NIM : 2020D1B056
KELAS : 5B
JAWABAN:
Pengertian K3
Bukan hanya itu, termasuk melakukan pengarahan serta kontrol pada pelaksanaan
tugas karyawan. Selebihnya berupa pemberian bantuan harus sesuai, baik dari
pemerintah maupun perusahaan tempat bekerja dengan peraturan yang berlaku.
2. Widodo
Bukan hanya itu saja, pengertian tersebut juga menjadikan penjelasan mengenai K3
lebih beragam. Namun tetap berfokus pada hal-hal tertentu yang berhubungan
dengan penjaminan bagi pekerja selama bekerja, yaitu keamanan, kesehatan, dan
keselamatan.
3. Hadiningrum
Hal-hal yang telah disebutkan tersebut bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan saat
melakukan pekerjaan. Pengawasan tersebut tentu menjadi salah satu opsi
pencegahan yang harus dipahami bukan hanya oleh pengembang saja namun juga
para pekerja.
4. Flippo
5. John Ridley
WHO atau World Health Organization yang merupakan badan resmi PBB, dimana
mengurusi mengenai permasalahan kesehatan seluruh dunia. Bahkan, juga
menyuarakan pendapat mengenai pengertian K3 yang meliputi perlindungan
terhadap pekerja.
Selain menurut para ahli dan juga badan yang bekerja di bidang kesehatan dan
keselamatan, undang-undang Republik Indonesia juga memaparkan mengenai
pengertian K3 dengan menyertakan perlindungan hukum yang berlaku bagi
pelanggarnya. Berikut ulasannya:
Segala tindakan pencegahan tersebut dilakukan oleh semua pihak baik manajemen,
kontraktor, pegawai, dan pengunjung. Protokol keamanan dan keselamatan tetap
harus dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya kecelakaan pada
semua subjek.
Bukan hanya itu, hal ini juga diatur dalam undang-undang no 1 tahun 1970
mengenai keselamatan kerja. Isinya mengenai kewajiban pemimpin dan pekerja
sebagai pelaksana di tempat bekerja. Bahwa keamanan, kesehatan, dan keselamatan
harus dilakukan oleh seluruh lapisan.
Poin ini juga diatur dengan jelas sehingga harus dilakukan oleh semua pihak yang
tersebut dalam undang-undang. Tujuannya hanya satu yaitu mewujudkan
lingkungan dimana seluruh komponen merasa aman dan nyaman saat bekerja.
Di samping itu, pekerja juga harus dilengkapi dengan peralatan perlindungan diri
atau APD yang memenuhi standard sebagai syarat keamanan dan keselamatan saat
bekerja. Sebagai tambahan, untuk harus selalu berhati-hati baik untuk diri sendiri
maupun masyarakat sekitar.
Tentu saja hal ini juga termasuk dalam faktor-faktor penunjang keselamatan,
keamanan, dan kesehatan para pekerja dari berbagai bidang begitu juga pada
perusahaan. Bahkan, peraturan ini juga didukung dengan berbagai peraturan
pemerintah lainnya.
Menurut keputusan apa itu K3 diartikan sebagai kesehatan dan keselamatan kerja
sebagai tindakan perlindungan bagi pekerja dan orang lain yang berada di tempat
kerja. Baik perusahaan, institusi, proyek, dan lain-lain.
Bukan hanya itu saja, hal ini bertujuan agar pekerja dan orang lain dalam tempat
kerja berada dalam keadaan sehat, selamat, dan aman selama bekerja maupun saat
melakukan kunjungan. Juga supaya penggunaan sumber daya terpakai dengan
efisien.
Setelah memahami mengenai pengertian K3 dari berbagai aspek, Anda juga harus
mengetahui tujuannya sehingga bisa menerapkan dengan baik dalam kegiatan
pekerjaan. Berikut informasi mengenai hal tersebut:
Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta resiko lainnya
saat bekerja. Di samping itu, K3 juga akan memberikan perlindungan bagi seluruh
sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Salah satu tujuan K3 dalam Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 ialah untuk
memelihara dua faktor penting bagi pekerja, yaitu kesehatan dan keselamatan
selama bekerja. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya pencegahan kecelakaan serta
penyakit saat bekerja.
Akan tetapi bukan hanya pekerja saja yang mendapatkan perlindungan namun juga
rekan bekerja, keluarga, konsumen, bahkan masyarakat sekitar dimana juga
memungkinkan merasakan dampak, resiko, maupun kecelakaan akibat adanya
pekerjaan tersebut.
3) Suma’mur (1992)
Menurut Suma’mur tujuan K3 yang disebutkan ialah untuk melindungi hak pekerja
atas keselamatan dalam melakukan pekerjaannya. Hal tersebut berguna sebagai
peningkatan efektivitas dan produktivitas kerja.
Di sisi lain, K3 juga memiliki tujuan dalam rangka menjamin keamanan dan
keselamatan orang-orang selain pekerja yang berada dalam lingkungan tersebut.
