Anda di halaman 1dari 26

Daftar isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. Kerajaan Samudra Pasai
2. Kerajaan Malaka
3. Kerajaan Aceh
4. Kerajaan Demak
5. Kerajaan Banten
6. Kerajaan Mataram
7. Kerajaan Pajang
8. Kerajaan Islam di Kalimantan
9. Kerajaan Islam di Sulawesi
10. Kerajaan Islam di Muluku
11. Kerajaan Ternate
12. Kerajaan Tidore
13. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama islam,
karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu
maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau
miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan
ketakwaan. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang
patut untuk di ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai penelitian
tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian
adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para
sejarawan.

2.      Rumusan masalah
berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
Ø  Bagaimana teori masuknya Islam di Indonesia?
Ø  Bagaimana cara-cara penyebaran islam di Indonesia?
Ø  Apa saja kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
Ø  Jelaskan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia?

3.      Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Ø  Untuk menyelesaikan tugas sejarah Indonesia semester 2
Ø  Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia
Ø  Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
Ø  Mendapatkan nilai yang bagus
BAB 2
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

1.  Kerajaan Samudara Pasai


Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak Samudra
Pasai di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran
perdagangan internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai.
Dengan posisi yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup
pesat baik dalam kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.

Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam
pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Sumatera, daerah yang
pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan
atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1. Nazimuddin Al-Kamil
           Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada Tahun 1238
ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun
sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai.
Tujuannya tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
           Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti Fatimah
di Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka, dikirimlah Syekh Ismail
yang nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu (putra seorang bangsawan Persia,
Marah Gajah). Kerajaan ini berhasil direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik
Al-Saleh. Pada masanya, ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di
Selat Malaka. Ia meninggal tahun 1297.
3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)
Putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi perpecahan antara
kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur. Sultan Mansyur memilih
untuk memisahkan diri ke Aru dan kembali menganut Islam Syiah.
4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal
Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan Delhi,
Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346. Ibnu Batutah
singgah dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan bahwa Islam yang dianut
adalah Islam Syafei dan ada golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.
5. Zainal Abidin (1383-1405)
Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya karena
Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.
6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412).
Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan oleh
bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Ali Mughayat
Syah tahun 1524.             

Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
o    Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
o    Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan
o    Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
o    Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga
selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka.

Kehidupan Sosial
     Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan
okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah
Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
     Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa
orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan
hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


Factor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
o    Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629 M.
o    Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
o    Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin as-
Sumatrani dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
o    Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak, Pahang,
Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.

2.     Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah
membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam di Malaka.
Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia Tenggara. Karena pada
saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam. Dalam
perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga kemudian muncul
sebagai kerajaan besar.

Letak Kerajaan Malaka


Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka.
Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1.  Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan
ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung
Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut
agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp.
Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar
Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405
M).
2.   Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai
yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih
melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai,
sehingga cita-citanya dapat tercapai.
3.   Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta
dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama
bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam
(serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.
4.   Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran
Islam di Asia Tenggara.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya
dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di
wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam  tewas dalam
pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan
sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui
kekuasaan Malaka.
5.   Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka
mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan
merupakan raja yang cakap.
6.   Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi
sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
 Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke
tangan Portugis.
Kehidupan Sosial – Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan
yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh
kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan
Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam
dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan
sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat
individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan
majikan.

Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang
banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting
memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat
kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang
berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah
terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai
bahasa perantara.

3.    Kerajaan Aceh
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun
1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat
kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu waktu,
Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan oleh Alaudin
Riayat Syah Al-Kahar.
3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah Batak, Aru,
Johor, dan Malaka.

4. Sultan Iskandar Muda


Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.

5. Sultan Iskandar Thani


Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun 1638 sampai
1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tidak mengalami
kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh
pertikaian dalam kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka dan
Nusantara.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar Muda.
Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke Semenanjung Malaya
(Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak pada angkatan perang Kerajaan
Aceh. Armada angkatan lautnya merupakan yang terkuat di masa itu.
Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan berkembang
pesat, sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan internasional. Aceh menjalin hubungan
yang baik dengan Kerajaan Turki, Persia, Cina, dan India.

Kehidupan social budaya


Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar
abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri,
Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.

Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya.
Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya
akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh


o   Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang mampu
mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
o   Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan (teuku)
dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
o   Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak,
Minangkabau dan Siak.
o   Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629M.
o   Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan menggeser
daerah perdagangan Aceh.

Kerajaan Demak
Sejarah Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor
kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar,
pendakwah islam paling awal di pulau jawa.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
1.      Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari
kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah di angkat menjadi
bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas
sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi
kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan
masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.

2.    Adipati Unus


Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu
lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang
putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.

3.      Sultan Trenggana


Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha
memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan
Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah
yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan
Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah.
Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti
kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di
peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti
itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.

