NIM : 1902010252
Kelas : Manajemen F 2019
Mata Kuliah : Manajemen Kualitas
Gambar 1 Mesin Auto Carper Gambar 2 Alat Adjust Angin Auto Carper
4. Improve
Pada tahapan improve, yang dilakukan adalah melakukan usulan
perbaikan berdasarkan diagram fishbone yang telah diperoleh. Implementasi yang
dilakukan pada mesin adalah dengan melakukan pemasangan alat ukur tekanan
angin di unit mesin auto capper. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui berapa
kondisi aktual angin, tekanan bar yang dipakai pada kerja mesin auto capper
tersebut.
Setelah dilakukan instalasi alat set bar auto capper lalu dilakukan proses validasi
dari jumlah bar yang diperlukan untuk mesin auto capper. Proses yang dilakukan
adalah:
a. Dilakukan beberapa sample variasi dari jumlah tekanan bar yaitu : 2.2 bar, 3
bar, 4 bar, 5 bar , 6 bar.
b. Lalu dilakukan aging didalam oven pada temperature 380C selama 16 jam
Jika dilihat pada gambar bagian 1 terlihat bagian pasta yang mencair
keluar dari area tutup dan body kemasan pasta,hal tersebut yang terjadi pada
tekanan bar : 2.2 bar, 3 bar, 4 bar, dan 6 bar. Dan pada gambar bagian 2 terlihat
bagian pasta yang mencair tidak keluar dari area tutup dan body kemasan pasta
hal tersebut yang terjadi pada tekanan 5 bar. Berdasarkan hasil validasi di atas
jumlah bar yang dipakai adalah pada tekanan 5 bar dikarenakan berasarkan data
didapatkan hasil 0 % bocor.
Implementasi perbaikan yang dilakukan pada faktor metode adalah
dengan thermometer dan memasang forr reford temperature pada area dry
produksi dan area warehouse. Hal ini bertujuan agar bisa diketahui secara detail
data kuantitatif dari temperature area tersebut. mplementasi perbaikan yang
dilakukan pada faktor environment adalah dengan mencari penyebab yaitu suhu
temperatur area ruang penyimpangan di atas standar, dikarenakan kondisi
overload kapasitas produksi, sehingga produk disimpan di lokasi yang bukan
seharusnya. Implementasi yang dilakukan adalah dengan melakukan order PO
costumer dengan menyesuaikan dari kapasitas produksi.
5. Control
Pada tahap ini dilakukan pengukuran dan pengendalian terhadap kegiatan
usulan perbaikan dan implementasi yang telah dilakukan pada line Kiwi Pasta PT.
LF Beauty Manufacturing Indoneia. Pada tahap control ini akan diketahui apakah
tindakan perbaikan yang telah dilakukan dapat memberikan peningkatan kualitas
pada produk atau tidak. Pada tahap control ini yang dibaca adalah defect tersebut
tidak akan timbul lagi dengan complaint yang sama dikemudian hari. Pada
akhirnya dapat menghilangkan defect tersebut.
Setelah dilakukan perbaikan selama 6 bulan, diperoleh peningkatan nilai
sigma dari 4,200 menjadi 5,280, berdasarkan keluhan pelanggan PT JHHP pada
bulan Juli 2016 . Pengukuran Sigma Quality Level digunakan sebagai
pembanding (benchmark) terhadap proses terbaik dan juga sebagai data terukur
untuk menetapkan target perbaikan selanjutnya. Dengan adanya ukuran / metrik
yang telah diketahui, maka kita akan dapat melihat besarnya progress yang
dicapai setelah dilakukan improvement dan hasilnya apakah telah sesuai dengan
target atau tidak.
Sumber: Nelfiyanti Dkk. 2018. Implementasi Six Sigma untuk Perbaikan Kualitas
Produk Kiwi Paste Berdasarkan Keluhan Pelanggan (Studi Kasus Di PT LF
Beauty Manufacturing Indonesia). Jurnal Sistem dan Manajemen Industri Vol 2
No 1 Juli 2018, 41-50. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas muhammadiyah Jakarta, Jl. Cempaka Putih Tengah III No.24,
RT.11/RW.5, Jakarta Pusat, Jakarta 10510 Indonesia.
