Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Alhamdullah, segala puja dan puji marilah senantinsa kita ucapkan atas limpahan rahmat
dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami.

Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammad SAW. Semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, guru-guru dan orang
terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Amin ya Rabbal Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia Semester Ganjil yang berjudul "Perkembangan Kehidupan Politik dan
Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin".

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurcintama Purba, S.Pd selaku guru pembimbing,
dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga
selesai.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan kami juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
makalah.

16 September 2021

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................................. 2

Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................................. 3
1.1 . Latar Belakang....................................................................................................... 3
1.2 . Perumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3 . Tujuan Penulisan..................................................................................................... 3

Bab 2 Pembahasan
2.1. Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Liberal................................................... 4
2.2. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal.............................................. 12
2.3. Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin............................................. 14
2.4. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin......................................... 15

Bab 3 Penutup
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................17
3.2. Saran.........................................................................................................................18
3.3. Daftar Pustaka..........................................................................................................18
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia menerapkan berbagai macam sistem


pemerintahan dan yang paling mengemuka adalah sistem demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin. Indonesia memasuki masa demokrasi liberal pada awal pengakuan kedaulatan. masa
ini berlaku antara tahun 1950-1959. Masa demokrasi liberal atau parlemeter ditandai dengan
tumbuh suburnya partai politik dan berlakunya kabinet parlementer. Prestasi politik dan kemelut
politik merupakan hal yang terjadi pada masa demokrasi iberal. Prestasi politk berupa
pemberlakuan sistem multi partai dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Kemelut baik
berupa kabinet yang silih berganti dan perdebatan behepanjangan dalam konstituante.

Perjalanan sejarah Indonesia pada masa demokrasi liberal diwarnai pemerintahan dengan
tujuh masa kebinet yang berbeda. Sistem pemerintahan pada masa demokrasi beral menetapkan
bahwa kabinet-kabinet ini bertanggung jawab secara langsung kepada parlemen. Kondisi
Indonesia di masa demokrasi liberal sangatlah rentan karena dalam kurun pemerintahan ketujuh
kabinet tersebut, kinerja kabinetsering mengalami deadlock dan ditentang oleh parlemen. Hal
tersebut terjadi karena adanya kelompok oposisi yang kuat sehingga mengakibatkan timbulnya
konflik kepentingan dalam proses perumusan dan pembuatan kebijakan negara.

Demokrasi liberal mewariskan ketidakstabilan politik yang cukup parah dan membuatkan
berbagai pergolakan serta pemberontakan dalam negeri yang mengancam persatuan bangsa.
Melihat keadaan tersebut, Presiden Soekarno tergerak untuk menerapkan sistem pemerintahan
yang sentralistis yang berpusat di tangan presiden yang kenal dengan Demokrasi Terpimpin
ditandai dengan di keluarkannya dekrit Presiden 5 Juli 1950. Keputusan tersebut diambil atas
pertimbangan menempatkan kesatuan bangsa sebagai yang utama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi Liberal dan demokrasi Terpimpin?


2. Bagaimana Kebijakan Pemerintah pada masa demokrasi Liberal?
3. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada masa demokrasi Liberal?
4. Bagaimana Kehidupan Politik pada masa demokrasi Terpimpin?
5. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada masa demokrasi Terpimpin?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi Liberal dan demokrasi Terpimpin.


2. Untuk mengetahui sejarah demokrasi Liberal dan demokrasi Terpimpin di Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan kehidupan politik pada masa demokrasi Liberal dan
demokrasi Terpimpin.
4. Untuk mengetahui perkembangan kehidupan ekonomi pada masa demokrasi Liberal dan
demokrasi Terpimpin.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Liberal

Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana hukum, kebijakan, kepemimpinan, dan


usaha besar dari suatu negara atau pemerintahan lain secara langsung atau tidak langsung
diputuskan oleh rakyat.
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu 'Demos' dan 'Kratos'.
Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya pemerintahan. Sudah ada tiga jenis demokrasi
yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu Presidensial, Terpimpin dan
Parlementer.
Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk berpartisipasi, baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

 Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan
badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh
seorang Perdana Menteri. Perdana Menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala
Negara. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi parlementer karena pada saat itu
berlangsung pemerintahan parlementer .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah bentuk atau sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya yang
terpilih.
Jadi, pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, untuk
rakyat, dan oleh rakyat.

