Anda di halaman 1dari 38

NAMA : NI MADE DINDA PRABHA SARI

NIM : P07134019050

Kelas : 2A

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga buku dengan judul
“Anemia” dapat selesai pada w aktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu terlaksananya
pembuatan buku berjudul Anemia ini. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Kami menyadari bahw a buku ini masih


banyak kekurangan, untuk itu segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca.

Denpasar, 19 April 2020

i
DAFTAR ISI
Kata
pengantar..............................................................i

Daftar
isi..............................................................................ii

Bab I

Pengertian
Anemia...................................................................1

Jenis – jenis
Anemia...................................................................3

Faktor resiko
Anemia...................................................................13

Bab I I

Penyebab
Anemia...................................................................18

Gejala
Anemia...................................................................19

Diagnosis
Anemia...................................................................22

Bahaya atau Akibat


Anemia...................................................................23

ii
Bab I II

Penanganan
Anemia........................................................................26

Komplikasi
Anemia........................................................................28

Pengobatan
Anemia........................................................................29

Pencegahan
Anemia........................................................................32

Daftar pustaka

iii
BAB I
Pengertian Penyakit Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀν αιμία anaimia,


artinya kekurangan darah, dari ἀν- an-, "tidak ada"
+ αἷμα haima, "darah", disebut juga kurang darah)
adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembaw a oksigen)
dalam sel darah merah berada di baw ah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan
kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering
ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit

1
dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan
bentuk atau morfologi sel darah
merah, etiologi yang mendasari, dan
penampakan klinis. Penyebab anemia yang
paling sering adalah perdarahan yang berlebihan,
rusaknya sel darah merah secara
berlebihan hemolisis atau kekurangan
pembentukan sel darah merah
( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila
konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5
g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada
laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL
atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah
sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal.
Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di
dalam sel-sel darah merah tidak cukup, seperti
protein kaya zat besi yang memberikan w arna
merah darah. Protein ini membantu sel-sel darah
merah membaw a oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh.

Oleh karena itu, tubuh yang tidak mendapatkan


cukup darah yang kaya oksigen akan mengalami
anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan
merasa lelah atau lemah. Selain itu, gejala lain

2
mungkin muncul adalah sesak napas, pusing,
atau sakit kepala.

Jenis – jenis penyakit Anemia


Anemia Defisiensi B12 atau Folat

Anemia defisiensi v itamin B12 atau folat (v itamin


B9) adalah kondisi tubuh yang kekurangan sel
darah merah karena kadar v itamin B12 dan B9
yang tidak memadai. Kedua v itamin tersebut
dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah
yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Dalam kondisi anemia defisiensi v itamin B12 dan
folat, sumsum tulang hanya memproduksi sedikit
jumlah sel darah merah. Tanpa pasokan sel darah
merah yang sarat oksigen, maka fungsi beberapa
anggota tubuh tidak bisa bekerja dengan baik.

Anemia defisiensi v itamin B12 dan folat


tergolong anemia megaloblastik, di mana sel
darah merah tidak tumbuh secara normal dengan
ukuran yang sangat besar. Akibat defisiensi v itamin
B12 dan folat, penderita dapat mengalami
berbagai gangguan medis.

Sebagian besar kasus penyakit ini dapat ditangani


melalui konsumsi suplemen B12 untuk
menggantikan v itamin yang hilang. Selain itu,
upaya penyembuhan juga perlu ditunjang melalui

3
pola makan dengan banyak mengonsumsi
makanan yang sarat v itamin B12 dan asam folat.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah satu


jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat
besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah
merah yang sehat. Zat besi diperlukan tubuh untuk
menghasilkan komponen sel darah merah yang
dikenal sebagai hemoglobin. Saat tubuh
mengalami anemia defisiensi besi, maka sel
darah merah juga akan mengalami kekurangan
pasokan hemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh. Tanpa pasokan oksigen
yang cukup dalam darah, tubuh juga tidak
mendapat oksigen yang memadai sehingga
dapat merasa lemas, lelah, dan sesak napas.