Kehidupan sosial budaya


      Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang
terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu (tatal). Pembangunan
masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan
dasar-dasar perayaan sekaten yang tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi
tersebut sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton
Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi
kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling
berebut tahta. Hal itu menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.

B.     Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten
     Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari
Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang
wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
     Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat gigih.
Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak.
Pada saat itu di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan
perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.

2. Syeh Maulana Yusuf


     Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan sebutan
Panembahan Yusuf.

3.  Maulana Muhammad


     Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi raja dengan
gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas kerajaan Banten dengan
menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan penyerangan ke Palembang dipimpin oleh
Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari
keturunan orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di
Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.

4. Abdulmufakhir
     Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur. Namun,
karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran Ranamenggala sebagai
mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai
1624.
     Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan lada dan
cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
     Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651 sampai
1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran agama
Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
     Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri, seperti Turki dan
Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan
belanda.

6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar


     Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng Tirtayasa. Sikap
kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Namun, kekuasaan Belanda
semakin kuat di Banten. Akibatnya, kerajaan Banten menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan
Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten dan sebuah meriam "Ki Amuk".

Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang perdagangan.
Hal tersebut disebabkan karena:
o   Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
o   Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
o   Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat sebagai
pelabuhan dagang yang baik.
o   Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah baru di
Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.

Kehidupan social budaya


Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan Masjid Agung
Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid Agung  Banten yang mirip
mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid Agung Banten,
juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa yang dibangun olej Jan Lukas
Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut islam).

C.    Kerajaan Mataram
Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian selatan dengan pusat
Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
o   Pendiri desa mataram tahun 1556
o   bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
o   Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
o   menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba
(kakak perempuan Ki Ageng Henis).
o   Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
o   pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601
o   bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa
o   dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
o   putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
o   Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir
Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
o   meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan
di Kotagede.

3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
o   raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
o   putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
o   meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan
Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing
Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di
Krapyak"

4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden
Mas Jatmika )
o   lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan
Mataram, 1645
o   raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
o   Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan
Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
o   Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
o   kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan
VOC
o   menyerang Batavia sebanyak 2x.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
o   Memerintah pada tahun 1646-1677
o   Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
o   Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu
Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
o   Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
o   menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
o   Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada
tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos
dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-
pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan.
Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap
kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang
tahun 1659.

6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )


o   putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekikdari
Surabaya.
o   Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta
karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama
Kartasura.
o   Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi perebutan
takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran
Puger.
o   Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili
Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung timur
digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
o   Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana. Dengan
bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember
1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada
2 Januari 1680.

7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )


o   memerintah antara tahun 1703– 1705.
o   dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
o   Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden
Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena
berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.

Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam
istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-
anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan


Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir
utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi
arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa
Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang
berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-
Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan
karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari
hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak
terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Kerajaan Pajang
Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
            pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya. Pajang
sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota
dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas
kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik
asal negeri Cina.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1. Jaka Tingkir
            Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki
Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang,
Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
            Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang
dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa
pada abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen
(lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).

2. Arya Pangiri
      Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya
Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
      Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang.
Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan
Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri
Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
      Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri
sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya
Penangsang).
      Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan
orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang
juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang
berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke
Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.

3. Pangeran Benawa
      Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-
1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias
Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak
angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
      Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas
Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan
Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
                       
Kehidupan Sosial Budaya
            Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang
semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi  lumbung beras pada abad ke-16
sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.

Kehidupan Ekonomi
            Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura,
ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada
masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1
dan Jayengrana.
            Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada
di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air
di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di
sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.

Kemunduran Kerajaan Pajang


            Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai
raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
            Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap
Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang
sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
            Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian
menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak
ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri
bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati

3. Kerajaan Islam di Kalimantan


Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905),
Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan
Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan
Gunung Tabur (1820),Kesultanan Pontianak (1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan
Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura
dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-1551). Tanjungpura
dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan
baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin
adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura
dan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas,berlian,padi,dan banyak
bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh
kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi
ekspansi politik VOC.
Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon
ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim
(Hadramaut) yang di antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan
membaca al- Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama
anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut
memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak.
Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat itu dengan
gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan kota dengan
pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn
Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan di
bidang perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari
berbagai negeri.Syarif Idrus memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.
            Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang
mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana
ialah Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di
Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena
itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Habib mendapat banyak simpati dari raja,
Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib Husin al- Gadri pindah dari Matan ke
Mempawah untuk meneruskan syiar Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang
putranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan
sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia
mendirikan keraton dan masjid agung.
4. kerajaan Islam di Sulawesi
1.      Kerajaan Makasar
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan pada
abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling
bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.  Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua
kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-
daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.Seperti yang
terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan
ajaran Islam di Makassar.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
1)      Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri
Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.Pada
pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan
perdagangan.

2)      Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).


Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat
sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke
Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.

3)      Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).


Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.
Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas
wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores). Berkat
penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut
Flores harus singgah di pusat Kerajaan Makasar.
Hal tersebut di tentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di Maluku
teehalang oleh kekuasaan Makasar. Pertentangan antara Makasar dan Belanda sering
menimbulkan peperangan. Bahkan, pertentangan itu sering terjadi di Maluku. Keberanian
Sultan Hasannudin memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan
Belanda semakin terdesak. Kerena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian
Belanda memberikan julukan kepada Sultan Hasanuddin “ Ayam Jantan dari Timur”.
Untuk menguasai Makasar, Belandsa melakukan politik Devide Et Impera, yang
kemudian menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru Palaka
yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap Makasar. Pasukan Belanda
yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak Makasardan dapat menguasai ibu kota kerajaan.
Akhirnya Sultan Hasanuddin terpalsa harus menandatangani perjanjian Bongaya pada
tahun1667M yang isinya antara lain:
o   VOC yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makasar.
o   Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makasar yang diberi nama Benteng
Rotterdam.
o   Makasar harus melepaskan daerah kekuasaanya seperti Bone dan pulau-pulau di luar
wilayah Makasar.
o   Aru Palaka diakui sebagai raja Bone
Meskipun telah menandatangani perjanjian Bongaya, orang-orang Makasar tetap
melakukan perlawanan yang berlangsung selama 2 tahun dengan pusat pertahanan di
Sombaopu. Namun Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu dengan menghancurkan
dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasannudin menyarah.

4)      Raja Mapasomba
            Raja Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra Sultan
Hasanuddin yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.

Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar dibedakan atas 3
lapisan atau kelas, yaitu:
o   Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o   Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o   Ata untuk Hamba Sahaya.

Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur perdagangan antara
Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang menjadi pusat perdagangan.

Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat maritime,
yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat Kerajaan Makasar juga
mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.

5. Kerajaan Islam di Maluku


1. Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah
berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore,Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku,
Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik
dari Nusantara maupun pedagang asing.
A.   Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah
putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan
agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin
memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut
dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah
kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

B.     Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad
ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate
menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate
sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.Sebagai kerajaan yang
bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De
Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab
suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah
keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.

C Kemunduran Kerajaan Ternate.    


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan
Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2.      Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate
dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada tahun 1081
M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa
oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia
masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

A.    Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan


Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-
1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara
itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh
Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean
Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah
adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

B.     Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-
harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari
Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat
sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.

C.     Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan
Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

6. Kerajaan Islam di Papua


Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-
kerajaan Islam di Papua, yakni: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati,
Kerajaan Sailolof Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar,
Patipi, Arguni, dan Wertuar) Kerajaan Kowiai (Namatota),  Kerajaan Aiduma, Kerajaan
Kaimana.
Berikut beberapa pendapat mengenai kedatangan islam di papua:
a.   Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul
Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu
Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali
Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dan
sekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati
tahun 1374.
b.   pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai diperkenalkan di
tanah Papua di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab. Pengislaman ini diperkirakan
terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti adanya Masjid Tunasgain yang
berumur sekitar 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587.
c. pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di
Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan.
d.  pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan
Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh
penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal
Abidin yang memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di
Papua serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan
Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin
Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606
e.  pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara (Ternate-
Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443 Sultan
Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan tanah
besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan
Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo
Gurabesi (Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan
Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah.Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan
Raja Ampat tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan Sailolof,
Kerajaan Batanta, dan Kerajaan Waigeo.

7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. di
perkenalkan oleh Sultan Prapen(1605),Putra Sunan Giri.Namun Islam mungkin masuk ke
Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig dari Makassar antara tahun 1540-
1550. kemudian berkembang kerajaan islam di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan
Selaparang.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang dibawah
pemerintahan Prabu Rangkesari.pada masa itulah Selaperang mengalami zaman keemasan
dan memegang hegemoni di seluruh lombok.Selaperang menjalin hubungan dengan beberapa
negri,terutama Demak,
pada abad ke-17 seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh kekuasaan
Kesultanan Goa.hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok diperepat dengan cara
perkawinan, seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad 18 November
1667 yang sangat merugikan kesultanan Goa,kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai
ditekan oleh VOC. Pusat kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673
dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau
tersebutdengan dukungan kekuasaan Goa.Sumbawa dipandang lebih strategis dari pada
Selaparang.Ancaman dan serangan VOC ( Verenigde Oost Indische Compagnie ) yang terjadi
secara terus-menerus.

 
BAB 3
KESIMPULAN

Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat atau
Cina, kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai jalur seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari sinilah kemudian muncul berbagai
macam kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Setiap kerajaan pasti mengalami proses
pertumbuhan, baik kemunduran maupun kemajuan            ( puncak kejayaan ). Begitu pula
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia yang mengalami pertumbuhan.
Daftar Pustaka

https://nfaridah1412.blogspot.com/2017/07/makalah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html
https://docplayer.info/72931283-Makalah-kerajaan-islam-di-nusantara-kerajaan-samudra-
pasai.html
https://stisnutangerang.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/contoh-makalah-TPKI.pdf

Anda mungkin juga menyukai