Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA

NAMA DOSEN : Dr. Tigor H. Situmorang, MH., M.Kes.

NAMA KELAS : III B KEPERAWATAN

KELOMPOK 9 : 1. Ni made sumiartini

2. Sri devy

3. siskafianti

4. nurhaina slingan

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi saya sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dengan judul “MAKALAH PNEUMONIA” , yang
mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari
materi yang diberikan dosen pengampu.mengenai penjelasan lebih lanjut kami
memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini.

Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami uapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan
kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas
makalah ini.

Palu, 8 oktober2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. ANATOMI FISIOLOGI.........................................................................................3
1. Anatomi..............................................................................................................3
2. Fisiologi.............................................................................................................3
B. KONSEP MEDIS...................................................................................................4
1. Definisi...............................................................................................................4
2. Etiologi...............................................................................................................4
3. Aspek epidemiologi............................................................................................4
4. Patofisiologi.......................................................................................................5
5. Phatway..............................................................................................................7
6. Maninfestasi klinis.............................................................................................8
7. Klasifikasi..........................................................................................................8
8. Pencegahan.........................................................................................................9
9. Penatalaksanaan.................................................................................................9
10. Komplikasi.....................................................................................................9
C. PROSES KEPERAWATAN................................................................................11
1. Pengkajian........................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
3. Rencana Keperawatan......................................................................................13
D. TERAPI KOMPLEMENTER..............................................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
A. KESIMPULAN....................................................................................................19
B. SARAN................................................................................................................19

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih
menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju.
Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran
nafas merupakan penyebab kematian no 2 di Indonesia. Data dari
SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Anonim, 2003). Ada berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian
beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi
kurang dan gizi buruk risiko besar), pneumonia yang terjadi pada masa
bayi, bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), polusi udara
(asap rokok atau polusi industri), asap bakaran dari dapur (meningkatkan
risiko), tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring.
Selain itu, orang yang mudah terkena pneumonia yaitu, peminum alkohol,
perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, penderita penyakit
paru obstruktif menahun (PPOK), gangguan sistem kekebalan karena obat
tertentu, gangguan sistem kekebalan karena penyakit tertentu, gangguan
sistem kekebalan karena penyakitnya. Sedangkan pemberian ASI eksklusif
mengurangi risiko sakit, demikian pula pemberian suplement vitamin A,
vaksinasi 2 dan imunisasi sejak dini pada balita dapat mengurangi resiko
kematian (Anonim, 1985).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pneumonia
2. Untuk mengetahui etiologi pneumonia
3. Untuk mengetahuipatofisiologi klasifikasi pneumonia

1
4. Untuk mengetahuiklasifikasi pneumonia
5. Untuk mengetahui komplikasi pneumonia
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pneumonia
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumonia
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumonia
9. Untuk mengetahui askep pneumonia

C. Rumusan Masalah
1. Apadefinisi pneumonia
2. Apa etiologi pneumonia
3. Bagaimana patofisiologi pneumonia
4. Bagaimana klasifikasi pneumonia
5. Bagaimana komplikasi pneumonia
6. Bagaimana manifestasi klinis pneumonia
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pneumonia
8. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia
9. Bagaimana askep pneumonia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi

2. Fisiologi
Sebagai alat pernafasan utama terdiri dari dua bagian (paru
kanan dan kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan
bagian puncak disebut apex.Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastik, berpori, dan memeliki fungsi sebagai pertukaran gas oksigen
dan karbon dioksida.Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus,
bronkiolus, brounkiolus terminalis, brounkiolus rispratory, alveoli,
sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik dll.

Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40


m2 untuk pertukaran udara. Setiap paru memiliki apeks yang mencapai
ujung sternal kosta pertama, permukaan costovertebral yang melapisi
dinding dada, basis yang terletak di atas diafragma dan permukaan
mediastinal yang menempel dan membentuk struktur mediastinal
disebelahnya.

3
Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh
fissure obliqus dan horizontal. Sedangkan paru kiri hanya memiliki
fissure obliqus sehingga tidak ada lobus tengah.

Sirkulasi paru akan mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel


kanan ke arteri pulmonalis, dan mengalirkan darah yang bersifat arterial
melalui vena vulmonalis pada waktu ekspresi, sehingga kolaps alveoli dpat
dihindari.

B. KONSEP MEDIS

1. Definisi
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan
dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area
alveoli (Axton & Fugate, 1993).Pneumonia adalah Suatu radang paru
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur dan benda asing (FKUI). Pneumonia adalah Radang parenkim
paru. Menurut anatomi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia laboris,
pneumonia lobularis, bronkopneumonia & pneumonia interstisialis
(Makmuri MS).Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim
paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa
bayi.

