meta-analysis of
randomised controlled trials (2000–
2017):

Dry mouth
ü Mirabegron 50 mg had similar risk
to placebo.
ü Mirabegron 50 mg had
significantly lower risk versus
antimuscarinics except
oxybutynin IR 5 mg. Adapted from: Kelleher C, et al. Eur Urol 2018;74(3):324-333.

CrI : credible intervals, ER : extended release, IR : immediate release


Mir : mirabegron, Sol: solifenacin
1. Kelleher C, et al. Efficacy and tolerability of mirabegron compared with antimuscarinic monotherapy or combination
therapies for overactive bladder: a systematic review and network meta-analysis. Eur Urol 2018;74(3):324-333.
DM SOEBADI DM Soebadi 2020
2020
PERSISTENCE AND ADHERENCE MIRABEGRON VERSUS ANTIMUSCARINICS1-5

Mirabegron had better persistence and adherence than antimuscarinics.1


Mirabegron Antimuscarinics
Persistence rate at 1 year 32-38% 8-25%
Adherence at 1 year
• Mean medication possession ratio 0.59 0.41-0.53
• Mean proportion of days covered by prescription 0.66 0.55
Adherent rate at 1 year
• Mean medication possession ratio ≥ 0.80 43% 22-35%
• Mean proportion of days covered by prescription ≥ 0.80 44% 31%

1. Yeowell G, et al. Real-world persistence and adherence to oral antimuscarinics and mirabegron in patients with overactive bladder (OAB): A systematic literature review. BMJ Open 2018;8(11):e021889
2. Nazir J, et al. A retrospective study of treatment persistence and adherence to mirabegron versus antimuscarinics, for the treatment of overactive bladder in Spain. BMC Urol 2018;18(1):76
3. Wagg AS, et al. Persistence and adherence with mirabegron vs antimuscarinics in overactive bladder: Retrospective analysis of a UK General Practice prescription database. Int J Clin Pract 2017;71(10)
4. Kato D, et al. Persistence and adherence to overactive bladder medications in Japan: A large nationwide real-world analysis. Int J Urol 2017;24(10):757-764
5. Chapple CR, et al. Persistence and adherence with mirabegron versus antimuscarinic agents in patients with overactive bladder: A retrospective observational study in UK clinical practice. Eur Urol 2017;72(3):389-399.

DM SOEBADI
2020
Effectiveness of antimuscarinics and a beta-3 adrenoceptor
agonist in patients with overactive bladder in a real-world setting

• Real-world data, retrospective study, • Results: Both treatment groups: better


all patients aged > 18 years with OAB responses on the QoL and the CGI
questionnaires after treatment
• N: 215; group A (anti-muscarinic),
group B (beta-3 adrenoceptor agonist) • There was no significant difference
and (group B), group C (discontinued) between group A and group B in CGI
after treatment (p = 0.135)
• OABSS and QoL questionnaires before
and after treatment • OABSS: no significant differences
between group A and group B in
daytime frequency score, night time
frequency score, urgency score, or
urge incontinence score

DM SOEBADI
2020 Huang, Lin, Long Lin. Scientific RepoRtS (2020) 10:11355
Drugs effects & OAB

DM SOEBADI
2020
DM SOEBADI
2020
Interventional / Specialistic treatment
1. Bulking agent injection
2. Botulinum toxin injection
3. Sacral Neuro Modulation
4. Surgery:
1. Repair POP (Pelvic Organ Prolapse)
2. Sacrocolpopexy
3. Colporraphy
4. Colposuspension
5. Bladder augmentation

DM SOEBADI
2020
Take home messages
• Pharmacological treatment of OAB is the mainstay of treatment –
combine with behavioral treatment
• Second-line treatment options: antimuscarinics & beta-3 agonists
• Careful with side effects – limiting long term use
• Future directions – tailored treatments and new agents
• Surgery rarely performed for OAB

DM SOEBADI
2020

Anda mungkin juga menyukai