4
Anemia masih menjadi permasalahan di berbagai
negara, terutama anemia yang terjadi pada ibu
hamil. Sekitar 41,8 persen dari seluruh ibu hamil di
dunia mengalami anemia. Menurut data riskesdas
2013, jumlah penderita anemia pada ibu hamil
di I ndonesia mencapai 37,1 persen. Anemia kerap
dikaitkan dengan meningkatnya kelahiran
prematur, penyakit infeksi, serta kematian ibu dan
anak. Separuh dari jumlah penderita anemia pada
ibu hamil mengalami defisiensi zat besi. Kondisi
ini dapat berpengaruh pada pertumbuhan janin
atau bayi, baik saat kehamilan maupun
sesudahnya.

Pada dasarnya, penyebab anemia defisiensi besi


berv ariasi. Kondisi ini bisa terjadi saat seseorang
tidak mengonsumsi makanan yang mengandung
zat besi dengan cukup, tubuh tidak bisa menyerap
zat besi, tubuh kehilangan zat besi melalui darah,
atau saat seseorang hamil.

Anemia pada umumnya mudah ditangani.


Namun jika dibiarkan tanpa pengobatan, risiko
penderita terserang penyakit dan infeksi semakin
besar. Hal ini dikarenakan defisiensi zat besi juga
berpengaruh pada sistem imunitas tubuh. Selain
itu, penderita anemia kekurangan zat besi juga
berisiko mengalami komplikasi pada jantung dan
paru-paru, serta komplikasi kehamilan atau pasca
persalinan. Penanganan anemia defisiensi besi

5
adalah dengan pemberian suplemen zat besi dan
upaya mengatasi kondisi yang menyebabkan
anemia tersebut.

Anemia karena Penyakit Kronis


Anemia karena penyakit kronis sering disebut juga
anemia pada inflamasi merupakan anemia yang
disebabkan oleh berbagai kemungkinan penyakit
sebelumnya, seperti kanker, infeksi, penyakit
autoimun, dan penyakit peradangan, seperti
artritis reumatoid atau penyakit ginjal. Jenis
anemia ini adalah penyebab anemia tersering
kedua setelah anemia defisiensi besi. Biasanya,
penyakit ini diderita pada lansia
yang mengidap penyakit kronik, dan memerlukan
peraw atan khusus, baik di rumah maupun diraw at
di rumah sakit.

Anemia Hemolitik

Hemolytic anemia atau anemia hemolitik adalah


penyakit kurang darah akibat penghancuran sel
darah merah lebih cepat
dibandingkan pembentukannya. Penyakit ini perlu

6
ditangani agar tidak terjadi komplikasi pada jantung,
seperti gangguan irama jantung atau gagal jantung.
Anemia hemolitik dapat dialami sejak lahir karena
diturunkan dari orang tua atau berkembang
setelah lahir. Anemia hemolitik yang tidak
diturunkan dapat dipicu oleh penyakit, paparan
zat kimia, atau efek samping obat-obatan.
Beberapa penyebab anemia hemolitik bisa
disembuhkan dengan mengobati penyebabnya.
Akan tetapi, anemia hemolitik juga dapat terjadi
secara berkepanjangan (kronis), terutama yang
disebabkan oleh faktor keturunan.

Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah penyakit yang disebabkan


oleh ketidakmampuan sumsum tulang memproduksi
sel darah baru dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini

7
akan menyebabkan jumlah salah satu atau semua
jenis sel darah mengalami penurunan.
Anemia aplastik lebih sering terjadi pada orang
dew asa muda usia 20 tahun-an atau lansia.
Beberapa gejala aw al anemia aplastik adalah
lelah, pucat, sesak napas, dan pusing. Penderita
anemia aplastik juga mudah mengalami infeksi
karena kekurangan leukosit (sel darah putih).
Anemia aplastik terjadi karena kerusakan pada sel
punca di sumsum tulang. Kerusakan ini
menyebabkan produksi sel darah melambat atau
menurun. Hal ini akan menyebabkan jumlah sel
darah merah, sel darah putih, dan keping darah
berkurang.

