Anda di halaman 1dari 27

SISTEM PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA LANSIA

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep.,Sp,Kep.Kom

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Dina Utami 18.061.061.01


Ervina Oktaviana 18.063.063.01
Hesti Iriani 18.066.066.01
Kheny Voice Memah 18.070.070.01
Maria Mayangsari 18.074.074.01
Siti Rosidah 18.093.093.01
Yuliana Yunita M.L 18.099.099.01

Kelas Keperawatan TK 4B Semester 7

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan membahas sistem
pendengaran dan penglihatan pada lansia dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas penulis menyadari bahwa kelancaran dalam


penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-
rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik di ITKes Wiyata Husada Samarinda.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada


rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Samarinda, 12 September 2021

Penyusun,

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia 4
B. Konsep Pendengaran dan penglihatan 5
C. Dampak Psikososial 7
D. Perbedaan Sistem pendengaran dan penglihatan Pada Lansia & Orang
Dewasa 8
E. Kasus 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak langsung menjadi tua, tetapi tumbuh dari bayi, anak-anak, remaja dan
dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Usia Lanjut adalah tahap terakhir dari
siklus hidup manusia, itu adalah bagian tak terelakkan dari proses kehidupan
yang dialami setiap orang. JURNAL 1

Perubahan kondisi fisiologis pada lansia meliputi perubahan pada musku-


loskeletal, pendengaran, penglihatan, sel, kardiovaskuler, respirasi,
persyarafan, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina,
endokrin , dan kulit. Osteoartriris adalah sindroma klinik yang ditandai
dengan kerusakan atau gangguan pada kartilago artikuler, tulang subkondral,
permukaan sendi, sinovium dan jaringan paraartikuler, dengan karakteristik
menipisnya kartilago secara progresif, disertai dengan pembentukn tulang
baru pada tepi sendi (osteofi t) dan trabekula subkondral. Penurunan fungsi
pendengaran secara perlahan lahan akibat proses penuaan yang dikenal
dengan istilah presbicusis. Penyebab terjadinya presbikusis yang tepat belum
diketahui hingga saat ini, namun secara umum diketahui bahwa penyebabnya
bersifat multifaktorial. Diduga timbulnya presbikusis berhubungan dengan
faktor bawaan, pola makan, metabolisme, atheriosklerosis, diabetes melitus,
infeksi, bising, gaya hidup, dan obat-obatan. JURNAL 3

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) telah memperkirakan


bahwa saat ini terdapat 360 juta (5,3%) orang di seluruh dunia mengalami
gangguan pendengaran, 328 juta (91%). Prevalensi gangguan pendengaran
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Kemenkes RI, 2013).
Menurut survei dari Multi Center Study (MCS), Indonesia merupakan salah
satu dengan prevalensi tertinggi dalam gangguan pendengaran yaitu 4,6%
(Tjan dkk, 2013). Gangguan pendengaran dengan angka tertinggi ditemukan
pada kelompok usia ≥75 tahun sebesar 36,6%, disusul dengan kelompok usia

3
65-74 tahun sebesar 17,1%, kelompok usia 55- 64 tahun sebesar 5,7%, serta
kelompok usia <55 tahun sebesar 6,1%.. JURNAL 2

Indonesia merupakan salah satudari lima negara dengan jumlah

penduduk yang mengalami gangguan penglihatan terbanyak. Prevalensi


gangguan penglihatan dengan proporsi terbesar terjadi pada umur 50 tahun
keatas, yaitu 86% dari penderita kebutaan, 80% dari penderita gangguan
penglihatan sedang hingga berat dan 74% dari penderita gangguan
penglihatan ringan. JURNAL 1

Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30%


lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka
tersebut mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh di masyarakat Amerika
Serikat pada umur lebih dari 65 tahun dengan rata-rata jatuh 0,6 per orang,
sekitar 1/3 lansia umur lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya
dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan dirumah sakit. Kejadian jatuh pada
lansia baik di institusi dan di rumah angka kejadiannya mencapai 50%
kejadian jatuh terjadi setiap tahunnya, dan 40% diantaranya mengalami jatuh
berulang prevalensi jatuh tampaknya meningkat sebanding dengan
peningkatan umur lansia yang tinggal di institusi (panti) mengalami jatuh
lebih sering dari pada yang berada di komunitas, mereka secara khas lebih
rentan dan memiliki lebih banyak disabilitas. Kejadian jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. JURNAL 4

TUJUAN PENULISAN

1. TUJUAN UMUM
Penulisan makalah ini bertujuan untuk

a. Memberikan pemahaman mengenai pendengaran dan penglihatan


pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian mengenai pendengaran dan peglihatan pada
lansia
b. Memahami faktor penyebab pendengaran dan penglihatan pada lansia

4
c. Mengetahui tanda dan gejala mengenai pendengaran dan penglihatan
pada lansia
d. Mengidentifikasi penatalaksanaan pendengaran dan penglihatan pada
lansia
B. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat makalah ini adalah:

a. Bagi Mahasiswa
Dapat lebih dalam memahami tentang pendengaran dan penglihatan pada
lansia serta dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pendengaran dan
penglihatan pada lansia.
b. Bagi masyarakat
Di harapkan dapat mengerti bagaimana cara memahami tanda dan gejala
yang dialami dan bisa mencegah gangguan pada pendengaran dan
penglihatan pada lansia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13
tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa (Siti Nur Kholifah, 2016).
WHO menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,  Konsep Lanjut Usia
dan Proses Penuaan  4
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah Kesehatan (Siti Nur Kholifah, 2016).

6
2. Pendengaran
Pendengaran merupakan salah satu sistem indera manusia yang
sangat penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Pada lansia
akan terjadi beberapa perubahan dalam tubuhnya, terutama perubahan
fisik, salah satunya adalah organ pendengaran. Adanya perubahan
seperti atrofi organ-organ telinga dan degenerasi dari sel-sel rambut
telinga dalam akan menyebabkan terjadinya gangguan pendegaran.
Gangguan pendengaran terbagi menjadi tiga yaitu tuli konduktif, tuli
sensorineural, dan tuli campuran. Gangguan pendengaran yang dialami
lansia adalah gangguan pendengaran tipe sensorineural, dimana lansia
akan sulit mengerti pembicaraan pada tempat ramai sehingga akan
membesarkan suaranya supaya terdengar oleh lawan bicaranya.
Dengan adanya gangguan pendengaran, lansia akan mengalami
keterhambatan dalam berkomunikasi dengan orang-orang sekitar dan
menjadikan dirinya terasingkan dalam kehihdupan. Gangguan
pendengaran dapat membuat fungsi seseorang dalam kehidupannya
terganggu yang terlihat dalam kualitas hidupnya. Kualitas hidup
merupakan persepsi subjektif seseorang terhadap kondisi fisik,
psikologis, sosial, dan lingkungan pada kehidupan sehari-hari yang
dialami. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gangguan
pendengaran dengan kualitas hidup lansia (Imanto, 2019)
Menurut WHO, gangguan pendengaran adalah salah satu dari
enam kontributor utama beban penyakit global. Hal ini menjadi
masalah yang semakin penting dalam masyarakat pada umumnya,
bukan hanya karena populasi yang menua, tetapi juga karena kaum
muda semakin banyak menghabiskan waktu luang mereka dalam
kegiatan yang membuat mereka terpapar kebisingan yang berlebihan.
Di sisi lain, pengobatan gangguan pendengaran semakin membaik,
sebagai hasil dari perkembangan teknis bedah otologi, alat bantu
dengar, dan implan koklea. Untuk hampir setiap jenis gangguan
pendengaran, sekarang ada beberapa jenis pengobatan rehabilitatif.