 Sistem Pemerintahan
A. Kabinet NATSIR (6 September 1950-21 Maret 1951)
B. Kabinet SUKIMAN (27 April 1951-3 April 1952)
C. KABINET WILOPO (3 April 1952- 3 Juni 1953)
D. KABINET ALI SASTROAMIJOYO 1 (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
E. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955- 3 Maret 1956)
F. Kabniet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)
G. Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)

 Ciri-ciri
1) Agama adalah urusan masing-masing individu
2) Mengutamakan kepentingan pribadi
3) Mengutamakan hak asasi yang berkaitan dengan kebebasan
4) Partisipasi politik bisa diikuti semua rakyat
5) Pemerintahan punya kekuasaan terbatas
6) Pemilu secara rahasia
7) kebebasan individu yang di fasilitasi
8) Suara di perlemen bisa membentuk hukum
9) Pembatasan masyarakat antara kaum dan minoritas
 Kelebihan demokrasi liberal
1) adanya kebebasan yang tinggi bagi individu
2) tingginya pendapatan individu
3) tidak disalah gunakan pemerintah kekuasaan
4) kesiapan menang yang lebih tinggi
5) fokus pada rancangan jangka pendek

A. KABINET NATSIR (6 September 1950-20 Maret 1951)

Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir dari partai
masyumi sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin
Masyumi, di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena
tidak diberi kedudukan yang sesuai.
Kabinet ini merupakan kabinet dimana tokoh-tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Mr. Asaat, Ir. Djuanda, dan Prof. Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo, sehingga kabinet ini merupakan Zaken Kabinet (Kabinet yang diisi oleh
kalangan profesional atau kabinet yang sangat ahli di bidangnya dan bukan berdasarkan pada
representatif dari Partai Politik)

Program-program kabinet Natsir diantaranya meliputi:


1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat

B. KABINET SUKIMAN (27 April 1951-3 April 1952)

Setelah jatuhnya kabinet Natsir, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukatro


(PNI) dan Soekiman Wijosandjojo (Masyumi) sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet
koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Sukiman (Masyumi) –
Suwirjo (PNI) yang dipimpin oleh Sukiman.
Adapun program-program Kabinet Sukiman sebagai berikut:
1. Bidang keamanan, menjalankan tindakan – tindakan yang tegas sebagai negara hukum
untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
2. Bidang sosial – ekonomi, mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan
memperbaruhi hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani. Juga mempercepat
usaha penempatan bekas pejuang di lapangan usaha.
3. Di bidang politik luar negri: menjalankan politik luar negri secara bebas – aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya..
4. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat buruh,
perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
Mempercepat persiapan – persiapan pemilihanumum
Hasil yang dicapai:
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Kabinet Natsir. Hanya saja
terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program
menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman, selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin
keamanan dan ketentraman.

Kendala/Masalah yang dihadapi:


1. Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo
dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan
ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkanikatan
Mutual Security Act (MSA). Dimana dalamMSA terdapat pembatasan kebebasan
politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatikan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia
yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah
memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
2. Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada
setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
3. Masalah Irian barat belum juga teratasi. Hubungan Sukiman dengan militer kurang
baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi
pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

C. KABINET WILOPO (3 April 1952- 3 Juni 1953)

Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (PNI) dan
Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur, namun gagal. Kemudian menunjuk
Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet
baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga terbentuklah Kabinet Wilopo.
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
biangnya.

Program Kabinet Wilopo antara lain:


 Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan
DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan kemakmuran, pendidikan
rakyat, dan pemulihan keamanan.
 Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif
menuju perdamaian dunia.

Kendala/ Masalah yang dihadapi:


Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang
eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat. Terjadi defisit kas negara karena
penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen
sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah
yang tidak seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan
TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab
dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya
masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution
yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai
penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen
sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen.
Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel
Gatot Subroto dalam memulihkan keamanan di Sulawesi Selatan. Keadaan ini menyebabkan
muncul demonstrasi di berbagaidaerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu TNI-
AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan.
Tetapi saran tersebut ditolak. Muncullah emosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi
dan reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa ini adalah
gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di
Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha
asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di
Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selamamasa Jepang telah digarap oleh para petani di
Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga padatanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi
kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah
tanpa izin tersebut.
Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI.Akibatnya terjadi bentrokan
senjata dan beberapa petani terbunuh. Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa
bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli).