Anemia Megaloblastik

8
Anemia megaloblastik adalah jenis anemia yang
ditandai dengan bentuk keping darah yang
abnormal serta ukuran yang lebih besar daripada
normalnya.

Keping darah merah yang normal seharusnya


berbentuk cakram bulat pipih yang sedikit
berceruk di tengah. Namun pada kasus anemia
ini, keping sel darah merah berbentuk ov al.

Bentuk dan ukuran yang abnormal ini terjadi


karena sel darah merah tidak mengalami
pembelahan dan tidak berkembang sempurna.
Alhasil, jumlah sel darah merah yang normal dan
sehat kurang dari kata cukup.

Penyakit kelainan darah ini juga


menyebabkan sumsum tulang menghasilkan lebih
sedikit sel. Sel-sel darah merah yang normal
umumnya dapat bertahan sekitar 90-120 hari
sebelum akhirnya dihancurkan oleh tubuh dan
diganti dengan yang baru.

Namun pada kasus anemia ini, kadang sel darah


merah dihancurkan atau mati lebih cepat dari
jangka w aktu seharusnya.

9
Anemia megaloblastik adalah kondisi yang dapat
memengaruhi pria dan w anita dari latar belakang
ras atau etnis apa pun.

Namun, belum diketahui pasti jumlah seberapa


banyak orang di dunia yang mengalami anemia
ini.

Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa adalah salah satu bentuk dari


anemia megaloblastik yang dipicu oleh
kekurangan asupan v itamin B-12 untuk membuat
sel-sel darah merah sehat.

Tanpa v itamin B-12 yang cukup, tubuh akan


memproduksi sel-sel darah merah besar abnormal
yang disebut makrosit. Berhubung ukurannya
besar, sel-sel abnormal ini tidak dapat keluar
meninggalkan sumsum tulang, tempat sel-sel
darah merah dibuat, sehingga tidak dapat
memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh
jaringan tubuh. I nilah yang menyebabkan jumlah
sel darah merah pembaw a oksigen dalam aliran
darah berkurang.

Kata “pernisiosa” dari jenis anemia ini diambil dari


serapan bahasa I nggris, yaitu pernicious yang
berarti buruk atau merusak. Anemia pernisiosa

10
disebut “merusak” karena dulunya dianggap
mematikan akibat belum tersedianya peraw atan
yang memadai.

Jika tidak kunjung diatasi dengan tepat, defisiensi


v itamin B-12 dapat menyebabkan beberapa
komplikasi serius. Namun, anemia pernisiosa kini
cukup mudah diatasi dengan suplementasi
v itamin B-12; baik lew at suntikan atau secara oral
(obat minum).

Anemia jenis ini merupakan kondisi langka. Tingkat


kejadiannya sebesar 0,1% pada populasi umum
dan 1,9% pada orang yang berusia di atas 60
tahun, menurut Journal of Blood Medicine.

Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan


mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan
dokter untuk informasi lebih lanjut.

Anemia Sel Sabit

11
Anemia sel sabit merupakan kelainan genetik
pada sel darah merah. Pada umumnya, sel
darah merah berbentuk seperti cakram yang
memberikan fleksibilitas untuk melew ati ke
pembuluh darah terkecil. Penyakit ini
menyebabkan sel darah merah berbentuk
menyerupai sabit sehingga sel-sel tersebut
lengket dan kaku, lalu dapat menghalangi
aliran darah untuk mengalir ke seluruh tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.

Talasemia

Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah


merah yang diturunkan dari kedua orang tua
kepada anak dan keturunannya. Penyakit ini
disebabkan karena berkurangnya atau tidak
terbentuknya protein pembentuk hemoglobin

12
utama manusia, hal ini menyebabkan eritrosit
mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi
pucat karena kekurangan darah (anemia).

Faktor Resiko Anemia


 Kurang asupan gizi

Penyebab anemia yang paling umum


adalah masalah kekurangan gizi. Pasalnya,
beberapa v itamin atau mineral tertentu
memiliki peranan cukup penting untuk
membantu tubuh memproduksi sel darah
merah. Tiga zat gizi utama yang berperan
penting itu adalah zat besi, asam folat
(v itamin B9), dan v itamin B12.

Mencukupi asupan makanan kaya zat besi


penting agar tubuh mampu memproduksi
hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup,
Anda dapat mengalami gejala anemia
defisiensi besi. Sementara itu, kurang
asupan v itamin B dapat memicu
gejala anemia defisiensi folat dan B12.

Baik asam folat (B9) dan v itamin B12 sama


penting untuk membantu proses
pembentukan keping sel darah merah yang
mengandung oksigen. Keduanya
juga penting untuk memastikan kelancaran

13
transportasi sel darah merah untuk
mengalirkan oksigen dalam jumlah cukup
ke seluruh tubuh.

Apabila jumlah sel darah merah tidak


dihasilkan secara cukup, jaringan dan
organ tubuh tidak dapat bekerja dengan
baik. Lebih lanjut jika oksigen yang dibaw a
darah ke seluruh tubuh jumlahnya jadi
terlalu sedikit, Anda akan mudah pusing,
lemas, dan memucat.

 Gangguan penyerapan

Memiliki gangguan atau penyakit yang


memengaruhi proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi dapat menjadi faktor
penyebab anemia. Contohnya adalah
penyakit Celiac. Penyakit ini
menyebabkan kerusakan pada usus kecil
yang penting fungsinya untuk menyerap gizi
dari makanan untuk disalurkan ke seluruh
tubuh.

Apabila usus kecil usak atau bermasalah,


tiga nutrisi pembantu produksi sel darah
merah tersebut (zat besi, folat, dan v itamin
B12) tidak akan terserap dan tersalurkan

14
dengan optimal. Sel darah merah yang
diproduksi tubuh lantas juga ikut berkurang.

 Menstruasi berat

Menstruasi berat atau menorrhagia dapat


menjadi penyebab anemia pada
remaja dan w anita dew asa.

Ketika haid berlangsung lebih lama dan


darah yang keluar juga lebih banyak dari
normalnya, Anda berisiko untuk mengalami
kekurangan darah. Sebab, v olume darah
yang terbuang cenderung lebih banyak
daripada yang dihasilkan.

Akibatnya Anda akan lebih rentan


mengalami kekurangan cadangan zat besi,
yang meningkatkan risiko anemia defisiensi
besi. Tanda dan gejala anemia saat
menstruasi termasuk kulit pucat dan
gampang capek.

 Kehamilan

Sedang hamil juga bisa menjadi salah satu


penyebab anemia. Pada saat hamil,
otomatis tubuh ibu akan menghasilkan sel
darah lebih banyak untuk mendukung
pertumbuhan bayi.

15
Jika ibu hamil tidak bisa mencukupi asupan
makanan kaya zat besi, asam folat, atau
nutrisi lainnya, sel darah merah yang
dihasilkan tubuh akan lebih sedikit dari
seharusnya. I ni adalah penyebab utama
munculnya anemia pada ibu hamil.

 Penyakit kronis

Penyakit kronis seperti kanker, penyakit


ginjal, dan juga diabetes dapat menjadi
faktor penyebab Anda mengalami
anemia. Penyakit kronis dapat
menyebabkan perubahan pada sistem
tubuh untuk memproduksi sel darah merah
yang sehat. Produksi sel darah merah baru
bisa berlangsung lebih lambat, sel darah
yang sudah ada bisa lebih cepat mati, atau
produksinya justru gagal.

 Trauma (luka) atau habis operasi

Kecelakaan, trauma, atau operasi dapat


menjadi penyebab anemia pada
beberapa orang. Trauma atau operasi
dapat menyebabkan tubuh kehilangan
darah banyak. Alhasil, simpanan darah dan
juga zat besi di dalam tubuh akan
terbuang. Anda pun dapat mengalami
anemia defisiensi besi.

