Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

BAB I : KETENTUAN UMUM HAL


Pasal 1 – Pengertian ................................................................. 3
Pasal 2 – Dasar ........................................................................ 3
Pasal 3 – Maksud dan Tujuan ..................................................... 4
Pasal 4 – Ruang lingkup Peraturan Perusahaan............................. 4

BAB II : HUBUNGAN KERJA


Pasal 5 – Perjanjian Kerja ......................................................... 4
Pasal 6 – Perjanjian kerja waktu tertentu .................................... 4
Pasal 7 – Perjanjian kerja waktu tidak tertentu ............................ 5
Pasal 8 – Ketentuan Penerimaan Karyawan ................................. 5

BAB III : HAK KARYAWAN DAN KEWAJIBAN KARYAWAN


Pasal 9 – Hak Karyawan …………………………………………………………………... 5
Pasal 10 – Kewajiban Melaksanakan Tugas …………………………………….. 6
Pasal 11 – Tata Tertib Kerja dan Larangan .................................. 6
Pasal 12 – Rahasia Jabatan ………………………………………………………………. 8

BAB IV : LARANGAN DAN DISIPLIN KARYAWAN


Pasal 13 – Pencegahan Bahaya Kebakaran ……………………………………. 8
Pasal 14 – Larangan Meminta Imbalan …………………………………………… 8
Pasal 15 – Disiplin Karyawan …………………………………………………………… 8

BAB V : JABATAN DAN GOLONGAN JABATAN


Pasal 16 – Penetapan Jabatan ………………………………………………………… 10
Pasal 17 – Perubahan jabatan ………………………………………………………… 10
Pasal 18 – Golongan Jabatan ………………………………………………………….. 10
Pasal 19 – Ketentuan Perubahan Jabatan ………………………………………. 11

BAB VI : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KARYAWAN


Pasal 20 – Penilaian Prestasi Kerja .………………………………………………… 11
Pasal 21 – Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ………………… 12

BAB VII : PENGUPAHAN


Pasal 22 – Penetapan Upah ……………………………………………………………… 12
Pasal 23 – Komponen Upah ……………………………………………………………… 13
Pasal 24 – Pembayaran Upah …………………………………………………………… 13
Pasal 25 – Upah Selama Sakit Berkepanjangan ……………………………… 14

BAB VIII : KESEJAHTERAAN


Pasal 26 – Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ........................ 14
Pasal 27 – Tunjangan Hari Raya Keagamaan .............................. 14
Pasal 28 – Tunjangan Perawatan Kesehatan ...............................
14 Pasal 29 – Tunjangan Kematian dan Uang Duka
……………………………. 15

1
Pasal 30 – Hadiah Pernikahan …………………………………………………………. 15
Pasal 31 – Tunjangan Kelahiran ………………………………………………………. 16

BAB IX : PERJALANAN DINAS


Pasal 32 – Perjalanan Dinas ..................................................... 16

BAB X : WAKTU KERJA DAN JAM KERJA


Pasal 33 – Hari Kerja dan Jam Kerja ........................................... 16
Pasal 34 – Hari Libur ................................................................ 17
Pasal 35 – Kerja Lembur ........................................................... 17
Pasal 36 – Upah Lembur ........................................................... 17
Pasal 37 – Tidak Hadir Karena Sakit ………………………………………………… 18
Pasal 38 – Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat
Upah Penuh ............................................................. 18

BAB XI : CUTI
Pasal 39 – Pengertian ………………………………………………………………………… 19
Pasal 40 – Cuti Tahunan ……………………………………………………………………..19
Pasal 41 – Cuti Melahirkan ………………………………………………………………… 19
Pasal 42 – Cuti haid …………………………………………………………………………… 20
Pasal 43 – Prosedur Cuti ……………………………………………………………………. 20

BAB XII : SANKSI


Pasal 44 – Ketentuan Umum …………………………………………………………….. 20
Pasal 45 – Pemberian Surat Peringatan ……………………………………………. 21
Pasal 46 – Skorsing ……………………………………………………………………………. 22

BAB XIII : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


Pasal 47 – Ketentuan Umum ...................................................... 22
Pasal 48 – PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri .................... 22
Pasal 49 – PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan Dan
Peraturan Lainnya ………………………………………………………….... 23
Pasal 50 – PHK Karena Terjadi Pernikahan Sesama Karyawan ……….. 23
Pasal 51 – PHK Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan ……………….. 24
Pasal 52 – PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia …………………………. 24
Pasal 53 – PHK Karena Perusahan Menyalahi Aturan ………………………. 24
Pasal 54 – PHK Karena Karyawan Mangkir ………………………………………. 24
Pasal 55 – PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib ……………… 25
Pasal 56 – PHK Karena Kesalahan Berat ………………………………………….. 26
Pasal 57 – PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan Status …. 26
Pasal 58 – PHK Karena Perusahaan Melakukan Efisiensi …………………. 27
Pasal 59 – PHK Karena Perusahaan Tutup / Pailit ……………………………. 27
Pasal 60 – Lembaga Bipartit ...................................................... 27

BAB XIV : Pasal 61 – Ketentuan Peralihan .................................................. 27

Pasal 62 – Sosialisasi ................................................................ 28

BAB XV : Pasal 63 – Penutup ................................................................... 28

2
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Perusahaan :
Adalah PT. Pelita Anugerah Bahari yang berkedudukan di Jakarta dan
beralamat di jalan Alur Laut Blok GG No.5B Jakarta Utara bergerak di
bidang Jasa Angkutan Laut / Ekspedisi yang anggaran dasarnya telah
diumumkan berturut-turut dalam Berita Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Perusahan :
Adalah keseluruhan isi buku Peraturan Perusahaan ini termasuk Mukadimah dan
lampiran yang menyertainya yang telah mendapat pengesahan Depnakertrans.
3. Komisaris :
Dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada
Direksi ( Direktur Utama dan Direktur ) dan ditunjuk oleh RUPS ( Rapat Umum
Pemegang Saham )
4. Direksi:
Terdiri dari Direktur Utama dan para Direktur sebagaimana tertuang di dalam
akta pendirian Perusahaan yang diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) dan bertanggung jawab kepada RUPS
5. Karyawan:
Adalah tenaga kerja yang diterima dan dipekerjakan di Perusahaan
berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan oleh Direksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pasal 2
Dasar

1. Undang-undang Nomor : 40 th 2007 tentang Perseroan Terbatas.


2. Undang-undang Nomor : 13 th 2003 tentang KETENAGAKERJAAN.
3. Undang-undang Nomor : 2 th 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 4 th 1994 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan.
5. Keputusan Meteri Tenaga Kerja & Transmigrasi Nomor : 100 th 2004 tentang

3
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
6. Keputusan Meteri Tenaga Kerja & Transmigrasi Nomor : 102 th 2004 tentang
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

Pasal 3
Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menciptakan
hubungan kerja yang baik, mengatur kewajiban dan hak karyawan terhadap
Perusahaan ataupun sebaliknya sehingga terwujud ketenangan kerja dan
produktivitas kerja maksimal yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan

Peraturan Perusahaan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum. Yang bersifat
khusus dan hal- hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan
diatur dengan Surat Keputusan Direksi.
Ruang lingkup Peraturan Perusahaan ini meliputi hak dan kewajiban, wewenang serta
tanggung jawab Direksi dan Karyawan PT. Pelita Anugerah Bahari terhadap
Perusahaan.
Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi seluruh Karyawan dan Direksi di dalam
lingkungan Perusahaan PT. Pelita Anugerah Bahari

BAB II
HUBUNGAN KERJA

Pasal 5
Perjanjian Kerja

1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara perusahaan dan
pekerja.
2. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ada 2 jenis perjanjian kerja yaitu:
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT)
b. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)

Pasal 6
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu; atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu.

4
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya
masa percobaan kerja.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
4. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
5. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu:
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
6. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
7. Selama karyawan terikat dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dihitung sebagai masa kerja karyawan.

Pasal 7
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

1. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan


kerja paling lama 3 ( tiga ) bulan.
2. Masa percobaan dihitung sebagai masa kerja karyawan.

Pasal 8
Ketentuan Penerimaan Karyawan

1. Penerimaan karyawan disesuaikan dengan rencana kebutuhan dan penambahan


tenaga.
2. Penerimaan karyawan dilakukan melalui prosedur rekrutmen yang ditetapkan
oleh perusahaan.
3. Calon Karyawan yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia,
pendidikan, keahlian, sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan.
4. Calon karyawan yang terikat perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu yang
dapat menyelesaikan masa percobaan dan dinyatakan lulus dapat menjadi
karyawan tetap.
5. Calon karyawan yang terikat perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang telah
berakhir masa kerjanya dapat diangkat menjadi karyawan tetap jika memenuhi
persyaratan yang ditetapkan perusahaan.
6. Karyawan tetap akan mendapat surat pengangkatan yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direksi.

5
BAB III
HAK KARYAWAN DAN KEWAJIBAN KARYAWAN

Pasal 9
Hak Karyawan

1. Setiap karyawan berhak mendapatkan tugas dan pekerjaan sesuai dengan


posisinya yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi.
2. Setiap karyawan berhak atas imbalan berupa upah, tunjangan dan
pendapatan lain yang ditetapkan sesuai dengan pekerjaan dan tanggung
jawabnya.
3. Setiap karyawan berhak atas waktu dan hari istirahat kerja serta cuti.
4. Setiap karyawan diikutsertakan dalam program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) sesuai undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 1992.
5. Setiap karyawan yang terancam dan atau terkena tindakan hukum oleh yang
berwajib dalam rangka menjalankan tugas yang diberikan oleh Perusahaan,
berhak memperoleh pembelaan hukum dari Perusahaan atas biaya perusahaan.
6. Mengenai Kesehatan Karyawan akan diatur dalam keputusan Direksi.

Pasal 10
Kewajiban Melaksanakan Tugas

1. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh kesadaran dan tanggung


jawab sesuai dengan Standard Operation Procedure, Instruksi Kerja, dan Job
Description yang telah ditentukan.
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
perusahaan.
3. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan
kesatuan sesama karyawan perusahaan.

Pasal 11
Tata Tertib Kerja dan Larangan

1. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.


2. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan sebaik-
baiknya.
3. Setiap karyawan wajib memeriksa peralatan kerja masing-masing sebelum
mulai bekerja atau akan meninggalkan pekerjaan sehingga benar-benar
tidak akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan mengganggu
pekerjaan.
4. Setiap karyawan wajib memelihara ketertiban dan kebersihan di tempat kerja,
serta menjaga dan memelihara kondisi dan keselamatan barang inventaris yang
berada di bawah tanggung jawabnya.

6
5. Setiap karyawan wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan
sopan.
6. Bagi mereka yang bekerja pada bagian tertentu yang karena sifat pekerjaannya
memerlukan keseragaman dan atau peralatan perlindungan diri, diharuskan
memakai pakaian kerja dan alat pengaman yang telah ditentukan dan disediakan
oleh perusahaan.
7. Apabila karyawan menemui hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan
karyawan dan atau Perusahaan harus segera melaporkan kepada atasannya atau
bidang lain yang terkait.
8. Alat-alat keselamatan kerja merupakan pinjaman dari perusahaan dan tidak
dibenarkan untuk disalahgunakan/dipindahtangankan kepada yang tidak berhak.
9. Perusahaan dapat membebankan ganti kerugian sebagian atau sepenuhnya
kepada karyawan yang bersangkutan yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
terjadi kehilangan maupun kerusakan alat-alat keselamatan kerja yang
disediakan untuk yang bersangkutan.
10. Karyawan diwajibkan berperan aktif mengambil bagian dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan-kecelakaan dilingkungan kerja masing-masing
dan menjaga kelestarian alam.
11. Tidak bekerja pada perusahaan lain, tidak mengikatkan diri untuk pekerjaan lain
selain di PT. Pelita Anugerah Bahari baik secara full time maupun part time dan
juga tidak dibenarkan bertindak sebagai penasehat (consultant) untuk
kepentingan pihak ketiga ( perusahaan lain ) yang sejenis bidang usahanya.
12. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan atau menceritakan hal-hal yang dapat merugikan nama baik
perusahaan, kecuali untuk kepentingan perusahaan.
13. Berjudi, mabuk, menghisap madat/sejenis dan membuat sesuatu yang
bertentangan dengan kesopanan atau melanggar kesusilaan di tempat kerja atau
di tempat lain yang dapat berakibat buruk langsung maupun tidak langsung
terhadap pekerjaan, termasuk mengedarkan narkotika, atau zat aditif
lainnya/psikotropika;
14. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan, termasuk memalsukan dalam tulisan;
15. Berusaha menjatuhkan nama baik dan kedudukan sesama karyawan dengan jalan
menghasut, memfitnah, dan menyebar pamflet, isyu, tulisan dan lain sebagainya,
baik didalam maupun diluar lingkungan kerja;
16. Meninggalkan tempat kerja tanpa ijin;
17. Berkelahi atau membuat onar di lingkungan perusahaan;
18. Menyalahgunakan wewenang;
19. Melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami istri dengan sejenis
dan/atau lain jenis atau perbuatan lain yang bersifat menodai nama baik
perusahaan atau perbuatan asusila lainnya di lingkungan perusahaan;

