Anda di halaman 1dari 19

WEBSITE SEBAGAI MEDIA MARKETING UNIVERSITAS RIAU

Oleh:
Listya Oktaviana

1. Pendahuluan

Tersebarnya berbagai jenis informasi dengan mudah tidak dapat dipungkiri merupakan
salah satu dampak dari globalisasi informasi. Globalisasi informasi merupakan istilah yang erat
kaitannya dengan hubungan antar bangsa dan manusia diseluruh dunia melalui informasi. Dan
salah satu ciri dari globalisasi informasi saat ini adalah dengan berkembangnya media internet,
internet merupaka media online yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh generasi manusia untuk
sebagai sarana paling efektif dan efisien dalam mengakses informasi. Dampak dari efektif dan
efisien adalah berubahnya perilaku dalam pencarian informasi. Perubahan manusia diseluruh
dunia dalam mengakses informasi yang sebelumnya hanya dengan media elektronik dan media
cetak, seperti televisi, radio dan surat kabar untuk membantu mereka mendapatkan dan mencari
informasi, kini melalui media online semua orang dengan mudah untuk mendapatkan informasi
tersebut tanpa ada batas ruang, tempat dan waktu.

Melihat fenomena tersebut bahwa media online membawa dampak dan pengaruh yang
sangat signifikan bagi penggunanya. Dan dampak yang terlihat adalah perubahan pola perilaku
manusia dalam mengakses informasi diseluruh dunia, termasuk generasi manusia di Indonesia,
terutama dalam mengakses berbagai jenis kebutuhan baik itu informasi hiburan, pendidikan,
kesehatan, maupun informasi-informasi publik lainnya. Generasi adalah sekelompok orang yang
mempunyai karakteristik berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan karakteristik adalah salah
satu penyebab manusia memiliki perilaku pencarian informasi yang berbeda, karena setiap
generasi hidup pada era dan perkembangan jaman yang berbeda, termasuk perkembangan
teknologi informasi. Setiap generasi memiliki persamaan atau perbedaan perilaku pencarian
informasi, seperti pola pencarian informasi, prosedur pencarian informasi, pemanfaatan media-
media untuk mengakses informasi baik media online ataupun media cetak serta penggunaan
sumber informasi.
Generasi di Indonesia terutama pada kalangan lingkungan akademisi seperti dosen,
mahasiswa ataupun peneliti menjadikan teknologi seperti gadget dan internet sebagai sarana
yang efektif untuk mereka mengakses kebutuhan informasi ilmiahnya. Informasi ilmiah pada
dasarnya adalah jenis informasi yang sulit untuk diperoleh, sebab untuk mendapatkannya
diperlukan suatu proses tertentu agar mendapatkan nilai keilmiahan yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun intelektual.

Dalam fungsinya sebagai pusat informasi, perpustakaan sangat disibukkan dengan


kegiatan mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan menyebarkan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya. Didalam menjalankan fungsinya untuk melayani kebutuhan
penggunanya tersebut, perpustakaan dipacu untuk melihat kemajuan teknologi sebagai partner
yang membantu fungsi perpustakaan itu sendiri. Penggunaan teknologi  komputer yang terus
berkembang, dimanfaatkan untuk sarana penyimpanan dan temu kembali informasi yang efisien
dan efektif. Dengan berkembangnya teknologi Internet, keberadaan website menjanjikan sebagai
sarana yang efektif untuk memasarkan produk-produk layanan perpustakaan  untuk mencapai
target pengguna yang diinginkan.