Contoh Penggunaan Six Sigma pada perusahaan jasa pada Puskesmas X di
Kota Malang
Puskesmas X adalah sebuah puskesmas yang mudah dijangkau oleh
masyarakat, secara keseluruhan puskesmas X melayani daerah seluas 41,96 km²
yang terdiri 10 desa, 36 dusun, 78 RW (RukunWarga) dan 336 RT
(RukunTetangga). Dengan jumlah penduduk sebanyak 58.717 jiwa dengan
komposisi 29.699 (50,58%) berjenis kelamin wanita dan 29.018 (49,42%) berjenis
kelamin laki-laki. Karena jumlah penduduk yang begitu banyak maka kepadatan
penduduk di kecamatan tempat puskesmas X berada adalah 1.394 jiwa/km2.
Puskesmas X membawahi 2 pustu (puskesmas pembantu), 8 ponkesdes (pondok
kesehatan desa) dan 61 posyandu (pos pelayanan terpadu), terdapat 29 praktek
dokter, 10 praktek bidan dan 8 apotek.
Analisis hasil penelitian menggunakan metode six sigma yang terdiri dari
lima tahap yaitu define, measure, analyze, improve dan control pada Puskesmas X
sebagai berikut :
1. Define
Penyebab layanan Puskesmas X cacat dapat didefiniskan sebagai berikut :
a. Jenis obat yang tersedia di Puskesmas X tidak lengkap
b. Puskesmas X tidak menyediakan layanan sesuai yang dijanjikan
c. Puskesmas X tidak selalu siap membantu pasien
d. Pegawai Puskesmas X tidak mempunyai pengetahuan yang memadai dalam
menjawab pertanyaan pasien
e. Puskesmas X tidak menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas utama.
Rencana tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis
penelitian adalah :
Tahap pengukuran Six Sigma dari hasil layanan Puskesmas X dengan menghitung
DPU dan DPMO serta mengkonversikan hasil perhitungan DPMO pada Tabel Six
Sigma berikut.
3. Analyze
Analisa hasil pengamatan dan perhitungan maka didapatkan 5 layanan
cacat yaitu :
a. Jenis obat yang tersedia di Puskesmas X tidak lengkap
b. Puskesmas X tidak menyediakan layanan sesuai yang dijanjikan
c. Puskesmas X tidak selalu siap membantu pasien
d. Pegawai Puskesmas X tidak mempunyai pengetahuan yang memadai dalam
menjawab pertanyaan pasien
e. Puskesmas X tidak menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas utama
Penyebab paling utama adalah bahwa pegawai Puskesmas X tidak
mempunyai pengetahuan untk menjawab pertanyaan pasien dengan persentase
sebesar 62,8 %. Jadi perbaikan difokuskan pada kelima penyebab layanan cacat,
yang terjadi pada Bulan Desember 2016.
4. Improve
Setelah mengetahui penyebab layanan cacat di Puskesmas X maka
disusun rekomendasi usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya
menekan tingkat kerusakan yaitu :
c. Pelatihan dan perbaikan dikaji setiap dua tahun sekali demi upaya
improvement yang menuju keberhasilan peningkatan pelayanan Puskesmas X
d. Total layanan cacat dalam periode satu bulan selalu dievaluasi dalam Rapat
Koordinasi Manajemen
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa perbaikan
pengetahuan dan skill tenaga administrasi serta tenaga medis sangat diperlukan
menjadi profesional dan diterapkan dalam tim manajemen Puskesmas X untuk
menunjang peningkatan pelayanan Puskesmas X. Selain itu perlunya pengawasan
melekat bagi pimpinan Puskesmas X terhadap layanan kepada pasien khususnya
dalam menginformasikan hal-hal yang diperlukan pasien dalam rangka
penyembuhan penyakitnya.