Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA Ny. C DENGAN


DIAGOSA DEMENSIA (GANGGUAN MENTAL)

Oleh:

Kelompok 7

Jihan Fahirawati Hamisi NH0117056

Lisdayanti NH0117068

Nabila Umar NH0117088

Nirwana Nurlette NH0117093

Melania Todadai NH0117081

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
taklupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kami. Adapun tugas kami tentang “Asuhan Keperawatan Demensia” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi dari
internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 01 April 2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I KONSEP MEDIS
A. Lansia
1. Definisi Lansia.....................................................................................................
2. Karakteristik Lansia.............................................................................................
B. Demensia
1. Definisi.................................................................................................................
2. Etiologi.................................................................................................................
3. Manifestasi Klinis................................................................................................
4. Patologi................................................................................................................
5. Komplikasi...........................................................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
7. Penatalaksanaan Terapi........................................................................................
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

B. Diagnosa

C. Intervensi

D. Implementasi

E. Evaluasi

BAB III Penutup


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
KONSEP MEDIS

A. KONSEP LANSIA
1. DEFINISI LANSIA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut
Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. [
CITATION Inf14 \l 1033 ]
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya. [ CITATION Pad13 \l 1033 ]

2. KLASIFIKASI LANSIA
a. Menurut WHO
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization)
yang dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu:
1) Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2) Usia tua : 75 – 89 tahun
3) Usia sangat lanjut : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI
Departemen kesehatan Republik Indonesia membaginya lanjut usia
menjadi sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini
dikatakan
2) sebagai masa virilitas.
3) Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa presenium.
4) Kelompok usia lanjut (>65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.
c. Menurut Birren dan Jenner tahun 1977
Birren dan Jenner mengusulkan untuk membedakan antara:
1) Usia biologis, yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak
lahirnya berada dalam keadaan hidup, tidak mati.
2) Usia psikologis, menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi hidupnya.
3) Usia sosial, yang menunjukkan kepada peran yang di harapkan
atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan
usianya.

B. DEMENSIA
1. DEFINISI DEMENSIA
Demensia adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari. [ CITATION Nug08 \l 1033 ]
Demensia adalah sindrom, di mana ada penurunan fungsi kognitif
(yaitu kemampuan untuk memproses pikiran) melampaui apa yang dapat
diharapkan dari penuaan normal. [ CITATION WHO16 \l 1033 ]
Demensia adalah penurunan kemampuan kognitif mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan,
fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku
dan emosi akan terganggu bila mengalami demensia, penyakit ini dialami
oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan ataupun
kebudayaan. (Risti & Kurniajati, 2014)
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan dalam kemampuan
tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari
(Azizah, 2011). Lansia yang mengalami demensia atau kehilangan daya
ingat dan kebingungan, akan mengalami kesulitan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang lansia pikirkan
dan inginkan, sehingga diperlukan berbagai cara untuk berkomunikasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan kepada penerima pesan (Mundakir, 2006). Lansia yang
mengalami demensia sering terjadi gangguan pada komunikasi yaitu
gangguan kemampuan pengertian bahasa. Gangguan kemampuan
pengertian bahasa adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
komunikasi linguistik kepada orang lain. (Risti & Kurniajati, 2014)
Lansia yang sering mengalami demensia kadang-kadang menjadi
cemas dan khawatir karena takut disebut “pikun” oleh orang-orang
disekitarnya. Menurut WHO dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika, yang
masuk dalam kriteria demensia ialah kehilangan pada kemampuan
intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga mengganggu
fungsi sosial dan pekerjaannya. Lansia yang demensia tidak dapat
mengerjakan pekerjaan sehari-hari lagi, tidak bergaul, tidak mandiri dan
bergantung pada orang lain (Hartati, 2010). Demensia adalah kelainan
mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian seseorang tersebut
mengalami gangguan kepribadian. (Risti & Kurniajati, 2014)