2. Marketing Perpustakaan
a. Marketing adalah suatu proses social dan manejerial dimana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar produk yang bernilai dengan pihak lain (kotler, 1997:9).
Dengan demikian pemasaran adalah pertukaran dimana unsur yang mempunyai nilai
dipertukarkan antara produsen dengan konsumen: suatu cara untuk mendapatkan
hubungan yang saling menguntungkan antara perpustakaan dengan pemustakanya.
Proses pemasaran merupakan rangkaian kegiatan yang berawal dari analisa
pemustaka untuk menentukan kebutuhannya dan berlanjut pada komunikasi yang
dibangun oleh perpustakaan dengan pemustaka dalam hubungan dengan penyajian
produk untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Selanjutnya terdapat
beberapa kegiatan kunci yang harus dilakukan dalam marketing, yaitu :
1.   Melakukan riset dan analisis tentang kondisi pasar yang ada, dimana perpustakaan
dapat menawarkan layanannya.
2.   Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar, serta apa saja yang sudah
terpenuhi.
3.  Melakukan analisis kekuatan dan kelamahan perpustakaan, baik pada sumber daya
manusia maupun sumber-sumber lainnya, serta bidang keahlian khusus yang
dimiliki.
4.   Memahami kompetisi yang ada.
5.  Merancang penawaran layanan yang menggambarkan kemampuan dan kekuatan
perpustakaan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengguna sasaran.
6.  Membuat pengguna actual dan potensial tahu tentang adanya layanan
perpustakaan yang ditawarkan.
7.  Melakukan monitor dan pengukuran kepuasan pengguna pada layanan
perpustakaan yang ditawarkan.
Sebagaimana telah diungkapkan di atas, meskipun  dikatakan sebagai organisasi nirlaba,
perpustakaan sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelayanan kepada pemustaka, tetaplah
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik. Sebuah pelayanan di perpustakaan dapat
dinilai baik, apabila pelayanan tersebut dapat memberikan nilai kepuasan bagi pemustakanya.
b. Strategi Dan Kegiatan Marketing
Dalam strategi marketing terdapat beberapa elemen kunci, yaitu : 
1.   Melakukan riset tentang siapa pengguna perpustakaan, layanan seperti apa yang
mereka inginkan, dan keuntungan apa yang mereka harapkan dengan
menggunakan perpustakaan.
2.   Melakukan riset dan analisis tetang kekuatan, kelemahan perpustakaan dan
kesempatan yang ada serta layanan-layanan yang telah tersedia.
3.   Melakukan riset tentang kekuatan dan kelemahan dari kompetisi yang ada.
4.   Memahami perbedaan-perbedaan yang nyata antara perpustakaan dengan
pesaingnya.
5.   Melakukan posisioning yaitu menanamkan kesan tentang perpustakaan dan
layanan yang disediakan.
6.   Membuat identitas lembaga yang menggambarkan citra yang diharapkan.
 Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perpustakaan untuk dapat memberikan kepuasan
kepada pemustaka. Salah satu hal yang dapat diberikan oleh perpustakaan untuk dapat
memberikan kepuasan kepada pemustaka adalah dengan memberikan pelayanan yang baik
kepada mereka. Adanya penerapan sebuah konsep layanan yang berorientasi kepada pemustaka
sangatlah diperlukan, karena fungsi dari lembaga informasi adalah untuk mendekatkan
kebutuhan pemustaka. Lembaga informasi/ perpustakaan memiliki tugas untuk memfasilitasi,
bukan untuk mensabotase kebutuhan pengguna (Raddom, 1996 : 112).
Dalam dunia pemasaran dikenal sebuah konsep yang dikenal dengan bauran pemasaran
dengan paradigma 4C, yaitu sebuah konsep pemasaran yang berorientasi kepada konsumen
dalam menjual produknya. Apabila diterapkan di perpustakaan, produk yang dijual dalam hal ini
adalah jasa yang diberikan oleh perpustakaan kepada pemustaka. Salah satu bentuk jasa dalam
hal ini adalah pelayanan informasi yang diberikan perpustakaan kepada pengguna. Bauran
pemasaran (marketing mix) dengan paradigma 4C yang terdiri dari costumer value, cost to the
costumer, convenience dan communication. Konsep tersebut saling berhubungan erat dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang maksimal.

Melihat sudut pandang tentang kegiatan pemasaran di perpustakaan adalah bahwa


kegiatan tersebut dimulai dari pemustaka dan persepsinya, perpustakaan Universitas Riau
membuat layanan media online berbentuk website.

3. Website
Website adalah sering juga disebut Web, dapat diartikan suatu kumpulan-
kumpulan halaman yang menampilkan berbagai macam informasi teks, data, gambar
diam ataupun bergerak, data animasi, suara, video maupun gabungan dari semuanya, baik
itu yang bersifat statis maupun yang dinamis, yang dimana membentuk satu rangkaian
bangunan yang saling berkaitan dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan
halaman atau hyperlink. Halaman website biasanya berupa dokumen yang ditulis dalam
format Hyper Text Markup Language (HTML), yang bisa diakses melalui HTTP, HTTP
adalah suatu protokol yang menyampaikan berbagai informasi dari server website untuk
ditampilkan kepada para user atau pemakai melalui web browser.
Banyak alasan kenapa website digunakan sebagai media oleh perpustakaan yaitu
dengan menggunakan website bearti kita memperluas jangkauan promosi dari suatu
produk layanan. Bisa menjadi media tanpa batas sebab dengan memiliki website
perpustakaan sudah memiliki banyak karyawan untuk mempromosikan produk layanan
selama 24 jam. Selanjutnya website dapat menjadi media untuk mengenalkan dan
membentuk citra positif dari perpustakaan.
4. Website Sebagai Media Marketing Universitas Riau
Seperti yang terdapat dalam undang-undang nomor 43 tahun2007 tentang
perpustakaan nomor 19 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa Pengembangan perpustakaan
merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan,
baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. (2) Pengembangan perpustakaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
5. Website Perpustakaan Universitas Riau
Gambar 1.1

