Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadap
masalah dapat menyelesaikan secara baik anatara lain:
a) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya.
b) Konsep diri positif
Menunjukan individu akan sukses dalam mengahadapi masalah.
b. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.respon
maladaptif gangguan konsep diri adalah:
a) Harga Diri Rendah
Transisi antara respon diri positif dan mal adaptif
b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
Mempunyai kepribadian yang kurang sehat,tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
3. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998: 366). Menurut Carpenito,
koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal
ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering di
salahkan, jarang di beri pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang di hargai dan tidak di beri
kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuanya.
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1. Kerusakan lobus frontal
2. Kerusakan hipotalamus
3. Kerusakan system limbic
4. Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1. penolakan orang tua
2. harapan orang tua tidak realistis
3. orang tua yang tidak percaya pada anak
4. tekanan teman sebaya
5. kurang reward system
6. dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1. Kemiskinan
2. Terisolasi dari lingkungan
3. Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1. Tuntutan peran
2. Perubahan kultur
2) Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/
betuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara
umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karea
trauma yang muncul tiba tiba misalnya harus dioprasi, kecelakaan
perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik tau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik biasanaya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan peningkatan saat dirawat.
Dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
4. Tanda dan Gejala
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut (Muhtin, 2015):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit,dan akibat
Tindakan terhadap penyakit. Misalnya, malu dan sedih karena rambut
menjadi botak setelah menjalani terapi kemoterapi pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendir, misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya kerumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan menkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh, dan tidak tau apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka menyendiri, percaya diri
kurang, klien sukar mengambil keputusan. Misalny, memilih alternatif
tindakan mencederai diri akibat harga diri rendah disertai harapan
yang suram, mungkin dengan mengakhiri hidupnya.
Sedangkan menurut Carpenito,L.J (2003:352) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut
menjadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Mislanya: ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit,mnyalahkan atau mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Mislanya: klien sukar mengambil keputusan ,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri
sendiri.
6. Perasaan tidak mampu
7. Pandangan hidup yang pesimistis
8. Tidak berani menatap lawan bicara
9. Lebih banyak menunuduk
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor,
rambut panjang, dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
12. Data Obyektif:
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri
c) Perilaku distruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g) Menunujukan tanda depresi (Sukar tidur dan sukar makan)
Tampak mudah tersinggung/mudah marah
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
social, dan spiritual. Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
1. Identitas klien
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada
klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak mampu
menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluargadan tindakan kriminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang
tidak menyenagkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor
predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan
jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat
dari pola komunikasi pengambilan Keputusan dan pola asuh.
Penelusuran genetik yang menyebabkan/menurunkan gangguan
jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan sampai saat ini
b. Konsep diri
Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung
merendahakan dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan
rasa bersalah terhadap diri sendiri.
Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya,kepuasan klien sebagai laki –
laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan
jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga diri
rendah klien lebih banyak merunduk, kurang percaya diri,
dan tidak berani menatap lawan bicara.
Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanaan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaiman perasaan klien akibat perubahantersebut.
Pada klien HDR tidak mampu melakukan peranya secara
maksimal hal ini ditandai dengan kurangnya percaya diri dan
motivasi yang kurang dari individu tersebut.
Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan haraga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personalyang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa
malu terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang
pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya
diri kurang.
c. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta
dalam kegiatan kelompok/masyarakat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan klien
merasa malu.
d. Spiritual
Nilai keyakinan kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri
rendah cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi
spiritual.
.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai, cara berpakain tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologi klien.
Pada klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotordan
lusuh, kuku panjang badan hitam, kulit kotor gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap,
sering terhrnti/blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering merunduk,
tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
d. Afek dan emosi
Klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada
saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
e. Interaksi selama wawancara
Pada klien denga harga dir rendah klien kontak kurang (tidak mau
menatap lawan bicara).
f. Proses pikir
Arus pikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking
(pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali)
Bentuk pikir
Autistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan
untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
Isi pikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya
sendiri dan penolakan terhadap kemapuan diri. Klien
menyalahkan, menghina dirinya, terhadap hal – hal yang
pernah dilakukan ataupun belum pernah di lakukan.