7
Prasyarat untuk perawatan yang efektif adalah diagnosis yang tepat
waktu dan akurat. (Zahnert,2011)
3. Penglihatan
Mata merupakan bagian dari panca indera manusia yang
sangat berharga. Melalui mata kita bisa melihat dunia, membaca
pengetahuan, dan sebagainya. Melalui mata, kita bisa menyambung
kehidupan sehari-hari kita. Lanjut usia merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami
oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia mengalami
banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Masalah-masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering
disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para anjut usia
dan atau keluarganya (istilah 14 I),diantara 14 masalah itu, salah
satunya adalah gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan bisa
disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari
penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
(Ragayu, 2019)
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia,
dengan bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun
menurun. Jatuh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki
tidak dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak,
sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya lantai yang licin dan tidak
merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci,
penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang

8
cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat
memperbesar risiko jatuh pada lansia (Abil,2019)
B. Dampak Psikososial
1. Pendengaran
Adanya perubahan pada pancaindera seperti gangguan
pendengaran merupakan salah satu masalah kesehatan pada lansia. Hal
ini terjadi karena gangguan pendengaran akan membatasi atau
menghambat aktivitas kerja, mobiltas, kapasitas pekerjaan yang dapat
diambil, serta dapat menyebabkan ketergantungan pada bantuan medis.
Seseorang dengan gangguan pendengaran, baik gangguan pendengaran
berat ataupun parsial akan menyebabkan sulitnya berkomunikasi.
Kesulitan dalam berkomunikasi akan menyebabkan seseorang untuk
membatasi aktivitas sehari-hari di hidupnya, sehingga terjadi
penurunan dari kualitas hidup dari lansia. Menjaga kesehatan baik fisik
maupun kejiwaan, lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-
aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia dengan gangguan
pendengaran akan menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi.
Kesulitan dalam berkomunikasi seperti yang telah dijelaskan diatas
akan menyebabkan lansia membatasi diri dalam melakukan berbagai
aktivitas sehari-hari. Pembatasan diri dalam melakukan berbagai
aktivitas dapat menyebabkan lansia merasa kesepian, kurang dihargai,
stress akibat tidak dapat menjalani tugas kesehariannya sehingga
menyebabkan tekanan pada diri sendiri. Perasaan-perasaan yang
dialami lansia tersebut akan menyebabkan depresi walaupun bukan
depresi yang berat. Secara tidak langsung, terdapat hubungan antara
gangguan pendengaran dengan kualitas hidup lansia
2. Penglihatan
Lanjut usia mengalami berbagai permasalah psikologis yang perlu
diperhatikan oleh perawat, keluarga maupun petugas kesehatan
lainnya. Penanganan maslah secara dini akan membantu lanjut usia
dalam melakukan strategi pemecahan masalah tersebut dan dalam
beradaptasi untuk kegiatan sehari hari.

9
Penurunan penglihatan pada lanjut usia umumnya adalah
penglihatan yang menurun akibat kelainan atau gangguan pada mata.
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat. Penurunan penglihatan merupakan
keluhan yang besar bagi lanjut usia, sebab persepsi terhadap
lingkungan berhubungan dengan rasa aman. Ketidakmampuan dalam
menanggapi isyarat fungsi penglihatan inilah yang menyebabkan
kesalahan dalam menangkap respon sensorik yang akan
mengakibatkan kesulitan dalam memahami lingkungan geografis,
bahaya, dan rangsang bergerak. Berkaitan juga status fungsional
seseorang untuk menilai kapasitas kemampuan yang masih dirasakan
oleh individu itu sendiri sebagai contohnya melakukan kegiatan
tertentu seperti membaca, berpakaian, atau berjalan, dapat memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup sehat dan beranggapan bahwa dirinya
masih memiliki peran di kehidupan sosialnya. (Utami, 2020)

C. Perbedaan Sistem Pendengaran Dan Penglihatan Pada Dewasa Dan Lansia


1. Sistem Pendengaran Pada Dewasa Dan Lansia
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara
ke suatu bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung saraf Anatomi dan....
(Puguh SN, HMS Wiyadi) 83 auditorius yang dapat memberikan kode
parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi dalam
stimulus suara.\6 Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi
hidrodinamik yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel
bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan pola energi bunyi pada
OC menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius. Mekanisme transmisi
terjadi karena stimuli bunyi menggetarkan perilim dalam skala vestibuli
dan endolim dalam skala media sehingga menggetarkan membrana
basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu kesatuan yang berbentuk
lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar
seperti gelombang disebut traveling wave. Proses transduksi terjadi karena

10
perubahan bentuk membran basilaris. Perubahan tersebut karena
bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis
bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi sel
rambut dalam dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik.
Potensial listrik ini akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang
berhubungan dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk
disadari sebagai sensasi mendengar (Puguh Setyo N, 2009)
Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi
pada lansia, menyebabkan penurunan fungsi pendengaran. Jenis ketulian
yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya adalah tuli saraf, namun
juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campur (Muyasarroh, 2020)

Resbikusis adalah tuli saraf pada usia lanjut akibat proses degenerasi
(penuaan) organ pendengaran. Proses ini terjadi secara lambat, berangsur-
angsur memberat dan terjadi pada kedua sisi telinga.
Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya merupakan
kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Degenerasi elastisitas gendang telinga
b. Degenerasi sel rambut koklea
c. Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar
d. Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran
e. Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak
f. Degenerasi jangka pendek dan auditory memory
g. Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak
(central auditory cortex)
Usia lanjut terjadi juga perubahan organ telinga misalnya
degenerasi otot-otot dan tulang-tulang pada telinga tengah.
Gejala dan tanda presbikusis secara umum adalah :
• Berkurangnya kemampuan mendengar
• Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan
• Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara
• Terganggunya fisik dan emosional

11
• Hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan penurunan tajam (slooping)
setelah frekuensi 2000 Hz (Muyassaroh, 2020).

2. Sistem Penglihatan Pada Dewasa Dan Lansia


Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak
atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
Seiring dengan pertambahan usia, banyak lanjut usia mempunyai masalah
dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Salah satunya perubahan sensoris yang
ditandai dengan masalah penglihatan yaitu penurunan penglihatan yang
terjadi seiring proses penuaan. Masalah penglihatan merupakan faktor
yang turut berperan dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah
ketergantungan yang lebih besar. Penurunan penglihatan mungkin
merupakan keluhan yang besar bagi lanjut usia, sebab respon-respon
perseptual terhadap lingkungan berhubungan dengan rasa aman.
Penurunan penglihatan (low vision) dan fungsi penglihatan yang dianggap
normal seiring proses penuaan termasuk fisiologi penglihatan yang
berkurang, penurunan kemampuan mata untuk membaca dan penglihatan
warna Kondisi Melihat dalam waktu lama beresiko terkena mata lelah atau
astenopia. Dalam bekerja yang memerlukan waktu lama, biasanya disertai
dengan kondisi yang tidak nyaman. Melihat objek dari dekat dengan
sesuatu yang kecil akan menyebabkan kelelahan mata, selain itu bila
dilakukan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan mata
(Rahayu, 2019)
Presbiopi adalah gangguan penglihatan jarak dekat akibat
penurunan elastisitas lensa dan fungsi otot bola mata seiring bertambahnya
usia. Keluhan yang biasanya dialami adalah:
 Penurunan kemampuan melihat jarak dekat
 Rasa lelah atau pegal pada mata
 Nyeri kepala

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) ada lebih dari 285
juta penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta di

12
antaranya mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta
mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi. 90 persen para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan
ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu
saja tanpa ada tindakan apa pun, maka jumlah penderita gangguan
penglihatan dan kebutaan ini akan membengkak menjadi dua kali lipat
pada tahun 2020. Katarak adalah kondisi saat lensa itu keruh akibat proses
penuaan. Biasanya katarak terjadi pada orang dewasa yang berusia 50-an.
Penderita penyakit tertentu, seperti diabetes, juga dapat mengalami
katarak. Katarak adalah kondisi yang menyebabkan lensa menjadi keruh,
sehingga penderitanya mengalami:
 Penglihatan kabur (seperti melihat asap atau awan atau warna
tampak pudar)
 Ketidakmampuan melihat dalam cahaya yang redup
 Silau ketika melihat cahaya
 Penglihatan ganda
D. Kasus
1. Kasus Pendengaran
Pasien dan keluarga datang ke RS, Keluarga pasien menyatakan sudah 1
minggu pasien susah menerima/mendengar suara, pasien tidak mengerti
terhadap pembicaraan orang. Hasil pemeriksaan didapatkan :
a. Tes berbisik dan tes arloji
Hasil :
1) Klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
2) Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 30
cm
b. Uji rinne
Hasil : klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.

