Anda di halaman 1dari 27

1.

Definisi Harga Diri Rendah


Branden (2001) mendefinisikan self-esteem sebagai cara pandang
individu terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan
menghargainya sebagai individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri
kita sendiri berdasar penilaian kita sejauhmana memenuhi harapan diri.
Harga diri yang tinggi merupakan nilai positif yang kita lekatkan pada diri
yang berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi tetap merasa
sebagai seorang yang penting dan berharga (Dariuszky, 2004). Menurut
Maslow (Maramis, 2004), self-esteem merupakan salah satu kebutuhan
dari setiap individu yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi diri
sebagai puncak kebutuhan individu.
Harga diri rendah adalah suatu kondisi individu yang selalu
menganggap dirinya tidak mampu dalam melakukan suatu hal,
menganggap dirinya tidak berharga dan tidak mampu bertanggung jawab
atas kehidupan yang sedang dijalani (Nurhalimah,2016). Harga diri
rendah adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak berharga, erasa
tidak berguna dan rendah diri dalam waktu yang cukup lama dan
berkepanjangan akibat dari perspektif negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri yang dimiliki (Yosep, 2015 dalam buku Sutinah,2017).
Pendapat lain juga dikemukakan bahwa harga diri rendah merupakan
munculnya perasaan negatif setelah individu mengevaluasi diri sendiri
sehingga individu tersebut merasa bahwa kemampuan yang dimilikinya
tidak berarti, bahkan sampai dengan keadaan ketidakmampuan yang
terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan teru berlanjut
(PPNI,2016). . Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu
yang lama. Jadi harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini
dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
2. Proses terjadinya HDR
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga. Gangguan harga diri dapat terjadi secara:
a) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang
diperhatikan seperti pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh
yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai.
b) Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah: (1)
Bayi/Usia bermain/ Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi
atau kedekatan , perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari
orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan
mempercayai orang terdekat. (2) Usia sekolah; Berhubungan dengan
kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan
kelompok sebaya, umpan balik negative berulang. (3) Remaja Pada
usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan
hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-
masalah pelajaran kehilangan orang terdekat. (4) Usia sebaya;
Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.(5)
Lansia; Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun)
c) Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi
ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat – sakit berkisar dari status
aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan
identitas/depersonalisasi (maladaptif) yang digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadap
masalah dapat menyelesaikan secara baik anatara lain:
a) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya.
b) Konsep diri positif
Menunjukan individu akan sukses dalam mengahadapi masalah.
b. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.respon
maladaptif gangguan konsep diri adalah:
a) Harga Diri Rendah
Transisi antara respon diri positif dan mal adaptif
b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
Mempunyai kepribadian yang kurang sehat,tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

3. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998: 366). Menurut Carpenito,
koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal
ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering di
salahkan, jarang di beri pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang di hargai dan tidak di beri
kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuanya.
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1. Kerusakan lobus frontal
2. Kerusakan hipotalamus
3. Kerusakan system limbic
4. Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1. penolakan orang tua
2. harapan orang tua tidak realistis
3. orang tua yang tidak percaya pada anak
4. tekanan teman sebaya
5. kurang reward system
6. dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1. Kemiskinan
2. Terisolasi dari lingkungan
3. Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1. Tuntutan peran
2. Perubahan kultur

Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah


penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/
betuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara
umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karea
trauma yang muncul tiba tiba misalnya harus dioprasi, kecelakaan
perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik tau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik biasanaya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan peningkatan saat dirawat.
Dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
4. Tanda dan Gejala
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut (Muhtin, 2015):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit,dan akibat
Tindakan terhadap penyakit. Misalnya, malu dan sedih karena rambut
menjadi botak setelah menjalani terapi kemoterapi pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendir, misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya kerumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan menkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh, dan tidak tau apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka menyendiri, percaya diri
kurang, klien sukar mengambil keputusan. Misalny, memilih alternatif
tindakan mencederai diri akibat harga diri rendah disertai harapan
yang suram, mungkin dengan mengakhiri hidupnya.
Sedangkan menurut Carpenito,L.J (2003:352) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut
menjadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Mislanya: ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit,mnyalahkan atau mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Mislanya: klien sukar mengambil keputusan ,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri
sendiri.
6. Perasaan tidak mampu
7. Pandangan hidup yang pesimistis
8. Tidak berani menatap lawan bicara
9. Lebih banyak menunuduk
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor,
rambut panjang, dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
12. Data Obyektif:
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri
c) Perilaku distruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g) Menunujukan tanda depresi (Sukar tidur dan sukar makan)
Tampak mudah tersinggung/mudah marah

5. Rentang Respon Pathway


6. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan antara lain :
1) Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawatan dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaa yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
2) Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompo stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapy aktivitas kelompok stimulus realita dan
therapy aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis therapi
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri harga diri rendah adalah
therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok stimulasi perepsi adalah therapy yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
social, dan spiritual. Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
1. Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak denga klien tentang: nama


mahasiswa, nama panggilan, nama klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.