7
20. Menyerang, memukul, menganiaya, mengancam, menghina, memfitnah atau
mengintimidasi teman sekerja atau pimpinan di lingkungan kerja;
21. Setiap karyawan dilarang menyalahgunakan, memiliki, menjual, membeli,
menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan data, fasilitas, barang,
dokumen atau surat berharga milik perusahaan.
22. Setiap karyawan dilarang membawa ke luar lingkungan Perusahaan, berupa
barang Inventaris untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan lainnya selain
kepentingan perusahaan termasuk barang bekas pakai atau barang-barang yang
tidak dipergunakan lagi tanpa ijin tertulis dari penanggungjawab.
23. Tidak melanggar Undang-undang dan peraturan yang berlaku diwilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 12
Rahasia jabatan

1. Karyawan diwajibkan menyimpan semua rahasia yang terkait dengan


Perusahaan.
2. Karyawan tidak dibenarkan menyimpan di luar kantor, memperlihatkan kepada
pihak ketiga atau membawa keluar catatan ataupun dokumen-dokumen yang
bersifat rahasia tanpa ijin khusus dari Direksi.

BAB IV
LARANGAN DAN DISIPLIN KARYAWAN

Pasal 13
Pencegahan Bahaya Kebakaran

1. Setiap karyawan tidak d i p e r bolehkan merokok di tempat-tempat yang


dilarang oleh Perusahaan.
2. Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan
kebakaran di lingkungan Perusahaan.
3. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut di atas sehingga menimbulkan
kerugian akan dikenakan hukuman pemutusan hubungan kerja, tanpa
mengurangi kewajiban untuk membayar segala kerugian berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14
Larangan Meminta Imbalan

1. Setiap karyawan dilarang meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk

8
kepentingan pribadi.
2. Setiap karyawan dilarang untuk meminta atau menerima hadiah yang
diketahui atau diduga ada hubungannya dengan kedudukan atau jabatan
karyawan di Perusahaan atau hadiah tersebut merupakan imbalan langsung
maupun tak langsung dari pelaksanaan tugas Perusahaan.
3. Yang dimaksud hadiah dalam ayat di atas adalah pemberian dalam bentuk
uang, barang maupun fasilitas lainnya.

Pasal 15
Disiplin Karyawan

1. Kehadiran kerja :
a. Setiap Karyawan wajib hadir dan mulai bekerja pada waktu yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dan melakukan finger scan kehadirannya saat
masuk dan pulang.
b. Keterlambatan masuk kerja atau meninggalkan kerja atau tidak hadir,
kecuali dengan ijin atasan secara tertulis akan dikenakan tindakan disiplin.
c. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit atau hal-hal lain, harus
memberi kabar kepada atasannya secara tertulis.
d. Apabila karyawan tidak masuk kerja karena sakit wajib membawa
Surat Keterangan Dokter, copy resep / kwitansi berobat yang diserahkan
kepada atasan langsung pada hari pertama masuk kerja.
2. Pelanggaran disiplin dapat berupa ucapan, tulisan dan atau perbuatan yang
dilakukan oleh karyawan baik secara sengaja maupun karena kelalaiannya
melangggar peraturan/tata tertib perusahaan dan atau tindakan lainnya yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan perusahaan.
3. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, maka setiap karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin dikenakan
hukuman disiplin.
4. Jenis sanksi/hukuman yang dapat diberikan kepada karyawan yang melakukan
Pelanggaran Disiplin Kerja adalah:
a. Jenis disiplin ringan, diantaranya dapat berupa:
Datang terlambat, tidak masuk atau meninggalkan kantor tanpa ijin
b. Jenis disiplin sedang, diantaranya dapat berupa :
Tidak menjalankan perintah atasan, penilaian appraisal karyawan tidak baik
c. Jenis disiplin berat, diantaranya dapat berupa :
Merusak nama baik perusahaan, Membocorkan segala sesauatu yang menjadi
rahasia perusahaan kepada pihak ke tiga, Nyata-nyata terikat dan bekerja di
perusahaan lain yang sejenis bidang usahanya, Penggelapan/pencurian barang
milik perusahaan, Berkelahi sesama karyawan, mengedarkan dan memakai
Narkotika atau sejenisnya dan segala perbuatan yang nyata-nyata

9
bertentangan dengan peraturan perusahaan dan perundangan yang berlaku
diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Sanksi hukuman disiplin ringan dapat berupa :
a. Teguran secara tertulis dari atasan langsung.
b. Pernyataan tidak puas dari Pengusaha.
6. Sanksi hukuman disiplin sedang dapat berupa :
a. Pemotongan upah sebesar 10 % dari upah sebulan selama 3 (tiga) bulan.
b. Pemotongan upah tetap sebesar 20 % dari upah sebulan selama 3 (tiga)
bulan.
7. Sanksi hukuman disiplin berat dapat berupa :
a. Penurunan jabatan dan atau golongan 1 (satu) tingkat lebih rendah dari
golongan semula.
b. Penurunan jabatan dan atau golongan 2 (dua) tingkat lebih rendah dari
golongan semula.
c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri.
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak dengan hormat

BAB V
JABATAN & GOLONGAN JABATAN

Pasal 16
Penetapan Jabatan

1. Direksi menetapkan jabatan-jabatan yang perlu ada, sesuai dengan kebutuhan


atau pengembangan Perusahaan yang dituangkan ke dalam struktur organisasi.
2. Persyaratan dan ruang lingkup setiap jabatan ditetapkan oleh Direksi
berdasarkan usulan pimpinan bagian terkait.
3. Direksi menempatkan karyawan dalam suatu jabatan tertentu sesuai dengan
kualifikasi kemampuannya.

Pasal 17
Perubahan Jabatan dan Wilayah Kerja

1. Direksi dapat mengalih-tugaskan karyawan kejabatan lainnya, sesuai kebutuhan


Perusahaan.
2. Direksi dapat mengalih-tugaskan karyawan di dalam Sub Unit PT. Pelita Anugerah
Bahari di wilayah Negara Republik Indonesia.
3. Ada 3 jenis perubahan jabatan yaitu :

10
a. Promosi :
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan pertimbangan
prestasi yang baik dan posisi yang tersedia.
b. Mutasi :
Perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan pertimbangan
kebutuhan organisasi dan kelancaran Perusahaan.
c. Demosi :
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah, berdasarkan
pertimbangan turunnya prestasi dan konduite kerja karyawan yang
bersangkutan.

