PENDAHULUAN
1
Dermatitis kontak sering dihubungkan dengan risiko dari suatu pekerjaan,
seperti petugas kehutanan, nelayan, polisi lalu lintas, dan sebagainya. Dermatitis
kontak alergik pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada dermatitis
kontak iritan. Dermatitis kontak akibat kerja dapat diartikan dengan kelainan kulit
yang disebabkan oleh pekerjaan secara langsung atau penyakit kulit yang dapat
diperberat dan merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat
mempengaruhi hasil produksi.
Berdasarkan data di Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus per 1000
pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit
kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% adalah dermatitis kontak, sedangkan yang
lain berupa penyakit kulit yang lain seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor kulit.
Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi. Menurut
Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis
kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan
dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1%
penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana
66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis
kontak alergi (Hudyono, 2002). Di Bandar Lampung sendiri, sekitar 63% kejadian
dermatitis kontak menurut survailence tahunan yang dilakukan oleh dinas
kesehatan kota Badar Lampung pada tahun 2012 dan menjadi peringkat pertama
penyakit kulit yang paling sering dialami (Dinkes, 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2. Klasifikasi Dermatitis
Hingga kini belum ada kesepakatan intenasional mengenai
tatanama dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang
multifaktor, tetapi karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis
dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian.
Berdasarkan etiologi dapat dibedakan sebagai dermatitis kontak,
radiodermatitis, dermatitis medikamentosa. Dermatitis kontak merupakan
dermatitis yang paling sering terjadi pada pekerja.
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulis. Dermatitis kontak dapat
dibagi menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergi. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit
nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului
proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak alergik (DKA) terjadi
pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.
4
Jenis Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan penyebabnya
1. Dermatitis Kontak Iritan Akut
Dermatitis kontak iritan akut disebabkan oleh single exposure yang
biasanya terjadi karena kecelakaan (accident). Dermatitis ini
bergantung pada dosis dan kekuatan atau jenis iritan yang mengenai
kulit. Tanda-tanda fisik klasik dari dermatitis kontak iritan akut adalah
eritema (kemerahan pada kulit karena dilatasi pembuluh darah), edema
(penimbunan cairan), inflamasi, dan vesiculation (pembentukan
vesikula). Tingkat keparahan penyakit ini mulai dari eritema ringan
through exudative cutaneous inflammation hingga ulcerative lesion dan
nekrosis epidermis yang jelas, tergantung pada jenis iritan dan lamanya
paparan. Pada tingkat ekstrim dapat berupa “chemical burn” dengan
kerusakan jaringan yang parah yang diakibatkan oleh senyawa yang
bersifat sangat basa dan sangat asam.
Gejala-gejala dermatitis kontak iritan akut adalah pruritus,
burning, stinging, dan pain. Daerah inflamasi hanya pada area yang
kontak dengan pajanan dan berbatas tegas. Efek yang ditimbulkan sama
pada hampir semua orang, terlepas dari kerentanan individu, berbeda
dengan dermatitis kontak iritan kronis. (Chew, 2006, p.6-7). Zat yang
bersifat asam dan basa yang dapat menyebabkan chemical burn dan
nekrosis bila konsentrasinya cukup adalah hydroflouric acid, semen,
chromic acid, phosphorus, ethylene oxide, phenol, dan metal salt.
(Wolff, 2009, p.21).
5
Gambar tangan pekerja yang terkena pelarut
6
3. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)
Gesekan berulang dengan intensitas yang rendah dapat
menyebabkan pembentukan callus, yaitu penebalan kulit
(hyperkeratosis dan acanthosis), hiperpigmentasi, dan kulit melepuh.
Respon awal pada area kontak gesekan adalah eritema, scaling, pecah-
pecah (fissuring), and gatal-gatal (itching). (Chew, 2006, p.9)
7
Tabel.1 Alergen yang sering menyebabkan terjadinya DKA
8
mekanisme yang menyebabkannya yaitu mekanik, fisik, biologik dan
kimiawi.
i. Faktor mekanik
Gesekan dan trauma Gesekan dan tekanan akibat
pemakaian terus menerus suatu alat sering menimbulkan
penebalan kulit, kalus, abrasi dan ulkus.
9
Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan
kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk
gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.
10
Selain itu pada dermatitis dalam lingkunngan kerja dapat juga
terjadi sebagai reaksi alergi. Pada orang yang peka, suatu reaksi alergik
dapat terjadi setelah terpajan dengan zat kimia. Keadaan ini sangat khas
dan penyebabnya adalah reaksi hipersensitivitas. Gejala klinis reaksi ini
tidak terjadi pada pajanan pertama, tetapi timbul setelah melewati
periode sensititasi sekitar 2 minggu dan pajanan berikutnya
menyebabkan dermatitis kontak eksematosa. Alergen industry sangat
banyak jumlahnya dan bersifat khas untuk setiap industry. Allergen
yang paling sering ialah garam nikel, kromat alkali, etilendiamin,
senyawa air raksa, resin (epoksi, fenolformaldehid), dinitroklorobenzen,
parafenilendiamin.
b. Frekuensi kontak
Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang
mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya
11
dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan
jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik
luasnya maupun beratnya tidak proporsional. Oleh karena itu
upaya menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja
adalah dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia.
c. Ras
Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan
industry karena kulitnya kaya akan melanin, sehingga jarang
menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka
terhadap debu kimia, dan bahan pelarut alkali.
d. Tipe Kulit
Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan,
dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit yang kering
rentan terhadap asam, basa, deterjen, dan bahan pelarut lemak.
e. Pengeluaran Keringat
Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan
menghanyutkan bahan-bahan iritan. Keringat dapat pula merubah
bahan-bahan yang laurt dalam air menjadi bentuk lain dan
mempermudah absorbs kulit melalui pori-pori kulit.
f. Iklim/Musim
Dermatitis akibat kerjabanyak dijumpai pada waktu musim
panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang
senang memakai alat pelindung diri.
12
g. Personal Hygiene
Pekerja yang kurang bersih misalnya tidak membersihkan
diri setelah selesai bekerja menjadipenyebab terjadinya dermatitis
kontak.
h. Pengetahuan
Kebanyakan pekerja tidak mengetahui prosedur kerja,
mereka bekerja dengan cara sendiri yang lebih mementingkan
kenyamanan tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja.
i. Tindakan
Tindakan pekerja ketika melakukan pekerjaan, meskipun
pekerja sudah mengetahui prosedur kerja dan risiko pekerja
namun pekerja tidak bertindak seusai dengan pengetahuan yang
merak miliki.
Riwayat penyakit :
Informasi yang tepat yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah:
Jenis pekerjaan
Keadaan kulit sebelum erupsi timbul
Zat yang ditangani langsung atau yang terdapat di lingkungan
kerja
Pakaian pelindung, tindakan protektif dan bahan pembersih
yang digunakan
13
Permulaan dan perjalanan erupsi (perbaikan atau penyembuhan
lesi bila bebas dari pekerjaan untuk periode tertentu).
Pengobatan sebelumnya (sendiri atau tenaga professional)
Pemeriksaan jasmani
Penampilan klinis erupsi dan lokasinya dapat member keterangan
tentang kemungkinan penyebabnya. Seluruh permukaan tubuh
seharusnya diperiksa untuk mencari tempat – tempat erupsi.
Pemeriksaan Laboratorik :
Pada uji tempel, sejumlah kecil zat penyebab yang dicurigai dalam
konsentrasi tertentu, dioleskan atau ditempelkan pada permukaan kulit.
Reaksi uji tempel dinilai positif bila dalam 24 sampai 48 jam timbul
kemerahan, edema atau vesikel pada tempat yang ditempelkan. Untuk
mengerjakan dan menilai hasil uji tempel, dibutuhkan pengetahuan
yang khusus. Untuk menghindari terjadinya eksaserbasi erupsi,
sebaiknya hanya dokter yang berpengalaman dalam uji tempel yang
melakukannya. Biopsy dan pemeriksaan histopatologik dilakukan
untuk membatu mengidentifikasi beberapa dermatosis akibat kerja dan
bila telah dicurigai terjadinya suatu keganasan.
14
b. Kromium
Banyak sekali dermatitis akibat kerja yang disebabkan oleh iritasi atau
sensitasi senyawa kromium. Sensitasi terjadi perlahan dan baru timbul
setelah bertahun-tahun, pekerja konstruksi dan industri lain yang
terpajan dengan senyawa yang mengandung krom misalnya cat warna
kuning atau hijau, bahan fotografi dan percetakan. Zat anti korosif dan
uap las patri. Kromat yang terdapat dalam semen merupakan
penyebab utama sensitasi pada tukang dan pekerja semen.
c. Nikel
Pajanan terhadap nikel dan garamnya merupakan penyuebab paling
sering dari dermatitis kontak alergik yang diindukasi logam. Nikel
banayak dipakai diu pabrik peralatan dari logam dan sebagai bahan
pengeras logam lain. Pajanan nikel dapat merupakan hal yang
berhubungan dengan pekerjaan ataupun tidak. Sensitasi pada pria
biasanya akibat pajanan pekerjaan, namun dapat juga akibat kontak
dengan jam tangan, penjepit atau kacamata. Pada wanita, sumbernya
adalah pengait logam pada pakaian dan perhiasan. Individu yang telah
tersensitasi dapat menderita erupsi beberapa tahun kemudian bila
terpajan dengan nikel atau garamnya di lingkungan kerja. Pekerja
yang sering terkena ialah pekerja yang memakai alat yang dilapisi
nikel (penata rambut, tukang jahit, pekerja kantor, sering memegang
uang logam). Trauma, tekanan dan keringat yang berlebihan dapat
melepaskan nikel dari benda yang mengandung nikel.
15
dan perabot, pekerja yang memakai kayu dalam pekerjaannya. Sayur-
mayur :tukang masak, penjual sayur. Terpentin (balsam yang berasal
dari pinus): artis, tukang cat, tukang ukir, litografer, pekerja
kebersihan yang memakai terpentin sebagai pelarut.
e. Plastik
Bahan ini banyak digunakan dalam industri dan banyak pula
menyebankan dermatosis. Zat-zat plastik yang dapat menyebabkan
dermatosis kontak:
i. Resin epoksi : merupakan iritan dan sensitizer kuat yang
banyak dipakai dalam pembuatan alat listrik, lem kantor
dan rumah tangga, perekat (karet,keramik,logam) dan cat.
ii. Plastik urea formaldehis : pelapis pengkilap kayu, sebagai
bahan adesif dalam industri tekstil
iii. Plastik akrilik : diapaki dalam cat, bahan gigi palsu, kuku
palsu, lensa kontak dan protesa ortopedik
16
a. Pelindung kepala (safety helmet)
Bertujuan melindungi kepala dari benda jatuh atau benturan.
b. Pelindung mata (safety glasses)
Pelindung ini dapa menahan sinar ultraviolet sampai persentase
tertentu.
c. Pelindung wajah (face shield)
Melindungi wajah dari sistuasi yang mungkin terjadi seperti percikan
bahan kimia, uap, serbuk,debu dank abut.
d. Pelindung tangan (safety gloves)
Untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh bahan kimia, beracun, listrik, suhu yang terlalu dingin.
e. Pelindung kaki
Sepatu dapat melindungi kaki dari asam, basa, ketone, aldehid.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19