2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada
klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak mampu
menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.

3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluargadan tindakan kriminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang
tidak menyenagkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor
predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan
jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
4. Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda – tanda vital, tinggi badan, berat badan dan


tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan. Memeriksa
apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada klien harga diri
rendah terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
nadi.

5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat
dari pola komunikasi pengambilan Keputusan dan pola asuh.
Penelusuran genetik yang menyebabkan/menurunkan gangguan
jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan sampai saat ini
b. Konsep diri
 Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung
merendahakan dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan
rasa bersalah terhadap diri sendiri.
 Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya,kepuasan klien sebagai laki –
laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan
jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga diri
rendah klien lebih banyak merunduk, kurang percaya diri,
dan tidak berani menatap lawan bicara.
 Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanaan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaiman perasaan klien akibat perubahantersebut.
Pada klien HDR tidak mampu melakukan peranya secara
maksimal hal ini ditandai dengan kurangnya percaya diri dan
motivasi yang kurang dari individu tersebut.
 Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan haraga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
 Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personalyang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa
malu terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang
pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya
diri kurang.
c. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta
dalam kegiatan kelompok/masyarakat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan klien
merasa malu.
d. Spiritual
Nilai keyakinan kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri
rendah cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi
spiritual.
.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai, cara berpakain tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologi klien.
Pada klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotordan
lusuh, kuku panjang badan hitam, kulit kotor gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap,
sering terhrnti/blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering merunduk,
tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
d. Afek dan emosi
Klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada
saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
e. Interaksi selama wawancara
Pada klien denga harga dir rendah klien kontak kurang (tidak mau
menatap lawan bicara).
f. Proses pikir
 Arus pikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking
(pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali)
 Bentuk pikir
Autistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan
untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
 Isi pikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya
sendiri dan penolakan terhadap kemapuan diri. Klien
menyalahkan, menghina dirinya, terhadap hal – hal yang
pernah dilakukan ataupun belum pernah di lakukan.
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif.

- Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang


suram tentang banyak hal di dalam kehidupannya.

g. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadrannya
composmentis, namun ada gangguan orientasi terhadap orang
lain.
h. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengigat merori dalam
jangka panjang maupun pendek.
i. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga dir rendah menurun karena
pemikiran dirinya sendiri merasa tidak mampu.
j. Kemampuan penilaian/ pengambilan Keputusan
Klien dengan harga diri rendah menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang ketidakmampuan
untuk dirinya sendiri.
k. Daya Titik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit ( perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
Menyalahkan hal – hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
7. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

b. Kegiatan hidup sehari – hari

8. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suat
permasalahan, apakah mengunakan cara – cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga, dll ataukah mengunakkan
cara – cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau yang lainnya.

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji adalah :

Masalah Data Subyektif Data Obyerktif


Keperawatan
1 Masalah utama : - Mengungkapakan - Merusak diri
Gangguan ingin diakui jati sendiri maupun
konsep diri : dirinya orang lain
harga diri - Mungungkapkan tidak - Ekspresi malu
rendah ada lagi yang peduli - Menarik diri dari
- Mungungkapkan tidak hubungan sosial
bisa apa – apa - Tampak mudah
- Mengungkapakan tersinggung
dirinya tidak berguna - Tidak mau
- Mengeriktik diri makan dan tidak
sendiri perasaan tidak tidur
mampu
2 Masalah - Mengungkapkan - Tampak
keperawatan : ketidakmampuan dan ketergatungan
koping individu meminta bantuan terhadap orang
tidak efektif orann lain lain
- Mengungkapkan malu - Tampak sedih
dan tidak bisa ketika dan tidak
diajak melakukan melakuakan
sesuatu. aktivitas yang
- Mengungkapkan tidak seharusnya dapat
berdaya dan tikdak dilakukan
ingin hidup lagi - Wajah tampak
murung
3 Masalah - Mengungkapakan - Ekspresi wajah
keperawatan: enggan bicara dengan kosong tidak
menarik diri : orang lain ada kontak mata
isolasi sosial - Ketika diajak
- Klien mengatakan bicara suara
malu bertemu dan pelan dan tidak
berhadapan dengan jelas hanya
orang lain memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
menghindar
ketika didekati

B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Koping individu tidak efektif

C. Pohon Masalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri (Akibat)

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Core Problem)


Tidak Efektifnya Koping Individu (Causa/penyebab)
D. Intervensi Keperawatan
Tabel
Intervensi Keperawatan
Klien dengan Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

Diagnosa Perecanaan
Intervensi Rasional
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi

Gangguan konsep Tujuan Umum :


diri : harga diri
Klien mampu
rendah
meningkatkan
harga diri

Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
percaya. akan menimbulkan
Klien dapat  Klien dapat
kepercayaan klien pada
membina hubungan mengungkapkan a. Sapa klien
perawat sehingga akan
saling percaya. perasaannya. dengan ramah,
memudahkan dalam
 Ekspresi wajah baik verbal
pelaksanaan tindakan
bersahabat. maupun
selanjutnya.
nonverbal.
 Ada kontak b. Perkenalkan diri
mata. dengan sopan.
 Menunjukkan c. Tanya nama
rasa senang. lengkap klien dan
 Mau berjabat nama panggilan
tangan. yang disukai

 Mau menjawab klien.

salam. d. Jelaskan tujuan

 Klien mau duduk pertemuan, jujur

berdampingan. dan menepati

 Klien mau janji.

mengutarakan e. Tunjukan sikap

masalah yang empati dan

dihadapi. menerima klien


apa adanya.

f. Beri prhatian
pada klien.

1.2 Beri kesempatan


untuk
mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di
deritanya.

1.3 Sediakan waktu untuk


mendengarkan klien.

1.4 Katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
Tujuan khusus 2: Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan meningkatkan
kemampuan dan harga diri klien.
Klien dapat  Klen mampu
aspek positif yang
mengidentifikasi mempertahankan
dimiliki klien dan
kemampuan dan aspek yang
beri
aspek positif yang positif.
pujian/reinforcement
dimiliki.
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya.

2.2 Saat bertemu klien,


hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
pujian yang realistis.

Tujuan khusus 3: Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan Peningkatan kemampuan


kemampuan klien mendorong klien untuk
Klien dapat menilai  Kebutuhan klien
yang masih dapat di mandiri.
kemampuan yang terpenuhi.
gunakan saat sakit.
dapat digunakan.
 Klien dapat 3.2 Diskusikan juga
melakukan kemampuan yang
aktifitas terarah. dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

Tujuan khusus 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan secara
klien aktifitas yang mandiri modal awal untuk
Klien dapat  Klien mampu
dapat dilakukan meningkatkan harga diri.
menetapkan dan beraktifitas
setiap hari sesuai
merencanakan sesuai
kemampuan:
kegiatan sesuai kemampuan.
kegiatan mandiri,
dengan  Klien mengikuti
kegiatan dengan
kemampuan yang terapi aktifitas
bantuan minimal,
dimiliki. kelompok.
kegiatan dengan
bantuan total.

4.2 Tingkatkan kegiatan


sesuai dengan
toleransi kondisi
klien.

4.3 Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

Tujuan khusus 5: Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien akan
untuk mencoba mengetahui kemampuannya.
Klien dapat  Klien mampu
kegiatan yang
melakukan beraktifitas
direncanakan.
kegiatan sesuai sesuai
kondisi sakit dan kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kemampuannya. keberhasilan klien.

5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah.
Tujuan khusus 6: Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
kesehatan pada pengertian keluarga akan
Klien dapat  Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
memanfaatkan melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
sistem pendukung yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
yang ada  Klien mau
memberikan 6.2 Bantu keluarga
dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di rumah
E. Implementasi Keperawatan
a. SP 1 pasien :
1) Mengidentifikasi kemampuan adan aspek positif yang di miliki klien
2) Menilai kemampuan yang dapat di lakukan saat ini
3) Menilih kemampuan yang akan di latih
4) Melatih kemampuan pertama yang di pilih
5) Memasukkan dalm jadwal kegiatan klien

b. SP 2 pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegitan harian klien ( SP 1 )
2) Melatih kemampuan kedua yang di miliki klien
3) Melatih kemampuan yang di pilih
4) Memasukkan ke dalam jadwal kegitan harian

c. SP 3 pasien :
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan SP 2 )
2. Memilih kempuan ketiga yang dapat di lakukan
3. Melatih kemampuan yang di pilih
4. Memasukkan dalam kegiatan jadwal klien

d. SP 1 keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat
klien
2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat klien dengar harga diri rendah
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
5. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien

e. SP 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Melatyih keluarga merawat langsung klien dengan HDR
3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien
f. SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukkan

F. Evaluasi Keperawatan
Ada pun hal-hal yang di evaluasikan pada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah adalah
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit
d. Klien dapat membeuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang di miliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuanya
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
g. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
h. Klien dapat menerima realita perubahan strukture, bentuk atau
fungsi tubuh.
i. Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah
yang dihadapi
j. Klien dapat melakukan tindakan penampilan integritas tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S., & Hardi Kususma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. jogjakarta: Mediactions Jogja.

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.

Muhtin, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.

Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik edisi 9.
Jakarta: EGC.

Stuart, G.W & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
Jakarta: EGC.

Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.

Panduan Praktis Pelaksanaan Terapi Kelompok Pada Pasien Dengan Harga Diri
Rendah. (2021). (n.p.): Media Sains Indonesia

Anda mungkin juga menyukai