13
2. Kasus Penglihatan
Pasien Tn. S dengan umur 40 tahun mengatakan sejak satu minggu
terakhir ini pasien mengeluhkan terdapat selaput pada mata kiri, Pasien
datang dengan keluhan terdapat selaput pada mata sebelah kirinya pasien
juga merasakan matanya cepat lelah terutama bila membaca, terasa pedas
dan berair. pasien menyangkal pandangannya kabur naik melihat jauh
maupun dekat pasien juga menyangkal belum pernah memakai kacamata
sebelumnya.

14
1. (WOC Tuli Sensorineural_)

Tuli sensorineural

Tuli sensorineural
Tuli sensorineural retrokoklea
koklea
Proses degenerasi Penyebab lain: Pemaparan bising dari
tulang dalam pd lansia Aplasia(kongenital), lingkungan - Neuroma akustik
Tuli mendadak
labirintis(oleh infeksi - Tumor sudut pons serebelum
Presbicusis viru,bakteri), intoksikasi - Mieloma multiple
Lama terpapar, intensitas
Penyebab tertentu obat - Cedera otak
tinggi, frekuensi tinggi
Perubahan struktur (sterptomisin,kanamisin,g - Perdarahan otak
koklea&nervus akustik Iskemia koklea aramisin,neomisin,kina,as - Kelainan otak
etosal,alkohol),trauma Bising dg intensitas > 90dB
Atrofi & degenerasi sel-sel rambut kapitis, trauma akustik
Tuli timbul mendadak
getar koklea, perubahan vaskularis,
Kerusakan reseptor
jumlah&ukuran sel gangliion saraf
pendengaran corti
menurun Tuli unilateral, bilateral
Kesulitan Ketidakmampuan
Pendengaran berkurang secara
Kurang pendengaran, berkomukasi dalam menjalani
perlahan, progresif&simetris Tinitus, vertigo MK: nyeri tinitus, sukar terutama hubungan personal
pada kedua telinga
menangkap percakapan grup yang memuaskan
Sensasi pendengaran MK: Hambatan
dengan intensitas yang Mobilitas Fisik Perubahan Mk : Isolasi
rendah status Sosial
kesehatan
MK: Resiko Jatuh
Mk :
MK: Hambatan Ansietas
Komunikasi Verbal

15
2. WOC Katarak

Trauma Perubahan Kuman

Komprensi Sentral Jumlah Protein


(Serat)

Densitas Membentuk Massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Menghambat
Cahaya
Pre Operasi : Post Operasi :
- Kecemasan - Gangguan
Menigkat rasa
nyaman Penglihatan
- Resiko Menurun / buta
infeksi

- Gangguan sensori
persepsi visual
- Resiko tinggi
cedera

16
C. PENGKAJIAN
1. PENDENGARAN
A. Kasus
Pasien dan keluarga datang ke RS, Keluarga pasien menyatakan sudah 1 minggu pasien
susah menerima/mendengar suara, pasien tidak mengerti terhadap pembicaraan
orang.
B. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Sebelum melakukan anamnesis, pastikan bahwa identitas sesuai dengan catatan
medis. Format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian pada
lansia yangdikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas, alamat,
usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku bangsa.
b. Privasi
Klien yang berhadapan dengan perawat pastikan anamnesis dilakukan ditempat
tertutup dan kerahasian pasien terjaga.
c. Pendampingan
Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin kurang baik untuk
klien dan perawat. Selain itu, pendamping klien dapat membantu
memperjelas informasi yang dibutuhkan, terutama klien lansia yang sulit di
ajak berkomunikasi.
2. Keluhan Utama
a. Klien sulit menerima dan mendengar suara
b. Klien tidak mengerti terhadap pembicaraan orang.
3. Riwayat kesehatan
Kronologi gangguan pendengaran yaitu factor degeneratif yang muncul pada lansia.
Biasanya mengeluh sulit untuk mendengar suara, sulit merespon stimulus yang
berkaitan dengan audiotori.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji adanya riwayat penyakit DM, hipertensi, kelainan jantung. Riwayat
penyakit yang lalu seperti riwayat penyakit musculoskletal sebelumnya riwayat