Berakhirnya kekuasaan kabinet:


Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada
presiden pada tanggal 2 Juni 1953.

D. KABINET ALI SASTROAMIJOYO 1 (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)

Setelah mundurnya Kabinet Wilopo, Presiden Soekarno segera mengumumkan


pembentukan kabinet baru dan menunjuk Sarmidi Mangunsarkoro (PNI) dan Moh.Roem
(Masyumi) sebagai formatur kabinet pada tanggal 15 Juni 1953. Kedua formatur gagal mencapai
kesepakatan dan mereka mengembalikan mandat kepada presiden pada tanggal 24 Juni 1953.
Mukarto Notowidagdo (PNI) sebagai formatur baru pun gagal. Pada tanggal 18 Juli 1953,
presiden menunjuk formatur baru yaitu Mr.Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya (PIR).
Akhirnya pada tanggal 30 Juli 1953, terbentuklah kabinet baru yang dinamakan Kabinet Ali I
atau Kabinet Ali-Wongso. Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Sedangkan,
Masyumi menjadi partai oposisi.
Program – program Kabinet Ali Sastroamidjojo I, yaitu :
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil :
1. Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota
2. Parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.
3. Membaiknya hubungan dengan Cina
4. Terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


1. Menghadapi masalah keamanan di daerah yangb belum juga dapat terselesaikan, seperti
DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
2. Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD. Masalah TNI -AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober
1952. .
3. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
4. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
5. Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkan, NU memutuskan untuk
menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai
lainnya.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :


NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya
inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

E. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955- 3 Maret 1956)

Setelah jatuhnya Kabinet Ali, sebagai gantinya Wakil Presiden Dr. Muh. Hatta menunjuk
Mr. Burhanuddin Harahap (Masyumi) sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru pertama kali di
Indonesia, formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari kepergian Soekarno
naik Haji ke Mekkah. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955, berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 141 Tahun 1955 tertanggal 11 Agustus 1955 dan mulai bekerja
setelah dilantik tanggal 12 Agustus 1955 dengan dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah merupakan kabinet koalisi yang terdiri atas
beberapa partai, bahkan hampirmerupakan Kabinet Nasional, sebab jumlah partai yang
tergabung dalam koalisi kabinet ini berjumlah 13 partai. Tetapi karena masih ada beberapa partai
yang sebagai oposisi tidak duduk dalam kabinet seperti PNI dan beberapa partai lainnya, maka
kabinet ini termasuk kabinet koalisi.
Program – program Kabinet Burhanuddin Harahap, yaitu :
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru
3. Menyelesaikan masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi, perjuangan
pengembalian Irian Barat, dan Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar
negeri bebas aktif

Hasil :
1. Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik
yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik
besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
3. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
4. Terbinanya hubungan baik antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH
Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :


Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan,
maka tanggal 2 Maret 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan
mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum.
Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja, tidak menimbulkan masalah selagi tidak
ada emosi ketidakpercayaan dari parlemen. Tetapi secara Etika politikdemokrasi parlementer,
kabinet ini dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik
untuk anggota DPR maupun konstitusi

F. Kabniet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)

Setelah berakhirnya masa jabatan Kabinet Buharnuddin Harahap, Presiden Soekarno


menerapkan cara yang berbeda dalam menunjuk formatur untuk kabinet selanjutnya. Kali ini,
Presiden Soekarno tidak menunjuk perseorangan menjadi formatur, tetapi menunjuk partai
pemenang pemilu. Nantinya partai tersebut yang akan mengajukan calonnya pada Presiden.
Saat itu, PNI sebagai partai pemenang pemilu berhak menjadi formatur dan mereka
menunjuk Ali Sastroamijoyo dan Wilopo. Tetapi pada akhirnya presiden memilih Ali
Sastroamijoyo menjadi formatur kabinet yang baru dan kabinet tersebut dinamakan Kabinet Ali
Sastroamijoyo II (sering juga disebut Kabinet Ali-Roem-Idham) dengan Ali Sastroamijoyo
sebagai ketua kabinet. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota- anggota
DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
6. Pembatalan KMB (Konferensi Meja Bundar) karena hasil perjanjian ini dianggap lebih
menguntungkan Belanda dibanding Indonesia.
7. Pemulihan keamanan dan ketertiban, serta pembangunan lima tahun
8. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan melaksanakan keputusan KAA.

Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode
planning and investment. Hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


1. Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada
gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di
Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan,
Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi
Utara.
2. Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
3. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib
modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya.
Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional (Gerakan Assaat) dan
berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
4. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI
berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan
parlementer.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :


Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden pada tanggal 14 Maret 1957.

G. Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)

Setelah Kabinet Ali II jatuh, partai-partai politik kembali melakukan politik “dagang
sapi” (tawar-menawar antara beberapa partai politik dalam menyusun suatu kabinet koalisi)
untuk merebut kedudukan. Akhirnya, Presiden Soekarno menunjuk Ir.Djuanda yang nonpartai
untuk membentuk kabinet baru. Kabinet ini dinamakan Kabinet Djuanda dan resmi berdiri
tanggal 9 April 1957.
Kabinet dengan komposisi Ir.Djuanda sebagai perdana menteri dan tiga orang wakil yaitu
Mr.Hardi, Idham Chalid, dan dr.Leimena ini merupakan zaken kabinet, yaitu kabinet yang terdiri
dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan
antara partai politik.

Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga
disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
1. Membentuk Dewan Nasional
2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia
3. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
4. Perjuangan pengembalian Irian Jaya
5. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan. Semua itu dilakukan untuk menghadapi
pergolakan yang terjadi di daerah, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang
sangat buruk.

Hasil :
1. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
2. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai
ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
3. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai
daerah.Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah,
pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI. Diadakan Musyawarah
Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapitidak berhasil
dengan baik.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


1. Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat.
2. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta. Keadaan ekonomi dan keuangan
yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi
liberal mencapai puncaknya.
3. Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden
Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-
purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan
negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah
babak baru sejarah RIyaitu Demokrasi Terpimpin. Berakhirnya kekuasaan kabinet Djuanda
menandakan bahwa demokrasi parlementer telah dianggap gagal. Kegagalan sistem demokrasi
parlementer juga ditandai oleh Kegagalan badan konstituante dalam menyusun UUD baru. hal
ini disebabkan karena :
 Sikap mementingkan kepentingan golongan atau partai politik yang berada didalam
konstituante
 Berbagai peristiwa politik yang merembet pada konflik kepentingan masing-masing
kelompok politik ditubuh konstituante.

2.2 Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal

A. Sistem Ekonomi Gunting Syafruddin

Kebijakan ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS, dan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 1950. Tujuannya untuk
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Milyar. Pelaksanaan kebijakan ini dilakukan
dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian. Yaitu :
 Bagian kanan digunakan untuk penukaran dengan surat obligasi (Pinjaman Nasional)
pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun kemudian
 Bagian kiri tetap digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Namun dengan jumlah
nominal setengah dari nominal utuh uang tersebut.

B. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem ekonomi ini merupakan usaha pemerintah RI untuk mengubah struktur ekonomi
yang berat sebelah yang dilakukan pada masa kabinet Natsir yang direncanakan oleh Menteri
Perdagangan, Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Tujuannya adalah untuk melindungi para
pengusaha dalam negeri dengan cara memberikan bantuan kredit dan bimbingan konkret serta
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (Pembangunan ekonomi
Indonesia). Namun tujuan ini tidak dapat tercapai karena :
 Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal
 Para pengusaha pribumi cenderung lebih konsumtif
 Para pengusaha pribumi ingin cepat mendapat keuntungan dan ingin cepat hidup mewah
namun terlalu tergantung pada pemerintah dan kurang mandiri dalam mengembangkan
usahanya
 Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan sceara cepat
dari kredit yang mereka peroleh
C. Nasinonalisasi De Javasche Bank

Pada tanggal 19 Juli 1951, Kabinet Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche
Bank. Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis.
Pemerintah memberhentikan DR. Houwing sebagai Presiden de Javasche Bank dan
mengangkat Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de Javasche Bank yang baru. Pada
tanggal 15 Desember 1951 diumumkan Undang-Undang No. 24 tahun 1951 tentang
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Sentral yang kemudian pada tanggal 1953, de
Javasche Bank berganti menjadi Bank Indonesia.

