Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring.
b. Tes laboratorium DM
Berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk
mengetahui komplikasi
c. Tes Saring
1) GDS
2) Tes Glukosa :
1) Mikroalbuminuria : urine
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3
bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada
hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam
tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C
di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal.
2. Penatalaksanaan
a. Terapi diet
b. Terapi insulin
Suntik insulin khiususnya jika memiliki diabetes tipe I. Karena diabetes tipe I
merupakan diabetes yang disebabkan rusaknya penghasil insulin alami dalam
pankreas akhibat kondisi autoimun.
c. Berolahraga
e. Edukasi
(alomedika.com)
3. Pencegahan
a. Berhenti merokok
4. Komplikasi
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat / menurun
secara drastis dalam waktu yang cukup singkat.
1) Hypoglikemia
4) Koma laktoasidosis
b. Komplikasi kronis
5) Ulkus diabetikum
6) Stroke
5. Prognosis
Kesehatan penderita usia 75 tahun mempunyai harapan baru sekitar 10 tahun, oleh
karena itu harus diterapi secara agresif seperti pada penderita usia muda untuk
menurunkan resiko komplikasi. Bagaimana pun harapan penderita lebih pendek,
tujuan terapi adalah untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi akut yang mana
terutama terjadi pada penderita lanjut usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya memiliki
riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia kurang dari 30
tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah
usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua dan biasanya disertai obesitas.
Diabetes gestasional merupakan yang menerapkan untuk perempuan dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan
Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat berlebihan, badan
lemas dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai 20%.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM
atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalkan
hipertensi, jantung.
Riwayat Pengobatan
Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan terapi injeksi insulin
eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah. Sedangakan pasien dengan diabetes
mellitus biasanya menggunakan OAD(Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea,
biguanid, meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi, suhu, turgor kulit, dan
frekuensi pernafasan.
Body System
1. Sistem pernapasan
Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas
Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya massa, lesi atau bengkak.
2. Sistem kardiovaskuler
Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan S1, S2
tunggal
3. Sistem Persyarafan
Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf
sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang
membuat pasien terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas harian
4. Sitem Perkemihan
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat proses miksi Sistem
Pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen.
Neuropati aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri perut,
mual, muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan
inkontinensia alvi.
5. Sistem integumen
Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk, memperhatikan jumlah rambut,
distribusi dan teksturnya.
Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas, meraba tekstur rambut
6. Sistem muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri.
7. Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya mengakibatkan produksi
insulin yang tidak adekuat yang menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas
terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi progresif
kurang efisien yang menyababkan DM tipe2.
8. Sistem reproduksi
Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas, maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi
9. Sistem penglihatan
Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada pasien diabetes mellitus
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi, infeksi sangat sulit untuk
pengobatan. Area terinfeksi sembuh secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah
tidak membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody ke tempat luka.
Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis
2. Intervensi
1. Gangguan perfusi jaringan
Tujuan :
- Tekanan darah
- Nadi perifer
- Turgor kulit
b. Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di buktikan oleh
indikator berikut:
1. Aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah pada tekanan yang sesuai melalui
pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan pulmonal.
2. Keparahan cairan berlebihan pada kompartemen instrasel dan ekstrasel tubuh.
3. Tingkat stimulasi kulit di rasakan dengan tepat.
4. Keutuhan struktural dan fungsi fisiologis normal kulit dan membran mukosa.
5. Keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil ekstremitas untuk
mempertahankan fungsi jaringan.
NIC :
2. Resiko infeksi
Tujuan
Pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
memperlihatkan higine personal yang adekuat, mengindikasi status
gastrointestinal, pernapasam, genitourinaria, dan imun dalam batas normal serta
menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
NIC :
1. Pantau tanda dan gejala infeksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung, drainasi,
penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, dan malaise)
2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (mis. Usia
lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi)
3. Pantau hasil laboratorium (mis. Hitung darah lengkap, hitung granulosit absolut,
hitung jenis, protein serum, dan albumin)
4. Berikan edukasi cara mencuci tangan untuk menjaga hygiene personal untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
5. Berkolaborasi pemberian antibiotic.
3. Resiko syok
Tujuan
Pasien tidak akan mengalami syok, yang ditunjukkan dengan perfusi jaringan :
Seluler adekuat dan tanda – tanda vital dalam rentang norma.
NIC :
1. Kaji TTV
2. Pantau kondisis jantung
3. Ajarkan tanda dan gejala syok (mis. Perdarahan berlebihan, kehilangan cairan,
nyeri dada) ; ajarkan untuk melaporkan gejala ini
4. Berikan oksigen, jika gejala mengindikasikan perkembangan ke syok aktual,
atau jika diperlukan untuk pengobatan tanpa henti faktor resiko