16
 Riwayat keluarga

Jika ada anggota keluarga yang memiliki


anemia, risiko Anda meningkat untuk
mengalami penyakit yang sama. Jenis
anemia yang rentan diturunkan dalam
silsilah keluarga adalah anemia sel sabit.

Penyebab anemia sel sabit terjadi akibat


struktur hemoglobin dalam darah berubah.
Alhasil sel darah merah lebih cepat mati. I ni
hanya bisa terjadi karena diturunkan secara
genetik.

17
BAB II
Penyebab Anemia
Sumsum tulang adalah jaringan lunak di tengah
tulang yang membantu membentuk semua sel
darah. Sel-sel darah merah yang sehat akan
bertahan antara 90 hingga 120 hari. Setelah itu,
sel-sel darah tua dalam tubuh akan diganti
dengan yang baru. Proses ini berlangsung secara
terus-menerus. Di dalam tubuh terdapat hormon
yang disebut erythropoietin (EPO) yang dibuat di
ginjal. Tugasnya adalah untuk memberikan sinyal
kepada sumsum tulang untuk “menciptakan” lebih
banyak sel darah merah bagi tubuh.

Hemoglobin adalah protein pembaw a oksigen


dalam sel darah merah dan protein inilah yang
memberikan w arna merah pada sel darah merah.
Bagi pengidap anemia, mereka tidak memiliki
cukup hemoglobin.

Kemungkinan penyebab anemia meliputi :

 Konsumsi obat-obatan tertentu.

 Adanya eliminasi yang terjadi lebih aw al


dari biasanya pada sel darah merah, yang
disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.

18
 Memiliki riw ayat penyakit kronis, seperti
kanker, ginjal, rheumatoid arthritis,
atau ulcerative colitis.

 Mengidap beberapa bentuk anemia,


seperti talasemia atau anemia sel sabit,
yang bisa diturunkan.

 Sedang hamil.

 Memiliki masalah kesehatan dengan


sumsum tulang seperti limfoma, leukemia,
anemia aplastik
atau myelodysplasia, dan multiple
myeloma.

Gejala Anemia

19
20
Gejala anemia sangat berv ariasi, tergantung
pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa :

 Lemas dan cepat lelah.


 Sakit kepala dan pusing.
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
 Detak jantung tidak teratur.
 Napas pendek.
 Nyeri dada.
 Dingin di tangan dan kaki.

Akan muncul kondisi seperti berikut, apabila


penyakit semakin parah :

 Warna biru hingga putih pada mata.

 Kuku menjadi rapuh.

21
 Muncul keinginan untuk makan es batu,
tanah, atau hal-hal lain yang bukan
makanan (kondisi ini disebut juga “pica”).

 Pusing ketika berdiri.

 Warna kulit pucat.

 Sesak napas.

 Lidah terasa sakit.

Diagnosis Anemia
Untuk menentukan apakah pasien menderita
anemia, dokter akan melakukan hitung darah
lengkap. Dengan memeriksa sampel darah
pasien, dokter dapat mengetahui kadar
hemoglobin yang terdapat dalam darah.
Kadar hemoglobin normal tergantung pada usia,
kondisi, dan jenis kelamin. Seseorang bisa
dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobin berada di baw ah angka berikut :

 Anak-anak : 11-13 gram per desiliter.


 I bu hamil : 11 gram per desiliter.
 Laki-laki : 14 -18 gram per desiliter.
 Perempuan : 12 -16 gram per desiliter.

22
Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur
kadar zat besi, hematokrit, v itamin B12, dan asam
folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari anemia.
Selain tes darah, dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan lain untuk mencari
penyebab anemia, seperti :

 Endoskopi, guna melihat apakah lambung


atau usus mengalami perdarahan.
 USG panggul, guna mengetahui penyebab
gangguan menstruasi yang menimbulkan
anemia.
 Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna
mengetahui kadar, bentuk, serta tingkat
kematangan sel darah dari „pabriknya‟
langsung.
 Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat
kehamilan guna mengetahui kemungkinan
janin menderita kelainan genetik yang
menyebabkan anemia.