D. Sistem Eknomi Ali-Baba

Sistem ini diprakarsai oleh menteri ekonomi pada masa Kabinet Ali I, Mr. Iskaq
Tjokrohadisurjo, Tujuannya adalah untuk memajukan pengusaha pribumi supaya para pengusaha
pribumi bekerja sama memajukan ekonomi nasional. Ali digambarkan sebagai pengusaha
pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi seperti para pedagang
Tionghoa. Pelaksanaannya berupa :
 Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha swasta nasional yang ada
 Pemeirntah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan asing
yang ada.
 Pengusaha pribumi di wajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab
kepada para tenaga bangsa Indonesia supaya dapat mengemban jabatan sebagai staf.

Namun pelaksanaan ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab pengusaha pribumi kurang
berpengalaman dibandingkan pengusaha non pribumi sehingga pendapatan pengusaha pribui
masih kalah dengan pengusaha non pribumi.

E. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada mas apemerintahan Kabinet Burhanuddi Harahap dikirim seorang delegasi Jenewa,
Swiss untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan Belanda
yang dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung pada tanggal 7 Januari 1956. Tujuannya adalah
untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Adapun kesepakatan yang ada
pada Finek antara lain :
 Hasil KMB dibubarkan
 Hubungan Finek Indoensia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
 Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional

Hasilnya, Pemerintah Belanda tidak mau menandatangani sehingga Indonesia mengambil


langkah secara sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap
melakukan pembubaran Uni-Indoensia dan pada tanggal 3 Mei 1956 Presiden Sukarno akhirnya
menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Sehingga banyak pengusaha Belanda
menjual perusahaannya dimana pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan
tersebut.

F. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Dikarenakan masa kerja kabinet pada masa demokrasi liberal sangat singkat dan program
pelaksanaannya terus silih berganti menyebabkan politik dan ekonomi menjadi tidak stabil .
Inflasi dan eknomi terus merosot dan pelaksanaan pembangunan berjalan lambat.
Pemerintahan membentuk Badan Perancang Pembangunan Nasional yang disebut Biro
Perancang Negara. Tugasnya adalah merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda juga
diangkat sebagau menteri perancang nasional pada saat itu. Biro Perancang Negara ini berhasil
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RLTP). RLTP disetujui oleh DPR pada tanggal
11 November 1958. Pelaksaannya direncanakan pada tahun 1956-1961. Pembiayaan RPLT
diperkirakan Rp. 12,5 milyar. Namun RPLT tidak dapat berjalan dengan baik karena :
 Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat yang mengakibatkan
ekspro dan pendapatan negara merosot
 Perjuangan pembebasan Irian Barat menimbulkan gejolak ekonomi
 Adanyaketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing

7. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut diatasi untuk sementara waktu dengan dilaksanakannya Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap). Tujuannya adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat
dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang.
Dalam Munap ini, sasaran dan prioritas RLTP juga diubah pada tahun 1957. Namun rencana
pembangunan yang dihasilkan dari Munap tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik
disebabkan oleh :
 Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas
 Terjadinya ketegangan politik Indoensia-Belanda dan ketegangan politik tersebut
memuncak saat menyangkut masalah Irian Barat yang berujung pada kontraversi bersenjata
 Timbulnya pemberontakan PRRI/Persemesta dan misi penumpasannya membuat defisit
Indoneisa meningkat

2.3 Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin

Perkembangan politik

       Politik pada masa  demokrasi terpimpin di latar belakangi dengan ketidak stabilannya secara
nasional pada masa demokrasi parlementer.
Oleh karena itu muncul gagasan untuk melaksanakan model pemerintahan demokrasi
terpimpin dan kembali kepada UUD1945.DI tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno
mengeluarkan dekrit presiden 5 juli 1959 yg isi nya:
1. Menetapkan pembubaran konstituente
2. Menetap kan UUD 1945 berlaku kepada seluruh rakyat bangsa indonesia
3. Pembentukan MPRS & DPAS