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif.
g. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadrannya
composmentis, namun ada gangguan orientasi terhadap orang
lain.
h. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengigat merori dalam
jangka panjang maupun pendek.
i. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga dir rendah menurun karena
pemikiran dirinya sendiri merasa tidak mampu.
j. Kemampuan penilaian/ pengambilan Keputusan
Klien dengan harga diri rendah menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang ketidakmampuan
untuk dirinya sendiri.
k. Daya Titik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit ( perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
Menyalahkan hal – hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
7. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
8. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suat
permasalahan, apakah mengunakan cara – cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga, dll ataukah mengunakkan
cara – cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau yang lainnya.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Koping individu tidak efektif
C. Pohon Masalah
Diagnosa Perecanaan
Intervensi Rasional
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
percaya. akan menimbulkan
Klien dapat Klien dapat
kepercayaan klien pada
membina hubungan mengungkapkan a. Sapa klien
perawat sehingga akan
saling percaya. perasaannya. dengan ramah,
memudahkan dalam
Ekspresi wajah baik verbal
pelaksanaan tindakan
bersahabat. maupun
selanjutnya.
nonverbal.
Ada kontak b. Perkenalkan diri
mata. dengan sopan.
Menunjukkan c. Tanya nama
rasa senang. lengkap klien dan
Mau berjabat nama panggilan
tangan. yang disukai
f. Beri prhatian
pada klien.
Tujuan khusus 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan secara
klien aktifitas yang mandiri modal awal untuk
Klien dapat Klien mampu
dapat dilakukan meningkatkan harga diri.
menetapkan dan beraktifitas
setiap hari sesuai
merencanakan sesuai
kemampuan:
kegiatan sesuai kemampuan.
kegiatan mandiri,
dengan Klien mengikuti
kegiatan dengan
kemampuan yang terapi aktifitas
bantuan minimal,
dimiliki. kelompok.
kegiatan dengan
bantuan total.
Tujuan khusus 5: Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien akan
untuk mencoba mengetahui kemampuannya.
Klien dapat Klien mampu
kegiatan yang
melakukan beraktifitas
direncanakan.
kegiatan sesuai sesuai
kondisi sakit dan kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kemampuannya. keberhasilan klien.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah.
Tujuan khusus 6: Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
kesehatan pada pengertian keluarga akan
Klien dapat Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
memanfaatkan melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
sistem pendukung yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
yang ada Klien mau
memberikan 6.2 Bantu keluarga
dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.
b. SP 2 pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegitan harian klien ( SP 1 )
2) Melatih kemampuan kedua yang di miliki klien
3) Melatih kemampuan yang di pilih
4) Memasukkan ke dalam jadwal kegitan harian
c. SP 3 pasien :
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan SP 2 )
2. Memilih kempuan ketiga yang dapat di lakukan
3. Melatih kemampuan yang di pilih
4. Memasukkan dalam kegiatan jadwal klien
d. SP 1 keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat
klien
2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat klien dengar harga diri rendah
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
5. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien
e. SP 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Melatyih keluarga merawat langsung klien dengan HDR
3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien
f. SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukkan
F. Evaluasi Keperawatan
Ada pun hal-hal yang di evaluasikan pada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah adalah
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit
d. Klien dapat membeuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang di miliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuanya
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
g. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
h. Klien dapat menerima realita perubahan strukture, bentuk atau
fungsi tubuh.
i. Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah
yang dihadapi
j. Klien dapat melakukan tindakan penampilan integritas tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, S., & Hardi Kususma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. jogjakarta: Mediactions Jogja.
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Muhtin, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.
Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik edisi 9.
Jakarta: EGC.
Stuart, G.W & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
Jakarta: EGC.
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Panduan Praktis Pelaksanaan Terapi Kelompok Pada Pasien Dengan Harga Diri
Rendah. (2021). (n.p.): Media Sains Indonesia