Gizi
Monday, 05 April 2010 21:06
Teknologi biofermentasi dan penambahan enzim pada limbah sawit mampu meningkatkan
kandungan gizi hasil samping industri sawit. Ini peluang besar bagi industri pakan untuk mendapat
bahan baku murah, menekan biaya produksi, serta mengurangi ketergantungan impor.
Orasi ilmiah pengukuhan Dr Ir Arnold Parlindungan Sinurat sebagai profesor riset bidang nutrisi
pakan dan ternak ini disampaikan pekan lalu di Bogor, Jawa Barat. Arnold membawakan orasi
ilmiah berjudul Teknologi Pemanfaatan Hasil Samping Industri Sawit untuk Meningkatkan
Ketersediaan Bahan Pakan Unggas Nasional.
Menurut Arnold, dari jumlah dan kandungan gizi, hasil samping industri sawit, seperti lumpur sawit,
bungkil inti sawit, dan solid heavy phase sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak
unggas dengan pemanfaatan teknologi biofermentasi dan penambahan enzim.
Fermentasi lumpur sawit paling efektif bila menggunakan Aspergillus niger dengan suhu ruang
fermentasi 38 derajat celsius selama tiga hari dilanjutkan proses enzimatis selama dua hari.
Proses ini meningkatkan nilai gizi lumpur sawit seperti kandungan protein kasar naik dari 11,9
persen menjadi 22,7 persen. Kandungan protein sejati dari 10,4 persen menjadi 17,1 persen, energi
metabolis dari 1.593 kilokalori per kilogram menjadi 1.717 kilokalori per kilogram, asam amino
metionin dari 0,14 persen jadi 0,16 persen.
Pemanfaatan Aspergillus niger pada bungkil inti sawit mampu meningkatkan kandungan protein
kasar hingga 36,4 persen, protein sejati 25,1 persen.
Hasil uji pemanfaatan menunjukkan, penggunaan lumpur sawit terfermentasi bisa dilakukan pada
ayam broiler hingga 10 persen dan itik hingga 15 persen. Fermentasi bungkil inti sawit dengan
Trichoderma viride bisa gantikan 50 persen jagung dan 50 persen protein bungkil kedelai pada
ransum ayam petelur. Pemanfaatan hasil samping ini mampu meningkatkan nilai tambah. (Kompas)
HOME
NEWS
ABOUT US
o SEJARAH KLH
o ORGANISASI
o VISI MISI
o PROFIL MENTERI
PROGRAM
REGULATIONS
REGIONAL
o PPLH REGIONAL SUMATERA
o PPLH REGIONAL JAWA
o PPLH REGIONAL BALINUSRA
o PPLH REGIONAL KALIMANTAN
o PPLH REGIONAL SUMAPAPUA
LIBRARY
CONTACT
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi biofermentasi dan penambahan enzim pada limbah sawit
mampu meningkatkan kandungan gizi hasil samping industri sawit ini peluang besar bagi industri
pakan untuk mendapat bahan baku murah, menekan biaya produksi, serta mengurangi
ketergantungan impor.
Orasi ilmiah pengukuhan Dr Ir Arnold Parlindungan Sinurat sebagai profesor riset bidang nutrisi
pakan dan ternak ini disampaikan pakan lalu di Bogor, Jawa Barat. Arnold membawakan orasi
ilmiah berjudul Teknologi Pemanfaatan hasil Samping Industri Sawit untuk Meningkatkan
Ketersediaan Bahan Pakan Unggas Nasional.
Menurut Arnold, dari jumlah dan kandungan gizi, hasil samping industri sawit, seperti lumpur sawit,
bungkil inti sawit, dan solid heavy phase sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak
unggas dengan pemanfaatan teknolog biofermentasi dan penambahan enzim.
Fermentasi lumpur sawit paling efektif bila menggunakan Aspergillus niger dengan suhu ruang
fermentasi 38 derajat celsius selama tiga hari dilanjutkan proses enzimatis selama dua hari.
Proses ini meningkatkan nilai gizi lumpur sawit seperti kandungan protein kasar naik dari 11,9
persen menjadi 22,7 persen. Kandungan protein sejati dari 10,4 persen menjadi 17,1 persen, energi
metabolis dari 1.593 kilokalori per kilogram menjadi 1.717 kilokalori per kilogram asam amino
metionin dari 0,14 persen jadi 0,16 persen.
Pemanfaatan Aspergillus niger pada bungkil inti sawit mampu meningkatkan kandungan protein
kasar hingga 36,4 persen, protein sejati 25,1 persen. Hasil uji pemanfaatan menunjukan penggunaan
lumpur sawit terfermentasi bisa dilakukan pada ayam broiler hingga 10 persen dan itik hingga 15
persen. Fermentasi bungkil inti sawit dengan Trichoderma viride bisa gantikan 50 persen jagung dan
50 persen protein bungkil kedelai pada ransum ayam petelur. Pemanfaatan hasil samping ini mampu
meningkatkan nilai tambah. (MAS)