Seperti mandor, kontraktor, hingga tamu atau pengunjung.
4) Mangkunegara (2004)
Tujuan adanya K3 juga menjadi jaminan akan gizi para pekerja serta menghindari
adanya gangguan kesehatan dari lingkungan dan kondisi kerja. Selain itu, bertujuan
pula untuk membuat para pekerja merasa aman terlindungi saat bekerja.
Bahkan, perlindungan juga meliputi kesehatan para tenaga kerja sehingga dapat
meningkatkan kinerja saat bekerja. Maka dari itu, K3 harus disusun dan juga
dilaksanakan secara disiplin agar tujuannya tercapai.
b) Penjagaan Untuk Pekerja
Selain perlindungan, K3 juga bertujuan sebagai penjagaan untuk para pekerja yaitu
berfokus pada keselamatan serta kesehatannya. Namun, hal tersebut termasuk pada
lingkungan sekitar tempat bekerja seperti masyarakat.
Penjagaan tersebut juga meliputi kepastian akan kesehatan dan keselamatan semua
pihak baik dari pekerja, petinggi, mandor, kontraktor, pengunjung, serta warga
sekitar yang berada di lokasi pengerjaan terutama konstruksi dan medis.
Tak hanya melindungi dan menjaga, K3 juga bertujuan sebagai penjamin sumber
daya baik manusia maupun alamnya sehingga tidak terjadi kecelakaan, resiko, atau
bahkan kerusakan yang diakibatkan dari kegiatan pekerjaan.
d) Peningkatan Kesejahteraan
Penerapan peraturan K3 dalam sebuah profesi memiliki salah satu tujuan yaitu
sebagai usaha untuk melakukan peningkatan kesejahteraan pekerja melalui bidang
kerjanya. Dengan begitu, tidak serta merta menghabiskan waktunya untuk pihak
penyedia pekerjaan tersebut.
Peraturan K3 yang diterapkan dalam sebuah pekerjaan tak hanya berguna untuk
pekerja saja namun bagian-bagian lain seperti rekan kerja, keluarga, pengguna,
pengunjung, bahkan masyarakat sekitar lokasi bekerja.
K3 memiliki tujuan agar menjadi salah satu cara untuk menjaga keselamatan,
keamanan, dan kesehatan yang telah disebutkan di atas saat proses bekerja sedang
berlangsung. Jika peraturan telah dilaksanakan sesuai protokol diharapkan minim
terjadi resiko pekerjaan.
Jika terjadi kesalahan dalam bekerja tentu harus dilakukan evaluasi termasuk di
dalamnya mengenai penerapan peraturan K3 pada masing-masing individu. Dengan
begitu, akan menjadi bekal utama bagi pekerja selain kemampuan atau skill.
Tak hanya itu, aplikasinya juga harus dilakukan secara disiplin dan konsisten guna
pemenuhan kesejahteraan bagi seluruh elemen yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut termasuk lokasi sekitarnya.
Prinsip K3
Selain prinsip K3 secara umum, OHASS juga menjelaskan mengenai hal tersebut
dalam 11 poin penting yang mana tentu saja mengutamakan keselamatan,
kesehatan, dan keamanan. Berikut rangkuman secara singkat tentang kebijakan dari
peraturan itu:
Dalam K3, seluruh pekerja memiliki hak yang sama baik atasan maupun para
pegawai bahkan di tingkat terbawah sekalipun. Yaitu pemenuhan atas kesehatan,
keamanan, dan juga keselamatan selama bekerja.
Hak tersebut juga mencakup berada di lingkungan kerja yang aman, kondisi
pekerjaan bersifat konsisten serta sesuai dengan martabat serta kesejahteraannya
serta pemberian penghargaan baik berupa kenaikan pangkat, hari libur, cuti, dan
lain sebagainya.
b. Penerapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 harus dilakukan dari dan oleh semua pihak baik di tingkat atasan
maupun bawahan di tempat bekerja. Pengerjaannya harus dilakukan secara efektif
dengan berkomunikasi pada semua tingkat.
Maka dari itu, komunikasi sangat diperlukan dalam penerapan kebijakan K3 ini.
Hal tersebut menjadi salah satu prinsip yang harus terus ditegakkan secara efisien
dan konsisten. Bukan hanya itu, evaluasi juga harus dilakukan sebagai upaya
pengembangan berkala.
Untuk itu, diperlukan pula penambahan jumlah tenaga kerja di bidang medis untuk
mendukung terwujudnya pengadaan pelayanan kesehatan. Meski begitu,
keselamatan dan keamanan juga harus diperhatikan bagi para pekerja ahli tersebut.
Pelatihan dan juga sosialisasi sebaiknya dilakukan secara berkala sesuai dengan
adanya perubahan dan evaluasi mengenai perbaruan segala resiko yang dapat
ditangani melalui K3. Bisa berupa brosur, selebaran, serta workshop tema tertentu.
Segala prinsip K3 harus dilakukan oleh semua pihak namun juga memerlukan pihak
tertentu sebagai penanggung jawab. Di sini pemerintah memiliki andil melalui
pembuatan undang-undang tertentu sebagai payung hukumnya.Hal ini diperlukan
agar kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat melalui K3 dapat ditegakkan termasuk
segala konsekuensi jika terjadi pelanggaran baik di tingkat atas maupun bawah dari
sebuah pekerjaan.
Penentuan ruang lingkup ini juga dapat menjadi bahan perbaruan dan evaluasi jika
terjadi kegagalan maupun kecelakaan berdampak parah. Bahkan, terkadang
menyebabkan kematian sehingga perumusan peraturan lebih efektif.
▪ Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang dimaksud sebagai ruang lingkup ialah lokasi atau tempat
dimana pekerjaan dilakukan baik di gedung maupun ruangan terbuka berdasarkan
jenis kegiatannya. Hal ini tentu saja diatur dengan detail berdasarkan protokol yang
berlaku.
Kondisi tempat bekerja harus dipastikan aman dan nyaman contohnya jika dalam
ruangan maka perhatikan bagian ventilasi udara, suhu ruang, penerangan, dan lain
sebagainya. Berlaku pula untuk pekerjaan di luar terbuka.
▪ Metode Kerja
Metode kerja juga termasuk ruang lingkup dan juga fungsi K3 sebagai SOP atau
panduan saat melakukan pekerjaan. Hal ini harus diatur dengan rinci dan detail
dikarenakan menyangkut pada keselamatan dan keamanan banyak pihak terutama
pekerja yang menangani langsung.
Maka dari itu, metode kerja harus dirumuskan secara jelas dan berurutan bersamaan
dengan rangkaian langkah-langkah penyelamatan jika terjadi kecelakaan serta
resiko-resiko pekerjaan lainnya seperti cidera dan lain sebagainya.
❖ Jenis-jenis K3
Pengertian K3 secara umum, tujuan, prinsip, ruang lingkup, jenis K3 dan informasi
lainnya harus dipahami agar dapat diterapkan dalam kegiatan bekerja. Salah
satunya dengan mengetahui berbagai macamnya seperti keterangan sebagai berikut:
Jenis bahaya ini sering kali ditemukan pada jenis pekerjaan yang berhubungan
langsung dengan bahan-bahan kimia seperti pada perusahaan maupun bidang medis
dan lain sebagainya. Tentu terdapat resiko berdampak pada kesehatan dan
keselamatan di dalamnya.
Jenis-jenis bahaya tersebut meliputi uap bahan kimia, gas beracun, serta abu sisa
pembakaran. Semua hal tersebut harus diantisipasi keberadaan dan penanganannya
dengan baik melalui prosedur K3 yang baik.
Demi mencegah terjadinya berbagai jenis bahaya fisika ini diperlukan protokol
yang benar serta penggunaan alat pelindung diri sesuai kebutuhan dan kondisi
tempat bekerja. Dikarenakan dapat melukai jika terkena kontak langsung maka
dianjurkan untuk tidak mengabaikan K3.
Jenis bahaya pekerjaan yang dimaksud ialah adanya resiko yang diperoleh. Karena
jika kurang lengkapnya peralatan dan pengamanan saat bekerja, tidak berhati-hati
saat melakukan pekerjaan berat seperti pada bidang konstruksi.
Penyediaan penerangan yang tidak memadai juga dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya bahaya pekerjaan. Dengan kata lain, poin ini juga menjadi
salah satu hal penting yang harus dipenuhi sebagai salah satu bentuk penerapan K3.
Jenis bahaya biologis ialah hal-hal yang berasal dari adanya serangan makhluk lain
seperti hewan maupun mikroorganisme tertentu. Bahkan, dapat mengancam
keselamatan, keamanan, dan kesehatan para pekerja.
Contohnya seperti ular berbisa, bakteri yang berkembang pada lingkungan tertentu,
bahkan adanya virus baik dari tumbuhan maupun binatang, dan lain sebagainya.
Hal ini dapat dicegah, namun jika terjadi kecelakaan juga diperlukan penanganan
sesuai dengan peraturan K3.
Jenis bahaya ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan berupa rasa sakit pada
punggung, otot, tulang, maupun sendi. Dengan begitu, diharapkan pihak
perusahaan, institusi, dan penyedia pekerjaan lainnya juga memperhatikan hal
tersebut.
Jenis bahaya mekanik disebabkan oleh pergerakan dari peralatan yang digunakan
saat bekerja seperti misalnya terjepit, tertusuk, terpotong, tertabrak, dan lain
sebagainya. Untuk itu, sebelum alat-alat digunakan harus dipastikan dalam kondisi
aman dan tidak rusak.
Pengguna peralatan juga harus sepadan sehingga saat menggunakan tidak akan
menyebabkan resiko tertentu. Apabila dirasa belum mumpuni dapat dilakukan
pengawasan bahkan pergantian untuk menghindari terjadinya kesalahan serta
kecelakaan saat bekerja.