Pasal 18
Golongan Jabatan

1. Setiap karyawan/ti ditempatkan dalam suatu golongan jabatan yang


merujuk pada jabatan karyawan yang bersangkutan.
2. Golongan jabatan untuk pertama kali pengangkatan dan penempatan
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Karyawan/ti yang menempatkan posisi sebagai Office Boy, Cleaning
Service, Kurir, Operator Foto Copy dan Sopir ditempatkan tertentu pada
golongan I.
b. Karyawan/ti yang menempatkan posisi sebagai Staf ditempatkan
tertentu pada golongan II.
c. Karyawan/ti yang menempatkan posisi sebagai Koordinator
ditempatkan tertentu pada golongan III.
d. Karyawan/ti yang menempatkan posisi sebagai Kepada Divisi
ditempatkan tertentu pada Golongan IV.
e. Karyawan/ti yang menempatkan posisi sebagai General Manager
ditempatkan tertentu pada Golongan V.
3. Setiap karyawan/ti mendapatkan golongan jabatan yang digunakan sebagai
dasar perhitungan jenjang upah.
4. Setiap karyawan/ti dalam golongan jabatan tertentu merupakan wewenang
penuh Direksi sesuai peraturan yang berlaku di perusahaan.

Pasal 19
Ketentuan Perubahan Jabatan

1. Promosi, mutasi dan demosi diusulkan oleh atasan karyawan yang


bersangkutan melalui persetujui Direksi.
2. Dalam usulan dicantumkan dasar pertimbangan mengenai prestasi, & kondite

11
karyawan maupun kebutuhan dari bagian yang terkait.
3. Apabila usulan disetujui Direksi maka Bagian Personalia akan menyiapkan
administrasi dan menuangkan keputusan tersebut dalam Surat Keputusan Direksi.
4. Surat Keputusan Direksi disampaikan oleh atasan karyawan yang bersangkutan.
5. Karyawan yang dipromosikan atau dimutasikan menjalani masa orientasi
selama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang satu kali dengan waktu orientasi
keseluruhan paling lama 6 (enam) bulan.
6. Apabila karyawan gagal menjalani masa orientasi maka akan menempati posisi
semula.
7. Untuk karyawan yang dipromosikan, selama orientasi mendapatkan upah yang
sama dengan sebelumnya namun tunjangan disesuaikan dengan jabatan baru.
Penyesuaian upah dilakukan setelah karyawan yang bersangkutan berhasil
menjalani masa orientasi.

BAB VI
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KARYAWAN

Pasal 20
Penilaian Prestasi Kerja

1. Terhadap karyawan/ti dilakukan penilaian prestasi setiap 6 bulan untuk


membantu dalam meningkatkan prestasi kerja, p e n i l a i a n d i l a k u k a n
o l e h atasan langsung d a n d i l a p o r k a n secara periodik kepada Bagian
Personalia menurut ketentuan sebagai berikut :
a. Laporan Penilaian Periodik smester I : 01
Januari s/d 30 Juni
b. Laporan Penilaian Periodik smester II : 01
Juli s/d 31 Desember
2. Penilaian tahunan karyawan merupakan hasil perhitungan nilai rata-rata dari
penilaian karyawan periode Smester I s/d smester II.
3. Penilaian karyawan dimaksudkan untuk memberi pedoman dalam penilaian
kinerja setiap karyawan dan merupakan dasar utama bagi pengambil keputusan
dibidang pembinaan/pengembangan sumber daya manusia.
4. Hasil penilaian prestasi kerja dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi
kenaikan upah/tunjangan lainnya dan atau promosi jabatan karyawan yang
bersangkutan serta pemberian bonus karyawan.

Pasal 21
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

1. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan, Perusahaan

12
memberikan kesempatan kepada karyawan yang dianggap perlu oleh Direksi
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan teori/praktek melalui pendidikan
di dalam maupun di luar Perusahaan.
2. Biaya pendidikan ditanggung oleh Perusahaan.
3. Selama menjalani pendidikan yang ditugaskan oleh perusahaan, karyawan
bersangkutan tetap mendapatkan upah penuh dengan semua fasilitas dan
tunjangan yang menjadi haknya.
4. Karyawan yang telah menjalani pendidikan dan pelatihan yang dibiayai oleh
Perusahaan PT. Pelayaran Anugerah Bahari, wajib menandatangani sebuah surat
perjanjian yang menyatakan bahwa karyawan yang bersangkutan mempunyai
ikatan dinas minimal 3 tahun setelah selesai pelatihan.

BAB VII
PENGUPAHAN

Pasal 22
Penetapan Upah

1. Direksi menetapkan sistem dan peraturan upah yang berlaku di perusahaan dan
diatur dalam ketentuan tersendiri.
2. Besarnya kenaikan upah merujuk pada laju inflasi, prestasi & kondite karyawan
serta kemampuan perusaahaan.
3. Penetapan upah terendah tidak kurang dari Upah Minimum Propinsi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Pajak atas upah menjadi tanggungan perusahaan.

Pasal 23
Komponen Upah

1. Komponen upah karyawan ditetapkan sebagai berikut :


a. Upah Pokok.
b. Tunjangan Tetap
i. Tunjangan Jabatan
ii. Tunjangan Operasional
iii. Tunjangan Kesehatan
c. Tunjangan Tidak Tetap
i. Tunjangan Kehadiran
2. Tunjangan Tetap adalah tunjangan yang diberikan kepada karyawan dalam
jumlah tetap setiap bulannya, tanpa dipengaruhi oleh tingkat kehadiran.
3. Tunjangan Tidak Tetap (T3) adalah tunjangan yang diberikan kepada karyawan
dalam jumlah tidak tetap setiap bulannya, yang dipengaruhi oleh tingkat

13
kehadiran.
4. Besarnya uang tunjangan kehadiran (T3) setiap karyawan adalah Rp.
40.000,-/hari.
5. Tunjangan kehadiran berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Dibayarkan kepada Karyawan secara penuh jumlah kehadiran per bulan dan
dihitung berdasarkan kehadiran.
b. Karyawan yang tidak masuk kerja tidak mendapatkan tunjangan
kehadiran.
c. Penghitungan besarnya kehadiran untuk satu bulan adalah tunjangan perhari
dikalikan jumlah kehadiran.
6. Tunjangan Jabatan diberikan kepada karyawan yang menempati jabatan
struktural dalam perusahaan.
7. Tunjangan Operasional diberikan kepada karyawan dalam rangka
menunjang kegiatan operasional.
8. Besarnya tunjangan operasional diberikan apabila karyawan yang ditugaskan
demi kepentingan perusahaan dan menggunakan kendaraan/operasional pribadi
diberikan tunjangan operasional sesuai kebijakan perusahaan.
9. Tunjangan operasional tidak diberikan apabila karyawan yang ditugaskan demi
kepentingan perusahaan menggunakan kendaraan/operasional perusahaan.

Pasal 24
Pembayaran Upah

Upah karyawan dibayarkan selambat-lambatnya pada hari kerja terakhir pada bulan
yang bersangkutan.

Pasal 25
Upah Selama Sakit Berkepanjangan

1. Yang dimaksud dengan upah selama sakit berkepanjangan adalah upah yang
dibayarkan pada karyawan yang mengalami sakit yang lama dan terus menerus
yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang disertai copy resep.
2. Besarnya pembayaran upah tersebut berpedoman pada Undang-Undang No.13
tahun 2003 Pasal 93 yang besarnya sebagai berikut :
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus
perseratus) dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh
perseratus) dari upah;
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% ( dua puluh lima
perseratus ) dari upah sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerja oleh

14
pengusaha.

BAB VIII
KESEJAHTERAAN

Pasal 26
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Sesuai Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku perusahaan


mengikutsertakan karyawan dalam program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja).

Pasal 27
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

1. Menjelang Hari Raya Perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR)
kepada karyawan sebesar satu (1) bulan upah bagi yang sudah bekerja pada
perusahaan selama dua belas (12) bulan atau lebih.
2. Bagi karyawan yang bekerja tiga (3) bulan atau lebih tetapi kurang dari dua belas
(12) bulan akan diberikan secara pro rata ( masa kerja X upah) dibagi 12
3. Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) akan dilakukan selambat-lambatnya
satu (1) minggu sebelum hari raya.

Pasal 28
Tunjangan Perawatan Kesehatan

1. Perusahaan menjamin terpeliharanya kesehatan karyawan/ti dengan


diikutsertakannya dalam Program Asuransi Kesehatan
2. Yang dimaksudkan dengan perawatan kesehatan adalah usaha penyembuhan
terhadap suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang secara nyata dapat
menghambat karyawan dalam melaksanakan tugasnya dan bukan usaha untuk
menambah kekuatan kecantikan dan sebagainya.
3. Perusahaan tidak memberikan penggantian biaya bagi pemeriksaan, perawatan
dan pembelian obat-obatan, alat-alat dan lain sebagainya untuk :
a. Perawatan kecantikan dan atau untuk keindahan tubuh.
b. Perawatan penyakit menular seksual
4. Yang dimaksud dengan keluarga adalah istri atau suami dan anak-anak paling
banyak 3 (tiga) orang yang menjadi tanggungan karyawan, belum berusia 21
tahun, belum menikah dan belum bekerja.

Pasal 29

15
Tunjangan Kematian & Uang Duka

1. Bila Karyawan/ti meninggal dunia karena kecelakaan kerja/bukan karena


kecelakaan kerja, di samping mendapatkan uang pesangon dan uang jasa sesuai
dengan peraturan yang berlaku, kepada keluarganya atau ahli warisnya diberikan:
a. Upah dalam bulan yang sedang berjalan.
b. Uang duka.
c. Santunan kematian yang dilaksanakan melalui program jamsostek sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku (UU No. 03 tahun 1992 jo PP No. 79
tahun 1998)
2. Bila yang meninggal adalah istri/suami karyawan, anak karyawan, orang tua
(bukan mertua) karyawan maka akan diberikan bantuan uang duka ( sesuai
dengan kebijakan perusahaan )
3. Bila istri/karyawati yang mengalami gugur kandung setelah kandungan
berumur lebih (lima) bulan, perusahan akan memberikan bantuan uang duka
( sesuai dengan kebijakanm perusahaan )
4. Terhadap karyawan/ti yang mempunyai hubungan saudara kakak/adik
kandung dalam satu perusahaan, masing-masing akan mendapat bantuan uang
duka ( sesuai dengan kebijakan perusahaan )

Pasal 30
Hadiah Pernikahan

1. Perusahaan memberikan Hadiah Pernikahan Pertama kepada karyawan yang baru


melangsungkan pernikahan dan karyawan tersebut telah bekerja sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan.
2. Untuk mendapatkan Hadiah Pernikahan, karyawan harus menyerahkan salinan
akte nikah kepada bagian Personalia.
3. Besarnya Hadiah Pernikahan diberikan sesuai kebijakan perusahaan dan diberikan
hanya untuk pernikahan yang pertama.

Pasal 31
Tunjangan Kelahiran

1. Perusahaan memberikan tunjangan kelahiran kepada karyawan yang anaknya


baru lahir dan karyawan tersebut telah bekerja sekurang-kurangnya 12 (dua
belas) bulan.
2. Untuk mendapatkan tunjangan kelahiran, karyawan harus menyerahkan salinan
surat keterangan lahir kepada bagian Personalia.
3. Besarnya hadiah kelahiran diberikan sesuai kebijakan perusahaan.

16
BAB IX
PERJALANAN DINAS

Pasal 32
Perjalanan Dinas

1. Perjalanan dinas adalah perjalanan ke luar kota, daerah atau ke luar negeri yang
dilakukan dalam rangka tugas dan atas perintah atau persetujuan lebih dahulu
dari atasan yang berwenang.
2. Besarnya biaya perjalanan dinas tersebut dan petunjuk pelaksanaannya
ditetapkan tersendiri dengan keputusan Direksi.

BAB X
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA

Pasal 33
Hari Kerja dan Jam Kerja

1. Dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku serta kebutuhan


perusahaan, waktu kerja diatur sebagai berikut:
8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, 5 (lima) hari
kerja.
2. Waktu istirahat selama 1 (satu) jam setiap hari kerja tidak diperhitungkan sebagai
waktu kerja.
3. Hari dan jam kerja yang bersifat khusus ditentukan tersendiri oleh atasan yang
berwenang dengan sepengetahuan bagian Personalia.
4. Jam Kerja :
a. Karyawan:
Jam 08.00 - 17.00 dengan waktu istirahat 1 jam.
5. Kepada karyawan diberikan istirahat sepatutnya untuk menjalankan kewajiban
menunaikan ibadah menurut agamanya.
6. Untuk bagian khusus jam kerjanya akan diatur dalam petunjuk dan pelaksanaan
tersendiri.

Pasal 34
Hari Libur

1. Hari libur Perusahaan adalah hari libur resmi yang ditentukan pemerintah dan hari
lain yang dinyatakan libur oleh Perusahaan.

17
Pasal 35
Kerja Lembur

1. Apabila Perusahaan memerlukan lembur maka karyawan harus bersedia untuk


melakukan kerja lembur dengan mengikuti peraturan dari Departemen Tenaga
Kerja.
2. Pekerjaan yang dilakukan lebih dari 40 jam seminggu adalah m e r u p a k a n
kerja lembur dan mendapat upah lembur.
3. Ada karyawan yang tidak mendapat upah lembur karena lembur untuk karyawan
tersebut dianggap telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen upah yang
diterimanya, yaitu:
a. Karyawan yang sedang dalam perjalanan dinas.
b. Karyawan yang karena sifat dari pekerjaan sedemikian rupa sehingga
tidak terikat oleh peraturan jam kerja.
c. Karyawan dengan golongan gaji tertentu, yaitu jabatan Supervisor, Manager,
dan jabatan diatasnya.
4. Maksimum Kerja Lembur :
a. Pada hari kerja biasa 3 (tiga) jam dalam satu hari dan 14 (empat belas) jam
didalam 1 (satu) minggu.
b. Pada hari istirahat mingguan atau libur resmi lainnya 7 (tujuh) jam dalam 1
(satu) hari.

Pasal 36
Upah Lembur
Perhitungan upah lembur dihitung sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku ( Kepmen Nakertrans No. 102/Men/2004) cara perhitungan kerja lembur
sebagai berikut :
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa :
a. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah
sejam.
b. Untuk jam lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu,
maka :
- Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali upah sejam.
- Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3
(tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali

18
upah sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerj a5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu,
maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2
(dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibaya 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
Kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.

4. Perhitungan Upah Kerja Lembur per jam :


Upah per jam = 1/173 X upah sebulan.

Pasal 37
Tidak Hadir Karena Sakit

1. Apabila karyawan tidak hadir kerja karena sakit maka secepatnya yang
bersangkutan /keluarganya wajib memberitahu kepada atasan langsung dan
bagian Personalia secara lisan atau secara tertulis.
2. Karyawan yang tidak hadir kerja karena sakit diharuskan membawa Surat
Keterangan dokter dengan disertai copy resep dan kwitansi berobat.
3. Bagi karyawan yang tidak masuk karena sakit dengan Surat Keterangan Dokter
yang disertai copy resep dan kwitansi berobat maka tidak mengurangi jumlah
kehadiran dalam sebulan.

Pasal 38
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat Upah Penuh

1. Berdasarkan UU No 13 tahun 2003 pasal 93, dalam hal-hal penting, karyawan


dapat diberi ijin untuk tidak hadir pada hari kerjanya tanpa dipotong cuti, dengan
mendapat upah penuh yaitu untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
a. Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak/menantu meninggal dunia : 2 (dua)
hari kerja.
b. Kematian anggota keluarga dalam satu rumah : 1 (satu) hari kerja
c. Pekerja/buruh menikah : 3 (tiga) hari kerja
d. Pernikahan anak karyawan : 2(dua) hari kerja
e. Khitanan anak : 2 (dua) hari kerja
f. Pembaptisan anak : 2 (dua) hari kerja
g. Isteri melahirkan atau keguguran kandungan : 2 (dua) hari kerja
2. Bila keperluan-keperluan seperti tersebut pada butir (1) di atas berlangsung
di luar kota, maka ijin tidak hadir dapat ditambah dengan waktu perjalanan
tercepat.

19
3. Untuk keperluan-keperluan tersebut pada butir (1) di atas, kecuali untuk
kematian dan kelahiran, karyawan diharuskan mengajukan permohonan ijin
kepada atasannya selambat -lambatnya 2 (dua) minggu sebelumnya.

4. Atas pertimbangan Perusahaan, ijin meninggalkan pekerjaan di luar ketentuan-


ketentuan di atas dapat diberikan tanpa upah.

BAB XI
CUTI

Pasal 39
Pengertian

Yang dimaksud dengan cuti adalah istirahat kerja yang diberikan kepada karyawan
setelah masa kerja tertentu dengan mendapat upah penuh.

Pasal 40
Cuti Tahunan

1. Karyawan berhak cuti selama 12 hari kerja setelah bekerja minimum 12 bulan
berturut-turut dengan mendapat upah penuh.
2. Hak cuti tahunan karyawan diberikan dalam batas waktu 1 tahun setelah hari
jatuhnya cuti.
3. Hak cuti yang tidak diambil setelah 6 bulan dari hari jatuhnya cuti dianggap
hangus (gugur).

Pasal 41
Cuti Melahirkan

1. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu


setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
2. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami kegugur kandungan berhak
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan.
3. Bagi karyawan yang akan mengambil cuti melahirkan harus mengajukan
permohonan selambat- lambatnya satu minggu sebelum cuti dimulai.

Pasal 42

20
Cuti Haid

1. Karyawan perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan


memberitahukan kepada perusahaan, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
hari kedua waktu haid, dengan mendapat upah penuh.
2. Kelalaian memberitahukan akan dianggap tidak masuk kerja tanpa ijin/mangkir
dan dapat dikenakan sanksi.

Pasal 43
Prosedur Cuti

1. Prosedur pengambilan cuti dilakukan melalui atasannya langsung


2. Permohonan cuti diajukan paling lambat 1 minggu sebelumnya dengan mengisi
formulir yang tersedia di bagian Personalia.
3. Bagian Personalia memberi catatan pada formulir permohonan tentang
ketentuan cuti antara lain tentang hak cuti dan cuti yang telah diambil.
4. Penundaan cuti hanya diberikan atas persetujuan Direksi atau yang mewakili.
5. Untuk kepentingan Perusahaan, Direksi dapat menunda waktu cuti karyawan.
Dalam hal ini, kepada karyawan yang bersangkutan diberikan kompensasi berupa
cuti tambahan yang lamanya ditentukan oleh Direksi.