Kembalinya berlaku UUD 1945 melalui dekrit presiden 5 juli 1959 sangat di terima baik oleh
rakyat indonesia.berakhirnya masa demokrasi parlementer dan di gantikan dengan demokrasi
terpimpin.
Pada saat itu juga sistem kabinet parlementer di tinggal kan dan kabinet pada masa
demokrasi terpimpin adalah kabinet presidensial yaitu:
1. Kabinet kerja 1
2. Kabinet kerja 2
3. Kabinet kerja 3
4. Kabinet kerja 4
5. Kabinet dwikorsa 1
6. Kabinet dwikorsa 2
7. Kabinet dwikorsa 3

Walaupun bertujuan menata kembali kehidupan politik dan pemerintahan yg belum stabil
dan di terima baik masyarakat.
Dalam perkembangan nya demokrasi terpimpin banyak melakukan kesalahan penyimpangan
yaitu:
1. Presiden menunjuk/mengangkat majelis permusyawaratan rakyat sementara(MPRS),yg
seharusnya MPRS dipilih melalui pemilu
2. Presiden membubarkan DPR yg hasil pemilu 1955 diganti dengan "dewan perwakilan
rakyat gotong royong"(DPR-GR) yg seharus nya kedudukan DPR dan presiden
setara.presiden tak dpt membubarkan DPR dan begitu pula sebaliknya
3. Pengangkatan presiden seumur hidup yg sebagaimana presiden di pilih 5 tahun sekali
sebagai mana amanat UUD 1945
4. Penyimpangan politik luar negri.politik luar negeri indonesia condong ke blok timur
padahal indonesia adalah politik luar negri aktif

Intinya penyimpangan UUD1945 yg terjadi pada masa terpimpin di sebabkan terlalu


besar kekuasaan yg dimiliki presiden

2.4 Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin

Kondisi perekonomian yang buruk menjadi salah satu alasan Demokrasi Terpimpin
(1959-1965) gagal di Indonesia. Kondisi ekonomi kala itu menjadi salah satu kondisi terburuk
dalam catatan sejarah Indonesia. Beberapa masalah yang dihadapi yakni:
1. Ekspor dan invesasi merosot
2. Menipisnya cadangan devisa
3. Inflasi mencapai ratusan persen
4. Harga kebutuhan pokok mahal

Adapun penyebabnya antara lain:


1. Indonesia baru merdeka
2. Pemberontakan dan gejolak politik terjadi berulang kali
3. Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat
4. Anggaran negara dihamburkan untuk proyek politik Presiden Soekarno
5. Kebijakan yang dikeluarkan gagal untuk menyelamatkan

Upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi atau menghadapi kondisi ekonomi indonesia


saat itu, yaitu :
1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Badan Perancangan
PembangunanNasional (Bappenas)

Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan


PerancangNasional (Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin. Dapernas
kemudianmenyusun program kerjanya berupa pola pembangunan nasional yang disebut sebagai
Pola Pemangunan Semesta Berencana dengan mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu
pelaksanan pembangunan. Pola Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas Blueprint
tripola aitu proyek pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan
pembngunan.
Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas)
yang dipimpin Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas. Tugas Bappenas adalah
menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek.

2. Penurunan nilai uang

Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai uang. Gimana sih
penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk uang kertas pecahan Rp500 nilainya akan
berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu, semua simpanan di bank yang melebihi
Rp25.000 akan dibekukan.

3. Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski
begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian
diatur atau dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak
diabaikan.

4. Pembangunan Proyek Mercusuar


Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar.
Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian dari
luar negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai
tandingan dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO yang
sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia,
Jembatan Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