2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi
organisme gram-positif atau gramnegatif seperti : Steptococcus
pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella dan lain-
lain. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum
adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia
tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

4
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan
panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus,
Virus herpes simpleks, Virus insial pernapasan, hanta virus dan
lain-lain. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV).Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia.Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat.Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus
influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
(Misnadiarly, 2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia.Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya.Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan
dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka
kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati
(Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis.Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).Pneumonia pneumosistis
sering ditemukan pada bayi yang prematur.Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
juga dapat cepat dalam hitungan hari.Diagnosis pasti ditegakkan

5
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang
berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
e. Fungi
Pneumonia fungi yang terjadi sering diakibatkan oleh adanya jamur
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum dan lain-lain.
f. Bahan Lain Non Infeksi
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga dapat diakibatkan
oleh adanya agen non infeksi seperti aspirasi lipid, zat-zat kimia,
polutan, allergen dan radiasi.Selain itu juga dapat diakibatkan oleh
konsumsi obat seperti nitofurantoin, busulfan dan metotreksat.

3. Aspek epidemiologi
Pneumonia penyebab kematian lebih dari 4 juta orang pertahunsebagian
besar adalah anak yang berumur 5 tahun. Angka kematian pada balita akibat
pneumonia (1994-1999) diperkirakan 6 per 1.000 balita pada pedesaan
dengan lingkungan yang tidak sehat, pneumonia merupakan terserig rawat
inap dan kematian pada anak maupun dewasa

Pneumonia dapat menyerang semua orang semua umur jenis kelamin


serta tingkat sosial ekonomi. Kejadian kematian pneumonia pada anak balita
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga.

4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel
infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal
melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung,
atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Perubahan pada mekanisme
protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel

6
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering
terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat
menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap


mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-
Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons


inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-
sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis

7
5. Phatway

8
6. Maninfestasi klinis
a. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu
dapat naik secara mendadak (38– 40 ºC), dapat disertai kejang
(karena demam tinggi).
b. Batuk, mula-mula kering  (non produktif) sampai produktif.
c. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal.
d. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping
hidung kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus).
e. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
f. Frekuensi napas :
1) Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.Umur 2 bln-1 tahun 50
x/mnt atau lebih.Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
2) Nadi cepat dan bersambung.Nyeri dada yang ditusuk-tusuk
yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
g. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
h. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
i. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
j. Malaise, gelisah, cepat lelah.

7. Klasifikasi
a. Pneumonia Lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila
kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Pneumonia interstisial dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan
jaringan peribronkhial serta interlobaris.
c. Bronkhopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus.

8. Pencegahan
a. Pencegahan primer :

9
Menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia. Upaya
yang dapat dilakukan antara lain :22
1) Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi
DPT sebanyak 5 kali yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan,18/24 bulan, dan 5 tahun.
2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan memberikan ASI pada
bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang
bergizi pada Balita.
3) Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam
ruangan dan polusi di luar ruangan.
4) Mengurangi kepadatan hunian rumah.

b. Pencegahan sekuder :

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah


meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain
1) Perawatan dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral
dan penambahan oksigen.
2) Berikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin.
3) Perawatan di rumah. Tidak diberikan terapi antibiotik. Berikan
paracetamol bila demam tinggi. Bersihkan hidung pada anak
yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas
yang diolesi air garam. Berikan penisilin jika anak mengalami
nyeri tenggorokan, dipantau selama 10 hari ke depan.
c. Pencegahan tersier :
Mencegah agar tidak muncul penyakit lain atau kondisi lain yang
akan memperburuk kondisi Balita, mengurangi kematian serta
usaha rehabilitasinya. Upaya yang dilakukan berupa :22
1) Melakukan perawatan yang ekstra pada Balita di rumah. Beri
antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila
keadaan anak memburuk.

10
2) Kondisi anak bertambah parah segera bawa ke sarana kesehatan
terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak
menimbulkan kematian.

9. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karenahalitu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya :

a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan
tanda-tanda.Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.Bila terjadi
gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

10. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan
terjadi komplikasi sebagai berikut :

a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga
menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura.
c. Emfisema.
d. Meningitis.
e. Abses otak.
f. Endokarditis.
g. Osteomielitis.

11
C. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
b. Fokus pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
1) Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di
rumah dan penyakit yang menyertai.
2) Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3) Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan
mengerti tindakan yang dilakukan.
4) Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan
tindakan yang dilakukan
c. Pemeriksaan Fisisk
1) Status penampilan kesehatan : lemah
2) Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor,
koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
3) Tanda-tanda vital
(a) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
(b) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan,
pelebaran nasal.
4) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang

12
direspon oleh hipotalamus.
5) Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
6) Integumen
Kulit
(a) Warna : pucat sampai sianosis
(b) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
(c) Turgor : menurun ketika dehidrasi.
7) Kepala dan mata
Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang
nyata
Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
8) Sistem Pulmonal
a.) Inspeksi :Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,
sianosis sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif
Sampai produktif dan nyeri dada.
b.) Palpasi :Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati
kemungkin membesar.
c.) Perkusi :  Suara redup pada paru yang sakit.
d.) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
9) Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun.
10) Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
11) Sistem Genitourinaria

13
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
12) Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
13) Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif :tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru
dan penggunaan otot aksesoris pernafasan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

