BAB I
DEFINISI PENDIDIKAN
1.1.Definisi Pendidikan Secara Umum
Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk
menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
(A. Yunus, 1999 : 7)
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,
yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
(A. Yunus, 1999 : 7)
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior
adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.
(A. Yunus, 1999 : 7-8)
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap
pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau
suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
(A. Yunus, 1999 :
1.2.Definisi Pendidikan Menurut Islam
Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah
teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-
teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah
hanya teori.
1. Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran
kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)
Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum
bareng.
• Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah
Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “
anak yang jujur disayang Allah”.
• Beri teladan
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan
orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
2. Pendidikan Akhlak
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S
2:42)
Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin
itu baik.
• Memenuhi janji
3. Pendidikan intelektual
Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses
kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.
Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget
seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang terkenal juga dengan
Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode dalam perkembangan kognitif
manusia, yaitu:
• Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan
mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.
Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah
SWT tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.
4. Pendidikan fisik
• Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan
aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan
aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah
5. Pendidikan Psikis
“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
(QS. 3:139)
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN
Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan
Undang-Undang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN
1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan ,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah
mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa
perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai
lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang
hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan
teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh
pembawaan dan lingkungannya (konvergensi)
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai
potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al
Qashash ayat : 77 :
“Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh
melupakan urusan dunia “
Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat
dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia.
Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Qur’an untuk menunjukkan
kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata yang
digunakan :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (kemedan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan
apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.
“Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan
mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan
kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”.
7. Kata ‘Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 :
Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 :
“Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya roh-Ku,
maka sujudlah kalian kepada-Nya”.
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam
(iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan
jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada
pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan
dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan – perkembangan Islam telah mengetahui
betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan
kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat
Hud ayat 37 :
“Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan
kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan
ditenggelamkan”.
- Cerdas Serta Pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya
kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di
tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu
dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.
b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat.
c) Rohani yang berkualitas tinggi.
Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena
kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh
indera.
Islam sangat mengistemewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghaib,
bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu
beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya
didalam kalbu.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri
ialah beribadah kepada Allah.
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan
perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan
kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara
yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala
yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam
pada intinya adalah :
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya.,
Bandung, 2001
Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta,
1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta,
1997
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,
1983.
Tilaar, Prof. Dr., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya.,
Bandung
H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung.
1999.