Bahaya atau Akibat Anemia


Beberapa akibat yang dapat terjadi pada
penderita anemia adalah sebagai berikut :

23
1. Akibat pada sistem saraf, Anemia
menimbulkan rasa pusing, sakit kepala,
gangguan keseimbangan, rasa kesemutan,
dan pada anemia yang berat dapat
menimbulkan penurunan kesadaran sampai
terjadi kematian.
2. Akibat pada sistem jantung dan pembuluh,
Anemia menyebabkan hipotensi postural,
denyut nadi meningkat lebih cepat dan
pada keadaan anemia berat dapat
menimbulkan gagal jantung.
3. Akibat pada sistem pernafasan, Anemia
menyebabkan sesak baik pada w aktu
beraktifitas, dan pada keadan anemia
berat sesak juga dapat timbul pada saat
istirahat.
4. Akibat pada sistem pencernaan, Anemia
dapat memberikan gejala gangguan
saluran cerna seperti mual dan muntah.
5. Akibat pada sistem otot, Anemia
menyebabkan rasa lemah, lelah, letih, lesu
serta kram otot karena gangguan pasokan
oksigen ke otot. Hal ini membuat kita
seakan tidak mampu atau tidak
bersemangat untuk melakukan berbagai
aktiv itas, termasuk melakukan pekerjaan
yang ringan.

24
6. Akibat pada kuku dan kulit, Anemia dapat
menyebabkan kulit menjadi pucat dan kuku
menjadi rapuh.
7. Akibat pada sistem kekebalan tubuh,
Anemia menurunkan daya tahan tubuh
sehingga seorang penderita anemia juga
cenderung lebih sering menderita infeksi
dibandingkan orang normal.

25
BAB III

Penanganan Anemia
Anemia bukan suatu penyakit tersendiri, tapi
biasanya merupakan gejala dari suatu penyakit
utama yang mendasarinya. Oleh karena itu, pada
seseorang yang mengalami anemia harus
ditemukan penyebab anemianya sehingga
pengobatan yang diberikan tidak ditujukan pada
anemianya saja tetapi juga pada penyakit yang
mendasarinya. Untuk menegakkan diagnosis
anemia dan mencari penyebab anemia, maka
pada seorang pasien harus dilakukan 3 tahapan
yaitu :

1. Anamnesis/ mencari riw ayat penyakit,


meliputi ev aluasi gejala yang dirasakan
oleh penderita dan pertanyaan-
pertanyaan untuk mencari penyebab
anemia, seperti apakah penderita
mengalami perdarahan saat ini atau
sebelumnya. Apakah didapatkan adanya
bukti peningkatan destruksi/pemecahan sel
darah merah. Apakah terdapat riw ayat
keluarga yang menderita anemia atau
kelainan darah, riw ayat penggunaaan
obat-obatan yang dapat menyebabkan
anemia, apakah terdapat tanda tanda

26
gangguan pada sumsum tulang, apakah
ada riw ayat diet yang tidak seimbang
(status nutrisi), riw ayat transfusi, suku
bangsa, umur pada saat timbulnya gejala
anemia, riw ayat penyakit/kelainan yang
dapat menyebabkan anemia seperti
riw ayat kelainan hati, ginjal, kelenjar
gondok, infeksi atau radang kronis dan lain-
lain.
2. Pemeriksaan fisik. Tujuan utamanya adalah
menemukan tanda keterlibatan organ atau
multisistem dan untuk menilai beratnya
kondisi penderita. Pada pemeriksaan
fisik/tubuh pasien dicari tanda-tanda
adanya anemia dan kemungkinan
penyebab anemia. Pemeriksaan dilakukan
menyeluruh dari kepala sampai ke kaki.
Pada beberapa anemia terdapat kelainan
khas anemia seperti konjuctiv a mata,
kulit/mukosa terlihat pucat, denyut nadi
meningkat, sesak, kelainan lidah, kelainan
pada kuku, kelainan pada hati, kelainan
ginjal, kelainan limpa, kelainan pada
kelenjar getah bening, kelainan kuku dan
kelainan pada tulang.
3. Pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
pada orang dengan gejala dan tanda

27
anemia. Pemeriksaan laboratorium ini
berguna untuk menentukan ada atau
tidaknya anemia (menegakkan diagnosis
anemia), mencari penyebab anemia dan
untuk memantau keberhasilan pengobatan
(respon terapui) pada penderita anemia.

Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia
berisiko menyebabkan beberapa komplikasi serius,
seperti :

 Kesulitan melakukan aktiv itas akibat


kelelahan.
 Masalah pada jantung, seperti gangguan
irama jantung (aritmia) dan gagal jantung.
 Gangguan pada paru-paru,
misalnya hipertensi pulmonal.
 Komplikasi kehamilan, antara
lain melahirkan prematur atau bayi terlahir
dengan berat badan rendah.
 Gangguan proses tumbuh kembang
jika anemia terjadi pada anak-
anak atau bayi.
 Rentan terkena infeksi.

28
Pengobatan Anemia

Metode pengobatan anemia tergantung pada


jenis anemia yang diderita pasien. Perlu diketahui,
pengobatan bagi satu jenis anemia bisa
berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh
karena itu, dokter tidak akan memulai
pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya
dengan pasti.

Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat


kurang darah berdasarkan jenisnya adalah :

29
 Anemia akibat kekurangan zat besi

Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan


dan suplemen zat besi. Pada kasus yang parah,
diperlukan transfusi darah.

 Anemia pada masa kehamilan

Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen


zat besi, v itamin B12 dan asam folat, yang dosisnya
ditentukan oleh dokter.

 Anemia akibat perdarahan

Kondisi ini diobati dengan menghentikan


perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga akan
memberikan suplemen zat besi atau transfusi
darah.

 Anemia aplastik

Pengobatannya adalah dengan transfusi darah


untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila
sumsum tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan
sel darah merah yang sehat.

 Anemia hemolitik

30
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi
obat yang memicu anemia hemolitik, mengobati
infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan,
atau pengangkatan limpa.

 Anemia akibat penyakit kronis

Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit


yang mendasarinya. Pada kondisi tertentu,
diperlukan transfusi darah dan suntik hormon
eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel
darah merah.

 Anemia sel sabit

Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi


dan asam folat, cangkok sumsum tulang, dan
pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea.
Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan
obat pereda nyeri dan antibiotik.

 Thalassemia

Dalam menangani thalassemia, dokter dapat


melakukan transfusi darah, pemberian suplemen
asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok
sumsum tulang.

31
Pencegahan Anemia

Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada


masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan
zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya
nutrisi, terutama :

 Makanan kaya zat besi dan asam folat,


seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan
buah-buahan
 Makanan kaya v itamin B12, seperti susu dan
produk turunannya, serta makanan

32
berbahan dasar kacang kedelai, seperti
tempe dan tahu.
 Buah-buahan kaya v itamin C, misalnya
jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

Untuk mengetahui apakah asupan nutrisi Anda


sudah cukup, berkonsultasilah dengan dokter
spesialis gizi. Bila Anda memiliki keluarga penderita
anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel
sabit atau thalasemia, konsultasikan dengan
dokter sebelum merencanakan kehamilan, agar
kondisi ini tidak terjadi pada anak.

33
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia

https://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-vitamin-b12-
dan-folat

https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-besi

https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia-karena-
penyakit-kronis

https://www.alodokter.com/anemia-hemolitik

https://www.alodokter.com/anemia-aplastik

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/anemia-
megaloblastik-adalah/

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/anemia-
pernisiosa-adalah/

https://www.sehatq.com/penyakit/anemia-sel-sabit

http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/thalassemia

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/penyebab-
faktor-risiko-anemia/

https://www.alodokter.com/anemia

http://awalbros.com/patologi-klinik/kenali-jenis-anemia/

34

Anda mungkin juga menyukai