2. ETIOLOGI DEMENSIA
Ada beberapa penyebab terjadinya demensia (pikun) antara lain :
[ CITATION Sin14 \l 1033 ]
a. Penyakit degeneratif
1) Penyakit Alzheimer
2) Demensia tubuh Lewy
3) Demensia Fronto-temporal
b. Penyakit serebrovaskular
c. Trauma
d. Penyakit menular
e. Hidrosefalus tekanan normal
f. Tumor otak
g. Depresi
h. Gangguan autoimun
i. Kecanduan alkohol
j. Gangguan metabolisme
k. Ketidakseimbangan elektrolit
l. Masalah tiroid
m. Kekurangan Vitamin B12

3. MANIFESTASI KLINIS
Stadium Demensia
a. Stadium awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai
usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh
para profesional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang
demensia. Karena proses penyakit berjalan sangat lambat, sulit sekali
untuk menentukan kapan proses ini dimulai. Klien menunjukan gejala
sebagai berikut: [ CITATION Nug08 \l 1033 ]
1) Kesulitan dalam berbahasa
2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3) Disorientasi waktu dan tempat
4) Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal
5) Kesulitan membuat keputusan
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi
7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas.

b. Stadium menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan menunjukkan gejala sebagai berikut:
1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama
orang.
2) Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah.
3) Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun berbelanja.
4) Sangat bergantung pada orang lain.
5) Semakin sulit berbicara
6) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi, dan
berpakaian).
7) Senang mengembara/”ngeluyur” tanpa tujuan. Ngeluyur ini bisa
berupa:
a) Checking = berulang kali mencari pemberi asuhan
b) Trailing = terus membuntuti pemberi asuhan
c) Pottering = terus berkeliling rumah
8) Terjadi perubahan perilaku.
9) Adanya gangguan kepribadian.
10) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat
dirumah sendiri).
11) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi.

c. Stadium lanjut
Pada stadium ini, terjadi:
1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total
2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3) Sukar memahami dan menilai peristiwa
4) Tidak mampu menemukan jalan disekitar rumah sendiri
5) Kesulitan berjalan
6) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
7) Menunjukkan perilaku tidak wajar di masyarakat
8) Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur.

4. PATOFISIOLOGI DEMENSIA
Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah
neurotransmitter peptida, oleh karena somastostatin menurun pada otak
penyakit alzheimer. Faktor tambahan lain yang masih dalam penyelidikan
adalah neurotoksisitas dari alumunium. Crapper (1979) menyatakan bahwa
ada kegagalan dalam sistem transpor membran pada klien dengan penyakit
alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara alumunium dan kromatin
yang menyebabkan perubahan patologis dalam sintesis protein dan
perubahan neurofibrilar. [ CITATION Mut14 \l 1033 ]
5. KOMPLIKASI
Faktor predisposisi dan risiko penyakit ini adalah: [ CITATION Nug08 \l
1033 ]
a. Lanjut usia (usia di atas 65 tahun)
b. Genetik/keturunan, riwayat keluarga mempunyai peran 40%, mutasi
kromosom 1, 14, 19, dan 21
c. Trauma kepala
d. Kurang pendidikan
e. Hipertensi sistolik
f. Sindrom Down
g. Lingkungan, keracunan aluminium
h. Depresi
i. Gangguan imunitas
j. Stroke
k. Diabetes mellitus
l. Penyakit parkinson stadium lanjut
m. Infeksi otak

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG DEMENSIA


Diagnosis pasti diperoleh melalui autopsi (bedah otak mayat) atau
biopsi otak. Bisa pula dikerjakan menurut tahapan algoritme berikut:
[ CITATION Nug08 \l 1033 ]
a. Ada keluhan gangguan ingatan/memori atau kognitif, daya pikir,
misalnya adanya perubahan berupa kurang lancarnya bicara dan fungsi
eksekutif yang terganggu.
b. Anamnesis riwayat keluhan dari klien dan relasi yang
terdekat/terpercaya.
c. Pemeriksaan skrining neuropsikologis/kognitif MMSE (Mini Mental
State Examination), skrining 7 menit. Tes ini yang paling sering
dipakai.
d. Diagnostik fisik:
1) CT scan
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3) Positron Emission Tomography (PET)
4) Single Photo Emission Computed Tomography (SPECT)
e. Pemeriksaan neurologis lengkap
f. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi
g. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram), walaupun tidak memberi
gambaran spesifik demensia alzheimer
h. Pemeriksaan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder)
i. Pemeriksaan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of
Neurological and Communicative Disorder and Alzheimer Disease
and Related Disorder Association).

7. PENATALAKSANAAN TERAPI DEMENSIA


a. Terapi farmakologi untuk klien demensia:
1) Anti-oksidan: vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,
margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan risiko
alzheimer. Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (mis.,
sayuran, stroberi, melon, tomat, brokoli).
2) Obat anti-inflamasi
3) Obat penghambat asetilkolin esterase (mis., Exelon).
b. Terapi non farmakologis meliputi:
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
2) Program harian untuk klien
3) Istirahat yng cukup
4) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas
5) Validasi/rehabilitasi/reminisence
6) Terapi musik
7) Terapi rekreasi
8) Brain movement and exercise (gerak dan latihan otak)
9) Aroma terapi (terapi wangi-wangian) [ CITATION Nug08 \l
1033 ]
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

Kasus:
Ny. C mengatakan datang ke panti di antar oleh anaknya sekitar ± 5 bulan
yang lalu namun klien tidak dapat mengingat pada tanggal dan bulan apa diantar
kepanti dan sampai saat ini klien tidak pernah menjenguk oleh anaknya atau yang
lainnya. Klien mengatakan ingin diantarkan kepanti karena dia sudah tidak kuat
dengan suaminya yang menikah lagi dan mengambil semua hartanya dan kalien
merasa sudah tua. Klien tidak merasakan sakit atau tidak punya keluhan apapun.
Dilakukan pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmHg , Nadi : 80x/menit,
RR:20x/menit Suhu : 36ºC

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 10 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 01 April 2021
Diagnosa Medis : Demensia
1. Pengkajian Data klien
a. Identitas klien
Nama : Ny. C
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Dharma
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan keluarga : Petugas panti

c. Riwayat Kesehatan
Klien pernah menikah namun suaminya menikah lagi dan klien
tidak ingin mengingat suaminya lagi karena telah menyakiti perasaanya.
Dari hasil pernikahan dengan suaminya klien mempunyai 5 orang anak
kandung (3 laki-laki, 2 perempuan), Orangtua sudah meninggal.
d. Riwayat Pekerjaan
Klien saat ini tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja sebagai
wirausaha bikin keset dan handuk, dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari klien memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya itupun ditambah
dari suaminya sebelum suaminya menikah lagi. Semenjak klien tinggal di
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta
Barat anak-anaknya tidak pernah datang untuk menjenguk Ny. C

e. Riwayat lingkungan tinggal


Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan memiliki rumah
sendiri, klien tinggal dirumah dengan suami dan 5 anaknya. Klien
merupakan orang yang terbuka dengan masalah-masalah yang
dihadapi baik dikeluarga maupun dengan lingkungan. Sekarang klien
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng
Jakarta Barat di Wisma Jeruk kamar Jeruk Lemon yang terdiri dari 30
orang, barang-barang disimpan oleh pengurus Panti Tresna Werdha
Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat.
f. Riwayat rekreasi
Klien tidak memiliki hobi yang khusus namun senang
melakukan olahraga atau jalan sehat, tidak mengikuti kegiatan-
kegiatan organisasi apapun karena tidak pernah sekolah. Jika libur
klien hanya diam di rumah atau dikamar saja.
g. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini, klien tidak merasa dirinya sedang sakit. Klien
hanya merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat.
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien juga
tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun klien juga
mengatakan tidak pernah dirawar dirumah sakit
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien tidak mengetahui keluarga memiliki riwayat penyakit atau
tidak

2. Pengkajian psikologis
a. Proses pikir (lupa, bingung, pikun, curiga)
Saat ditanya pada kejadian dahulu klien tidak mampu
mengingatnya dengan baik. Kejadian yang ± 1 jam klien juga tidak
mampu menginat dengan baik
b. Gangguan perasaan (depresi,wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak
acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara klien menunjukan wajah senang, klien terlihat
sering melamun, terkadang klien aktif mengajak teman sebelahnya
berkomunikasi.
c. Komunikasi (penggunaan protesa, kesulitan dalam komunikasi, putus
asa dll)
Klien terlihat tidak ada kesulitan dalam komunikasi, lancar
menggunakan bahasa indonesia
d. Orientasi (tempat, waktu dll)
Klien mengalami disorientasi waktu, orang dan tempat. Klien tidak
mampu mengingat sekarang berada dimana, jamberapa, hariapa dan
dengan siapa saja.

e. Sikap klien terhadap lansia


Klien berhubungan baik dengan lansia lainnya, hanya saja klien
sedikit mengabaikan lansia lainnya apabila ada keributan. Klien dapat
menerima kondisinya yang sudah menua.
f. Mekanisme koping terhadap masalah yang ada
Jika ada masalah klien selalu menceritakan kepada orang lain. Dan
klien tidak ingin ngambil pusing kalau ada masalah

3. Pengkajian sosial ekonomi


a. Latar belakang klien
Klien dahulu seorang ibu rumah tangga memiliki suami dan anak-
anak. Suami klien dulu bekerja sebagai karyawan swasta. Namun
suaminya kini menikah lagi dan kini klien tidak mampu/tidak ingin
mengingat suaminya lagi. Klien mempunyai rumah sendiri
diKarangAnyar Jawa Tengah. Klien saat ini tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat sekitar ± 1
tahun diantar oleh anaknya.
b. Frekuensi hubungan sehari-hari
1) Dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarganya saat ini kurang baik
karena sejak klien diantar kepanti tidak ada pernah dijenguk oleh
anak kandungnya keluarga klien sudah meninggal (orangtua)
2) Dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik, tetapi klien sering
melamun
3) Aktivitas klien dipanti
Klien tidak mengikuti kegiatan dipanti karena dikamar
selalu terkunci apabila dibuka dan klien dibiarkan beraktivitas
nanti akan kabur dan ingat kembali jalaln ke wisma

4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital:
Kedaan umum : Keadaan umum klien baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Penafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5ºC
Tinggi badan : ± 149 cm
Berat badan : ± 50 kg
Pemeriksaan dan kebersihan perorangan

a. Kepala
Rambut : Bersih, pendek berwarna sebagian putih, tidak rontok, tidak
ada benjolan. Mata : Simetris, pupil anisokor, konjungtiva ananemis,
sklera Anikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada
Pembesaran sinus
Telinga : Sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran, tidakada
cairan
b. Leher
Inspeksi : Normal
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada
pembesaran vena jugularis
c. Dada/Thorax
1) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris antara dada kanan dan dada
kiri
Palpasi : Tidak ada kelainan
2) Paru-paru : Suara nafas vaskuler, irama reguler
3) Jantung
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Tidak ada bunyi mur-mur, tidak ada bunyiGallop
suara jantung 1 dan 2 normal
d. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak bersih
Palpasi : Lunak, hepar tidak teraba
Perkusi : Terdengar suara timpani dan tidak ada distensi
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
e. Muskuloskletal : Tidak ada tanda-tanda gangguan otot atau kelemahan
otot.
Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

5555 5555
5555 5555

f. Lain-lain
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada edema, score MMSE = 19
g. Keadaan lingkungan
h. Kamar klien sedikit kurang rapih dan wangi, tercium bau, terlihat
kurang nyaman status Mini Mental/MMSE

Jawab Pertanyaan 1-10


Pertanyaan Skor
I. Orientasi
1. Tanggal 0
2. Hari 0
3. Bulan 0
4. Tahun 0
5. Musim 0
6. Ruangan 0
7. Rumah sakit 0
8. Kota 1
9. Provinsi 1
10. Negara 1
II. Registrasi
(Mengingat 3 kata : 11-13)
11. Bola 1
12. Melati 1
13. Kursi 1
III. Atensi/Kalkulasi
(Serial 100-7 atau sebut Urutan huruf
dari belakang)
14. 93 atau U√ 1
15. 86 Y 0
16. 79 H√ 1
17. 72 A√ 1
18. 65 W 0
IV. Rekol (Memori)
(mengingat kembali 11-13)
19. Bola 1
20.Melati 1
21. Kursi 0
V. Bahasa- Penyebutan
22. Jam Tangan 1
23. Pensil 1
24. Namun, tanpa dan bila 1
(perintah kalimat 25-27)
25. Ambil kertas ini dengan tangan 1
kanan 1
26. Lipatlah menjadi 2 dan 1
27. Letakkan dilantai
 Membaca + pengertian 1
Bahasa tulisan
 Tutup mata anda
 Menulis 1
(tulis kalimat lengkap)
Total Skor 19
5. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengatakan  Klien tampak mudah lupa
sudah tua dan sudah  Klien tampak sering mengulang
tidak mengingat umur, pertanyaan.
tempat, tanggal lahir,  Klien tidak mengenal waktu, tempat
alamat rumah, dan orang (disorientasi waktu)
jamberapa, hari apa,  Score MMSE : 19
sedang dimana, suka  Perubahan respons terhadap stimulasi
mondar-mandir, kadang normal seperti lupa, bingung
melamun.  Antropometri : TB : ± 149 cm, BB : ±
 Klien mengatakan 50 Kg IMT : 22,5 (18,5-24,9) BBI :
makanan habis 1 porsi 41,65 (41,65-56,35 kg).
setiap makan, kadang ½  Biochemical Data : tidak ada
porsi  Clinical Sign
1) Rambut : Bersih, pendek, berwarna
sebagian putih, tidak rontok, tidak
ada benjolan, sedikit bau.
2) Mata : simetris, pupil isokor,
konjungtiva ananemis, adanya
kantong mata
3) Mukosa mulut lembab, turgor kulit
tidak elastis
4) Abdomen : lunak, terdengar bising
usus, hepar tidak teraba, tidak ada
distensi abdomen
5) Diit : Tidak ada pantangan
makanan dan diit
 Klien mengatakan  Mata terlihat cekung
terkadang sulit tidur  Adanya kantong mata
pada malam hari dan  Terlihat lesu
siang hari tidur hanya ±  Klien sering terlihat tidur pada siang
1-2 jam/hari kamar bau hari
dan tidak nyaman. Dan  Klien terlihat rapih dan bersih namun
juga sering kebangun badan masih tercium bau karena mandi
pada malam hari dan terkadang tidak menggunakan sabun.
tidak bisa tidur lagi.  Kuku klien tidak panjang, mulut bersih,
 Klien mengatakan tidak ada sariawan
mandi 2x sehari namun  Klien tercium tangan bau amis setiap
terkadang tidak makan tidak pernah mencuci tangan,
menggunakan sabun, cuci tangan tidak pernah menggunakan
rambut di keramas 2x sabun.
sehari tidak  Kamar terlihat kotor lantai terlihar ada
menggunakan shampoo kerak dan bau
karena sering lupa.

6. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Keperawata
Ds : Perubahan Pola Fikir Kehilangan memori
Klien mengatakan sudah ingatan
tua dan sudah tidak
mengingat identitas
sendiri, hari apa, tanggal
berapa, sedang apa.

Do :
 Terlihat serimg lupa
 Sering mengulang
pertanyaanTidak
mengenal waktu,
tempat
 dan sekitarnya
 Score MMSE 19
 Perubahan yang
terjadi lupa dan
bingung
Ds : Perubahan Pola Perubahan
Klien mengatakan sulit Tidur Lingkungan
tidur pada malam hari
hari dan siang hari tidur
hanya ± 1-2 jam/hari
karena kamar berisik dan
mengganggu
kenyamanan.

Do :
 Klien tampak tertidur
di siang hari ± 1-2
jam/hari.
 Klien tampak setelah
bangun tidur selalu
melamun dan
menyendiri.
Ds : Kurang perawatan Penurunan kognitif
Klien mengatakan mandi diri
1x sehari namun
terkadang tidak
menggunakan sabun,
rambut di cuci 2x sehari
tidak pernah
menggunakan sampo
karena sering lupa. Tidak
pernah menggosok gigi

Do :
 Klien terlihat kusam
 Namun badan masih
tercium bau karena
mandi terkadang
tidak menggunakan
sabun.
 Klien tercium tangan
bau amis setiap
makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci
tangan tidak pernah
menggunakan sabun
 Kamar terlihat kotor
lantai terlihar ada
kerak dan bau

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir b/d kehilangan memori/ingatan.
2. Perubahan pola tidur b/d perubahan lingkungan.
3. Kurang perawatan diri b/d perubahan kognitif.
C. Intervensi
No Diagnosa Noc Nic Rasional
Keperawatan
1. Perubahan proses Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan proses pola 1. Untuk mengetahui keadaan proses pikir klien menuru
pikir b/d tindakan keperawatan pikir klien dengan meningkat.
kehilangan kepada Ny. C selama menanyakan hari dan 2. Membina hubungan terapeutik.
memori/ingatan. 2x24 jam, diharapkan jam. 3. Untuk membantu kemampuan kognitif klien.
klien mampu mengenali 2. Lakukan pendekatan 4. Mengasah daya ingat klien.
perubahan dalam pada klien secara verbal. 5. Meningkatkan orientasi terhadap waktu, tempat dan lingk
berpikir. Dengan kriteria 3. Lakukan review 6. Mengasah daya ingat jangka pendek.
hasil : angka/huruf.
1. Klien mampu 4. Perkenalkan nama
mempertahankan fungsi perawat yang ada dan
ingatan mengevaluasi setiap
2. Menunjukan orientasi harinya.
optimal terhadap waktu, 5. Berikan isyarat
tempat, dan orang. lingkungan, waktu, dan
tempat.
6. Lakukan brain gym.
2. Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur. 1. Untuk mengetahui adanya perubahan pola tidur pada klien
tidur b/d tindakan keperawatan 2. Observasi tanda-tanda 2. Untuk memonitor tanda-tanda vital klien/harinya.
perubahan kepada Ny. C selama vital/hari. 3. Agar klien mengetahui pentingnya tidur yang adekuat.
lingkungan. 2x24 jam diharapkan 3. Jelaskan pentingnya tidur 4. Untuk meningkatkan kenyamanan.
masalah pola tidur yang adekuat. 5. Untuk meningkatkan pola tidur klien.
teratasi. Dengan kriteria 4. Ciptakan lingkungan
hasil : yang nyaman.
1. Jumlah jam tidur 5. Buat jadwal tidur secara
dalam batas normal. teratur.
2. Pola tidur dan kualitas
tidur dalam batas
normal.
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan 1. Untuk mengetahui kemampuan klien melakukan perawat
perawatan diri b/d tindakan keperawatan klien untuk perawatan secara mandiri.
perubahan kepada Ny. C selama diri yang mandiri. 2. Agar klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
kognitif. 2xd24 jam diharapkan 2. Berikan informasi kepada 3. Agar klien nyaman dengan lingkungan yang bersih.
kebutuhan perawatan klien pentingnya
diri terpenuhi. Dengan perawatan diri.
kriteria hasil : 3. Bantu klien membuat
- Mampu melakukan lingkungan yang nyaman.
aktivitas perawatan diri
sesuai dengan tingkat
kemampuan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari, Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal, Keperawatan
waktu
Jumat, Perubahan 1. Mengkaji keadaan S: Klien
02 April proses pikir b/d proses pola pikir mengatakan
2021 kehilangan klien dengan masih tidak
memori/ingatan. menanyakan hari dan dapat
10.00 jam. mengingat
WITA 2. Melakukan hari, tanggal,
pendekatan pada jam, dan lupa
klien secara verbal. nama -nama
3. Melakukan review mahasiswa
angka/huruf. kemarin,
4. Memperkenalkan namun dapat
nama perawat yang menyebutkan
ada dan 5 mahasiswa.
mengevaluasi setiap O : Klien
harinya. terlihat
5. Memberikan isyarat bingung dan
lingkungan, waktu, lupa,
dan tempat. disorientasi
6. Melakukan brain waktu dan
gym. orang. Klien
terlihat hanya
mampu
melakukan
pengulangan
brain
gym/senam
otak saat kaki
kiri
menyilang ke
atas dengan
gerakan
tangan kanan
dan saat kaki
kanan
menyilang ke
atas dengan
gerakan
tangan kiri.
A : Masalah
belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi.
Jumat, Perubahan pola 1. Mengkaji pola tidur. S : Klien
02 April tidur b/d 2. Mengobservasi mengatakan
2021 perubahan tanda-tanda masih sulit
lingkungan. vital/hari. tidur dan
11.00 3. Menjelaskan hanya dapat
WITA pentingnya tidur tidur ± 2
yang adekuat. jam/hari.
4. Menciptakan Klien
lingkungan yang mengatakan
nyaman. masih sering
5. Membuat jadwal melamun.
tidur secara teratur. O : Klien
terlihat sering
melamun,
terdapat
kantung
mata, wajah
terlihat lesu.
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Jumat, Kurang 1. Memonitor S : Klien
02 April perawatan diri kemampuan klien mengatakan
2021 b/d perubahan untuk perawatan diri sudah dapat
kognitif. yang mandiri. mandi secara
13.00 2. Memberikan mandiri
WITA informasi kepada namun masih
klien pentingnya sering lupa
perawatan diri. menggunakan
3. Membantu klien sabun.
membuat lingkungan O : Klien
yang nyaman. terlihat bersih
dan rapi
namun
badannya
tercium bau
karena klien
mandi tidak
menggunakan
sabun.
A : Masalah
belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
[ CITATION Inf14 \l 1033 ]
Demensia adalah sindrom, di mana ada penurunan fungsi kognitif (yaitu
kemampuan untuk memproses pikiran) melampaui apa yang dapat diharapkan
dari penuaan normal. [ CITATION WHO16 \l 1033 ]

B. SARAN
1. Bagi mahasiswa untuk menambah referensi.
2. Buat masyarakat agar mengetahui apa itu penyakit demensia.
3. Bagi penulis untuk menjadi bahan evaluasi dan agar bisa lebih banyak
embuat atau menulis tentang dimensia.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Padila. (2013). Keperawata gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

RI, I. K. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan.

Risti, E., & Kurniajati, S. (2014). Penurunan Kemampuan Pengertian Bahasa Pada
Lansia Dengan Demensia. Jurnal STIKES, 7(1), 12–21.

Singjealth. (2014). Kondisi dan Perawatan Demensia (Pikun).

WHO. (2016). The Epidemology and Impact of Dementia Current State and
Future Trends.

Anda mungkin juga menyukai