A. Demokrasi Liberal
1. Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer adalah sistem pemerintahannya
berlandaskan UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
tahun 1950). Artinya, para kabinet-kabinet atau para menteri bertanggung jawab
kepada parlemen.
2. Demokrasi Liberal memberikan kebebasan seluas-luasnya pada setiap indiviidu dalam
berserikat.
3. Pada masa Demokrasi Liberal ini pemerintah menetapkan bahwa voting atau
pemugutan suara merupakan salah satu cara masyarakat agar dapat berpolitik.
4. Adanya multi partai menyababkan terpecahnya dua golongan yaitu mayoritas dan
minoritas yang menyababkan kepetingan masing-masing partai politiknya sendiri
dibandingkan kepentingan bersama rakyat.
5. Dilihat dari sistem ekonominya, pemerintah memberikan kebebasan setinggi tingginya
kepada setiap individu untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Maksudnya
disini, perekonomiannya menyangkut pada ekonomi pasar dan menjunjung tinggi
terhadap hak kepimilikan pribadi.
6. Upaya-upaya pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi antara lain, Kebijakan
Gunting Syafruddin, Sistem Ekonomi Gerakan Banteng, Nasionalis De Javanesche
Bank, System Ekonomi Ali Baba, Rencana Pembangunan Lima Tahun, Musyawarah
Nasional Pembangunan, dan Pembangunan Uni Indonesia-Belanda.

B. Demokrasi Terpimpin
1. Demokrasi terpimpin adalah suatu system pemeritahan yang kebijakan dan
keputusannya dijalankan oleh satu orang saja, yaitu pemimpin pemerintahan. Artinya,
Negara menganut system Negara demkrasi terpimpin dibawah penguasa tunggal.
2. Demokrasi terpimpim ini berawal pada 5 Juli 1959 setelah Soekarno mengeluarkan
Dekrit di tanggal tersebut.
3. Keadaan ekonomi pada masa ini cukup buruk. Maraknya korupsi di kalangan birokat
dan militer mengakibatkan pendapatan Indonesia dari ekspor mengalami penurunan
drastis, inflasi juga cukupparah terjadi karena tidak stabilnya ekonomi saat itu.
3.2 Saran

Dari kesimpulan dan pembahasan di atas, system demokrasi liberal dan terpimpin, kami
mengajukan beberapa saran, sebagai berikut :
1. Hasil pembahasan ini hendaknya bahan referensi bagi pembaca sebagai tambahan
dalam wawasan keilmuan tentang sejarah Demokrasi Liberal (1950-1959) sampai
Demokrasi Terpimpin (1959-1965) di Indonesia.
2. Dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengemangkan pengetahuan dalam
demokrasi dalam bernegara.
3. Dapat bekerja sama, khususnya bekerja sama dalam membangun dalamn negara kita
bersama- sama sebagi bentuk Nasionalisme, sadar akan kepentingan bersama lebih
baik disbanding kepentigan golongan. Selain itu, kita juga perlu menumbuhkan sikap
saling bahu membahu terhadap sesama dan melestarikan gotong royong kembali.
Dengan sikap tersebut, maka perlahan-lahan kehidupan bernegara kita akan sejahtera.

3.3 Daftar Pustaka

Herimanto, Targiyatmi Eko. 2019. Sejarah Indonesia 3. Solo: PT Tiga Serangka Pustaka
Mandiri

https://drive.google.com/file/d/1RmDZLuOsi1Mw7DCnUNouCFYIHX5Fh5Yf/view?usp=drive

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-ekonomi-liberalis/

https://media.neliti.com/media/publications/206618-none.pdf

https://repository.unikom.ac.id/66310/1/Aryo%20Suryono%2041716024.pptx

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/02/12/183000469/demokrasi-
indonesia-periode-demokrasi-terpimpin-1959-1965

https://www.google.com/amp/s/www.ruangguru.com/blog/kehidupan-ekonomi-bangsa-
indonesia-di-masa-demokrasi-liberal%3fhs_amp=true

 https://m.diadona.id/d-stories/9-ciri-ciri-demokrasi-liberal-di-indonesia-serta-kelebiahn-dan-
kekurangan-sistem-pemerintahan-di-mas.html

https://www.wikiwand.com/id/Sejarah_Indonesia_(1950%E2%80%931959)#:~:text=Kabinet
%20Natsir%20jatuh%20pada%2021,Pemerintah%20mengenai%20DPRD%20dan%20DPRDS.

https://www.google.com/amp/s/belajarsam.com/kabinet-demokrasi-liberal/

https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/
https://www.ruangguru.com/blog/kehidupan-ekonomi-bangsa-indonesia-di-masa-demokrasi-
liberal?hs_amp=true

Anda mungkin juga menyukai