BAB XII
SANKSI

Pasal 44
Ketentuan Umum

1. Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan karyawan yang melanggar


ketentuan yang diatur dalam peraturan perusahaan dapat dikenakan sanksi.
2. Apabila pelanggaran tersebut diatas mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
maka selain dikenakan sanksi, karyawan wajib mengganti kerugian kepada
perusahaan.
3. Jenis sanksi yang diberikan adalah pemberian surat peringatan pertama,
kedua dan ketiga.
4. Setelah surat peringatan ketiga, perusahaan dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja.
5. Dalam hal seorang karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya karena
kesalahan yang termasuk kategori berat, maka pelaksanaannya berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kesalahan berat yang dimaksud dalam hal ini harus didukung dengan bukti
sebagai berikut:
a. Karyawan tertangkap tangan;
b. Ada pengakuan dari karyawan yang bersangkutan; atau

21
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) saksi.

Pasal 45
Pemberian Surat Peringatan

Perusahaan dapat memberikan surat peringatan kepada setiap karyawan yang


melakukan pelanggaran Peraturan Perusahaan, Tata Tertib Perusahaan, atau
Peraturan lainnya, antara lain :
1. Menolak perintah yang layak.
2. Tidak cakap dalam melakukan pekerjaan walaupun telah dicoba dibagian yang
lain.
3. Kepada karyawan yang melakukan pelanggaran Peraturan Perusahaan, Tata Tertib
Perusahaan atau Peraturan lainnya dapat diberikan Surat Peringatan antara lain :
a. Surat Peringatan Pertama (I) : Ucapan, tulisan atau perbuatan karyawan yang
melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan.
b. Surat Peringatan Kedua (II) : Pengulangan pelanggaran dari point (a) atau pe
langgaran yang dilakukan karyawan lebih berat dari pelanggaran sebelum
nya.
c. Surat Peringatan Ketiga (III) : Pengulangan pelanggaran dari point (a) dan
point (b) atau pelanggaran berat yang dilakukan bertentangan dengan Peratu
turan Perusahaan dan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia.
4. Surat peringatan pertama, kedua dan ketiga tidak perlu diberikan menurut
urut-urutannya, tapi dinilai dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan
karyawan.
5. Tingkatan surat peringatan ditentukan bersama oleh atasan langsung minimal
setingkat manajer dengan bagian Personalia dan disetujui oleh direksi.
6. Dalam hal surat peringatan diterbitkan secara berurutan maka surat
peringatan berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan.
7. Apabila karyawan melakukan pelanggaran sebelum berakhirnya masa
berlaku surat peringatan pertama, maka perusahaan dapat menerbitkan surat
peringatan kedua, yang juga mempunyai jangka waktu berlaku selama 6
(enam) bulan sejak diterbitkannya s u r a t peringatan kedua.
8. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum surat peringatan
kedua habis masa berlakunya, maka perusahaan dapat menerbitkan peringatan
ketiga (terakhir) yang berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya
peringatan ketiga.
9. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum surat peringatan
ketiga (terakhir) habis masa berlakunya, maka perusahaan dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja.
10. Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan
sudah terlampaui, apabila karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran
maka surat peringatan yang diterbitkan oleh perusahaan adalah kembali
sebagai peringatan pertama, kedua atau ketiga sesuai besar kecilnya
pelanggaran yang dilakukan karyawan.
11. Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik karyawan
agar dapat memperbaiki kesalahannya dan di sisi lain waktu 6 (enam) bulan ini

22
merupakan waktu yang cukup bagi pengusaha untuk melakukan penilaian
terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan.
12. Cara Menyampaikan Surat Peringatan :
a. Surat peringatan dibuat oleh atasan karyawan yang bersangkutan dan
atau yang mewakili, atas saran Divisi Personalia.
b. Surat peringatan dibuat rangkat 3 (tiga) dan dibagikan sebagai berikut.
i. Asli : Untuk arsip divisi Personalia.
ii. Duplikat : Diterima kepada karyawan yang bersangkutan.
iii. Triplikat : Sebagai arsip Bagian dimana karyawan itu
bekerja.
c. Surat peringatan ini harus ditanda tangani oleh karyawan yang
bersangkutan.
d. Surat peringatan ini harus disampaikan secepat mungkin.

Pasal 46
Skorsing

Perusahaan dapat melakukan tindakan skorsing kepada karyawan yang sedang


dalam proses PHK dengan tetap wajib membayar upah dan hak-hak lainnya yang
biasa diterima karyawan (sesuai UU No. 13 tahun 2003 pasal 155 ayat 3).

BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 47
Ketentuan Umum

1. Hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan putus karena :


a. Karyawan mengundurkan diri.
b. Karyawan mencapai usia pensiun 60 (Enam puluh ) tahun.
c. Karyawan melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perusahaan dan peraturan lainnya.
d. Terjadi pernikahan sesama karyawan.
e. Karyawan sakit berkepanjangan.
f. Karyawan meninggal dunia.
g. Karyawan tidak mau melanjutkan hubungan kerja
h. Karyawan ditahan oleh pihak berwajib.
i. Karyawan melakukan kesalahan Berat.
j. Perusahaan melakukan perubahan status dan karyawan tidak
bersedia melanjutkan hubungan kerja .
k. Perusahaan melakukan efisiensi karena mengalami kerugian.
l. Perusahaan tutup/pailit.

Pasal 48

23
PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri

1. Karyawan yang mengundurkan diri bekerja, wajib mengajukan surat pengunduran


diri secara tertulis kepada perusahaan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
sebelumnya. (UU No : 13 Tahun 2003 Pasal 162)
2. Permohonan tersebut diajukan kepada atasan langsung yang bersangkutan
dengan tembusan kepada atasan yang lebih tinggi dan bagian Personalia.
Sebelum berhenti karyawan tersebut harus memenuhi syarat:
a. Menyerahkan kembali semua milik perusahaan yang berada dalam
peguasaannya dan atau di bawah tanggung jawabnya, yang meliputi seluruh
barang inventaris dan surat-surat serta naskah-naskah lain baik dalam
bentuk asli maupun rekaman.
b. Melakukan serah terima pekerjaan dengan atasannya atau dengan
karyawan lain yang ditunjuk oleh atasannya tersebut.
c. Menyelesaikan hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban keuangan lainnya
dengan perusahaan.
d. Tidak terikat dalam ikatan dinas.
e. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
3. Pekerja yang mengundurkan diri tersebut berhak atas Uang Penggantian Hak
sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 meliputi :
- cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
- biaya/ongkos pulang untuk karyawan/pekerja dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/pekerja diterima bekerja;
- pengganti perumahan seta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat;
Dan uang pisah ( Pasal 162 ) UU No. 13 Tahun 2003 sebagai berikut :
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun….1 ½ bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun….2 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih...........................................3 bulan upah

Pasal 49
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan dan Peraturan Lainnya

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika karyawan tetap


melakukan pelanggaran pada saat surat peringatan ketiga (terakhir) belum habis
masa berlakunya.