17
pekerjaan yang dapat berhubungan dengan penyakit tertentu, penggunaan obat,
riwayat mengkonsumsi alkhol dan merokok.
5. Riwayat penyakit sekarang
Kronologi gangguan pendengaran yaitu factor degeneratif yang muncul pada lansia.
Biasanya mengeluh sulit untuk mendengarkan suara, sulit merespon stimulus
yang berkaitan dengan auditori.
6. Pengkajian psikososial dan spiritual.
a. Psikologi : biasanya mengalami stress
b. Sosial : cendrung menarik diri dari lingkungan
c. Spiritual : kaji agama terlebih dahulu, dan bagaimana cara pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya.
7. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi
1) Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein).
2) Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol).
b. Kebutuhan eliminasi
1) BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau.
2) BAB : frekuensi, jumah, warna, bau.
c. Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang atau tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Suhu : 36,5c
3) Nadi : 60x/mnt
4) Respirasi : 18x/mnt
b. Kepala: apakah ada lesi atau tidak, nyeri atau tidak, simetris atau tidak.
c. Muka: simetris atau tidak, adanya nyeri atau tidak.
d. Mata: gangguan penglihatan, penglihatan menurun seperti buta total,
kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda.

18
e. Hidung : gangguan pada penciuman, adanya sinus atau tidak.
f. Telinga: terdapat gangguan pendengaran, terdapat serumen, lakukan tes
bisik, melakukan tes audiometri pada pasien.
g. Mulut dan faring: nafsu makan hilang, muntah selama fase peningkatan
TIK, ketidakmampuan menelan, kehilangan sensasi rasa.
h. Leher : frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan fungsi/
keadaan jantung.
i. Pemeriksaan thoraks
1) Inspeksi: bentuk dan dada simetris
2) Perkusi: resonan
3) Palpasi: vocal premitus simetris antara kanan dan kiri
4) Auskultasi : suara nafas terdengar rongkhi.
j. Abdomen
1) Inspeksi: terdapat nafas perut
2) Auskultasi: bising usus normal
3) Perkusi: timpani
4) Palpasi: distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan)
k. Pemeriksaan integumen : turgor kulit kembali <3 detik.
l. Pemeriksaan ekstremitas bawah: gangguan tonus otot, paralistik hemiplegia
dan terjadi kelemahan umum. Hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral
(adanya sisi tubuh yang berlawanan/pada ekstremitas dan kadang pada satu
sisi) pada wajah.
m. Pemeriksaan neurologis: terdapat gangguan fungsi nervus I-XII serta
adanya hemiplegi kanan dan kiri.

2. PENGLIHATAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
a) Indentitas
Nama : Tn s
Usia : 40 th
Jenis kelami : laki laki
Pada katarak biasanya terihat dan terjadi pada usia 30-40 tahun

19
b) Keluhan utama
1) Penglihatan kabur
2) Persepsi waran turun
3) Diploma dan visus menurun
4) Penglihatan memburuk pada siang hari/silau
5) Mata basah
c) Riwayat penyakit dahulu
1) Akibat trauma
2) Akibat radiasi
3) Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya dan penyakit metabolic lainnya
yang memicu resiko katarak
d) Riwayat penyakit sekarang
1) Penglihatan kabur
2) Persepsi warna turun
3) Penglihatan memburuk pada siang hari
e) Riwayat keluarga
1) Katarak bisa karena kongenita
2) Adanya riwayat kelainan mata family derajat pertama

20
KUISIONER SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

1. Apakah anda tahu apa itu katarak ?


Ya Tidak
2. Manakah bagian tubuh yang dapat terkena katarak ?
Telinga Hidung Mata
3. Menurut anda golongan usia mana saja yang dapat terkena katarak ?
Anak - anak Lansia (45 tahun ke atas)
Dewasa (18-44 tahun) Semua usia
4. Centang dibawah ini yang menurut anda merupakan gejala dari katarak. (Boleh
>1)
Kebutaan Penglihatan buram/kabur
Gatal Sakit kepala/pusing
Tampak bayangan putih Penglihatan berbayang
5. Apakah ada penyakit lain yang dapat membuat katarak ?
Ya Tidak
Jika Ya, Sebutkan

6. Apakah katarak dapat menyebabkan kebutaan ?


Ya Tidak
7. Apakah katarak dapat disembuhkan dengan minum obat ?
Ya Tidak
8. Apakah katarak harus dioperasi ?
Ya Tidak
9. Sudahkah anda melakukan pemeriksaan mata rutin untuk katarak ?
Sudah Belum
Jika Sudah,

21
 Dimana :
 Kapan :
10. Apakah katarak dapat terkena di kedua mata ?
Ya Tidak

22
KUESIONER SISTEM PENDENGARAN PADA LANSIA
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

1. Apakah anda merespon suara yang lazim ?


( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah anda merespon suara yang jauh ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Apakah anda merespon ketika dipanggil ?
( ) Ya ( ) Tidak
4. Ketika seseorang berbicara, apakah anda bisa mendengar ?
( ) Ya ( ) Tidak
5. Apakah anda sudah cukup lama mengalami gangguan pendengaran?
( ) Ya ( ) Tidak
6. Berapa lama anda telah mengalami gangguan pendengaran ?
Centang salah satu dibawah ini.
>3 hari ( )
>5 hari ( )
>1 minggu ( )
7. Apakah sebelumnya anda sudah pernah mengalami gangguan
pendengaran ?
( ) Ya ( ) Tidak
8. Apakah anda pernah mengalami benda asing masuk ke dalam telinga?
( ) Ya ( ) Tidak
9. Apakah anda sering membersihkan telinga ?
( ) Ya ( ) Tidak

10. Dalam membersihkan telinga anda melakukan dengan ?


( )Sendiri ( )Di bantu oleh oranglain
11. Saat membersihkan telinga, anda menggunakan ?

23
( )Lidi kapas ( )Kain/Handuk

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
langsung menjadi tua, tetapi tumbuh dari bayi, anak-anak, remaja dan dewasa, dan
akhirnya menjadi tua. Usia Lanjut adalah tahap terakhir dari siklus hidup manusia,
itu adalah bagian tak terelakkan dari proses kehidupan yang dialami setiap orang.
Perubahan kondisi fisiologis pada lansia meliputi perubahan pada
musculoskeletal, pendengaran, penglihatan, sel, kardiovaskuler, respirasi,
persyarafan, gastrointestinal, vesika urinaria, vagina, endokrin, dan kulit.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat memahami perubahan fisik dan
fisiologis pada lansia. Diharapkan bagi pembaca dapat dengan bijak menggunakan
ilmu dan referensi sebanyak-banyaknya. Pembaca juga dapat memberikan saran
maupun kritikan mengenai makalah ini agar dapat diperhatikan kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, S. N., & Imanto, M. (2019). Hubungan Gangguan Pendengaran dengan


Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Majority, 8(2), 234-239.
Kholifah, Siti Nur. (2016). KEPERAWATAN GERONTIK. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Muyasarroh. (2020). PENURUNAN PENDENGARAN PADA LANSIA
(PRESBIKUSIS). Artikel RSUP Dr. Kariadi.
Nugroho, Puguh Setyo. (2009). ANATOMI DAN FISIOLOGI PENDENGARAN
PERIFER.Jurnal THT, vol. 2, no. 2.
Rudi, A., & Setyanto, R. B. (2019). Analisis faktor yang mempengaruhi risiko
jatuh pada lansia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan
Kesehatan, 5(2), 162-166.
Rahayu, T., & Ardia, V. (2019, December). PEDULI KESEHATAN MATA
LANSIA DI WILAYAH PAMULANG BARAT KOTA
TANGERANG SELATAN. In Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ.
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi.

Utami, K. I. (2020). GAMBARAN AKTIVITAS SEHARI–HARI PADA


LANSIA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Uyun, S. F. (2014). Gambaran konsep diri penyandang tunadaksa: Studi
Fenomenologi pada seorang laki-laki penyandang tunadaksa usia
dewasa madya yang berprofesi sebagai penjual koran (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Zahnert, T. (2011). The differential diagnosis of hearing loss. Deutsches
ärzteblatt international, 108(25), 433.

Anda mungkin juga menyukai