Gambar 1.1 memperlihatkan beranda atau tampilan depan dari website perpustakaan Universitas
Riau. Di laman beranda pengguna / pemustaka dapat langsung melihat jam layanan, kontak,
layanan yang disediakan serta fasilitas yang dimiliki oleh perpustakaan. Perpustakaan
universitas riau berusaha membuat tampilan beranda semenarik mungkin untuk menarik
pengguna / pemustaka. Sesuai dengan konsep marketing yang diterapkan yaitu customer value
dimana pemustaka akan menilai kebutuhannya dapat terpenuhi atau tidak diperpustakaan
dengan, demikian costumer need and want pemustaka merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pengembangan sebuah produk atau jasa di perpustakaan melalaui konten
yang disediakan pada website.
Gambar 1.2

Gambar 1.2 dalam fungsinya sebagai penyedia informasi ilmiah perpustakaan universitas riau
memberikan layanan literature online serta media partner yang sangat membantu mahasiswa,
dosen atau peneliti untuk mencari rujukan ilmiah. Penyediaan layanan berasal dari melihat Sudut
pandang tentang kegiatan pemasaran di perpustakaan adalah bahwa kegiatan tersebut dimulai
dengan pemustaka dan persepsinya tentang biaya dan keuntungan (Cost to the Costumer)yang
diperoleh dari perilaku yang diinginkan perpustakaan. Pemustaka menyeimbangkan perolehan
keuntungan dari tindakan yang dilakukan dengan biaya yang dikeluarkan. perpustakaan harus
dapat memberdayakan sumber-sumber informasi baik yang ada didalam maupun di luar
perpustakaan, dengan demikian diharapkan perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pemustaka
sesuai dengan keinginannya. Bila tidak terpenuhi, perpustakaan sebagai lembaga informasi bisa
ditinggalkan oleh pemustakanya.
Gambar 1.3

Gambar 1.3 Untuk membuat suatu pertukaran, para pemasar harus mampu membuat kontak
langsung maupun tidak langsung dengan konsumen sasaran. Untuk masalah produk, hal berarti
bahwa barang-barang tersebut harus disampaikan dan didekatkan secara fisik. Untuk  pelayanan,
berarti membuat pelayanan tersebut tersedia di saat dan di tempat konsumen menggunakannya.
Dalam penerapa konsep ini perpustakaan harus dapat melihat dari kaca mata pemustaka sebagai
pengguna.  Perpustakaan harus dapat melihat kemudahan atau kenyamanan (Convenience) akses
informasi yang berorientasi kepada kepuasaan pemustaka.
Gambar 1.4

Gambar 1.5
Gambar 1.6
Gambar 1.7

Gambar 1.4 sampi dengan gambar 1.7 mengharuskan setiap pustakawan untuk dapat
mensosialisasikan produk dengan konsep komunikasi. Komunikasi merupakan konsep yang
tidak dapat ditinggalkan dalam memasarkan suatu produk atau jasa. Perpustakaan merupakan
organisasi nirlaba yang tidak dapat mengabaikan komunikasi sebagai salah satu cara
mengkomunikasikan semua produk/jasa yang akan dipasarkan, baik itu mengenai organisasi,
staf, fasilitas dan layanan. Komunikasi dalam organisasi memiliki sasaran yang luas, akan tetapi
komunikasi dalam konteks pemasaran lebih di fokuskan kepada aspek promosi nonprofit supaya
saja dan layanan diperpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan menggunakan
media website.

6. Penutup
Dalam konteks marketing dengan menggunakan media website perpustakaan harus dapat
membuat perencaan yang baik dan optimal. Perpustakaan perlu memahami jenis dan kebutuhan
pemustaka. Dengan memahami jenis dan kebutuhan pemustaka maka perpustakaan dapat
mengidentifikasi jenis konten yang dapat dan harus di tampilkan pada platform website.
Pemilihan jenis konten website didasari kepada kebutuhan pemustaka dan analisa dengan
menggunakan konsep marketing perpustakaan yang berorientasi kepada konsumen dalam
menjual produknya. Hal terpenting yang harus disadari oleh perpustakaan bahwa pemasaran
dengan menggunakan media website akan membawa konsekuensi komunikasi yang lebih
terbuka antara perpustakaan dan pemustaka. Dan perpustakaan universitas riau terus berupaya
untuk lebih mengembangkan media internet khususnya website sebagai media marketing untuk
lebih dekat dengan pemustaka dan memberikan layanan terbaiknya.
Semua layanan dan fasilitas perpustakaan universitas riau dapat di akses melalui laman
:http//lib.unri.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.


Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT Prenhallindo.

Kotler, Philip, Andreasen, Alan R. 1995. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba.


Yogyakrata : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai