1
Pasal 30 – Hadiah Pernikahan …………………………………………………………. 15
Pasal 31 – Tunjangan Kelahiran ………………………………………………………. 16
BAB XI : CUTI
Pasal 39 – Pengertian ………………………………………………………………………… 19
Pasal 40 – Cuti Tahunan ……………………………………………………………………..19
Pasal 41 – Cuti Melahirkan ………………………………………………………………… 19
Pasal 42 – Cuti haid …………………………………………………………………………… 20
Pasal 43 – Prosedur Cuti ……………………………………………………………………. 20
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Pasal 2
Dasar
3
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
6. Keputusan Meteri Tenaga Kerja & Transmigrasi Nomor : 102 th 2004 tentang
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.
Pasal 3
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menciptakan
hubungan kerja yang baik, mengatur kewajiban dan hak karyawan terhadap
Perusahaan ataupun sebaliknya sehingga terwujud ketenangan kerja dan
produktivitas kerja maksimal yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum. Yang bersifat
khusus dan hal- hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan
diatur dengan Surat Keputusan Direksi.
Ruang lingkup Peraturan Perusahaan ini meliputi hak dan kewajiban, wewenang serta
tanggung jawab Direksi dan Karyawan PT. Pelita Anugerah Bahari terhadap
Perusahaan.
Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi seluruh Karyawan dan Direksi di dalam
lingkungan Perusahaan PT. Pelita Anugerah Bahari
BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 5
Perjanjian Kerja
1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara perusahaan dan
pekerja.
2. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ada 2 jenis perjanjian kerja yaitu:
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT)
b. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
Pasal 6
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu; atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu.
4
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya
masa percobaan kerja.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
4. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
5. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu:
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
6. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
7. Selama karyawan terikat dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dihitung sebagai masa kerja karyawan.
Pasal 7
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu
Pasal 8
Ketentuan Penerimaan Karyawan
5
BAB III
HAK KARYAWAN DAN KEWAJIBAN KARYAWAN
Pasal 9
Hak Karyawan
Pasal 10
Kewajiban Melaksanakan Tugas
Pasal 11
Tata Tertib Kerja dan Larangan
6
5. Setiap karyawan wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan
sopan.
6. Bagi mereka yang bekerja pada bagian tertentu yang karena sifat pekerjaannya
memerlukan keseragaman dan atau peralatan perlindungan diri, diharuskan
memakai pakaian kerja dan alat pengaman yang telah ditentukan dan disediakan
oleh perusahaan.
7. Apabila karyawan menemui hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan
karyawan dan atau Perusahaan harus segera melaporkan kepada atasannya atau
bidang lain yang terkait.
8. Alat-alat keselamatan kerja merupakan pinjaman dari perusahaan dan tidak
dibenarkan untuk disalahgunakan/dipindahtangankan kepada yang tidak berhak.
9. Perusahaan dapat membebankan ganti kerugian sebagian atau sepenuhnya
kepada karyawan yang bersangkutan yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
terjadi kehilangan maupun kerusakan alat-alat keselamatan kerja yang
disediakan untuk yang bersangkutan.
10. Karyawan diwajibkan berperan aktif mengambil bagian dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan-kecelakaan dilingkungan kerja masing-masing
dan menjaga kelestarian alam.
11. Tidak bekerja pada perusahaan lain, tidak mengikatkan diri untuk pekerjaan lain
selain di PT. Pelita Anugerah Bahari baik secara full time maupun part time dan
juga tidak dibenarkan bertindak sebagai penasehat (consultant) untuk
kepentingan pihak ketiga ( perusahaan lain ) yang sejenis bidang usahanya.
12. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan atau menceritakan hal-hal yang dapat merugikan nama baik
perusahaan, kecuali untuk kepentingan perusahaan.
13. Berjudi, mabuk, menghisap madat/sejenis dan membuat sesuatu yang
bertentangan dengan kesopanan atau melanggar kesusilaan di tempat kerja atau
di tempat lain yang dapat berakibat buruk langsung maupun tidak langsung
terhadap pekerjaan, termasuk mengedarkan narkotika, atau zat aditif
lainnya/psikotropika;
14. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan, termasuk memalsukan dalam tulisan;
15. Berusaha menjatuhkan nama baik dan kedudukan sesama karyawan dengan jalan
menghasut, memfitnah, dan menyebar pamflet, isyu, tulisan dan lain sebagainya,
baik didalam maupun diluar lingkungan kerja;
16. Meninggalkan tempat kerja tanpa ijin;
17. Berkelahi atau membuat onar di lingkungan perusahaan;
18. Menyalahgunakan wewenang;
19. Melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami istri dengan sejenis
dan/atau lain jenis atau perbuatan lain yang bersifat menodai nama baik
perusahaan atau perbuatan asusila lainnya di lingkungan perusahaan;
7
20. Menyerang, memukul, menganiaya, mengancam, menghina, memfitnah atau
mengintimidasi teman sekerja atau pimpinan di lingkungan kerja;
21. Setiap karyawan dilarang menyalahgunakan, memiliki, menjual, membeli,
menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan data, fasilitas, barang,
dokumen atau surat berharga milik perusahaan.
22. Setiap karyawan dilarang membawa ke luar lingkungan Perusahaan, berupa
barang Inventaris untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan lainnya selain
kepentingan perusahaan termasuk barang bekas pakai atau barang-barang yang
tidak dipergunakan lagi tanpa ijin tertulis dari penanggungjawab.
23. Tidak melanggar Undang-undang dan peraturan yang berlaku diwilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 12
Rahasia jabatan
BAB IV
LARANGAN DAN DISIPLIN KARYAWAN
Pasal 13
Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pasal 14
Larangan Meminta Imbalan
8
kepentingan pribadi.
2. Setiap karyawan dilarang untuk meminta atau menerima hadiah yang
diketahui atau diduga ada hubungannya dengan kedudukan atau jabatan
karyawan di Perusahaan atau hadiah tersebut merupakan imbalan langsung
maupun tak langsung dari pelaksanaan tugas Perusahaan.
3. Yang dimaksud hadiah dalam ayat di atas adalah pemberian dalam bentuk
uang, barang maupun fasilitas lainnya.
Pasal 15
Disiplin Karyawan
1. Kehadiran kerja :
a. Setiap Karyawan wajib hadir dan mulai bekerja pada waktu yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dan melakukan finger scan kehadirannya saat
masuk dan pulang.
b. Keterlambatan masuk kerja atau meninggalkan kerja atau tidak hadir,
kecuali dengan ijin atasan secara tertulis akan dikenakan tindakan disiplin.
c. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit atau hal-hal lain, harus
memberi kabar kepada atasannya secara tertulis.
d. Apabila karyawan tidak masuk kerja karena sakit wajib membawa
Surat Keterangan Dokter, copy resep / kwitansi berobat yang diserahkan
kepada atasan langsung pada hari pertama masuk kerja.
2. Pelanggaran disiplin dapat berupa ucapan, tulisan dan atau perbuatan yang
dilakukan oleh karyawan baik secara sengaja maupun karena kelalaiannya
melangggar peraturan/tata tertib perusahaan dan atau tindakan lainnya yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan perusahaan.
3. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, maka setiap karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin dikenakan
hukuman disiplin.
4. Jenis sanksi/hukuman yang dapat diberikan kepada karyawan yang melakukan
Pelanggaran Disiplin Kerja adalah:
a. Jenis disiplin ringan, diantaranya dapat berupa:
Datang terlambat, tidak masuk atau meninggalkan kantor tanpa ijin
b. Jenis disiplin sedang, diantaranya dapat berupa :
Tidak menjalankan perintah atasan, penilaian appraisal karyawan tidak baik
c. Jenis disiplin berat, diantaranya dapat berupa :
Merusak nama baik perusahaan, Membocorkan segala sesauatu yang menjadi
rahasia perusahaan kepada pihak ke tiga, Nyata-nyata terikat dan bekerja di
perusahaan lain yang sejenis bidang usahanya, Penggelapan/pencurian barang
milik perusahaan, Berkelahi sesama karyawan, mengedarkan dan memakai
Narkotika atau sejenisnya dan segala perbuatan yang nyata-nyata
9
bertentangan dengan peraturan perusahaan dan perundangan yang berlaku
diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Sanksi hukuman disiplin ringan dapat berupa :
a. Teguran secara tertulis dari atasan langsung.
b. Pernyataan tidak puas dari Pengusaha.
6. Sanksi hukuman disiplin sedang dapat berupa :
a. Pemotongan upah sebesar 10 % dari upah sebulan selama 3 (tiga) bulan.
b. Pemotongan upah tetap sebesar 20 % dari upah sebulan selama 3 (tiga)
bulan.
7. Sanksi hukuman disiplin berat dapat berupa :
a. Penurunan jabatan dan atau golongan 1 (satu) tingkat lebih rendah dari
golongan semula.
b. Penurunan jabatan dan atau golongan 2 (dua) tingkat lebih rendah dari
golongan semula.
c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri.
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak dengan hormat
BAB V
JABATAN & GOLONGAN JABATAN
Pasal 16
Penetapan Jabatan
Pasal 17
Perubahan Jabatan dan Wilayah Kerja
10
a. Promosi :
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan pertimbangan
prestasi yang baik dan posisi yang tersedia.
b. Mutasi :
Perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan pertimbangan
kebutuhan organisasi dan kelancaran Perusahaan.
c. Demosi :
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah, berdasarkan
pertimbangan turunnya prestasi dan konduite kerja karyawan yang
bersangkutan.
Pasal 18
Golongan Jabatan
Pasal 19
Ketentuan Perubahan Jabatan
11
karyawan maupun kebutuhan dari bagian yang terkait.
3. Apabila usulan disetujui Direksi maka Bagian Personalia akan menyiapkan
administrasi dan menuangkan keputusan tersebut dalam Surat Keputusan Direksi.
4. Surat Keputusan Direksi disampaikan oleh atasan karyawan yang bersangkutan.
5. Karyawan yang dipromosikan atau dimutasikan menjalani masa orientasi
selama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang satu kali dengan waktu orientasi
keseluruhan paling lama 6 (enam) bulan.
6. Apabila karyawan gagal menjalani masa orientasi maka akan menempati posisi
semula.
7. Untuk karyawan yang dipromosikan, selama orientasi mendapatkan upah yang
sama dengan sebelumnya namun tunjangan disesuaikan dengan jabatan baru.
Penyesuaian upah dilakukan setelah karyawan yang bersangkutan berhasil
menjalani masa orientasi.
BAB VI
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KARYAWAN
Pasal 20
Penilaian Prestasi Kerja
Pasal 21
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
12
memberikan kesempatan kepada karyawan yang dianggap perlu oleh Direksi
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan teori/praktek melalui pendidikan
di dalam maupun di luar Perusahaan.
2. Biaya pendidikan ditanggung oleh Perusahaan.
3. Selama menjalani pendidikan yang ditugaskan oleh perusahaan, karyawan
bersangkutan tetap mendapatkan upah penuh dengan semua fasilitas dan
tunjangan yang menjadi haknya.
4. Karyawan yang telah menjalani pendidikan dan pelatihan yang dibiayai oleh
Perusahaan PT. Pelayaran Anugerah Bahari, wajib menandatangani sebuah surat
perjanjian yang menyatakan bahwa karyawan yang bersangkutan mempunyai
ikatan dinas minimal 3 tahun setelah selesai pelatihan.
BAB VII
PENGUPAHAN
Pasal 22
Penetapan Upah
1. Direksi menetapkan sistem dan peraturan upah yang berlaku di perusahaan dan
diatur dalam ketentuan tersendiri.
2. Besarnya kenaikan upah merujuk pada laju inflasi, prestasi & kondite karyawan
serta kemampuan perusaahaan.
3. Penetapan upah terendah tidak kurang dari Upah Minimum Propinsi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Pajak atas upah menjadi tanggungan perusahaan.
Pasal 23
Komponen Upah
13
kehadiran.
4. Besarnya uang tunjangan kehadiran (T3) setiap karyawan adalah Rp.
40.000,-/hari.
5. Tunjangan kehadiran berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Dibayarkan kepada Karyawan secara penuh jumlah kehadiran per bulan dan
dihitung berdasarkan kehadiran.
b. Karyawan yang tidak masuk kerja tidak mendapatkan tunjangan
kehadiran.
c. Penghitungan besarnya kehadiran untuk satu bulan adalah tunjangan perhari
dikalikan jumlah kehadiran.
6. Tunjangan Jabatan diberikan kepada karyawan yang menempati jabatan
struktural dalam perusahaan.
7. Tunjangan Operasional diberikan kepada karyawan dalam rangka
menunjang kegiatan operasional.
8. Besarnya tunjangan operasional diberikan apabila karyawan yang ditugaskan
demi kepentingan perusahaan dan menggunakan kendaraan/operasional pribadi
diberikan tunjangan operasional sesuai kebijakan perusahaan.
9. Tunjangan operasional tidak diberikan apabila karyawan yang ditugaskan demi
kepentingan perusahaan menggunakan kendaraan/operasional perusahaan.
Pasal 24
Pembayaran Upah
Upah karyawan dibayarkan selambat-lambatnya pada hari kerja terakhir pada bulan
yang bersangkutan.
Pasal 25
Upah Selama Sakit Berkepanjangan
1. Yang dimaksud dengan upah selama sakit berkepanjangan adalah upah yang
dibayarkan pada karyawan yang mengalami sakit yang lama dan terus menerus
yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang disertai copy resep.
2. Besarnya pembayaran upah tersebut berpedoman pada Undang-Undang No.13
tahun 2003 Pasal 93 yang besarnya sebagai berikut :
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus
perseratus) dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh
perseratus) dari upah;
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% ( dua puluh lima
perseratus ) dari upah sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerja oleh
14
pengusaha.
BAB VIII
KESEJAHTERAAN
Pasal 26
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pasal 27
Tunjangan Hari Raya Keagamaan
1. Menjelang Hari Raya Perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR)
kepada karyawan sebesar satu (1) bulan upah bagi yang sudah bekerja pada
perusahaan selama dua belas (12) bulan atau lebih.
2. Bagi karyawan yang bekerja tiga (3) bulan atau lebih tetapi kurang dari dua belas
(12) bulan akan diberikan secara pro rata ( masa kerja X upah) dibagi 12
3. Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) akan dilakukan selambat-lambatnya
satu (1) minggu sebelum hari raya.
Pasal 28
Tunjangan Perawatan Kesehatan
Pasal 29
15
Tunjangan Kematian & Uang Duka
Pasal 30
Hadiah Pernikahan
Pasal 31
Tunjangan Kelahiran
16
BAB IX
PERJALANAN DINAS
Pasal 32
Perjalanan Dinas
1. Perjalanan dinas adalah perjalanan ke luar kota, daerah atau ke luar negeri yang
dilakukan dalam rangka tugas dan atas perintah atau persetujuan lebih dahulu
dari atasan yang berwenang.
2. Besarnya biaya perjalanan dinas tersebut dan petunjuk pelaksanaannya
ditetapkan tersendiri dengan keputusan Direksi.
BAB X
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 33
Hari Kerja dan Jam Kerja
Pasal 34
Hari Libur
1. Hari libur Perusahaan adalah hari libur resmi yang ditentukan pemerintah dan hari
lain yang dinyatakan libur oleh Perusahaan.
17
Pasal 35
Kerja Lembur
Pasal 36
Upah Lembur
Perhitungan upah lembur dihitung sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku ( Kepmen Nakertrans No. 102/Men/2004) cara perhitungan kerja lembur
sebagai berikut :
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa :
a. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah
sejam.
b. Untuk jam lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu,
maka :
- Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali upah sejam.
- Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3
(tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali
18
upah sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerj a5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu,
maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2
(dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibaya 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
Kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.
Pasal 37
Tidak Hadir Karena Sakit
1. Apabila karyawan tidak hadir kerja karena sakit maka secepatnya yang
bersangkutan /keluarganya wajib memberitahu kepada atasan langsung dan
bagian Personalia secara lisan atau secara tertulis.
2. Karyawan yang tidak hadir kerja karena sakit diharuskan membawa Surat
Keterangan dokter dengan disertai copy resep dan kwitansi berobat.
3. Bagi karyawan yang tidak masuk karena sakit dengan Surat Keterangan Dokter
yang disertai copy resep dan kwitansi berobat maka tidak mengurangi jumlah
kehadiran dalam sebulan.
Pasal 38
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat Upah Penuh
19
3. Untuk keperluan-keperluan tersebut pada butir (1) di atas, kecuali untuk
kematian dan kelahiran, karyawan diharuskan mengajukan permohonan ijin
kepada atasannya selambat -lambatnya 2 (dua) minggu sebelumnya.
BAB XI
CUTI
Pasal 39
Pengertian
Yang dimaksud dengan cuti adalah istirahat kerja yang diberikan kepada karyawan
setelah masa kerja tertentu dengan mendapat upah penuh.
Pasal 40
Cuti Tahunan
1. Karyawan berhak cuti selama 12 hari kerja setelah bekerja minimum 12 bulan
berturut-turut dengan mendapat upah penuh.
2. Hak cuti tahunan karyawan diberikan dalam batas waktu 1 tahun setelah hari
jatuhnya cuti.
3. Hak cuti yang tidak diambil setelah 6 bulan dari hari jatuhnya cuti dianggap
hangus (gugur).
Pasal 41
Cuti Melahirkan
Pasal 42
20
Cuti Haid
Pasal 43
Prosedur Cuti
BAB XII
SANKSI
Pasal 44
Ketentuan Umum
21
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) saksi.
Pasal 45
Pemberian Surat Peringatan
22
merupakan waktu yang cukup bagi pengusaha untuk melakukan penilaian
terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan.
12. Cara Menyampaikan Surat Peringatan :
a. Surat peringatan dibuat oleh atasan karyawan yang bersangkutan dan
atau yang mewakili, atas saran Divisi Personalia.
b. Surat peringatan dibuat rangkat 3 (tiga) dan dibagikan sebagai berikut.
i. Asli : Untuk arsip divisi Personalia.
ii. Duplikat : Diterima kepada karyawan yang bersangkutan.
iii. Triplikat : Sebagai arsip Bagian dimana karyawan itu
bekerja.
c. Surat peringatan ini harus ditanda tangani oleh karyawan yang
bersangkutan.
d. Surat peringatan ini harus disampaikan secepat mungkin.
Pasal 46
Skorsing
BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 47
Ketentuan Umum
Pasal 48
23
PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri
Pasal 49
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan dan Peraturan Lainnya
Pasal 50
PHK Karena Terjadi Pernikahan Sesama Karyawan
24
- biaya/ongkos pulang untuk karyawan/pekerja dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/pekerja diterima bekerja;
- pengganti perumahan seta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat;
Dan uang pisah ( Pasal 162 ) UU No. 13 Tahun 2003 sebagai berikut :
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun….1 ½ bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun….2 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih...........................................3 bulan upah
Pasal 51
PHK Karena Karyawan sakit berkepanjangan
Pasal 52
PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia
Apabila karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus.
Pasal 53
PHK Karena Perusahaan Menyalahi Aturan
25
Pasal 54
PHK Karena Karyawan Mangkir
Karyawan yang tidak masuk bekerja selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa ijin
resmi sebelumnya dan karyawan tidak dapat memberikan keterangan dengan
bukti yang sah yang dapat diterima oleh perusahaan, dan telah dipanggil oleh
perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Karyawan berhak atas Uang Penggantian
Hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 meliputi :
- cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
- biaya/ongkos pulang untuk karyawan/pekerja dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/pekerja diterima bekerja;
- pengganti perumahan seta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat;
Bagi karyawan yang melakukan pelanggaran karena alasan mendesak (Pasal 158)
dan karyawan mangkir 5 (lima) hari kerja berturut-turut (pasal 168) UU No. 13 Tahun
2003 berhak mendapatkan uang pisah sebagai berikut :
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun….1 bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun….1 1/2 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih……………………………………………..2 bulan upah
Pasal 55
PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib
1. Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana bukan atas pengaduan perusahaan, maka perusahaan tidak wajib
membayar gaji tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga karyawan
yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah;
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah;
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% (empat puluh lima perseratus) dari
upah;
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih 50% (lima puluh perseratus)
dari upah;
2. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan oleh pihak
yang berwajib.
3. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan
yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana.
26
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah,
maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali.
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang bersangkutan.
Pasal 56
PHK Karena Kesalahan Berat
2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (6) harus didukung
dengan bukti sebagai berikut :
a. Karyawan tertangkap tangan;
b. Ada pengakuan dari karyawan yang bersangkutan, atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
27
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.
Pasal 57
PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan status
Pasal 59
PHK Karena Perusahaan Tutup/ Pailit
Pasal 60
Lembaga Bipartit
28
BAB XIV
Ketentuan Peralihan
Pasal 61
1. Apabila dipandang perlu terhadap hal–hal yang bersifat teknis yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari isi Peraturan Perusahaan ini akan diatur dalam
ketentuan tersendiri berdasarkan kebijakan pengusaha.
2. Apabila di dalam Peraturan Perusahaan ini terdapat ketentuan-ketentuan yang
didasarkan kepada suatu peraturan perundang-undangan yang apabila
dikemudian hari mengalami perubahan, maka dengan sendirinya diberlakukan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 62
Sosialisasi
Untuk pemahaman setiap Karyawan atas Peraturan Perusahaan ini, Pengusaha atau
yang mewakili berkewajiban mensosialisasikannya kepada seluruh Karyawan/ti.
BAB XV
Penutup
Pasal 63
1. Peraturan ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
tanggal pengesahan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI
Jakarta.
2. Adapun jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) telah habis, maka
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan ini, masih tetap berlaku
sampai disahkannya Peraturan Perusahaan yang baru oleh Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Januari 2014
29
PT. PELITA ANUGERAH BAHARI HRD Dept,
30