Pasal 50
PHK Karena Terjadi Pernikahan Sesama Karyawan

Apabila terjadi pernikahan antar-karyawan, maka salah seorang harus


mengundurkan diri. Atas berakhirnya hubungan kerja tersebut, pekerja berhak atas
uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) UU No. 13 tahun 2003
meliputi :
- cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;

24
- biaya/ongkos pulang untuk karyawan/pekerja dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/pekerja diterima bekerja;
- pengganti perumahan seta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat;
Dan uang pisah ( Pasal 162 ) UU No. 13 Tahun 2003 sebagai berikut :
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun….1 ½ bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun….2 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih...........................................3 bulan upah

Pasal 51
PHK Karena Karyawan sakit berkepanjangan

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah melampaui


batas 12 (dua belas) bulan kepada karyawan yang :
a. Mengalami sakit berkepanjangan dan menurut keterangan dokter tidak
sehat jasmani dan atau rohani untuk melanjutkan pekerjaan.
b. Mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
kerjaannya.

Pasal 52
PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia

Apabila karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus.

Pasal 53
PHK Karena Perusahaan Menyalahi Aturan

Karyawan dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja, dalam hal


pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
a. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam karyawan;
b. membujuk dan/atau menyuruh karyawan untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c. tidak membayar gaji tepat pada waktu yang telah ditentukan
selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih;
d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada karyawan;
e. memerintahkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan di luar
yang diperjanjikan.
f. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan dan kesusilaan karyawan sedangkan pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja.

25
Pasal 54
PHK Karena Karyawan Mangkir

Karyawan yang tidak masuk bekerja selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa ijin
resmi sebelumnya dan karyawan tidak dapat memberikan keterangan dengan
bukti yang sah yang dapat diterima oleh perusahaan, dan telah dipanggil oleh
perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Karyawan berhak atas Uang Penggantian

Hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 meliputi :
- cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
- biaya/ongkos pulang untuk karyawan/pekerja dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/pekerja diterima bekerja;
- pengganti perumahan seta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat;
Bagi karyawan yang melakukan pelanggaran karena alasan mendesak (Pasal 158)
dan karyawan mangkir 5 (lima) hari kerja berturut-turut (pasal 168) UU No. 13 Tahun
2003 berhak mendapatkan uang pisah sebagai berikut :
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun….1 bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun….1 1/2 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih……………………………………………..2 bulan upah

Pasal 55
PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib

1. Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana bukan atas pengaduan perusahaan, maka perusahaan tidak wajib
membayar gaji tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga karyawan
yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah;
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah;
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% (empat puluh lima perseratus) dari
upah;
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih 50% (lima puluh perseratus)
dari upah;
2. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan oleh pihak
yang berwajib.
3. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan
yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana.

26
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah,
maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali.
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang bersangkutan.

Pasal 56
PHK Karena Kesalahan Berat

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan dengan


alasan karyawan telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau milik
perusahaan;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan
kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja
atau pengusaha di lingkungan kerja;
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha
dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara, atau melakukan perbuatan
lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih.

2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (6) harus didukung
dengan bukti sebagai berikut :
a. Karyawan tertangkap tangan;
b. Ada pengakuan dari karyawan yang bersangkutan, atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di

27
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.

Pasal 57
PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan status

Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi apabila terjadi perubahan status,


penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan :
a. Karyawan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, atau
b. Perusahaan tidak bersedia menerima karyawan di perusahaannya.
Pasal 58
PHK Karena Perusahaan melakukan Efisiensi

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan


karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-
turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan
melakukan efisiensi.

Pasal 59
PHK Karena Perusahaan Tutup/ Pailit

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh


karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara
terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dan
atau perusahaan pailit.

Pasal 60
Lembaga Bipartit

1. Lembaga Bipartit terdiri dari wakil-wakil Karyawan dan wakil-wakil dari


perusahaan yang tujuan utamanya mengembangkan hubungan industrial yang
harmonis melalui pembinaan terhadap karyawan serta menyelesaikan
permasalahan yang timbul antara karyawan dengan perusahaan sebelum
diputuskan oleh Pengusaha.
2. Lembaga Bipartit berfungsi sebagai :
a. Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah antara pengusaha dan
wakil karyawan atau keryawan pada tingkat perusahaan.
b. Sebagai forum untuk membahas masalah hubungan industrial di
perusahaan guna meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan
karyawan yang menjamin kelangsungan usaha dan menciptakan ketenangan
kerja.

28
BAB XIV
Ketentuan Peralihan
Pasal 61

1. Apabila dipandang perlu terhadap hal–hal yang bersifat teknis yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari isi Peraturan Perusahaan ini akan diatur dalam
ketentuan tersendiri berdasarkan kebijakan pengusaha.
2. Apabila di dalam Peraturan Perusahaan ini terdapat ketentuan-ketentuan yang
didasarkan kepada suatu peraturan perundang-undangan yang apabila
dikemudian hari mengalami perubahan, maka dengan sendirinya diberlakukan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 62
Sosialisasi

Untuk pemahaman setiap Karyawan atas Peraturan Perusahaan ini, Pengusaha atau
yang mewakili berkewajiban mensosialisasikannya kepada seluruh Karyawan/ti.

BAB XV
Penutup
Pasal 63

1. Peraturan ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
tanggal pengesahan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI
Jakarta.
2. Adapun jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) telah habis, maka
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan ini, masih tetap berlaku
sampai disahkannya Peraturan Perusahaan yang baru oleh Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.

3. Perusahan dapat mengadakan perubahan, penambahan maupun pengurangan


terhadap peraturan ini bila dianggap perlu, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali.
4. Perubahan dilakukan oleh Direksi dengan memperhatikan aspirasi yang ada di
lingkungan karyawan, kondisi perusahaan serta ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Januari 2014

29
PT. PELITA ANUGERAH BAHARI HRD Dept,

MUHAMMAD YASMIN WAWAN PURWANA, S.H


Direktur Utama Manager

30

Anda mungkin juga menyukai