Anda di halaman 1dari 10

1.

Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring.

b. Tes laboratorium DM

Berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk
mengetahui komplikasi

c. Tes Saring

1) GDS

2) Tes Glukosa :

- Tes konvensional (metode reduksi)

- Tes Carik celup (metode glukose oxidase / hexokinase)

d. Tes monitoring terapi

1) GDP : Plasma vena, darah kapiler

2) GD2PP : Plasma Vena

3) A1C : Darah vena, darah kapiler

e. Tes mendeteksi komplikasi

1) Mikroalbuminuria : urine

2) Kolesterol total : plasma vena

3) Ureum, kreatinin : asam urat

4) Kolesterol LDL : plasma vena

5) Kolesterol HDL : plasma vena

6) Trigliserida : plasama vena

f. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3
bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada
hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam
tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C
di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal.

2. Penatalaksanaan

a. Terapi diet

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk


mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.
Jika berhasil maka akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.

b. Terapi insulin

Suntik insulin khiususnya jika memiliki diabetes tipe I. Karena diabetes tipe I
merupakan diabetes yang disebabkan rusaknya penghasil insulin alami dalam
pankreas akhibat kondisi autoimun.

c. Berolahraga

Manfaat berolahraga adalah pengatur kadar gula darah, menurunkan berat


badan dan lemak tubuh serta menjaga kebugaran, resistensi insulin akan
berkurang dan sensitivitas insulin akan meningkat.

d. Pemeriksaan Gula Darah Mandiri

Bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar gula darah, sebaiknya hasil


pemeriksaan direkam dan dicatat.

e. Edukasi

Dengan edukasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien akan


penyakit diabetes yang dideritanya, seperti bagaimana mengelola penyakit dan
komplikasi yang dapat terjadi bila pasien tidak mengelola penyakitnya dengan
baik. Edukasi diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal, serta
penyesuaian keadaan psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian.

(alomedika.com)

3. Pencegahan

a. Berhenti merokok

b. Berhenti minum alkohol


c. Rutin berolahraga

d. Menurunkan berat badan / menjaga berat badan ideal.

e. Hindari sering mengkonsumsi makanan / minuman manis

f. Konsumsi makanan berserat

g. Membatasi konsumsi daging merah.

4. Komplikasi

a. Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat / menurun
secara drastis dalam waktu yang cukup singkat.

1) Hypoglikemia

2) Ketoasidosis diabetik – koma diabetik

3) Koma hiperosmoler non ketotik

4) Koma laktoasidosis

b. Komplikasi kronis

1) Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis. Pada keadaan


kekurangan insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk energi.

2) Penyakit mikrovaskuler terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan


disebebkan oleh penebalan membran dasar kapiler dari peningkatan kadar
glukosa darah secara kronis. Ini menyebabkan diabetic retinopati, neuropati
dan nefropati.

3) Neuropati disebabkan karena kerusakan saraf karena konsentrasi glukosa


tinggi dan penyakit mikrovaskuler.

4) Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

5) Ulkus diabetikum

6) Stroke

7) Gagal ginjal kronik

8) Kerusakan kulit akhibat infeksi bakteri dan jamur.

5. Prognosis

Kesehatan penderita usia 75 tahun mempunyai harapan baru sekitar 10 tahun, oleh
karena itu harus diterapi secara agresif seperti pada penderita usia muda untuk
menurunkan resiko komplikasi. Bagaimana pun harapan penderita lebih pendek,
tujuan terapi adalah untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi akut yang mana
terutama terjadi pada penderita lanjut usia.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
A. Identitas

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya memiliki
riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia kurang dari 30
tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah
usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua dan biasanya disertai obesitas.
Diabetes gestasional merupakan yang menerapkan untuk perempuan dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan

1. Status kesehatan saat ini

 Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. 

 Alasan Masuk Rumah Sakit

Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat berlebihan, badan
lemas dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai 20%.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. 

1. Riwayat Kesehatan Terdahulu

 Riwayat Penyakit Sebelumnya


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat –
obatan yang biasa digunakan oleh penderita. 

 Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM
atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalkan
hipertensi, jantung. 

 Riwayat Pengobatan

Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan terapi injeksi insulin
eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah. Sedangakan pasien dengan diabetes
mellitus biasanya menggunakan OAD(Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea,
biguanid, meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
2. Kesadaran

Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan komposmentis dan


mengalami hipoglikemi akibat reaksi pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya
pasien mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia(60-100 x per menit), tremor, dan pucat.

3. Tanda – tanda vital

Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi, suhu, turgor kulit, dan
frekuensi pernafasan. 

 Body System

1. Sistem pernapasan
Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas

Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya massa, lesi atau bengkak.

Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas tambahan (abnormal :


weheezing, ronchi, pleural friction rub ) 

2. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak

Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi perifer melemah atau berkurang.

Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar, kardiomegali.

Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan S1, S2
tunggal 

3. Sistem Persyarafan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflex lambat,


kacau mental, disorientasi. 

Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf
sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang
membuat pasien terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas harian 

4. Sitem Perkemihan

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat proses miksi Sistem
Pencernaan

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen.

Neuropati aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri perut,
mual, muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan
inkontinensia alvi.
5. Sistem integumen

Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk, memperhatikan jumlah rambut,
distribusi dan teksturnya.

Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas, meraba tekstur rambut

6. Sistem muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri.

7. Sistem endokrin

Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya mengakibatkan produksi
insulin yang tidak adekuat yang menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas
terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi progresif
kurang efisien yang menyababkan DM tipe2.

8. Sistem reproduksi

Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas, maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi 

9. Sistem penglihatan

Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada pasien diabetes mellitus 

10. Sistem imun

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi, infeksi sangat sulit untuk
pengobatan. Area terinfeksi sembuh secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah
tidak membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody ke tempat luka.
Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis 

2. Intervensi
1. Gangguan perfusi jaringan

Tujuan :

a. Menunjukkan keseimbangan cairan, yang di buktikan oleh indikator berikut:

- Tekanan darah
- Nadi perifer
- Turgor kulit

b. Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di buktikan oleh
indikator berikut:

- Suhu, sensasi, elastisitas, hidrasi, keutuhan dan ketebalan kulit


- Perfusi jaringan

c. Menunjukkan perfusi jaringan: perifer, yang di buktikan oleh indikator berikut:

- Pengisian ulang kapiler


- Warna kulit
- Sensasi
- Integritas kulit

Kriteria hasil NOC:

1. Aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah pada tekanan yang sesuai melalui
pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan pulmonal.
2. Keparahan cairan berlebihan pada kompartemen instrasel dan ekstrasel tubuh.
3. Tingkat stimulasi kulit di rasakan dengan tepat.
4. Keutuhan struktural dan fungsi fisiologis normal kulit dan membran mukosa.
5. Keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil ekstremitas untuk
mempertahankan fungsi jaringan.

NIC :

1. Kaji ulkus statis dan gejala selulitis


2. Berikan edukasi pentingnya mematuhi program diet dan program pengobatan
3. Ajarkan pasien untuk melakukan perawatan kaki yang tepat
4. Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian tubuh saat pasien
mandi, duduk, atau berbaring.
5. Kolaborasikan pemberian obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung
reda.

2. Resiko infeksi

Tujuan

Pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
memperlihatkan higine personal yang adekuat, mengindikasi status
gastrointestinal, pernapasam, genitourinaria, dan imun dalam batas normal serta
menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.

 Kriteria Hasil (NOC)

1. Tindakan komunitas untuk menghilangkan atau menurunkan penyebaran agens


infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat
2. Resistansi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen internal
maupun eksternal
3. Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
4. Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama usia 28 hari pertama
kehidupan

NIC :

1. Pantau tanda dan gejala infeksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung, drainasi,
penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, dan malaise)
2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (mis. Usia
lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi)
3. Pantau hasil laboratorium (mis. Hitung darah lengkap, hitung granulosit absolut,
hitung jenis, protein serum, dan albumin)
4. Berikan edukasi cara mencuci tangan untuk menjaga hygiene personal untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
5. Berkolaborasi pemberian antibiotic.
3. Resiko syok
 Tujuan

Pasien tidak akan mengalami syok, yang ditunjukkan dengan perfusi jaringan :
Seluler adekuat dan tanda – tanda vital dalam rentang norma.

 Kriteria Hasil (NOC)

1. Keparahan perdarahan atau hemoragi internal atau eksterna


2. Keparahan komplikasi akibat reaksi tranfusi dara
3. Aliran darah yang tidak terobstruksi dan tidak terarah pada tekanan yang tepat
melalui pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan pulmonal
4. Keparahan infeksi dan gejala terkait
5. Tindakan personal untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi
ancaman kesehatan yang dapat dimodifikasi
6. Tindakan personal untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan personal
7. Tingkat suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah dalam rentang normal

NIC :

1. Kaji TTV
2. Pantau kondisis jantung
3. Ajarkan tanda dan gejala syok (mis. Perdarahan berlebihan, kehilangan cairan,
nyeri dada) ; ajarkan untuk melaporkan gejala ini
4. Berikan oksigen, jika gejala mengindikasikan perkembangan ke syok aktual,
atau jika diperlukan untuk pengobatan tanpa henti faktor resiko

Anda mungkin juga menyukai