14
1. Tidak efektifnya  Monitor frekuensi atau  takipnea, pernapasan dangkal, dan
jalan nafas kedalaman pernapasan gerakan dada tak simetris terjadi
berhubungan dan gerakan dada. karena peningkatan tekanan dalam
dengan  Auskultasi area paru, paru dan penyempitan bronkus.
peradangan, catat area penurunan Semakin sempit dan tinggi tekanan
penumpukan atau tak ada aliran udara semakin meningkat frekuensi
secret.  Bantu pasien latihan pernapasan.
nafas dan batuk secara  suara mengi mengindikasikan
efektif terdapatnya penyempitan bronkus
 Suction sesuai indikasi oleh sputum. Penurunan aliran
udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan
 nafas dalam memudahkan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan
napas lebih kecil
 mengeluarkan sputum secara
mekanik dan mencegah obstruksi
jalan napas.
2. Kerusakan  Observasi frekuensi,  Distres pernapasan yang
pertukaran gas kedalaman dan dibuktikan dengan dispnea dan
berhubungan kemudahan bernapas takipnea sebagai indikasi
dengan  Observasi warna kulit, penurunan kemampuan
peningkatan catat adanya sianosis menyediakan oksigen bagi
tekanan kapiler pada kulit, kuku, dan jaringan
alveolus. jaringan sentral.  Sianosis kuku menunjukkan
 Kaji status mental dan vasokonstriksi. Sedangkan sianosis
penurunan kesadaran daun telinga, membran mukosa
dan kulit sekitar mulut (membran
hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.
 Gelisah, mudah terangsang,
bingung, dan somnolen sebagai

15
petunjuk hipoksemia atau
penurunan oksigenasi serebral
3. Nyeri dada  Tentukan karakteristik  nyeri pneumonia mempunyai
berhubungan nyeri, misalnya tajam, karakter nyeri dalam dan
dengan kerusakan konstan, ditusuk, meningkat saat inspirasi dan
parenkim paru. selidiki perubahan biasanya menetap
karakter atau lokasi atau  nyeri akan meningkatkan mediator
intensitas nyeri. kimia serabut persarafan yang
 Pantau tanda vital. dapat merangsang vasokonstriksi
 Berikan tindakan pembuluh darah sistemik
distraksi, misalnya  mengurangi fokus terhadap nyeri
mendengarkan musik dada sehingga dapat mengurangi
anak, menonton film ketegangan karena nyeri.
tentang anak-anak.
4. Kebutuhan nutrisi  Identifikasi faktor yang  sputum akan merangsang nervus
kurang dari menimbulkan mual atau vagus sehingga berakibat mual,
kebutuhan tubuh muntah, misalnya dispnea dapat merangsang pusat
berhubungan sputum banyak, pengaturan makan di medula
dengan pengobatan aerosol, oblongata.
peningkatan dispnea berat, nyeri.  menghilangkan tanda bahaya, rasa,
kebutuhan  Berikan wadah tertutup bau dari lingkungan pasien dan
metabolik untuk sputum dan buang dapat menurunkan mual
sekunder terhadap sesering mungkin  menurunkan efek mual yang
demam dan proses  Jadwalkan pengobatan berhubungan dengan pengobatan
infeksi pernapasan sedikitnya 1 ini.
jam sebelum makan.
5. Peningkatan suhu  Kaji suhu tubuh dan  untuk mengetahui tingkat
tubuh nadi setiap 4 jam. perkembangan pasien.
berhubungan  Pantau warna kulit dan  sianosis menunjukkan
dengan proses suhu vasokontriksi atau respons tubuh
infeksi.  Berikan dorongan untuk terhadap demam
minum sesuai pesanan  peningkatan suhu tubuh
meningkatkan peningkatan IWL,

16
sehingga banyak cairan tubuh yang
keluar dan harus diimbangi
pemasukan cairan
6. Intoleransi  Evaluasi respons pasien  menetapkan kemampuan atau
aktivitas terhadap aktivitas. Catat kebutuhan pasien dan
berhubungan laporan dispnea, memudahkan pilihan intervensi.
dengan peningkatan kelemahan  menurunkan stres dan rangsangan
ketidakseimbanga atau kelelahan berlebihan, meningkatkan istirahat.
n antara suplai dan  Berikan lingkungan  tirah baring dipertahankan selama
kebutuhan tenang dan batasi fase akut untuk menurunkan
oksigen. pengunjung selama fase kebutuhan metabolik, menghemat
akut sesuai indikasi. energi untuk penyembuhan.
Dorong penggunaan
manajemen stres dan
pengalih yang tepat
 Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan
perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.

17
D. TERAPI KOMPLEMENTER
Sebagai perawat pemberi asuhan utama dapat membeikan intervensi yang
aman dan efektif untuk anak pneumonia. Perawat dapat mengajurkan
untuk pemberian madu, karena salah satu terapi komplementer yang dapat
meningkatkan kembali kualitas tidur pada anak dengan yaitu dengan
memberikan madu.

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih
menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju.
Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran
nafas merupakan penyebab kematian no 2 di Indonesia. Data dari
SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Anonim, 2003).

B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini disusun, penulis berharap pembaca
dapat mempelajari dan memahami tentang askep pneumonia Penulis juga
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, sehingga penulis
dapat menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang dalam penyusunan
makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: TIM

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,


EGC, Jakarta.

Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4,


EGC, Jakarta.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto.

Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai